Professional Documents
Culture Documents
1
ISSN : 2085-8418
ABSTRACT
One of the alternative institution that distributes productive fund to the community in need is the
“Amil Zakat” Institution. The community-based Misykat, which belongs to the institution, is Dompet Peduli
Umat Daarut Tauhid (DPUDT), which not only contributes the rolling fund but also establishes mental and
character building as its main product. It also delivers business management to a self-supporting
community, and create a new working environment for the local community. The objectives of this study
are, firstly, to analyze the implementation of the Misykat Program for the empowerment of micro-
businesses in Bogor, based on the achievement of the program, and secondly, to analyze the most
influencing strategy of the Misykat Program in Bogor, based on the priority scale. The data collecting was
conducted through literature study, standard operation of the Misykat Program, and data implementation
of the program in Bogor as the secondary data collecting. The primary data collecting was obtained
through interview with the management, and through questionnaire input from members. The data
analysis was executed through the descriptive and Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats
(SWOT) analysis using Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-
External (IE) and SWOT matrix. The last stage of the strategy formulation was the decision in using the
Quantitative Strategic Planning (QSP) matrix. The study showed that 30 people joined the Misykat
Program, and that there were still no significant changes in the economic welfare of its members.
However, there was an increase in the accumulation of members’ saving and reserved fund, and their
economic productivity, caused by a creativity enhancement in developing business. In the Nurul Qomar
Council, the distributed fund was more effective compared to that in the Al-Ikhlas Council. There was a
paradigm shift in the members’ way of thinking as a result of an intensive community establishment.
Unfortunately, no member has become “Muzakki” yet because their earnings have not reached “nishab”.
Meanwhile, the most applicable strategies are enhancing the quality of service, education and supervision
to the members.
jumlah total 79 juta tenaga kerja tersbut, 70,3 juta dibutuhkan sebuah pengelolaan dana zakat
orang bekerja di UMK, sementara 8,7 juta lainnya professional dan bertanggungjawab. Keberhasilan
di UM. Di sisi lain, dengan semakin ketatnya pengelolaan zakat secara profesional dan
persaingan usaha sebagai dampak globalisasi bertanggungjawab selain tergantung pada
pasar, maka pembinaan dan pengembangan banyaknya jumlah zakat yang terkumpul, juga
terhadap UK sangat diperlukan, agar usaha ini tergantung pada dampak dari pendayagunaan
tidak terdesak dengan usaha besar (UB) dan zakat di Masyarakat. Dalam rangka mencapai
investor mancanegara. dampak yang diharapkan, yaitu terwujudnya
Masalah pembiayaan selama ini menjadi kesejahteraan dan keadilan sosial, beberapa
masalah besar bagi UMKM. Pemerintah telah lembaga Amil Zakat (LAZ) menerapkan strategi
menyiapkan penjaminan kredit dengan anggaran pendayagunaan zakat berbentuk zakat produktif,
Rp 1 triliun - Rp 1,5 triliun, sehingga diharapkan yaitu pemberian zakat kepada para Mustahiq
perbankan tidak keberatan lagi untuk (penerima zakat) dalam bentuk modal usaha.
mengucurkan dananya ke sektor UMKM (Anonim, Pendayagunaan dana zakat berbentuk zakat
2007). Namun demikian, program pemerintah produktif didukung oleh visi Al-Quran, yaitu untuk
terkadang tidak tersosialisasi dengan baik ke menciptakan sebuah sistem ekonomi yang sehat,
seluruh daerah, sehingga tidak sedikit UMKM sehingga kekayaan tidak menumpuk pada
yang merasakan kesulitan untuk memperoleh sekelompok orang, tetapi terdistribusi secara adil
informasi tentang perolehan kredit mudah dan di semua lapisan masyarakat (QS.Al-Hasyr : 59
murah. Selain UMKM, pihak bank ataupun ayat 7). Visi ini diperkuat dalam hadist Rasulullah
lembaga keuangan non bank juga merasakan SAW, riwayat Imam Muslim dari Salim bin Umar
kesulitan memperoleh informasi tentang UMKM dari Ayahnya, “Bahwa Rasulullah telah
yang potensial untuk didanai. memberikan zakat kepadanya, lalu menyuruhnya
Usaha-usaha mikro yang banyak digeluti oleh untuk dikembangkan atau untuk disedekahkan
sebagian besar lapisan masyarakat kelas bawah, lagi” (Hafidhuddin, 2002). Dalam rangka
seperti pedagang di pasar-pasar tradisional, menjawab tuntutan zaman, kedua dasar hukum di
pengrajin kecil, pedagang keliling dan lain-lain, atas diperkuat oleh Yusuf Qardhawi dalam Fiqh
seringkali tidak tersentuh oleh berbagai kebijakan Zakat. Qardhawi mengemukakan bahwa
dan program pemerintah. Hal itu selain pemerintah Islam diperbolehkan membangun
disebabkan oleh jumlahnya yang sangat banyak, pabrik-pabrik atau perusahaan dari uang zakat,
sehingga tidak terjangkau oleh pemerintah, serta kemudian kepemilikan dan keuntungan ditujukan
dari segi bisnis usaha tersebut kurang menarik bagi kepentingan kaum miskin.
sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPU
(Thoha, 2000). Alternatif yang berkembang DT) adalah salah satu lembaga pengelola
selama ini untuk membiayai UMKM adalah ZISWAF yang berorientasi pada pengelolaan
melalui lembaga keuangan mikro (LKM) dengan dana zakat (amil). Zakat diyakini sebagai suatu
persyaratan yang tidak seketat perbankan. sunatullah untuk mengentaskan kemiskinan dan
Bangsa Indonesia yang mayoritas kefakiran, maka diperlukan pengelolaan
penduduknya beragama Islam sebenarnya profesional, baik dari sisi penghimpunan,
mempunyai potensi pendanaan yang belum pengadministrasian maupun pendayagunaannya.
dioptimalkan. Hal ini berkaitan dengan kewajiban Menyalurkan atau mendayagunakan zakat
seorang muslim untuk berzakat. Berdasarkan ternyata bukan perkara mudah, bahkan
perkiraan Said Agil Munawar, bahwa potensi merupakan perkara yang sulit. Bukan sekedar
zakat di Indonesia per tahunnya mencapai Rp.7,5 bagi-bagi saja, namun bagaimana dana zakat
triliun. Perkiraan ini berdasarkan asumsi BPS dapat memberdayakan dan berkelanjutan
2006 yang menyatakan Indonesia ada 40 juta KK, (Anonim, 2006).
dengan 32 juta KK diantaranya penduduk Menjawab tantangan tersebut, DPU DT telah
“sejahtera” dan dengan asumsi 90% penduduk melaksanakan suatu program pendayagunaan
Indonesia beragama Islam, dengan penghasilan zakat untuk penanggulangan kemiskinan yang
Rp.10 juta-1 milyar/KK/Tahun dan tarif zakat 2,5%. bernama Microfinance Syariah Berbasis
Pada tahun 2004, PIRAC (Public Interest Masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan
Research and Advocacy Center) melakukan Misykat. Program Misykat merupakan sebuah
penelitian mengenai potensi zakat dana zakat di bentuk pemberdayaan ekonomi produktif yang
10 kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan dikelola secara sistematis, intensif dan
bahwa rataan potensi zakat Rp. berkesinambungan berlandaskan syariah Islam.
416.000/muzzaki/tahun. Misykat diresmikan oleh DPU DT tanggal 22 April
Potensi zakat yang cukup besar dapat 2002 di Daarul Ilmi Bandung. Namun secara
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber dana mekanisme kerja, program ini mulai efektif
untuk menanggulangi masalah kemiskinan, dilaksanakan pada awal tahun 2003.
karena salah satu dampak yang diharapkan dari Dalam program Misykat, peserta akan diberi
kewajiban berzakat ialah terwujudkan modal bergulir, keterampilan berusaha, serta
kesejahteraan dan keadilan sosial dalam suatu mendapatkan pembinaan mental dan karakter,
masyarakat. Untuk mewujudkan harapan di atas sehingga menjadi mandiri dan dapat menciptakan
Vol. 5 No. 1
14 Kajian Program Misykat
lapangan kerja baru untuk lingkungannya. Misykat penelitian (Sitorus dan Agusta, 2004).
memiliki mekanisme inheren yang secara Pertanyaan yang diajukan tidak
otomatis merupakan upaya pencegahan terstruktur tetapi terpusat pada pokok
(preventif) terjadinya kredit macet yang sekaligus persoalan tertentu. Wawancara dilakukan
juga sebagai upaya penanggulangan (kuratif) dengan pengurus DPU DT dan
manakala terjadi kemacetan. Kompetensi yang pendamping Misykat untuk memperoleh
harus dimiliki oleh para pengelola program informasi pengelolaan Misykat, kendala-
Misykat adalah memiliki kemampuan untuk kendala di lapangan dan perkembangan
menyalurkan bantuan modal produktif kepada Misykat.
usahawan mikro. Dalam hal ini, dibutuhkan b. Kuesioner
investigasi cermat dalam penyaluran bantuan, Kuesioner yang diberikan meliputi
agar tidak salah pilih orang/usaha mikro, kuesioner penilaian bobot dan rating
sehingga dana tersebut tidak digunakan sebagai faktor strategik internal dan eksternal
dana konsumtif. untuk Ketua DPU DT, Manajer
Pelaksanaan Misykat di Bandung sebagai Pendayagunaan DPU DT, yang
pelopor mendapat sambutan dan berkembang membawahi program Misykat dan Ketua
dengan baik. Antusiasme masyarakat tersebut Program Misykat serta kuesioner untuk
membuat DPU DT juga mencoba untuk anggota Misykat.
menerapkan program Misykat di luar wilayah Pemilihan responden anggota Misykat
Bandung, antara lain di Tasikmalaya, Jakarta, dilakukan secara purposive sampling, yaitu
Garut, Yogyakarta, Aceh dan Bogor. Perbedaan anggota Misykat DPU DT yang sengaja/dipilih
karakteristik wilayah dan sumber daya manusia untuk dijadikan responden dan jumlahnya
(SDM) akan mempengaruhi proses pelaksanaan ditentukan dengan rumus Slovin.
dan keberhasilan dari program. Untuk Data yang diperoleh dianalisa secara
pelaksanaan program Misykat di Bogor, dipilih deskriptif untuk menggambarkan profil model
wilayah Gunung Batu Ciomas sebagai sasaran misykat di Bandung sebagai pusat kepengurusan
implementasi programnya. Sebagai program dan efektifitas keberhasilan program Misykat di
jangka panjangnya, DPU DT Bogor ingin Bogor. Data kuantitatif dianalisa dengan
menjadikan kelurahan Loji Gunung Batu menjadi menggunakan matriks Internal Factor Evaluation
kampung Misykat (Anonim, 2006). (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal-
Tujuan yang diharapkan dari kajian adalah External (IE), dan Strengths, Weaknesses,
(1) Menganalisa pelaksanaan program Opportunities and Threats (SWOT). Selanjutnya
Microfinance Syariah berbasis Masyarakat metode Focusing Group Discussion (FGD)
(Misykat) sebagai upaya pemberdayaan usaha memberikan analisis rumusan strategis perbaikan
mikro di Bogor dengan melihat dari capaian program sebagai pencapaian proses kajian
indikator keberhasilan program, (2) Menganalisis bersama dengan para stakeholders (pengurus
strategi yang paling berpengaruh terhadap dan anggota Misykat).
keberhasilan program Misykat di Bogor Beberapa metode analisis yang digunakan
berdasarkan skala prioritas. dijabarkan sebagai berikut :
1. Matriks IFE dan Matriks EFE
Penyusunan matriks IFE dan EFE
METODOLOGI dilakukan dengan jalan pembobotan dan
pemberian peringkat terhadap faktor-faktor
Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat internal dan eksternal (David, 2004). Matriks
DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, IFE dan EFE yang disusun memberikan
Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa informasi faktor-faktor yang mempengaruhi
Barat. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini atau kurang mempengaruhi perusahaan
dikelompokan ke dalam dua sumber data, yaitu : dalam lingkungan internal maupun eksternal.
1. Data sekunder, sebagai data pendukung 2. Tahap Pemaduan
yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan a. Matriks IE
data organisasi, antara lain Panduan Matriks ini bermanfaat untuk
Operasional (SOP) program Misykat, laporan memposisikan perusahaan ke dalam
hasil pelaksanaan program Misykat, data matriks yang terdiri atas sembilan sel.
perguliran dan pengembalian dana Misykat. Matriks IE merupakan pemetaan dari total
2. Data primer sebagai data utama yang skor matriks IFE dan EFE. Total skor dari
diperoleh langsung dari lapangan dari matriks IFE dipetakan pada sumbu X dan
berbagai pihak yang terlibat dalam skor antara 1,0-1,99 menyatakan posisi
pelaksanaan program Misykat melalui internal adalah lemah, skor 2,0-2,99
wawancara langsung dan kuesioner. posisinya rata-rata, serta skor 3,0-4,0
a. Wawancara mendalam (in depth adalah posisi kuat. Total skor dari matriks
interview) EFE pada sumbu Y dengan skor 1,0-1,99
Metode ini merupakan proses temu muka adalah posisi rendah, skor 2,0-2,99
berulang antara peneliti dengan subyek
adalah posisi rataan, dan skor 3,0-4,0 beroperasinya DPU DT Bogor di tahun 2006.
adalah posisi tinggi (David, 2004). Sebagai lembaga pemberdayaan yang sudah
Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian memiliki SOP, maka pada dasarnya pelaksanaan
utama yang mempunyai dampak strategi Misykat di Bogor harus sesuai dengan rambu-
berbeda (David, 2004). Pertama, divisi rambu yang telah ditetapkan. Namun tentunya
yang masuk dalam sel I, II, atau IV setiap wilayah memiliki karakteristik yang
disebut sel tumbuh dan bina (grow and berbeda-beda, oleh karena itu ada beberapa
build) dan strategi yang cocok untuk aturan yang menjadi prinsip dasar Misykat dan
diterapkan, antara lain strategi intensif tidak bisa disesuaikan dan ada aturan yang dapat
(penetrasi pasar, pengembangan pasar disesuaikan. Esensi/prinsip dasar program
dan pengembangan produk) atau strategi Misykat yang tidak dapat diubah adalah : (1)
integratif (integrasi ke belakang, integrasi penguatan pendidikan dan pelatihan sebelum
ke depan dan integrasi horisontal). Kedua, pinjaman, (2) harus berkelompok, (3) jumlah
divisi yang masuk dalam sel III, V, atau kelompok, (4) jarak antar kelompok harus
VII dapat dikelola dengan stategi berdekatan (ditempuh dengan jalan kaki), (5) usia
pertahankan dan pelihara (hold and anggota dan pendidikan homogen, (6) model
maintain) melalui strategi penetrasi pasar perguliran dana 2-2-1, (7) wajib memiliki tabungan
dan pengembangan produk. Ketiga, divisi berencana, (8) wajib membayar iuran kelompok
yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX (besarnya tergantung wilayah program), (9)
adalah sel panen atau divestasi (harvest adanya prinsip tanggung renteng di antara
and divestiture) dengan strategi divestasi kelompok, (10) pendampingan rutin pekanan, (11)
atau likuidasi. pemberian dana bergulir untuk kepentingan
b. Matriks SWOT produktif bukan konsumtif.
Matriks SWOT merupakan alat Program Misykat dapat disesuaikan dengan
pencocokan untuk menyusun strategi kondisi kultur dan budaya setempat, yaitu : (1)
dengan menggabungkan kekuatan, jumlah plafon uang iuran kelompok, (2) jumlah
kelemahan, peluang dan ancaman yang plafon penerimaan dana bergulir, (3) fokus
dimiliki organisasi. Matriks SWOT sasaran tidak terbatas pada satu kelompok, (4)
memiliki empat alternatif strategi, yaitu : fokus pekerjaan sasaran dapat beraneka ragam,
(1) strategi SO, yaitu strategi mengguna- (5) jangka waktu pengembalian dana bergulir dan
kan kekuatan internal perusahaan untuk (6) jangka waktu perguliran dana 2-2-1.
memanfaatkan peluang; (2) strategi WO, Sebagian besar anggota Misykat Bogor
yaitu strategi memperbaiki kelemahan berpendidikan SLTA/Aliyah (43,48%), dengan
dengan memanfaatkan peluang; (3) usia 35-44 tahun (47,83%), bidang usaha
strategi ST, yaitu strategi menggunakan perdagangan (73,91%) dan status kepemilikan
kekuatan perusahaan untuk menghindari/ rumah sendiri (69,57%). Sedangkan pendapatan
mengurangi dampak ancaman; dan (4) sebelum ikut Misykat mayoritas berada pada
strategi WT, yaitu strategi mengurangi kisaran Rp.700.000-Rp 2.999.999 (43,48%). Bila
kelemahan dan menghindari ancaman. dilihat dari pendapatan sebelum bergabung
Pengembangan strategi pada matriks dengan Misykat, ada 2 (dua) anggota yang
SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari memiliki penghasilan di atas Rp. 3.000.000
matriks IE. Letak perusahaan pada salah sehingga menurut penulis tidak lagi tergolong
satu sel, grow and build atau hold and dalam kategori mustadh’afiin (pra sejahtera)
maintain atau harvest and divestiture sebagaimana seharusnya sasaran Misykat. Hasil
menunjukkan jenis strategi yang cocok wawancara penulis dengan pengurus Misykat
untuk diterapkan pada perusahaan. menjelaskan bahwa pengurus tidak hanya melihat
3. Tahap Keputusan dari pendapatan per bulannya, melainkan dilihat
Tahap terakhir dari perumusan strategi juga jumlah tanggungan dalam keluarga, serta
adalah tahap keputusan, dimana alat analisis keseimbangan antara pemasukan dan pengeluar-
yang digunakan dalam tahap ini adalah an. Namun demikian pengurus tidak menampik
matriks QSP (David, 2004). bahwa memang ada anggota yang sudah tidak
lagi dalam kategori mustadh’afiin. Hal ini
HASIL DAN PEMBAHASAN dikarenakan adanya hubungan yang kuat dengan
anggota misykat lainnya dan sangat tertarik ingin
Program Misykat Bogor mengikuti program pendampingan Misykat.
Pelaksanaan Misykat di Bogor masih menjadi
Pelaksanaan Misykat di Bogor berdasarkan
sub divisi dari divisi pendayagunaan DPU DT.
capaian indikator keberhasilan program
Adapun kantor DPU DT di Bogor berlokasi di
kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, a. Adanya peningkatan penghasilan Ekonomi
Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Karena masih rumah tangga
menjadi sub divisi dari DPU DT maka Pada dasarnya sama dengan
pelaksanaan program Misykat beriringan dengan pelaksanaan Misykat di Bandung, dalam
Vol. 5 No. 1
16 Kajian Program Misykat
jangka waktu 1 tahun belum dapat dengan majelis ketiga, yaitu Al Barokah.
memberikan peningkatan pendapatan nyata, Untuk selanjutnya seperti yang telah
karena faktor krisis ekonomi juga sangat disebutkan sebelumnya bahwa Misykat Bogor
berpengaruh terhadap kelangsungan usaha akan menjadikan Kecamatan Loji sebagai
di sektor mikro. Peningkatan yang terjadi Rp. daerah percontohan/role model pelaksanaan
30.000-100.000/minggu, oleh karena itu Misykat di Bogor (kampung Misykat).
perubahan yang terjadi pada kategori Rp
200.000-2.990.000, karena rataan tersebut c. Tabungan
merupakan pendapatan anggota paling Untuk tabungan data diambil dari Majelis
banyak terdapat anggota yang belum Nurul Qomar dan Al Ikhlas. Dari 30 orang
merasakan manfaat Misykat secara finansial, anggota Misykat hanya 5 orang (16,67%)
karena pada saat mengisi kuesioner belum yang memiliki tabungan sebelum menjadi
memperoleh pinjaman. anggota. Setelah bergabung dengan Misykat
Untuk mengetahui pada kelas pendapat- dan adanya pinjaman dana bergulir yang
an berapakah program Misykat dapat berhasil mewajibkan memiliki tabungan berencana,
secara optimal diperlukan suatu proses kajian yaitu tabungan wajib yang telah disepakati
tersendiri untuk menggali masalah tersebut. pada saat akad perguliran. Untuk tabungan
Dalam hal ini, pengurus Misykat harus lebih berencana rataannya menabung Rp.20.000-
spesifik untuk menetapkan sasaran penerima Rp.100.000 per bulan, sehingga walaupun
program, agar hasilnya lebih optimal, dengan tidak ada sistematik pencatatan yang
menggunakan patokan jelas atas kategori menunjukkan peningkatan jumlah tabungan
miskin dan mengkaji kembali apakah kategori berencana, namun dapat dilihat bahwa kini
penghasilan di bawah Rp. 1.500.000,- sudah seluruh anggota rutin menabung setiap bulan
cukup efektif dijadikan sasaran penerima agar berdampak pada adanya pertumbuhan
program. jumlah tabungan.
Selama Maret 2007-Maret 2008, Garis Tabungan cadangan adalah tabungan
Kemiskinan naik 9,56%, yaitu dari wajib bila anggota memiliki pinjaman 25%
Rp.166.697,- per kapita per bulan pada Maret dari angsuran pokok. Untuk tabungan
2007 menjadi Rp.182.636,- per kapita per cadangan tercatat jumlah akumulasi dana
bulan pada Maret 2008. Bila ditinjau dari tabungan cadangan sampai dengan Agustus
kategori penduduk miskin berdasarkan BPS, 2008 untuk majelis Nurul Qomar Rp. 821.300
maka penetapan penghasilan di bawah dan Al Ikhlas Rp. 796.700.
Rp.1.500.000, masih terlalu tinggi, dimana
upah minimum buruh industri wilayah d. Adanya kesinambungan aset program
Jabotabek berdasarkan BPS pada triwulan III Jumlah dana yang digulirkan dari tahun
2008 rataannya Rp. 1.095.790 dan pada 2007-2008 adalah Rp. 16.190.000 terbagi
triwulan II 2008 Rp. 1.200.722. atas perguliran tahap 2 Nurul Qomar Rp.
7.340.000 dan perguliran tahap 1 Al Ikhlas Rp.
b. Lahirnya kelompok-kelompok milik Mustahiq 8.850.000. Jumlah dana yang diperoleh
di Masyarakat rataan anggota Rp. 800.000. Hasil
Sejak tahun 2006 hingga Desember wawancara dengan pengurus, rentang jumlah
tahun 2008, jumlah anggota Misykat 45 orang dana yang digulirkan sama dengan di
yang terdiri dari 3 majelis, dimana setiap Bandung yaitu Rp.300.000–Rp.1.000.000.
majelisnya terdiri dari 15 orang yang terbagi Cara pengembalian pijaman Misykat Bogor
menjadi 3 kelompok setiap majelis yang dilakukan sebanyak 32 kali cicilan atau 32
sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. minggu yang berarti 8 bulan. Perguliran tahap
Untuk majelis pertama bernama Nurul Qomar II Nurul Qomar dilakukan dengan waktu
terbentuk tidak berdasarkan proses registrasi pencairan dana tidak teratur, namun bila
seperti yang ada pada SOP melainkan diambil mayoritas waktu pencairannya dapat
rekomendasi dari ketua RT setempat. Majelis dibagi menjadi 3, yaitu Agustus 2007,
Nurul Qomar merupakan sekelompok ibu-ibu September 2007 dan Januari 2008.
pengajian yang terbentuk dari 2 RT Sedangkan untuk perguliran tahap I Al-Ikhlas,
berdekatan. Program Misykat Bogor memilih waktu pencairan dananya teratur, yaitu Juli
untuk lebih memberdayakan ibu-ibu dengan 2007 dan September 2007.
tujuan memberikan penghasilan tambahan Rincian perguliran dana sebagai berikut :
dalam keluarga, maka Ketua RT setempat Sampai dengan Desember 2008 untuk
menunjuk sekelompok ibu-ibu pengajian yang perguliran tahap II majelis Nurul Qomar dan
telah terbentuk, agar kegiatan ibu-ibu tersebut perguliran tahap I majelis Al Ikhlas telah
lebih bermanfaat. diselesaikan. Untuk majelis Nurul Qomar
Majelis yang kedua bernama Al Ikhlas pengembalian dana berlangsung dengan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada lancar. Pengertian lancar menurut SOP
pada SOP dari pintu ke pintu, sehingga Misykat adalah pengembalian dana bergulir
memakan waktu lebih lama. Begitu juga tepat waktu pada saat pertemuan pekanan
secara rutin. Namun ada satu anggota yang f. Perubahan karakteristik dan paradigma
mengalami kendala, yaitu ibu Enting, berpikir anggota
sehingga harus dibantu dengan memberikan Berdasarkan hasil kuesioner dapat dilihat
motivasi dan pendampingan lebih intensif bahwa ada perubahan paradigma berpikir
oleh pengurus dan dibantu oleh rekan-rekan anggota, yaitu semula sebelum jadi anggota
kelompoknya. tidak menabung, tetapi setelah menjadi
Untuk majelis Al Ikhlas, pengembalian anggota Misykat dapat mendisiplinkan diri
dana bergulirnya kurang lancar. Yang untuk menyisihkan penghasilannya untuk
dimaksud dengan pengembalian kurang menabung. Hal lainnya, anggota merasakan
lancar dalam SOP Misykat adalah manfaat dari adanya materi-materi
pengembalian dana bergulir dari anggota keagamaan yang diberikan oleh pendamping,
pada setiap pekannya, kadang membayar sehingga motivasi dalam berusaha lebih
kadang tidak. Kondisi itu ditentukan selama tinggi. Dari wawancara didapatkan bahwa
empat kali pertemuan, sehingga anggota dalam bekerja tidak hanya semata-
menyebabkan penyelesaian pengemba-lian mata mencari nafkah, tetapi juga diniatkan
dana bergulir tidak sesuai dengan periode untuk beribadah, sehingga menjadi lebih giat
jatuh temponya, yaitu mundur selama 1 (satu) dan ikhlas.
bulan atau 4 (empat) minggu. Anggota juga mulai merasakan penting-
Perguliran dana dalam tataran lembaga nya pembuatan perencanaan keuangan
keuangan secara umum sering disebut dalam pengelolaan usaha, sehingga anggota
dengan pinjaman atau kredit. Berdasarkan telah terbiasa menggunakan perencanaan
peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 keuangan, walaupun masih sangat
tentang Penilaian Mutu Aktiva Bank Umum, sederhana. Secara keseluruhan, anggota
mutu kredit ditetapkan berdasarkan faktor Misykat mengakui bahwa program Misykat
prospek usaha, kinerja (performance) debitur sangat menunjang kinerja usaha mereka.
dan kemampuan membayar. Penilaian
terhadap kemampuan membayar meliputi g. Menjadi Muzakki (pembayar zakat)
komponen : ketepatan pembayaran pokok Anggota yang dikategorikan menjadi
dan bunga; ketersediaan dan keakuratan Muzakki ada 2 orang, tetapi bukan karena
informasi keuangan debitur; kelengkapan setelah menjadi anggota, melainkan sebelum
dokumentasi kredit; kepatuhan terhadap menjadi anggota. Sedangkan anggota yang
perjanjian kredit; kesesuaian penggunaan lain belum ada yang dapat dikategorikan
dana; dan kewajaran sumber pembayaran menjadi Muzakki, karena pendapatannya
kewajib-an. Dengan demikian pada pasal 13 belum mencapai nishab zakat. Data tersebut
ditetapkan mutu kredit menjadi : lancar; diambil dari majelis Nurul Qomar dan Al
dalam perhatian khusus; kurang lancar; Ikhlas.
diragukan; atau macet, tanpa ada penjelasan
mendetail lagi mengenai kategori tersebut. Analisis Kelembagaan program Misykat
Oleh karena itu, penetapan istilah operasional
Untuk menganalisis program Misykat sebagai
yang digunakan Misykat terhadap pembiaya-
sebuah bentuk kelembagaan, maka diidentifikasi
an dana bergulir telah mengacu pada
faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri
peraturan Bank Indonesia mengenai kredit
dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor
pada lembaga keuangan secara umum.
eksternal terdiri dari peluang dan ancaman.
Faktor internal dan eksternal tersebut diuraikan
e. Produktivitas ekonomi anggota
sebagai berikut :
Untuk mencapai produktivitas ekonomi
a. Strenghts (kekuatan)
anggota, program Misykat Bogor masih
1) Prosedur pengajuan mudah
mengarah dalam upaya pencapai-an. Hal ini
2) Tidak menggunakan bunga (riba)
dilihat dari usaha kelompok telor asin, pada
3) Memberikan pendampingan intensif
majelis Nurul Qomar sedang dalam proses
4) Memberikan pendidikan secara berkala
untuk memperoleh ijin (nomor registrasi) dari
kepada Mustahiq/anggota
Departemen Kesehatan agar memiliki nilai
5) Memiliki SDM bermutu
jual lebih, sehingga dapat dipasarkan lebih
6) Berbasis masyarakat (dari-oleh-untuk
luas ke departement store. Rencana jangka
masyarakat)
panjang Misykat Bogor membuat suatu
b. Weakness (kelemahan)
produk dengan menggunakan nama sendiri
1) Keterbatasan plafon pemberian dana
yang terdaftar secara resmi di Departemen
bergulir
Perindustrian dan Perdagangan. Dengan
2) Proses pencairan dana cukup lama
demikian, program Misykat Bogor masih
3) Sering terjadi perubahan pengurus
dalam upaya mencapai pengembangan pasar
4) Jumlah petugas pendamping terbatas
dan pengembangan produk.
5) Program Misykat belum populer di
Masyarakat
Vol. 5 No. 1
18 Kajian Program Misykat
Tinggi
I II III
Total Skor EFE
3,0
Rataan
IV V VI
2,0
Rendah
VII VIII IX
1,0
Vol. 5 No. 1
20 Kajian Program Misykat
Peningkatan mutu pelayanan, pendidikan dan dengan usaha yang kegiatan hampir sama,
pendampingan kepada anggota merupakan seperti PNPM Mandiri dan BMT.
usaha penting untuk mengantisipasi persaingan
Vol. 5 No. 1