You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320732607

DISTRIBUTION OF GASTROPODA AND ITS RELATION WITH ENVIRONMENTAL


CHARACTERISTICS IN COASTAL WATERS OF NUSALAUT ISLAND, CENTRAL
MALUKU

Article · August 2015


DOI: 10.28930/jitkt.v7i1.9818

CITATIONS READS

0 1,041

1 author:

Muhammad Masrur Islami


Indonesian Institute of Sciences
19 PUBLICATIONS   25 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Bioecology of venus clam Gafrarium tumidum in Ambon Bay, Maluku View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Masrur Islami on 25 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 365-378, Juni 2015

DISTRIBUSI SPASIAL GASTROPODA DAN KAITANNYA DENGAN


KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI PESISIR PULAU NUSALAUT,
MALUKU TENGAH

DISTRIBUTION OF GASTROPODA AND ITS RELATION WITH ENVIRONMENTAL


CHARACTERISTICS IN COASTAL WATERS OF NUSALAUT ISLAND,
CENTRAL MALUKU

Muhammad Masrur Islami


Pusat Penelitian Laut Dalam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ambon
E-mail: muha067@lipi.go.id

ABSTRACT
Nusalaut Island is one of the small islands in Maluku waters that is influenced by the dynamics of
Banda Sea. The aim of this study was to investigate the density and spatial distribution of gastropods
and its relation with environmental characteristics using multivariate analysis i.e., Principal
Component Analysis (PCA) and Correspondence Analysis (CA). This study was conducted in Nusalaut
Island as a part of Marine Resources Inventory Programme in Nusalaut Island in 2009. Fieldwork
was conducted in northern Nusalaut Island using systematic random sampling method. Results
showed that the highest density was Nassariidae family and other low density were from the familes of
Cerithiidae, Buccinidae, Terebridae, and Conidae, respectively. The environmental characteristics
affected species composition and density of gastropods. Distribution of environmental characteristics
and spatial distribution of gastropods at each station was influenced by a combination of several
parameters. Microhabitat pattern, predatory, and human activities also affected the distribution of
gastropods.

Keywords: gastropoda, spatial distribution, environmental characteristics, Nusalaut Island

ABSTRAK
Pulau Nusalaut merupakan salah satu pulau kecil di perairan Maluku yang dipengaruhi oleh dinamika
Laut Banda. Penelitian dilakukan menggunakan data sebaran Gastropoda, sebagai bagian dari Program
Inventarisasi Sumberdaya Laut di Pulau Nusalaut tahun 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kepadatan dan distribusi spasial gastropoda dan kaitannya dengan karakteristik lingkungan
menggunakan pendekatan analisis multivariat yakni Analisis Komponen Utama (PCA) dan Analisis
Koresponden (CA). Kegiatan lapangan dilakukan di pesisir utara Pulau Nusalaut menggunakan
metode pengambilan sampel acak sistematik. Hasil menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi adalah
famili Nassariidae dan terendah antara lain famili Cerithiidae, Buccinidae, Terebridae, dan Conidae.
Karakteristik lingkungan diketahui mempengaruhi komposisi spesies dan kepadatan gastropoda.
Sebaran karakteristik lingkungan dan distribusi spasial gastropoda masing-masing stasiun dipengaruhi
oleh kombinasi dari beberapa parameter. Kondisi mikrohabitat, predasi dan aktivitas manusia
kemungkinan mempengaruhi distribusi gastropoda yang ada.

Kata kunci: gastropoda, distribusi spasial, karakteristik lingkungan, Pulau Nusalaut

I. PENDAHULUAN 03°34’30’’-3°45’40’’ LS dan 128°42’15’’-


128°52’45’’ BT. Batas sebelah utara Ke-
Pulau Nusalaut sama halnya dengan camatan Saparua, sebelah selatan berbatasan
pulau-pulau yang ada di wilayah Maluku dengan Laut Banda, sebelah barat berbatasan
lainnya memiliki perairan yang dipengaruhi dengan Laut Banda dan sebelah timur berba-
oleh dinamika perairan Laut Banda. Secara tasan dengan Laut Banda. Secara adminis-
geografis Pulau Nusalaut terletak antara tratif, Pulau Nusalaut termasuk dalam Kabu-

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 365
Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan Karakteristik . . .

paten Maluku Tengah dengan luas wilayah tropoda dipengaruhi pula oleh kondisi ling-
sekitar 32,50 km2, serta memiliki panjang kungan habitatnya baik fisik, kimia maupun
garis pantai 25,928 Km. Kecamatan Nusalaut kombinasi keduanya. Hal ini didukung oleh
terdiri dari 7 desa atau negeri yaitu: Ameth, hasil-hasil penelitian lainnya mengenai gas-
Akoon, Abubu, Titawaai, Leinitu, Sila dan tropoda dan habitatnya yang telah dilakukan
Nalahia. Semua desa ini terletak di wilayah di beberapa perairan misalnya di Teluk Jakar-
pesisir. ta (Mudjiono et al., 1994); pesisir utara Bra-
Sebagai bagian dari kawasan Indo- zil (Beasley et al., 2005); Teluk Tehuantepec,
Pasifik, perairan Nusalaut mempunyai po- Meksiko (Rios-Jara et al., 2009); Pantai
tensi sumberdaya kelautan yang relatif tinggi Sluke, Rembang (Riniatsih dan Kushartono,
dan kaya akan berbagai jenis biota laut baik 2009); utara Laut Merah (Zuschin et al.,
yang bernilai secara ekonomis maupun se- 2009); pesisir Aceh Besar (Dewiyanti dan
cara ekologis, salah satunya adalah moluska Karina, 2012); zona littoral di tenggara Brazil
terutama dari kelas Gastropoda. Sayangnya, (Zamprogno et al., 2013) dan penelitian lain-
informasi terkait komposisi maupun distri- nya.
busi biota ini belum terungkap secara menda- Perairan Nusalaut dipengaruhi lang-
lam. Pada tahun 1973 tercatat adanya ekspe- sung oleh massa air Laut Banda, sehingga
disi kelautan yakni Ekspedisi Rumphius I baik faktor-faktor fisik ataupun kimia perair-
dilakukan di pulau ini. Meskipun demikian, an yang ada sangat terkait dengan karakteris-
hasil yang didapatkan hanya berupa inventa- tik massa air Laut Banda. Fenomena ini ten-
risasi spesies secara global, tidak merujuk tunya sangat mempengaruhi distribusi biota
pada lokasi-lokasi tertentu yang ada di Pulau laut yang ada di pesisir Pulau Nusalaut,
Nusalaut (Slack-Smith and Boediman, 1974). termasuk Gastropoda. Berdasarkan hal ter-
Hasil penelitian terkait moluska di pesisir sebut maka tujuan dari penulisan makalah ini
Nusalaut yang cukup komprehensif dilapor- adalah untuk mengkaji tentang distribusi
kan oleh Islami (2012). Pada penelitiannya spasial gastropoda dan kaitannya dengan
ditemukan sebanyak 25 spesies moluska karakteristik lingkungan yang ada di pesisir
yang terdiri dari 14 genus kelas Gastropoda Pulau Nusalaut. Beberapa parameter ling-
dan 3 genus kelas Bivalvia. Hasil juga me- kungan diduga berpengaruh terhadap ke-
nunjukkan adanya keragaman yang rendah padatan dan distribusi gastropoda yang ada di
namun merata dengan tidak adanya dominasi perairan tersebut. Hasil penelitian diharapkan
dari satu atau lebih spesies moluska. dapat memberikan informasi mengenai
Pesisir Pulau Nusalaut memiliki ka- distribusi gastropoda di Pulau Nusalaut yang
rakteristik habitat yang beragam, baik kom- sangat terbatas disebabkan kurangnya studi
posisi substrat maupun karakteristik lainnya. yang dilakukan, sehingga memungkinkan
Islami (2012) menyatakan bahwa pesisir Nu- adanya upaya pengelolaan sumberdaya mo-
salaut memiliki substrat yang didominasi luska di perairan ini pada waktu mendatang.
oleh pasir dan pecahan karang. Karakteristik
substrat ini memungkinkan ditemukannya II. METODE PENELITIAN
jenis Gastropoda yang bersifat infauna mau-
pun semi-infauna. Menurut Hendrick et al. 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
(2007), moluska memiliki sifat infauna atau Kegiatan penelitian yang dilakukan
semi-infauna yang mendiami habitat berpasir sebagai bagian dari Program Inventarisasi
dan berlumpur di kawasan pesisir sebagai Pulau Nusalaut tahun 2009. Pengambilan
penyusun komunitas makrozoobentos. Biota sampel gastropoda dilakukan pada bulan Mei
moluska juga merupakan salah satu kompo- 2009 di lima lokasi di Pulau Nusalaut bagian
nen utama di komunitas sedimen lunak di ka- utara yaitu Stasiun 1 (Leinitu), Stasiun 2 (Na-
wasan pesisir. Selain substrat, distribusi gas- lahia), Stasiun 3 (Perbatasan Ameth Nalahia),

366 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Islami

Stasiun 4 (Ameth Dermaga) dan Stasiun 5 penggalian sampai kedalaman 20 cm


(Akoon-Ameth) (Gambar 1). Penentuan sta- menggunakan sekop besi. Sampel gastropoda
siun didasarkan pada keterjangkauan lokasi yang didapatkan lalu dipreservasi menggu-
dan kondisi geografis yang ada, di mana pada nakan alkohol 70% dan selanjutnya dibawa
bagian selatan pulau Nusalaut tidak dapat ke laboratorium untuk dianalisis. Sampel
ditentukan stasiun karena gelombang yang dihitung jumlahnya dan diidentifikasi menu-
besar (pengaruh dari musim timur di wilayah rut Abbot and Dance (1990), Dance (1976),
Laut Banda) sehingga tidak memungkinkan Dharma (1988; 1992; 2005), Roberts et al.
untuk pengambilan sampel pada saat itu. (1982), Wilson and Gillet (1971) dan Wye
Sampel gastropoda diambil menggu- (2000).
nakan metode transek kuadrat berukuran 1 m
x 1 m. Pada tiap stasiun ditarik transek tegak 2.2. Bahan dan Data
lurus garis pantai. Setiap jarak 10 meter dile- Bahan yang digunakan antara lain
takkan kerangka (frame) berukuran 1 m x 1 sampel gastropoda yang didapatkan selama
m, dimulai dari pantai ke arah tubir. Pada penelitian, alkohol 70% untuk preparasi sam-
stasiun 1, 4 dan 5 diletakkan kuadran seba- pel dan contoh air. Data yang digunakan me-
nyak 10 plot sedangkan pada Stasiun 2 hanya liputi data jenis dan kepadatan gastropoda.
6 plot dan Stasiun 3 sebanyak 8 plot disebab- Data suhu, salinitas, derajat keasaman (pH)
kan kondisi topografi kedua stasiun tersebut dan turbiditas diambil secara langsung di
yang memiliki jarak garis pantai dan tubir lapangan sedangkan data fosfat, nitrat dan
yang pendek sehingga tidak memungkinkan klorofil-a diukur di laboratorium. Data para-
melakukan transek sebanyak 10 plot seperti meter fisika dan kimia oseanografi perairan
yang direncanakan. Semua gastropoda hidup Nusalaut diperoleh dari laporan akhir kegia-
yang terdapat di dalam frame diambil, untuk tan Inventarisasi Sumberdaya Pulau Nusalaut
biota yang hidup terbenam maka dilakukan tahun 2009 (Nugroho, 2009).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di pesisir pulau Nusalaut.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 367
Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan Karakteristik . . .

2.3. Analisis Data jenis substrat, jenis vegetasi maupun pa-


Data jumlah individu dianalisis kepada- rameter biofisik yang ada. Profil pantainya di
tannya dengan rumus yang diadopsi menurut bagian utara pulau yang dijadikan stasiun
Brower et al. (1990). Determinasi parameter penelitian umumnya lebih landai dibanding-
lingkungan antar stasiun pengamatan diguna- kan bagian selatan pulau yang langsung ber-
kan suatu pendekatan analisis statistik mul- batasan dengan Laut Banda. Stasiun-stasiun
tivariate yang didasarkan pada analisis kom- yang ada umumnya terdapat di pesisir bagian
ponen utama (Principal Component Analysis, utara Pulau Nusalaut sedangkan pesisir ba-
PCA) (Legendre and Legendre, 1998; Be- gian selatan tidak dapat dilakukan pengama-
ngen, 2000). Analisis ini merupakan metode tan disebabkan faktor alam berupa ombak
statistik deskriptif, bertujuan untuk mempre- musim timur yang menerjang kawasan ter-
sentasikan informasi maksimum yang ter- sebut sehingga lokasi tersebut tidak dapat
dapat pada suatu matriks data dalam bentuk dijangkau. Karakteristik lingkungan dan
grafik. Matrik data yang digunakan terdiri komposisi substrat serta vegetasi masing-ma-
atas stasiun penelitian sebagai individu sta- sing stasiun disajikan pada Tabel 1.
tistik (baris matriks data) dan data parameter Substrat di Stasiun 1 yang berlokasi
lingkungan sebagai variabel statistik (kolom di Leinitu didominasi oleh pecahan karang
matriks data). Distribusi spasial kepadatan dan batuan kerikil dengan adanya pertum-
gastropoda tiap stasiun dianalisis meng- buhan lamun pada jenis Enhalus acoroides,
gunakan statistik multivariat yakni analisis Thallasia hemprichii, Cymodocea rotundata
koresponden (Correspondence Analysis, CA) dan Halodule sp. Beberapa jenis alga juga
(Bengen, 2000). ditemukan di stasiun ini seperti jenis Padina
australis (Nugroho, 2009). Stasiun 2 terletak
III. HASIL DAN PEMBAHASAN di Nalahia, sepanjang pesisir pantai dido-
minasi oleh batuan kerikil sedang. Semakin
3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ke arah laut, substrat berupa pasir yang di-
Habitat di pesisir Pulau Nusalaut me- tumbuhi lamun dengan jenis yang hampir sa-
miliki karakteristik yang beragam baik dari ma seperti di Stasiun 1.

Tabel 1. Karakteristik habitat pada 5 stasiun di pesisir Pulau Nusalaut.

Stasiun
Parameter
1 2 3 4 5
Suhu (°C) 29,8 29,6 30 29,2 30,1
Salinitas (‰) 33,0 32,8 32,8 33,1 33,3
pH 8,1 8,2 8,2 8 8,1
Oks. terlarut/ DO (mg.l-1) 5,8 5,9 6,2 6,2 6,6
Fosfat/ PO 4 (mg.l-1) 0,017 0,103 0,03 0,022 0,066
Nitrat/ NO 3 (mg.l-1) 0,019 0,11 0,056 0,013 0,072
Klorofil-a (mg/m3) 0,24 0,26 0,48 0,6 0,52
Turbiditas (FTU) 0,28 0,24 0,25 0,26 0,3
pecahan pecahan
pasir, pasir,
karang, pasir karang,
Substrat pecahan pecahan
pasir berbatu pasir
karang karang
berbatu berbatu
lamun, lamun, lamun,
Vegetasi lamun lamun
alga alga alga

368 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Islami

Substrat Stasiun 3 yang terletak di Nilai ini tergolong rendah sehingga masih
perbatasan Ameth dan Nalahia ini didominasi memungkinkan penetrasi cahaya matahari
oleh pasir halus dan semakin ke laut berupa dapat masuk ke perairan secara optimal un-
batuan dan patahan terumbu. Jenis lamun do- tuk mendukung kehidupan biota yang ada di
minan yang terdapat di lokasi ini meliputi E. dalamnya.
acoroides dan T. hemprichii. Stasiun 4 ter-
letak di sekitar dermaga Ameth. Substrat Sta- 3.2. Komposisi Jenis dan Kepadatan Gas-
siun 4 juga didominasi oleh pasir halus dan tropoda
kerikil serta patahan terumbu. Stasiun 5 terle- Gastropoda yang ditemukan di Pulau
tak di pebatasan antara Ameth dan Akoon. Nusalaut secara keseluruhan jumlahnya seba-
Substrat Stasiun 5 didominasi oleh pecahan nyak 40 individu yang terbagi menjadi 22
karang, pasir dan batuan berukuran sedang. spesies dari 14 famili. Kepadatan individu
Jenis lamun yang dominan pada kedua lokasi tertinggi terdapat pada suku Nassariidae (2,6
tersebut adalah T. hemprichii dan C. rotun- individu/m2) sedangkan kepadatan terendah
data serta alga jenis P. australis sedangkan ada pada suku Cerithiidae, Buccinidae, Tere-
vegetasi mangrove yang paling dominan di bridae dan Conidae masing-masing 0,2 indi-
masing-masing stasiun adalah jenis Sonne- vidu/m2. Spesies yang paling sering ditemu-
ratia alba. kan adalah Nassarius pullus (Famili Nas-
Hasil pengukuran parameter lingku- sariidae). Spesies tersebut ditemukan hampir
ngan perairan menunjukkan kisaran suhu di di tiap stasiun kecuali Stasiun 3 dengan total
tiap-tiap stasiun adalah 29,2-30,1°C, salini- sebanyak delapan individu. Jenis-jenis lain
tas antara 32,8-33,3‰, pH berkisar antara umumnya memiliki jumlah individu yang
8,1-8,2, sedangkan DO berkisar antara 5,8– hampir merata pada tiap stasiun.
6,6mg/l. Apabila dikaitkan dengan baku mu- Berdasarkan hasil analisis diketahui
tu yang ditetapkan oleh Kementerian Lingku- bahwa kepadatan rata-rata tiap stasiun di pe-
ngan Hidup (2004) maka secara umum kisa- sisir Pulau Nusalaut tergolong rendah. Kepa-
ran suhu tersebut masih dalam rentang tole- datan rata-rata tertinggi terdapat di Stasiun 3
ransi untuk biota laut. Verween et al. (2007) (1,5 individu/m2) sedangkan kepadatan rata-
mengemukakan bahwa moluska memiliki ki- rata terendah terdapat di Stasiun 5 (0,5 indi-
saran salinitas optimum yang luas untuk ke- vidu/m2) atau hanya 5 individu/10m2 (Gam-
hidupannya. Clark (1977) menyatakan bahwa bar 2).
kandungan oksigen terlarut yang optimum
untuk kehidupan moluska berkisar antara
4,1-6,6mg/l dengan batas minimum 4mg/l.
Selanjutnya kandungan fostat berkisar antara
0,017-0,103mg/l sedangkan nitrat berkisar
antara 0,013-0,11mg/l. Kandungan fosfat dan
nitrat umumnya dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan di sekitarnya. Sumber fosfat-
nitrat bisa berasal dari material dari laut itu
sendiri (autochthonous) maupun masukan
material dari luar (allochtotonous) seperti su-
ngai, limbah pertanian, industri dan aktivitas
antropogenik lainnya (Head, 1976). Hasil pe-
ngukuran klorofil-a menunjukkan nilai antara
0,24–0,6 mg/m3. Nilai turbiditas tertinggi ter- Gambar 2. Kepadatan rata-rata (individu/m2)
dapat di Stasiun 5 (0,3 FTU) sedangkan te- masing-masing stasiun di pesisir
rendah terdapat di Stasiun 2 (0,24 FTU). Pulau Nusalaut (n=40).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 369
Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan Karakteristik . . .

Berdasarkan jumlah jenis tiap suku mili Nassariidae ditemukan hampir di semua
menunjukkan bahwa suku Nassariidae juga strata habitat yang ada pada zona littoral de-
memiliki jumlah jenis tertinggi (4 jenis), di- ngan subtrat berpasir, lumpur maupun batu-
ikuti dengan suku Trochidae (3 jenis) se- an. Jenis yang ditemukan meliputi Hebra
dangkan jumlah terendah masing-masing sa- corticata, Nassarius albectens, N. pullus dan
tu jenis antara lain suku Strombidae, Cerithi- N. zonalis. Khusus untuk H. corticata umum-
idae, Buccinidae, Terbridae, Conidae, Cos- nya ditemukan di dasar perairan yang ditum-
tellariidae, Muricidae, Naticidae dan Pyrami- buhi oleh vegetasi lamun sedangkan N. pul-
dellidae (Gambar 3). lus ditemukan pada substrat pasir halus dan
Komposisi jenis yang tinggi dari fa- berlumpur. Dolorosa and Dangan-Galon
mili Nassariidae juga didapatkan oleh Mudji- (2014) pada penelitiannya di Palawan, Fili-
ono et al. (1994) di muara Sungai Angke, pina mendapatkan delapan spesies gastro-
Teluk Jakarta. Nilai yang tinggi tersebut ke- poda dari famili Nassariidae dan diketahui
mungkinan terkait dengan kesesuaian habitat sebagai salah satu famili dengan penyebaran
yang ada dan distribusinya dikontrol oleh yang luas di area intertidal. Morton and Chan
beberapa parameter hidrologi seperti suhu, (2004) mengemukakan bahwa famili Nas-
salinitas, turbiditas serta karakteristik substrat sariidae pada umumnya adalah intertidal sca-
dasar perairan. Selain itu, kemampuan pe- venger yang hidup pada subtrat berpasir dan
nempatan larva dan kelulushidupan fase me- berlumpur. Cheung et al. (2006) menam-
tamorfosis akhir dimungkinkan mempenga- bahkan bahwa famili Nassaridae dikenal me-
ruhi distribusi gastropoda yang ada, namun miliki daya adaptasi dan survival yang cukup
kondisi ini tidak dapat diuraikan lebih men- tinggi, salah satu contohnya adalah N. festi-
dalam pada penelitian ini. Islami dan Mudji- vus. Jenis ini mampu bertahan hidup berhari-
ono (2009) juga mendapati kepadatan ter- hari tanpa makanan dan merupakan scaveng-
tinggi dari famili Nassariidae di perairan Te- er yang paling dominan di perairan Hong
luk Ambon, Maluku. Pada penelitiannya, fa- Kong.

Gambar 3. Total spesies dan jumlah individu masing-masing famili pada 5 stasiun di pesisir
Pulau Nusalaut (n= 40).

370 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Islami

Jenis gastropoda lainnya yang paling bandingkan alga dengan struktur talus yang
banyak ditemukan setelah famili Nassariidae sederhana seperti jenis Halopteris scoparia,
adalah famili Trochidae yakni jenis Tectus Dictyota fasciola dan D. dicotoma. Jenis alga
fenestratus, Trochus maculatus dan Clan- lainnya yang diketahui memiliki asosiasi
culus sp. yang umumnya berukuran juvenil. dengan kepadatan gastropoda adalah Ulva
Jenis-jenis ini ditemukan di Stasiun 3 dan 4 spp. (Zamprogno et al., 2013). Hasil peneli-
yang memiliki substrat berpasir serta topo- tiannya menunjukkan bahwa keberadaan pa-
grafi berupa reef flat. Castell dalam Bato- da Ulva spp. memiliki korelasi positif ter-
malaque et al. (2010) menyatakan bahwa hadap kepadatan gastropoda secara spasial.
siput trochid melakukan fertilisasi secara Blight et al. (2009) menambahkan bahwa
eksternal dan peletakannya tergantung pada kombinasi dari bentuk cabang, banyaknya
arus perairan serta substrat yang berukuran cabang, luas permukaan alga dan perakaran
kecil. Kondisi arus yang lemah pada Stasiun memberikan pengaruh yang signifikan ter-
3 dan 4 karena berupa rataan terumbu memu- hadap kelimpahan moluska. Penelitiannya
ngkinkan terjadinya agregasi juvenil gastro- berusaha mengidentifikasi variasi jenis mo-
poda jenis trochid ini. Kondisi substrat dan luska dan alga di suatu lokasi. Hasilnya me-
vegetasi yang komplek pada stasiun tersebut nunjukkan bahwa kekayaan spesies moluska
juga memungkinkan ditemukannya gastro- dan alga memiliki pola yang hampir sama.
poda jenis lainnya. Selain lamun dan alga, vegetasi ma-
Keberadaan habitat dan vegetasi se- ngrove juga diketahui sangat berpengaruh
perti lamun, alga dan mangrove di lokasi pe- terhadap kelimpahan makrobentos seperti
nelitian juga memiliki pengaruh terhadap moluska dan kepiting. Hasil penelitian
komposisi jenis maupun kepadatan gastropo- menunjukkan bahwa kepadatan moluska ber-
da. Lamun secara umum memiliki fungsi se- korelasi positif dengan kepadatan mangrove
bagai daerah pengasuhan (nursery ground) (Vilardy and Polania, 2002; Ashton et al.,
bagi biota laut termasuk gastropoda. Fungsi 2003; Fujioka et al., 2007). Asthon et al.
ini ditentukan oleh karakter morfologi dan (2003) menemukan 44 spesies moluska yang
struktur spasial dari lamun yang ada (Heck didominasi gastropoda pada area mangrove
and Crowder, 1991; Hovel and Fonseca, di Sarawak, Malaysia sedangkan (Macinthos
2005). Selain itu, keberadaan lamun berfung- et al., 2002) menemukan 33 spesies moluska
si sebagai tempat perlindungan dan mempe- pada mangrove di selatan Thailand. Pada
ngaruhi kelulushidupan biota terhadap pre- penelitian lainnya, Marques and Jimenez
dator yang ada di dalamnya. Hal ini dipe- (2002) mendapatkan 45 spesies moluska di
ngaruhi oleh kepadatan, biomassa dan luas kawasan mangrove jenis Rhizophora mangle
permukaan lamun yang ada (Heck and Crow- di Venezuela. Beasley et al. (2005) mene-
der, 1991; Orth, 1992). Jenis dan struktur mukan 19 spesies gastropoda di kawasan
makroalga diketahui juga berpengaruh terha- mangrove utara Brazil dengan kepadatan
dap kelimpahan dan distribusi gastropoda. yang lebih tinggi ditemukan pada kerapatan
Hasil penelitian Chemello and Milazzo mangrove yang lebih tinggi pula. Lebih lan-
(2002) menunjukkan bahwa pada struktur al- jut dari hasil penelitian Macinthos et al.
ga yang lebih komplek memiliki kelimpahan (2002) menunjukkan bahwa gastropoda jenis
yang lebih tinggi dibandingkan struktur alga Littoraria memiliki kepadatan dan keraga-
yang sederhana. Pada penelitiannya diketahui man yang lebih tinggi pada komunitas mang-
bahwa jenis alga dengan percabangan yang rove yang lebih muda. Sebaliknya, gastro-
kompleks serta talus yang lebih lebar seperti poda jenis pulmonata (famili Ellobiidae)
Sargassum vulgare, Cystoseira barbatula diketahui berasosiasi dengan mangrove yang
dan C. spinosa memiliki kelimpahan dan lebih tua. Asthon et al. (2003) juga mene-
jumlah spesies moluska yang lebih tinggi di- mukan kepadatan gastropoda yang lebih ting-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 371
Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan Karakteristik . . .

gi pada mangrove jenis sapling (anakan). Hal 45.74% dan 28.68%, sehingga ragam karak-
ini kemungkinan pohon yang muda menye- teristik habitat gastropoda pada tiap stasiun
diakan sumber makanan dan habitat yang le- di pesisir Pulau Nusalaut dapat dijelaskan
bih baik dibandingkan pohon yang lebih tua. melalui dua sumbu utama tersebut sebesar
Linse (1999) menyatakan bahwa perbedaan 74.42% dari ragam total.
kepadatan dapat pula disebabkan oleh pemi- Diagram lingkaran korelasi perpo-
lihan sumber pakan yang disukai tergantung tongan sumbu F1 dan F2 memperlihatkan
dari jenis moluska yang ada, sehingga keter- adanya korelasi positif antara parameter fos-
sediaan pakan di lokasi tersebut menjadi fak- fat, nitrat dan pH yang berkontribusi mem-
tor penting yang berhubungan dengan tingkat bentuk sumbu F1 positif. Sebaliknya klorofil-
kepadatan. Selain itu, kisaran kedalaman per- a, oksigen terlarut (DO) dan salinitas berkon-
airan umumnya berkaitan pula dengan cara tribusi membentuk sumbu F1 negatif. Se-
hidup dan mencari makan dari beberapa fa- dangkan suhu dan turbiditas berkontribusi
mili gastropoda. membentuk sumbu F2 positif (Gambar 4A).
Diagram representasi sebaran stasiun
3.3. Sebaran Karakteristik Lingkungan kaitannya dengan parameter biofisik lingku-
dan Distribusi Spasial Gastropoda ngan pada sumbu F1 dan F2 memperlihatkan
Hasil analisis komponen utama pada adanya tiga kelompok stasiun. Kelompok
(PCA) menunjukkan bahwa informasi yang pertama terdiri atas Stasiun 2 yang berkontri-
menggambarkan sebaran dan korelasi antar busi membentuk sumbu F1 positif; kelompok
karakteristik lingkungan terpusat pada dua kedua meiputi Stasiun 4 dan Stasiun 5 mem-
sumbu utama F1 dan F2 (Gambar 4). bentuk sumbu F1 negatif; dan kelompok ke-
Kualitas informasi yang disajikan oleh kedua tiga yakni Stasiun 1 yang berkontribusi mem-
sumbu tersebut yang masing-masing sebesar bentuk sumbu F2 positif (Gambar 4B).

Gambar 4. Diagram hasil analisis komponen utama. A). Ordinasi parameter lingkungan pada
sumbu F1 dan F2. B). Representasi sebaran stasiun berdasarkan karakteristik
lingkungan pada sumbu F1 dan F2.

372 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Islami

Berdasarkan pada sebaran karakteris- nya di Stasiun 4 dan Stasiun 5 terlihat buang-
tik lingkungannya maka masing-masing ke- an limbah domestik namun tidak membe-
lompok stasiun dicirikan oleh beberapa para- rikan dampak yang signifikan karena luasnya
meter yang ada. Stasiun 2 diketahui dicirikan wilayah lautan dibanding daratan. Variasi
oleh nilai fosfat, nitrat dan pH yang lebih nilai turbiditas atau kekeruhan badan air me-
tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Kedua nunjukkan bahwa penumpukan padatan ter-
stasiun ini diketahui memiliki karakter fisik, suspensi di perairan ini rendah karena tran-
vegetasi dan topografi pantai yang hampir sport arus tinggi dari perairan Laut Banda.
sama. Parameter salinitas, oksigen terlarut Kondisi ini memungkinkan penetrasi cahaya
dan klorofil-a diketahui mencirikan kelom- yang lebih dalam sehingga menyebabkan
pok Stasiun 4 dan Stasiun 5. Selanjutnya kedalaman maksimum chlorofil-a naik ke
Stasiun 1 dicirikan dengan adanya pengaruh kedalaman antara 15-20 m dan mempenga-
suhu dan turbiditas yang lebih besar diban- ruhi biota yang ada di perairan ini terutama
dingkan stasiun lainnya, sedangkan Stasiun 3 fitoplankton. Cohen et al. (1999) menyatakan
tidak dicirikan oleh parameter apapun dise- bahwa uptake oksigen yang dilakukan oleh
babkan letaknya yang mendekati titik tengah fitoplankton akan mempengaruhi variasi
diagram. konsentrasi kation (K+, Mg++, Ca+), karbon
Kadar nitrat yang diperoleh terdeteksi organik terlarut dan nitrogen terlarut.
cukup tinggi terutama di lapisan permukaan Pacheco et al. (2011) menambahkan bahwa
kemungkinan disebabkan peristiwa upwelling pada perairan pesisir yang dangkal, aliran
atau penaikan massa air yang terjadi. Hal ini energi dan pertukaran nutrien akan lebih be-
juga mengakibatkan kadar nitrat di lapisan ragam disebabkan adanya pengadukan
dasar akan lebih kecil dibandingkan lapisan (bioturbation) maupun akibat adanya akti-
permukaan. Demikian halnya dengan kadar vitas menggali (burrowing) yang dilakukan
fosfat yang ada di perairan akan berfluktuasi oleh biota bentik. Menurut Beasley et al.
secara musiman. Menurut Dittmar and Lara (2005), dinamika kation dan nutrien kemung-
(2001) penaikan massa air juga dapat ber- kinan akan mempengaruhi variasi kelim-
langsung di pesisir (tidal outwelling). Pe- pahan infauna termasuk moluska yang ada di
ristiwa ini juga dapat mengakibatkan peru- perairan tersebut. Meskipun demikian, untuk
bahan kadar nutrien dan karbon organik ter- mengetahui fenomena ini secara lebih men-
larut di perairan pesisir. Kisaran nilai-nilai dalam diperlukan penelitian yang spesifik
suhu dan salinitas pada saat penelitian di per- dan sayangnya pada penelitian ini tidak di-
airan ini menunjukkan bahwa pada penaikan lakukan pengamatan terkait kondisi tersebut.
massa air yang terjadi di laut Banda belum Hasil analisis koresponden terkait dis-
mencapai lapisan permukaan sampai dengan tribusi spasial gastropoda berdasarkan kepa-
kedalaman 50m. Hal ini berkaitan erat de- datan, individu, perbedaan jumlah spesies
ngan yang dikemukakan oleh Wyrtki dalam dan jumlah famili masing-masing stasiun me-
Birowo (1979) bahwa penaikan massa air di nunjukkan terbentuknya tiga kelompok sta-
laut Banda berlangsung mulai bulan Maret siun (Gambar 5). Stasiun 1 dan Stasiun 3
dan mereda pada bulan Oktober, dan diharap- diketahui membentuk sumbu F1 positif yang
kan mencapai permukaan laut pada musim ti- tidak dicirikan oleh variabel apapun sedang-
mur (bulan Juli). kan Stasiun 2 dan Stasiun 5 membentuk
Konsentrasi oksigen terlarut di per- sumbu sumbu F2 negatif, keduanya memiliki
airan Nusalaut tergolong baik untuk wilayah spesies dan famili yang hampir sama. Selan-
tropis. Hal ini karena kondisi perairan jutnya Stasiun 4 membentuk sumbu F2 posi-
Nusalaut memiliki laut yang dalam dan ma- tif yang dicirikan dengan jumlah kepadatan
sih terpelihara dari ancaman pencemaran be- individu yang rendah dibandingkan stasiun
rat, meskipun ada di beberapa pesisir misal- lainnya. Sebarran famili gastropoda kaitan-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 373
Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan Karakteristik . . .

nya dengan stasiun penelitian menunjukkan Pengelompokan korelasi antara sta-


adanya empat pengelompokan korelasi siun penelitian dan sebaran famili gastropoda
(Gambar 6). yang terbentuk menunjukkan bahwa stasiun
tertentu dicirikan dengan sebaran famili gas-
tropoda terentu pula. Stasiun 1 membentuk
sumbu F2 positif yang dicirikan dengan
sebaran famili Conidae, Costellariidae dan
Naticidae; Stasiun 2 dan Stasiun 3 memben-
tuk sumbu F2 negatif, dicirikan dengan seba-
ran famili Cerithiidae; Stasiun 4 membentuk
sumbu F1 negatif, dicirikan dengan sebaran
famili Buccinidae, Cypraeidae, Muricidae,
Strombidae, Terebridae dan Trochidae; se-
dangkan Stasiun 5 membentuk sumbu F1 po-
sitif yang dicirikan dengan sebaran famili
Columbellidae, Nassariidae, Olividae dan
Pyramidellidae. Faktor-faktor yang mempe-
ngaruhi distribusi spasial gastropoda sangat
kompleks meliputi karakteristik lingkungan
seperti substrat dasar dan kondisi lainnya.
Secara deskriptif, hasil yang didapatkan pada
penelitian ini hampir sama dengan hasil
Gambar 5. Hasil analisis koreponden antara penelitian yang didapatkan oleh Rios-Jara et
stasiun penelitian dan jumlah al. (2009) di Teluk Tehuantepec, Meksiko
spesies, jumlah famili dan ke- dan Zuschin et al. (2009) di Laut Merah
padatan individu. terkait dengan kondisi substrat dasar perairan
yakni kekayaan spesies tertinggi masing-
masing individu ditemukan pada substrat
berpasir yang berasosiasi dengan pecahan
karang dan adanya pertumbuhan lamun.
Perbedaan distribusi spasial yang ada
kemungkingan disebabkan pula oleh faktor
mikrohabitat yang secara spesifik mempe-
ngaruhi masing-masing spesies yang ada.
Misalnya kepadatan yang tinggi pada famili
Nassariidae terkait dengan keberadaan lamun
di lokasi penelitian. Beberapa spesies dari
famili Nassariidae seperti H. corticata dan N.
pullus ditemukan pada daun-daun lamun.
Daun lamun ini dapat disebut sebagai mikro-
habitat bagi gastropoda jenis tersebut. Demi-
kian halnya dengan jenis-jenis gastropoda
yang lain tentunya memiliki habitat yang
spesifik. Marsden and Bressington (2009)
Gambar 6. Sebaran famili gastropoda kore- menyatakan bahwa keberadaan makroalga
lasinya dengan stasiun penelitian. pada sedimen juga mempengaruhi aktivitas
moluska. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa keberadaan makroalga akan menu-

374 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Islami

runkan konsentrasi oksigen terlarut di dalam Semakin banyak predator yang ada di suatu
air poros sedimen terutama pada malam hari perairan maka kepadatan biota yang di-
dan mengurangi kedalaman penggalian subs- mangsa akan semakin menurun. Meskipun
trat yang dilakukan oleh moluska. Viejo demikian, hasil penelitian tersebut menunjuk-
(1999) menambahkan bahwa alga juga dapat kan bahwa morfologi cangkang dan kemam-
berfungsi sebagai tempat perlindungan biota puan agregasi gastropoda akan mempenga-
dari tekanan lingkungan seperti pengeringan ruhi kerentanannya terhadap predator. Sema-
(desikasi), arus dan kehadiran predator. Zam- kin besar ukuran cangkang dan semakin aktif
progno et al. (2013) mengemukakan bahwa gastropoda tersebut akan memperkecil laju
alga menyediakan mikrohabitat yang mendu- pemangsaan oleh predator.
kung kelimpahan dan keragaman fauna yang Aktivitas penduduk lokal di sekitar
ada di perairan. pesisir juga mempengaruhi kepadatan gas-
Selain vegetasi sebagai mikrohabitat, tropoda yang ada terutama adanya pengam-
eksistensi gastropoda pada umumnya dipe- bilan jenis-jenis gastropoda terutama yang
ngaruhi oleh kondisi lingkungan untuk men- bernilai ekonomis seperti famili Strombidae
dukung proses-proses yang terjadi dalam dan Trochidae. Hal ini terlihat dari pecahan
tubuhnya. Kondisi substrat dasar perairan se- cangkang dan cangkang-cangkang kosong
perti tekstur dan komposisi sedimen berpe- beberapa jenis gastropoda misalnya di Sta-
ngaruh terhadap susunan fauna gastropoda siun 4 dan Stasiun 5, namun dalam penelitian
(Jones et al., 1990; Rios-Jara et al., 2009; ini tidak terdata secara kuantitatif.
Batomalaque et al., 2010). Kondisi lingkung-
an misalnya kandungan oksigen terlarut yang IV. KESIMPULAN
tinggi dibutuhkan dalam proses reproduksi,
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan. Pesisir Pulau Nusalaut memiliki ka-
Sementara salinitas berhubungan juga de- rakteristik lingkungan beragam yang mempe-
ngan laju respirasi (Soemodihardjo, 1977) . ngaruhi komposisi jenis maupun kepadatan
Hughes (1986) mengatakan bahwa laju respi- gastropoda yang ada. Gastropoda jenis
rasi gastropoda menurun pada salinitas ren- Nassarius pullus (Famili Nassariidae) dike-
dah, hal ini kemungkinan disebabkan oleh tahui memiliki nilai kepadatan tertinggi se-
penurunan ventilasi. Lebih lanjut dikatakan dangkan kepadatan terendah meliputi famili
bahwa banyak gastropoda intertidal menarik Cerithiidae, Buccinidae, Terebridae dan
diri atau bersembunyi di dalam cangkang Conidae. Sebaran karakteristik lingkungan
ketika salinitas rendah. Individu yang kecil dan distribusi spasial gastropoda pada ma-
lebih terpengaruh oleh perubahan suhu di- sing-masing stasiun dicirikan oleh kombinasi
bandingkan individu berukuran besar. beberapa parameter fisik dan kimia serta
Faktor lainnya yang kemungkinan substrat dasar perairan. Kondisi mikrohabitat,
mempengaruhi distribusi spasial adalah ber- adanya predator dan aktivitas penduduk juga
hubungan dengan keberadaan predator akua- berpengaruh terhadap distribusi gastropoda
tik terutama jenis kepiting dari famili Xant- yang ada.
hidae, Ocypodidae dan Grapsidae. Menurut
Nugroho (2009) beberapa jenis kepiting UCAPAN TERIMA KASIH
predator yang ditemukan di pesisir Nusalaut
antara lain Etisus sp. (Xanthidae); Uca sp., Penulis mengucapkan terima kasih ke-
Ocypode sp. (Ocypodidae); serta Grapsus pada Dharma Arif Nugroho, M.Si. selaku
albolinealis, Grapsid sp. dan Percnon sp. koordinator program “Inventarisasi Sum-
(Grapsidae). Ray and Stoner (1995) menya- berdaya Wilayah Pesisir Pulau Nusalaut Ka-
takan bahwa pemangsaan dapat mengontrol bupaten Maluku Tengah” yang mengizinkan
kepadatan (predation is density-dependent). pemakaian data sekunder sebagai salah satu

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 375
Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan Karakteristik . . .

bahan penulisan ini dan rekan-rekan lainnya Chemello, R. and M. Milazzo. 2002. Effect
yang telah membantu penulis selama kegiat- of algal architecture on associated
an lapangan maupun analisis di laborato- fauna: some evidence from phytal
rium. molluscs. Marine Biology, 140:981-
990.
DAFTAR PUSTAKA Clark, R.B. 1977. Marine pollution. Oxford
University Press. Oxford. 248p.
Abbot, R.T. and P. Dance. 1990. Compen- Cohen, M.C.L., R.J. Lara, J.F. Ramos, and T.
dium of seashells. Crawford House Dittmar. 1999. Factors influencing the
Press. Australia. 411p. variability of Mg, Ca, and K in waters
Ashton, E.C., D.J. Macintosh, and P.J. of a mangrove creek in Braganca,
Hogarth. 2003. A baseline study of North Brazil. Mang. Salt Marsh, 3:9-
the diversity and community ecology 15.
of crab and molluscan macrofauna in Dance, P. 1976. The collector’s encyclopedia
the Sematan mangrove forest, Sara- of shells. Cartwell Books Inc. New
wak, Malaysia. J. Trop. Ecol., 19:127 Jersey. 203p.
-142. Dewiyanti, I. and S. Karina. 2012. Diversity
Batomalaque, G.A., B.G.P. Arce, M.B.M. of gastropods and bivalves in mang-
Hernandez, and I.K.C. Fontanilla. rove ecosystem rehabilitation areas in
2010. Survey and spatial distribution Aceh Besar and Banda Aceh Dis-
of shoreline malacofauna in Grande tricts, Indonesia. AACL Intl. J. Bioflux
Island, Subic Bay. Philippine J. Society, 5(2):55-59.
Science, 139(2):149-159. Dharma, B. 1988. Siput dan kerang Indonesia
Beasley, C.R., C.M. Fernandes, C.P. Gomes, (Indonesian shells). Sarana Graha, Ja-
B.A. Brito, S.M.L. dos Santos, and karta. 111hlm.
C.H. Tagliaro. 2005. Molluscan di- Dharma, B. 1992. Siput dan kerang Indonesia
versity and abundance among coastal (Indonesian shells II). Wiesbaden,
habitats of northern Brazil. Ecotro- Hemmen. 135hlm.
pica,11:9-20. Dharma, B. 2005. Recent & fossil Indonesian
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis teknik pengam- shells. ConcBooks, Mainzer Str., Ha-
bilan contoh dan analisis data biofisik ckenheim. 424p.
sumberdaya pesisir. Pusat Kajian Dittmar, T. and R.J. Lara. 2001. Driving for-
Sumber Daya Pesisir dan Laut IPB. ces behind nutrient and organic mat-
Bogor. 88hlm. ter dynamics in a mangrove tidal
Birowo, S. 1979. Kemungkinan terjadinya creek in North Brazil. Estuar. Coastal
upwelling di Laut Flores dan Teluk Shelf Sci., 52:249-259.
Bone. Oseanologi di Indonesia, 12:1- Dolorosa, R.G. and F. Dangan-Galon. 2014.
12. Spesies richness of bivalves and
Blight, A.J., A.L. Allcock, C.A. Maggs, and gastropods in Iwahig River-Estuary,
M.P. Johnson. 2009. Intertidal mo- Palawan, the Philippines. Int. J. Fish.
lluscan and algal species richness Aquat. Stud., 2(1):207-215.
around the UK coast. Mar. Ecol. Fujioka, Y., T. Shimoda and C. Srithong.
Prog. Ser., 396:235-243. 2007. Diversity and community struc-
Brower, J., J. Zar, and C. von Ende. 1990. ture of macrobenthic fauna in shrimp
General Ecology. Field and Labo- aquaculture ponds of the Gulf of
ratory Methods. Brownn Company Thailand. JARQ, 41(2):163-172.
Publ. Iowa. 237p. Head, P.C. 1976. Organic processes in estu-
aries. In: Burton, J.D. and P.S. Liss.

376 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71
Islami

(eds.) Estuarine Chemistry. Academic Scientific Publishing Company. Am-


Press. London. 54-85pp. sterdam. 853p.
Heck, K.L.J. and L.B. Crowder. 1991. Linse, K. 1999. Abundance and diversity of
Habitat structure and predator–prey Mollusca in the Beagle Channel.
interactions. In: Bell, S.S., E. McCoy, Scientia Marina, 63(Supl. 1):391-397.
and H. Mushinsky. (eds.). Habitat Macinthos, D.J., E.C. Asthon, and S.
complexity: the physical arrangement Havanon. 2002. Mangrove rehabili-
of objects in space. Chapman and tation and intertidal biodiversity: a
Hall, New York. 281-299pp. study in the Ranong mangrove eco-
Hendrick, M.E., R.C. Brusca, M. Cordero, system, Thailand. Estuar. Coastal
and G. Ramirez. 2007. Marine and Shelf Sci., 55:331-345.
brackish-water molluscan biodiversity Marquez, B. and M. Jimenez. 2002. Asso-
in the of California, Mexico. Scientia ciate molluscs of immersed roots of
Marina, 71(4):637-647. the red mangrove Rhizophora mangle
Hovel, K.A. and M.S. Fonseca. 2005. in Golvo de Santa Fe, Estado Sucre,
Influence of seagrass landscape struc- Venezuela. Rev. Biol. Trop., 50:1101-
ture on the juvenile blue crab habitat- 1112.
survival function. Mar. Ecol. Prog. Marsden, I.D. and M.J. Bressington. 2009.
Ser., 300:179-191. Effects of macroalgal mats and hy-
Hughes, R.N. 1986. A functional biology of poxia on burrowing depth of the New
marine gastropods. School of Animal Zealand cockle (Austrovenus stutch-
Biology, University College of North buryi). Estuarine, Coastal and Shelf
Wales. Sydney. 245p. Science, 81:438-444.
Islami, M.M. 2012. Studi kepadatan dan Mudjiono, W.W. Kastoro, and S. Sudibyo.
keragaman moluska di pesisir pulau 1994. Molluscan community structure
Nusalaut, Maluku. Oseanologi dan in Jakarta Bay. In: Sudara, S., C.R.
Limnologi di Indonesia, 38(3):293- Wilkinson, and L.M. Chou (eds.).
305. Proceeding Third ASEAN-Australia
Islami, M.M. dan Mudjiono. 2009. Komuni- Symposium on Living Coastal Re-
tas moluska di perairan Teluk Am- sources, 2:597-605.
bon, Provinsi Maluku. Oseanologi Nugroho, D.A. 2009. Laporan penelitian
dan Limnologi di Indonesia, 35(3): survey inventarisasi sumberdaya wi-
353-368. layah pesisir Pulau Nusalaut Kabupa-
Jones, G.P., D.J. Ferrel, and P.F. Sale. 1990. ten Maluku Tengah. UPT Balai Kon-
Spatial pattern in the abundance and servasi Biota Laut LIPI. 153hlm.
structure of mollusc populations in Pacheco, A.S., M.T. Gonzalez, J. Bremner,
the soft sediments of a coral reef M. Oliva, O. Heilmayer, J. Laudien,
lagoon. Mar. Ecol. Prog. Ser., 62: and J.M. Riascos. 2011. Functional
109-120. diversity of marine macrobenthic co-
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. mmunities from sublittoral soft-sedi-
2004. Standar baku mutu air laut ment habitats off northern Chile. Hel-
untuk biota laut. Keputusan Menteri gol Mar. Res., 65(3):413-424.
KLH. No. 51/2004. Kementerian Li- Ray, M. and A.W. Stoner. 1995. Predation on
ngkungan Hidup Republik Indonesia, a tropical spinose gastropod: the role
Jakarta. 10hlm. of shell morphology. J. Exp. Mar.
Legendre, P. and L. Legendre. 1998. Nume- Biol. Ecol., 187:207-222.
rical ecology: development in envi- Riniatsih, I. dan E.W. Kushartono. 2009.
ronmental modelling. 2nd ed. Elsevier Substrat dasar dan parameter oseano-

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Juni 2015 377
Distribusi Spasial Gastropoda dan Kaitannya dengan Karakteristik . . .

grafi sebagai penentu keberadaan gas- Viejo, R.M. 1999. Mobile epifauna inhabi-
tropoda dan bivalvia di Pantai Sluke ting the invasive Sargassum muticum
Kabupaten Rembang. Ilmu Kelautan. and two local seaweeds in northern
14(1):50-59. Spain. Aquat. Bot., 64:131-149.
Rios-Jara, E., C. Navarro-Caravantes, C. Vilardy, S. and J. Polania. 2002. Mollusc
Galvan-Villa, and E. Lopez-Uriarte. fauna of the mangrove root-fouling
2009. Bivalves and Gastropods of the community at the Colombian Archi-
Gulf of Tehuantepec, Mexico: A pelago of San Andr´es and Old Pro-
checklist of species with notes on vidence. Wetlands Ecology and Ma-
their habitat and local distribution. J. nagement, 10:273-282.
Mar. Biol., 2009:1-12. Wilson, B.R. and K. Gillet. 1971. Australian
Robert, D., S. Soemodihardjo, dan W. shells. Kyodo Printing Company Ltd.
Kastoro. 1982. Shallow water marine Tokyo. 168p.
molluscs of North-West Java. Lem- Wye, K.R. 2000. The encyclopedia of shells.
baga Oseanologi Nasional LIPI, Ja- Quarto Publishing Company. London.
karta. 143hlm. 288p.
Slack-Smith, S. and A. Boediman. 1974. Mo- Zamprogno, G.C., M.B. Costa, D.C. Barbie-
lluscs collection of the Rumphius ro, B.S. Ferreira, and F.T.V.M. Sou-
Expedition I. Oseanologi di Indone- za. 2013. Gastropod communities as-
sia, 1:27-35. sociated with Ulva spp. in the littoral
Soemohardjo, S. 1997. Beberapa segi biologi zone in southeast Brazil. Lat. Am. J.
hutan payau dan tinjauan singkat Aquat. Res., 41(5):968-978.
komunitas mangrove di Gugusan Zuschin, M., R. Janssen, and C. Baal. 2009.
Pulau Pari. Oseana, 3:24-32. Gastropods and their habitats from
Verween, A., M. Vincx, and S. Degraer. the northern Red Sea (Egypt: Safaga),
2007. The effect of temperature and Part 1: Patellogastropoda, Vetigastro-
salinity on the survival of Mytilopsis poda and Cycloneritimorpha. Ann.
leucophaeata larvae (Mollusca, Biva- Naturhist. Mus. Wien.,111(A):73-158.
lvia): The search for environmental
limits. J. Exp. Mar. Biol. Ecol., 348: Diterima : 21 Agustus 2014
111-120. Direview : 22 Agustus 2014
Disetujui :16 Juni 15

378 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt71

View publication stats

You might also like