Professional Documents
Culture Documents
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor - Bogor
ABSTRACT
Small scale industries are gaining importance and their contribution to pollution problems cannot be
ignored. One of small scale industry having the potential to cause environment problems is centralized of small
scale tapioca industries. Small scale industries typically have limited space for the installation of treatment
system. In addition, often small scale industries are only marginally profitable, so waste treatment investment
may threaten their viability. This problem can be solved by applying cleaner production strategy. This research
studies the potentials of cleaner production application and formulating alternatives of cleaner production
strategy in order to develop centralized small scale tapioca industry in Ciluar. The cleaner production
alternatives which are potential to be applied are good housekeeping, usage of “gobegan”extractor, washing of
sedimentation tank daily, water controling, and worker supervision. The investment of these alternatives is Rp
10.052.000 and pay back period (PBP) one year seven manths. Analytical Hierarchy Process (AHP) analysis
shows that technology is the most important factor to maximize crude tapioca production efficiency by applying
cleaner production. The priority of cleaner production program from AHP analysis is socialization and training
of cleaner production application, integrated waste management, and socialization and training of crude tapioca
quality increasing procedures.
menggunakan software Expert Choice 2000. Strategi serta emisi pada sumbernya. Ada lima tipe pence-
penerapan produksi bersih disusun dengan mengacu gahan dalam rangka pelaksanaan produksi bersih
pada posisi industri kecil tapioka yang dianalisis yaitu modifikasi produk, substitusi input, modifikasi
menggunakan SWOT. teknologi, good housekeeping, dan daur ulang di
tempat (Berkel, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN Industri tapioka di Ciluar telah melaksanakan
tiga dari lima strategi di atas yaitu modifikasi tekno-
Proses Produksi Tapioka logi, good housekeeping, dan daur ulang di tempat
Proses produksi tapioka terdiri dari pengu- (Tabel 1). Modifikasi teknologi antara lain peng-
pasan, pencucian, pemarutan, ekstraksi, pengenapan, gunaan mesin produksi dan satu mesin penggerak
pengecilan ukuran, dan pengeringan. Bahan baku untuk beberapa unit proses. Dua strategi lainnya
berupa ubi kayu dan proses-proses tersebut meng- memiliki dua fungsi yaitu meningkatkan efisiensi
gunakan banyak air. Keluaran proses produksi selain dan memberikan manfaat positif bagi lingkungan
tapioka, juga dihasilkan limbah cair dan limbah (Weston dan Stuckey, 1994). Produksi bersih juga
padat yang berupa onggok dan kulit. terbukti memberikan nilai tambah langsung kepada
industri seperti penjualan onggok dan tapioka kasar
139 L air 1.116 L air
kotor.
Ubi Kayu Pengupasan Pencucian Pemarutan Ekstraksi Onggok
100 kg 54,5 kg
Tabel 1. Opsi produksi bersih yang telah diterapkan
20 kg 144 L air + 2 kg
pada industri tapioka
kulit kotoran tececer
Pengenapan 1.098,5 L
Limbah cair
Strategi Aktivitas
Good - Pengenapan air untuk proses
Tapioka kasar Penjemuran Penghancuran
22 kg housekeeping produksi
14 kg uap + tececer
- Pencucian bak : tiga hari sekali
- Perawatan silinder pemarut
Gambar 1. Tahapan proses produksi tapioka. secara rutin
- Penggunaan jam dinding di
Gambar 1 menyajikan proses produksi tapioka pabrik (tepat waktu dalam
di sentra industri Ciluar, Bogor. Proses pengupasan pengenapan)
dan pencucian dilakukan secara manual, sedangkan - Penggunaan alas untuk
pemarutan, ekstraksi dan penghancuran secara menampung butiran pati yang
mekanik. Ekstraksi dengan menggunakan alat yang tercecer
disebut gobegan atau saringan goyang terdiri dari 5 - Penggunaan pengaman kepala
atau 6 bingkai saringan 80-100 mesh ber-ukuran 1×1 oleh pekerja jemur
m yang dipasang secara horizontal pada sebuah - Product layout: sesuai urutan
kerangka kayu yang digerakkan dengan mesin. proses produksi
Sebagain besar industri melakukan ekstraksi dengan - Lantai plester semen, keramik
cara manual. Proses pengenapan dengan cara alami Modifikasi - Penggunaan mesin pemarut,
(gravitasi), demikian juga pengeringan secara alami teknologi gobegan, mesin penghancur, dan
memanfaatkan sinar matahari. tapir
Dari 100 kg ubi kayu dibutuhkan air 1.255 L - Penggunaan mesin diesel yang
untuk proses produksi dan diperoleh rendemen 22 kg sama untuk menggerakkan
tapioka kasar. Limbah padat berupa onggok (54,5 pompa air dan mesin pemarut
kg) dan kulit (20 kg), serta limbah cair (1.242,5 L). sekaligus
Berdasarkan neraca massa, terjadi kehilangan bahan - Penggunaan bak bilas untuk
pada pemarutan (2 kg) dan penjemuran (14 kg uap proses pencucian
air dan tapioka yang tercecer). On site - Pemanfaatan kulit untuk pupuk
Rendemen merupakan nilai perbandingan recovery atau pakan ternak
antara bobot tapioka kasar kering yang dihasilkan - Penjualan onggok
dengan bobot ubi kayu kupas. Menurut Thaib - Penjualan tapioka kasar kotor
(1985), rendemen tapioka berkisar antara 19 dan (hasil sapuan)
24%. Ada 12 industri atau sekitar 50% yang mampu
mencapai rendemen diatas 19%. Untuk keseluruhan Penerapan produksi bersih belum dapat merata
industri di sentra ini, rendemennya mencapai 17,75 ± ke semua industri karena perbedaan kemampuan
3,11 %. finansial dan pengetahuannya. Sebagai contoh peng-
gunaan alat gobegan untuk ekstraksi yang digunakan
Status Penerapan Produksi Bersih tiga industri saja. Padahal penggunaan alat gobekan
Produksi bersih bertujuan untuk membuat dapat meningkatkan rendemen sebesar 2,6%.
lebih efisien dalam menggunakan sumber daya Meskipun sudah banyak aktivitas produksi
(bahan baku, energi, dan air) dan mengurangi limbah bersih sudah diterapkan tetapi masih ada peluang
meningkatkan efsiensi produksi dan perbaikan
lingkungan industri. Beberapa peluang penerapan Penggunaan alat gobegan yang sudah berhasil
produksi bersih lebih lanjut disajikan pada Tabel 2. dilakukan oleh tiga industri seharusnya diikuti
industri tapioka di Ciluar lainnya. Selain meningkat-
Tabel 2. Peluang opsi aktivitas produksi bersih un- kan kualitas produk, dengan alat ini juga mencegah
tuk industri kecil tapioka di Ciluar hilangnya bahan karena tercecer. Meskipun membu-
tuhkan investasi besar tetapi industri mendapat nilai
Strategi Aktivitas tambah yang besar dengan peningkatan rendemen
Good - Penghematan air sebesar 2.6 %. Kendala teknis yang dihadapi adalah
housekeeping - Pencucian bak: setiap hari perubahan layout pabrik dan perlu tambahan luasan
- Pembuatan bak penampungan ruangan. Karena industri tapioka rata-rata memiliki
dan pengolahan limbah cair lahan luas sehingga pemasangan alat gobegan dapat
terpusat** dilaksanakan.
- Pengendalian lingkungan Pilihan pembuatan bak penampungan dan
terpusat*** pengolahan limbah cair terpusat didasarkan pada
Modifikasi - Penggunaan alat baling yang penelitian Kurniarto (2006) yang dilakukan di indus-
teknologi diputar oleh mesin tri kecil tapioka di Ciluar. Penelitian tersebut
- Penggunaan alat gobegan menyimpulkan bahwa pengelolaan limbah industri
On site - Pemanfaatan limbah cair dari kecil tapioka Kelurahan Ciluar yang sebaiknya
recovery proses pengenapan dan proses dilakukan adalah IPAL pengenapan mekanis dimana
lainnya untuk proses pencucian manajemen operasionalnya dilakukan oleh pemerin-
dua tahap* tah (pihak kelurahan), dan pengusaha membantu
* Eris (2006), ** Kurniarto (2006), *** Sofyar (2004) dengan membayar iuran pembangunan dan retribusi
per bulan untuk perawatan IPAL.
Analisis Penerapan Produksi Bersih Pengendalian lingkungan terpusat didasarkan
pada penelitian Sofyar (2004) yaitu model kebijakan
Aspek Teknologi Penerapan Produksi Bersih sentra industri kecil dengan limbah sejenis yang di-
Good housekeeping dimaksudkan untuk mem- rancang secara menyeluruh dalam penanganan
perbaiki efsiensi pemakaian air dan mencegah kehi- limbah. Opsi pembuatan IPAL penampungan dan
langan bahan. Aktivitas produksi bersih antara lain pengolahan limbah cair terpusat dan pengendalian
dengan pelaksanaan cara berproduksi yang baik lingkungan terpusat tersebut dapat digunakan
(GMPs), pemantauan penggunaan air, dan peman- sebagai alternatif program produksi bersih.
tauan pekerja. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu Penerapan produksi bersih untuk industri
dilakukan penyuluhan sehingga pengetahuan dan tapioka meliputi penyuluhan pekerja, pemantauan
kesadaran para pelaku industri lebih baik. pemakaian air, supervisi tenaga kerja, penggunaan
Pencucian bak pengenapan sebaiknya dilaku- alat gobekan dan pencucian bak pengenapan (Tabel
kan setiap hari atau setelah selesai proses produksi. 3). Pilihan-pilihan tersebut memiliki prioritas ter-
Sisa-sisa pati yang menempel pada alat akan mem- tinggi berdasarkan pertimbangan kemudahan dalam
pengaruhi kualitas tapioka shift berikutnya terutama penerapan dan tingkat kepentingannya.
parameter derajat keputihan dan bau. Kusarpoko
(2003) yang menyatakan bahwa proses kontaminasi Tabel 3. Analisis biaya penerapan produksi bersih
limbah oleh mikroorganisme dapat terjadi setelah 12 dan pengelolaan lingkungan industri
jam. Menurut Grace (1977), kandungan gula dan
nutrien lainnya menyebabkan mikroorganisme Aktivitas perbaikan Biaya (Rp) Prioritas
melakukan fermentasi dan menghasilkan alkohol
- Penyuluhan pekerja 12.000 ***
dan asam organik penyebab bau.
- Pemantauan pemakaian air 0 ***
Perbaikan proses produksi juga dapat dilaku-
kan seperti pencucian mekanis dengan menggunakan - Penggunaan alat pencuci 3.000.000 *
mekanis
alat baling yang diputar oleh mesin. Tujuannya ada-
lah peningkatan efisiensi pemakaian air dan produk- - Penggunaan alat gobegan 10.000.000 ***
tivitas. Namun demikian cara ini membutuhkan - Pencucian bak pengenapan 40.000 ***
pati setiap hari
desain lebih lanjut untuk meyesuaikan dengan kapa-
- Pemantauan pekerja selama 0 ***
sitas produksi yang berbeda-beda sehingga membu- proses produksi berlangsung
tuhkan investasi yang besar.
- Pembuatan bak
Pencucian dua tahap dengan menggunakan penampungan dan 10.000 **
recovery limbah cair proses pengenapan dan proses pengolahan limbah cair
lainnya. Cara ini dapat dilakukan dengan syarat air terpusat
tidak mengandung polutan berbahaya dan mikro- * = kurang, ** = cukup, *** = penting
organisme karena bisa menurunkan kulitas tapioka
yang dihasilkan (Falcon et al., 1984). Kendala pene- Aspek Finansial Penerapan Produksi Bersih
rapan cara ini adalah pemantauan kualitas air yang Aspek finansial berupa perkiraan biaya dan
sulit dilakukan di tingkat industri kecil. kemungkinan penghematan dan keuntungan dari pe-
nerapan produksi bersih dan pengelolaan lingkungan
industri dapat dilihat pada Tabel 3. Aktivitas dengan memaksimalkan efsiensi produksi tapioka kasar
prioritas tinggi (***) digunakan sebagai dasar dengan penerapan produksi bersih (Gambar 2).
perhitungan Pay Back Period (PBP).
Apabila aktivitas perbaikan dengan prioritas Memaksimalkan efsiensi produksi
tapioka kasar dengan penerapan
penting (***) dilaksanakan, dan diasumsikan bahwa: produksi bersih
1. Penggunaan alat gobegan dapat meningkatkan
perolehan rendemen sebanyak 2,6 %,
2. Harga jual tapioka kasar sebesar Rp 2.500,-/kg Modal Teknologi Kebijakan PEMDA
(didasarkan pada harga jual terendah), dan
3. Tapioka kasar yang dihasilkan per bulan seba-
nyak 12 ton (produksi minimum per bulan),
maka total biaya aktivitas perbaikan dengan prioritas Pengusaha Kecil Pengusaha Besar PEMDA Masyarakat
Alternatif program produksi bersih di atas di- sosialisasi dan pelatihan penerapan produksi bersih .429
nilai tingkat kepentingannya dengan skala 1-5. Ber- penanganan limbah terpadu .328
dasarkan penilaian pakar diperoleh tiga alternatif sosialisasi dan pelatihan cara-cara peningkatan kualitas tapioka kasar .243
yaitu sosialisasi dan pelatihan penerapan produksi
bersih, penanganan limbah terpadu, sosialisasi dan Gambar 3. Hasil perhitungan bobot faktor, aktor
pelatihan peningkatan kualitas tapioka dengan rata- dan program dengan metode AHP
rata geomean berturut-turut 4.6416; 4.3089; dan
4.3089. Pemilihan alternatif didasarkan pertim- Peningkatan penguasaan teknologi pada
bangan kriteria modal, teknologi, dan kebijakan industri kecil dibutuhkan sosialisasi dan pelatihan
Pemda, sedangkan aktor terdiri dari pengusaha kecil, penerapan produksi bersih (0,429). Urutan alternatif
pengu-saha besar, pemda dan masyarakat. Tujuan berikutnya yaitu penanganan limbah terpadu (0,328),
yang ingin dicapai dalam analisis ini adalah sosialisasi dan pelatihan cara peningkatan kualitas
tapioka kasar. Sosialisasi dan pelatihan tersebut Strategi bagi pengembangan industri kecil
harus dilakukan karena rata-rata tingkat pendidikan tapioka di Ciluar sebagai berikut:
pelaku industri kecil tapioka relatif rendah yang ber- 1. Sosialisasi dan pelatihan produksi bersih dengan
dampak terhadap pemahaman pengembangan indus- cara:
trinya. Menurut Kurniarto (2006), pengusaha kecil a. meningkatkan kesadaran pengusaha terhadap
tapioka dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan isu-isu lingkungan dan meningkatkan motivasi
cenderung memiliki persepsi terhadap pengelolaan untuk terlibat dalam mempertahankan kualitas
limbah dan lingkungan yang lebih baik bila diban- lingkungan
dingkan dengan pengusaha kecil tapioka dengan b. memberikan pendampingan kelompok untuk
tingkat pendidikan lebih rendah. konsultasi, penyelesaian masalah, dan penga-
Pengembangan konsep produksi bersih diha- wasan terhadap kemajuan pelaksanaan pro-
rapkan dapat menimbulkan perubahan kesadaran, gram produksi bersih
pengetahuan, cara pandang, sikap dan tingkah laku 2. Meningkatkan efisiensi produksi (meminimalkan
para pelaksana industri (Raka, 1999). Strategi yang energi dan bahan baku) dengan cara memperbaiki
dapat dilakukan adalah dengan program pelatihan teknologi proses untuk meningkatkan perolehan
produksi bersih bagi pengusaha kecil tapioka di rendemen dan mengurangi kehilangan (loss)
Ciluar. 3. Meningkatkan peran pemerintah dalam meng-
koordinasikan keterlibatan pihak swasta, lembaga
Implementasi Penerapan Produksi Bersih pembiayaan, lembaga penelitian atau perguruan
Implementasi produksi bersih berupaya me- tinggi, media massa, dan masyarakat untuk men-
madukan strategi produksi bersih untuk mengem- sukseskan program produksi bersih
bangkan sentra industri kecil tapioka di Ciluar yang 4. Meningkatkan kreativitas pengusaha kecil tapioka
lebih efisien dari sisi produksi dan pengurangan di Ciluar melalui sarana rembug warga untuk me-
dampak lingkungan. Dalam pengembangan sentra manfaatkan Sarasehan Rencana Pembangunan
industri kecil tapioka di Ciluar, diperlukan langkah (program pemberdayaan industri kecil Dinas
implementasi yang sesuai dengan kondisi dan ling- Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor) yang
kungannya. Untuk itu diperlukan pengetahuan bersifat bottom-up.
mengenai situasi internal yang dimilki dan kondisi
eksternal yang dihadapi oleh industri kecil tapioka di KESIMPULAN DAN SARAN
Ciluar.
Mengacu pada evaluasi faktor eksternal dan Kesimpulan
internal yang dirumuskan oleh Hidetoshi (2006), ke- Industri kecil tapioka di Ciluar menggunakan
dudukan industri kecil tapioka Bogor berada pada bahan pembantu (air) dalam jumlah besar dan meng-
kuadran pertama matriks SWOT (Gambar 4). Iden- hasilkan limbah yang berpotensi mencemari ling-
tifikasi yang lebih luas dilakukan oleh Sofyar (2004) kungan. Industri sudah menerapkan prinsip-prinsip
mengenai pengembangan kebijakan usaha kecil yang produksi bersih, tetapi masih banyak aktivitas pro-
berbasis produksi bersih juga menempatkan posisi duksi bersih yang perlu diterapkan.
usaha kecil pada kuadran pertama matriks SWOT. Usulan alternatif perbaikan melalui produksi
Kuadran pertama matriks SWOT menunjukkan bersih meliputi good housekeeping, alat gobegan,
bahwa implementasi yang dilakukan dapat meng- pencucian bak pengenapan pati setiap hari, dan pe-
gunakan strategi yang bersifat agresif dengan tetap mantauan pekerja. Usulan perbaikan tersebut mem-
mempertimbangkan kendala maupun sumber daya butuhkan modal sebesar Rp 10.052.000 dengan PBP
yang tersedia (Marimin, 2005). (Payback Period) 1 tahun 7 bulan.
Industri kecil tapioka sangat memerlukan
introduksi teknologi untuk memaksimalkan efsiensi
(faktor eksternal)
peluang produksi. Introduksi tersebut sebaiknya dilakukan
kuadran III kuadran I dengan cara sosialisasi dan pelatihan produksi bersih
kepada pelaku industri.
(2.54, 2.81)
Saran
(faktor internal) (faktor internal) 1. Dalam rangka penerapan produksi bersih perlu
kelemahan kekuatan investigasi lebih detail tentang neraca massa dan
neraca energi melalui pengukuran langsung.
2. Kajian mendalam juga perlu diarahkan pada stra-
kuadran IV kuadran II tegi produksi lainnya seperti perbaikan kualitas
(faktor eksternal)
ancaman bahan baku serta modifikasi produk.
3. Perlu keterpaduan dalam sosialisasi dan pelatihan
produksi bersih kepada industri kecil yang meli-
Gambar 4. Posisi industri kecil tapioka pada ma-
batkan pemerintah, LSM, dan perguruan tinggi.
triks SWOT (Hidetoshi, 2006)