You are on page 1of 14

Jurnal Ketenagakerjaan

Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

KARAKTERISTIK DESA MIGRAN PRODUKTIF YANG MEMPENGARUHI


BANYAKNYA TKI BEKERJA KE LUAR NEGERI

Suryadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan
Jalan Jenderal Gatot Subroto Kavling 51 Jakarta Selatan
Suryadi.value@gmail.com

ABSTRACT

The decrease of Indonesian Migrant Workers (TKI) working abroad, brings its own problems. One of
the problems faced is the emergence of new unemployment as a result of the lack of existing jobs. For that, the
government seeks to create new jobs in the country through the formation of Desmigratif. This research aims to
determine the effect of productive migrant village characteristics on the number of migrant workers who work
abroad.
The influence of each independent variable such as variable of X6 (existence of cooperative), variable
of X13 (number of types of economic means in the village), variable of X15 (population of productive age) and
variable of X18 (territorial, Java and outside Java) ) to the dependent variable Y (the number of migrant workers
working abroad).
Resources, facilities and infrastructure of economic activities in productive migrant villages are very
heterogeneous. The village government must have seriousness in making development policy to support
community empowerment program, so that people will stay in the village, get a job or economic business, have
income and prosperous, so do not leave their village to work abroad become TKI. All stakeholders in this
program need to cooperate in identifying problems, mapping the potential of natural resources, people, culture,
and village economics to become capital for development of productive migrant village.

Keywords: Independent Variable, Dependent Variable, Indonesian Worker, Desmigratif

ABSTRAK

Penurunan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja ke luar negeri, membawa masalah tersendiri.
Salah satu masalah yang dihadapi yakni timbulnya pengangguran baru sebagai akibat kurangnya lapangan
pekerjaan yang ada.Untuk itu, pemerintah berupaya menciptakan lapangan kerja baru di dalam negeri melalui
pembentukan Desa Migran Produktif (Desmigratif). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
karakteristik desa migran produktif terhadap banyaknya TKI yang bekerja ke luar negeri.
Pengaruh masing-masing variabel bebas seperti variabel X6 (keberadaan koperasi), variabel X13
(banyaknya jenis sarana ekonomi yang ada di desa), variabel X15 (banyaknya penduduk usia produktif) dan
variabel X18 ( kewilayahan, jawa dan luar jawa) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikat Y
(banyaknya TKI bekerja ke luar negeri).
Sumberdaya, sarana dan prasarana kegiatan ekonomi pada desa migran produktif sangat heterogen.
Pemerintah desa harus memiliki keseriusan dalam membuat kebijakan pembangunan untuk mendukung program
pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat betah tinggal di desa, mendapat pekerjaan atau usaha ekonomi,
memiliki pendapatan dan sejahtera, sehingga tidak meninggalkan desanya untuk bekerja ke luar negeri menjadi
TKI. Semua stakeholder dalam program ini perlu bekerjasama dalam melakukan identifikasi masalah, pemetaan
potensi sumber daya alam, manusia, budaya, dan ekonomi desa untuk dijadikan modal bagi pembangunan desa
migran produktif.

Kata Kunci : Varibel Bebas, Variabel Terikat, Tenaga Kerja Indonesia, Desmigratif

130
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

PENDAHULUAN tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan


Latar Belakang pekerjaan yang tersedia mencukupi.
Tenaga kerja menjadi salah satu Kesempatan kerja dapat tercipta apabila terjadi
faktor yang terpenting dalam proses produksi. permintaan tenaga kerja di pasar kerja.
Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih Kesempatan kerja, dengan kata lain juga
penting daripada sarana produksi yang lain menujukkan permintaan terhadap tenaga kerja.
karena manusialah yang menggerakkan semua Tingkat pengangguran terbuka di
sumber daya seperti bahan mentah, tanah, air, Indonesia pada Februari 2017 mencapai 5,33
dan sebagainya. Tenaga kerja adalah penduduk persen yang mengandung makna bahwa dari
yang berumur 15 tahun atau lebih yang sudah 100 orang angkatan kerja di Indonesia,
atau sedang bekerja, yang sedang mencari terdapat sebanyak 5 orang yang masuk
kerja dan yang melakukan kegiatan lain seperti kategori penganggur. Pengangguran yang
bersekolah dan mengurus rumah tangga. masih tergolong tinggi ini terjadi karena
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang perluasan kesempatan kerja yang ada berjalan
Ketenagakerjaan, yang disebut tenaga kerja lebih lambat dibandingkan dengan laju
adalah setiap orang yang mampu melakukan pertambahan angkatan kerja. Sebagai
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau konsekuensi akhir, dengan masih banyaknya
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri jumlah pengangguran, hal ini tentunya akan
maupun untuk masyarakat. mempengaruhi pula pada peningkatan
Berdasarkan data Sakernas Februari perekonomian.
2017, jumlah penduduk umur 15 tahun ke atas Migrasi terjadi sebagai akibat
yang termasuk angkatan kerja mencapai meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
131,55 juta orang. Jumlah tersebut naik diimbangi dengan terbukanya peluang kerja,
sebanyak 3,88 juta orang apabila dibandingkan sehingga menyebabkan banyaknya angkatan
dengan keadaan Februari 2016 yang mencapai kerja produktif yang menganggur
127,67 juta orang. Kenaikan jumlah angkatan (unemployment). Faktor ekonomi dapat
kerja pada periode Februari 2016-Februari dikatakan menjadi salah satu faktor yang
2017 seiring dengan naiknya Tingkat menyebabkan terjadinya migrasi. Dalam
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yaitu dari kaitannya dengan migrasi internasional,
68,06 persen pada Februari 2016 menjadi kondisi demikian terjadi karena adanya
69,02 persen pada Februari 2017. ketimpangan pembangunan ekonomi antar
Secara nasional angka Employment to negara. Fenomena migrasi adalah keinginan
Population Ratio (EPR) pada Februari 2017 individu dalam upaya meningkatkan taraf
adalah sebesar 65,34. Berdasarkan angka hidupnya. Migrasi berpengaruh terhadap
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pada tingkat upah pada wilayah negara pengirim
Februari 2017 dari sebanyak 100 orang dan negara penerima dalam jangka waktu yang
penduduk umur 15 tahun ke atas, terdapat singkat hingga menengah. Migran yang
sekitar 65 orang yang bekerja. EPR Februari mengirimkan uangnya (remittance) ke negara
2017 mengalami peningkatan sebesar 1,03 asal akan mempengaruhi perekonomian di
poin jika dibandingkan dengan kondisi negara asalnya dan juga rumah tangga pekerja
Februari 2016. EPR merupakan rasio migran.
penduduk bekerja terhadap jumlah penduduk Mengalirnya arus remitansi,
usia kerja. berdampak pada penguatan ekonomi keluarga
Meningkatnya jumlah angkatan kerja Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja ke
dapat menimbulkan masalah kesempatan kerja, luar negeri. Penguatan ekonomi keluarga TKI
hal ini berkaitan dengan aspek ekonomi dapat menjadi basis dalam mengurangi tingkat
maupun non ekonomi. Kondisi demikian, kemiskinan masyarakat dan juga mampu
mengindikasikan semakin mendesaknya menggerakkan ekonomi keluarga TKI.
keputusan perluasan kesempatan kerja. Masuknya dana remitansi tersebut akan
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang memberi multiplier effect terhadap penguatan
dimaksud dengan kesempatan kerja adalah jaring pengaman sosial yang penting dalam
banyaknya orang yang dapat tertampung untuk membangun interaksi program asuransi sosial,
bekerja pada suatu perusahaan atau instansi. kesehatan, pendidikan, jasa keuangan,
Kesempatan kerja akan menampung semua penyediaan sarana dan prasarana desa. Salah

131
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

satu masalah terkait dengan penempatan TKI oleh masyarakat dalam suatu pusat belajar-
yakni masih banyak TKI yang bekerja ke luar mengajar. Dalam konteks ini, orang tua
negeri tidak melalui prosedur yang benar dan pasangan yang tinggal di rumah
(ilegal), sehingga menimbukan permasalahan diberikan pelatihan tentang bagaimana
yang antara lain gaji tidak dibayar, pelecehan membesarkan atau merawat anak secara
seksual, bahkan ada yang terkena kasus baik. Tujuannya adalah agar mereka bisa
hukum. Dalam hal TKI ilegal ini, pemerintah terus bersekolah mengembangkan
masih belum banyak memberikan kreatifitasnya sesuai dengan masa kanak-
perlindungan sebagaimana mestinya. kanaknya.
Dalam upaya peningkatan pelayanan 4) Membentuk Koperasi Desmigratif untuk
informasi, perlindungan dan peningkatan penguatan usaha produktif jangka panjang.
kesejahteraan calon TKI ataupun TKI dan Koperasi usaha produktif ini juga bisa
anggota keluarganya, Kementerian menjadi inisiatif bersama dari masyarakat
Ketenagakerjaan membentuk Desa Migran yang didukung oleh pemerintah.
Produktif (Desmigratif) sebagai salah satu Sejak tahun 2014-2016, jumlah TKI
solusi dan bentuk kepedulian serta kehadiran yang diberangkatkan secara resmi ke luar
negara. Sasaran Desmigratif adalah 120 negeri kian menurun, terutama sejak
(seratus dua puluh) desa yang terbanyak diberlakukannya moratorium penempatan TKI
mengirimkan TKI. Data tersebut di dapat dari ke Timur Tengah. Pada tahun 2014, jumlah
data Potensi desa yang bersumber dari BPS TKI yang diberangkatkan sebesar 429.872
tahun 2014. Dalam menjalankan program orang, pada tahun 2015 sebanyak 275.736
Desmigratif, Kementerian Ketenagakerjaan orang dan pada tahun 2016 sebanyak 244.451
melakukan sinergi dengan tujuh kementerian orang. Perhatian global terhadap persoalan
yakni Kementerian Pariwisata, Kementerian pekerja migran sangat serius dan semakin
Kesehatan, Kementerian Pemuda dan diperhitungkan menjadi variabel dari gerak
Olahraga, Kementerian Badan Usaha Milik ekonomi dunia. Hal ini seiring dengan
Negara, Kementerian Koperasi, Usaha Kecil masuknya masalah pekerja migran dalam
dan Menengah, Kementerian Komunikasi dan agenda baru dan tujuan yang ada di
Informatika serta Kementerian Desa, Sustainable Development Goals (SDGs) yang
Pembangunan Daerah Tertinggal. disepakati menjadi platform global bagi
Ruang lingkup kerja sama antar seluruh negara yang menjadi anggota
kementerian tersebut antara lain meliputi: Perserikatan Bangsa-Bangsa.
1) Membangun Pusat Layanan Migrasi,
sehingga orang atau warga desa yang Masalah Penelitian
hendak berangkat ke luar negeri Penurunan TKI yang bekerja ke luar
mendapatkan pelayanan di balai desa negeri tentunya akan membawa masalah
melalui peran dari pemerintah desa. tersendiri. Salah satu masalah yang dihadapi
Informasi yang didapatkan antara lain adalah timbulnya pengangguran baru (Gambar
berupa informasi pasar kerja, bimbingan 1) sebagai akibat kurangnya lapangan
kerja, informasi mengenai bekerja ke luar pekerjaan yang ada. Untuk itu pemerintah
negeri serta pengurusan dokumen awal. berupaya menciptakan lapangan kerja baru di
2) Memupuk Usaha Produktif dengan tujuan dalam negeri, yang salah satunya melalui
untuk membantu pasangan TKI yang pembentukan Desmigratif. Proses
bekerja ke luar negeri agar memiliki pembentukan Desmigratif diawali dengan
keterampilan dan kemauan untuk adanya identifikasi dan pemetaan potensi desa
membangun usaha-usaha produktif. yang menjadi kantong TKI. Proses pemetaan
Kegiatan ini mencakup pelatihan dan tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan
pendampingan untuk usaha produktif, institusi lainnya serta bersama dengan aparat
bantuan sarana produktif hingga desa setempat. Desmigratif akan memberikan
pemasarannya. beberapa program pemberdayaan keluarga
3) Community Parenting, yaitu kegiatan TKI, dari pelatihan dan pemberdayaan potensi
untuk menangani anak-anak TKI atau desa, produksi, hingga distribusi dan
anak-anak pekerja migran. Anak yang pemasaran produk desa.
ditinggalkan akan diasuh bersama-sama

132
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

Angkatan TKI Bekerja Moratorium


Kerja Tinggi ke Luar Negeri Pengiriman TKI Sektor
Informal

Pengangguran

Lapangan Kerja
Dalam Negeri
Penciptaan Timbul
Terbatas
Lapangan Kerja Pengangguran
Baru Dalam Negeri Baru

Desa Sebagai
Daerah Otonom Pemberdayaan
yang Mengatur Calon TKI, TKI
Rumah Tangga Purna dan
Sendiri Keluarganya

Karakteristik Desa Migran Produktif

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Pembangunan desa menjadi penentu Tujuan Penelitian


keberhasilan bagi pembangunan daerah dan Penelitian ini bertujuan untuk
nasional karena desa memiliki sumber daya mengetahui pengaruh karakteristik desa
yang dapat memenuhi kebutuhan migran produktif terhadap banyaknya TKI
penduduknya, seperti hasil pertanian, yang bekerja ke luar negeri.
perkebunan, peternakan, perikanan, Hipotesis Penelitian
pertambangan, jasa dan pariwisata. H0 : Karakteristik desa tidak berpengaruh
Pembangunan desa menjadi bagian integral terhadap banyaknya TKI bekerja ke luar
dari pembangunan nasional. Dengan negeri
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 H1 : Karakteristik desa berpengaruh terhadap
Tahun 2014 tentang Desa, hal ini akan banyaknya TKI bekerja ke luar negeri
memberikan kesempatan lebih terbuka bagi
masyarakat untuk terlibat dalam proses TINJAUAN PUSTAKA
pembangunan bersama pemerintah desa. Untuk menelaah pembangunan desa,
Namun pada kenyataannya, pemerintah desa dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
belum mampu membuka lapangan pekerjaan Haeruman (1997) menyebutkan, ada dua sudut
dan mengembangkan potensi desa serta pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu:
mengubah orientasi masyarakat desa untuk 1) Pembangunan pedesaan dapat dipandang
menjadi pekerja migran. Masyarakat tetap saja sebagai suatu proses alamiah yang
meninggalkan desa dengan segala potensinya bertumpu pada potensi dan kemampuan
untuk mencari pekerjaan dan kesejahteraan ke yang dimiliki oleh masyarakat desa itu
luar negeri sebagai pekerja migran atau TKI. sendiri. Pendekatan ini meminimalkan
adanya campur tangan dari pihak luar
sehingga perubahan yang diharapkan dapat
berlangsung dalam jangkauan waktu yang
panjang;

133
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

2) Pada sisi lain, pembangunan pedesaan negara maju. Untuk mengatur migrasi
dipandang sebagai suatu interaksi antara internasional, Massey et al. (1993) menyatakan
potensi yang dimiliki oleh masyarakat desa bahwa pembuat kebijakan dapat mengaturnya
dan dorongan dari luar untuk mempercepat melalui tingkat upah di negara asalnya serta
pembangunan pedesaan. dengan mempromosikan pembangunan
Sasaran pokok pembangunan pedesaan ekonomi di negara asal.
yang ingin dicapai menurut Haeruman (1997) Pembangunan pedesaan merupakan
yakni terciptanya kondisi ekonomi masyarakat konsep pembangunan yang memperhatikan ciri
di pedesaan yang kokoh serta mampu tumbuh khas sosial dan budaya masyarakat yang
secara mandiri dan berkelanjutan. Sasaran tinggal di kawasan pedesaan. Masyarakat
pembangunan pedesaan tersebut, diupayakan pedesaan pada umumnya masih menghadapi
secara bertahap dengan langkah sebagai masalah kemiskinan serta masih kurangnya
berikut: 1) Meningkatkan kualitas tenaga kerja ketersediaan dan akses terhadap infrastruktur
di pedesaan; 2) Meningkatkan kualitas dan pelayanan dasar (Bappenas dan BPS, 2015).
kemampuan aparatur pemerintah desa; 3) Pembangunan pedesaan dilaksanakan dalam
Menguatkan lembaga pemerintah dan lembaga rangka intervensi untuk mengurangi
masyarakat desa; 4) Mengembangkan kesenjangan kemajuan wilayah, sebagai akibat
kemampuan sosial ekonomi masyarakat desa; dari pembangunan ekonomi serta diharapkan
5) Mengembangkan sarana dan prasarana menjadi solusi bagi perubahan masyarakat
pedesaan; dan 6) Memantapkan keterpaduan desa serta menjadikan desa sebagai basis
pembangunan desa berwawasan lingkungan. perubahan. Sumber pertumbuhan ekonomi
Pembangunan pedesaan akan semakin diupayakan tertuju ke pedesaan dengan
menjadi perhatian di masa depan seiring maksud agar desa menjadi tempat yang
dengan kondisi perekonomian daerah yang menarik sebagai tempat tinggal serta sebagai
semakin terbuka. Namun sampai saat ini desa tempat mencari kehidupan. Oleh karena itu,
masih belum beranjak dari profil lamanya, infrastruktur di desa seperti sarana pendidikan
yakni keterbelakangan dan kemiskinan. dan kesehatan, sarana dan prasarana energi,
Berdasarkan amanat UU No. 6/2014 tentang transportasi dan komunikasi serta sarana lain
Desa, tujuan pembangunan desa adalah untuk yang dibutuhkan harus dapat disediakan
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup sehingga memungkinkan desa untuk
masyarakat desa serta penanggulangan berkembang dan maju.
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan Berdasarkan analisis kuantitatif yang
dasar, pembangunan sarana dan prasarana dilakukan oleh Latifah dan Rahadjeng (2016)
desa, membangun potensi ekonomi lokal serta terhadap Kecamatan Donomulyo, ketersediaan
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan tenaga kerja yang berasal dari TKI yang sudah
secara berkelanjutan. pulang, memperlihatkan keberhasilan dalam
Telah banyak penelitian mengenai pengembangan usaha yang terkait dengan
migrasi internasional, yang sebagian potensi desa. Hal ini terjadi karena TKI purna
berpendapat bahwa terjadinya migrasi tersebut telah memiliki keterampilan dan
internasional disebabkan oleh faktor ekonomi, pengetahuan yang cukup. Meskipun sumber
adanya ketimpangan pembangunan ekonomi daya manusianya memiliki pendidikan dan
antara negara yang lebih maju dibandingkan motivasi yang rendah, akan tetapi dengan
negara berkembang. Penelitian tentang adanya dukungan pemerintah setempat,
ekonomi pekerja migran telah mengalami ketersediaan sumber daya alam dan sumber
transformasi yang menarik dan signifikan daya modal maka pengembangan usaha di
selama beberapa tahun terakhir seperti yang wilayah Kecamatan Donomulyo ini akan
disampaikan oleh Stark dan Bloom (1985). berhasil dengan baik.
Sebagian besar penelitian terbaru yang lebih Pembangunan pedesaan menjadi salah
menarik dikaitkan dengan pengembangan satu faktor yang penting dalam meningkatkan
ekonomi. Situasi tersebut mungkin sebagian pertumbuhan ekonomi. Namun dalam
disebabkan oleh fakta bahwa dampak merencanakan maupun melaksanakan program
perbedaan upah terhadap migrasi cenderung pembangunan pedesaan tersebut, tidak dapat
diimbangi oleh program kompensasi dilakukan secara seragam melainkan harus
pengangguran dan kebijakan fiskal lainnya di sesuai dengan ciri khas dari masing-masing

134
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

desa. Hal ini disebabkan setiap desa memiliki lebih mengenai pengalamannya yang terkait
karakteristiknya masing-masing yang berbeda dengan Desmigratif.
dilihat dari segi mutu sumber daya manusia Penelitian ini merupakan penelitian
(SDM), sumber daya alam (SDA), jumlah eksplanatori yang menyoroti hubungan
penduduk, keadaan sosial dan ekonomi, tingkat antarvariabel penelitian dan menguji hipotesis
pendidikan, tingkat pendapatan, termasuk yang telah dirumuskan sebelumnya.
masalah dan kebutuhan pokok masyarakat Pendekatan dalam penelitian ini adalah
yang berbeda pula. pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh
Menurut Pasaribu (2007), desa sebagai data hasil wawancara secara mendalam antara
basis potensial bagi kegiatan ekonomi haruslah peneliti dan responden. Berdasarkan sifatnya,
menjadi paradigma baru dalam program data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri atas
pembangunan ekonomi Indonesia secara data ordinal, data interval dan data rasio. Data
keseluruhan. Perubahan kondisi internal dan ordinal memiliki peringkat atau urutan dan
eksternal yang terjadi, menuntut kebijakan mengandung tingkatan. Data interval
yang tepat yang perlu dikembangkan oleh para mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan
pembuat kebijakan dalam mengembangkan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang
potensi wilayah pedesaan. Sudah saatnya sama. Data rasio merupakan data yang
menjadikan desa sebagai pusat-pusat meliputi semua ukuran di atas ditambah
pembangunan dan menjadikan desa sebagai dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang
motor utama penggerak roda perekonomian. memberikan keterangan tentang nilai absolut
Pembangunan daerah pedesaan yang dari objek yang diukur.
berkelanjutan diharapkan dapat menyediakan Variabel yang digunakan dalam
lebih banyak kesempatan kerja dan penelitian ini antara lain variabel bebas berupa
meningkatkan penghasilan bagi masyarakat ketersediaan listrik (X1); ketersediaan
setempat. Hal ini akan mendorong para pekerja telepon/handphone (X2); ketersediaan internet
di pedesaan untuk tetap tinggal dan bekerja di (X3); ketersediaan ruang layanan informasi
desa mereka. Dalam jangka panjang, bagi TKI (X4); ketersediaan rumah Desmigratif
pembangunan pedesaan akan lebih (X5); keberadaan koperasi (X6); keberadaan
menguntungkan bagi perekonomian pedesaan. Badan Usaha Milik Desa (X7); penduduk desa
penerima kredit (X8); banyaknya aparatur desa
METODOLOGI yang lulus di atas SLTA (X9); banyaknya
Penelitian ini dilakukan dengan penduduk desa yang lulus di atas SLTA (X10);
menggunakan data sekunder yang bersumber banyaknya penduduk desa yang tidak
dari laporan hasil survei Desmigratif tahun bersekolah (X11); banyaknya penduduk desa
2017 yang dilakukan oleh Kementerian yang bersekolah (X12); banyaknya jenis sarana
Ketenagakerjaan. Kementerian ekonomi yang ada di desa (X13); banyaknya
Ketenagakerjaan telah mengidentifikasi penduduk desa yang berusia 0–14 tahun (X14);
sebanyak 120 desa untuk disurvei yang banyaknya penduduk usia produktif (X15);
sebagian besar wilayah desa diambil dari hasil banyaknya penduduk usia kerja (X16); tingkat
survei Potensi Desa (PODES) tahun 2014. Dari pengangguran (X17); variabel kewilayahan
120 desa yang disurvei, hanya 97 desa yang (X18) serta variabel terikat berupa jumlah TKI
menjadi sampel sesuai dengan tujuan aktif yang bekerja ke luar negeri (Y).
penelitian ini. Data Desmigratif dikumpulkan Pengujian pengaruh variabel bebas
dengan menggunakan teknik wawancara. terhadap variabel terikat dilakukan dengan
Teknik ini digunakan untuk memperoleh menggunakan model regresi linear berganda.
informasi baik dari kepala desa, ketua RT Oleh karena itu, data yang semula skala
maupun masyarakat yang terkait dengan tujuan ordinal, harus ditransformasi menjadi skala
dilaksanakannya Program Desmigratif. Pada interval dengan Metode Suksesive Interval.
responden, teknik wawancara dilakukan Tujuan dilakukannya transformasi data adalah
dengan menggunakan kuesioner sebagai untuk menaikkan data dari skala pengukuran
panduan. Selain itu, wawancara secara ordinal menjadi skala dengan pengukuran
mendalam dilakukan juga pada responden- interval yang biasa digunakan bagi
responden tertentu yang memiliki informasi kepentingan analisis statistik parametrik.
Selain merupakan sesuatu yang umum,

135
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

transformasi tersebut juga untuk mengubah perlindungan kepada warganya yang menjadi
data agar memiliki sebaran normal. Hal ini pekerja migran dengan menyediakan layanan
mengandung makna bahwa setelah dilakukan terpadu bagi mereka yang akan berangkat,
transformasi data dari skala ordinal menjadi sampai pada mereka yang sudah menjadi TKI
interval, penggunaan model dalam suatu purna. Pembangunan desa, menjadi penentu
penelitian tidak perlu melakukan uji bagi keberhasilan pembangunan daerah dan
normalitas. Hal yang menjadi persyaratan nasional karena desa memiliki sumber daya
dalam penggunaan statistik parametrik, selain yang dapat memenuhi kebutuhan seperti hasil
data harus memiliki skala interval atau rasio, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan,
data juga harus memiliki distribusi atau pariwisata serta sumberdaya lainnya.
sebaran normal. Dengan melakukan Pembangunan di Indonesia kurang
transformasi data, diharapkan data ordinal berarti bila tidak dilakukan di desa karena
sudah menjadi data interval serta telah masih cukup banyak desa yang belum
memiliki sebaran normal yang langsung bisa dikembangkan secara optimal. Bila dilihat
dilakukan analisis dengan statistik parametrik. dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Analisis regresi linier berganda tentang Desa, khususnya pada Pasal 1 Ayat 8,
digunakan untuk mengetahui hubungan secara menyatakan bahwa pembangunan desa adalah
linear antara dua atau lebih variabel bebas (X1, upaya peningkatan kualitas hidup dan
X2,….Xn) dengan variabel terikat (Y). Analisis kehidupan untuk sebesar-besarnya
ini untuk melihat arah hubungan antara kesejahteraan masyarakat desa. Selanjutnya,
variabel bebas dengan variabel terikat apakah dalam Pasal 78 Ayat 1 dinyatakan bahwa
masing-masing variabel bebas berhubungan pembangunan desa bertujuan untuk
positif atau negatif. Data yang digunakan pada meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
umumnya berskala interval atau rasio. dan kualitas hidup manusia serta
Persamaan regresi linear berganda sebagai penanggulangan kemiskinan melalui
berikut: pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana desa, pengembangan
Y = a + b1X1+ b2X2+…..+ b18X18 potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan secara
Keterangan: berkelanjutan.
Y =variabel terikat (nilai yang diprediksikan) Walaupun kebijakan pusat untuk
X1…X18= variabel bebas memberikan perlindungan kepada buruh
a =konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…X18= 0) migran telah ada programnya, namun dalam
b =koefisien regresi (nilai peningkatan pelaksanaannya di daerah, masih belum
ataupun penurunan) banyak didukung oleh kebijakan lokal yang
dapat dijadikan pijakan bagi program dan
agar variabel terikatnya (Y) berupa jumlah
kegiatan yang bersifat lokal. Oleh karena itu,
TKI yang bekerja ke luar negeri mendekati
peran aktif pemerintah diperlukan, khususnya
distribusi normal, maka pada model persamaan
dalam membuat program dan kegiatan yang
di atas, dilakukan transformasi logaritma
ditujukan untuk meningkatkan pemahaman,
sehingga persamaannya menjadi :
memberikan layanan informasi serta
Log Y = a + b1X1+ b2X2+…..+ b18X18 memberikan perlindungan sosial kepada
pekerja migran dan keluarga yang
ditinggalkan. Desa semestinya menjadi tempat
HASIL DAN PEMBAHASAN tinggal dan sekaligus menjadi tempat
Kunci kehadiran negara dalam penghidupan yang membuat warganya betah,
melindungi pekerja migran, harus dimulai dari aman, nyaman serta menjamin kesejahteraan
ujung tombak pemerintahan yaitu desa. Desa bagi masyarakatnya.
merupakan sumber tempat tinggal warga yang Kemiskinan telah menjadi salah satu
ingin bermigrasi. Dengan adanya perlindungan faktor yang dominan menjadi pendorong bagi
di sumbernya, diharapkan dapat mengurangi warga desa untuk bekerja ke luar negeri
risiko yang sampai kini masih sering dialami sebagai TKI dalam meningkatkan taraf
oleh para pekerja migran Indonesia. hidupnya dan keluarganya. Motif menjadi
Desmigratif merupakan desa yang memberikan pekerja migran yaitu mencari pekerjaan

136
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

dengan penghasilan yang lebih besar dalam negara lain sebagai pekerja migran, tetap
upaya mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga menjalani kegiatan sebagai petani atau usaha
dan menabung untuk modal usaha di desa informal lainnya. Harapan TKI purna adalah
dengan target waktu bekerja selama beberapa mendapatkan program pemberdayaan yang
tahun. Bagi masyarakat desa, ukuran sukses sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang
menjadi pekerja migran adalah jika dapat mereka hadapi, serta pemberdayaan dilakukan
menabung dan membeli lahan, sawah, ladang, secara berkesinambungan agar mampu
membangun rumah serta modal untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan
berwirausaha. Mereka yang tidak sukses di kesejahteraan di desa.

Ringkasan model pada Tabel 1 bersekolah (X11); banyaknya penduduk desa


menjelaskan besarnya pengaruh dari seluruh yang bersekolah (X12); banyaknya jenis sarana
variabel bebas terhadap variabel terikat. ekonomi yang ada di desa (X13); banyaknya
Pengaruhnya disimbolkan dengan R (korelasi). penduduk desa yang berusia 0–14 tahun (X14);
Seperti yang terlihat dalam Tabel 1, nilai pada banyaknya penduduk usia produktif (X15);
kolom R sebesar 0,636 yang mengandung arti banyaknya penduduk usia kerja (X16); tingkat
bahwa pengaruh variabel bebas berupa pengangguran (X17); variabel kewilayahan
ketersediaan listrik (X1); ketersediaan (X18) adalah sebesar 63,6% (0,636 x 100%).
telepon/handphone (X2); ketersediaan internet Namun nilai tersebut masih terkontaminasi
(X3); ketersediaan ruang layanan informasi oleh berbagai nilai pengganggu yang mungkin
bagi TKI (X4); ketersediaan rumah desmigratif menyebabkan kesalahan pengukuran, sehingga
(X5); keberadaan koperasi (X6); keberadaan SPSS memberi alternatif nilai R Square
Badan Usaha Milik Desa (X7); penduduk desa sebagai perbandingan akurasi pengaruhnya.
penerima kredit (X8); banyaknya aparatur desa Nilai R Square pada Tabel 1 sebesar 0,404 atau
yang lulus di atas SLTA (X9); banyaknya sebesar 40,4 persen sumbangan pengaruh
penduduk desa yang lulus di atas SLTA (X10); variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
banyaknya penduduk desa yang tidak (Y).

Tabel 2 memperlihatkan informasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap


mengenai berpengaruh tidaknya variabel bebas variabel terikat. Hal ini dengan mengikuti taraf
terhadap variabel terikat secara bersama-sama Sig. 0,05 sebagai nilai cut off dari nilai
(simultan). Untuk mengambil keputusan signifikansi. Nilai tersebut mengandung makna
tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai jika nilai probabilitas (Signifikansi) dibawah
Sig. (Signifikansi). Pada Tabel ANOVA nilai 0.05 maka seluruh variabel bebas berpengaruh
Sig. tertera sebesar 0.001 maka dengan mudah terhadap variabel terikat dan begitupun
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas sebaliknya.

137
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

Tabel 3 menyajikan informasi untuk Produktif yang telah memiliki Badan Hukum
mengetahui pengaruh masing-masing variabel Koperasi, peluang jumlah penduduknya
bebas terhadap variabel terikat. Dari Tabel 3 bekerja ke luar negeri lebih kecil bila
tersebut dapat diketahui bahwa variabel X6 dibandingkan dengan Desa Migran Produktif
(keberadaan koperasi), variabel X13 yang tidak memiliki koperasi. Koperasi di
(banyaknya jenis sarana ekonomi yang ada di Desa Migran Produktif, selayaknya dikelola
desa), variabel X15 (banyaknya penduduk usia seperti lembaga bisnis. Dalam sebuah lembaga
produktif) dan variabel X18 (kewilayahan, jawa bisnis, diperlukan pengelolaan yang efektif dan
dan luar jawa) berpengaruh nyata (signifikan), efisien yang dikenal dengan sebutan
karena nilainya lebih kecil dari 0.05. Pada sisi manajemen. Manajemen dalam badan usaha
lain, variabel bebas X1 (ketersediaan listrik), koperasi harus ada demi terwujudnya tujuan
X2 (ketersediaan telepon/handphone), X3 yang diharapkan. Manajemen koperasi pada
(ketersediaan internet), X4 (ketersediaan ruang umumnya melibatkan empat unsur yaitu:
layanan informasi bagi TKI), X5 (ketersediaan anggota, pengurus, manajer, dan karyawan.
rumah desmigratif), X7 (keberadaan Badan Seorang manajer harus mampu menciptakan
Usaha Milik Desa), X8 (penduduk desa kondisi yang mendorong para karyawan agar
penerima kredit), X9 (banyaknya aparatur desa mempertahankan produktivitas yang tinggi.
yang lulus di atas SLTA), X10 (banyaknya Karyawan koperasi merupakan penghubung
penduduk desa yang lulus di atas SLTA), X11 antara manajemen dan anggota pelanggan.
(banyaknya penduduk desa yang tidak Secara mikro, koperasi dapat dilihat
bersekolah), X12 (banyaknya penduduk desa sebagai unit usaha sedangkan secara makro,
yang bersekolah), X14 (banyaknya penduduk koperasi sebagai sistem ekonomi. Dalam
desa yang berusia 0–14 tahun), X16 (banyaknya dimensi mikro, menurut Asril dan Azmansyah
penduduk usia kerja) dan X17 (tingkat (2013), koperasi memiliki kewajiban dan hak
pengangguran) tidak berpengaruh nyata. yang sama dengan pelaku ekonomi lainnya.
Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat Dalam dimensi makro, koperasi merupakan
diketahui bahwa keberadaan koperasi (X6) faham atau ideologi yang harus menjadi
berpengaruh negatif terhadap jumlah TKI yang panutan bagi pelaku ekonomi nasional.
bekerja ke luar negeri. Hal ini Koperasi di Indonesia telah mendapatkan
mengindikasikan bahwa Desa Migran legitimasi formal dalam produk perundang-

138
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

undangan sebagaimana diamanatkan dalam mampu menarik minat masyarakat untuk tidak
Undang-undang Dasar 1945, terutama pasal 33 bekerja sebagai TKI ke luar negeri. Beberapa
beserta penjelasannya. alasan mengapa banyak penduduk Indonesia
Prinsip ekonomi kerakyatan yang berminat untuk menjadi TKI antara lain
merupakan sistem perekonomian untuk disebabkan tingginya tingkat kemiskinan di
mewujudkan kedaulatan rakyat di bidang wilayah Desa Migran Produktif, adanya
ekonomi, dengan prinsip bahwa perekonomian dorongan dari teman terdekat yang biasanya
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas terjadi pada TKI remaja serta keterbatasan
azas kekeluargaan. Ekonomi kerakyatan juga modal untuk membuka usaha sendiri. Dengan
menginginkan terciptanya kemakmuran rakyat. bekerja menjadi TKI, mereka beranggapan
Prinsip-prinsip ekonomi kerakyatan tersebut, akan mendapatkan gaji yang cukup besar yang
seluruhnya terkandung dalam Koperasi. Dalam dapat dikumpulkan untuk menjadi modal usaha
kaitannya dengan ekonomi kerakyatan, di dalam negeri.
kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan Masyarakat desa membutuhkan sarana
oleh semua warga masyarakat dan untuk warga untuk mendukung ekonomi desa agar dapat
masyarakat, sedangkan pengelolaannya di tumbuh dan berkembang dengan cepat.
bawah pimpinan dan pengawasan anggota Perkembangan ekonomi desa dapat
masyarakat sendiri. Prinsip ekonomi memberikan peluang berusaha bagi
kerakyatan tersebut hanya dapat masyarakat desa dan menekan jumlah
diimplementasikan dalam wadah koperasi masyarakat miskin di desa. Beberapa jenis
yang berazaskan kekeluargaan. Hal ini sarana ekonomi yang ada di Desa Migran
menunjukan bahwa koperasi memiliki peranan Produktif antara lain industri mikro, pabrik,
dalam ekonomi kerakyatan karena koperasi pertokoan, pasar permanen, pasar semi
merupakan satu-satunya bentuk perusahaan permanen, pasar tanpa bangunan, restoran,
yang sesuai dengan ekonomi kerakyatan. warung makan/minum, obyek wisata, toko
Peranan koperasi dalam ekonomi kelontong serta hotel/penginapan.
kerakyatan, dapat dilihat dari penjabaran yang Keberadaan industri mikro dan pabrik,
lebih terperinci mengenai pengertian koperasi memegang peranan penting untuk
di Indonesia (Asril dan Azmansyah, 2013). berkontribusi dalam pengembangan wilayah
Pengertiannya yaitu: (a) Koperasi didirikan desa. Pada satu sisi, keberadaan serta
berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan banyaknya industri mikro dan pabrik, sangat
diantara para anggotanya. Kebutuhan yang bermanfaat dalam menciptakan ragam pasar
sama ini kemudian diusahakan pemenuhannya baru, meningkatkan kesempatan kerja dan
melalui pembentukan perusahaan. Dengan meningkatkan hasil produksi. Pada sisi lain,
adanya perusahaan yang dimilki secara tempat-tempat perbelanjaan merupakan hal
bersama-sama, maka diharapkan kebutuhan penting lainnya dalam mendukung
tersebut dapat dipenuhi dengan cara yang lebih pertumbuhan dan pengembangan ekonomi
baik dibandingkan dengan dilakukan oleh desa. Tempat perbelanjaan berperan sebagai
masing-masing anggota secara perorangan; (b) tempat dilakukannya aktivitas ekonomi seperti
Koperasi didirikan berdasarkan kesadaran transaksi ekonomi, kegiatan konsumsi, dan lain
mengenai keterbatasan akan kemampuan. Oleh sebagainya. Kelompok pertokoan, pasar, dan
karena itu, dipandang perlu untuk menyatukan toko/warung kelontong adalah tiga tempat
diri demi kepentingan bersama yang lebih perbelanjaan dasar bagi masyarakat desa.
besar lagi. Usaha tersebut dilandasi oleh suatu Selanjutnya, melalui data pada Tabel 3
cita-cita yang luhur untuk menolong diri dapat diketahui bahwa banyaknya penduduk
sendiri atas dasar keyakinan akan harga diri, usia produktif (X15) berpengatuh positif
kesadaran pribadi serta rasa setia kawan. terhadap jumlah TKI yang bekerja ke luar
Melalui data pada Tabel 3, dapat negeri. Desa yang memiliki sumber daya
diketahui bahwa banyaknya jenis sarana manusia atau tenaga kerja yang besar, dapat
ekonomi yang ada di desa (X13) berpengaruh dimanfaatkan untuk mempercepat proses
positif terhadap jumlah TKI yang bekerja ke pembangunan. Sumber daya manusia yang
luar negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa melimpah dan didukung oleh sumber daya
pembangunan sarana ekonomi dengan alam yang juga melimpah merupakan modal
berbagai fasilitas yang ada, masih belum yang sangat besar bagi desa untuk mengejar

139
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

ketertinggalannya pembangunan. Hal ini akan sudah berkeluarga. Sebagian diantara mereka
dapat terwujud apabila pengelolaan sumber berasal dari keluarga yang kurang mampu
daya manusia dan sumber daya alam yang ingin mengubah nasib keluarganya.
terlaksana dengan baik, terjadi perimbangan Adanya keinginan untuk memutus rantai
antara tingkat pendidikan ataupun keahlian kemiskinan secara pintas serta keinginan untuk
yang dimiliki oleh tenaga kerja dan meningkatkan taraf kehidupan rumah
ketersediaan lapangan kerja. tangganya membuat para tenaga kerja di desa
Namun masalah mulai akan muncul semakin tertarik menjadi TKI ke luar negeri.
apabila terdapat kesenjangan antara jumlah Variabel berikutnya yang dapat
tenaga kerja yang besar dengan minimnya mempengaruhi banyaknya TKI bekerja ke luar
ketersedian lapangan kerja yang ada di desa. negeri adalah variabel kewilayahan (X18).
Dengan kata lain lapangan kerja yang ada tidak Dalam penelitian ini, variabel kewilayahan
mampu menampung tenaga kerja yang merupakan variabel dummy dengan
tersedia, sehingga menyebabkan semakin membedakan antara wilayah jawa dan luar
meningkatnya jumlah pengangguran yang akan jawa. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat
membawa dampak negatif. Oleh karena itu, diketahui bahwa wilayah jawa memberikan
wajar apabila desa yang memiliki sumber daya pengaruh positif terhadap banyaknya TKI
manusianya dengan usia produktif untuk bekerja ke luar negeri bila dibandingkan
mencari kerja ke luar negeri untuk dengan wilayah luar jawa. Dinamika spasial
mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang pembangunan di Indonesia masih
lebih baik sebagai TKI. memperlihatkan ketidakseimbangan antara
Menurut Sirait dan Marhaeni (2013), Jawa dan luar jawa. Pertumbuhan ekonomi
pengangguran didefinisikan sebagai seseorang yang tinggi, secara nasional masih belum
yang tergolong dalam angkatan kerja dan mampu mengatasi sepenuhnya permasalahan
secara aktif mencari pekerjaan pada suatu kesenjangan antar daerah (Bhinadi, 2003).
tingkat upah tertentu, tetapi tidak memperoleh Disparitas pertumbuhan regional menjadi
pekerjaan yang diinginkan. Pengangguran penyebab kesenjangan antar daerah yang
yang tinggi membawa dampak buruk bagi semakin meningkat.
perekonomian, inidvidu dan masyarakat, yang Pertumbuhan ekonomi diperlukan
menyebabkan masyarakat tidak dapat guna meningkatkan kekayaan suatu wilayah.
memaksimumkan kesejahteraan yang mungkin Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi
dapat dicapai. Pengangguran membawa salah satu tujuan dari pembangunan suatu
masalah bagi setiap negara. Negara manapun wilayah. Pertumbuhan ekonomi, selain
di dunia ini baik yang dikategorikan negara meningkatkan kekayaan suatu wilayah juga
maju maupun negara sedang berkembang, berpotensi untuk menurunkan kemiskinan dan
senantiasa menghadapi masalah pengangguran. mengatasi permasalahan-permasalahan sosial
Perbedaannya di negara berkembang tidak lainnya. Menurut Bhinadi (2003), pemerataan
mampu memberikan tunjangan kepada warga yang paling penting dilakukan adalah
negaranya yang menganggur, sedangkan di pemerataan kapital, diikuti pemerataan kualitas
negara maju mereka mampu memberikan sumber daya manusia di jawa dengan luar
jaminan tersebut. jawa. Penyebab ketimpangan antara jawa dan
Berbagai cara dalam mengatasi luar jawa terjadi karena perbedaan dalam hal
permasalahan pengangguran sudah ditempuh pertumbuhan kapital, pertumbuhan tenaga
oleh pemerintah namun masalah tersebut kerja dan pertumbuhan kualitas sumber daya
belum mampu untuk diselesaikan. Masalah manusia. Pemerataan modal fisik mutlak perlu
pengangguran sangat penting untuk dilakukan agar tidak terjadi bias pembangunan
diperhatikan karena pengangguran memiliki pada daerah-daerah tertentu yang akan
potensi menimbulkan gejolak sosial, politik mengakibatkan ketimpangan antar wilayah
dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran semakin tinggi. Akumulasi modal fisik lebih
merupakan suatu pemborosan. Selain untuk banyak di wilayah jawa sehingga untuk
mengurangi pengangguran, menjadi TKI ke mendorong pertumbuhan wilayah luar jawa,
luar negeri merupakan salah satu pilihan yang akumulasi modal fisik juga perlu diarahkan ke
menjanjikan bagi sebagian besar warga desa, luar Jawa.
baik yang belum berkeluarga maupun yang

140
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

Pemerintah masih belum dapat awalnya dipandang sebagai tanda kegagalan


menyediakan lapangan pekerjaan bagi atau kemunduran suatu negara dalam
penduduk usia produktif, sehingga walaupun memenuhi kebutuhan rakyatnya terhadap pasar
pembangunan di wilayah jawa lebih pesat kerja, kemudian dipercaya menjadi salah satu
dibandingkan luar jawa, namun penduduk desa usaha pembangunan dalam mengurangi tingkat
di wilayah jawa memiliki kecenderungan lebih kemiskinan dan pengangguran. Kesulitan
banyak memilih bekerja ke luar negeri. Hal ini ekonomi, sempitnya lapangan pekerjaan dan
diperlihatkan dari Tabel 3 bahwa wilayah jawa upah yang relatif rendah di tempat asal,
memberikan pengaruh positif terhadap mendorong penduduk untuk mencari
banyaknya TKI bekerja ke luar negeri bila penghasilan ke negara maju meskipun tanpa
dibandingkan dengan wilayah luar jawa. Para bekal keahlian, persiapan, dokumen yang
pencari kerja dan keluarganya berharap dengan memadai. Sebagian besar TKI bekerja ke luar
bekerja ke luar negeri sebagai TKI, akan negeri, umumnya terdorong oleh upah yang
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas relatif tinggi dibanding upah yang diterima di
kehidupan mereka. Sikap tersebut merupakan negara asal. Faktor pendorong dan penarik ini
konsekuensi logis. Bekerja ke luar negeri sebenarmya merupakan hukum ekonomi yang
merupakan pilihan bagi penduduk desa ketika wajar jika prosesnya dilalui berdasarkan
lapangan pekerjaan di dalam negeri tidak kriteria yang dibutuhkan.
cukup tersedia. Indonesia menghasilkan angkatan
Minat masyarakat untuk bekerja di kerja yang melimpah tiap tahunnya. Menurut
luar negeri dari tahun ke tahun semakin Bank Dunia, selama periode 2013–2020,
meningkat. Jumlah pencari kerja yang jumlah penduduk dengan usia kerja akan naik
berminat dan mendaftarkan diri untuk bekerja sebesar 14,8 juta sehingga mencapai 189 juta
ke luar negeri semakin banyak, bahkan ketika orang. Pada saat ini, sekitar 50 persen
dikeluarkan kebijakan moratorium pengiriman penduduk berusia di bawah 30 tahun. Untuk
tenaga kerja Indonesia ke luar negeri (TKI). menciptakan lapangan kerja bagi tambahan
Permasalahan TKI saat ini memang sangat angkatan kerja tersebut, perlu dilakukan
kompleks sehingga perlu adanya solusi. percepatan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Solusinya adalah dengan melakukan Apabila rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam
koordinasi dari semua stakeholder baik dari periode 2013–2020 sebesar 6,5%, maka
pihak pemerintah maupun swasta di tingkat lapangan kerja yang tercipta sekitar 12,4 juta.
pusat dan daerah. Sementara jika tumbuh hanya rata-rata 5%
Bila diperhatikan lebih jauh, kondisi pertahun, maka tercipta lapangan kerja
ekonomi memang menjadi alasan utama yang sebanyak 10,2 juta. Hal ini menunjukkan ada
mendorong seseorang bekerja ke luar negeri. 2,2 juta lapangan kerja baru apabila
TKI bekerja ke luar negeri dengan tujuan pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dari
utama yaitu untuk mencari modal, membuat 5% menjadi 6,5% dalam periode 8 tahun
rumah, biaya pendidikan anak atau biaya untuk mendatang.
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih Analisis tersebut menunjukkan masih
tinggi. Hal yang menjadi tujuan pokoknya cukup besarnya kemungkinan peningkatan
adalah untuk mengubah taraf hidup menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) untuk bekerja ke
lebih baik dan lebih sejahtera. Memang harus luar negeri dalam beberapa tahun ke depan
diakui bahwa TKI memiliki peran strategis apabila pertumbuhan ekonomi berjalan lambat
bagi bangsa Indonesia, karena secara nyata sebagaimana telah berlangsung selama
mereka memberikan manfaat bagi beberapa tahun ini. Dengan melihat struktur
pertumbuhan ekonomi. Keberadaan TKI tenaga kerja yang masih banyak didominasi
menyumbang terhadap pendapatan negara dari oleh pekerja dengan pendidikan SD dan SMP,
pungutan pajak, remitansi dan beberapa bentuk maka penempatan TKI yang kini sebagian
sumbangsih lainnya. bekerja di sektor rumah tangga mungkin akan
Migrasi tenaga kerja dipandang tetap terus berlangsung dalam jangka
sebagai proses yang tidak terpisahkan dari menengah mendatang. Permasalahan TKI
pembangunan, dengan menjadikan migrasi seperti penempatan yang ilegal, masa kerja
tersebut potensi positif dalam mendorong yang lewat kontrak, dan pemulangan paksa
pembangunan. Migrasi tenaga kerja yang pada

141
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

oleh negara penerima mungkin masih akan penurunan terhadap TKI untuk bekerja ke
menjadi agenda kerja pemerintah mendatang. luar negeri.
Perkembangan zaman serta tingginya 2. Banyaknya jenis sarana ekonomi yang ada
kebutuhan hidup di desa, mengakibatkan di desa migran produktif (X13),
banyak generasi muda berbondong-bondong berpengaruh positif terhadap TKI untuk
bekerja ke luar negeri untuk mencari nafkah. bekerja ke luar negeri. Kondisi demikian
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah mengindikasikan bahwa pembangunan
berusaha menciptakan peluang kerja baru di sarana ekonomi dengan berbagai fasilitas
berbagai bidang, tetapi tetap saja peluang yang ada, masih belum mampu menarik
tersebut belum dapat menampung minat masyarakat untuk tidak bekerja
melimpahnya pencari kerja yang dari waktu ke sebagai TKI ke luar negeri.
waktu terus bertambah. Program Desa Migran 3. Banyaknya penduduk usia produktif (X15),
Produktif, merupakan terobosan dalam berpengaruh positif terhadap banyaknya
memberdayakan, meningkatkan perlindungan TKI bekerja ke luar negeri. Semakin
dan pelayanan terhadap TKI, calon TKI, banyak penduduk usia produktif di desa
keluarga TKI pada desa yang menjadi kantong migran produktif, akan semakin banyak
TKI. Kunci keberhasilan Program Desmigratif TKI bekerja ke luar negeri.
terletak pada keberhasilan pimpinan desa, baik 4. Variabel wilayah (X18), berpengaruh
formal maupun informal, dalam menggerakkan positif terhadap banyaknya TKI bekerja ke
inisiatif masyarakat desa, baik secara mandiri luar negeri. Desa di Wilayah Jawa
maupun dengan didukung oleh memiliki kecenderungan lebih banyak
kementerian/lembaga/BUMN/BUMD/Asosiasi penduduknya yang bekerja sebagai TKI ke
Pengusaha/Perguruan Tinggi/Lembaga luar negeri.
Swadaya Masyarakat dan institusi lainnya. Desmigratif perlu dikembangkan
Dengan demikian, tidak dapat diabaikan untuk memberikan pelayanan informasi agar
tentang pentingnya fasilitasi penyiapan tidak terjadi TKI ilegal. Selain itu, koperasi,
mekanisme koordinasi antar sarana dan prasarana desa juga perlu
kementerian/lembaga untuk mendukung dikembangkan untuk mengaktifkan
Program Desmigratif tersebut. perekonomian desa. Pemahaman terhadap
potensi desa serta kemampuan untuk
KESIMPULAN mentransformasikan sumberdaya yang ada
Program Desa Migran Produktif pada demi kemajuan dan kesejahteraan penduduk,
dasarnya merupakan penanganan desa yang perlu ditingkatkan sehingga pembangunan di
menjadi kantong TKI secara terpadu dengan desa migran produktif dapat berjalan efektif.
melibatkan kementerian/lembaga terkait. Pemerintah desa harus memiliki keseriusan
Program ini membutuhkan keterlibatan dalam membuat kebijakan pembanguan untuk
pemangku desa masing-masing. Pembentukan mendukung program pemberdayaan
Desmigratif merupakan salah satu solusi dan masyarakat, agar masyarakat betah tinggal di
bentuk kepedulian serta kehadiran negara desa, mendapat pekerjaan atau usaha ekonomi,
dalam upaya meningkatkan pelayanan memiliki pendapatan dan sejahtera, sehingga
perlindungan kepada calon TKI, TKI dan tidak meninggalkan desanya untuk bekerja ke
anggota keluarganya yang bersifat luar negeri menjadi TKI.
terkoordinasi dan terintegrasi antar Selain melibatkan delapan
kementerian/lembaga dan pemangku kementerian seperti Kementerian
kepentingan lainnya. Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan,
Berdasarkan hasil analisis mengenai Kementerian Komunikasi dan Informatika,
karakteristik desa dan uji hipotesis dalam Kementerian Desa Pembangunan Daerah
penelitian ini, dapat diketahui bahwa : Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian
1. Keberadaan koperasi (X6) di desa kantong Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
TKI berpengaruh negatif terhadap Kementerian Pariwisata, Kementerian BUMN
banyaknya TKI yang bekerja ke luar serta Kementerian Pemuda dan Olahraga,
negeri. Dengan adanya koperasi di desa Program Desa Migran Produktif juga perlu
migran produktif, memiliki kecenderungan melibatkan pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, pemerintah desa, pihak

142
Jurnal Ketenagakerjaan
Vol. 13 No. 2, Edisi Juli – Desember 2018 ISSN : 1907 - 6096

swasta, perguruan tinggi, mitra lokal,


perbankan, dan lembaga swadaya masyarakat.
Semua stakeholder dalam program ini perlu
bekerjasama dalam melakukan identifikasi
masalah, pemetaan potensi sumber daya alam,
manusia, budaya, dan ekonomi desa untuk
dijadikan modal bagi pembangunan desa
migran produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Asril dan Azmansyah. 2013. Strategi


Pengembangan Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (UKM) di Provinsi Riau. Jurnal
Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. Vol.20,
No.1, hal. 105-132.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan


Badan Pusat Statistik. 2015. Indeks Pembangunan
Desa 2014 “Tantangan Pemenuhan Standar
Pelayanan Minimum Desa”. Bappenas dan BPS.
Jakarta.

Bhinadi, A. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Jawa


Dengan Luar Jawa. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Vol.8, No.1, hal. 39-48.

Haeruman. 1997. Kajian Pembangunan Ekonomi


Desa Untuk Mengatasi Kemiskinan. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.

Latifah, W. dan E.R. Rahadjeng. 2016. Analisis


Sumber Daya Pada Daerah Pengiriman TKI di
Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.
Malang.

Massey, D.S., J. Arango, G. Hugo, A.Kouaouci.


1993. Theories of International Migration.
Population and Development Review. Vol.19,
No.3, pp 431-466.

Pasaribu, V.A.R. 2007. Pembangunan Ekonomi


Pedesaan. Universitas HKBP Nommensen. Medan.

Sirait, N. dan A.Marhaeni. 2013. Analisis Beberapa


Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah
Pengangguran Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana. Vol.2, No.2, hal.108-118.

Stark, O dan D.E. Bloom. 1985. The New


Economics of Labor Migration. American
Economic Review. Vol.75, No.2, pp 173-178.

143

You might also like