Professional Documents
Culture Documents
Universitas Abulyatama
Jurnal TILAPIA
(Ilmu Perikanan dan Perairan)
Abstract: Biduri plant is one of the plants that has the potential to be explored optimally as a
source of protease enzymes that function to hydrolyze proteins into amino acids so that these
amino acids are more easily processed by the fish body. The addition of proteases in feed is
expected to help hydrolyze complex proteins into more complex compounds. simple so that it can
be absorbed and utilized by the fish body. This study aims to determine the effect of crude protease
enzymes from biduri plants given to tilapia feed. The design used in this study was a non-factorial
Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments and 2 replications. The test animals
used were tilapia seeds with a size of 3-5 cm as many as 36 fish per aquarium, the research
container used an aquarium measuring 60x40x40 cm with a height of 30 cm and a water volume
of 72 liters. on gut histology of tilapia where the best treatment was found in treatment B (1%)
with intestinal villi length of 395 m which increased to 176 m, vilim width of 95 m which increased
by 31 m. In the growth parameters the best treatment was found in B (1%).
Keywords: protease enzyme, biduri plant, calotropis gigantean, nile fish
Abstrak: Tanaman biduri merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk
dieksplorasi secara optimal sebagai sumber enzim protease yang berfungsi menghidrolisis protein
menjadi asam amino sehingga asam amino tersebut lebih mudah di proses oleh tubuh
ikan.Penambahan protease dalam pakan diharapkan dapat membantu menghidrolisis protein
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserap dan dimanfaatkan oleh
tubuh ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh enzim protease kasar tanaman
biduri yang diberikan pada pakan ikan nila. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 3 perlakuan 2 ulangan. Hewan uji yang
digunakan adalah benih ikan nila dengan ukuran 3-5 cm sebanyak 36 ekor per akuarium, wadah
penelitian yang digunakan aquarium berukuran 60x40x40 cm dengan tinggi 30 cm dan volume air
72 liter.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enzim protease getah rubek kedalam
pakan berpengaruh terhadap histologi usus ikan nila dimana perlakuan terbaik dijumpai pada
perlakuan B (1%) dengan panjang vili usus 395 µm yang mengalami peningkatan hingga 176 µm,
pada lebar vilim 95µm yang mengalami peningkatan 31 µm. Pada parameter pertumbuhan
perlakuan terbaik dijumpai pada B (1%).
Kata kunci : calotropis gigantea, enzim protease, tanaman biduri, ikan nila
- 84 -
ISSN 2721-592X (Online)
Ketersediaan enzim pencernaan akan degradasi protein ini terjadi di lambung dan usus,
mempengaruhi efektivitas enzim dalam mencerna sementara penyerapan makanan terjadi di usus
pakan yang diberikan, dan selanjutnya berpengaruh (Fujaya, 2004). Selain untuk degradasi protein
pada pertumbuhan. Salah satu cara untuk nutrient, protease ini juga diperlukan dalam sejumlah
menstimulasi enzim pencernaan dapat lebih reaksi biokimia tubuh seperti mekanisme
optimal yaitu melalui pemberian bahan tambahan patogenisitas, proses koagulagi darah, proses
alami getah biduri(Calotropis gigantea). sporulasi, diferensiasi, sejumlah proses pasca
Tanaman biduri merupakan salah satu tanaman translasi protein, dan mekanisme ekspresi protein
yang memiliki potensi untuk dieksplorasi secara ekstra seluler (Rao et al., 1998).
optimal sebagai sumber enzim protease. Zaminiet Menurut (Khatiet al., 2015), enzim papain
al.,(2014) menerangkan bahwa pemanfaatan enzim adalah enzim protease yang menghidrolisis protein,
tergantung pada bahan baku pakan yang digunakan. yang merupakan faktor kunci untuk meningkatkan
Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh pendapat Adeoye daya cerna protein dan penyerapannya, yang pada
etal.,(2016) bahwa enzim protease lebih efektif akhirnya mempengaruhi pertumbuhan. Enzim
bekerja pada pakan yang memiliki nilai protein papain bertindak sebagai katalis biologis yang dapat
lebih rendah bila dibandingkan dengan pakan meningkatkan daya cerna pakan kualitas rendah,
berprotein tinggi. Yaminet al.,(2008) menambahkan sehingga biaya pakan dapat ditekan. Enzim papain
karena suatu enzim akan bekerja dengan jenis dan dapat mengurangi faktor negatif dari asam fitat yang
jumlah substrat yang sesuai, jika substrat terlalu berasal dari bahan dasar nabati pakan. Menurut
banyak, maka akan terjadi kejenuhan pada aktivitas Winarno (1986), hidrolisis protein yang sempurna
enzim. akan menghasilkan asamamino yang tinggi,
Penambahan protease dalam pakan diharapkan sehingga semakin banyak yang dapat diserapoleh
dapat membantu menghidrolisis protein kompleks tubuh. Menurut Kim et al., (1991), protein yang
menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga diserap dari pakan akan dimanfaatkan sebagai
dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh ikan energi,dan selebihnya dimanfaatkan untuk
untuk memberikan produktivitas yang baik. Enzim pertumbuhan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
protease biduri merupakan eksopeptidase pemanfaatan protein. Semakin tinggi protein yang
(memotong ikatan peptida dari sisi luar), dimana dimanfaatkan oleh tubuh maka penggunaan protein
enzim protease berperan dalam memecah ikatan akan semakin efesien. Menurut Widyanti (2009),
makromolekul protein menjadi protein yang lebih rasio efesiensi protein dan pertumbuhan ikan
sederhana. Dalam sistem pencernaan ikan, protein berkorelasi positif dengan daya cerna pakan, dimana
dari pakan tidak langsung diserap tetapi didegradasi semakin rendah dayacerna pakan maka
terlebih dahulu oleh enzim protease menjadi asam semakinrendahrasio efesiensi proteinnya. Pakanyang
amino atau peptide kemudian diserap tubuh. Proses ditambahkan enzim papain mudah dicerna ikan
maka dapat dikatakan bahwa pakan tersebut sejumlah lapisan otot yang berbatas dengan suatu
memiliki efesiensi protein yang baik. muskularis mukosa, dan lapisan-lapisan jaringan
Penelitian Ghazi et al.,(2002) menyebutkan ikat,yang sering dipenuhi dengan sel-sel eosinofil.
bahwa penambahan enzim protease dalam pakan Organ penting yang berperan dalam saluran
meningkatkan konsumsi pakan. Penelitian lain Loar pencernaan adalah usus karena sangat berkaitan
et al.,(2012) menunjukkan bahwa penggunaan DDG dengan aktivitas enzim pencernaan didalam tubuh
sebanyak 14% menurunkan nilai pertambahan bobot ikan (Rojtinnakornetal.,2012).
badan dan konsumsi pakan. Menurut Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-
Rungruangsak-torrissen et al., (2009) tingginya jari keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal
aktivias enzim pencernaan dapat dihubungkan dan berbentuk meruncing. Selain itu, da lainnya
dengan tingginya pakan yang dikonsumsi atau yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna
tingginya pemanfaatan pakan yang berpengaruh tubuhnya hitam dan putih. Bagian tutup insang
pada pertumbuhan somotik . Rust (2002) juga berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih
menyatakan bahwa level aktivitas spesifik enzim agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila
pencernaan lebih ditentukan oleh banyaknya pakan berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga
yang dikonsumsi sebagai substrat cerna. sisik belakang ikan nila menutupi sisi bagian depan.
Sistem pencernaan ikan pada dasarnya terdiri Ikan nila mempunyai garis linea lateralis yang
dari dua bagian yaitu : saluran pencernaan dan terputus antara bagian atas dan bawah. Linea
kelenjar pencernaan. Setiap spesies ikan memiliki lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup
bermacam-macam variasi saluran cerna dan insang hingga belakang sirip punggung sampai
kelenjarnya.Saluran pencernaan ikan terdiri dari pangkal sirip ekor.
rongga mulut, pharing, esofagus, lambung, dan usus. Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus)
Pada ikan, lambung hanya berupa perluasan usus pipih ke samping memanjang, mempunyai garis
anterior. Struktur histologi saluran pencernaan ikan vertikal pada badan sebanyak 9–11 buah, sedangkan
secara umum sama dengan struktur histology garis-garis pada sirip berwarna merah berjumlah 6–
vertebrata. 12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garis-
Lapisan saluran pencernaan ikan terdiri dari garis miring. Mata kelihatan menonjol dan relatif
mukosa,submukosa,muskularis, dan serosa. Lapisan besar dengan bagian tepi mata berwarna putih.
mukosa terdiri dari epitel, lamina basalis, lamina Badan relatif lebih tebal dan kekar dibandingkan
propria,dan mukosa muskularis. Lapisan submukosa ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di tengah
terdiri dari stratum kompaktum dan stratum tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang
granulosum. Lambung ikan umumnya berbentuk terletak lebih bawah.
sigmoid yang melengkung dengan banyak lipatan Sistem pencernaan ikan pada dasarnya terdiri
pada dinding dalamnya. Lapisan otot lambung dari dua bagian yaitu : saluran pencernaan dan
didominasi oleh otot bergaris melintang dan berganti kelenjar pencernaan. Setiap spesies ikan memiliki
otot licin pada bagian belakangnya.Terdapat bermacam-macam variasi saluran cerna dan
- 86 -
ISSN 2721-592X (Online)
kelenjarnya.Saluran pencernaan ikan terdiri dari 0,2%kemudian dihaluskan dan ditambahkan air
rongga mulut, pharing, esofagus, lambung, dan usus. 70%, setelah dihaluskan kemudian digiling dan
dicetak lalu di keringkan dengan diangin – anginkan.
METODE PENELITIAN
Setelah pakan kering dilakukan proses pemotongan
Waktu dan Tempat Penelitian mengunakan gunting, pakan tersebut dipotong sesuai
Alat dan Bahan Penelitian sampai getah keluar, getah ditampung dan
Alat dan bahan yang digunakan dalam dikumpulkan dalam gelas takaran sebanyak 600
air, selang batu aerasi, timbangan digital, timbangan Langkah kedua mengukur kadar aquades
analitik, penggaris, spidol, kertas label, media air, sebanyak 350 ml.Lalu dicampurkan monium
buku, alat tulis, baskom,corong, kertas saring, botol sulfat sebanyak 650 gram diaduk hingga
takaran,mesin penggiling pakan manual, ikan nila, 65%.Getah rubekyang telah didapatkan
getah biduri, aquades, amonium sulfat, pakan sebanyak600ml, kemudian ditambahkan aquades
komersial, tepung CMC dan alat dokumentasi. sebanyak 400 ml hingga menjadi 1 liter,
kemudian dilanjutkan penambahan amonium
Prosedur Penelitian sulfat yang telah dilarutkan, serta diaduk
Penambahan Getah Biduri dalam Pakan selama 1 jam.Lalu campuran tersebut
Endapan kasar getah biduri yang sudah di didinginkan dalam lemari pendingin selama 24
keringkan di ambil lalu ditimbang terlebih dahulu jam. Setelah didinginkan ambil bagian yang
untuk mengetahui berapa gram dapat protease menggumpal pada permukaan kemudian
kasarnya, kemudian di protease kasar yang udah di dipisahkan dan disaring menggunakan kertas
timbang sebanyak 233 gram dihaluskan, setelah saring. Endapan yang dihasilkan kemudian
dihaluskan di timbangkan kembali untuk dikeringkan di dalam oven pada suhu 45ºC.
mengetahui berapa dapat protease halusnya. Pakan
yang digunakan yaitu pakan komersil. Persiapan Wadah
Pakan tersebut dicampur dengan enzim Wadah penelitian yang digunakan adalah
protease dengan dosis 0%, 1% dan 2% kemudian aquarium yang berukuran 60x40x40 cm, sebelum
dicampur dengan pakan ikan sebanyak 500 gram digunakan terlebih dahulu wadah (aquarium) di
dan tambahkan tepung CMC sebanyak 5 gram dan bersihkan, kemudian di isi air setinggi 30cm.
tambahkan atraktan (minyak ikan) sebanyak
Aplikasi Penggunaan Enzim….
(Farida, Nurhayati & Handayani, 2022) 87 -
Jurnal TILAPIA, Vol.3, No.1, Januari 2022: 84-93
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/tilapia
pewarnaan HE digunakan 2 macam zat warna yaitu pertumbuhan total dari Panjang bobot akhir
hematoksilin yang berfungsi untuk memulas inti sel dikurangi panjang bobot awal. Pertumbuhan panjang
dan pemberian warna biru (bisofilik) serta cosin yang mutlak dihitung mengikuti rumus yang digunakan
oleh Effendie (1997) :
- 88 -
ISSN 2721-592X (Online)
L= Lt – Lo
Keterangan : (𝐖𝐭 + 𝐃) − 𝐖𝐨
L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) 𝐄𝐏𝐏 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝐅
Lt = Panjang rata-rata pada akhir penelitian (cm)
Lo = Panjang rata-rata pada awal penelitian (cm) Keterangan:
EPP: Efisiensi pemanfaatan pakan
Specific Growth Rate Wt : Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g)
Laju pertumbuhan spesifik merupakan W0 : Biomassa ikan uji pada awal penelitian (g)
D : Total bobot ikan mati (g)
pertambahan panjang dan bobot tubuh ikan
F : Jumlah pakan ikan yang dikosumsi selama
berdasarkan masa waktu pemeliharaan. penelitian (g)
Pertumbuhan harian spesifik dihitung berdasarkan
Parameter yang Diamati
formula De Silva dan Anderson (1995), dalam
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang
Muclisin (2003), yaitu :
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan. Suhu dan
pH merupakan parameter utama yang
𝐋𝐧(𝐖𝟐)−𝐋𝐧(𝐖𝟏)
𝑺𝑮𝑹 = 𝑿𝟏00% mempengaruhi kondisi perairan. Pengukuran
𝑻
Keterangan : kualitas air ini dilakukan pada awal, tengah dan akhir
SGR= Laju pertumbuhan harian (% / hari)
masa pemeliharaan ikan nila.
W2 = Berat rata-rata ikan pada akhir penelitian (gr)
W = Berat rata-rata ikan pada awa penelitian (g)
T = Waktu penelitian (hari) Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian di
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan atau Feed Conversion evaluasi dengan uji sidik ragam (anova), jika
Ratio (FCR) dihitung menggunakan rumus Agustin perlakuan berpengaruh nyata pada taraf (0.05) dan
et al,. (2014) sebagai berikut: (0.01). maka dilanjutkan dengan uji duncan.
𝐅
FCR=
(𝑾𝒕+𝑫)−𝑾𝒐
Tabel 1. Hasil pengujian histologi usus dengan penambahan enzim protease diduga telah
Panjang Vili Lebar Vili mampu membantu proses penyerapan protein
Perlakuan
Awal Akhir Awal Akhir
(µm) (µm) (µm) (µm)
sehingga berpengaruh terhadap pelebaran vili dan
A 219 261 64.5 86 panjang vili. Enzim protease adalah enzim yang
B 219 395 64.5 95.5 berperan dalam proses pencernaan protein dalam
C 219 230 64.5 83.5 tubuh ikan. Pada sistem pencernaan ikan protein dari
pakan tidak langsung diserap tetapi didegradasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terlebih dahulu oleh enzim protease menjadi asam
dijumpai pada perlakuan B (1%) dengan panjang vili amino.
usus 395 µm yang mengalami peningkatan hingga
176 µm dan lebar vili 95,5µm yang mengalami
261µ
peningkatan 31 µm dibandingkan perlakuan lainnya. m
- 90 -
ISSN 2721-592X (Online)
pertumbuhan panjang mutlak, specific growth rate, Gambaran usus ikan yang bagus disebabkan
feed conversion ratio, dan efesiensi pemanfaatan oleh senyawa antibakteri yang ada pada getah biduri,
pakan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata senyawa tersebut menyebabkan usus ikan bebas dari
pada semua perlakuan. bakteri , virus dan parasit yang dapat menyebabkan
Berdasarkan data pertumbuhan dan mortalitas kerusakan pada usus.
pada tabel 2, diperoleh hasil bahwa pemberian getah Kandungan enyawa anti nutrisi tersebut
kasar biduri tidak mampu meningkatkan angka merupakan senyawa bioaktif yang memiliki nilai
pertumbuhan, sebaliknya performa pertumbuhan antioksidan yang tinggi namun juga bersifat toksik.
pada ikan yang tidak diberi getah kasar biduri Antioksidan mampu menghilangkan,
menunjukkan hasil yang lebih baik. Sedangkan membersihkan, menahan dan menangkal
untuk angka mortalitas menunjukkan hasil yang pembentukan reaksi oksidasi yang disebabkan
baik. Hal ini disebabkan oleh senyawa anti nutrisi radikal bebas dalam tubuh sehingga kerusakan pada
yang ada pada getah biduri yaitu golongan alkaloid, sel dapat dihindari. Sehingga berdasarkan uji
tannin, flavonoid, glikosida, polifenol, saponin, histologi usus dapat dilihat bahwa usus ikan yang
steroid, dan triterpenoid. Kandungan tersebut diduga diberi getah kasar biduri memiliki performa atau
sebagai zat antinutrisi yang mampu membatasi kondisi yang lebih sehat.
asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ikan .Nilai FCR tinggi menyebabkan nilai EPP
sehingga mempengaruhi retensi protein. rendah sehingga pemanfaatan pakan tidak dapat
Geutah biduri juga dapat menurunkan kadar diserap secara efisien oleh ikan, hal ini berakibat
ammonia yang dsekresikan ikan dan bersifat sebagai pada pertumbuhan berat dan panjang ikan tidak
antibakteri (Kumar et al, 2010) penelitian serupa optimal.
mengenai keberadaan senyawa antibakteri pada
Parameter kualitas air
getah biduri juga telah dilakukan oleh (Hassan et al,
Tabel 3. Rata-rata suhu dan pH diawal dan akhir
2017). Getah biduri dapat mengurangi munculnya penelitian
bakteri pathogen penyebab penyakit pada ikan Ulangan I Ulangan II
Perlakuan Ph Suhu pH Suhu
(Alam et al, 2008). Sehingga hal ini menyebabkan Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
tahap pemecahan/metabolisme sehingga penyerapan awal dan akhir penelitian berkisar 7 dan 270C.
oleh usus gagal terjadi. Selain mengikat nutrisi Faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
tannin juga mengikat mineral yang ada dalam pakan. dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah
Sehingga ikan mengalami defisiensi protein dan kualitas air terutama pH dan suhu. suhu dapat
Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan Leucophala ) Terhidrolisis Dan Tanpa
seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Hidrolisis. Bioscientiae, 8(2), 16–31.
Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar
dan mempengaruhi selera makan ikan (Sihombing Pengembangan dan Teknik Perikanan.
dan Usman, 2018). Panjaitan (2004) menambahkan Rineka Cipta. Jakarta. 179 pp.
kisaran pH yang baik untuk ikan adalah 6-9, G. Kumar, K. Loganathan, and B. K. venkat
sedangkan pH 4,5-5,0 merupakan batas terendah Rao. 2010. Antimicrobial Activity of
bagi kelangsungan hidup ikan. Latex of Calotropis gigantea Against
Pathogenic Microorganisms - An In Vitro
- 92 -
ISSN 2721-592X (Online)