You are on page 1of 8

Pola Relasi Saudara pada Remaja yang Memiliki Saudara

dengan Gangguan Spektrum Autisme

Ribka Mutiara Simatupang


Rr. Muryantinah Mulyo Handayani
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.
Nowadays, the amount of individual with autism have increase significantly than years before.
This means there are many families who live with children with autism spectrum disorder
right now. The presence of children with autism spectrum disorder in family affect the whole
family system and relationship, including the sibling relationship. The presence of individual
with autism spectrum disorder will affect the sibling relationship and gives both negatives
and positives impact to their sibling. This study investigated the sibling relationship pattern
of adolescent sibling of individual with autism spectrum disorder. This study used qualitative
approach, specifically with a case study method. The data collection was using in depth interview.
This study investigated pattern based on the four dimensions of Furman & Buhrmester Theory
of siblings relationship, 1) warmth, 2)relative power, 3) conflict and 4) rivalry. This study
involved two adolescent sibling of individual with autism as the subject. Results revealed that
sibling relationship patterns of adolecent siblings of indidual with autism spectrum disorder
was assumed by adolescents like typical sibling relationship, but it was also influenced by the
special characteristic of individual with autism spectrum disorder and the socioemotional
changes of adolescent. It can be seen on the pattern of each dimensions. The pattern of warmth
dimension characterized by routine verbal communication with specific topics.The pattern of
relative power dimension characterized by more dominance over sibling by the adolescence.
The topics depend on the interest of individual with autism spectrum disorder. The pattern
of conflict dimensions characterized by low intensity conflict. Usually the adolecents conflict
with their siblings is quarelling. The pattern of rivalry dimensions characterized by differential
parenting but adolescents know the reason of the differential parenting and also the need of
autonomy of adolescents sibling of individual, so there arent any rivalry at all.

Keywords: Sibling relationship; Adolescence; Autism spectrum disorder

Korespondensi:
Ribka Mutiara Simatupang. E-mail: ribkams@gmail.com
Rr. Muryantinah Mulyo Handayani. E-mail: muryantinah.mulyo@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Jl Airlangga 4-6 Surabaya

1 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 04 No.01, April 2015
Pola Relasi Saudara pada Remaja yang Memiliki Saudara dengan Gangguan Spektrum Autisme

Abstrak.
Saat ini, jumlah individu dengan gangguan spektrum autisme meningkat cukup pesat. Hal
ini berarti semakin banyak pula keluarga yang hidup bersama dengan anak dengan gangguan
spektrum autisme. Kehadiran seorang anak dengan gangguan spektrum autisme akan
mempengaruhi seluruh keluarga, termasuk juga relasi antara saudara kandung. Kehadiran
seorang saudara dengan gangguan spektrum autisme akan mempengaruhi relasi saudara
sekaligus memberikan dampak negatif maupun positif dalam hubungan saudara. Penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pola relasi saudara pada remaja yang memiliki
saudara dengan gangguan spektrum autisme. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara
mendalam. Adapun pola yang akan diteliti berdasarkan 4 dimensi relasi saudara dari Furman &
Buhrmester yaitu 1) warmth, 2) relative power 3) conflict dan 4) rivalry. Subjek dari penelitian
ini adalah dua orang remaja yang memiliki saudara dengan gangguan spektrum autisme. Hasil
penelitian ini menunjukan pola relasi remaja yang memiliki saudara dengan gangguan spektrum
autisme seperti layaknya relasi saudara pada umumnya dan dipengaruhi oleh karakteristik
gangguan spektrum autisme serta perubahan sosioemosional remaja. Hal ini dapat dilihat dari
pola pada masing-masing dimensi. Pada pola dimensi warmth ditandai dengan komunikasi
verbal yang rutin dilakukan dan ada topik-topik tertentu yang selalu dibahas, namun topik yang
dibahas mengikuti kesenangan dan minat dari saudara dengan gangguan spektrum autisme.
Pola dimensi relative power ditandai dengan remaja yang lebih dominan pada saudaranya.
Pola dimensi conflict menunjukan bahwa jarang terjadi konflik antara remaja dan saudaranya.
Konflik yang sering muncul biasanya adalah pertengkaran yang disebabkan oleh symptom dari
gangguan spektrum autisme, seperti tiba-tiba memukul, berteriak, dsb. Pada pola dimensi rivalry
ditandai dengan adanya perlakuan dan perhatian yang berbeda dari orang tua terhadap remaja
dan saudaranya, namun tidak terjadi persaingan karena remaja mengetahui alasan mengapa
orang tuanya memperlakukan mereka dengan berbeda dan munculnya keinginan untuk hidup
mandiri.

Kata Kunci: relasi saudara, remaja, gangguan spektrum autisme

PENDAHULUAN usia antara 5 – 19 tahun (112,000 anak Indonesia,


Diperkirakan Menyandang Autisme, 9 April 2013).
Gangguan spektrum autisme, dahulu Dengan perkiraan jumlah tersebut, tentu saat ini
merupakan gangguan perkembangan yang jarang cukup banyak keluarga di Indonesia yang saat ini
ditemui. Sebelum tahun 1990, masih sangat hidup dengan anak dengan gangguan spektrum
jarang ditemukan kasus anak dengan gangguan autisme.
spektrum autisme, namun saat ini jumlah Gangguan spektrum autisme merupakan
penderitanya semakin meningkat. Menurut gangguan neurodevelepmental yang ditandai
penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease dengan kurangnya kemampuan komunikasi dan
Control and Prevention di Amerika Serikat, jumlah interaksi sosial, serta adanya pola perilaku dan
penderita gangguan spektrum autisme tahun 2012 aktivitas yang bersifat repetitif (DSM V, 2013).
mengalami peningkatan sebesar 23% dibanding Individu dengan gangguan spektrum autisme
tahun 2008. Bila pada tahun 2008, 1 dari 100 mengalami kesulitan dalam hal berinteraksi dan
anak mengalami gangguan spektrum autisme, berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya,
maka pada tahun 2012, rasionya naik menjadi sehingga mereka umumnya kesulitan untuk
1 dari 88 anak (Autisme dan Permasalahannya, menjalin relasi. Selain itu autisme juga ditandai
24 September 2012). Di Indonesia meski belum dengan ketertartikan terhadap kegiatan yang
ada penelitian resmi, menurut direktur Bina repetitif dan ritualistik. Perilaku dan gejala yang
Kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan, Diah Setia, muncul pada individu penyandang autis dapat
diperkirakan ada sekitar 112.000 anak dengan berbeda satu dengan yang lain. Hingga saat ini,
gangguan spektrum autisme dengan rentang belum diketahui secara pasti penyebab dari

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 2


Vol. 04 No.1, April 2015
Ribka Mutiara Simatupang, Rr. Muryantinah Mulyo Handayani

autisme. Menurut lembaga The National Autistic dengan gangguan spektrum autisme banyak
Society (2011) yang berbasis di Inggris, beberapa mendeskripsikan saudaranya dalam hal positif
ahli sangat yakin bahwa gangguan spektrum seperti kekaguman mereka terhadap saudara,
autisme disebabkan oleh beberapa faktor, bukan sebagai sumber dukungan, pengetahuan,
hanya faktor tunggal semata. bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama
Menurut Heward (2005), kelahiran seorang dan melakukan aktivitas yang menyenangkan.
anak dengan kebutuhan khusus dapat menjadi Relasi antar saudara sebenarnya merupakan
suatu peristiwa traumatis dalam keluarga. Tidak relasi yang istimewa dan merupakan relasi
mudah bagi orang tua menerima bahwa anaknya yang paling bertahan lama dalam kehidupan
lahir dengan kebutuhan khusus karena setiap manusia (Cicirelli, 1994, dalam Kuo, Orsmond,
orangtua tentu menginginkan anaknya lahir dalam Seltzer, 2009). Relasi ini sifatnya lebih egaliter
keadaan normal. Kehadiran seorang anak dengan dibandingkan dengan relasi anak dan orang
kebutuhan khusus juga akan mengubah seluruh tua (Fuhrman & Burhmester, 1985). Menurut
keluarga. Keluarga tidak hanya harus menerima Cicirelli (1977, dalam Santrock, 1998) saudara
dan menyesuaikan diri dengan keterbatasan kandung dapat memberikan pengaruh sosial
anak, namun juga tantangan – tantangan yang yang lebih besar dari orang tua karena dengan
muncul dari perilaku anak yang dapat menjadi jarak usia yang dekat dibanding orang tua, dapat
agresif, hiperaktif, impulsif, dsb. Keluarga lebih memahami permasalahan yang dihadapi
juga harus menyesuaikan diri dengan jadwal saudaranya dan berkomunikasi lebih efektif.
terapi, metode, dan juga pandangan lingkungan Relasi saudara juga bukanlah relasi yang
terhadap anaknya. Hal-hal ini membuat keluarga statis. Relasi ini merupakan relasi yang dinamis
merasakan dampat negatif sekaligus positif dari dan mengalami perubahan seiring berjalannya
anaknya yang mengalami gangguan spektrum waktu. Pada masa anak-anak merupakan masa
autisme. dimana hubungan ini menjadi sangat dekat.
Selama ini relasi antara anak dengan Ketika memasuki masa remaja hubungan ini
gangguan spektrum autisme dengan saudaranya menjadi lebih renggang. Perubahan dari seorang
sering kali dianggap membawa banyak dampak anak menjadi remaja juga akan mempengaruhi
negatif bagi saudara anak dengan gangguan hubungan mereka dengan orang-orang dekat di
spektrum autisme yang normal (Kaminsy & sekitarnya terutama keluarga. Perkembangan
Dewey, 2001). Hastings (2003) mengatakan bahwa aspek fisik, kognitif, sosial, dan emosional akan
saudara kandung dari anak dengan gangguan mempengaruhi bagaimana seorang remaja
spektrum autisme memiliki tingkat penyesuaian berelasi dengan keluarganya. Perubahan dalam
diri yang lebih rendah dibandingkan dengan anak aspek-aspek tersebut akan membentuk sebuah
normal, selain itu juga lebih sedikit mengikuti pola relasi yang berbeda dibandingkan masa
aktivitas pro-sosial, memiliki masalah emosional, anak-anak.
masalah tingkah laku, dan masalah dengan teman Sama halnya dengan relasi saudara
sebaya yang lebih banyak dibanding kelompok pada individu normal, relasi saudara anak
normal. Cox, Marshall, Mandleco, & Olsen (2003) dengan gangguan spektrum autisme juga akan
juga mengatakan bahwa pada hubungan saudara mengalami perubahan ketika memasuki masa
dengan disabilitas dapat memunculkan tekanan remaja. Hanya saja, perlu diingat bahwa adanya
yang bersifat terus menerus dari disabilitas itu. kekhususan yang dimiliki oleh saudaranya yang
Kemunculan dampak negatif tidak berarti mengalami gangguan spektrum autisme. Hal ini
relasi saudara selalu buruk. Beberapa penelitian akan mempengaruhi karakteristik relasi tersebut
menunjukan dampak positif dalam elasi ini. (Strohm, 2006). Bagi remaja yang memiliki
Kaminsky dan Dewey (2002) mengatakan bahwa saudara dengan gangguan spektrum autisme,
hubungan anak dengan gangguan spektrum akan ada isu-isu yang muncul terkait relasi
autisme dengan saudaranya ditandai dengan saudara di masa ini (Schubert, 2007), antara
tingkat kekaguman yang lebih besar dibanding lain: rasa malu, tuntutan dari orang tua untuk
anak normal serta tingkat persaingan yang lebih lebih memperhatikan saudara dan kekhawatiran
rendah. Dalam penelitian Petalas, Hastings, Nash, akan masa depan. Perubahan relasi saudara pada
dan Duff (2013), menyebutkan bahwa remaja remaja ini tentu akan membentuk suatu pola

3 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 04 No.01, April 2015
Pola Relasi Saudara pada Remaja yang Memiliki Saudara dengan Gangguan Spektrum Autisme

relasi. Dalam relasi antar individu, termasuk saudara dengan gangguan spektrum autisme
relasi saudara akan muncul pola-pola tertentu. akan mengalami kebingungan dan juga perasaan
Menurut Spradley dan Mc Curdy (1975), ketika kesepian, sehingga sangat perlu baik bagi orang
seseorang menjalin relasi atau hubungan, akan tua maupun remaja untuk memahami pola relasi
muncul suatu tindakan atau perilaku dari orang saudara. Kondisi di atas menarik minat penulis
lain terhadap orang tersebut. Ketika seseorang untuk meneliti tentang pola relasi saudara pada
mengetahui pola relasi antara ia dan orang lain, remaja yang memiliki saudara dengan gangguan
maka orang tersebut dapat meramalkan secara spektrum autisme. Dengan segala kekhususan
tepat apa yang akan terjadi kepadanya. Begitu yang dimiliki oleh individu dengan ganggguan
pula dengan relasi saudara, dalam relasi ini pun spektrum autisme, menjadikan pola relasi
juga akan membentuk suatu pola. saudara yang terjalin memiliki perbedaan bila
Dalam teori relasi saudara (sibling dibandingkan dengan individu normal. Penulis
relationship) Furman dan Buhrmester, ada 4 berusaha untuk memperoleh gambaran yang
dimensi dalam relasi saudara yaitu warmth, utuh pada relasi saudara baik yang bersifat positif
relative power, conflict, dan rivalry. Dimensi maupun negatif dari berbagai dimensi yang ada
warmth merupakan dimensi yang menunjukan pada teori Furman dan Buhrmester agar dapat
bagaimana kedekatan dan kehangata yang terjalin memberikan pemahaman yang utuh.
diantara saudara. Ada beberapa aspek dalam
dimensi ini, yaitu intimacy, prosocial behaviour, METODE PENELITIAN
companionship, affection, admiration by sibling, Penelitian ini menggunakan metode
admiration of sibling, dan similarity. Dimensi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
relative power menunjukan bagaiman seseorang kasus. Penulis memilih pendekatan studi kasus,
memiliki pengaruh dan kekuasaan terhadap karena melalui pendekatan ini, penulis dapat
saudaranya. Ada beberapa aspek dalam dimensi memperoleh pemahaman utuh dan terintegrasi
ini yaitu dominance over sibling, dominance by dari fakta dan dimensi dari kasus khusus tersebut.
sibling, nurturance by sibling dan nurturance Pada penelitian ini, penulis menggunakan tipe
over sibling. Dimensi yang lain adalah dimensi studi kasus intrinsik. Dalam penelitian ini, penulis
conflict. Dimensi ini menggambarkan bagaimana tidak bermaksud untuk menghasilkan teori baru
konflik yang terjadi dalam saudara. Aspek dalam maupun generalisasi, namun memahami pola
dimensi ini antara lain quarelling (pertengkaran), relasi saudara pada remaja yang memiliki saudara
antagonism (rasa sebal dan benci), dan dengan gangguan spektrum autisme dengan utuh
competition (kompetisi). Dimensi yang terakhir dan mendalam.
adalah dimensi rivalry. Rivalry merupakan Unit analisis yang penulis gunakan adalah
persaingan yang timbul karena adanya perbedaan relasi saudara pada remaja yang memiliki
perlakuan diantara orang tua. saudara dengan gangguan spektrum autisme.
Karakteristik khusus dari individu dengan Relasi saudara merupakan relasi yang terbentuk
gangguan spektrum autisme tentu akan diantara dua orang saudara yang memiliki orang
mempengaruhi pola relasi saudara. Pengaruh tua yang sama. Menurut Furman dan Buhrmester
ini tentunya juga akan terlihat dalam seluruh (1985), ada empat dimensi yang membentuk relasi
dimensi relasi saudara, dan juga bentuk pola ini, yaitu warm/closeness (kedekatan), conflict
relasi saudara pada masing-masing dimensi. (konflik), relative power (status dan kekuasaan),
Masalah yang sering terjadi umumnya, baik serta rivalry (persaingan). Dalam tiap-tiap
orang tua maupun remaja kurang memahami dimensi terdiri dari beberapa aspek.
bagaimana pola relasi saudara yang terjadi. Pengambilan subjek dalam penelitian ini
Tanpa pemahaman yang baik mengenai relasi dilakukan dengan teknik purposive sampling
tersebut, dapat mengakibatkan efek negatif baik dengan jumlah subjek sebanyak dua orang.
bagi remaja, saudaranya dan juga keluarganya. Adapun karakteristik subjek dalam penelitian ini
Terlebih bagi seorang remaja memiliki saudara ialah sebagai berikut: 1) Remaja yang berusia 12-
dengan kebutuhan khusus. Menurut Frea (2010) 19 tahun. 2) Memiliki saudara kandung dengan
tanpa dukungan yang kuat dari orang-orang gangguan spektrum autisme. 3) Mampu berbahasa
disekitarnya, seseorang remaja yang memiliki Indonesia dan tidak memiliki hambatan dalam

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 4


Vol. 04 No.1, April 2015
Ribka Mutiara Simatupang, Rr. Muryantinah Mulyo Handayani

berkomunikasi. 4) Memiliki significant other remaja menjadi lebih bertanggung jawab lewat
yang bersedia untuk diwawancarai oleh penulis. sebuh proses yang panjang. Penggunaan bahasa
Pemilihan subjek dilakukan melalui sekolah- yang sederhana ini merupakan salah satu bentuk
sekolah inklusi dan sekolah khusus untuk anak penyesuaian terhadap karakteristik individu
dengan gangguan spektrum autisme di Surabaya. dengan gangguan spektrum autisme, yaitu
Dari proses pemilihan ini, ada dua orang subjek kurangnya kemampuan berkomunikasi, termasuk
yang memenuhi kriteria. Satu orang laki-laki dalam berbahasa (DSM V)
usia 16 tahun dan satu orang perempuan usia 17 Selain itu ada topik-topik khusus yang
tahun. Keduanya memiliki adik yang mengalami selalu dibahas dalam pembicaraan subjek bersama
gangguan spektrum autisme. adiknya. Hanya saja topik yang dibicarakan ini
Teknik pengalian data yang dilakukan adalah mengikuti apa yang menjadi kesenangan dan
wawancara, tepatnya wawancara semi terstruktur minat saudaranya. Hal ini dikarenakan karena
(semistructure interview) dan termasuk jenis anak dengan gangguan spektrum autisme
wawancara mendalam (in-depth interview). memilki kesenangan dan minat yang restriktif
Tujuan dari penggunaan wawancara mendalam pada hal-hal tertentu. Misalnya pada subjek satu,
adalah untuk mengungkap data yang bersifat topik yang selalu dibicarakan bersama adiknya
mendalam dan personal dari subjek. Sedangkan ialah game, acara TV dan musik karena memang
Hal ini guna mendapatkan gambaran pola relasi hal-hal itu yang menjadi kesenangan adiknya.
saudara dari remaja yang memiliki saudara Pada aspek affection, ditandai
dengan gangguan spektrum autisme. Sebelum dengan memperhatikan saudara. Perhatian
melaksanakan wawancara, penulis terlebih yang dilakukan dengan mengajak berbicara,
dahulu membuat suatu pedoman wawancara. mencarikan dan membelikan barang kesenangan
Pedoman wawancara ini disusun berdasarkan adik, hanya saja perhatian tersebut tidak selalu
teori Sibling Relationship dari Furman dan direspon positif oleh saudaranya. Pada aspek
Buhrmester, teoti pola relasi,dan data pribadi similarity ditandai dengan memiliki sifat, hobi,
subjek. Selain mewawancari subjek, penulis juga dan selera yang sama. Saudara dengan gangguan
mewawancarai significant others subjek yaitu ibu spektrum autisme banyak meniru dan mengikuti
dan nenek subjek. Dalam prosesanalisis, penulis selera saudaranya.
menggunakan metode analisis tematik dengan Relative Power merupakan salah satu
pendekatan theory driven. dimensi dalam relasi saudara kandung. Relative
Power dimaknai sebagai pengaruh seorang
HASIL DAN BAHASAN individu terhadap saudaranya baik dalam bentuk
Hasil analisis data dari kedua subjek positif maupun negatif. Pada aspek dominance,
menunjukan pola relasi saudara pada remaja ditandai dengan menyuruh saudara. Remaja
tidak selalu bersifat egaliter. Baik subjek satu menyuruh adiknya melakukan sesuatu yang
maupun subjek dua menganggap ada tugas- sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri. Remaja
tugas dan kewajiban mereka sebagai kakak yang menganggap wajar saat melakukan tindakan
harus dikerjakan, tetapi pada hal-hal tertentu, menyurh. Dalam kasus ini, kebetulan dua orang
mereka dan adik bisa berdiskusi dan bercanda subjek adalah kakak, dan menurut mereka wajar
seperti seorang teman. Komunikasi efektif bisa bila seorang kakak menyuruh adiknya melakukan
berjalan apabila saudara mengetahui bagaimana sesuatu. Pada aspek nurturance of sibling, ditandai
menyampaikan pesan dengan bahasa yang dengan menjaga adik, dan mengingatkan adik hal
mudah dimengerti adiknya. Relasi saudara juga yang harus dilakukan.
memberi arti yang penting bagi kedua subjek, Pada dimensi konflik, penulis
dalam hal ini membentuk mereka menjadi lebih menemukan sebenarnya konflik jarang terjadi
bertanggung jawab. Dari penjelasan diatas, bisa diantara kedua subjek dengan saudaranya di
disimpulkan pola relasi remaja bersifat egaliter masa remaja. Konflik yang muncul biasanya
pada hal-hal tertentu, ada komunikasi efektif adalah bertengkar dan marah. Apabila ada konflik
yang terus menerus dilakukan dengan bahasa yang muncul, biasanya hal itu lebih disebabkan
yang sederhana, dan juga kebutuhan khusus oleh karakteristik dari saudara yang mengalami
adik, memberi arti penting dan membentuk gangguan spektrum autisme dan intensitasnya

5 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 04 No.01, April 2015
Pola Relasi Saudara pada Remaja yang Memiliki Saudara dengan Gangguan Spektrum Autisme

biasanya rendah, sering kali hanya pertengkaran komunikasi subjek didukung oleh pemahaman
kecil. Peneyelesaian masalah dan konflik biasanya terhadap komunikasi verbal maupun non verbal.
dilakukan remaja dengan mengalah pada adiknya. Selain itu ada topik-topik khusus yang muncul
Rivalry dalam relasi saudara adalah salah diantara saudara.
satu bentuk persaingan antar saudara karena Pola pada dimensi relative power ditandai
adanya keberpihakan orang tua pada salah dengan remaja lebih dominan menyuruh ini
satu saudara. Pada aspek maternal partiality, hampir setiap hari dilakukan dan sering kali
ditandai dengan ibu memperlakukan saudara saudara selalu menuruti.Pada pola dimensi
dengan berbeda dan ibu lebih memperhatikan conflict, sebenarnya tidak banyak konflik yang
saudara. Kedua subjek menyatakan bahwa terjadi di antara remaja dan saudara dengan
dalam kehidupan sehari-hari, orang tua gangguan spektrum autisme, namun tetap
mereka baik ayah maupun ibu (kakek dan ada kemarahan dan pertengkaran. Kemarahan
nenek pada subjek satu), dalam beberapa hal dan pertengkaran bisa terjadi karena symptom
berbeda dalam memperlakukan mereka dengan perilaku autisme serta karakter subjek dan adik
saudaranya. Orang tua mereka lebih banyak yang keras. Penyelesaian konflik dilakukan
memberikan perhatian kepada saudaranya dengan mengalah dan mendiamkan saudaranya.
yang mengalami gangguan spektrum autisme, Pada pola dimensi rivalry, sebenarnya tidak
tetapi kedua subjek tidak merasa iri ataupun terjadi persaingan di antara saudara meskipun
marah hingga menimbulkan persaingan. Hal ini ada faktor-faktor yang sangat mendukung
disebabkan subjek memahami kebutuhankhusus munculnya persaingan.
saudaranya dan merasa wajar bila saudaranya Ada beberapa penemuan dari penelitian
lebih diperhatikan. Selain itu perubahan aspek yang menarik untuk dibahas lebih lanjut.
sosioemosional juga turut mempengaruhi. Subjek Pertama, pola relasi remaja ditandai dengan
merasa semakin ia bertambah dewasa, harus egalitarianisme yang muncul hanya pada waktu
semakin mandiri dan tidak perludiperhatikan tertentu saja. Beberapa hasil penelitian terdahulu
seperti adiknya. menunjukan Ada beberapa penemuan penelitian
yang khas, yang belum pernah penulis temui
di penelitian yang lain. Pertama mengenai
SIMPULAN DAN SARAN penyelesaian konflik dengan mengalah. Dari
beberapa jurnal penelitian yang penulis baca
Berdasarkan hasil penelitian yang telah sebelumnya, memang disebutkan bahwa konflik
dilakukan, termasuk hasil analisis data dan yang terjadi pada anak dengan ganggguan
pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, spektrum autisme memang rendah, namun tidak
maka dapat disimpulkan bahwa pola relasi dijelaskan bagaimana penyelesaian konflik yang
saudara pada remaja yang memiliki saudara terjadi.
dengan gangguan spektrum autisme bersifat Kedua topik pembicaraan yang mengikuti
egaliter dalamhal-hal tertentu, misalnya ketika minat dari saudara dengan gangguan spektrum
sedang berbicara dan bercanda. Kehadiran autisme. Hal ini terjadi karena minat restriktif
saudara dengan gangguan spektrum autisme dan kecenderungan individu dengan gangguan
sangat mempengaruhi kehidupan remaja dan spektrum autisme untuk melakukan hal-hal yang
memberi arti dan pengaruh penting terutama mereka senangi dan bersifat persisten (DSM V,
dalam hal tanggung jawab. Selain itu ada 2013). Penulis memang belum pernah mengetahui
komunikasi efektif yang bisa terjalin ketika adanya penelitian yang pernah menemukan hal
remaja bisa menyampaikan pesan dengan bahasa ini sebelumnya.
yang dimengerti subjek Ketiga, pada subjek satu, penulis
Pola pada dimensi warmth, kehangatan menemukan bahwa subjek sering menceritakan
dan kedekatan dapat dibangun dari komunikasi hal-hal yang bersifat pribadi seperti masalah
rutin yang dilakukan, baik komunikasi verbal cinta, kepada adiknya. Begitu juga dengan
maupun nonverbal. Komunikasi verbal lebih adiknya. Hal ini tidak penulis jumpai pada subjek
sering dilakukan karena saudara lebih dominan dua, dan juga penelitian-penelitian sebelumnya.
menggunakan komunikasi verbal. Keberhasilan Menurut penelitian Furman dan Buhrmester

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 6


Vol. 04 No.1, April 2015
Ribka Mutiara Simatupang, Rr. Muryantinah Mulyo Handayani

(1985) hal ini erat kaitannya dengan variabel masalah pada sistem keluarga yang memiliki
konstelasi keluarga seperti jenis kelamin yang anak dengan gangguan spektrum autisme,
sama, jarak usia yang tidak terlalu jauh, jumlah terutama yang bersifat komparatif pada keluarga
saudara yang sedikit, dan juga karakteristik dengan jumlah anggota keluarga yang besar dan
autisme adik subjek yang tergolong autisme keluarga dengan jumlah anggota yang sedikit. Hal
ringan. Pada penelitian ini tampaknya, jenis lain yang menjadi rekomendasi penulis adalah
kelamin dan jumlah saudara lebih berpengaruh meneliti bagaimana pola relasi yang terbetuk
daripada jarak usia, karena sebetulnya jarak usia pada masa anak-anak dan juga dewasa, sehingga
subjek dua dengan adiknya dekat, hanya dua hasil penelitian tersebut dapat melengkapi hasil
tahun. Hanya saja hal ini tidak muncul di subjek penelitian yang dilakukan penulis. Dengan
dua. Subjek dua mengaku lebih sering bercerita demikian diharapkan diketahui bagaimana pola
masalah pribadi pada kakak perempuannya. Lain relasi saudara pada tiap jenjang pertumbuhan
halnya dengan subjek satu yang sehari-hari hanya dan dapat dilakukan suatu tindakan preventif
bersama seorang adiknya, sehingga mau tak mau dan intervensi dalam menciptakan relasi yang
subjek satu pasti berinteraksi dengan adiknya. baik bagi individu dengan gangguan spektrum
Penulis merekomendasikan penelitian- autisme dan juga saudaranya.
penelitian selanjutnya dapat berfokus pada

PUSTAKA ACUAN
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical of mental health (5th.ed).
Washington DC: Author.
Autisme dan permasalahannya. (2007,12 September). Diakses pada tanggal 31 November 2013 dari
http://www.rumahautis.org/v2/aboutisme/356-autisme-dan-permasalahannya.html.
Brody, G.H. (2004). Siblings direct and indirect Contributions to Child Development. Current
Directions in Psychological Science,13(4), 124-128.
Buhrmester, D., & Furman, W. (1990). Perceptions of sibling relationships during middle childhood
and adolescence. Child Development, 61, 1387-1398.
Ciccireli, V.G. (1994). Sibling relationship across the lifespan. New York: Plenum Press.
Cox, A. H., Marshall, E. S., Mandleco, B. L., & Olsen, S. F. (2003). Coping responses to daily life
stressors of children who have a sibling with a disability. Journal of Family Nursing, 9(4), 397-413
Frea, W.D. (2010, April). Preparing adolescents with autism for successful futures. Exceptional Parent.
40, 26-29.
Furman, W., & Buhrmester, D., (1985). Children’s perceptions of the qualities of sibling relationships.
Child Development, 56, 448-461.
Harnowo, P.A. Hari Autis Sedunia,Jumlah Anak dengan gangguan spektrum autisme di 2012 Makin
Banyak (2012, 2 Februari). Detik [on-line].Diakses pada tanggal 31 Maret 2013 dari http://health.
detik.com/read/2012/04/02/100034/1882522/763/jumlah-anak-autis-di-2012-makin-banyak
Hastings, R.P. (2003). Behavioral Adjusment of Siblings of Children with Austism Engaged with
in Applied Behaviour Analysis Early Intervention Programs: The Moderating Role of Social
Support. Journal of Autism and Developmental Disorder, 33 (2), 141-150.
Kaminsky, L., & Dewey, D. (2001). Sibling relationship of children with autism. Journal of Autism and
Developmental Disorder, 31(4), 399-410.
Knott, F., Lewis, C., William, T. (2007). Sibling interaction of children with autism: development over
12 Months. Journal of Autism and Developmental Disorder, 37, 1987-1995.
McCoy J.K., Brody, G.H., Stoneman, Z. (1994). A longitudinal analysis of sibling relationships as
mediators of the link between Family processes and youths’ Best friendships. Family Processes
and Child and Adolescent Development. 43(4), 400-408.
Melisa, F. 112.000 Anak indonesia diperkirakan menyandang autisme (2013, 9 April). Republika [on-

7 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 04 No.01, April 2015
Pola Relasi Saudara pada Remaja yang Memiliki Saudara dengan Gangguan Spektrum Autisme

line]. Diakses pada tanggal 24 Maret 2014 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/


umum/13/04/09/mkz2un-112000-anak-indonesia-diperkirakan-menyandang-autisme
Orsmond, G.I, Kuo, H.Y, Seltzer, M.M. (2009). Siblings of individual with autism spectrum disorder:
Sibling relationship in adolescence and adulthood. Sage Publications and The National Autistic
Society, 13(1), 59 -80.
Petalas, M.A., Hastings, R.P., Nash,S., Duff,S. (2013). Typicality and subtle difference in sibling
relationship: Experiences of adolescence with autism. Journal of Children and Family Studies.
1-12.
Potition statement : Cause of autism. (2011, 17 Oktober). The National Autistic Society [on-line].
Diakses tanggal 25 Maret 2014 dari http://www.autism.org.uk/News-and-events/Media-Centre/
Position-statements/Causes-of-autism.aspx
Santrock, J.W. (2008). Adolescence. New York; McGraw-Hill.
Steinberg, L. (2002) Adolescence. New York: McGraw-Hill.
Strohm, K. (2006) Siblings of children with special needs. Learning Links, Information Sheet, 2006-
22 [on-line]. Diakses tanggal 24 Maret 2014 dari http://www.learninglinks.org.au/wp-content/
uploads/2012/11/LLIS-22_Siblings.pdf

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 8


Vol. 04 No.1, April 2015

You might also like