Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The zonation review and evaluation took into account habitat protection areas and categorised migration
routes. In addition, the sustainability of fishery resources is maintained, as people in Savu Sea depend on fishery
resources. The objectives of this research are to analyse the effectiveness of sub-zone cetacean protection for
Savu Sea National Marien Park. The research stations were watering inside and outside in Savu Sea National
Marine Park. The sampling of the research was conducted on 2015 and 2016, collecting data using a zig-zag
transect by observation method of collecting data sighting cetacean with single observer platform. The results
of sub-zone cetacean protection against Southwest Sumba waters, West Sumba and East Timor Land need to
be reviewed if referring the current zoning area. Sub-zone for areas to protect sustainability cetacean need to
be adjusted addition and alteration of fishery zone, the area of Southwest Sumba, West Sumba and Central
Sumba is ± 445,567.44 ha and ± 239,307.52 ha to around East Timor Land waters. Extensive re-evaluation of
existing protection sub-zones is requiring. A review of extent to efectiveness water areas attend the conflict of
interest in needs of fisherman to catch and migration route of cetacean.
ABSTRAK
Peninjauan dan evaluasi zonasi harus memperhatikan wilayah perlindungan habitat dan jalur migrasi
setasea. Disamping itu, keberlanjutan sumberdaya perikanannya tetap terjaga, karena sebagian besar
masyarakat di sekitar wilayah Laut Sawu bergantung terhadap sumberdaya perikanan yang ada. Penelitian
bertujuan menganalisis efektivitas sub zona perlindungan setasea di Taman Nasional Perairan Laut Sawu.
Lokasi penelitian meliputi perairan di dalam dan luar Taman Nasional Perairan Laut Sawu. Penelitian
dilakukan tahun 2015 dan 2016, alur pengumpulan data dilakukan secara zig-zag transect dengan metode
pengamatan satu kelompok pengamat. Hasil yang ditemukan adalah pada sub zona perlindungan setasea
di perairan sekitar Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Daratan Timor perlu ditinjau ulang
jika mengacu pada luasan zonasi saat ini. Luasan sub zona untuk melindungai keberlanjutan setasea
disesuaikan dengan penambahan dan perubahan dari zona perikanan yang ada, luasan di Sumba Barat
Daya, Sumba Barat dan Sumba Tengah ± 445.567,44 ha dan Daratan Timor ± 239.307,52 ha. Diperlukan
peninjauan ulang luasan pada sub zona perlindungan yang ada saat ini. Peninjaun ulang luasan
dimaksudkan untuk keefektifitasan wilayah perairan guna menghindari terjadinya konflik kepentingan
antara kebutuhan nelayan akan hasil tangkapan dengan keberlanjutan setasea.
signifikan, akan tetapi selama penelitian lumba dan paus. Beberapa tahun terakhir
frekuensi kemunculannya lemah adalah ini, lumba-lumba sudah menjadi hewan
Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten buruan untuk dijadikan bahan konsumsi
Sumba Barat, Kabupaten Rote Ndao dan dan lainnya, perburuan setasea secara
Kabupaten Sabu Raijua (Gambar 5.b). terus menerus dapat mengakibatkan
Lokasi kemunculan (sighting) setasea berkurangnya populasi lumba-lumba dan
dengan jumlah tertinggi yaitu di wilayah paus di alam, meskipun dilakukan secara
perairan Sumba Timur (17 lokasi tradisional (Wiadnyana et al., 2005).
kemunculan), Kabupaten Sumba Barat Keberadaan setasea di wilayah perairan
Daya (16 lokasi kemunculan) dan wilayah sebelah selatan Kabupaten Sumba Barat
perairan di Kabupaten Kupang sebanyak Daya serta utara Kabupaten Sumba Barat
15 lokasi kemunculan. Beberapa lokasi dan Kabupaten Sumba Tengah dan
yang ada selama penelitian dan dari Perairan sebelah utara Kabupaten Kupang
beberapa data hasil-hasil penelian (Pulau Semau sampai dengan daerah
sebelumnya, lokasi yang terdeteksi Soliu) menjadi wilayah dengan perhatian
menjadi lokasi kemunculan merupakan khusus bagi upaya perlindungan setasea.
lokasi yang saat ini menjadi sub zona Berdasarkan hasil analisis, perlu
perikanan berkelanjutan. Di beberapa disesuaikan antar zona dengan
lokasi tersebut, selama penelitian terlihat penambahan dan merubah dari sub zona
bahwa bukan nelayan tradisional yang perikanan berkelanjutan umum yang ada
memanfaatkan periaran tersebut sebagai saat ini menjadi sub zona perlindungan
lokasi penangkapan ikan. setasea.
Hasil analisis dari kemuculan, gerombolan, Kemunculan dan pergerakan paus
tingkah laku serta migrasi lumba-lumba yang ditemukan selama penelitian di
dan paus selama penelitian, beberapa zona wilayah sekitar perairan Daratan Kupang
yang ada saat ini memerlukan perhatian pada pagi hari sekitar pukul 06.00 – 10.00
bagi keberlanjutan keberadaan paus dan WITA bergerak dari WS kearah NE,
lumba-lumba di perairan Laut Sawu serta sedangkan pada siang hari sekitar pukul
dari hasil-hasil penelitian sebelumnya 11.00 – 13.00 WITA terlihat paus sperma
tidak ditemukan kemunculan lumba- logging dengan arah pergerakan bolak –
balik dari N ke S dan ke arah N. Pergerakan Konservasi Sumberdaya Ikan tahun 2015
paus yang terlihat di sekitar daratan timur dan 2016 yang dioverlay dengan
terdominasi dari arah WS ke NE. pendekatan GIS dan direduksi masing-
Kemunculan lumba-lumba di Kabupaten masing data dan informasi yang
Kupang selama penelitian terdominasi didapatkan dengan principal komponen
pada pukul 06.00-10.00 WITA pagi hari analisis), beberapa zonasi yang ada
(33.8 %), kemudian akan muncul pada memerlukan perhatian bagi keberlanjutan
pukul 15.00-18.00 WITA (54.4 %). keberadaan paus dan lumba-lumba di
Pergerakan dan pergerakan yang terlihat perairan Laut Sawu, seperti : Luasan
diwilayah perairan sekitar kurang terlihat wilayah perairan yang dicalonkan sebagai
pada pagi hari hari pergeraran dari arah perubahan atas sub zona dari perikanan
NE kearah WS, akan tetapi sebagian berkelanjutan umum menjadi sub zona
pergerakan lumba-lumba juga ditemukan perlindungan setasea untuk wilayah
dari arah N kearah S pada pagi hari. Perairan Kabupaten Sumba Barat Daya,
Berbeda dengan sore hari, kecenderungan Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten
pergerakan dari WS kearah NE dengan Sumba Tengah seluas ± 445.567,4 Ha,
sebagain kecil lumba-lumba yang sedangkan wilayah Perairan sebelah utara
ditemukan bergerak kearah E. Kupang (Pulau Semau sampai dengan
Berdasarkan data dari kemuculan, Desa Soliu) seluas ± 239.307,5 Ha
gerombolan, tingkah laku serta migrasi (Gambar 6 dan Tabel 1).
lumba-lumba dan paus selama penelitian
(hasil penelitian Pusat Riset Perikanan 4. KESIMPULAN
Tangkap pada tahun 2005, APEX dan The
Nature Conservancy tahun 2013 serta Distribusi setasea (lumba – lumba
Balai Penelitian Pemulihan dan dan paus) di wilayah TNP Laut Sawu yaitu
Tabel 1. Luasan, wilayah perairan dan desa sub zona yang disarankan sebagai sub zona
perlindungan setasea selain sub zona perlindungan setasea yang ditetapkan
dalam Kep Men No. 5/KEPMEN-KP/2014 di wilayah TNP Laut Sawu
tersebar merata dengan jumlah dan luasan antara sub zoba bagi keberlanjutan
frekuensi kemunculan tertinggi dari jenis setasea dengan zona perikanan
lumba-lumba adalah Spinner dolphin berkelanjutan umum yang ada saat ini.
sedangkan jenis paus adalah Short-finned Luasan zonasi yang dimaksud yaitu luasan
pilot whale. Lokasi dengan frekuensi zonasi di Kabupaten Sumba Barat Daya,
kemunculan tertinggi yaitu perairan Sumba Barat dan Sumba Tengah seluas ±
Kabupaten Kupang, Sumba Barat Daya, 445.567,44 ha dan Daratan Timor seluas ±
Sumba Barat dan Sumba Tengah. 239.307,52 ha menjadi sub zona
Berdasarkan pada distribusi dari perlindungan setasea.
komposisi kemunculan setasea, terlihat
bahwa zonasi yang ada saat ini terdapat UCAPAN TERIMA KASIH
ketumpang-tindihan antara zona
perikanan berkelanjutan dengan zona Karya Tulis Ilmiah ini merupakan
perlindungan setasea. Ketumpang- kontribusi dari hasil kegiatan penelitian
tindihan tersebut ditemukan di sekitar dan Pengembangan dengan judul
Kabupaten Sumba Barat daya, Sumba ”Penelitian Kesesuaian Zonasi di Taman
Barat dan Sumba Tengah. Dampak yang Nasional Perairan Laut Sawu sebagai
terjadi adalah sering ditemukannya luka di Kawasan Konservasi Perairan”. Penelitian
tubuh lumba-lumba, seperti goresan jaring ini dibiayai dari dana APBN Satuan Kerja
pada bagian tubuh dan luka di mulut Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi
lumba-lumba. Upaya untuk menghindari Sumber Daya Ikan (BP2KSI) Tahun
dampak tersebut, diperlukan penyesuaian Anggaran 2015 dan 2016. Penulis juga