Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Injeksi Introvit-E-Selen terhadap Lama Force Molting dan
Hen Day Ayam Isa Brown
(The Influence of Introvit-E-Selen Injection on Force Molting and Hen Day of Isa Brown Hens)
Nur Saidah Said1*, Sulmiyati1, Deka Uli Fahrodi1
1
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Sulawesi Barat, Jl. Prof Baharuddin
Lopa SH, Talumung, Majene, Sulawesi Barat 91412
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh injeksi
Intovit-E-Selen terhadap lama force molting dan Hen Day ayam Isa
Brown. Sebanyak 80 ekor ayam Isa Brown 3 minggu dibagi menjadi
4 perlakuan dengan 20 ulangan. Perlakuannya terdiri dari P0 (0,3
ml Phosfat Buffer Salin), P1 (0,3 ml Injeksi Intovit-E-Selen), P2
(0,6 ml Injeksi Intovit-E-Selen) dan P3 (0,9 ml Injeksi Intovit-E-
Selen). Penelitian dilakukan dengan menghitung lama force molting
dan Hen Day. Data dianalisis menggunakan ANOVA, dilanjutkan
uji lanjut menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan P3 (0,9 ml Injeksi Introvit-E-Selen) memiliki
pengaruh terhadap lama force molting dengan rataan nilai
Kata Kunci: 30,55±2,74 hari dan perlakuan P2 (0,6 ml Injeksi Introvit-E-Selen)
Force molting memiliki pengaruh terhadap Hen Day dengan rataan nilai
Hen Day 80,25±1,48 %. Pemberian injeksi Introvit-E-Selen pada ayam Isa
Introvit-E-Selen Brown dapat mempersingkat waktu force molting dan meningkatkan
Isa Brown persentase Hen Day.
ÓJurnal Sains dan Teknlogi Peternakan Vol 1(2) Juni 2020 p-ISSN: 2715-3010 | e-ISSN: 2716-0424
Said, et al. | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 1(2) (2020): 42-46
43
Said, et al. | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 1(2) (2020): 42-46
44
Said, et al. | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 1(2) (2020): 42-46
terdapat pengaruh injeksi Introvit-E-Selen pada selama program force molting berbeda nyata
saat dilakukan program force molting terhadap (P<0,05) terhadap persentase nilai Hen Day
nilai lama periode force molting ayam Isa Brown. ayam Isa Brown, sehingga terdapat pengaruh
Dari hasil analisis lanjutan P0 dan P1 berbeda injeksi Introvit-E-Selen pada saat dilakukan
nyata dengan P2 dan P3, hal ini menunjukkan program force molting terhadap nilai Hen Day
bahwa dosis pemberian injeksi Introvit-E-Selen ayam Isa Brown. Dari hasil analisis lanjutan P0
selama program force molting yaitu 0,6 ml dan 0,9 berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3, dimana
ml memberi pengaruh yang lebih baik terhadap nilai persentase Hen Day tertinggi terdapat pada
nilai lama periode force molting ayam Isa Brown, pemberian injeksi Introvit-E-Selen selama
dengan nilai (P2) 31,55±1,54 hari dan (P3) program force molting pada dosis yaitu 0,6 ml
30,55±2,74 hari. Hal ini menunjukan bahwa (P2) dengan nilai 80,25±1,48 %.
Injeksi Intovit-E-Selen pada dosis 0,6 ml dan 0,9 Pemberian injeksi Introvit-E-Selen dengan
ml mampu menetralisir stres pada ayam Isa dosis 0,6 ml (P2) mampu mempercepat
Brown saat dilakukan program force molting yang terjadinya pertumbuhan folikel-folikel ovarium
ditandai dengan tumbuhnya bulu secara lengkap sehingga ayam dapat bertelur kembali dalam
(primer, sekunder dan axial) serta masa mulai waktu yang lebih singkat. Hormon steroid dapat
bertelur kembali yang relatif lebih singkat disintesis dan disekresikan ke dalam peredaran
daripada kontrol dan perlakuan P1 (0,3 ml darah karena adanya perkembangan folikel pada
Introvit-E-Selen). Kecepatan mulai bertelur ovarium yang mana salah satu sasaran dari
pada perlakuan P2 (0,6 ml Introvit-E-Selen) dan hormon steroid tersebut adalah 17b-estradiol
perlakuan P3 (0,9 ml Introvit-E-Selen) yang memiliki fungsi untuk merangsang sintesis
dipengaruhi oleh peranan Vitamin E dan dan mengangkut vitellogenin ke gonad. Vitamin
Selenium yang terkandung pada obat Introvit-E- E dan vitolegenin memiliki hubungan erat
Selen dalam mengatasi peroksidasi lemak. dalam proses perkembangan oosit melalui
Selenium merupakan enzim antioksidan hormon prostaglandin. Dalam hal ini, asam
glutathione peroksidase (GSH-Px) mencegah lemak esensial mensintesa hormon
atau mengurangi radikal bebas pada oviduct prostaglandin secara enzimatik (Djojosoebagio,
sehingga memperbaiki kondisi oviduct saat 1996), vitamin E yang memiliki fungsi sebagai
dilakukan program force molting. Hal ini sesuai antioksidan bekerja mencegah terbentuknya
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fitri peroksida bebas sedangkan selenium bekerja
Nova Liya Lubis, 2007), terjadi percepatan mengurangi peroksida sehingga dapat
umur pertama kali bertelur yaitu pada umur 41 mempertahankan keberadaan dari asam lemak
hari pada burung puyuh yang diberi kombinasi esensial tersebut. Hal ini sesuai dengan
suplementasi Selenium 1 ppm + vitamin E 50 penelitian yang dilakukan oleh F N L Lubis,
ppm. Alfianty, & Sahara (2015) yaitu terjadi
Kecepatan mulai bertelur pada ayam Isa peningkatan produksi telur setelah penambahan
Brown yang hanya disuntik dengan PBS vitamin E dan selenium organik dalam pakan
memberikan hasil yang paling lama. PBS itik pegagan.
merupakan larutan garam berbasis air yang Pada perlakuan P3 (0,9 ml Introvit-E-
mengandung disodium hidrogen fosfat, natrium Selen) terjadi penurunan persentase HD yaitu
klorida, kaliam klorida dan kalium dihidrogen dengan nilai 79,35±1,04. Hal ini karena telur
fosfat. Konsentrasi osmolaritas, larutan ion dan yang dihasilkan besar sehingga berat telur juga
pH menyerupai cairan tubuh (Medicago, 2010). meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Fungsi PBS sebagai cairan buffer tubuh Lidyawati, Khopsoh, & Haryuni (2018) bahwa
menyebabkan tidak memberikan pengaruh penambahan selenium pada pakan ayam petelur
terhadap stres yang timbul pada saat force menyebabkan kualitas kerabang menjadi lebih
molting, sehingga proses molting tetap baik serta terjadi peningkatan berat telur dan
berlangsung secara alamiah pada ayam Isa komponen telur lainnya seperti kuning dan putih
Brown yang disuntik dengan PBS. telur. Terjadinya peningkatan berat telur
mempengaruhi siklus irama bertelur dari
3.2. Hen Day unggas, siklus irama bertelur pada umumnya
terjadi selama 25 – 26 jam. Menurut (Johnson,
Hen Day dihitung setiap hari selama 2015), peningkatan berat komponen telur dapat
penelitian, perhitungan produksi telur dimulai menambah waktu siklus irama bertelur dan
setelah dilakukan program force molting, Hen Day sekuensi bertelur dari ayam, hal tersebut juga
yang dihasilkan selama penelitian ini berkisar akan mempengaruhi produksi dari ayam
69,25 % - 80,25 %. Hasil uji statistik (Tabel 1) tersebut.
memperlihatkan bahwa injeksi Introvit-E-Selen
45
Said, et al. | Jurnal Sains dan Teknologi Peternakan 1(2) (2020): 42-46
46