You are on page 1of 7

MITIGASI BENCANA MENGGUNAKAN PETA FAKTOR

KEAMANAN LIKUIFAKSI BERDASARKAN CONE PENETRATION


TEST (STUDI KASUS ITERA)

Ahmad Yudi*1, Sayed Ahmad Fauzan1, Nugraha Bintang Wirawan1

1
Dosen, Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan,
Institut Teknologi Sumatera
*Korespodensi: ahmad.yudi@si.itera.ac.id

ABSTRACT

Institute Technology of Sumatera (ITERA) located on Sumatera Island, take place on Lampung Selatan
(South Lampung. As the coastal region, Lampung Selatan dominated by the sandy soil which allows the
possibility of the Liquifaction. The objectives of this research is to mitigate the Liquifaction with analyze
using Liquifaction of the safety factor map under the deterministic method. In order to establish the
development of Institute Technology of Sumatera (ITERA, this research expected can be used as the
consideration to mitigate the damage in relation with the site condition. Deterministic method is the ratio
comparison of the Cyclic Resistant Ratio (CRR) and the Cyclic Stress Ratio (CSR) effected by the
earthquakes. Cyclic Stress Ratio (CSR) depends on the depth of the soil layer, total vertical pressure,
effective vertical pressure, earthquake’s magnitude and the peak ground acceleration. Meanwhile, the Cyclic
Resistance Ratio (CRR) calculated by the correlation of the empirical result of CPT. The safety factor value
analyzed by the comparison value of CSR and CRR that pointed on 12 CPT location. In result, take the test
location on ITERA, it is known that the safety factor in this site is on the safe zone and have been described
on the color zone on the map as the disaster mitigation.

Keywords : Cone Penetration Test (CPT); Likuifaksi; safety factor

1. PENDAHULUAN Hilangnya kuat geser tanah akan menyebabkan


Wilayah Indonesia terletak pada kerusakan dahsyat pada struktur atau
pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu infrastruktur yang berada di atasnya. Kerusakan
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, yang paling menonjol biasanya terletak di
dan Lempeng Pasifik, serta satu lempeng daerah pantai atau pelabuhan [2].
tektonik mikro, yaitu Lempeng Mikro Menurut Soebowo, dkk. [1], Peristiwa
Philipina. Kondisi ini memberikan konsekuensi likuifaksi dapat menimbulkan amblesan,
akan rawannya bencana alam gempa bumi serta keruntuhan, retakan tanah, kelongsoran dan
segala efek yang akan menyertai setiap lain-lain. Dari penelitian likuifaksi yang pernah
kejadian gempa tersebut [1]. dilakukan, diketahui bahwa peristiwa likuifaksi
Salah satu fenomena yang dapat pada umumnya hanya terjadi pada daerah yang
menyertai kejadian gempa adalah likuifaksi. terbentuk oleh lapisan sedimen granular yang
Likuifaksi adalah suatu peristiwa dimana tanah jenuh air dengan kepadatan yang rendah.
berubah dari fase padat menjadi fase cair akibat Institut Teknologi Sumatera (ITERA)
meningkatnya tekanan air pori dalam rongga merupakan satu-satunya institut negeri di Pulau
tanah. Kejadian ini terutama berkaitan dengan Sumatera yang terletak pada kawasan Lampung
kondisi tanah pasiran jenuh yang memiliki Selatan yang merupakan daerah pesisir dengan
kepadatan lepas atau sedang. Dampak dari kondisi tanah dominan berpasir, sehingga
peningkatan tekanan air pori tanah adalah tanah memungkinkan terjadinya likuifaksi di daerah
kehilangan kuat gesernya secara drastis akibat ini. Oleh karena itu perlu adanya analisa
dari turunnya tegangan efektif tanah seiring mitigasi potensi likuifaksi di kawasan ITERA
dengan meningkatnya tegangan air pori. yang bertujuan untuk pencegahan terhadap

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.3 – 2019 ISSN 1978 - 5658 166
likuifaksi yang digambarkan dengan variabel secara teknis ada dua sifat yaitu pasir lepas
faktor keamanan. (kepadatan rendah) dan pasir padat
(kepadatan tinggi). Secara umum likuifaksi
2. TINJAUAN PUSTAKA terjadi pada pasir lepas (kepadatan rendah).
2.1. Gempa Bumi 3. Lanau
Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan Lanau memiliki ukuran partikel dalam
energi yang menyebabkan dislokasi rentang 0,074 mm kebawah sampai 0,001
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara mm yang terbentuk akibat pelapukan batuan.
tiba-tiba. Terjadinya gempa bumi disebabkan Mereka mungkin bersifat organik jika
oleh adanya pelepasan kekuatan yang berada terkontaminasi dengan material organik atau
dari dalam bumi, yaitu sentakan asli yang bisa bersifat anorganik.
bersumber dari dalam bumi merambat melalui Kebanyakan lapisan lanau dikontaminasi
permukaan lalu menerobos permukaan kulit oleh mineral lempung sehingga mereka
bumi karena keseimbangannya yang terganggu. bersifat kohesif. 5-8 % kandungan lempung
Batuan kulit bumi menjadi bergeser sampai bisa membuat lapisan lanau memiliki kohesi,
tercapainya keseimbangan kembali. Gempa bergantung pada ukuran partikel dan tipe
bumi berlaku setiap hari di bumi, namun dari mineral lempung. Pada persentase
kebanyakan adalah kecil dan tidak lempung yang tinggi, atau bergantung efek
menyebabkan kerusakan. Gempa bumi kecil visualnya, lapisan lanau bisa dengan bebas
juga akan mengiringi gempa bumi besar dan disebut “lempung”.
bisa terjadi sebelum atau sesudah gempa bumi
besar tersebut terjadi yang disebut dengan 2.3. Likuifaksi
gempa susulan [1]. Istilah likuifaksi mula-mula diciptakan
oleh Mogami dan Kubo pada tahun 1953 yang
2.2. Tanah secara historis digunakan untuk menamakan
Tanah pengertiannya secara umum kejadian berbagai fenomena yang melibatkan
adalah material yang terdiri dari agregat padat deformasi tanah karena gangguan monoton,
yang tidak tersementasi satu sama lainnya dan sementara, atau berulang-ulang pada tanah
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk cohesionless jenuh yang berada pada kondisi
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi undrained. Sebagaimana yang telah diketahui
ruang kosong diantara partikel tersebut (pori tanah cohesionless kering cenderung untuk
tanah). Butiran padat pada tanah merupakan memadat dibawah kondisi beban statis dan
hasil pelapukan batuan baik secara fisik siklik. Ketika tanah tidak berkohesi yang jenuh
maupun kimia [3]. menerima beban cepat dibawah kondisi
Secara garis besar sifat-sifat tanah dapat undrained, maka tanah tersebut akan cenderung
dibagi sebagai berikut [3] : memadat yang menyebabkan tekanan air pori
1. Lempung meningkat dan tekanan efektif tanah berkurang
Lempung adalah tanah partikel mineral [3].
berkerangka dasar silikat yang berdiameter Likuifaksi terjadi hanya pada tanah yang
kurang dari 4 mikrometer. Lempung jenuh, jadi kedalaman dari muka air tanah
mengandung leburan silika dan aluminium berpengaruh terhadap kerentanan likuifaksi.
yang halus. Unsur-unsur silikon, oksigen, Kerentanan terhadap likuifaksi akan berkurang
dan aluminium adalah unsur yang paling dengan semakin dalamnya muka air tanah. Efek
banyak menyusun kerak bumi. Lempung dari likuifaksi secara umum terlihat pada lokasi
terbentuk dari proses pelapukan batuan dimana muka air tanah hanya beberapa meter
silika oleh asam karbonat dan sebagian dari permukaan tanah. Di lokasi dimana level
dihasilkan dari aktivitas panas bumi. permukaan muka air tanahnya fluktuatif, maka
2. Pasir likuifaksi mungkin juga fluktuatif [2].
Pasir adalah contoh bahan mineral butiran. Salah satu kejadian likuifaksi yang
Butiran pasir umumnya berukuran antara menyebabkan kerusakan struktur adalah pada
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi saat terjadinya gempa bumi Niigata tahun 1964,
pembentuk pasir adalah silikon dioksida, seperti pada Gambar 1.
tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis
umumnya dibentuk dari batu kapur. Pasir
REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.3 – 2019 ISSN 1978 - 5658 167
horizontal. Prosedur analisis tekanan ini bisa
dihitung jika karetisitik tanah yang terkandung
dan input gerakannya diketahui. Analasis
dinamik satu dimensi telah dikembangkan
untuk mempermudah mendapatkan rd. Analisis
Gambar 1. Akibat Likuifaksi pada Gempa ini telah memperlihatkan bahwa rd karateristik
Bumi Niigata, Jepang Tahun 1964 pergerakan gempa bumi (intensitas dan
[2] frekuensi), profil gelombang kecepatan pada
suatu lokasi, dan dinamik nonlinear dari
2.4. Kerangka Analisis Korelasi Untuk properti tanah [2]. Analisis respon pada ratusan
Mengetahui Potensi Likuifaksi parameter yang mendapatkan parameter rd
Beberapa pendekatan telah diusulkan sebagai fungsi dari kedalaman (z) dan
dalam 45 tahun terakhir untuk menganalisis magnitudo gempa (M) [2]. Dengan persamaan
potensi likuifaksi. Pendekatan yang digunakan sebagai berikut:
secara luas adalah pendekatan berbasis tekanan
yang membandingkan tekanan siklik yang (1)
diinduksi oleh gempa bumi dengan tahanan
siklik dari tanah. Tekanan siklik yang diinduksi (2)
oleh gempa bumi yang berada di bawah
(3)
permukaan tanah terutama disebabkan oleh
Dimana :
efek goncangan horizontal. Gambar 2 secara
z = kedalaman dalam meter.
skematis mengilustrasikan tekanan dan tekanan
M = momen magnitudo.
air pori beraksi pada elemen tanah yang berada
nilai sinus dalam radian.
di bawah permukaan tanah sebelum dan selama
goncangan horizontal dari gempa bumi.
Persamaan diatas secara matematis hanya
Goncangan vertikal dari profil ini akan
dapat diaplikasikan pada z < 34 m.
menghasilkan perubahan tambahan sementara
Bagaimanapun, ketidakpastian kenaikan pada
pada tekanan vertikal total, tekanan total
rd dengan kenaikan kedalaman, sehingga
horizontal dan tekanan air pori, tetapi tekanan
persamaan di atas secara aktual hanya dapat
efektif vertikal dan horizontal tidak terpengaruh.
dilakukan pada kedalaman kurang dari 20 m.
Hal ini yang menyebabkan goncangan vertikal
Tekanan siklik yang diinduksi oleh
tidak disinggung dalam analisis.
gempa dimana tekanan ini mempengaruhi
potensi likuifaksi adalah sebesar 65% dari
puncak tekanan siklik (Idriss dan Boulanger,
2008). Hal ini lah yang disebut dengan Cyclic
Stress Ratio (CSR) yang dirumuskan sebagai
berikut :

(4)
Dimana :
αmax = Percepatan gempa maksimum di
permukaan
σvc = Tekanan vertikal total (kN/m2)
Gambar 2 .Tekanan Siklik pada Elemen Tanah σ’ vc = Tekanan vertikal efektif (kN/m2)
Dibawah Permukaan Tanah Ketika g = gravitasi (m/s2)
Terjadi Goncangan Horizontal [2] rd = Koefisienreduksi tekanan geser

2.5. Perhitungan Tekanan Siklik Yang 2.6. Penyelidikan Lapangan Untuk


Diinduksi Oleh Gempa Bumi Mengevaluasi Potensi Likuifaksi
Tekanan geser yang diinduksi pada Hasil penyelidikan lapangan seperti
semua kedalaman lapisan tanah ketika gempa Sondir dapat digunakan untuk mencari tahanan
bumi terjadi disebabkan terutama sekali dari siklik dari tanah yang disebut dengan Cyclic
propagasi vertikal dari gelombang geser Resistance Ratio (CRR). Setelah itu CRR kita

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.3 – 2019 ISSN 1978 - 5658 168
bandingkan dengan CSR, dimana perbandingan koreksi dari nilai CPT adalah CN, kemudian
CRR dengan CSR adalah faktor kemanan didapat persamaan sebagai berikut :
apakah likuifaksi terjadi atau tidak [3]. Untuk
itu harus diketahui pengkorelasian antara hasil (5)
tes lapangan untuk mendapatkan CRR. Adapun nilai CN didapat dengan
Data hasil tes lapangan berupa CPT atau rumus yang diusulkan oleh Idriss dan
Sondir dapat digunakan untuk mengevaluasi Boulanger (2008), yaitu:
potensi likuifaksi. CPT memiliki conical
penetrometer berdiameter 35,7 mm yang akan
menekan masuk kedalam tanah dengan laju 20
cm/sec. Ketika itu tranducer pada alat CPT (6)
atau Sondir akan mencatat gaya pada ujung
Dimana,
konus, gaya tahanan pada bagian selimut yang
CN = Faktor koreksi dari nilai CPT
berada dibelakang ujung konus. Gaya ujung
σ’ vc = Tekanan vertikal efektif (kN/m2)
dibagi dengan luas penampang dari
Pa = Tekanan 1 atm (100 kPa)
penetrometer adalah tahanan ujung qc dan
qc = Tahanan ujung (kN/m2)
tahanan gaya selimut dibagi dengan luas
Jika nilai CN lebih dari 1,7, maka digunakan
permukaan selimut adalah friksi (fs).
nilai CN = 1,7.
Keuntungan utama dari Sondir ini adalah
menyediakan pencatatan data yang terus
2.8. Magnitude Scaling Factor (MSF)
menerus dari tahanan penetrasi. Kerugiannya
Magnitude scaling factor (MSF)
adalah sangat sulit untuk mempenetrasi lapisan
digunakan untuk menentukan CSR dan CRR
yang memiliki partikel besar seperti batuan.
yang menggunakan nilai M yang biasa (secara
Korelasi empiris antara tipe tanah
konvensional diambil M=7,5), karena CRR
dengan beragam pengukuran Sondir telah
bergantung pada jumlah beban siklik yang
dikembangkan, seperti terlihat pada Gambar 3
berkorelasi dengan M (Idriss dan Boulanger,
yang memperlihatkan bagan empiris yang
2008). Definisi dasar dari MSF adalah :
mengkategorikan tanah ke dalam lima sifat
tanah yang berbeda dengan basis nilai dari
tahanan ujung konus (qc), friction rasio (FR). (7)
Nilai MSF pada nilai M yang berbeda
dapat dihitung dengan menggunakan
pendekatan yang dipakai oleh Idriss dan
Boulanger (2008) seperti berikut:

(8)
Jika nilai MSF lebih dari 1,8, maka digunakan
nilai MSF = 1,8.

2.9. Overburden Correction Factor (Kσ)


Overburden correction factor (Kσ)
digunakan untuk menentukan CSR dan CRR
Gambar 3. Grafik Sifat Tanah dengan CPT terhadap nilai effective overburden stress yang
yang Dinormalisasi yang biasa, karena CRR pada pasir bergantung pada
Diusulkan oleh Robertson dan effective overburden stress (Idriss dan
Campanella 1983 [3] Boulanger, 2008). Nilai Kσ di dapat dari :
2.7. Koreksi Overburden pada Tes Lapangan
Tahanan penetrasi CPT pada pasir (9)
meningkat dengan kenaikan confining stress,
dimana nila qc dari kedalaman dan lokasi yang Jika nilai Kσ lebih dari 1,1, maka digunakan
berada tidak bisa secara langsung nilai Kσ = 1,1.
dibandingkan satu sama lainnya. Faktor Dimana koefisien Cσ didapat dari

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.3 – 2019 ISSN 1978 - 5658 169
korelasi dengan overburden penetration
Resistance yang diusulkan oleh Idris (16)
danBoulanger (2004) sebagai berikut :
2.12. Faktor Amplifikasi
(10) Faktor amplifikasi yang dapat digunakan
dalam analisis percepatan maksimum gempa di
Koefisien Cσ dibatasi maksimum dengan nilai permukaan adalah faktor amplifikasi yang
0,3. Jika nilai Cσ lebih dari 0,3, maka dikembangkan oleh Stewart et al. 2003
digunakan nilai Cσ = 0,3. Nilai qC1 juga (Misliniyati, 2010). Selain itu, Faktor
mempunyai batas yaitu qC1 < 211. amplifikasi dari American Society of Civil
Engineers (ASCE) 2010 juga dapat digunakan
2.10. Korelasi CPT dengan CRR pada dalam analisis dengan terlebih dahulu
Tanah Pasir mengetahui klasifikasi jenis tanah pada profil
Seperti yang kita ketahui kekuatan dan tanah yang ditinjau.
kekakuan pada tanah berdasarkan tes lapangan
didapat dari nilai SPT dan CPT nya. Tabel 1. Klasifikasi Site Didasarkan Atas
Kekuatan inilah yang akan menghasilkan nilai Korelasi Penyelidikan Tanah
Cyclic Resistene Ratio (CRR) yang akan Lapangan dan Laboratorium
dibandingkan dengan Cyclic Stress Ratio Site Classification V, (m/s) N Su (kPa)
(CSR) yang berasal dari pergerakan dinamik A Hard rock V ≥ N/A N/A
tanah akibat gempa yang terjadi. Korelasi 1500
antara CRR dengan CPT yang diusulkan oleh B Rock 750 < V N/A N/A
Boulanger (2004) berdasarkan hasil studinya ≤ 1500
adalah sebagai berikut: C Very Dense 350 < V N > 50 Su ≥ 100
Soil and Soft ≤ 750
(11) Rock
D Medium Soil 175 < V 15 ≤ N 50 ≤ Su
(12) ≤ 350 ≤ 50 ≤ 100
Faktor keamanan terhadap pemicu E Soft Soil V < 175 N < 15 Su ≤ 50
likuifaksi seperti yang telah disebutkan Sumber: Peta Hazard Gempa Indonesia 2010
sebelumnya adalah nilai CRR dibandingkan (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010)
dengan CSR seperti rumus berikut :
Tabel 2. Faktor Amplifikasi
Site SPGA, PGA
(13) Classification
≤0,1 =0,2 =0,3 =0,4 ≥0,5
2.11. Perambatan Gelombang Gempa dari Hard rock 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
Batuan Dasar ke Permukaan (SA)
Pada Penelitian ini dipakai korelasi Rock (SB) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
antara nilai CPT (Sondir) dengan Vs yang Very Dense 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
Soil and Soft
diusulkan oleh Robetson dan Cabal (2009)
Rock (SC)
berdasarkan hasil data penyelidikan 100 profil Medium Soil 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
CPT di California dikombinasikan dengan (SD)
beberapa data yang dipublikasikan hasilnya Soft Soil (SE) 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
adalah kecepatan geser yang dinormalkan Sumber: Peta Hazard Gempa Indonesia
Vs1(m/s). 2010 (Kementerian Pekerjaan Umum, 2010)

3. METODE PENELITIAN
(14) 3.1. Gambaran Umum Penelitian
Tidak semua tanah rentan terhadap
bahaya Likuifaksi. Langkah pertama untuk
melakukan analasis potensi bahaya Likuifaksi
(15) adalah melakukan analisis kerentanan atau
potensi Likuifaksi. Jika kondisi tanah di suatu

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.3 – 2019 ISSN 1978 - 5658 170
lokasi tidak berpotensi Likuifaksi maka bahaya Adapun variabel yang mempengaruhi
Likuifaksi tidak akan terjadi. Kriteria analisis nilai CSR adalah percepatan gempa maksimum
potensi Likuifaksi pada suatu lokasi ditentukan di permukaan, koefesien reduksi tekanan geser,
dari jenis tanah. Sehingga pada penelitian ini serta tekanan vertikal total dan tekanan vertikal
dilakukan analisis potensi Likuifaksi dengan efektif tanah. Nilai CRR didapat dari korelasi
metode determinsitik berdasarkan data sondir empiris dengan hasil tes CPT pada 12 titik yang
pada setiap jenis lapisan tanah. tersebar di ITERA.
Analisis menggunakan metode Pengambilan data CPT dilakukan hingga
deterministik, dengan melakukan perbandingan batas kedalaman 10 meter. Namun sondir
nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR) yang hanya mencapai kedalaman 1,4 – 8,4 meter.
menggambarkan resistensi atau kekuatan tanah Hal ini karena penetrasi konus sudah tidak
terhadap Cyclic Stress Ratio (CSR) yang mampu menembus lapisan tanah yang lebih
menggambarkan beban gempa yang terjadi. dalam.
Perbandingan di atas akan menghasilkan suatu
angka faktor keamanan yang mengindikasikan 4.2. Data Tes Lapangan CPT
bahaya potensi Likuifaksi. Nilai faktor Hasil tes lapangan CPT dilakukan pada
keamanan suatu lokasi terhadap Likuifaksi 12 titik yang tersebar di ITERA. Pada 12 titik
adalah sebesar 1,2, jika kecil dari nilai tersebut penelitian itu didapat hasil yang berbeda-beda
maka lokasi yang kita tinjau bahaya dan kedalaman yang berbeda juga. Hal ini
Likuifaksinya akan tinggi. Kemudian nilai dikarena kemampuan alat sondir itu yang
faktor keamanan digambarkan dalam peta terbatas.
zonasi sebagai langkah mitigasi dalam
perencanaan pembangunan kedepannya. Tabel 3. Rekap Hasil Tes CPT di 12 Titik
lokasi ITERA
3.2. Analisis Pengolahan Data No. Lokasi Tahanan friction Kedalaman
Dalam penelitian ini dilakukan analisis Ujung (qc) ratio (FR) (m)
(kg/cm2) (%)
potensi likuifaksi dengan metode deterministik
1 Titik 1 220 1 3,6
yang dipublikasikan oleh Idriss dan Boulanger
(2008). Metode ini menggunakan perbandingan 2 Titik 2 200 3 3,0
dari Cyclic Resistance Ratio (CRR) yang 3 Titik 3 225 1 2,0
menggambarkan resistensi tanah terhadap
4 Titik 4 230 1 1,4
Cyclic Stress Ratio (CSR) yang
menggambarkan beban gempa yang terjadi. 5 Titik 5 200 3 8,4
Adapun tahapan dan cara yang akan dilakukan 6 Titik 6 220 1 4,0
dalam analisis ini adalah sebagai berikut : 7 Titik 7 230 1 2,2
1. Penetuan Jenis Tanah di setiap Lapisan.
8 Titik 8 230 1 1,8
2. Menghitung Nilai Cyclic Stress Ratio
(CSR) setiap Lapisan Tanah. 9 Titik 9 230 1 3,0
3. Menghitung Nilai Cyclic Resistance Ratio 10 Titik 200 3 4,2
(CRR) setiap Lapisan Tanah. 10
4. Perhitungan Faktor Keamanan (Factor of 11 Titik 200 0,25 1,6
Safety) dari Tes CPT. 11
12 Titik 200 0,25 2,2
5. Membuat Peta Mitigasi Likuifaksi
12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Umum 4.3. Hasil Perhitungan Faktor Keamanan
Dalam evaluasi potensi likuifaksi dengan dari Tes CPT
metode deterministik yang didapat berupa Dari analisis didapat nilai faktor
parameter nilai faktor keamanan. Nilai faktor keamanan yang dapat dilihat pada Tabel 4.
keamanan didapat dari perbandingan nilai
Cyclic Resistance Ratio (CRR) dengan Cyclic
Stress Ratio (CSR).

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.3 – 2019 ISSN 1978 - 5658 171
Tabel 4. Faktor Keamanan Hasil Tes CPT di Berdasarkan perhitungan faktor
12 Titik lokasi ITERA keamanan likuifaksi, peta zonasi mitigasi
No. Lokasi CRR CSR Faktor Warna dibuat dan dapat dilihat pada Gambar 4.
Keamanan Dengan ketentuan, warna hiaju menunjukan
(SF)
SF>1.7 dan kuning menunjukkan SF<1.7.
1 Titik 1
0.7912 0.46 1.72 Green
2 Titik 2 5. KESIMPULAN
0.85772 0.523 1.64 Yellow
3 Titik 3 Kesimpulan yang didapat dari hasil
0.8352 0.464 1.8 Green penelitian ini adalah sebagai berikut :
4 Titik 4 1. Bahaya potensi likuifaksi di ITERA
0.93916 0.443 2.12 Green
5 Titik 5 termasuk dalam kategori daerah dengan
0.79222 0.554 1.43 Yellow tingkat potensi likuifaksi aman.
6 Titik 6
0.7978 0.463 1.71 Green 2. Pembangunan ITERA diharapkan dapat
7 Titik 7 memperhatikan peta zonasi factor
0.8791 0.483 1.82 Green keamanan likuifaksi sebagai langkah
8 Titik 8
0.7871 0.463 1.7 Green mitigasi.
9 Titik 9
0.83248 0.473 1.76 Green
10 Titik
6. SITASI DAN DAFTAR PUSTAKA
10 0.82446 0.546 1.51 Yellow [1] Soebowo, E., Tohari, A. and Sarah,
11 Titik D., Potensi Likuifaksi Akibat Gempa Bumi
11 0.9177 0.483 1.9 Green Berdasarkan Data CPT Dan N-SPT Di Daerah
12 Titik Patalan Bantul, Yogyakarta, Jurnal Riset
12 0.79636 0.463 1.72 Green Geologi dan Pertambangan Jilid 19 No.2,85-97,
2009
4.4. Peta Zonasi Faktor Keamanan [2] Idriss I.M., and Boulanger R.W.,
Semi-Empirical Procedures For Evaluating
Liquefaction Potential During Earthquakes,
Department Of Civil and Environmental
Engineering University Of California, 2004
[3] Yulman, M.A., Studi potensi likuifaksi dengan
metedologi deterministik kasus kota padang
[Tugas Akhir], Fakultas Teknik Sipil dan
Likungan Program Studi Teknik Sipil Institut
Gambar 4. Peta Zonasi Faktor Keamanan Teknologi Bandung : Bandung, 2010
Likuifaksi

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.3 – 2019 ISSN 1978 - 5658 172

You might also like