You are on page 1of 20

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Migran Indonesia di

Malaysia di Masa Pandemi Covid-19

Sekar Novi Rahmawati


Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
Email: sekarnovirahmawati@students.undip.ac.id

ABSTRACT

Indonesian Migrant Workers (PMI) are Indonesian citizens who will, are
currently, or have been working for wages outside the territory of the Republic of
Indonesia. Reporting to Tribunnews.com, the number of Indonesian migrant
workers working in Malaysia was recorded at 710,000 workers. However, due to
the Covid-19 pandemic that has hit all countries, including Malaysia, the
Indonesian Migrant Workers Protection Agency (BP2MI) will repatriate hundreds
of Indonesian workers (TKI) who are in Malaysia in December 2021 in two
stages. However, in reality, there are several cases regarding violations of work
rights experienced by Indonesian migrant workers in Malaysia during the
pandemic. The purpose of this paper is to find out what rights should be received
by TKI who work in Malaysia during this pandemic and to find out what policies
have been carried out by the Indonesian government to protect TKI. This writing
uses a normative legal research method with a statutory approach. The results of
the study indicate that to reduce violations of workers' rights or the protection of
migrant workers, it is still necessary to tighten again through the applicable laws
and regulations as well as diplomatic policies agreed upon by the Indonesian
government and the Malaysian government. In addition, there is a need for
supervision from supervisory bodies for Indonesian migrant workers abroad so
that the protection of Indonesian migrant workers can be enforced.
Keywords: [Legal Protection; Indonesian Workers; Covid-19 Pandemic]

ABSTRAK

Pekerja Migran Indonesia (PMI) ialah setiap warga negara Indonesia yang akan,
sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah
Republik Indonesia. Dilansir dari Tribunnews.com, jumlah pekerja migran
Indonesia yang bekerja di Malaysia tercatat sebanyak 710.000 pekerja.1 Namun
dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang melanda di seluruh negara, termasuk
Malaysia, Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) akan
melakukan pemulangan ratusan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berada di
Malaysia pada bulan Desember 2021 dalam dua tahap. Akan tetapi, pada
kenyatannya terdapat sejumlah kasus mengenai adanya pelanggaran hak kerja

1
Rusman. (2021, 7 Desember). BP2MI: Ratusan TKI dipulangkan dari Malaysia pada Desember
dua tahap. ANTARA news.
yang dialami oleh para TKI di Malaysia di masa pandemi. Tujuan penulisan ini
yaitu untuk mengetahui hak-hak apa saja yang seharusnya diterima oleh para TKI
yang bekerja di Malaysia selama pandemi ini dan untuk mengetahui kebijakan apa
yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi para TKI.
Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan
pendekatan perundang-undangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk
mengurangi pelanggaran atas hak-hak pekerja atau perlindungan terhadap TKI
masih perlu diperketat kembali melalui peraturan perundang-undangan yang
berlaku serta kebijakan diplomatis yang disepakati oleh pemerintah Indonesia dan
pemerintah Malaysia. Selain itu, perlunya pengawasan dari badan-badan
pengawas pekerja migran Indonesia di luar negeri agar perlindungan terhadap TKI
dapat ditegakkan.
Kata Kunci: [Perlindungan Hukum; TKI; Pandemi Covid-19]

A. Pendahuluan
Indonesia menempati urutan keempat sebagai salah satu negara dengan
jumlah penduduk terbesar yang ada di dunia. Dari hasil sensus penduduk
pada 2020 tercatat jumlah usia produktif yakni 15 sampai 64 tahun sebesar
191 juta jiwa dari 270,2 juta jiwa seluruh penduduk di Indonesia.2 Dapat
dikatakan pula bahwa usia produktif merupakan jumlah seluruh penduduk
dalam satu negara yang dapat memproduksi barang dan/atau jasa jika ada
permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan turut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan tersebut (Arisandi, 2018). Namun dengan berkembang pesatnya
jumlah penduduk dengan usia produktif yang tidak diimbangi dengan
lapangan kerja yang dapat mencakupi seluruh usia produktif yang
dikategorikan sebagai tenaga kerja dapat mengakibatkan tingkat angka
pengangguran yang tinggi.
Adanya pengangguran yang tinggi ini tidak sesuai dengan dasar hukum
negara yaitu UUD 1945 NRI Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Maka melalui pasal tersebut, secara konstitusional Indonesia
dapat dikatakan sebagai Negara Kesejahteraan (welfarestate) yang artinya

2
Mufarida, B. (2021, 4 Februari). Usia Produktif Indonesia 191 juta jiwa, BKKBN: Harus
Dimanfaatkan bagi Kesejahteraan Penduduk. Sindonews.com.
negara bertanggung jawab atas kesejahteraan warga negaranya melalui
pelayanan, bantuan, perlindungan dan pencegahan masalah-masalah sosial.3
Negara sebagai penanggung jawab atas kesejahteraan warga negaranya
memiliki hak untuk menyelenggarakan kesejahteraan sehingga disini negara
sedang bertugas melakukan pelayanan publik. Kemudian untuk menjalankan
pelayanan publik, negara berhak untuk membentuk dan menjalankan baik
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya agar tingkat pengangguran
di Indonesia dapat berkurang yang mana salah satunya ialah dengan mengisi
kesempatan kerja di luar negeri.
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang
melakukan pengiriman (sending country) tenaga kerja terbanyak ke luar
negeri. Faktor yang mempengaruhi adanya peningkatan fenomena migrasi
tenaga kerja yaitu ada 3 (tiga), pertama, pull factor yaitu faktor yang
diakibatkan karena adanya perubahan demografi yang pesat disertai dengan
kebutuhan tenaga kerja di negara-negara industri. Kedua, puss factor yaitu
adanya permasalahan kependudukan di dalam negeri dan tingginya
pengangguran. Ketiga, adanya eksistensi hubungan antar negara berdasarkan
aspek keluarga, budaya, dan sejarah. Kementrian Ketenagakerjaan mencatat
pada tahun 2020 penempatan pekerja migran Indonesia sebesar 113.173
orang, meskipun tidak sebesar seperti pada tahun-tahun sebelumnya, hal ini
dikarenakan adanya pandemi yang melanda di berbagai negara. 4 Badan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat lima (5) provinsi
teratas penyumbang pekerja migran per bulan Juli 2020 yang mana daerah di
urutan pertama yaitu Jawa Timur dengan jumlah pekerja 2.093 orang.5
Penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri ini selaras dengan

3
Hadiyono, V. (2020). Indonesia dalam Menjawab Konsep Negara Welfare State dan
Tantangannya. Jurnal Hukum Politik dan Kekuasaan ISSN:2722-970X, Vol. 1, (No.1 Agustus),
hlm.23.
4
Yuniartha L. (2021, 10 Maret). Imbas Pandemi Covid-19, penempatan pekerja migran Indonesia
turun pada 2020. Kontan.co.id.
5
Mutia Annur, C. (2020, 8 September). Provinsi Peyumbang Pekerja Migran Terbanyak (Juli
2020). Katada.co.id.
permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi seperti jumlah angkatan kerja
yang tinggi, tingkat pengangguran yang semakin meningkat tiap tahunnya,
kualitas tenaga kerja yang rendah jika dilihat dari segi pendidikan formal
maupun non-formal serta upah yang masih rendah dibandingkan dengan upah
bekerja di luar negeri. Dengan adanya penempatan tenaga kerja Indonesia
untuk bekerja di luar negeri sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan warga negaranya diharapkan dapat merubah nasib ke arah yang
lebih baik lagi.
Para pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri telah
memberikan dampak positif kepada pendapatan negara yaitu berupa devisa.
Uang yang dihasilkan oleh para pekerja migran Indonesia ditransfer kepada
negara atau yang disebut remitansi. Berdasarkan catatan Lembaga Migrant
CARE, pada tahun 2019 remitansi yang diterima oleh negara sebesar Rp169
triliun.6 Meskipun telah ikut dalam membantu perekonomian negara dengan
jumlah yang sangat besar bagi negara dan daerah serta turut menyelesaikan
permasalahan ketenagakerjaan yang ada, perlindungan yang didapatkan oleh
para pekerja masih sangat terbatas atau rendah. Hal ini tidak sebanding
dengan sumbangan yang mereka berikan kepada negara baik di tingkat lokal
maupun nasional.
Berbagai kasus menimpa tenaga kerja Indonesia yang berada di luar
negeri selalu terjadi. Bahkan berdasarkan catatan BP2MI terkait data
pengaduan pekerja migran Indonesia terdapat 122 pengaduan yang diajukan
oleh para TKI per bulan November 2021. Disebutkan di dalamnya, tercatat 5
negara dengan pengaduan terbanyak yang mana diurutan pertama ialah
Malaysia kemudian diikuti Saudi Arabia, Taiwan, United Arab Emirates, dan
Hong Kong.7 Beberapa jenis masalah dari pengaduan tersebut ialah pekerja
migran Indonesia ingi dipulangkan, hal ini tidak disebutkan sebab PMI
tersebut ingin dipulangkan, namun jenis masalah ini berada ditingkat pertama

6
Iswinarno, C. (2020, 28 Januari). Negara Abai, Jerih Payah TKI Puluhan Triliun Hilang Sia-Sia
Tiap Tahun. Suara.com.
7
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. (2021). Data Penempatan dan Pelindungan PMI
Periode November 2021. Jakarta: Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia hlm. 21.
adanya pengaduan. Jenis masalah lainnya ialah gaji pekerja migran Indonesia
tidak dibayar, terdapat 16 kasus per periode November 2021. Namun yang
sangat perlu diperhatikan ialah jenis masalah meninggalnya para pekerja
migran Indonesia di negara mereka bekerja. Sebanyaknya terdapat 4 (empat)
kasus meninggalnya TKI per periode November 2021.8
Dalam melindungi pekerja migran Indonesia di luar negeri pemerintah
harus mengeluarkan kebijakan yang memiliki kekuatan hukum sehingga para
TKI yang bekerja di luar negeri memiliki kepastian hukum dan terlindungi.
Perlindungan hukum adalah segala upaya hukum yang harus diberikan oleh
aparat penegak hukum demi memberikan rasa aman, baik secara pikiran
maupun fisik dari berbagai gangguan dan ancaman dari pihak manapun
(C.S.T. Kansil, 1989).9 Landasan dari perlindungan hukum di Indonesia
adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Prinsip perlindungan
hukumnya ialah prinsip pengakuan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Menurut Philipus M. Hadjon,10 sarana perlindungan hukum ada 2
macam, yaitu:
1. Sarana Perlindungan Hukum Preventif
Pada perlindungan hukum ini, subjek hukum diberikan kesempatan
untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum ada keputusan
dari pemerintah/negara. Dengan adanya perlindungan hukum preventif,
pemerintah diharapkan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan
yang didasarkan pada diskresi.
2. Sarana Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif ini merupakan penyelesaian sengketa
yang ditangani oleh badan peradilan.

8
Ibid, hlm.22.
9
Kansil, CST. (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: PN Balai
Pustaka, hlm.40.
10
M.Hadjon, P. (1989). Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu
hlm.20.
Di sisi lain, dalam bekerja perlu adanya perlindungan hukum bagi
semua pihak-pihak yang berkaitan. Namun kali ini, fokus perlindungan
hukum yang dibahas ialah terhadap pekerja migran Indonesia di luar negeri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan konvensi terkait
perlindungan pekerja migran padan tahun 1990 yakni International
Convention on The Protection of All Migrant Workers and Member of Their
Families (Konvensi Internasional tentang Perlindungan Semua Pekerja
Imigran dan Anggota Keluarganya).11 Konvensi internasional tersebut telah
diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No.6 Tahun 2012 tentang Pengesahan
ICMW.
Untuk melaksanakan perlindungan TKI yang bekerja di luar negeri,
pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI yang kemudian dicabut dan digantikan
oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia dikarenakan bertentangan dengan UUD NRI 1945 dan
tidak mempunya kekuatan hukum yang mengikat. Selain itu, untuk
pelaksanaan lebih lanjut dari UU No. 18 Tahun 2017, pemerintah beserta
tingkat lainnya membentuk beberapa kebijakan mengenai perlindungan hak-
hak pekerja migran Indonesia. Lalu kemudian, dikarenakan adanya pandemi
Covid-19 yang mengakibatkan banyak perubahan dalam berkegiatan
termasuk dalam perlindugan dan penempata pekerja migran Indonesia,
Menteri Ketenagakerjaan Indonesia membuat sebuah Keputusan Menteri
Ketenagakerjaan No. 294 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Penempatan
Pekerja Migran Indonesia Pada Masa Adaptasi Kegiatan Baru.
Sejumlah peraturan perundang-undangan telah diundangkan baik dari
pusat hingga daerah. Namun masih terdapat kasus adnaya pelanggaran
terhadap hak-hak TKI yang terjadi di Malaysia, seperti kasus yang baru saja
terjadi yakni pekerja migran Indonesia di masa pandemi Covid-19 mengalami
pemutusan hubungan kerja sepihak, tidak diberikannya upah oleh pemberi

11
Adharinalti. (2012). Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular di Luar Negeri.
Jurnal RechtsVinding, Vol. 1, (No.1), hlm.160.
kerja, bahkan ditangkap polisi.12 Dengan ini, kita perlu memperhatikan
apakah perlindungan terhadap para pekerja migran Indonesia sudah
terlaksana dengan seaman mungkin di masa pandemi seperti ini? Apa saja
hak-hak yang harus diterima oleh para TKI berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku? Lalu bagaimana kebijakan diplomatis yang diambil
oleh pemerintah Indonesia terhadap pemerintah Malaysia terkait perlindungan
hak-hak pekerja di masa Pandemi? Oleh karena itu, disini akan dijelaskan
lebih lanjut di dalam sub bab pembahasan mengenai permasalahan yang
terjadi pada para pekerja migran Indonesia yang bekerja di Luar Negeri,
khususnya di Malaysia.

B. Metode Penelitian
Penulisan pada artikel “Perlindungan Hukum Pekerja Migran Indonesia
di Malaysia di Masa Pandemi Covid-19” ini menggunakan metode
pendekatan perundang-undangan. Pendekatan perundang-undangan
merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam penelitian hukum yang
dilakukan dengan mendalami semua peraturan perundang-undangan dan
regulasi yang berkaitan dengan isu yang sedang dibahas atau diteliti.13 Sesuai
dengan jenis penelitiannya, penulisan ini menggunakan jenis bahan hukum
data sekunder sehingga spesifikasi penelitiannya bersifat deskriptif analitis.
Teknik pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan studi pustaka
terhadap bahan-bahan hukum dan/atau bahan non-hukum. Analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis yang bersifat
kualitatif yaitu dengan melakukan penafsiran terhadap bahan-bahan hukum
yang telah diolah. Tujuan penulisan ini ialah untuk menggali konsistensi dan
kesesuaian di antara peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12
Akbar C. (2021, 18 Desember). Kepepet di Tengah Pengetata. Tempo.co.
13
Muhaimin. (2020). Metode Penelitian Hukum. Nusa Tenggara Barat: UPT. Mataram University
Press hlm. 64.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Perlindungan terhadap Hak-Hak Pekerja Migran Indonesia yang Diatur
Dalam Peraturan Perundang-Undangan
Di dalam konstitusi Indonesia, terdapat 2 (dua) pasal yang
mengatur mengenai hak atas pekerjaan. Hak tersebut ialah yang pertama,
Pasal 27 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Kedua, terdapat pada Pasal 28 D ayat (2) berbunyi setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan bekerja. Dengan adanya ketentuan
tersebut maka dapat dimaknai bahwa setiap orang diberikan kebebasan
untuk memilih dimana mereka akan bekerja.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia telah diatur dalam
berbagai kebijakan baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun
daerah. Peraturan mengenai perlindungan terhadap pekerja migran
Indonesia telah mengalami berbagai perubahan. Pada awalnya
pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
mengenai Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang
kemudian dicabut dan digantikan melalui Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2017 mengenai Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Lalu,
beberapa pasal yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2017 mengalami perubahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (untuk selanjutnya disebut sebagai
UU Cipta Kerja).
Sebelum membahas lebih dalam lagi, perlu diketahui bahwa
pekerja migran Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang
akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di
luar wilayah Republik Indonesia. Disebutkan bahwa pekerja migran
Indonesia merupakan WNI yang akan, sedang, atau telah melakukan
pekerjaan di luar negeri maka terdapat 3 (tiga) bentuk perlindungan
terhadap pekerja migran Indonesia. Di dalam Pasal 1 angka 5 UU Cipta
Kerja, perlindungan pekerja migran Indonesia adalah segala upaya untuk
melindungi kepentingan Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau
Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya dalam mewujudkan
terjaminnya pemenuhan haknya dalam keseluruhan kegiatan sebelum
bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja dalam aspek hukum,
ekonomi, dan sosial. Hal ini dapat dilihat bahwa, pasal yang mengatur
mengenai perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia
mencerminkan bahwa Indonesia telah meratifikasi Konvensi
Internasional tentang Perlindungan Semua Pekerja Imigran dan Anggota
Keluarganya.
Tujuan dari adanya perlindungan terhadap pekerja migran
Indonesia yaitu untuk:
1) Menjamin pemenuhan dan penegakkan hak asasi manusia
sebagai warga negara dan Pekerja Migran Indonesia;
2) Menjamin perlindungan hukum, ekonomi, dan sosial pekerja
migran Indonesia dan keluarganya.
Bentuk-bentuk dari perlindungan terhadap pekerja migran
Indonesia yaitu ada 3 (tiga) macam, yaitu:
1) Perlindungan sebelum bekerja
2) Perlindungan selama bekerja
3) Perlindungan setelah bekerja
Pertama, perlindungan sebelum bekerja adalah keseluruhan
aktivitas untuk memberikan perlindungan sejak pendafataran sampai
pemberangkatan. Perlindungan ini meliputi perlindungan administratif
dan perlindungan teknis. Perlindungan administratif paling sedikit
mengenai kelengkapan dan keabsahan dokumen penempatan serta
penetapan kondisi dan syarat kerja. Sedangkan perlindungan teknis
meliputi pemberian sosialisasi kepada calon pekerja migrasi Indonesia,
peningkatan kualitas calon PMI melalui pendidikan dan pelatihan kerja,
serta pembinaan-pengawasan.
Kedua, perlindungan selama bekerja adalah keseluruhan aktivitas
untuk memberikan perlindungan selama pekerja migran Indonesia dan
anggota keluarganya berada di luar negeri. Perlindungan selama bekerja
terhadapa pekerja migran Indonesia meliputi:
a. Pendataan dan pendaftaran oleh atase ketenagakerjaan atau
pejabat dinas luar negeri yang ditunjuk.
b. Pemantauan dan evaluasi terhadap Pemberi Kerja, pekerjaan, dan
kondisi kerja.
c. Fasilitas pemenuhan hak pekerja migran Indonesia
d. Fasilitas penyelesaian kasus ketenagakerjaan
e. Pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan hukum
berupa fasilitas jasa advokat oleh Pemerintah Pusat dan/atau
Perwakilan Republik Indonesia serta perwalian sesuai dengan
hukum negara setempat
f. Pembinaan terhadap pekerja migran Indonesia
g. Fasilitas repatrasi.
Ketiga, perlindungan setelah bekerja adalah keseluruhan aktivitas
untuk memberikan perlindungan sejak pekerja migran Indonesia dan
anggota keluarganya tiba di debarkasi Indonesia hingga kembali ke
daerah asal, termasuk pelayanan lanjutan menjadi pekerja produktif.
Perlindungan setelah bekerja terhadap pekerja migran Indonesia
dilakukan oleh Pemerintah Pusat bersama-sama dengan Pemerintah
Daerah. Perlindungan setelah bekerja terhadap pekerja migran Indonesia
yang dimaksud ialah meliputi:
a. Fasilitas kepulangan sampai daerah asal
b. Penyelesaian hak pekerja migran Indonesia yang belum terpenuhi.
c. Fasilitas pengurusan pekerja migran Indonesia yang sakit dan
meninggal dunia
d. Rehabilitasi sosial dan reintegrasi sosial
e. Pemberdayaan pekerja migran Indonesia dan keluarganya.
Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka dapa diketahui
bahwa calon pekerja migran Indonesia dan pekerja migran Indonesia
memiliki kepastian hukum atas perlindungan baik sebelum, selama, dan
setelah bekerja yang berkaitan dengan hak-hak yang harus terpenuhi. Di
dalam UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia, disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1) bahwa setiap calon pekerja
migran Indonesia dan pekerja migran Indonesia memiliki hak:
a. Mendapatkan pekerjaan di luar negeri dan memilih pekerjaan
yang sesuai dengan kompetensinya
b. Memperoleh akses peningkatan kapasitas diri melalui pendidikan
dan pelatihan kerja
c. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, tata cara
penempatan, dan kondisi kerja di luar negeri.
d. Memperoleh pelayanan yang profesional dan manusiawi serta
perlakuan tanpa diskriminasi pada saat sebelum, selama, dan
setelah bekerja.
e. Menjalani ibadah sesuai agama dan keyakinan yang dianut.
f. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di
negara tujuan penempatan dan/atau kesepakatan kedua negara
dan/atau sesuai dengan perjanjian kerja.
g. Memperoleh perlindungan dan bantuan hukum atas tindakan yang
dapat merendahkan harkat martabat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan di
negara tujuan penempatan.
h. Memperoleh penjelasan mengenai hak dan kewajiban
sebagaimana tertian di dalam Perjanjian Kerja.
i. Memperoleh akses komunikasi.
j. Menguasai dokumen perjalanan selama bekerja.
k. Berserikat dan berkumpul di negara tujuan penempatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
negara tujuan penempatan.
l. Memperoleh jaminan perlindungan keamanan dan keselamatan
kepulangan pekerja migran Indonesia ke daerah asal.
m. Memperoleh dokumen dan Perjanjian Kerja Calon Pekerja
Migran Indonesia dan/atau Pekerja Migran Indonesia.
Karena perlindungan tidak hanya untuk pekerja migran Indonesia
saja, namun anggota keluarga yang turut memiliki perlindungan atas hak-
haknya. Hak yang dimiliki oleh setiap keluarga pekerja migran
sebagaimana yang termaktub di dalam Pasal 6 ayat (3), yaitu:
a. Memperoleh informasi mengenai kondisi, masalah, dan
kepulangan pekerja migran Indonesia
b. Menerima seluruh harta benda pekerja migran Indonesia yang
meninggal di negara tujuan penempatan.
c. Memperoleh salinan dokumen dan Perjanjian Kerja Calon Pekerja
Migran Indonesia dan/atau Pekerja Migran Indonesia.
d. Memperoleh akses berkomunikasi.
Dalam penjabaran mengenai hak-hak Pekerja Migran Indonesia
disebutkan bahwa salah satu haknya berupa jaminan sosial. Pada Pasal 1
angka 18 UU No. 18 Tahun 2017, jaminan sosial adalah salah satu
bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dijelaskan lebih lanjut
di dalam Pasal 29 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2017 bahwa dalam upaya
perlindungan pekerja migran Indonesia, Pemerintah Pusat
menyelenggarakan Jaminan Sosial bagi Pekerja Migran Indonesia dan
keluarganya. Merujuk pada ketentuan tersebut maka dapat diartikan
bahwa Pekerja Migran Indonesia tidak lagi menggunakan asuransi swasta
melainkan BPJS Ketenagakerjaan.
Sebelumnya diundangkannya UU No. 18 Tahun 2017, dalam
memberikan perlindungan jaminan sosial bagi Pekerja Migran Indonesia
dilaksanakan oleh perusahaan asuransi yang tergabung dalam konsorsium
asuransi, kini pemberian perlindungan jaminan sosial terhadap Pekerja
Migran Indonesia dialihkan dan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU No. 24 Tahun 2011 tentang
BPJS. Namun apabila adanya risiko yang tidak bisa tercakup oleh
Jaminan Sosial, BPJS Ketenagakerjaan dapat bekerja sama dengan
lembaga pemerintah atau swasta.
Selain Jaminan Sosial, hak lainnya yang semestinya diperoleh oleh
Pekerja Migran Indonesia berdasarkan Pasal 30 UU No. 18 Tahun 2017
ialah Pekerja Migran Indonesia tidak dapat dibebani biaya penempatan
dan ketentuan lebih lanjutnya diatur dengan Peraturan Kepala Badan.
Kemudian hak dalam perlindungan hukum bagi Pekerja Migran
Indonesia, bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan
perlindungan hukum terhadap Pekerja Migran Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, hukum negara tujuan
penempatan, serta hukum dan kebiasaan internasional.
Dalam perlindungan ekonomi, Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah wajib melakukan perlindungan ekonomi terhadap Calon Pekerja
Migran Indonesia dan/atau Pekerja Migran Indonesia melalui:
a. Pengelolaan remitansi dengan melibatkan lembaga perbankan
atau lembaga keuangan non bank dalam negeri dan negara tujuan
penempatan.
b. Edukasi keuangan agar Pekerja Migran Indonesia dan
keluarganya dapat mengelola hasil remitansinya.
c. Edukasi kewirausahaan.
2. Kebijakan Diplomatis yang DiKeluarkan oleh Pemerintah Indonesia-
Malaysia dalam Menegakan Perlindungan Hak TKI selama Pandemi
Banyak Pekerja Migran Indonesia mengalami berbagai bentuk
pelanggaran hak kerja di tengah pandemi Covid-19 khususnya di
Malaysia. Nasib para Pekerja Migran Indonesia selama pandemi serba
susah sebab adanya pembatasan dalam berkegiatan termasuk bekerja
serta adanya lockdown yang dijalankan oleh pemerintahan Malaysia
untuk mengurangi peningkatan penularan dari virus Covid-19. Dengan
diterapkannya lockdown di Malaysia, banyak Pekerja Migran Indonesia
merasakan dampak pahit yang harus dialami.
Bersumber dari media, Tempo.co, meliput salah satu seorang
Pekerja Migran Indonesia yang berkerja di Malaysia. Sejak pandemi
melanda seluruh bagian bumi, termasuk Malaysia, sangat membuat
sengsara para Pekerja Migran Indonesia terutama pekerja yang tidak
memiliki dokumen lengkap dan legal. Sala seorang Pekerja Migran
Indonesia harus ditangkap oleh Polisi Diraja Malaysia karena pekerja
tersebut terpaksa harus tetap bekerja ketika Malaysia sedang menerapkan
lockdown. Pekerja Migran Indonesia tersebut ingin kembali ke daerah
asal namun biaya kembali pulang sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan
penjelasan yang telah disebutkan pada bab pendahuluan bahwa alasan
pertama dari pengaduan yang di data oleh Badan Pengawas Pekerja
Migran Indonesia (BP2M) ialah pekerja ingin dipulangkan.
Di tengah kondisi pandemi dan berada di negara asing bukanlah
suatu hal yang mudah untuk tetap bekerja dan menghasilkan uang.14
Selain itu, pelanggaran hak kerja yang terjadi di situasi pandemi ialah
upah/gaji yang tidak diberikan oleh pemberi kerja, pemutusan hubungan
kerja secara sepihak yang dilakukan oleh pemberi kerja tanpa ada
pesangon, serta tempat hunian para Pekerja Migran Indonesia tinggal di
lokasi pembuangan.
Pada situasi seperti ini, perlu ditegakannya Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui perwakilannya harus
secara tanggap menangani berbagai pelanggaran hak kerja yang dialami
oleh para Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di Malaysia.
Pemerintah Indonesia semestinya memberikan jaminan keamanan dan
keselamatan terhadap kondisi para Pekerja Migran Indonesia di tengah

14
Akbar C. (2021, 18 Desember). Kepepet di Tengah Pengetata. Tempo.co.
pandemi seperti ini agar segala ketentuan mengenai hak-hak Pekerja
Migran Indonesia masih dapat terpenuhi.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ialah ketika
Presiden Jokowi berkunjung ke Malaysia turut membahas mengenai
perlindungan Pekerja Migran Indonesia dengan mendorong
Memorandum of Understanding (MoU) perlindungan tenaga kerja
Indonesia domestik. Selain itu, Kementerian Ketenagakerjaan turut
mengeluarkan beberapa kebijakan yaitu penguatan kelembagaan,
penguatan Satgas Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, penguatan
Atase Ketenagakerjaan, Pengembangan Pusat Pelayanan bagi Calon
Pekerja Migran Indonesia dan Pekerja Migran Indonesia dan anggota
keluarganya, serta penguatan kerja sama antar lembaga.15
Tidak hanya pemerintah Indonesia yang berupaya untuk
melakukan perlindungan Pekerja Migran Indonesia, namun pemerintah
Malaysia turut berkomitmen dalam memberikan jaminan atas
kesejahteraan tenaga kerja Indonesia di Malaysia dengan membuat Akta
Standard Minimum Perumahan, Penginapan, dan Kemudahan Bekerja
(Akta 466) yang telah disetujui oleh parlemen Malaysia.16 Selain itu,
Kementerian Sumber Daya Manusia Malaysia telah membentuk e-gaji,
yang mana apabila Pekerja Migran Indonesia mempunyai permasalahan
terkait gaji dapat diadukan ke pemerintah Malaysia. Perihal Pekerja
Migran Indonesia yang masa batas tinggalnya telah habis di Malaysia
selama pandemi, pemerintah Malaysia mengeluarkan kebijakan diskresi
agar para Pekerja Migran Indonesia dapat melakukan perpanjangan
langusung.

15
Yuniartha L. (2021, 10 Maret). Imbas Pandemi Covid-19, penempatan pekerja migran Indonesia
turun pada 2020. Kontan.co.id.
16
Sekretaris Kabinet Republik Indonesia. (2021). Presiden RI dan PM Malaysia Sepakati
Perlindungan TKI dan Pembukaan Perbatasan Negara. Jakarta: Sekretaris Kabinet Republik
Indonesia.
D. Simpulan
Konstitusi Indonesia menjamin terkait hak pekerjaan yang dapat
dilakukan oleh seluruh warga negaranya yang berdasarkan kemanusiaan
Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia telah memangalami berbagai perubahan dan
pergantian. Pada awalnya, perlindungan terhadap Pekerja Migran Indonesia
diatur dalam UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia. Kemudian ketentuan tersebut dicabut dan digantikan
melalui UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia dan mengalami beberapa perubahan yang diatur dalam UU No.11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Peraturan pelaksana lebih lanjut mengenai
penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia diatur dalam PP
No.59 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia, serta terdapat beberapa peraturan perundang-undangan lainnya
baik ditingkat pusat maupun daerah (provinsi/kabupaten/kota/desa).
Namun dengan mengalami berbagai perubahan dan pergantian
peraturan perundang-undangan yang berlaku, pada realitasnya kasus
pelanggaran hak kerja yang dialami oleh Pekerja Migran Indonesia yang
bekerja di Malaysia pada masa pandemi ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan
dan penilaian terhadap regulasi serta penegakan perlindungan hukum atas
Pekerja Migran Indonesia.
Pemerintah Indonesia bersama dengan Pemerintah Malaysia
mengeluarkan kebijakan diplomatis untuk menjamin kepastian terhadap
perlindungan para Pekerja Migran Indonesia di Malaysia. Beberapa kebijakan
yang telah diterapkan yaitu: (1)pemerintah Indonesia mendorong
Memorandum of Understanding (MoU) perlindungan tenaga kerja Indonesia
domestik (2)pemerintah Malaysia memberikan jaminan atas kesejahteraan
tenaga kerja Indonesia di Malaysia dengan membuat Akta Standard Minimum
Perumahan, Penginapan, dan Kemudahan Bekerja (Akta 466) yang telah
disetujui oleh parlemen Malaysia (3) Kementerian Sumber Daya Manusia
Malaysia telah membentuk e-gaji, yang mana apabila Pekerja Migran
Indonesia mempunyai permasalahan terkait gaji dapat diadukan ke
pemerintah Malaysia; dan (4)pemerintah Malaysia mengeluarkan kebijakan
diskresi.
Saran dari penulisan ini ialah pertama, diperlukan adanya koordinasi
antar instansi yang terkait mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Badan Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia (BP2MI), serta Departemen Luar Negeri agar tidak terjadi
tumpang tindih wewenang dan saling tarik ulur kekuasaan antar lembaga.
Dengan demikian pemerintah bisa melakukan pengawasan terkait setiap
langkah perjalanan Pekerja Migran Indonesia tersebut, sehingga apabila
terjadi permasalahan bisa ditelusuri dimana letak kesalahan sebenarnya.
Kedua, keberadaan UU No. 18 Tahun 2017 pascaratifikasi ICMW
merupakan langkah yang memang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia
mengingat UU No, 39 Tahun 2004 sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi
pekerja migran Indonesia saat ini. Meskipun pasca Indonesia meratifikasi
ICMW masih terasa kurang bila Negara yang menjadi tujuan pekerja migran
belum meratifikasi ICMW juga. Pada dasarnya ICMW melindungi pekerja
migran sejak sebelum keberangkatan, penempatan, dan pasca penempatan.
Setiap negara tidak diperkenankan melakukan yurisdiksinya di negara
berdaulat yang lain. Maka, jika terjadi masalah terhadap pekerja migran kita
di negara tujuan harus berkoordinasi dengan pemerintah setempat.
Harapan yang dapat disampaikan ialah Pekerja Migran Indonesia bukan
komoditas sehingga pengaturan mekanisme penempatannya harus tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ke depan kita harus mampu
mempengaruhi penempatan Pekerja Migran Indonesia tidak saja
menguntungkan secara ekonomis, melainkan mampu meningkatkan aspirasi
kemanusiaan pula.17

17
Adharinalti. (2012). Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular di Luar Negeri.
Jurnal RechtsVinding, Vol. 1, (No.1), hlm.161.
E. Daftar Pustaka
Adharinalti. (2012). Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia
Irregular di Luar Negeri. Jurnal RechtsVinding, Vol. 1, (No.1),
pp.157-173.
Akbar C. (2021, 18 Desember). Kepepet di Tengah Pengetata. Tempo.co.
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. (2021). Data Penempatan
dan Pelindungan PMI Periode November 2021. Jakarta: Badan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Baharudin, E. (2007). Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra
Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan. Lex Jurnalica,
Vol. 4, (No.3), pp.168-176.
Febriyanto, Triyan., Rohman, Agus Taufiqur. (2018). Perlindungan Hak-Hak
Tenaga Kerja (TKI) yang Bekerja di Luar Negeri. Lex Scientia Law
Review, Vol.2, (No.2), pp.139-154.
Gunardi. (2005). Kerangka Konsep dan Kerangka Teori Dalam Penelitian
Ilmu Hukum. Era Hukum, (No.1), pp.86-101.
Hadiyono, V. (2020). Indonesia dalam Menjawab Konsep Negara Welfare
State dan Tantangannya. Jurnal Hukum Politik dan Kekuasaan ISSN:
2722-970X, Vol. 1, (No.1 Agustus), pp.23-33.
Hidayat. (2017). Perlindungan Hak Tenaga Kerja Indonesia Di Taiwan dan
Malaysia dalam Persepektif Hak Asasi Manusia. Jurnal HAM, Vol. 8,
(No.2), pp.105-115.
Husni, L. (2010). Perlindungan Hukum Terhadap TKI yang Bekerja di Luar
Negeri, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun Ke-40, No.2, pp.270-
289.
Iswinarno, C. (2020, 28 Januari). Negara Abai, Jerih Payah TKI Puluhan
Triliun Hilang Sia-Sia Tiap Tahun. Suara.com.
Kansil, CST. (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.
Jakarta: PN Balai Pustaka.
Lumbanrau, RE. (2020, 11 Mei). Cerita Pekerja Migran Indonesiaa di Tengah
Wabah Virus Corona: Dari Tidak Digaji, di-PHK, Susah Beli Alat
Sikat Gigi Hingga Tidur Di Atas Lemari. BBC News Indonesia.
M. Hadjon, P. (1989). Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.
Surabaya: Bina Ilmu.
Mufarida, B. (2021, 4 Februari). Usia Produktif Indonesia 191 juta jiwa,
BKKBN: Harus Dimanfaatkan bagi Kesejahteraan Penduduk.
Sindonews.com.
Muhaimin. (2020). Metode Penelitian Hukum. Nusa Tenggara Barat: UPT.
Mataram University Press.
Mutia Annur, C. (2020, 8 September). Provinsi Peyumbang Pekerja Migran
Terbanyak (Juli 2020). Katada.co.id.
Natalia, K. (2019). Pengaruh Gaji, Masa Kerja, dan Usia Tahap
Produktivitas Karyawan PT. Sanbe Farmasi Divisi Jawa Barat.
Universitas Komputer Indonesia.
Nurdin E. (2021, 9 Desember). ‘Wajah bengkak, luka bakar, gigitan anjing’,
upaya mencari keadilan bagi Adelina Lisao: ‘Tak boleh ada lagi
penyiksaan pembantu rumah tangga’. BBC News Indonesia.
Ratihtiari, A.A. Titah & Parsa, I Wayan. (2019). Perlindungan Hukum
Terhadap Pekerja Migran Indonesia di Luar Negeri. Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id.
Rosida, N. (2017). Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni, Vol. 1,
(No.1), pp.95-104.
Rusiana, DA. (2021, 10 November). Bertemu Jokowi, PM Ismail Bahas
Program Perlindungan TKI di Malaysia. IDXChannel.
Rusman. (2021, 7 Desember). BP2MI: Ratusan TKI dipulangkan dari
Malaysia pada Desember dua tahap. ANTARA news.
Sekretaris Kabinet Republik Indonesia. (2021). Presiden RI dan PM Malaysia
Sepakati Perlindungan TKI dan Pembukaan Perbatasan Negara.
Jakarta: Sekretaris Kabinet Republik Indonesia.
Shandra Dewi, DAP. (2018). Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan
Tentang Ketenagakerjaan Indonesia Pascaratifikasi Konvensi
Internasional Pekerja Migran Tahun 1990. Reformasi, Vol. 8, (No.1),
pp.57-64.
Solechan. (2018). Rekrutmen Program Pemagangan ke Jepang: Suatu
Tinjauan Program Pemerintah Daerah. Administrative Law &
Governement Journal, Vol. 1 Edisi 3, pp. 326-344.
Surianto, D. (2021). Perlindungan Hukum ABK Indonesia di Kapal Asing
dalam Persepektif Hukum Nasional. Jurnal Hukum Adigama, Vol. 4,
(No.1), pp.1667-1691.
Susetyorini, P. (2010). Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar
Negeri oleh Perwakilan Republik Indonesia. Masalah-Masalah
Hukum, Vol. 39, (No.1), pp.65-77.
Yolanda, N. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia.
Solusi ISSN: 0216-9835, Vol. 18, (No.2), pp.198-217.
Yuniartha L. (2021, 10 Maret). Imbas Pandemi Covid-19, penempatan
pekerja migran Indonesia turun pada 2020. Kontan.co.id.

You might also like