You are on page 1of 8

5

Permasalahan Buruh Migran Indonesia pada Sektor Publik


Indonesian Migrant Workers Problem in Public Sector

Syamsuddin1 dan Gunadi Setyo Utomo2


(1) Panti Sosial Tresna Werdha Gao Mabaji Gowa Jl. Poros Malimo Km 29 Samaya Kab. Gowa Sulsel
Telpon 085242682979 email: syamsuddigido@yahoo.co.id
(2) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Jl Kesejahteraan Sosial No. 1 Sonosewu Yogyakarta Telpon (0274) 377265 – 373530, 085228147528
email: gunadibpks@yahoo.co.id. Diterima 29 Februari 2016, diperbaiki 15 Agustus 2016, disetujui 29 Agustus 2016.

Abstract

This study meant to identify problems faced by Indonesian migrant workers in public sector in Penang Island,
Malaysia. Data gathered through closed and opened questionaires that 77 randomly choosen among migrant workers
working in public sector in Penang. Data are analyzed through qualitative-descriptive technique, related to migrant
workers right that finally their problem can be concluded. The result showed that problems faced by migrant workers in
Penang Island were about training, accomodation, debt bandage, wage and overhour, health service and work-leave,
violence, and work hour. It recommended that the Ministry of Social Affairs can improve its supervision on menpower
service institution in implementing replacement process as regulated, sort of giving initial training before they go to work.
Would-be migrant workers need to be given more comprehensive understanding on right and obligation as migrant workers
and get information chanel for complaining if they are treated in behaviour that violate their right, and get guidance and
advocation form Indonesian representative. In General Consulate of Republic of Indonesian, Penang needed social attache
with international licenced professional social worker that help migrant worker facing problem.

Keywords: migrant workers; Indonesian; public sector

Abstrak

Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi buruh migran Indonesia (BMI) pada sektor
publik di Pulau Pinang Malaysia. Pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan tertutup dan terbuka kepada 77 orang
responden dipilih secara acak, bekerja pada sektor publik di Penang, Malaysia. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif
terkait hak-hak buruh migran untuk ditarik kesimpulan terkait beberapa masalah yang dialami BMI. Hasil penelitian
menunjukkan beberapa masalah yang dihadapi BMI sektor publik di Pulau Pinang, seperti masalah terkait dengan pelatihan,
penampungan dan beban hutang, gaji dan lembur, pelayanan kesehatan dan cuti, kekerasan, serta jam kerja. Oleh karena itu,
disarankan kepada Kementerian Sosial dapat meningkatkan pengawasan kepada setiap PJTKI dalam melaksanakan proses
penyaluran BMI mengikuti ketentuan yang berlaku, seperti pemberian pelatihan sebelum diberangkatkan. Calon BMI perlu
diberi pemahaman yang lebih komprehensif mengenai hak dan kewajiban sebagai pekerja migran dan mendapat saluran
informasi pengaduan jika mendapatkan perlakuan yang melanggar hak-hak mereka, serta mendapatkan pendampingan dan
pembelaan dari perwakilan Indonesia. Di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Penang, perlu dibuka atase sosial
yang menugaskan pekerja sosial profesional dengan lisensi internasional yang dapat membantu BMI ketika menghadapi
permasalahan

Kata Kunci: pekerja migran; Indonesia; sektor publik

A. Pendahuluan menjadi tujuan utama pengiriman Buruh Migran


Salah satu strategi yang dilakukan oleh Indonesia (BMI) seperti Kuwait, Hongkong,
pemerintah Indonesia dalam mengatasi penga- Taiwan, Malaysia, dan Arab Saudi. Pertum-
ngguran dan kurangnya lapangan pekerjaan buhan pengiriman BMI sangat pesat, dari 500
adalah melalui pengiriman tenaga kerja atau kabupaten di Indonesia terdapat 392 merupakan
buruh ke luar negeri. Beberapa negara yang pengirim BMI, hampir seluruh kabupaten di

257
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 257 - 264

Indonesia merupakan pengirim BMI (Nurhayat, men, kurangnya kesiapan diri, baik dari segi
2013). Jumhur Hidayat, mantan Kepala Badan mental maupun bahasa (Huling, 2012). Selain
Nasional Penempatan dan Penyaluran Tenaga itu, kekurangan pengetahuan dan keterampilan
Kerja Indonesia, menyatakan terdapat 6,5 juta BMI seringkali dimanfaatkan agen dan jaringan-
BMI yang bekerja di 142 negara. Tahun 2014, nya untuk meraup keuntungan yang sebanyak
Badan Nasional Penempatan Tenaga Kerja Indo- mungkin dengan mengeksploitasi BMI melalui
nesia (BNPTKI) mencatat 429.872 penempatan kerja paksa (Piper, 2005).
BMI dengan komposisi 56 persen bekerja pada Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
sektor formal atau sektor publik dan sisanya Jawa Barat bekerjasama dengan Lembaga Pene-
bekerja disektor informal atau domestik (Humas litian Universitas Langlang Buana Bandung pada
BNP2TKI, 2015). tahun 2002, mengidentifikasi beberapa masalah
Sebagian besar BMI menjadi buruh paksa yang dialami oleh BMI di Arab Saudi, yaitu
dan terikat hutang (debt bondage) di negara- proses rekruitmen, pemalsuan dokumen, pelatih-
negara Asia dan Timur Tengah khususnya an, keterlibatan calo, pelanggaran prosedur
Malaysia, Arab Saudi, Singapura, Kuwait, Syria pengiriman oleh agen PJTKI, pengawasan yang
dan Iraq. Diperkirakan, terdapat 6,5 juta sampai lemah terhadap PJTKI, adanya jaringan kriminal
9 juta orang pekerja Indonesia di seluruh dunia, yang dimainkan oleh agen, calo, dan oknum
termasuk 2,6 juta orang di Malaysia dan 1,8 juta pegawai pemerintah (Sutaat dkk., 2011). Pekerja
orang di Timur Tengah, 69 persen di antaranya wanita sering menghadapi berbagai kasus seperti
perempuan (Department of State, United States eksploitasi seksual, eksploitasi ekonomi dan
of America, 2011). Hal ini diperkuat oleh Piper tindakan kekerasan. Bentuk penganiayaan sudah
(2005), Indonesia merupakan pengirim buruh mi- sering dialami oleh BMI, seperti tidak mendapat
gran, baik sebagai pembantu rumah tangga mau- gaji ataupun gaji mereka dipotong untuk pem-
pun sebagai pekerja bangunan (construction). biayaan perjalanan (Piper, 2005). Kelemahan
Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan ini wanita sering dimanfaatkan oleh agen atau ja-
sebagai usaha untuk mengatasi pengangguran ringannya dengan cara menipu atau memaksa,
dan kemiskinan. Sayangnya, kebijakan ini belum terdapat beberapa kasus wanita miskin dijual ke
disertai dengan pengawasan dan perlindungan dalam pelacuran. Setelah mereka terjebak dan
yang memadai terhadap BMI. Huling (2012) berada di negara asing, mereka tidak dapat bertu-
berpendapat, pemerintah Indonesia kurang mem- tur bahasa asing, kebanyakan wanita ini dipaksa
berikan perlindungan kepada warganya yang bekerja dengan beban kerja yang berat dan waktu
bekerja di luar negeri. Menurutnya, pemerintah kerja yang panjang, serta diberi tempat tinggal
Indonesia seharusnya melakukan revitalisasi yang kotor dan tidak sehat. Mereka juga menga-
peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan lami perlakuan kekerasan, pengucilan, dibebani
sehingga dapat menyiapkan pekerja yang lebih hutang, denda, mengalami pelecehan seksual,
baik. BMI sering mengalami kekerasan dan eks- pengurungan bahkan tidak mendapat bayaran
ploitasi, mulai dari proses rekuitmen, penerbitan sama sekali (Lynda dan Celia, 2006).
dokumen, semasa perjalanan, semasa berada di BNPTKI tahun 2014 mencatat, bahwa dari
tempat penampungan menunggu penyaluran, 200-400 ribu BMI yang pulang ke Indonesia
dan lebih lagi ketika menjalani tugasnya sebagai terdapat 5-15 persen yang bermasalah. Jenis
BMI di negara tujuan (Raymond, Cunha, dan permasalahan yang dialami seperti, masalah le-
Dzuhayatin, 2002). galitas pemberangkatan, korban kekerasan atau
Faktor-faktor yang menyebabkan BMI me- konflik dengan majikan, pelecehan seksual, dan
ngalami masalah ketika bekerja di luar negeri penggajian. Kementerian Luar Negeri mencatat,
antara lain karena kurang memadainya pelatihan bahwa dari tanggal 1 Januari – 30 September
dan informasi yang diberikan, pemalsuan doku- 2014, terdapat beberapa jenis kasus yang dia-

258
Permasalahan Buruh Migran Indonesia pada Sektor Publik (Syamsuddin dan Gunadi Setyo Utomo)

lami oleh BMI di luar negeri, yakni sebanyak pekerjaan yang dijalankan pada sektor non-
1.785 kasus berkaitan dengan ketenagakerjaan domestik, seperti bidang industri dan konstruksi
(gaji, kecelakaan kerja, beban kerja yang berat, (bangunan).
PHK), sebanyak 6.610 kasus berkaitan dengan
urusan keimigrasian (overstay, penyalahgunaan B. Penggunaan Metode Penelitian
visa), dan sebanyak 23 kasus perdata (perceraian, Penelitian ini merupakan deskriptif kuali-
perebutan hak asuh anak). Kasus lain seperti tatif untuk mendeskripsikan permasalahan-
pidana (narkoba, pembunuhan, perampokan, permasalahan yang dihadapi oleh BMI sektor
perdagangan manusia, dan lain-lain) 816 orang, publik di Pulau Penang Malaysia (Martono,
(hilang kontak, meninggal dunia, sakit, bencana 2015). Pengumpulan data dilakukan dengan
alam kerusuhan politik dan lain lain) 2.273 kasus menggunakan daftar pertanyaan tertutup dan
(Mulyana dan Marjuki, 2015). terbuka kepada 77 responden yang dipilih secara
Sebuah survei di Cina untuk buruh migran acak. Mereka adalah BMI yang bekerja di pabrik,
di sektor publik, seperti pekerja di bidang perke- bangunan, atau restoran di Penang, Malaysia.
bunan, mekanik menemukan, bahwa legitimasi Data dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif
hak dan minat pekerja sering dilanggar oleh maji- dikaitkan dengan konsep ataupun aturan tentang
kan atau perusahaan. Masalah tersebut termasuk hak-hak buruh migran sehingga dapat ditarik satu
kurangnya perlindungan kepada buruh, gaji kesimpulan mengenai masalah-masalah BMI
perempuan yang lebih rendah, dan penundaan dan memberikan masukan kepada Kementerian
pembayaran gaji (Tian, 2011). Sosial untuk lebih meningkatkan pelayanan di
Ada anggapan bahwa pekerja domestik se- sektor ketenagakerjaan.
ring mengalami ekploitasi dan pelanggaran hak.
Berdasarkan fakta yang telah diuraikan dapat C. Kondisi dan Permasalahan Buruh Migran
dipahami bahwa pekerja di sektor publik juga Indonesia
tidak terlepas dari masalah eksploitasi. Oleh Sebelum membahas berbagai permasalahan
karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan BMI, berikut dideskripsikan karakteristik BMI
untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang menjadi responden penelitian ini. Karak-
yang dialami oleh BMI di sektor publik atau teristik responden berdasarkan jenis kelamin,
formal di Pulau Penang Malaysia. Sektor publik latar belakang pendidikan dan usia dapat dilihat
yang dimaksud dalam kajian ini meliputi bidang pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Karakteristik Responden

Sumber: Jawaban Responden

Tabel 1 menunjukkan, umumnya respon- sponden belum menikah 85,7 persen. Respon-
den berjenis kelamin perempuan 72,7 persen den umumnya berada pada usia 18-25 tahun
dengan latar belakang pendidikan umumnya 71,4 persen. Tingginya jumlah perempuan yang
sekolah menengah kejuruan 51,9 persen dan menjadi BMI memperkuat anggapan bahwa
pendidikan SMA 31,2 persen. Umumnya re- terjadi proses feminisasi dalam sektor pengiri-

259
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 257 - 264

man BMI. Perempuan merupakan salah satu SMA menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan
kelompok yang rentan mendapatkan eksploitasi BMI cukup memadai, walaupun masih ada yang
dan dikorbankan. Oleh karena itu, pemerintah lulusan SD dan SMP. Kondisi asal daerah, jenis
mestinya meningkatkan upaya perlindungan pekerjaan dan masa kerja responden dapat dilihat
kepada BMI, terutama kepada perempuan. Ber- pada tabel 2 berikut.
dasarkan pendidikan yang mayoritas lulusan
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Daerah,
Jenis Pekerjaan dan Masa Kerja

Sumber: Jawaban Responden

Berdasarkan asal daerah, responden umum- mereka dapatkan seperti, bahasa melayu, bahasa
nya berasal dari Jawa Tengah 31,2 persen dan inggris, teknik elektro, komputer, hukum, budaya
Jawa Barat yakni 29,9 persen yang lainnya yang berlaku di Malaysia, tata cara dan prosedur
berasal dari Sumatera Utara, Jawa Timur, Yog- kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, motivasi
yakarta, Banten, Jakarta dan Sumatera Barat. kerja, tata cara pergaulan termasuk hak dan ke-
Berdasarkan jenis pekerjaan, responden umum- wajiban pekerja.
nya adalah sebagai operator 80,5 persen, posisi Pelatihan setelah tiba di Malaysia bervariasi,
yang lain adalah sebagai petugas gudang, quality antara dua hari, tiga hari, empat hari, satu minggu,
control, pelayan dan sebagai buruh. Umumnya dua minggu, satu bulan, dan tiga bulan. Materi
responden bekerja antar 0-2 tahun yakni 76,7 yang didapatkan seperti prosedur kerja, tata cara
persen dan 3-5 tahun yakni 14,3 persen. pengoperasian mesin atau alat, keselamatan dan
Permasalahan awal yang dialami oleh BMI kesehatan kerja peraturan yang harus dipatuhi,
terkait dengan proses perekrutan yang tidak serta disiplin kerja. Hal ini menunjukkan bahwa
memenuhi standar prosedural berupa pelatihan pihak pengarah tenaga kerja tidak memperhati-
yang memadai, baik sebelum diberangkatkan kan aspek kesiapan calon BMI, baik dari aspek
maupun setelah tiba di negara penerima. Dari keterampilan maupun mentalitas dan budaya un-
77 responden, sebanyak 68,9 persen menyatakan tuk menjalankan kewajibannya sebagai pekerja
mendapatkan pelatihan, 31,2 persen menyatakan migran. Calon BMI kurang diberi pemahaman
tidak mendapatkan pelatihan sebelum diberang- tentang hak-hak mereka yang sebenarnya, untuk
katkan, 51,9 persen menyatakan mendapatkan menghindari terjadinya berbagai bentuk eks-
pelatihan setelah tiba di Malaysia, dan sisanya ploitasi baik, secara hukum nasional maupun
48,1 persen menyatakan tidak mendapatkan internasional. Hal ini diakui oleh Huling (2012)
pelatihan. Durasi latihan yang diterima sangat bahwa pekerja tidak pernah dipersiapkan, baik
tidak memadai, maksimal dua minggu bahkan secara mental maupun keterampilan. Mereka
ada yang hanya satu hari. Materi pelatihan yang tidak memiliki pengetahuan ataupun akses ter-

260
Permasalahan Buruh Migran Indonesia pada Sektor Publik (Syamsuddin dan Gunadi Setyo Utomo)

hadap lembaga-lembaga yang dapat menolong ditempatkan di gudang. Beberapa responden


dalam keadaan darurat apabila mengalami eks- bahkan mendapatkan perlakuan yang tidak
ploitasi. manusiawi, yakni diperlakukan seperti seorang
Pelaku (majikan ataupun agen) berusaha un- budak. Kondisi penampungan yang tidak layak
tuk membatasi ruang gerak pekerja berhubungan tidak saja mereka rasakan di Indonesia, 11 orang
dengan pihak-pihak konsulat jenderal ataupun (14 persen) responden menyatakan, bahwa ketika
kedutaan besar. Salah satu cara yang mereka mereka tiba di Malaysia pun masih mendapat
lakukan adalah memberi informasi yang salah kondisi penampungan yang tidak layak, seperti
mengenai fungsi dan peran lembaga perwakilan kotor, kumuh, tidak dapat makan, tidak dapat
kepada BMI, sebagai lembaga yang dapat tempat tidur, kamar mandi banjir (buruk), tidur
menghukum mereka jika tertangkap, bahkan dilantai, sesak, dikurung dan tidak bisa ke mana-
ketika mereka terpaksa harus berurusan dengan mana, tidak ada tempat ibadah, tidak ada kamar
lembaga resmi untuk perpanjangan paspor, dan kasur, atau kondisinya seperti dalam penjara,
agen ataupun majikan akan menggunakan anca- bahkan ada penampungan yang tidak memiliki
man untuk tidak memberi informasi mengenai kamar mandi, tidak ada air bersih sehingga harus
eksploitasi atau kekerasan yang mereka alami. minum air keran atau air mentah.
Hal ini diperkuat dengan pendapat Healy (2008), Dari 59 orang yang ditampung sebelum
bahwa pelaku berusaha mencegah korban untuk berangkat, 26 orang (44 persen) mengaku dibe-
mendapat pertolongan dengan menggunakan bani utang selama di penampungan ketika tiba
ancaman, seperti akan dilaporkan kepada polisi di Malaysia. Besaran utang yang harus mereka
atau kantor imigrasi sebagai pendatang ilegal bayar melalui pemotongan gaji kepada agen
atau diancam dengan kekerasan. berkisar antara RM. 200-3500 (Rp 700.000,- –
Permasalahan lain yang dialami BMI adalah Rp 12.250.000,-). Kondisi ini sesuai dengan hasil
adanya eksploitasi secara ekonomi, sebelum kajian dari Department of State, United States
mereka diberangkatkan ke Malaysia telah dibe- of America (2011) dan Huling (2012) bahwa
bani dengan sejumlah utang. Responden umum- ada PJTKI yang bekerjasama dengan sindikat
nya (62 persen) diharuskan membayar sejumlah perdagangan manusia. Akibatnya, baik pekerja
uang berkisar antara Rp 2.5000.000,- sampai Rp wanita maupun laki-laki terjerat ke dalam ikatan
8.500.000,-. Uang tersebut disyaratkan oleh agen utang dan perbudakan. Calo seringkali bekerja
yang membantu mereka untuk menghubungkan di luar peraturan undang-undang dan menjalin
dengan jaringan sesama agen di Malaysia, ada hubungan dengan oknum pemerintah dan polisi
juga pekerja yang membayar jasa kepada calo. agar bisa terbebas dari jeratan pelanggaran
Kebanyakan responden juga dibebani utang undang-undang yang dilakukanya. PJTKI me-
saat tinggal di penampungan, yakni sebanyak ngurung pekerja selama berbulan-bulan dalam
59 orang (77 persen). Lama penampungannya sebuah rumah penampungan (shelter) sebelum
bervariasi, antara satu hari hingga tiga bulan. mereka diantar bekerja, ini menyebabkan mereka
Umumnya, responden mengaku bahwa kondisi terjerat dengan hutang. Pihak perusahaan, baik
penampungan tidak layak huni seperti air tidak yang berizin maupun yang tidak sering meng-
bersih, sempit, berdesak-desakan, berdebu, gunakan ikatan hutang, penahanan dokumen,
banyak nyamuk, tidak ada tempat tidur, se- ancaman kekerasan, dan pengurungan dalam
hingga harus tidur di lantai dengan tikar, ada jangka waktu yang lama untuk memaksa BMI
yang tidur tanpa alas, tidak ada tempat ibadah tetap berada dalam keadaan kerja paksa.
(surau), termasuk tidak ada toilet, kalaupun ada Terkait masalah gaji dan jam kerja BMI di
jumlahnya tidak memadai untuk melayani BMI Penang Malaysia, sebanyak 22 persen responden
yang jumlahnya ratusan orang, kadang tidak ada menyatakan tidak langsung mendapatkan gaji
lampu, kotor, seram, bahkan ada yang mengaku pertama setelah sebulan bekerja, selebihnya yak-

261
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 257 - 264

ni 78 persen responden menyatakan menerima gaji sampai dengan akhir masa kontrak agar
gaji pertama setelah satu bulan kerja. Responden dapat membayarkan gaji yang lebih rendah dari
yang tertunda gajinya mengaku digaji setelah bu- yang seharusnya diterima pekerja. Kondisi ini
lan ke dua atau bulan ke tiga bekerja. Terkait jam dimungkinkan, sebab pekerja yang umumnya
kerja, umumnya responden menjawab bahwa pendidikan rendah tidak mampu menghitung
mereka bekerja lebih dari delapan jam, yakni jumlah gaji secara keseluruhan selama masa
70 orang (91 persen) sementara hanya tujuh kontrak dalam satu atau dua tahun (Help Wanted,
orang (9 persen) yang mengaku bekerja selama 2014), merupakan satu indikasi bahwa pekerja
delapan jam. Beberapa responden menyatakan tidak menyadari hak-haknya sejak awal. Jika
bahwa mereka umumnya bekerja 12 jam sehari mereka memiliki kesadaran dari awal bahwa gaji
sebagai jam kerja normal. Terdapat 62 orang seharusnya dibayar setiap bulan, kemungkinan
(80,5 persen) yang menyatakan bahwa mereka mereka akan lebih cepat mengambil keputusan
mendapat upah kerja overtime (OT=lembur), untuk berhenti bekerja daripada harus memper-
sementara yang lain, 15 orang (19,5 persen) cayai janji-janji majikannya. Kesadaran pekerja
menyatakan, bahwa mereka tidak mendapatkan mengenai hak atas gaji dapat mencegah mereka
upah atas kelebihan jam kerja. Masalah lain dari keadaan eksploitasi dan segera keluar untuk
terkait dengan upah kerja OT, dari 62 responden mendapatkan pertolongan.
yang mendapatkan upah OT, 31persen menya- Terkait masalah kesehatan, umumnya res-
takan upah yang diterima tidak sesuai dengan ponden menyatakan bahwa mereka mendapatkan
ketentuan yang berlaku, sementara yang lain, layanan kesehatan 68 orang (88 persen) sisanya
43 orang (69 persen) menyatakan bahwa pem- 9 orang (12 persen) menyatakan tidak menda-
bayaran upah OT sesuai. patkaan pelayanan kesehatan, baik dari agen
Bekerja lebih dari delapan jam tentu saja maupun perusahaan. Layanan kesehatan yang
tidak sesuai dengan ketentuan standar kerja yang mereka terima umumnya berasal dari klinik,
berlaku secara global. Hal ini juga melanggar ke- yang bekerja sama dengan perusahaan atau agen
tentuan yang berlaku di Malaysia, bahwa durasi dan atau rumah sakit. Terkait dengan hak libur,
jam kerja adalah delapan jam dan apabila bekerja BMI 62 orang (80,5 persen) mendapat hak libur
lebih dari itu maka berhak atas upah tambahan mingguan, sisanya 15 orang (19,5 persen) tidak
sesuai dengan ketentuan. Beberapa responden mendapatkan libur mingguan. Terkait dengan
menyatakan, bahwa mereka mendapatkan per- libur tahunan, terdapat 13 orang (17 persen)
lakuan yang berbeda dengan pekerja lokal yang tidak mendapatkan libur tahunan, dan hanya
hanya diwajibkan bekerja selama delapan jam 64 orang (83 persen) yang mendapatkan libur
sehari. tahunan. Dari 64 orang yang mendapatkan libur
Penundaan gaji merupakan salah satu ma- tahunan tersebut hanya 10 orang (16 persen)
salah yang sering dialami oleh pekerja migran. yang mendapatkan uang tiket untuk berlibur se-
Kajian yang dijalankan oleh Astuti dan kawan- mentara 84 orang (54 persen) menyatakan tidak
kawan (2000) menemukan, bahwa banyak mendapatkan uang tiket.
pekerja migran yang tidak dibayar gaji selama Umumnya responden menyatakan tidak
beberapa bulan. Majikan sering menahan gaji pernah mendapatkan kekerasan, hanya ada tiga
pekerja sampai mereka akan kembali ke negara responden yang menjawab, bahwa mereka per-
asal atau setelah pekerja meminta atau memak- nah mendapatkan kekerasan secara verbal seperti
sakan pembayaran gajinya, semestinya gaji hinaan, cacian bersifat rasis seperti “kamu orang
pekerja dibayarkan tiap-tiap bulan sebagai hak Indonesia seperti orang yang tak punya harga
dasar seorang pekerja. Laporan Human Right diri”, pelakunya adalah majikan dan teman kerja
Watch mengemukakan alasan serupa, bahwa responden. Terkait dengan pelecehan seksual,
majikan sengaja menangguhkan pembayaran semua menjawab bahwa mereka tidak pernah

262
Permasalahan Buruh Migran Indonesia pada Sektor Publik (Syamsuddin dan Gunadi Setyo Utomo)

mendapatkan pelecehan seksual dalam bentuk Terkait dengan hak penguasaan paspor,
apapun. umumnya responden tidak tahu bahwa paspor
Paspor yang dikuasai oleh majikan atau seharusnya mereka sendiri yang pegang, sebagai
agen merupakan masalah yang sangat serius identitas pribadi seorang imigran, yakni 54 orang
yang dialami oleh BMI di Malaysia. Umumnya (70 persen) sedangkan yang menyadari bahwa
responden (92 persen) tidak memegang sendiri paspor seharusnya disimpan sendiri 23 orang (30
paspornya, dalam penguasaan majikan (29,5 persen). Hal ini menunjukkan betapa rendahnya
persen) dan agen (70,5 persen). Berdasarkan pemahaman BMI terkait dengan hak-hak mereka,
pengakuan responden terdapat berbagai alasan sehingga dengan mudah di ekploitasi oleh pihak-
paspor BMI dipegang majikan atau agen, se- pihak yang mencari keuntungan dari keberadaan
perti demi keamanan agar paspor tersebut tidak BMI, antara lain dengan menahan paspor, se-
hilang, sebagai jaminan agar pekerja tidak me- hingga diperlukan pemberian pembekalan ke-
larikan diri sebelum habis masa kontrak, takut pada calon BMI sebelum mereka diberangkatkan
paspor disalahgunakan mencari majikan atau ke luar negeri, tentang pentingnya menyimpan
perusahaan lain. Responden lain memberikan atau memegang paspornya sendiri.
alasan bahwa paspor tersebut sementara digu-
nakan untuk mengurus permit pekerja, terikat D. Penutup
utang dengan majikaan atau perusahaan. Ada Berdasarkan kajian ini dapat diidentifikasi
pula yang mengemukakan alasan, bahwa hal beberapa permasalahan yang sering dialami oleh
tersebut sudah menjadi ketentuan perusahaan. pekerja Indonesia di luar negeri yakni, masalah
Alasan praktis misalnya, jika terdapat hal-hal tidak mendapatkan pelatihan yang memadai,
penting terkait dengan pekerja maka paspor mengalami perlakuan di tempat penampungan
tersebut dapat segera diselesaikan tanpa harus yang tidak layak, tidak diberikan kekuasaan un-
menghubungi pekerja. tuk menyimpan paspor sendiri sehingga mereka
Terdapat sembilan responden (13 persen) sering mengalami masalah dan berurusan dengan
pernah mengalami masalah akibat tidak mem- polisi karena tidak dapat menunjukkan paspor
bawa paspor asli. Masalah tersebut seperti, BMI asli. Mereka juga masih berhadapan dengan
ditahan oleh polisi selama satu minggu, bahkan masalah ketiadaan libur, baik libur mingguan
mendapatkan siksaan. Ada pula yang menggu- maupun libur tahunan, yang mendapatkan libur
nakan bentuk negosiasi dengan cara menyuap tahunan tidak diberi hak berupa tiket untuk cuti
polisi RM 50 (Rp 170.000,-). Hal ini seperti tahunan. Pekerja mengalami kekerasan walaupun
diungkapkan beberapa responden berikut. dalam bentuk kekerasan verbal dan jumlahnya
“Ditangkap polisi, ditahan 1 minggu, disiksa tidak begitu signifikan. Beberapa responden juga
dibalai polisi, saya coba laporkan hal ini tidak mendapatkan layanan kesehataan ketika
balik ke polisi tetapi hasilnya nol, juga buat mereka sakit. Mereka juga mengalami masalah
laporan ke KJRI, tetapi KJRI melempeng, jam kerja yang panjang yakni lebih dari 12 jam,
haruskah bapak-ibu di KJRI rela Indonesia sementara ketika mereka bekerja lembur seba-
diinjak-injak” responden lain mengungkap- gaian menyatakan tidak diberi upah lembur,
kan sebagai berukut “Setiap kali road block sebagian menyatakan mendapatkan upah tidak
di jalan raya, ditahan, ditanyakan paspor, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
jika tidak ada, maka harus bersedia dibawa Oleh karena itu, disarankan kepada Kemen-
ke balai polisi, kalau tidak kami harus mem- terian Sosial, khususnya direktorat yang mena-
bayar sejumah uang”, responden yang lain ngani BMI agar dapat meningkatkan pengawasan
juga mengungkapkan, “hampir ditangkap kepada setiap PJTKI agar dapat melaksanakan
polisi, salah bawa foto copy paspor, 50 ring- proses penyaluran BMI dengan mengikuti keten-
git melayang.” tuan yang berlaku, seperti pemberian pelatihan

263
Jurnal PKS Vol 15 No 3 September 2016; 257 - 264

sebelum diberangkatkan. Calon BMI perlu diberi Martono, N. (2015). Metode Penelitian Sosial: Konsep-
pemahaman, bahwa paspor tidak boleh dikuasai Konsep Kunci. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyana, W., & Marjuki. (2015). Penanganan Tenaga
oleh pihak manapun dengan alasan apapun, Kerja Indonesia Bermasalah Melalui Rehabilitasi
sebab paspor merupakan identitas pribadi harus Psikososial Dan Pemberdayaan Sosial. Retrived from
senantiasa dibawa sebagai foreigner. Kebijakan Kementerian Sosial Republik Indonesia website,
lain untuk meningkatkan pelayanan dan perlin- https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=Ne
dungan kepada BMI, maka Kementerian Sosial ws&file=article&sid=18580
Nurhayat, W. (2013, March 14 ). Jumlah TKI Capai 6,5
diharapkan dapat melakukan negosiasi dengan Juta, Tersebar di 142 Negara. DetikNews. Retrieved
Kementerian Luar Negeri agar dapat membuka from http://finance.detik.com/read/2013/03/14/1740
atase sosial di Kedutaan Besar Indonesia dan 40/2194313/4/jumlah-tki-capai-65-juta-tersebar-di-
KJRI di seluruh Malaysia, serta menempatkan 142-negara
pekerja sosial profesional dengan lisensi inter- Piper, N. (2005). A Problem by a different name? A review
of research on trafficking in South East Asia and Ocea-
nasional untuk membantu BMI yang mengalami nia. International migration, 43(1 2), 203-233.
masalah. Raymond, J. G., Cunha, J. d., & Dzuhayatin, S. R.
(2002). A comparative study of women trafficked in
Pustaka Acuan the migration process: Patterns, profiles and health
Department of State, United States of America. (2011). consequences of sexual exploitation in five countries
Trafficking in Persons Report 2011. Retrieved from (Indonesia, the Philippines, Thailand, Venezuela
http://www.state.gov/j/tip/rls/tiprpt/2011/ and the United States): Coalition against trafficking
Healy, L., M. (2008). International social work: Profes- in women.
sional action in an interdependent world, (2nd Edi- Srinivasan, Sr. S. & Illango P (2012) A Study on the
tion). Oxford: University Press. Problems of Migrant Women Workers In Thuvakudi,
Help Wanted: Workplace Abuses in Malaysia, (2014, July Trichy District. IOSR Journal Of Humanities And So-
22). Retrieved from Human Right Watch Website, cial Science, 4 ( 4) 45-50 retrieved from http://papers.
http://www.hrw.org/node/11993/section/7 ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2389299
Huling, A. (2012). Domestic workers in malaysia: Hid- Srinivasan, Sr.S. & Ilango, P. (2013). Occupational health
den victims of abuse and forced labor. International problems of women migrant workers in Thogamalai,
Law and Politics, 44(2), 629-680). Retrieved from Karur District, Tamil Nadu, India. International
http://connection.ebscohost.com/c/articles/74646207/ Research Journal of Social Sciences, 2(2), 1-7, re-
domestic workers-malaysia-hidden-victims-abuse- trieved from http://papers.ssrn.com/sol3/papers.
forced-labor. cfm?abstract_id=2389346
Humas BNP2TKI. (2015, January 16). Sepanjang 2014 Sutaat, Sri Gati Setiti, Nurdin Widodo, & Nunung Unayah.
BNP2TKI Mencatat Penempatan TKI 429.872 Orang.. (2011). Pendampingan sosial bagi calon pekerja mi-
Retrieved from BNP2TKI Website, http://www. gran dan keluarganya di daerah asal: Studi Masalah
bnp2tki.go.id/read/9800/Sepanjang-2014-BNP2TKI- dan kebutuhan. Yogyakarta: P3KS Press.
Mencatat-Penempatan-TKI-429.872-Orang.html Tian, L. (2011, January 13), Survey: New generation of
Lynda, B., & Celia, W. (2006). Sex trafficking: The global migrant workers face old problems. China Daily Re-
market in women and children (Book Review) (Vol. trieved from People’s Daily online, http://en.people.
12, pp. 3 - 4): Sage Publication cn/90001/90776/90882/7259171.html

264

You might also like