You are on page 1of 6

Anas M.

Fauzi, Ainy Rahmawakhida, dan Yaoi Hidetoshi

KAJIAN STRATEGI PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI KECIL TAPIOKA:


KASUS KELURAHAN CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA

STUDY ON CLEANER PRODUCTION STRATEGY IN THE SMALL SCALE TAPIOCA INDUSTRY:


A CASE STUDY IN KELURAHAN CILUAR, NORTH BOGOR SUB-DISTRICT

Anas M. Fauzi, Ainy Rahmawakhida, dan Yaoi Hidetoshi

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor - Bogor

ABSTRACT

Small scale industries are gaining importance and their contribution to pollution problems cannot be
ignored. One of small scale industry having the potential to cause environment problems is centralized of small
scale tapioca industries. Small scale industries typically have limited space for the installation of treatment
system. In addition, often small scale industries are only marginally profitable, so waste treatment investment
may threaten their viability. This problem can be solved by applying cleaner production strategy. This research
studies the potentials of cleaner production application and formulating alternatives of cleaner production
strategy in order to develop centralized small scale tapioca industry in Ciluar. The cleaner production
alternatives which are potential to be applied are good housekeeping, usage of “gobegan”extractor, washing of
sedimentation tank daily, water controling, and worker supervision. The investment of these alternatives is Rp
10.052.000 and pay back period (PBP) one year seven manths. Analytical Hierarchy Process (AHP) analysis
shows that technology is the most important factor to maximize crude tapioca production efficiency by applying
cleaner production. The priority of cleaner production program from AHP analysis is socialization and training
of cleaner production application, integrated waste management, and socialization and training of crude tapioca
quality increasing procedures.

Keywords : cleaner production, small scale industry, tapioca, AHP

PENDAHULUAN Kajian ini meliputi identifikasi proses produk-


si, status produksi bersih pada industri kecil tapioka
Sentra industri kecil tapioka Ciluar merupakan dan peluang penerapan lebih lanjut, dan cara mem-
salah satu pusat penghasil tapioka kasar di Bogor perbaiki efisiensi produksi melalui penerapan pro-
yang terus berkembang. Tapioka yang dihasilkan duksi bersih.
memiliki kadar air 12,45%, abu 0,07%, derajat
keputihan 91,61%, viskositas 1,350Engler, dan kadar METODOLOGI
HCN 0,0016% (Hidethosi, 2006). Keluaran lainnya
berupa onggok basah dan limbah cair dalam jumlah Identifikasi Proses Produksi
besar karena teknologi yang digunakan relatif Kajian dilakukan pada sentra industri kecil
sederhana. tapioka di Ciluar, Bogor yang terdiri dari 21 industri
Sentralisasi industri tapioka memberikan dengan kapasitas produksi 720-1440 kg ubi kayu per
dampak baik positif maupun negatif pada berbagai hari. Produk yang dihasilkan berupa tapioka kasar
aspek termasuk lingkungan. Dampak negatif antara dan kemudian dijual ke industri pengayakan menjadi
lain akumulasi dan intensitas polutan yang tinggi di tapioka halus. Selain mengetahui teknologi yang
kawasan tersebut, sedangkan sisi positifnya adalah digunakan, tahap ini juga untuk menghitung neraca
kemudahan dalam pembinaan lingkungan industri. massa.
Pencemaran lingkungan disebabkan oleh
volume limbah yang besar dan pembuangan lang- Analisis Penerapan Produksi Bersih
sung ke lingkungan tanpa pengolahan yang mema- Analisis dilakukan berdasarkan pengamatan
dai. Tingkat kesadaran pengusaha dan kemampuan lapangan, wawancara dengan pelaku industri, dan
finansial menjadi kendala di dalam penanganan pendapat pakar. Pengamatan dan wawancara dilaku-
limbah industri tapioka. Produksi bersih (cleaner kan pada semua industri anggota sentra, sedangkan
production) menjadi strategi yang potensial diterap- tenaga ahli terdiri dari lima pakar. Tujuan tahap ini
kan pada industri tapioka karena ada peran aktif adalah mengidentifikasi strategi produksi bersih
pelaku industri, nilai tambah langsung, dan pengu- yang telah diterapkan dan yang potensial untuk di-
rangan resiko lingkungan. terapkan lebih lanjut.
Dalam rangka meningkatkan daya saing in-
dustri tapioka dan menciptakan green industry maka Penentuan Strategi
perlu dikaji alternatif-alternatif strategi produksi Penerapan produksi bersih didasarkan pada
bersih yang dapat diterapkan di sentra industri kecil tiga aspek yaitu teknologi, finansial (PBP), dan kebi-
tapioka. Tujuan kajian ini adalah mendapatkan alter- jakan. Prioritas kebijakan dianalisis menggunakan
natif strategi produksi bersih dan aplikasinya untuk AHP (Analytical Hierarchy Process), terdiri dari
sentra industri kecil tapioka khususnya di Ciluar. tiga hirarkhi (infrastruktur, pelaku, program) dengan

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 60-65 60


Kajian Strategi Produksi Bersih di Industri Kecil ..........

menggunakan software Expert Choice 2000. Strategi serta emisi pada sumbernya. Ada lima tipe pence-
penerapan produksi bersih disusun dengan mengacu gahan dalam rangka pelaksanaan produksi bersih
pada posisi industri kecil tapioka yang dianalisis yaitu modifikasi produk, substitusi input, modifikasi
menggunakan SWOT. teknologi, good housekeeping, dan daur ulang di
tempat (Berkel, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN Industri tapioka di Ciluar telah melaksanakan
tiga dari lima strategi di atas yaitu modifikasi tekno-
Proses Produksi Tapioka logi, good housekeeping, dan daur ulang di tempat
Proses produksi tapioka terdiri dari pengu- (Tabel 1). Modifikasi teknologi antara lain peng-
pasan, pencucian, pemarutan, ekstraksi, pengenapan, gunaan mesin produksi dan satu mesin penggerak
pengecilan ukuran, dan pengeringan. Bahan baku untuk beberapa unit proses. Dua strategi lainnya
berupa ubi kayu dan proses-proses tersebut meng- memiliki dua fungsi yaitu meningkatkan efisiensi
gunakan banyak air. Keluaran proses produksi selain dan memberikan manfaat positif bagi lingkungan
tapioka, juga dihasilkan limbah cair dan limbah (Weston dan Stuckey, 1994). Produksi bersih juga
padat yang berupa onggok dan kulit. terbukti memberikan nilai tambah langsung kepada
industri seperti penjualan onggok dan tapioka kasar
139 L air 1.116 L air
kotor.
Ubi Kayu Pengupasan Pencucian Pemarutan Ekstraksi Onggok
100 kg 54,5 kg
Tabel 1. Opsi produksi bersih yang telah diterapkan
20 kg 144 L air + 2 kg
pada industri tapioka
kulit kotoran tececer
Pengenapan 1.098,5 L
Limbah cair
Strategi Aktivitas
Good - Pengenapan air untuk proses
Tapioka kasar Penjemuran Penghancuran
22 kg housekeeping produksi
14 kg uap + tececer
- Pencucian bak : tiga hari sekali
- Perawatan silinder pemarut
Gambar 1. Tahapan proses produksi tapioka. secara rutin
- Penggunaan jam dinding di
Gambar 1 menyajikan proses produksi tapioka pabrik (tepat waktu dalam
di sentra industri Ciluar, Bogor. Proses pengupasan pengenapan)
dan pencucian dilakukan secara manual, sedangkan - Penggunaan alas untuk
pemarutan, ekstraksi dan penghancuran secara menampung butiran pati yang
mekanik. Ekstraksi dengan menggunakan alat yang tercecer
disebut gobegan atau saringan goyang terdiri dari 5 - Penggunaan pengaman kepala
atau 6 bingkai saringan 80-100 mesh ber-ukuran 1×1 oleh pekerja jemur
m yang dipasang secara horizontal pada sebuah - Product layout: sesuai urutan
kerangka kayu yang digerakkan dengan mesin. proses produksi
Sebagain besar industri melakukan ekstraksi dengan - Lantai plester semen, keramik
cara manual. Proses pengenapan dengan cara alami Modifikasi - Penggunaan mesin pemarut,
(gravitasi), demikian juga pengeringan secara alami teknologi gobegan, mesin penghancur, dan
memanfaatkan sinar matahari. tapir
Dari 100 kg ubi kayu dibutuhkan air 1.255 L - Penggunaan mesin diesel yang
untuk proses produksi dan diperoleh rendemen 22 kg sama untuk menggerakkan
tapioka kasar. Limbah padat berupa onggok (54,5 pompa air dan mesin pemarut
kg) dan kulit (20 kg), serta limbah cair (1.242,5 L). sekaligus
Berdasarkan neraca massa, terjadi kehilangan bahan - Penggunaan bak bilas untuk
pada pemarutan (2 kg) dan penjemuran (14 kg uap proses pencucian
air dan tapioka yang tercecer). On site - Pemanfaatan kulit untuk pupuk
Rendemen merupakan nilai perbandingan recovery atau pakan ternak
antara bobot tapioka kasar kering yang dihasilkan - Penjualan onggok
dengan bobot ubi kayu kupas. Menurut Thaib - Penjualan tapioka kasar kotor
(1985), rendemen tapioka berkisar antara 19 dan (hasil sapuan)
24%. Ada 12 industri atau sekitar 50% yang mampu
mencapai rendemen diatas 19%. Untuk keseluruhan Penerapan produksi bersih belum dapat merata
industri di sentra ini, rendemennya mencapai 17,75 ± ke semua industri karena perbedaan kemampuan
3,11 %. finansial dan pengetahuannya. Sebagai contoh peng-
gunaan alat gobegan untuk ekstraksi yang digunakan
Status Penerapan Produksi Bersih tiga industri saja. Padahal penggunaan alat gobekan
Produksi bersih bertujuan untuk membuat dapat meningkatkan rendemen sebesar 2,6%.
lebih efisien dalam menggunakan sumber daya Meskipun sudah banyak aktivitas produksi
(bahan baku, energi, dan air) dan mengurangi limbah bersih sudah diterapkan tetapi masih ada peluang
meningkatkan efsiensi produksi dan perbaikan

61 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 60-65


Anas M. Fauzi, Ainy Rahmawakhida, dan Yaoi Hidetoshi

lingkungan industri. Beberapa peluang penerapan Penggunaan alat gobegan yang sudah berhasil
produksi bersih lebih lanjut disajikan pada Tabel 2. dilakukan oleh tiga industri seharusnya diikuti
industri tapioka di Ciluar lainnya. Selain meningkat-
Tabel 2. Peluang opsi aktivitas produksi bersih un- kan kualitas produk, dengan alat ini juga mencegah
tuk industri kecil tapioka di Ciluar hilangnya bahan karena tercecer. Meskipun membu-
tuhkan investasi besar tetapi industri mendapat nilai
Strategi Aktivitas tambah yang besar dengan peningkatan rendemen
Good - Penghematan air sebesar 2.6 %. Kendala teknis yang dihadapi adalah
housekeeping - Pencucian bak: setiap hari perubahan layout pabrik dan perlu tambahan luasan
- Pembuatan bak penampungan ruangan. Karena industri tapioka rata-rata memiliki
dan pengolahan limbah cair lahan luas sehingga pemasangan alat gobegan dapat
terpusat** dilaksanakan.
- Pengendalian lingkungan Pilihan pembuatan bak penampungan dan
terpusat*** pengolahan limbah cair terpusat didasarkan pada
Modifikasi - Penggunaan alat baling yang penelitian Kurniarto (2006) yang dilakukan di indus-
teknologi diputar oleh mesin tri kecil tapioka di Ciluar. Penelitian tersebut
- Penggunaan alat gobegan menyimpulkan bahwa pengelolaan limbah industri
On site - Pemanfaatan limbah cair dari kecil tapioka Kelurahan Ciluar yang sebaiknya
recovery proses pengenapan dan proses dilakukan adalah IPAL pengenapan mekanis dimana
lainnya untuk proses pencucian manajemen operasionalnya dilakukan oleh pemerin-
dua tahap* tah (pihak kelurahan), dan pengusaha membantu
* Eris (2006), ** Kurniarto (2006), *** Sofyar (2004) dengan membayar iuran pembangunan dan retribusi
per bulan untuk perawatan IPAL.
Analisis Penerapan Produksi Bersih Pengendalian lingkungan terpusat didasarkan
pada penelitian Sofyar (2004) yaitu model kebijakan
Aspek Teknologi Penerapan Produksi Bersih sentra industri kecil dengan limbah sejenis yang di-
Good housekeeping dimaksudkan untuk mem- rancang secara menyeluruh dalam penanganan
perbaiki efsiensi pemakaian air dan mencegah kehi- limbah. Opsi pembuatan IPAL penampungan dan
langan bahan. Aktivitas produksi bersih antara lain pengolahan limbah cair terpusat dan pengendalian
dengan pelaksanaan cara berproduksi yang baik lingkungan terpusat tersebut dapat digunakan
(GMPs), pemantauan penggunaan air, dan peman- sebagai alternatif program produksi bersih.
tauan pekerja. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu Penerapan produksi bersih untuk industri
dilakukan penyuluhan sehingga pengetahuan dan tapioka meliputi penyuluhan pekerja, pemantauan
kesadaran para pelaku industri lebih baik. pemakaian air, supervisi tenaga kerja, penggunaan
Pencucian bak pengenapan sebaiknya dilaku- alat gobekan dan pencucian bak pengenapan (Tabel
kan setiap hari atau setelah selesai proses produksi. 3). Pilihan-pilihan tersebut memiliki prioritas ter-
Sisa-sisa pati yang menempel pada alat akan mem- tinggi berdasarkan pertimbangan kemudahan dalam
pengaruhi kualitas tapioka shift berikutnya terutama penerapan dan tingkat kepentingannya.
parameter derajat keputihan dan bau. Kusarpoko
(2003) yang menyatakan bahwa proses kontaminasi Tabel 3. Analisis biaya penerapan produksi bersih
limbah oleh mikroorganisme dapat terjadi setelah 12 dan pengelolaan lingkungan industri
jam. Menurut Grace (1977), kandungan gula dan
nutrien lainnya menyebabkan mikroorganisme Aktivitas perbaikan Biaya (Rp) Prioritas
melakukan fermentasi dan menghasilkan alkohol
- Penyuluhan pekerja 12.000 ***
dan asam organik penyebab bau.
- Pemantauan pemakaian air 0 ***
Perbaikan proses produksi juga dapat dilaku-
kan seperti pencucian mekanis dengan menggunakan - Penggunaan alat pencuci 3.000.000 *
mekanis
alat baling yang diputar oleh mesin. Tujuannya ada-
lah peningkatan efisiensi pemakaian air dan produk- - Penggunaan alat gobegan 10.000.000 ***
tivitas. Namun demikian cara ini membutuhkan - Pencucian bak pengenapan 40.000 ***
pati setiap hari
desain lebih lanjut untuk meyesuaikan dengan kapa-
- Pemantauan pekerja selama 0 ***
sitas produksi yang berbeda-beda sehingga membu- proses produksi berlangsung
tuhkan investasi yang besar.
- Pembuatan bak
Pencucian dua tahap dengan menggunakan penampungan dan 10.000 **
recovery limbah cair proses pengenapan dan proses pengolahan limbah cair
lainnya. Cara ini dapat dilakukan dengan syarat air terpusat
tidak mengandung polutan berbahaya dan mikro- * = kurang, ** = cukup, *** = penting
organisme karena bisa menurunkan kulitas tapioka
yang dihasilkan (Falcon et al., 1984). Kendala pene- Aspek Finansial Penerapan Produksi Bersih
rapan cara ini adalah pemantauan kualitas air yang Aspek finansial berupa perkiraan biaya dan
sulit dilakukan di tingkat industri kecil. kemungkinan penghematan dan keuntungan dari pe-
nerapan produksi bersih dan pengelolaan lingkungan

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 60-65 62


Kajian Strategi Produksi Bersih di Industri Kecil ..........

industri dapat dilihat pada Tabel 3. Aktivitas dengan memaksimalkan efsiensi produksi tapioka kasar
prioritas tinggi (***) digunakan sebagai dasar dengan penerapan produksi bersih (Gambar 2).
perhitungan Pay Back Period (PBP).
Apabila aktivitas perbaikan dengan prioritas Memaksimalkan efsiensi produksi
tapioka kasar dengan penerapan
penting (***) dilaksanakan, dan diasumsikan bahwa: produksi bersih
1. Penggunaan alat gobegan dapat meningkatkan
perolehan rendemen sebanyak 2,6 %,
2. Harga jual tapioka kasar sebesar Rp 2.500,-/kg Modal Teknologi Kebijakan PEMDA
(didasarkan pada harga jual terendah), dan
3. Tapioka kasar yang dihasilkan per bulan seba-
nyak 12 ton (produksi minimum per bulan),
maka total biaya aktivitas perbaikan dengan prioritas Pengusaha Kecil Pengusaha Besar PEMDA Masyarakat

penting adalah Rp 10.052.000,-. Total biaya terse-


but terdiri dari
1. Biaya penyuluhan pekerja untuk penggantian ke-
Sosialisasi & Pelatihan
hilangan waktu kerja Rp 12.000,- Sosialisasi & Pelatihan Penanganan limbah
Peningkatan Kualitas Tapioka
Penerapan Produksi Bersih terpadu
2. Investasi untuk pembelian dan pemasangan alat Kasar

gobegan sebanyak Rp 10.000.000,- (pembulatan)


3. Biaya pencucian bak pengenapan pati selama 1 Gambar 2. Struktur AHP pengembangan sentra in-
bulan Rp 40.000,- diperoleh dari biaya air dan dustri kecil tapioka Ciluar
peralatan pencucian bak pengenapan.
Sementara itu, penghematan dari pemantauan Pengembangan industri tapioka membutuh-
pemakaian air per bulan sebesar Rp 10.000,- dipero- kan introduksi teknologi (0,434), kemudian disusul
leh dari asumsi penghematan pemakaian pompa per faktor modal (0,377) dan kebijakan pemerintah
bulan. Keuntungan per bulan dari peningkatan ren- daerah (0,189). Hal ini sejalan dengan usaha
demen pada pemakaian alat gobegan Rp 780.000,-. penerapan produksi bersih melalui modifikasi tekno-
Dengan demikian diperoleh: logi. Modal dan kebijakan pemerintah daerah diper-
10.052.000 1 lukan untuk mendukung pengembangan teknologi.
PBP  x  1 tahun 7 bulan Industri kecil tapioka merupakan pihak yang
 780.000  10.000  12 bulan
paling membutuhkan introduksi teknologi (0,482)
(Gambar 3). Peringkat berikutnya berturut-turut
Aspek Kebijakan Penerapan Produksi Bersih
pengusaha besar (0,332), masyarakat (0,109) dan
Alternatif usulan strategi penerapan produksi
pemerintah (0,078). Demikian pula untuk faktor
bersih menggunakan dasar hasil kajian Frijns dan
modal dan kebijakan, industri kecil lebih membutuh-
Vliet (1999), Sofyar (2004), dan Hidetoshi (2006),
kan jika dibandingkan
Model Name:dengan
prober industri industri
kecil tapioka besar,
kemudian disesuaikan dengan kondisi industri kecil
pemerintah daerah, maupun masyarakat.
tapioka di Ciluar. Ada enam alternatif program pro- Treeview
duksi bersih dalam pengembangan sentra industri
kecil tapioka di Ciluar yaitu : memaksimalkan efisiensi produksi tapioka kasar dengan penerapan produksi bersih
modal (L: .377)
1. Pemberian insentif modal bagi pelaku produksi pengusaha kecil (L: .583)
bersih pengusaha besar (L: .219)
pemerintah daerah (L: .079)
2. Pengembangan dan transfer teknologi
masyarakat (L: .119)
3. Sosialisasi dan pelatihan penerapan produksi teknologi (L: .434)
bersih pengusaha kecil (L: .482)
pengusaha besar (L: .332)
4. Penanganan limbah terpadu
pemerintah daerah (L: .078)
5. Penyediaan kemudahan informasi mengenai tek- masyarakat (L: .109) Model Name: prober industri kecil tapioka
nologi baru, kondisi pasar, dan kebijakan peme- kebijakan pemda (L: .189)
pengusaha kecil (L: .462)
rintah Alternatives
pengusaha besar (L: .338)
6. Sosialisasi dan pelatihan cara-cara peningkatan pemerintah daerah (L: .124)
kualitas tapioka kasar masyarakat (L: .076)

Alternatif program produksi bersih di atas di- sosialisasi dan pelatihan penerapan produksi bersih .429
nilai tingkat kepentingannya dengan skala 1-5. Ber- penanganan limbah terpadu .328
dasarkan penilaian pakar diperoleh tiga alternatif sosialisasi dan pelatihan cara-cara peningkatan kualitas tapioka kasar .243
yaitu sosialisasi dan pelatihan penerapan produksi
bersih, penanganan limbah terpadu, sosialisasi dan Gambar 3. Hasil perhitungan bobot faktor, aktor
pelatihan peningkatan kualitas tapioka dengan rata- dan program dengan metode AHP
rata geomean berturut-turut 4.6416; 4.3089; dan
4.3089. Pemilihan alternatif didasarkan pertim- Peningkatan penguasaan teknologi pada
bangan kriteria modal, teknologi, dan kebijakan industri kecil dibutuhkan sosialisasi dan pelatihan
Pemda, sedangkan aktor terdiri dari pengusaha kecil, penerapan produksi bersih (0,429). Urutan alternatif
pengu-saha besar, pemda dan masyarakat. Tujuan berikutnya yaitu penanganan limbah terpadu (0,328),
yang ingin dicapai dalam analisis ini adalah sosialisasi dan pelatihan cara peningkatan kualitas

63 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 60-65


Anas M. Fauzi, Ainy Rahmawakhida, dan Yaoi Hidetoshi

tapioka kasar. Sosialisasi dan pelatihan tersebut Strategi bagi pengembangan industri kecil
harus dilakukan karena rata-rata tingkat pendidikan tapioka di Ciluar sebagai berikut:
pelaku industri kecil tapioka relatif rendah yang ber- 1. Sosialisasi dan pelatihan produksi bersih dengan
dampak terhadap pemahaman pengembangan indus- cara:
trinya. Menurut Kurniarto (2006), pengusaha kecil a. meningkatkan kesadaran pengusaha terhadap
tapioka dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan isu-isu lingkungan dan meningkatkan motivasi
cenderung memiliki persepsi terhadap pengelolaan untuk terlibat dalam mempertahankan kualitas
limbah dan lingkungan yang lebih baik bila diban- lingkungan
dingkan dengan pengusaha kecil tapioka dengan b. memberikan pendampingan kelompok untuk
tingkat pendidikan lebih rendah. konsultasi, penyelesaian masalah, dan penga-
Pengembangan konsep produksi bersih diha- wasan terhadap kemajuan pelaksanaan pro-
rapkan dapat menimbulkan perubahan kesadaran, gram produksi bersih
pengetahuan, cara pandang, sikap dan tingkah laku 2. Meningkatkan efisiensi produksi (meminimalkan
para pelaksana industri (Raka, 1999). Strategi yang energi dan bahan baku) dengan cara memperbaiki
dapat dilakukan adalah dengan program pelatihan teknologi proses untuk meningkatkan perolehan
produksi bersih bagi pengusaha kecil tapioka di rendemen dan mengurangi kehilangan (loss)
Ciluar. 3. Meningkatkan peran pemerintah dalam meng-
koordinasikan keterlibatan pihak swasta, lembaga
Implementasi Penerapan Produksi Bersih pembiayaan, lembaga penelitian atau perguruan
Implementasi produksi bersih berupaya me- tinggi, media massa, dan masyarakat untuk men-
madukan strategi produksi bersih untuk mengem- sukseskan program produksi bersih
bangkan sentra industri kecil tapioka di Ciluar yang 4. Meningkatkan kreativitas pengusaha kecil tapioka
lebih efisien dari sisi produksi dan pengurangan di Ciluar melalui sarana rembug warga untuk me-
dampak lingkungan. Dalam pengembangan sentra manfaatkan Sarasehan Rencana Pembangunan
industri kecil tapioka di Ciluar, diperlukan langkah (program pemberdayaan industri kecil Dinas
implementasi yang sesuai dengan kondisi dan ling- Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor) yang
kungannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan bersifat bottom-up.
mengenai situasi internal yang dimilki dan kondisi
eksternal yang dihadapi oleh industri kecil tapioka di KESIMPULAN DAN SARAN
Ciluar.
Mengacu pada evaluasi faktor eksternal dan Kesimpulan
internal yang dirumuskan oleh Hidetoshi (2006), ke- Industri kecil tapioka di Ciluar menggunakan
dudukan industri kecil tapioka Bogor berada pada bahan pembantu (air) dalam jumlah besar dan meng-
kuadran pertama matriks SWOT (Gambar 4). Iden- hasilkan limbah yang berpotensi mencemari ling-
tifikasi yang lebih luas dilakukan oleh Sofyar (2004) kungan. Industri sudah menerapkan prinsip-prinsip
mengenai pengembangan kebijakan usaha kecil yang produksi bersih, tetapi masih banyak aktivitas pro-
berbasis produksi bersih juga menempatkan posisi duksi bersih yang perlu diterapkan.
usaha kecil pada kuadran pertama matriks SWOT. Usulan alternatif perbaikan melalui produksi
Kuadran pertama matriks SWOT menunjukkan bersih meliputi good housekeeping, alat gobegan,
bahwa implementasi yang dilakukan dapat meng- pencucian bak pengenapan pati setiap hari, dan pe-
gunakan strategi yang bersifat agresif dengan tetap mantauan pekerja. Usulan perbaikan tersebut mem-
mempertimbangkan kendala maupun sumber daya butuhkan modal sebesar Rp 10.052.000 dengan PBP
yang tersedia (Marimin, 2005). (Payback Period) 1 tahun 7 bulan.
Industri kecil tapioka sangat memerlukan
introduksi teknologi untuk memaksimalkan efsiensi
(faktor eksternal)
peluang produksi. Introduksi tersebut sebaiknya dilakukan
kuadran III kuadran I dengan cara sosialisasi dan pelatihan produksi bersih
kepada pelaku industri.
(2.54, 2.81)
Saran
(faktor internal) (faktor internal) 1. Dalam rangka penerapan produksi bersih perlu
kelemahan kekuatan investigasi lebih detail tentang neraca massa dan
neraca energi melalui pengukuran langsung.
2. Kajian mendalam juga perlu diarahkan pada stra-
kuadran IV kuadran II tegi produksi lainnya seperti perbaikan kualitas
(faktor eksternal)
ancaman bahan baku serta modifikasi produk.
3. Perlu keterpaduan dalam sosialisasi dan pelatihan
produksi bersih kepada industri kecil yang meli-
Gambar 4. Posisi industri kecil tapioka pada ma-
batkan pemerintah, LSM, dan perguruan tinggi.
triks SWOT (Hidetoshi, 2006)

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 60-65 64


Kajian Strategi Produksi Bersih di Industri Kecil ..........

DAFTAR PUSTAKA Kurniarto A.T. 2006. Analisis Ekonomi Lingkungan


Pengelolaan Limbah Industri Kecil Tapioka:
Berkel R.V. 2000. Overview of The Cleaner Produc- Pendekatan Contingen Valuation Method
tion Concept and Relation with Other Environ- (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan
mental Management Strategies. Curtin Uni- Bogor Utara, Kota Bogor). Skripsi. Program
versity of Technology, Australia. Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya.
Eris F.R. 2006. Produksi Bersih pada Industri Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Tapioka. Paper Tugas Mata Kuliah Teknologi Bogor.
Produksi Bersih. Teknologi Industri Pertanian. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo.
Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Jakarta.
Falcon W.P., W.O. Jones, dan R.S. Pearson. 1984. Raka I.D.G. 1999. Inovasi Sosial untuk Memasyara-
Ekonomi Ubi Kayu di Jawa. The Board katkan Konsep Produk dan Teknologi Bersih:
Trustees of The Leland Stanford University. Sebuah Pendekatan Manajemen Perubahan.
The Cassava Economy of Java. Penerjemah. Di dalam: Raka I.D.G., M.T. Zen, O.
Jakarta: Stanford University Press. Terjemah- Soemarwoto, S.T. Djajadiningrat, dan Z.
an dari: The Cassava Economy of Java. Saidi. 1999. Paradigma Produksi Bersih:
Frijns J. dan B.V. Vliet. 1999. Small Scale Industry Mendamaikan Pembangunan Ekonomi dan
and Cleaner Production Startegies. Journal Pelestarian Lingkungan. Prosiding. Institut
World Development. 27(6): 967-983. Teknologi Bandung. Penerbit Nuansa,
Grace M.R. 1977. Cassava Processing. Food and Bandung.
Agriculture Organization of the United Sofyar C.F. 2004. Pengembangan Kebijakan Usaha
Nations. Rome. Kecil yang Berbasis Produksi Bersih.
Hidetoshi Y. 2006. Quality Assurance Strategy Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Development Case Study in Small Scale Pertanian Bogor. Bogor.
Tapioca Agroindustry. Thesis. Graduate Thaib A. 1985. Bimbingan Pembuatan Tapioka
School. Bogor Agricultural University. Bogor. Konsumsi bagi Petani Singkong Desa Rejosari
Kusarpoko B. 2003. Optimalisasi Proses Pengen Kecamatan Siak Kampar – Riau. Universitas
dapan Pati pada Industri Skala Kecil dan Riau. Pekan Baru.
Menengah. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Weston N.C. dan D.C. Stuckey. 1994. Cleaner
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Technologies and The UK Chemical Industry.
Trans IChemE, Part B. Institution of Chemical
Engineers. UK. 72: 91-101.

65 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 18(2), 60-65

You might also like