You are on page 1of 9

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol.

2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015 211

KARAKTER ANATOMI DAN FISIOLOGI TANAMAN JAMBU METE (Anacardium


occidentale L.) YANG DITANAM PADA TANAH PASCATAMBANG EMAS
DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI

Sri Ambardini1* , Indrawati1, Hasmiah2


1
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari
2
Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari
1*
Email : andindor@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine: anatomy character (density, length, and
width of stomata), chlorophyll content index, and alkaloids content of plant cashew leaves
(Anacardium occidentale L.) planted on gold post-mining soil Bombana with variation dose of
cow manure. The experimental research use completely randomized design with four
treatments, namely without cow manure (S 0), and treatment of cow manure 100g 10kg-1 soil
(S1), 125g 10kg-1 soil (S2), and 150g 10kg-1soil (S3) in repeated 3 times. Anatomy of leaves
Cashew plant parameters observed were the levels of density stomata, length stomata,
width stomata, and the physiology were chlorophyll content index and alkaloids content. Test
data using Anova and continued with LSD (density stomata), and BJND (chlorophyll content
index) level of 95%. The results showed that cow manure of the treatments S 3 gives the
highest value of density stomata (16,98 mm 2), length stomata (122, 24 µm), width stomata
(109, 97 µm) and chlorophyll content index is (42,81 CCI) while on treatments alkaloids
content highest S0 is (0,005 g). Cow Manure is significantly influence of stomata density and
chlorophyll content index, but no significant effect on the stomata length, stomata width and
alkaloids content.
Keywords : Stomata, Chlorophyll Content Index, Alkaloids Content, Cow Manure, Plant
Cashew Gold Post-Mining Soil.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: karakter anatomi (kerapatan, panjang, dan
lebar stomata), indeks kadar klorofil dan kadar alkaloid daun tanaman jambu mete
(Anacardium occidentale L.) yang ditanam pada tanah pascatambang emas Bombana
dengan variasi dosis pupuk kandang sapi. Penelitian eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, yaitu tanpa pupuk kandang sapi (S0),
dan perlakuan pupuk kandang sapi 100g 10kg-1 tanah (S1), 125g 10kg- 1 tanah (S2), dan
150g 10kg-1 tanah (S3) dengan 3 kali ulangan. Pengamatan anatomi daun tanaman jambu
mete meliputi: kerapatan, panjang, dan lebar stomata sedangkan pengamatan fisiologis
meliputi indeks kadar klorofil dan kadar alkaloid. Data di uji menggunakan Ansira dan
dilanjutkan dengan Uji BNT (kerapatan stomata), dan BJND (indeks kadar klorofil) pada
taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang sapi
dosis 150g 10kg-1 tanah (S3) memberikan nilai tertinggi pada kerapatan stomata (16,98
mm 2), panjang stomata (122,24 µm), lebar stomata (109,97 µm) dan indeks kadar klorofil
(42,81 CCI) sedangkan untuk kadar alkaloid yang tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa
pupuk kandang sapi (S0) yaitu 0,005 g. Pupuk kandang sapi berpengaruh signifikan
terhadap kerapatan stomata dan indeks kadar klorofil daun tanaman jambu mete, namun
tidak berpengaruh signifikan terhadap panjang stomata, lebar stomata, dan kadar alkaloid.

Katakunci : stomata, indeks kadar klorofil, alkaloid, pupuk kandang sapi, tanaman jambu
mete, tanah pascatambang emas.

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 212

PENDAHULUAN meningkatkan keberhasilan penanaman


Sulawesi Tenggara merupakan daerah kembali pada lahan-lahan kritis
dengan potensi sumber daya alam yang pascatambang. Pupuk kandang disamping
sangat melimpah. Pemanfaatan sumber daya sebagai penyubur tanaman juga mengandung
alam yang sangat menonjol di Sulawesi unsur hara yang bermanfaat dalam
Tenggara khususnya di Kabupaten Bombana mengurangi pencemaran lingkungan (Sarief,
adalah pertambangan emas. Kegiatan 1989).
pertambangan dapat menyebabkan Pupuk kandang sapi merupakan pupuk
kerusakan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah organik yang mengandung unsur hara NPK
serta terjadinya penyebaran kontaminasi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
logam berat yang tinggi baik pada tanah tanaman, unsur hara N berperan penting
maupun tumbuhan yang terdapat di dalam pembentukan klorofil pada daun
lingkungan pertambangan maupun ekosistem sedangkan unsur hara K berperan dalam
secara luas (Dramono, 1995). Reklamasi membuka dan menutupnya stomata.
pascatambang dengan revegetasi Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk
membutuhkan tambahan bahan organik yang tanaman merupakan suatu siklus unsur hara
cukup guna menstabilkan lahan bekas yang sangat bermanfaat dalam
tambang selanjutnya dapat dilakukan mengoptimalkan penggunaan sumber daya
penanaman menggunakan tanaman alam yang terbarukan disisi lain penggunaan
perkebunan dan kehutanan. Dinas kehutanan pupuk kandang dapat mengurangi
Kabupaten Bombana merekomendasikan pencemaran logam berat yang bersifat racun
tanaman jambu mete (Anacardium bagi tanaman, dan dapat memperbaiki
occidentale L.) yang merupakan tanaman struktur tanah sebagai media pertumbuhan
unggul dalam komoditas perkebunan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
terutama di kawasan Indonesia Timur untuk dengan leluasa (Sarief, 1989).
ditanam pada kawasan pertambangan karena Hasil penelitian Andrita (2014)
tanaman ini dapat hidup pada daerah kritis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
(Hardiani, 2009).Keunggulan tanaman jambu kandang sapi dengan takaran berbeda
mete pada lahan kritis dapat dijelaskan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
melalui pendekatan anatomi guna mendukung jambu mete yang ditanam pada tanah
pendekatan fisiologi maupun morfologi dalam pascatambang emas. Hal tersebut menjadi
menentukan genotipe yang peka maupun dasar pentingnya dilakukan penelitian dengan
yang mampu beradaptasi pada kondisi judul “Karakter Anatomi Dan Fisiologi
cekaman kekeringan. Kerapatan stomata Tanaman Jambu Mete (Anacardium
dapat mempengaruhi dua proses penting occidentale L.) Pada Tanah Pascatambang
pada tanaman yaitu fotosintesis dan Emas dengan Pemberian Pupuk Kandang
transpirasi. Menurut Miskin et al., (1972), Sapi” agar dapat diketahui bagaimana
tanaman barley yang mempunyai kerapatan adaptasi tanaman jambu mete dari segi
stomata tinggi akan memiliki laju transpirasi anatomi daun (kerapatan, panjang, dan lebar
yang lebih tinggi daripada tanaman dengan stomata) dan fisiologisnya (indeks kadar
kerapatan stomata yang rendah. klorofil dan kadar alkaloid) yang dapat
Keberhasilan penanaman kembali pada mendukung pertumbuhan tanaman jambu
lahan-lahan kritis umumnya membutuhkan mete pada tanah pascatambang emas
tambahan bahan organik yang cukup. Pupuk Bombana.
kandang merupakan salah satu bentuk bahan
organik. Penggunaan pupuk kandang dapat
dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 213

BAHAN DAN METODE Parameter Penelitian


Waktu dan Tempat
Parameter yang diamati dalam
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan penelitian meliputi karakter anatomi yaitu
Februari - April 2015 di Laboratorium Biologi kerapatan stomata, panjang stomata dan
Unit Botani Jurusan Biologi Fakultas lebar stomata sedangkan untuk karakter
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, fisiologi yaitu indeks kadar klorofil (CCI) dan
Universitas Halu Oleo, Kendari. kadar alkaloid.

Alat dan Bahan Prosedur Kerja


Alat dan bahan yang digunakan dalam Prosedur kerja pada penelitian ini yaitu:
penelitian ini adalah alat Mikroskop Leica, 1) Penyiapan media tanam
Mikroskop Nikon Eclipse Ti, Timbangan Media tanam yang digunakan adalah
Analitik CHEETAH JA 5003 B, Sentrifuga tanah pascatambang emas Bombana yang
BOECO, Hot Plate, Klorofimeter Konica diambil dari lokasi pertambangan kemudian di
Minolta , kamera digital, oven, botol selai, masukkan ke dalam polybag masing-masing
Erlenmeyer, Corong, Cawan petri, Pipet berisi 10 kg tanah. Pupuk kandang yang
tetes, Gelas Ukur, Spatula, Tabung Reaksi, digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran
Kaca obyek dan kaca penutup, Silet, Gunting, sapi yang telah dilakukan pengolahan menjadi
Alat tulis, Mortal. Bahan-bahan yang pupuk dalam bentuk kering, dengan dosis100
digunakan: daun jati (Tectona grandis L.), g (S1), 125 g (S2) dan 150 g (S3), sedangkan
Asam asetat 10% dalam etanol, Ammonium untuk media kontrol (S0) berisi tanah
hidroksida, Kertas saring whatman 41, pascatambang sebanyak 10 kg/polybag tanpa
Aquades, Larutan FAA (Formalin, alkohol, penambahan pupuk kandang sapi. Baik pada
asamacetat glacial) 90%, Reagen Gliserin kontrol maupun perlakuan pupuk kandang
30%, Safranin, Bayclin, Aluminium Foil, sapi, pada media tanahnya diberi kapur kalsit
Kuteks bening. 10g 10-1 kg tanah.

2) Penanaman dan pemeliharaan


Variabel Penelitian
Penanaman bibit dilakukan dengan cara
Variabel yang diamati dalam penelitian menanam bibit tanaman jambu mete yang
meliputi variabel bebas yaitu pemberian berumur 1 minggu pada kedalaman ± 5 cm, 1
variasi dosis pupuk kandang sapi dan variabel polybag dengan 1 bibit jambu mete.
terikat karakter anatomi (kerapatan, panjang, Penyiraman dilakukan setiap hari
dan lebar stomata) dan fisiologi (indeks kadar menggunakan air sumur, dengan volume
klorofil dan kadar alkaloid) daun tanaman yang sama yaitu 400 mL dan waktu
jambu mete (Anacardium occidentale L.). penyiraman dilakukan pada pagi hari jam
08.00-09.00 WITA. Pemanenan dilakukan
Jenis dan Desain Penelitian setelah usia tanaman mencapai 12 minggu
Jenis penelitian ini adalah eksperimental (Andrita, 2014).
dengan 4 perlakuan yaitu tanpa pupuk
kandang (S0), pupuk kandang sapi 100g 10kg- 3) Pengambilan sampel daun
1
(S1), pupuk kandang sapi 125g 10kg-1 (S2) Pengambilan sampel daun dilakukan
dan pupuk kandang sapi 150g 10kg-1 (S3) dengan memetik daun tanaman jambu mete
dengan 3 kali ulangan. Desain penelitian yang yang telah dipanen oleh Andrita (2014). Daun
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dipilih pada bagian tengah yaitu daun ke
(RAL). delapan untuk pengamatan anatomi dan
dimasukkan ke dalam botol selai yang sudah
diisi larutan FAA, dan diberi label pada setiap

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 214

perlakuan, selanjutnya pengambilan daun ke 6) Pengamatan indeks kadar klorofil (CCI)


tujuh untuk pengamatan indeks kadar klorofil dan kadar alkaloid daun
dan kadar alkaloid. Pengambilan sampel daun Pengukuran indeks kadar klorofil daun
jambu mete pada bagian tengah (7 dan 8) menggunakan klorofil meter (CCI), dengan
dilakukan karena daun bagian tengah belum diambil satu helai daun lalu diukur klorofilnya.
mengalami penguningan dan dapat mewakili Pengukuran indeks kadarklorofil dilakukan
dari bagian-bagian daun tua dan muda. pada helaian daun bagian pangkal, tengah
dan ujung pada masing-masing perlakuan
4) Pembuatan preparat stomata daun kemudian diulang sebanyak 3 kali.
Pembuatan preparat stomata daun
dilakukan dengan: a) sampel daun yang telah 7) Analisis indeks kadar klorofil (CCI)
direndam dalam larutan FAA disayat setipis Analisis indeks kadar klorofil (CCI)
mungkin dengan menggunakan silet; b) dilakukan menggunakan klorofil meter (CCI).
setelah sayatan selesai terlebih dahulu dicuci Dimulai dengan menekan tombol power
dengan aquades. Kemudian sayatan diamati untuk menyalakan alat CCM-200, lalu
di bawah mikroskop apakah sudah cukup menekan tombol run yang berada pada arah
tipis; c) sayatan direndam dalam larutan kiri, kemudian menekan tombol measure
bayclean selama 3–5 menit untuk melarutkan dengan arah sebelah kiri, selanjutnya
klorofil yang dapat menghalangi stomata. menekan tombol append yang berada pada
Selanjutnya sayatan dibilas dalam aquades arah kanan dan langkah yang terakhir,
sampai larutan bayclean hilang; d) pewarnaan menjepit daun jambu mete yang akan diukur
sayatan epidermis daun dilakukan dengan kadar klorofilnya dengan menggunakan
pewarna tunggal yaitu safranin 1% (aquosa) pendeteksi kandungan klorofil berada di atas
selama 3–5 menit. Kemudian sayatan yang layar dan selanjutnya langsung terbaca
telah diwarnai dibilas kembali dalam aquades; dengan otomatis kandungan klorofil tanaman
e) sayatan diambil dengan kuas kemudian jambu mete.
diletakkan di atas kaca objek (diusahakan
jangan sampai terlipat atau menggulung) lalu 8) Analisis alkaloid
diteteskan larutan gliserin 30%; f) ditutup Pengukuran kadar alkaloid diawali
dengan kaca penutup, dibersihkan sisa dengan melakukan ekstraksi daun dengan
larutan gliserin 30%. Pinggiran kaca penutup cara menimbang 0,2 gram berat basah daun
diolesi kuteks bening, kemudian siap diamati. jambu mete lalu ditambahkan 10 mL asam
asetat 10% dalam etanol. Kemudian ditutup
5) Pengamatan preparat stomata daun dan dibiarkan selama 4 jam. Setelah itu
Pengamatan preparat stomata daun campuran disaring dan ekstraknya dipekatkan
dilakukan dengan: a) satu persatu preparat pada penangas air hingga volume menjadi 1/4
stomata diambil dan diletakkannya pada dari volume semula dan ditambahkan
mikroskop cahaya; b) stomata daun diamati amonium hidroksida pekat ke dalam ekstrak
mulai dengan perbesaran 40 x, 100 x dan 400 sampai endapannya sempurna kemudian
; c) mengukur stomata (Jumlah stomata, disentrifugasi selama 3 menit. Seluruh larutan
panjang stomata, dan lebar stomata); d) dibiarkan tenang, kemudian endapannya
kerapatan stomata dihitung dengan dikumpulkan dan dicuci dengan amonium
menggunakan rumus (Lestari, 2005): hidroksida lalu disaring dan residu dikeringkan
(Seniwaty et al., 2009). Selanjutnya kadar
Jum lah stomata alkaloid daun jambu mete dianalisis sesuai
Karapan stomata =
Luas bidang pandang
dengan metode Harborne (1973) dalam
Seniwaty et al., (2009) dengan cara
mengeringkan residu hasil ekstraksi daun

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 215

jambu mete kemudian menimbang residu pada daun tanaman jambu mete pada kontrol
tersebut. dan perlakuan pupuk kandang sapi pada S1,
S2 dan S3. Perlakuan pupuk kandang sapi
Analisis Data pada perlakuan S3 berbeda nyata dengan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian perlakuan lain dan terlihat jelas mampu
dianalisis dengan menggunakan SPSS, untuk meningkatkan kerapatan stomata lebih besar
hasil pengujian yang memiliki pengaruh dibandingkan S0, S1 dan S2. Hal ini
nyata dilanjutkan dengan uji lanjut sesuai nilai disebabkan karena dosis pupuk kandang sapi
koefisian keragaman (KK), yaitu uji BNT pada S3 lebih besar sehingga kandungan NPK
untuk kerapatan stomata dan uji BJND untuk yang terkandung pada perlakuan S3 lebih
indeks kadar klorofil pada taraf kepercayaan banyak dibandingkan pupuk kandang sapi
95% . perlakuan S1, S2 dan S0

HASIL PENGAM AT AN
Panjang Stomata
Kerapatan Stomata
Hasil pengamatan rerata yang diperoleh
Hasil perhitungan rerata kerapatan dari pengukuran panjang stomata daun jambu
stomata yang terdapat pada daun tanaman mete (Anacardium occidentale L.) dengan
jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang variasi dosis pupuk kandang sapi disajikan
tanpa (kontrol) dan diberi perlakuan pupuk pada gambar 2.
kandang sapi disajikan pada gambar 1.
125,00 a
Rerata Panjang
Stomata (µm)

20,00 120,00
Rerata Kerapatan

a b a 122,24
Stomata (mm2)

15,00 a 16,98 115,00


a 16,59 116,24
14,26 110,00 a a
10,00 11,90
105,00 107,63 108,79
5,00 100,00
0,00 SK0
0 S1
S1 S2
S2 SS3
3

SK0
0 SS1
1 SS2
2
S3
S3
Perlakuan
Perlakuan
Gambar 2. Histogram rerata panjang stomata
Gambar 1. Histogram rerata kerapatan daun jambu mete (Anacardium
stomata daun jambu mete occidentale L.) pada umur 12
(Anacardium occidentale L.) pada MST.
umur 12 MST Keterangan.: S0= Tanpa pupuk kandang
Keterangan.: S0= Tanpa pupuk kandang (Kontrol)
(Kontrol) S1= Pupuk kandang Sapi 100g
S1= Pupuk kandang Sapi 100g 10kg-1
10kg-1 S2= Pupuk kandang sapi 125g
S2= Pupuk kandang sapi 125g 10kg-1
10kg-1 S3= Pupuk kandang sapi 150g
S3= Pupuk kandang sapi 150g 10kg-1
10kg-1 Angka yang diikuti dengan huruf
Angka yang diikuti dengan huruf yang yang sama pada histogram
sama pada histogram berbeda berbeda tidak nyata pada taraf
tidak nyata pada taraf kepercayaan kepercayaan 95%
95%
Berdasarkan gambar 2 menujukkan
Berdasarkan gambar 1 memperlihatkan bahwa kontrol dan perlakuan pupuk kandang
perbedaan kerapatan stomata yang terdapat sapi (S1, S2 dan S3) tidak berbeda nyata

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 216

secara statistik, tetapi pada perlakuan S3


terlihat jelas memiliki rerata stomata lebih
panjang dibandingkan perlakuan lainnya.

Lebar Stomata
Hasil pengamatan yang diperoleh dari
pengukuran lebar stomata daun jambu mete
dengan variasi dosis pupuk kandang sapi
disajikan pada gambar 3.
150,00 a S2 S3
a a
Rerata Lebar
Stomata (µm)

100,00 a
106,55 102,24 109,97 Gambar 4. Stomata daun tanaman jambu
50,00 87,91 mete (Anacardium occidentale
L.) pada perbesaran 400x
0,00 Keterangan.: S0= Tanpa pupuk kandang
SS0 SS1 SS2 S3
S3 (Kontrol)
0 1 2
S1= Pupuk kandang Sapi 100g
Perlakuan
10kg-1
S2= Pupuk kandang sapi 125g
Gambar 3.Histogram rerata lebar stomata 10kg-1
daun jambu mete (Anacardium S3= Pupuk kandang sapi 150g
occidentale L.) pada umur 12 10kg-1
MST.
Keterangan : Indeks Kadar Klorofil
S0= Tanpa pupuk kandang (Kontrol )
S1= Pupuk kandang Sapi 100g 10kg
-1 Hasil pengamatan rerata kandungan
-1
S2= Pupuk kandang sapi 125g 10kg indeks klorofil daun tanaman jambu mete
-1
S3= Pupuk kandang sapi 150g 10kg (Anacardium occidentale L.) dengan variasi
Angka yang diikuti dengan huruf yang dosis pupuk kandang sapi disajikan pada
sama pada histogram berbeda tidak nyata gambar 5.
pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan gambar 3 menujukkan 50,000
Rerata Indeks kadar

b
bahwa lebar stomata pada kontrol (S0) dan 40,000 a
klorofil (CCI)

42,810
perlakuan pupuk kandang sapi (S1, S2 dan S3) a 36,987
30,000 a
terlihat bervariasi dengan perlakuan S 3 31,967
20,000 26,667
memiliki lebar stomata tertinggi. Meskipun
demikian tidak terdapat perbedaan nyata 10,000
diantara kontrol dan perlakuan pupuk 0,000
kandang sapi. Co
S0 SS1
1 SS2
2
S3
S3
Pengamatan anatomis stomata daun
Perlakuan
tanaman jambu mete (Anacardium occidentale
L.) disajikan pada gambar 4 berikut:
Gambar 5.Histogram rerata kandungan
indeks kadar klorofil daun jambu
mete (Anacardium occidentale
L.) pada umur 12 MST.
Keterangan.: S0= Tanpa pupuk kandang
(Kontrol)
S1= Pupuk kandang Sapi 100g
10kg-1
S2= Pupuk kandang sapi 125g
So S1
10kg-1

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 217

S3= Pupuk kandang sapi 150g S0 terlihat jelas memiliki kadar alkaloid
10kg-1 tertinggi diantara semua perlakuan.
Berdasarkan gambar 5 memperlihatkan
perbedaan indeks kadar klorofil yang terdapat PEMBAHASAN
pada daun tanaman jambu mete pada kontrol
Pupuk kandang sapi mengandung unsur
dan perlakuan pupuk kandang sapi.
hara makro NPK yang sangat dibutuhkan
Perlakuan S3 terlihat jelas mampu
untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang
meningkatkan indeks kadar klorofil lebih besar
sapi padat dengan kadar air 85%
dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
mengandung 0,4% N, 0,2% P2O5dan 0,5%
Hal ini disebabkan karena kandungan NPK
K2O, sehingga pemberian pupuk kandang
pupuk kandang sapi pada perlakuan S3 lebih
sapi dapat memperbaiki kondisi lingkungan
tinggi dibandingkan perlakuan S0, S1 dan S2.
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya
mampu meningkatkan hasil produksi suatu
Kadar Alkaloid tanaman (Hsien and Hsien, 1990). Dalam
Hasil analisis kandungan kadar alkaloid penelitian ini terlihat bahwa dari semua
daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) parameter pengamatan, kecuali kadar alkaloid
dengan variasi dosis pupuk kandang sapi menunjukkan dengan semakin tinggi dosis
disajikan pada gambar 6. pupuk kandang sapi yang diberikan akan
meningkatkan parameter yang diukur,
0,005 a
Rerata Kadar Alkaloid

sehingga semakin baik pertumbuhan


0,004 0,005 0,004 tanaman.
0,003 a a
Hasil analisis statistika uji lanjut BNT
0,002 0,003 0,003 terhadap kerapatan stomata menunjukkan
(g)

0,001 bahwa pemberian dosis pupuk kandang sapi


0,000 S3 berbeda nyata terhadap kontrol dan
perlakuan pupuk kandang sapi yang lain.
SCo
0
S1
S1 S2
S2 S3
S3
Pemberian dosis pupuk kandang sapi sampai
Perlakuan batas tertentu dapat meningkatkan kerapatan
stomata pada daun tanaman jambu mete. Hal
Gambar 6.Histogram rerata kandungan kadar ini sesuai dengan hasil penelitian Nugroho
alkaloid daun jambu mete dkk., (2006) menujukkan bahwa pemberian
(Anacardium occidentale L.)
pada umur 12 MST. pupuk NPK yang cukup mampu meningkatkan
Keterangan.: S0= Tanpa pupuk kandang kerapatan stomata.
(Kontrol) Hasil penelitian menunjukkan bahwa
S1= Pupuk kandang Sapi 100g semakin tinggi pemberian dosis pupuk
10kg-1 kandang sapi akan meningkatkan kerapatan
S2= Pupuk kandang sapi 125g stomata, karena dengan dosis pupuk yang
10kg-1
sesuai akan meningkatkan pertumbuhan,
S3= Pupuk kandang sapi 150g
10kg-1 salah satunya melalui peningkatkan jumlah
Angka yang diikuti dengan huruf stomata yang digunakan untuk membantu
yang sama pada histogram proses fotosintesis sebagai jalan masuknya
berbeda tidak nyata pada taraf substrat CO 2 dan H2O. Tanaman jambu
kepercayaan 95% mete merupakan tanaman yang toleran
terhadap cekaman lingkungan sehingga salah
Berdasarkan gambar 6 menujukkan S0
satu bentuk adaptasi anatomi yaitu dengan
dan perlakuan S1, S2, dan S3 tidak berbeda
cara mengurangi jumlah stomata yang
nyata secara statistik, tetapi pada perlakuan
berperan dalam proses transpirasi pada daun,
oleh karena itu nampak pada perlakuan S3

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 218

menunjukkan kerapatan stomata yang atau menghasilkan senyawa tertentu yang


tertinggi karena tempat tumbuh tanaman dapat melindungi dirinya dari gangguan.
jambu mete tersebut memiliki unsur hara yang Metabolit sekunder yang salah satunya
cukup dan dengan berkurangnya dosis pupuk adalah senyawa alkaloid yang merupakan
maka berkurang pula kerapatan stomata senyawa pekat dan banyak dihasilkan apabila
sehingga mengurangi laju transpirasi berada pada kondisi lingkungan yang
sehingga tanaman dapat tetap bertahan pada tercekam (Sahidin, 2012). Berdasarkan
kondisi kekurangan unsur hara. analisis sidik ragam (Ansira) pada taraf
Jumlah stomata pada pengamatan daun kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pupuk
jambu mete berkisar antara 15-28 stomata kandang sapi tidak berpengaruh nyata
pada perbesaran 400x. Hal ini sesuai dengan (P>0,05) terhadap kadar alkaloid daun
penelitian Iroka et al., (2014) menyebutkan tanaman jambu mete. Namun, hasil rerata
bahwa jumlah stomata pada daun jambu mete terdapat perbedaan terhadap perlakuan S 0,
pada sisi abaksial dengan perbesaran 400x S1, S2 dan S3 dengan rerata tertinggi terdapat
yaitu sekitar 25 stomata sedangkan untuk pada perlakuan S0.
panjang dan lebar berkisar 50-200 µm. Hasil penelitian menunjukkan kadar
Hasil analisis sidik ragam (Ansira) pada alkaloid yang diperoleh dari daun jambu mete
daun tanaman jambu mete menunjukkan tidak menunjukkan kadar alkaloid yang tinggi,
bahwa pemberian dosis pupuk kandang sapi akan tetapi alkaloid akan banyak di produksi
berpengaruh nyata terhadap indeks kadar pada tanaman yang berada pada kondisi
klorofil (CCI) daun tanaman jambu mete yang lingkungan yang tercekam. Hal ini sesuai hasil
ditanam pada tanah pascatambang emas penelitian Kasiviswanathan et al., (2013)
Bombana. Hasil uji lanjut dengan menunjukkan bahwa pada tanaman jambu
menggunakan uji lanjut BJND (Beda Jarak mete yang berada pada lingkungan yang
Nyata Duncan) pada taraf kepercayaan 95% menguntungkan dalam hal ini memiliki
menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk kandungan unsur hara NPK yang sangat
kandang sapi pada perlakuan S 3 memberikan dibutuhkan pertumbuhan tanaman tidak
pengaruh yang snyata terhadap kontrol. memproduksi senyawa alkaloid, akan tetapi
Semakin tinggi pemberian dosis pupuk apabila ditumbuhkan pada kondisi lingkungan
kandang sapi sampai batasan tertentu yang yang tercekam maka akan menghasilkan
diberikan maka semakin tinggi indeks kadar senyawa metabolit sekunder yaitu salah
klorofil yang dihasilkan daun suatu tanaman. satunya adalah alkaloid sebagai sistem
Sehingga akan semakin baik pula proses pertahanannya.
fotosintesis tanaman tersebut. Hal ini
berkolerasi terhadap kerapatan stomata yaitu KESIMPULAN
semakin banyak jumlah stomata yang Berdasarkan hasil dan pembahasan,
terbentuk pada daun jambu mete maka maka dapat disimpulkan bahwa:
semakin meningkat pula kadar klorofil yang 1. Karakter anatomi (stomata) tanaman jambu
dihasilkan untuk proses respirasi dan mete (Anacardium occidentale L.) yang
fotosintesis. ditanam pada tanah pascatambang emas
Alkaloid merupakan senyawa yang Bombana dengan variasi dosis pupuk
mempunyai satu atau lebih atom nitrogen kandang menunjukkan adanya perbedaan
biasanya dalam gabungan dan sebagian dari nyata antara perlakuan dengan kontrol
sistem siklik. Alkaloid mempunyai kegiatan terhadap kerapatan stomata namun untuk
fisiologi yang menonjol. Tumbuhan tidak panjang stomata dan lebar stomata tidak
dapat menghindar dari suatu cekaman terdapat perbedaan nyata antara perlakuan
lingkungan sehingga tumbuhan memiliki suatu dengan kontrol.
mekanisme fisiologi dengan mengeluarkan

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015
Karakter Anatomi Dan Fisiologi Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)
yang Ditanam Pada Tanah Pascatambang Emas Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi 219

2. Indeks kadar klorofil tanaman jambu mete Lestari, G. T., 2005, Hubungan antara
(Anacardium occidentale L.) yang ditanam Kerapatan Stomata dengan
pada tanah pascatambang emas bombana Ketahanan Kekeringan pada
Somaklon Padi Gajah mungkur,
dengan variasi dosis pupuk kandang sapi
Towuti, dan IR 64.
berbeda nyata antara perlakuan dengan Biodiversitas. Vol. (7), No. (1), hal.
kontrol, akan tetapi untuk kadar alkaloid 44-48.
tidak berbeda nyata.
Miskin, E.K., Rasmusson, D.C., and Moss,
D.N. 1972. Inheritance and
DAFT AR PUSTAKA physiological efects of stomatal
frequency in barley. Journal Crop
Andrita, F. 2014. Pertumbuhan Dan Distribusi Science. Vol: 1 No. (2).
Logam Merkuri (Hg) Dalam Organ
Tanaman Bibit Jambu Mete Nugroho, I.H., Hastuti, T. Astutiningsih, dan
(Anacardium occidentale L.) Dengan Sumardin,I. 2006. karakteristik cabai
Perlakuan Takaran Pupuk Kandang rawit (Capsicum frutecens L.) yang
Sapi Pada Tanah Yang Ditanam dirumbuhkan secara hidroponik.,
Tanah Pascatambang Emas Berskala Ilmiah Biologi. Vol. 5 No:
Bombana Sulawesi Tenggara. (1): 13-21.
(Skripsi). Fakultas MIPA. Universitas
Halu Oleo. Kendari. Sahidin. 2012. Mengenal Senyawa Alami.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Unhalu Press. Kendari.
Makhluk Hidup.UI.Press.Jakarta.
Sarief, S.E. 1989. Kesuburan dan Pemupukan
Hardiani, H. 2009. Potensi Tanaman Dalam Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Mengakumulasi Logam Cu Pada Bandung.
Media Tanah Terkontaminasi Limbah
Padat Industri Kertas. J. Balai Besar Seniwaty, Raihanah, Ika K.N., dan Dewi U.
Pulp dan Kertas. BS. Vol. 44, No. (1). 2009. Skrining Fitokimia Dari Alang-
Alang (Imperata cylindrica L.Beauv)
Hsien, S.C., and C.F., Hsien. 1990. The use dan Lidah Ular (Hedyotis corymbosa
of Organic Matter in Crop Production. L.Lamk). Sains dan Terapan Kimia.
Paper Prosented at Seminar on “The 3. 124-133.
Use of Organic Fartilizer in Crop
Production” at Soweon. South Korea.
18-24 June 1990.

Iroka, F. C., Okereke, C. N., Okeke, C. U.


2014. A comparative foliar anatomical
and morphologicalstudy on
Anacardium occidentale L. and
Spondias mombin L. International
Journal of Herbal Medicine. Vol. 2
No: (2). 150-153.

Kasiviswanathan, P., Thanasekaran, S.,


Venkatachalam, K.,
Shanmuganathan, J., Rajappan J. G.
2013.Pharmacognostical and
Phytochemical Studies on The
Leavesof Anacardium occidentale
Linn.World Journal of Pharmaceutical
Sciences.Vol. 2 No: (1): 41-48.

Ambardini, S., et. al., Biowallacea Vol. 2 (2) : Hal 211-219, Oktober, 2015

You might also like