You are on page 1of 16

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 629-644

Al-Qur’an dan Pengentasan Kemiskinan


Lukman Hakim1), Ahmad Danu Syaputra2)
1
Pengurus Yatim Mandiri
2
Iinstitu Agama Islam Negeri (IAIN) Curup
*Email korespondensi: ahmaddanusyaputra89@gmail.com

Abstract
Based on empirical facts about the problem of poverty in the world, Islamic countries or countries with a majority
of Muslim population receive a lot of attention. research conducted by Dr. Nabil Subhi Ath-Thawil found that 30
of the 36 poorest countries in Asia and Africa are predominantly Muslim. So it is not surprising that Islam is often
associated with negative things such as poverty, ignorance and poverty. From here the author is interested in
studying how the Al-Quran is the source of Islamic teachings in responding to the problem of poverty. It begins
with a discussion of the meaning of faqir and poverty in the Qur'an, then continues with the background of the
emergence of the problem of poverty according to the view of the Qur'an and finally the solution offered by the
Koran. The method used in this research uses a qualitative approach with an interpretive design, namely the
thematic interpretation steps by 'Abd al-Hayy al-Farmawi on the verses of the Koran and Hadith that examine
the problem of poverty, besides that it also adds to the views of the tafsir scholars. about these verses. The sources
in this study use the verses of the Qur'an as the primary source and the traditions of the Prophet, commentaries,
as well as the works of scholars and other scholars relating to the topic of discussion as secondary sources. Then
the Qur'an in describing the background of the emergence of the problem of poverty is more directed at human
error itself (human error). Regarding the attitude of life that is embedded in them such as being lazy and working
not seriously, extravagant and excessive, stingy and reluctant to share with others, greedy in looking for wealth
that causes damage on earth, and the existence of systems and structures built on a society that is far from the
values of justice and full of discrimination and exploitation. Meanwhile, the solution to the al-Qur'an takes three
routes. First, it is aimed at the personal of the Muslim community in providing guidance on the attitudes of life
and behavior that should be instilled. Second, it is aimed at the personal of Muslims in general, and especially
for the community to get used to sharing and giving gifts to people in need. Third, it is aimed at leaders or rulers
to uphold justice and a social structure that is built free from oppression, exploitation, and the concentration of
wealth in a few people.

Keywords: Al-Qur'an, kemiskinan

Saran sitasi: Hakim, L., & Syahputra, A. D. (2020). Al-Qur’an dan Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 6(03), 629-644. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i3.1310

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i3.1310

1. PENDAHULUAN yang berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan


Kemiskinan meruapakan masalah yang dialami gizi; rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan
oleh negara maju maupun negara berkembang. Hanya kekurangan akses kepada pendidikan dan layanan-
saja tingkat kemiskinan penduduk di negara layanan pokok lainnya; kondisi tidak wajar dan
berkembang lebih tinggi ketimbang di negara maju. kematian akibat penyakit yang terus meningkat;
Dalam Konferensi Dunia (World Summit for kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang
Social Development) pada bulan Maret 1995, tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; serta
dirumuskanlah definisi kemiskinan secara jelas dan diskriminasi dan keterasingan sosial. Kemiskinan
gamblang beserta kriteria-kriteria yang terdapat di juga dicirikan oleh rendahnya tingkat partisipasi
dalamnya. “Kemiskinan memiliki wujud yang dalam proses pengambilan keputusan dan dalam
mejemuk, termasuk rendahnya tingkat pendapatan kehidupan sipil (United Nations, 2001).
dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 630
Sebuah hasil survei yang baru-baru ini dilakukan termasuk masalah kemiskinan. Hanya sekarang
menjelaskan bahwa masalah kemiskinan menjadi bagaimana umat Islam mampu mengumpulkan
masalah paling serius yang dihadapi oleh masyarakat petunjuk-petunjuk Ilahi yang tersebar di dalam al-
dunia dibandingkan dengan masalah yang lainnya. Qur’an dan al-Hadits, kemudian meramunya kembali
Begitu pun di Indonesia, sampai detik ini kemiskinan kedalam bentuk langkah-langkah teknis dan konkrit
menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai. sesuai dengan konteks dan dinamika masyarakat saat
Berdasarkan hasil survei terbaru yang dilakukan ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) didapati bahwa penduduk Berawal dari keyakinan bahwa al-Qur’an
miskin di Indonesia sampai dengan tahun 2019 merupakan kitab suci dan pedoman hidup umat Islam
berjumlah 25,95 juta orang (9,82 persen) (BPS, 2018). tentunya menyimpan solusi dari segala permasalahan
Angka-angka di atas bukanlah angka yang sedikit, umat yang terjadi. Dari sinilah penulis tertarik untuk
kemiskinan dan kelaparan yang diderita oleh jutaan menelusuri ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang
orang di Indonesia, bahkan miliaran orang di dunia mengandung petunjuk Ilahiyyah di dalam
menuntut disegerakannya solusi dari masalah tersebut. menyelesaikan masalah kemiskinan. Karena itulah
Kerena itu sudah semestinya penanggulangan penulis menempuh penelitian ini dengan metode
kemiskinan menjadi kata kunci bagi semua pihak, penafsiran secara tematis bagaimana Al-Qur’an
bukan hanya di tingkat nasional tapi di tingkat menawarkan solusi untuk mengentaskan kemiskinan?.
internasional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Pada tingkat internasional, para pemimpin negara mengetahui petunjuk al-Qur’an dalam memberikan
berkumpul pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) solusi dari permasalahan kemiskinan.
Millenium tahun 2000 yang dilaksanakan di New
York. Pada konferensi tersebut mereka menetapkan 2. PEMAKNAAN MISKIN DALAM AL-
upaya pengurangan separuh kemiskinan yang terjadi QUR’AN
di dunia sebagai tujuan dari pembangunan Millenium Lafadz miskin merupakan ism masdar yang
(Millenium Development Goals/MDGs) yang harus berasal dari sakana-yaskunu-sukun/miskin. Dilihat
dicapai pada tahun 2015 yang akan datang (Hadad, dari asalnya sakana-sukun, kata ini memiliki makna
2003). Sedangkan pada tingkat nasional, Indonesia diam, tetap atau reda. Al-Isfahani dan Ibn Manzur
telah lama memberikan perhatian khusus untuk mengartikan kata ini sebagai “tetapnya sesuatu
menanggulangi masalah kemiskinan. Hal ini dapat setelah ia bergerak”. Di samping itu juga bisa
dilihat dari beberapa pasal yang ada pada UUD 1945. diartikan “tempat tinggal”. Jika dilihat dari makna
Lalu bagaimana respon Islam terhadap masalah aslinya yang berarti “diam”, maka apabila ditarik arti
kemiskinan ini ?. Hingga saat ini Islam sering secara istilah yaitu orang yang tidak dapat
mendapat citra negatif soal kemiskinan. Islam sering memperoleh sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
dilekatkan dengan kondisi kemiskinan umatnya, hidupnya dan diamnya itulah yang menyebabkan
bahkan sering dituding sebagai penyebab kemiskinan. kefaqirannya. Ia tidak dapat memperoleh sesuatu
Dan sayangnya fakta dan data menunjukkan hal dikarenakan ia tidak bergerak atau tidak ada kemauan
tersebut, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan atau peluang untuk bergerak (QS. al-Kahfi: 79)
oleh Dr. Nabil Subhi Ath-Thawil, beliau mencoba (Sahabuddin, 2007).
memaparkan masalah kemiskinan dan Di dalam Qamus al-Muhit kata miskin diartikan
keterbelakangan yang dialami oleh negara-negara dengan orang yang tidak memiliki sesuatu, atau
muslim. Pada penelitian tersebut beliau menyatakan memiliki sesuatu tetapi tidak mencukupinya, atau
bahwa 30 dari 36 negara termiskin di Asia dan Afrika orang yang dibuat diam oleh kefaqiran. Dan dapat
sebagian besar penduduknya beragama Islam (Nabil, juga diartikan dengan orang yang hina dan lemah
1993). Inilah yang menjadi tantangan umat Islam saat (Majd). Sedangkan kata miskin di dalam kamus Lisan
ini, bagaimana Islam mampu memperbaiki citranya di al-‘Arab diartikan sebagai orang yang tidak memiliki
mata dunia dan kembali memimpin peradaban dunia. apa-apa, dan ada juga yang mengatakan, miskin
Saat ini perlu kiranya umat Islam kembali kepada adalah orang yang tidak memiliki sesuatu yang dapat
sumber ajarannya yang terdapat di dalam al-Qur’an mencukupi kebutuhan hidupnya (Manzur, 2019).
dan al-Hadis. Pada kedua sumber tersebut terkandung
sistem nilai dan solusi atas segala permasalahan umat,

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 631
3. MUNCULNYA MASALAH KEMISKINAN mencari rezeki yang tersebar di muka bumi (QS. al-
DALAM AL-QURAN Taubah: 105, QS. al-Mulk: 15).
Penjelasan al-Qur’an di dalam memaparkan latar b. Boros dan berlebih-lebihan
belakang penyebab munculnya masalah kemiskinan Sikap boros dan berlebih lebihan dapat
tentunya berbeda dengan pemaparan analisis para menyebabkan pelakunya terjerumus kedalam
pakar sosial. Jika para pakar sosial membagi faktor masalah kemiskinan, karena itu di dalam al-Qur’an
penyebab dan bentuk-bentuk kemiskinan ini terbagi Allah melarang umat Islam untuk bersikap boros,
menjadi tiga, kemiskinan natural, kemiskinan kultural, menghambur-hamburkan harta, serta berlebih-lebihan
dan kemiskinan struktural, lain halnya dengan al- sebagaimana firman Allah dalam surat al-Isra: 26-27,
Qur’an. Dalam al-Qur’an, Allah SWT tidak pernah dan surat al-‘Araf: 31.
menjelaskan bahwa kemiskinan yang menimpa umat c. Kikir dan enggan berbagi dengan sesama
manusia disebabkan karena tidak adanya sumber daya Ayat Al-Quran banyak memerintahkan untuk
yang memadai (kemiskinan natural). Mengenai berbagi dan bersedekah, serta larangan untuk bersikap
Sumber Daya Alam (SDA), al-Qur’an telah kikir, sebagaiman di dalam al-Qur’an surat al-Isra ayat
menjelaskan bahwa Allah SWT telah memberikan 29 dan surat al-Nahl ayat 27
segala fasilitas yang mencukupi untuk kebutuhan Namun di dalam bersedekah al-Qur’an pun
hidup manusia, dan menjadikan bumi ini mudah untuk memberikan petunjuk agar sedekah itu dilakukan
dimanfaatkan oleh manusia (QS. Al-Mulk: 15). Jadi secara wajar, tidak terlalu kikir dan tidak pula terlalu
jika dengan segala fasilitas dan sarana yang telah berlebihan (QS. al-Furqan: 67).
Allah berikan tersebut, manusia masih saja d. Serakah di dalam mencari harta sehingga
terbelenggu dalam masalah kemiskinan, maka faktor memunculkan kerusakan di muka bumi.
penyebab utamanya adalah dari manusia itu sendiri. keserakahan telah membuat manusia lupa akan
Berikut ini, isyarat al-Qur’an yang membicarakan keseimbangan alam yang harus dijaga, daratan dan
tentang faktor penyebab kemiskinan yang dialami lautan dieksploitasi secara besar-besaran sehingga
umat manusia. menyebabkan kerusakan alam. Dari kerusakan alam
a. Malas dan tidak sungguh-sungguh di dalam ini secara langsung dapat merugikan banyak orang
berusaha. yang bergantung kepada alam dan otomatis
Memang al-Qur’an tidak pernah menyebutkan berdampak kepada berkurangnya penghasilan yang
malas secara langsung sebagai faktor penyebab mereka dapat. Karena itu al-Qur’an melarang
kemiskinan, kata malas (kaf-sin-lam) dalam al-Qur’an eksploitasi besar-besaran terhadap alam sehingga
hanya terdapat pada dua surat saja (QS. al-Nisa: 142 menyebabkan keseimbangan alam terganggu. Di
dan al-Taubah: 45), dan keseluruhannya berbicara dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa telah nampak
tentang sifat orang munafiq yang apabila mereka kerusakan di daratan dan di lautan kerena ulah tangan
mendidirakn shalat, mereka melaksanakannya dengan manusia (QS. al-Rum: 41).
malas dan berat. Namun pada beberapa ayat yang e. Sistem dan struktur yang dibangun pada suatu
lainnya, banyak perintah Allah agar umat Islam masyarakat yang jauh dari nilai-nilai keadilan
bekerja dan berusaha, serta mengeluarkan segenap dan penuh dengan diskriminasi dan eksploitasi
potensi yang dimiliki dalam keadaan apapun sehingga Al-Qur’an menjelaskan bahwa salah satu
dapat terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. penyebab munculnya masalah kemiskinan di tengah-
Isyarat ini nampak jelas ketika mengkisahkan Maryam tengah umat manusia disebabkan karena adanya
melahirkan Nabi Isa. Maryam diperintahkan untuk perlakuan dzalim dan ketidakadilan yang dilakukan
menggoyangkan pohon kurma agar buahnya yang oleh manusia terhadap manusia lainnya. Dengan kata
ranum dapat berguguran meskipun ia dalam keadaan lain munculnya kemiskinan ini dikarenakan sistem yg
yang sedang lemah (QS. Maryam: 22-26). Hikmah berlaku pada suatu masyarakat yang menyebabkan
dari kisah Maryam di atas adalah bahwa meskipun seseorang atau sekelompok orang tidak berdaya di
seseorang berada dalam keadaan lemah sekalipun dalam melepaskan diri dari belenggu kemiskinan Hal
maka hendaklah ia tetap memaksimalkan potensi yang ini dapat dilihat pada beberapa ayat di dalam al-
ada di dalam dirinya dan tidak berputus asa dari rahma Qur’an ketika memaparkan kisah-kisah umat
Allah. Di samping itu banyak perintah di dalam al- terdahulu, khususnya perlawana para Nabi terhadap
Qur’an agar umat Islam mau berkerja dan berusaha pengusa yang dzalim pada masing-masing zaman.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 632
Pendekatan yang dipakai al-Qur’an adalah ‘pendusta agama’ bagi mereka yang mencampakkan
dengan menggambarkan para penguasa, pemimpin anak yatim dan tidak menyantuni faqir miskin.
dan siapa saja yang menentang ajaran Nabi sebagai Al-Qur’an juga secara tegas mengecam
orang- orang yang sombong dan mabuk kekuasaan penumpukan harta dan sifat sombong yang dapat
(mustakbirin) (Asghar, 1999). Digambarkan di dalam membawa pelakunya ke neraka (QS. al-Humazah:
al-Qur’an para Nabi Allah yang mayoritas berasal dari 1-4).
rakyat lemah, berjuang demi membebaskan mereka Ditambah lagi penjelasan al-Qur’an bagaimana
dari cengkraman para penindas yang biasanya datang seharusnya kekayaan itu dapat dinikmati oleh
dari para penguasa. Misalnya saja Nabi Musa yang masyarakat luas, tidak hanya terpusat pada segelintir
harus berhadapan dengan raja Fir’aun yang dzalim orang saja. (QS. al-Hasyr: 7)
untuk membebaskan bangsa Israel yang tertindas (QS Dari pemaparan ayat-ayat di atas dapat diketahui
al-‘Araf: 127), atau kisah Nabi Hud yang berhadapan bagaimana konsepsi Islam di dalam mengentaskan
dengan para pemuka kafir (QS. al-‘Araf: 66), dan kemiskinan yang disebabkan karena fakrtor struktur
masih banyak lagi kisah-kisah yang lainnya. yang berlaku pada suatu masyarakat.
Dari sini diketahui, bahwa pada dasarnya Islam Oleh karena itu masalah kemiskinan ini harus
memberikan suatu konsep masyarakat yang bebas dari dijawab dengan membangun struktur sosial yang
penindasan, dominasi, dan ketidakadilan. Dan al- bebas dari eksploitasi, penindasan dan konsentrasi
Qur’an dengan jelas berada di pihak masyarakat kekayaan pada segelintir tangan saja. Dalam sturktur
lemah dalam menghadapi para penindas (QS. al- sosial seperti ini terkandung nilai-nilai kebenaran
Kahfi: 79, QS. al-Hajj: 45) yang lainnya, yaitu keadilan dalam segala aspek, baik
Di samping itu, al-Qur’an bukan hanya sosial, politik, hukum, dan ekonomi
mengecam dengan keras segala bentuk penindasan,
eksploitasi, dan arogansi kekuasaan, tetapi juga 4. SOLUSI TERHADAP MASALAH
memerintahkan kepada orang beriman untuk membela KEMISKINAN
dan menyelamatkan golongan lemah dan tertindas Di dalam memberikan solusi dari permasalahan
(QS. al-Nisa: 75) kemiskinan, al-Qur’an memang tidak menjabarkan
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa tidak akan secara detail dengan memberikan operasional yang
ada kota atau negeri yang bertahan jika di dalamnya terperinci. Namun al-Qur’an telah memberikan
berlangsung ketidakadilan dan eksploitasi. petunjuk dan beberapa anjuran agar umat Islam dapat
Sebagaimana firman-Nya: melepaskan diri dari masalah kemiskinan.
“Berapalah banyaknya kota yang kami telah Petunjuk yang diberikan tersebut merupakan
membinasakannya, yang penduduknya dalam konsep ideal yang seharusnya dijalankan oleh umat
keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu manusia baik sebagai personal individu ataupun
roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa sebagai makhluk sosial. Sayangnya pada realita
banyak pula) sumur yang Telah ditinggalkan dan kehidupan saat ini, konsep ideal yang tersebar di
istana yang tinggi (QS. al-Hajj: 45) dalam kitab suci al-Qur’an dan sabda Nabi belum
Melihat bagaimana respon Islam di dalam mampu diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan
menumbangkan ketidak adilan, dan segala masyarakat, sehingga menimbulkan banyak
bentuk penindasan, perlu kiranya menyaksikan problematika kehidupan, salah satunya yakni
perjuangan Nabi Muhammad yang telah berhasil kemiskinan. Adanya jurang kesenjangan yang begitu
merubah struktur masyarakat yang penuh dengan lebar antara yang kaya dengan yang miskin.
ketidak adilan dan penindasan, dan menggantinya Secara garis besar, masalah kemiskinan
dengan masyarakat yang menjunjung tinggi keadilan. disebabkan oleh dua faktor. Pertama: adalah faktor
Perjuangan Nabi tersebut terekam pada beberapa individu yang terfokus pada permasalahan tingkah
ayat di dalam al-Qur’an, baik surat Makkiyah ataupun laku suatu individu, dan yang kedua faktor struktur
Madaniyyah. Misalkan saja pada surat al-Ma’un ayat sosial yang tidak kondusif di dalam memberikan
1-7, yang mencoba merespon kondisi dimana anak kesempatan pada seseorang untuk melepaskan diri
yatim dan faqir miskin tidak lagi dipedulikan. dari kemiskinan (Antonio, 2008). Dari kedua faktor
Sehingga pada ayat tersebut memberikan julukan tersebut maka diharapkan bahwa solusi yang muncul

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 633
haruslah komprehensif yang menyentuh seluruh Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa
elemen di dalam masyarakat. perubahan adalah sesuatu yang harus diusahakan oleh
Atas dasar itulah penulis mencoba untuk manusia, dan bukan sesuatu yang hanya ditunggu
membagi petunjuk al-Qur’an tersebut menjadi dua tanpa melakukan suatu usaha apapun. Begitupun
kategori. Pertama, petunjuk al-Qur’an yang ditujukan dalam masalah kemiskinan, seseorang tidak akan
kepada personal umat Islam tentang sikap hidup yang pernah bisa membebaskan diri dari belenggu
semestinya dijalani bagi kebaikan dirinya sendiri. Dan kemiskinan tanpa adanya usaha sedikit pun. Dan salah
kedua, petunjuk al-Qur’an tentang sikap dan prilaku satu bentuk usaha membebaskan diri dari belenggu
yang semestiya dilakukan terhadap orang lain kemsikianan adalah dengan bekerja keras, rajin, dan
a. Sikap dan Prilaku Terhadap Diri Sendiri tekun.
Terhadap individu umat Islam, al-Qur’an Beberapa lafadz pada ayat di atas menunjukkan
memberikan beberapa petunjuk dan sikap hidup yang bahwa yang dimaksud dengan perubahan adalah
semestinya dijalani agar dapat terbebas dari masalah perubahan kolektif yang bukan hanya terjadi pada satu
kemiskinan. Di antara petunjuk tersebut yaitu: atau dua orang saja, melainkan dapat dirasakan oleh
1) Anjuran Untuk Bekerja seluruh lapisan masyarakat. Sebagaimana penjelasan
Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang M Quraish Shihab bahwa pengganti nama pada kata
menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan anfusihim (diri-diri mereka) tertuju pada qaum
bumi langit dan seisinya dengan berbagai fasilitas (masyarakat) yang disebutkan sebelumnya. Ini berarti
berupa rezeki yang melimpah hingga dapat bahwa perubahan yang hanya terjadi pada satu-dua
mensejahterakan umat manusia. Bahkan Allah telah orang yang tidak mampu mengalirkan arus kepada
menjamin rezeki bagi binatang melata sekali pun. masyarakat, tidak mungkin dapat menghasilkan
Sebagaimana firman-Nya : perubahan masyarakat (M. Quraish Shihab, 1995).
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di Pada kesempatan yang lain Allah berfirman :
bumi melainkan Allah-lah yang memberi “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
binatang itu dan tempat penyimpanannya. dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. dan
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (QS. hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
Hud: 6)” dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15)
Namun rezeki yang telah Allah siapkan Allah atur sedemikian rupa untuk kemudahan dan
tersebut tidak dapat diperoleh tanpa ikhtiar, usaha kenyamanan hidup manusia (Sayyid, 2004). Di
dan kerja keras. Semua manusia terikat oleh samping itu, Allah SWT juga memerintahkan umat
sunnatullah tersebut. Bagi mereka yang bersungguh- Islam untuk bertebaran di muka bumi seusai
sungguh dan bekerja keras untuk mencari rezeki melaksanakan ibadah shalat jum’at untuk mencari
berupa harta kekayaan maka Allah akan karunia dan rezeki dan diiringi dengan perintah
memberikannya sekalipun ia orang kafir atau mengingat Allah SWT (al-Jumu’ah:10)
munafik. Begitu pun sebaliknya, meskipun ia orang Di samping penjelasan ayat al-Qur’an tentang
yang beriman kepada Allah dan dikenal sebagai ahli anjuran untuk bekerja keras, Nabi SAW juga
ibadah jika ia hanya berdiam diri dan tidak berusaha memberikan apresiasi yang besar kepada orang yang
bekerja dengan sungguh-sungguh maka ia tidak akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
pernah terbebas dari kemiskinan. dengan usahanya sendiri, sebagaimana sabdanya :
Oleh sebab itulah al-Qur’an pun menyeru umat “Tidak ada makanan yang dimakan seseorang
Islam agar berperan aktif di dalam memenuhi yang lebih baik dari makanan hasil kerjanya
kebutuhan hidupnya, bukan hanya bersikap sendiri. Sesungguhnya Nabi Dawud a.s makan
pasif dan berpangku tangan mengharapkan dari hasil kerjanya sendiri. (HR Bukhari)
pertolongan orang lain. Hal ini dapat dilihat pada Bahkan Allah SWT memberikan ampunannya
beberapa surat dalam al-Qur’an, di antaranya : bagi orang yang tidur terlelap dikarenakan kelelahan
“....Sesungguhnya Allah tidak mengubah di dalam mencari rezeki yang halal. Sebagaimana
keadaan sua tu kaum, sehingga mereka sabda Rasulullah SAW:
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri...” (QS. Al-Ra’d: 11)

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 634
Barang siapa tidur karena lelah mencari yang dan rezeki. Islam pun memberikan larangan keras bagi
halal, maka ia tidur mendapat ampunan Allah siapa saja yang hanya berpangku tangan
Pada suatu kesempatan Rasul memberikan mengharapkan pertolongan orang lain dengan cara
penjelasan tentang konsep tawakkal dalam Islam mengemis dan meminta-minta.
sebagaimana sabdanya: Pada suatu riwayat Rasulullah SAW bersabda:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah “Dan tidak seorang hamba pun yang membuka
dengan sungguh-sungguh tawakal kepada-Nya, pintu me minta-minta kecuali Allah membukakan
niscaya Dia memberi rezeki kalian sebagaimana untuknya pintu kemelaratan”
burung-burung diberi rezeki; pagi-pagi mereka “Seandainya kalian tahu apa cela yang niscaya
meninggalkan sarang dalam keadaan lapar, dan tidak ada seorang pun meminta sesuatu
sore hari pulang dalam keadaan kenyang”. kepadanya”
Dalam pandangan masyarakat pada umumnya Imam Nasai meriwayatkan dari ‘A’iz bin ‘Amr,
tawakkal sering kali dimaknai dengan pasrah dan bahwa seorang laki-laki datang menghadap Nabi
berserah diri pada Allah tanpa melakukan usaha meminta sesuatu kepadanya, lalu beliau pun memberi
apapun, padahal jika mengamati hadis Nabi di atas kepada orang tersebut. Tetapi ketika orang tersebut
terlihat jelas konsep tawakkal yang sesungguhnya melangkahkan kakinya menuju pintu, Rasulullah
yakni tawakkal haruslah diawali dengan bersabda :
ikhtiar/berusaha sungguh-sungguh kemudian baru “Sesungguhnya mengemis (meminta-minta
menyerahkan hasilnya kepada Allah. kepada manusia) adalah noda (aib dan cela)
Pemahaman inilah yang dipahami sahabat Umar yang diletakkan seseorang pada wajahnya. Dan
bin al-Khattab ketika memberikan teguran kepada barang siapa tidak suka, maka tinggalkanlah
orang yang membenamkan dirinya di dalam masjid, meminta-minta, kecuali (tidak mengapa)
dengan alasan bertawakkal kepada Allah. Umar seseorang yang meminta kepada penguasa, atau
berkata : meminta dalam hal yang ia sama sekali tidak bisa
“Janganlah sekali-kali di antara kalian, ada menghindari (terpaksa)”
yang duduk-duduk enggan mencari karunia Dalam pandangan Islam, mengemis dan
Allah, sambil berdoa: ya Allah, limpahkanlah meminta-minta dapat menurunkan martabat dan
karunia kepada ku.! Padahal ia telah mengetahui kehormatan manusia, sehingga ajaran Islam melarang
bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan hal tersebut. Namun dalam kondisi yang sangat
emas dan perak” dan sesungguhnya A llah mendesak, terpaksa, dan dalam keperluan yang
berfirman : (Apabila telah ditunaikan darurat maka mengemis diperbolehkan, itu pun
sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka mengemis haruslah ditujukan kepada penguasa
bumi; dan carilah karunia Allah (QS.Al- (Yusuf al-Qaradawi, 1996).
Jumu’ah: 10)) Namun demikian, peminta-minta adalah
Di dalam ajaran Islam ada beberapa prinsip yang fenomena duniawi yang telah ada sejak lama dan al-
perlu ditanamkan manusia di dalam bekerja. Pertama, Qur’an pun telah menyebutkannya di dalam beberapa
kerja adalah sebagai bentuk ibadah kepada Allah ayat.
SWT. Kedua, bekerja dengan memanfaatkan 3) Hidup Hemat dan Sederhana
semaksimal mungkin waktu yang telah diberikan oleh Prinsip berikutnya yang diserukan al-Qur’an
Allah SWT. Ketiga, kerja seorang muslim hendaknya terhadap personal umat Islam untuk dapat
diakukan secara begotong-royang atau bersama-sama. membebaskan diri dari belenggu kemiskinan adalah
Keempat, kerja harus diiringi dengan sikap optimisme dengan membiasakan diri hidup hemat dan sederhana,
akan hasil yang akan didapat kelak. Prinsip- prinisp jauh dari sifat boros dan menghambur-hamburkan
tersebut yang dapat menjaga umat Islam dari harta. Hal ini sejalan dengan pepatah yang
disorientasi akan harta kekayaan yang dicarinya berkembang di masyarakat bahwa “hemat pangkal
karena semuanya dipusatkan kepada Allah Maha kaya, rajin pang kal pandai”.
Pemberi Rezeki. Jika menilik ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Nabi
2) Larangan Mengemis dan Meminta-minta maka akan didapati bahwa Islam sangat membenci
Di samping memberikan anjuran dan motivasi prilaku boros dan menghambur-hamburkan harta,
agar umat Islam mau bekerja keras mencari karunia

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 635
bahkan Al-Qur’an menyebutkan orang-orang yang orang mau berbagi dan memberikan sebagian hartanya
boros sebagai kawannya syaitan (QS. al-Isra: 26-27). baik dengan sukarela atau terpaksa. Karena itu
Di samping itu, al-Qur’an juga memerintahkan pemberian ini terbagi menjadi dua jenis, pemberian
agar umat Islam tidak berlebih-lebihan dalam hal yang sifatya wajib dan pemberian yang sifatnya
konsumtif, baik makan dan minum (QS. al- sunnah.
‘An’am:31). Berlebih-lebihan pada ayat ini dikatakan 1) Perintah Membayar Zakat
sebagai israf. Dan dalam hal ini sejalan dengan Zakat merupakan ibadah maliyyah ijtima’iyyah
penjelasan Nabi SAW tentang makna Israf. Nabi yang memiliki potensi sangat besar di dalam
bersabda: memberikan solusi dari masalah kemiskinan. Sebagai
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwasannya suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun
Rasulullah SAW bersabda: “Salah satu bentuk dari rukun Islam yang lima, sebagaimana
pemborosan adalah jika anda makan semua yang diungkapkan di dalam hadis Nabi :
anda inginkan” “Islam dibangun atas lima dasar: bersaksi
Dalam hadis ini sikap boros digambarkan dengan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad
konsumsi makan dan minum yang berlebihan. Jika adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
ditarik ke dalam konteks yang lebih luas lagi, hal ini membayar zakat, naik haji, dan puasa
tentunya juga berlaku bagi konsumsi barang-barang Ramadhan.”
lainnya, tidak hanya terbatas pada makan dan minum Dengan demikian keberadaan zakat merupakan
saja, tetapi segala sesuatu yang dikonsumsi berlebihan bagian mutlak dari keislaman seseorang.
melebih kebutuhannya. Karena pada kenyataanya Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
manusia sering kali terjebak dengan segala keinginan dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
dan nafsu yang sifatnya tidak terbatas. mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
Nabi SAW juga menjelaskan kepada umatnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
bahwa hidup sederhana yang dijalankan oleh mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
seseorang tidak akan menjadikan orang tersebut jatuh mengetahui. (QS. Al-Taubah: 103).
miskin. Sebagaimana sabdanya:
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud Di dalam al-Qur’an terdapat dua puluh tujuh ayat
bahwasannya Rasulullah SAW, bersabda: yang menyejajarkan kewajiban shalat dengan
“Tidak akan jatuh miskin bagi orang yang mau kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata. (Fuad,
hidup sederhana” 1992) Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang
tidak menggunakan lafadz zakat namun menunjukkan
b. Sikap dan Prilaku Terhadap Orang Lain kepada makna zakat. Yaitu lafadz infak, shadaqah,
Berangkat dari pemahaman Islam tentang harta dan hak, sebagaimana dinyatakan dalam surat al-
dan kekayaan, bahwa pemilik hakiki atas harta adalah Taubah ayat 34, 60, 103 dan surat al- An’am ayat 141.
Allah SWT, sehingga manusia tidak memiliki hak Zakat disebut infaq (al-Taubah: 34) karena
mutlak atas harta yang ia dapat. Hal ini menegaskan hakikat zakat adalah penyerahan harta untuk
bahwa di dalam kepemilikan harta seseorang terdapat kebajikan-kebajikan yang diperintahkan Allah SWT.
hak orang lain yang harus dipenuhi (QS. al-Ma’arij: Disebut dengan sedekah (al-Taubah: 60 dan 103)
24-25). Harta dalam pandangan Islam memiliki fungsi karena salah satu tujuan utama zakat adalah untuk
sosial di dalam masyarakat (QS al-Taubah: 34-35.). mendekatkan diri taqarrub) kepada Allah. Dan zakat
Karena itu Islam tidak membenarkan segala bentuk disebut dengan lafadz hak (QS. al-An’am: 141) karena
monopoli ekonomi dan penimbunan harta (al-ihtikar) zakat merupakan ketetapan pasti dari Allah yang harus
yang dapat menyengsarakan masyarakat luas. diberikan kepada mereka yang berhak menerima
Dari sinilah al-Qur’an memberikan (mustahiqq).
pemaparannya tentang sikap dan prilaku seorang Terdapat 32 tempat dalam ayat Al-Quran
muslim yang seharusnya dilakukan terhadap menyebutkan mengenai zakat. Melihat banyaknya
saudaranya yang membutuhkan. Hal ini ditujukan perintah di dalam al-Qur’an agar umat Islam
agar harta itu tidak hanya berputar di antara orang- menunaikan kewajiban zakat, mengindikasikan
orang kaya saja (QS: Al-Hasyr: 7). karena itu Islam bahwa zakat merupakan sesuatu yang penting yang
memberikan berbagai macam jalan dan cara agar tidak bisa diremehkan. Bahkan Allah memberi

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 636
teguran dan hukuman bagi siapa saja yang enggan ini mencakup seluruh hasil usaha manusia yang baik
menunaikan zakat. Dan hukuman tersebut berlaku dan halal dan mencakup pula seluruh hasil pertanian,
baik di dunia ataupun di akhirat. maupun hasil pertambangan. Karena itu nass ini
Di dalam pemerintahan Negara Islam, zakat mencakup semua harta, baik yang terdapat di zaman
menjadi bagian dari undang-undang syariat yang Rasulullah maupun di zaman sesudahnya. Semua
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemerintah, wajib dikeluarkan zakatnya dengan ketentuan dan
sehingga terdapat sanksi dan hukuman bagi mereka kadar sebagaimana diterangkan dalam sunnah
yang tidak membayar zakat, dan pelaksanaan Rasulullah saw.
hukuman tersebut ditangani oleh ulu al-amri Di dalam perekonomian modern seperti saat ini,
(pemerintah) yang memiliki wewenang di dalam zakat memiliki potensi yang sangat besar di dalam
masyarakat Islam. Dalam persoalan hukuman ini telah mengentaskan kemiskinan ketika para muzakki
dinyatakan oleh sabda Nabi SAW memiliki kesadaran untuk berzakat. Dan harta yang
Barang siapa menunaikan zakat, karena wajib dizakatkan pun kian beragam, di antaranya
mengharap pahala, maka ia akan mendapatkannya. zakat profesi, zakat perusahaan, zakat surat-surat
Tetapi barang siapa menahannya, maka saya yang berharga seperti saham dan obligasi, zakat
akan memungutnya beserta separuh hartanya, sebagai perdagangan, zakat hewan ternak yang
satu sitaan dari sitaan-sitaan Tuhan kami, dan tidak diperdagangkan, zakat produk hewani, dan zakat
halal bagi keluarga Muhammad sedikit pun dari investasi property (Didin).
padannya. Di samping zakat mal, zakat fitrah pun memiliki
Potensi Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan kontribusi besar di dalam mensejahterakan
Secara garis besar ada dua macam zakat yang masyarakat. Berbeda dengan zakat mal, zakat fitrah
wajib dibayarkan oleh umat Islam. Yakni zakat mal dikeluarkan sebelum hari raya idul fitri sebagai
(kekayaan) dan zakat fitrah. pembersih bagi orang-orang yang berpuasa di bulan
Pada masa silam, harta yang wajib dizakatkan Ramadhan dari segala perbuatan yang sia-sia,
(zakat mal) terbatas pada hewan ternak, hasil omongan yang kotor, dan sebagai makanan bagi
pertanian, barang tambang, perniagaan buah-buahan, orang-orang miskin. Sebagaimana sabda Rasulullah
emas dan perak. Tetapi di abad modern seperti saat ini SAW
harta kekayaan tidak lagi terbatas hal-hal tersebut di Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah
atas. Malainkan juga mencangkup sektor jasa seperti sebagai bagi orang-orang yang berpuasa dari
penghasilan atau gaji (upah), profesi, semisal perbuatan sia-sia dan omongan yang kotor dan sebagai
pengacara, notaris, dokter, konsultan dan lain-lain, makanan bagi orang-orang miskin. Maka barang siapa
dan juga badan usaha seumpama CV, PT, Koperasi, menunaikannya sebelum shalat ‘id, itu adalah zakat
dan sebagainya. Semua itu termasuk komponen yang fitrah yang diterima. Dan barang siapa yang
wajib dikeluarkan zakatnya bila memenuhi menunaikannya setelah shalat ‘id, maka ia hanya
persyaratan (Baidan, 2001). berupa sedekah dari sedekah-sedekah biasa
Hal ini berdasarkan beberapa nass yang bersifat Zakat fitrah dikeluarkan dari bahan makanan
umum, misalanya firman Allah dalam surat al- pokok penduduk suatu negeri dengan jumlah sebesar
Taubah: 103, al-Baqarah: 267, dan al-Zariyat: 19. satu sha’. Dalam konteks Indonesia ini zakat fitrah
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah biasanya dibayarkan dalam bentuk beras seberat 2.5
(di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu Kg atau berupa uang seharga beras tersebut.
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami Potensi zakat di dalam mengentaskan kemiskinan
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah umat tentunya tidak akan mampu dirasakan tanpa
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu adanya campur tangan dari pengelola zakat yang
menafkahkan daripadanya, padahal kamu professional.
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan Di Indonesia saat ini, lembaga pengelolaan zakat
dengan memincingkan mata terhadapnya. dan tidak hanya dikuasai oleh BAZIS (Badan Zakat Infak
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Sedekah) yang langsung dikelola oleh Negara, tetapi
Terpuji.” (QS. Al-Baqarah: 267) juga dikelola secara swadaya oleh masyarakat dan
Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zilalil Qur’an ORMAS Islam.
ketika menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa nass

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 637
Keberadaan lembaga pengelolaan zakat saja Adapun bentuk-bentuk pelanggaran yang
tidak cukup mampu memunculkan potensi zakat dilakukan sehingga menyebabkan seseorang
dalam mengentaskan kemiskinan, namun juga perlu mendapatkan hukuman adalah sebagai berikut:
ditopang dengan menejemen dan strategi yang handal a) Kaffarah Melanggar Sumpah (QS. Al-Maidah:
sehingga dapat memunculkan kepercayaan 89)
masyarakat. ‘Ali ra memaparkan bahwa ayat ini (QS. Al-
Ada bebarapa langkah yang perlu ditempuh agar Maidah: 89) diturunkan sehubungan dengan Abu
zakat benar-benar dapat berdaya guna di dalam Bakar al-Siddiq ra. Ia bersumpah untuk tidak memberi
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pertama, belanja lagi kepada Mistah bin Usamah, fakir miskin
memanfaatkan dana zakat untuk memberikan yang menjadi tanggungannya. Juga ayat ini sebagai
kesempatan kepada para mustahik berwirausaha, penyempurna dan jalan keluar dari tebusan (kaffarah)
sehingga mereka dapat membebaskan diri dari bersumpah (HR Ibnu Abi Hatim)
ketergantungan dana zakat. Kedua, segmentasi Kaffarah yang harus dilakukan bagi siapa saja
sasaran yang jelas dan terencana. Ketiga, membangun yang melanggar sumpah yaitu dengan memberi makan
jaringan demi pemberdayaan para mustah}iqq. sepuluh orang miskin atau memberi pakaian sepuluh
Keempat, mengelola dana zakat dengan baik agar orang miskin, atau membebaskan budak, atau
dana tersebut dapat berkembang dan tidak akan habis. berpuasa selama tiga hari.
Kelima, memberikan alokasi dana pada b) Al-Hadyu (QS. Al-Maidah: 95)
pengembangan di bidang pendidikan dan kesehatan Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran
bagi anak (Abad, 2007). dalam ibadah haji, berupa pembunuhan terhadap
Penulis memandang bahwa peranan zakat di binatang baik yang dilakukan secara sengaja
dalam mensejahterakan masyarakat masih belum (berburu), ataupun dilakukan dengan tidak disengaja,
maksimal. Meskipun peraturan perundang-undangan maka wajib baginya membayar denda. Denda ini
tentang pengelolaan zakat talah disepakati, namun dinamakan dengan istilah hadyu yaitu dengan cara
karena belum ada peraturan yang tegas bagi mereka mengganti menyembelih hewan serupa atau seimbang
yang enggan membayar zakat, sehingga membayar atau paling dekat persamaannya dengan hewan yang
zakat masih terbatas pada segelintir orang yang sudah diburunya. Denda ini sebagai hadyu, yakni
memahami dan memiliki kesadaran tentang kewajiban persembahan kepada Allah ketika sampai di ka’bah,
membayar zakat dalam Islam. Ditambah lagi dengan dalam arti disembelih di sana untuk dibagikan kepada
sedikitnya lembaga amil zakat yang profesional dan fakir miskin untuk dimakan.
akuntabel, sehingga mengikis kepercayaan c) Kaffarah Zihar (QS. Al-Mujadalah: 3-4)
masyarakat terhadap lembaga-lambaga pengelola Zihar berasal dari kata al-zuhru yang artinya
zakat yang ada. Karena itu, kesadaran membayar punggung. Zihar ini merupakan suatu adat Jahiliyah
zakat harus terus disuarakan dan disosialisasikan di dengan pengertian mengucapkan kalimat (kamu
seluruh lapisan masyarakat, kemudian diiringi dengan bagiku seperti punggung ibuku) kepada istri. Dengan
perbaikan menejemen zakat yang handal dan mengucapkan kalimat tersebut maka jatuhlah talak,
professional. Sehingga pembangunan bangsa yang sehingga menyebabkan suami menjadi haram
adil dan sejahtera dapat terealisasikan. menggauli istrinya sampai ia melunasi kaffarahnya.
2) Perintah Membayar Kaffarah Ayat tentang kaffarah zihar diturunkan
Kaffarah adalah sanksi hukum yang ditetapkan berkenaan dengan pengaduan Khaulah binti Sa’labah
syara’ karena suatu pelanggaran, mengerjakan kepada Rasulullah tentang prilaku suaminya Aus bin
kesalahan, melengkapi pekerjaan, atau untuk al-Samit yang telah menzihar istrinya dan ingin
menghapus dosa (Hasbi, 1998). kembali bercumbu dengannya namun dengan tegas
Bentuk sanksi yang diberikan bagi siapa saja Khaulah menolak keinginan tersebut dan mengadukan
yang melakukan pelanggaran tersebut biasanya tidak prihal ini kepada Rasulullah SAW. Akhirnya
terlepas dari tiga bentuk yang sifatnya pilihan, Rasulullah SAW memberikan solusi dari
pertama membebaskan budak, memberi makan orang permasalahan tesebut sebagaimana perincian pada
miskin, atau berpuasa selama beberapa hari. hal ini ayat di atas (Abdullah, 2008).
tergantung jenis pelanggaran yang telah dilakukan.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 638
d) Membayar Fidyah sabda“Dari Ibnu Abbas r.a. dari Rasulullah SAW
Membayar fidyah merupakan jalan keluar bagi mengenai orang yang menggauli istrinya yang sedang
siapa saja yang tidak mampu berpuasa di bulan haid, hendaklah ia bersedekah sedinar atau setengah
Ramadhan, dan tidak pula mampu menggantinya pada dinar”.
hari-hari selain di bulan Ramadhan. Ketidakmampuan 3) Anjuran Infak dan Sedekah
tersebut biasanya dikarenakan faktor usia yang sudah Di samping pemberian wajib yang dikeluarkan
uzur atau karena kehamilan dan menyusui. umat Islam berupa zakat, dan undang-undang negara
Sebagaimana firman-Nya. yang harus dijalankan. Islam juga berusaha membina
“(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. pribadi-pribadi yang luhur, dermawan dan murah hati.
Maka ba rangsiapa diantara kamu ada yang karena bagaimana pun manusia adalah makhluk sosial
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), yang tidak akan mampu hidup sendiri.
maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak Karena itulah, di dalam beberapa ayat al-Qur’an
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang Allah SWT menganjurkan agar umat Islam mau
lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menginfakkan dan membelanjakan sebagian hartanya
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) di jalan Allah untuk kepentingan dan kemaslahatan
membayar fidyah, (yaitu): memberi makan umat.
seorang miskin. Barangsiapa yang dengan Infak dan sedekah keduanya merupakan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka pemberian yang ditujukan kepada orang lain, hanya
itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa saja infak lebih kepada pemberian harta dan sesuatu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. ( QS. yang sifatnya materi untuk kebajikan yang
Al-Baqarah: 184) diperintahkan Allah SWT. Sedangkan sedekah adalah
Mengenai asbab al-nuzul ayat ini Ibnu Sa’ad sesuatu yang diberikan dengan tujuan untuk
dalam kitab al-Tabaqat meriwayatkan dari Mujahid, mendekatkan diri kepada Allah meskipun tidak harus
dia berkata: “Ayat ini turun pada tuan saya Qais Ibnu dengan harta.
al-Sa’ib yang sudah sangat tua tetapi memaksa tetap Anjuran untuk berinfak dan bersedekah tersebar
berpuasa. lalu dia pun tidak berpuasa dan memberi di lembaran-lembaran kitab suci al-Qur’an, beserta
makan kepada orang miskin untuk setiap harinya. ancaman dan gambaran siksa yang pedih bagi mereka
(HR. Ibnu Sa’ad dalam Kitab al-Tabaqat, Vol 5, hlm. yang mengabaikannya.
446) Berikut ini beberapa ayat dan hadis yang
Pemberian fidyah juga dikenakan bagi siapa saja menganjurkan umat Islam untuk bersedekah dan
yang mencukur rambut dalam peribadatan haji karena berinfak.
penyakit yang terdapat di kepala (QS.al-Baqarah: 196) “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang
Di dalam hadis terdapat informasi tambahan telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
tentang kaffarah yang tidak disebutkan di dalam al- kematian kepada salah seorang di antara kamu;
Qur’an, yaitu : lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau
a) Kaffarah Merusak Puasa dengan Jima’ tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
Penjelasan tentang Kaffarah ini memang hanya yang dekat, yang menyebabkan aku dapat
terdapat di dalam hadits Rasul yang menceritakan bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang
tentang pengaduan seorang laki-laki yang telah saleh?" (QS. Al-Munafiqun: 10)
menyetubuhi istrinya pada siang hari di bulan Pada ayat sebelumnya (QS. Al-Munafiqun: 9)
Ramadhan. Allah SWT memberikan peringatan kepada umat
Pada hadis tersebut Nabi memberikan tiga Islam agar tidak terlena dengan kemewahan harta
tawaran sanksi kepada orang tersebut. pertama dunia dan melalaikan diri dari mengingat Allah, maka
membebaskan seorang budak, atau memberi makan pada ayat ini Allah SWT memerintahkan umat Islam
enam puluh orang miskin, atau memberi sedekah untuk menafkahkan sebagian dari rezeki yang telah
kepada orang fakir meskipun hanya dengan kurma. Allah anugrahkan kepada mereka.
b) Kaffarah Menyetubuhi Istri yang Sedang Haid “Pada ayat yang lain Allah menyatakan bahwa
Bagi siapa saja yang bersetubuh dengan istri berinfak di kala lapang ataupun sempit
yang sadang haid, maka kaffarahnya adalah merupakan salah satu ciri yang tertanam pada
bersedekah sedinar atau setengah dinar. sebagaimana

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 639
orang-orang bertakwa” (QS. Ali-Imran: 133- hartanya; yakni bahwa mereka tidak menyebut-nyebut
134). pemberiannya dan tidak pula menyakiti hati orang
Untuk memotivasi umat Islam agar mau berinfak yang diberikannya. Pelipatgandaan yang disebut pada
dan bersedekah, tidak jarang pada beberapa ayat di ayat sebelumnya, diperoleh mereka yang menghindari
dalam al-Qur’an Allah memberikan balasan yang kegagalan ini.
berlipat ganda dan pahala yang besar bagi mereka. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada
Baik yang akan mereka dapat di dunia ataupun di Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di
akhirat kelak. Dan terkadang juga dengan jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
menggunakan perumpamaan yang indah dan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang
menggugah hati umat Islam. banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan
”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
orang-orang yang menafkahkan hartanya di (QS. Al-Baqarah: 245)
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih Betapa agama Islam sangat memperhatikan nasib
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap orang fakir, miskin dan kaum mustad’afin sehingga
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan berinfak dan bersedekah menjadi sesuatu yang sangat
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan dianjurkan meskipun hanya dengan sebesar belahan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha kurma sekalipun, karena segala sesuatu yang
mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan diinfakkan di jalan Allah akan mendapatkan
hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak balasannya dan maanfaatnya akan kembali kepada
mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan dirinya sendiri Nabi SAW bersabda : “Tidak seorang
menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan pun di antara ka lian, malainkan Allah akan berbicara
tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka kepadanya secara langsung, antara dia dan Allah
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak tanpa penerjemah (perantara). Kalau itu dia
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak memandang ke sebelah kanannya, maka ia tidak
(pula) mereka bersedih hati”.(QS. Al-Baqarah: melihat melainkan apa yang telah ia kerjakan, lalu ia
261-162) melihat ke sebelah kiri, maka ia tidak melihat
Ayat ini turun sebagaimana disebut-sebut dalam melainkan apa yang telah ia perbuat, kemudian ia
sekian riwayat, menyangkut kedermawanan Usman memandang ke hadapannya, maka ia tidak melihat
bin ‘Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf yang datang melainkan api neraka persis berada di wajahnya.
membawa harta mereka untuk membiayai peperangan Karena itu jagalah dirimu dari api neraka, walaupun
Tabuk. Meskipun ayat ini turun berkaitan dengan dengan sebesar belahan kurma”
mereka, namun bukan berarti selain dari mereka tidak “Barang siapa bersedekah dengan sesuatu yang
berhak mendapatkan pahala yang sedemikian rupa. seharga dengan sebutir kurma, dari hasil usaha
Janji Allah ini berlaku bagi siapa saja yang yang baik, dan Allah memang tidak akan
menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan tulus menerima melainkan yang baik itu, maka Allah
ikhlas (.M. Quraish Shibah). Perumpamaan yang pasti menerima dengan tangan kanan-Nya.
digunakan pada ayat ini begitu indahnya, dengan Kemudian Ia akan memelihara perhatiannya itu
mengambil pemisalan seorang petani yang menanam bagi sipemberi, sebagaimana salah seorang di
sebiji benih di ladangnya, kemudian tumbuh antara kalian memelihara anak kambing yang
berkembang dengan perkembangan yang pesat. Hal baru lahir sehingga menjadi sebesar gunung”.
ini ditujukan untuk mendorong umat Islam agar mau Kedua hadis di atas memberikan jaminan kepada
mengeluarkan infaknya dengan pandangan jikalau siapa saja yang menginfakkan hartanya demi mencari
saja sebutir benih yang ditanam di tanah saja mampu keridaan Allah, maka kelak Allah akan membalasnya
memberikan hasil yang banyak, maka mengapa umat dengan balasan yang lebih baik.
Islam harus ragu menanamkan hartanya di tangan Rasulullah pun bersabda dan memberikan
Allah Yang Maha Pencipta. peringatan kepada siapa saja yang enggan berinfak
Setelah menjelaskan keadaan petani yang dan bersedekah karena takut jatuh miskin, maka Allah
berhasil menggarap sawahnya dan melipatgandakan akan memberikan kesempitan rezeki kepadanya.
hasilnya, maka pada ayat selanjutnya dijelaskan sebab Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin
keberhasilan mereka di dalam menginfakkan Al Fadhal telah mengabarkan kepada kami

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 640
'Abdah dari Hisyam dari Fathimah dari Asma' disertai dengan gambaran azab yang menunggu. (QS.
radliallahu 'anha berkata; Nabi al-Hajj: 28)
Shallallahu'alaihiwasallam berkata, kepadaku: Pada ketiga ayat pertama kesemuanya
"Janganlah kamu tahan tanganmu dari berinfaq menggunakan lafadz yahuddu atau tahaddun yang
karena takut miskin, sebab nanti Allah artinya mendorong atau menganjurkan. Penggunaan
menyempitkan reziki bagimu". Telah kata ini mengisyaratkan bahwa seseorang hendaknya
menceritakan kepada kami 'Utsman bin Abu walaupun dia tidak memiliki sesuatu untuk diberikan
Syaibah dari 'Abdah dan Beliau kepada fakir miskin, maka paling tidak dia harus
Shallallahu'alaihiwasallam berkata,: berupaya untuk mendorong dan menganjurkan orang
"Janganlah kamu menghitung-hitung untuk lain menutupi kebutuhan pokok kaum yang lemah.
bershadaqah karena takut miskin, sebab nanti Secara logika orang yang tidak pernah
Allah menyempitkan rezeki bagimu". (HR mendorong dan menganjurkan orang lain memberi
Bukhari) makan orang miskin, biasanya tidak pernah pula
4) Memberi Makan Orang Fakir dan Miskin memberi makan orang miskin tersebut. inilah yang
Anjuran al-Qur’an untuk memberi makan kepada kemudian diwakili oleh surat al-Mudassir ayat 44.
fakir dan miskin tersebar di dalam beberapa ayat. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Kalimat
Sebagian bersifat khusus dan menjadi pilihan ta’am al-miskin (makanannya orang miskin) pada
dari kaffarah yang harus dijalani bagi setiap muslim ayat-ayat tersebut mengisyaratkan bahwa fakir miskin
yang melakukan pelanggaran.dan sebagian lagi pada hakikatnya memiliki makanan yang menjadi
bersifat umum yang sangat dianjurkan, bahkan sering haknya, hanya saja makanannya tersebut tidak berada
kali diiringi dengan ganjaran dan azab yang pedih bagi di tangannya, tetapi di tangan orang yang mampu dan
siapa saja yang mengabaikannya. berkecukupan. Karena itulah bagi siapa saja yang
Pada pandangan orang-orang kafir materi memiliki kemampuan dan kelapangan rezeki maka ia
menjadi tolak ukur kemuliaan dan kehinaan berkewajiban menyerahkan makanan orang miskin itu
seseorang, sehingga mereka yang memiliki harta dan yang dititipkan Allah ke tangan mereka. Dan bagi
kedudukan tinggi di masyarakat dipandang sebagai yang tidak memiliki kemampuan berkewajiban
orang yang mulia, sedangkan mereka yang mengingatkan yang mampu menyangkut hak orang
keadaannya miskin dan melarat dipandang sebagai miskin itu. Selanjutnya kalimat itu berpesan kepada
orang yang hina. Pikiran dan hati mereka telah siapa pun yang memberi agar tidak menduga
dikuasai oleh harta dan kedudukan, apapun mereka pemberiannya itu merupakan “sumbangan” darinya,
lakukan untuk mendapatkannya, meskipun harus tetapi itu adalah pengembalian hak kepada
merampas hak orang lain, karena perhatian dan pemiliknya.
kecintaan mereka demikian besarnya terhadap harta, Anjuran untuk memberi makan orang fakir dan
sehingga munculah rasa rakus, tamak, dan kikir dalam miskin juga terdapat pada surat al-Hajj ayat 18 yang
hati mereka. merupakan surat Madaniyyah.
Kondisi inilah yang tengah dihadapi umat Islam “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat
pada periode Makkah. Ketamakan dan kerakusan di bagi me reka dan supaya mereka menyebut nama
dalam mengumpulkan harta benda dengan segala cara Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki
menjadikan hati mereka keras. Sehingga tidak yang Allah telah berikan kepada mereka berupa
megherankan jika empat dari lima ayat di dalam al- binatang ternak. Maka makanlah sebahagian
Qur’an yang berbicara tentang perlakuan untuk daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah
memberi makan orang fakir dan miskin masuk ke untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan
dalam kategori surat Makkiyyah. fakir. (QS. Al-Hajj: 28)
Pada ayat-ayat tersebut, empat ayat berbicara c. Peran Pemerintah / Negara
tentang ganjaran yang didapat bagi siapa saja yang Konsepsi Islam di dalam memberikan solusi
tidak menganjurkan orang lain untuk memberi makan terhadap masalah kemiskinan, bukan hanya terbatas
orang miskin (QS. Al-Haqqah: 34), QS. Al-Fajr: 18, pada pemberian arahan tentang bagaimana bersikap
QS. Al-Ma’un: 3) atau tidak pula memberi makan terhadap kehidupan serta penganjuran untuk
orang miskin (QS al-Mudassir: 44), dan satu ayat membangun kepedulian sosial di tengah- tengah
berbicara anjuran memberi makan orang fakir tanpa masyarakat dengan ukhuwwah islamiyyah. Namun

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 641
juga petunjuk akan dibutuhkannya pemimpin yang tidak mengikutinya, begitu pun sebaliknya, ketika
dapat menegakkan keadilan di tengah-tengah seorang Ulu al-Amr bermaksiat kepada Allah dan
masyarakat. Rasul-Nya, maka tidak perlu untuk ditaati.
Dalam pandangan agama Islam, penetapan Rasulullah SAW bersabda bahwa salah satu
negara dan kepemimpinan Negara menjadi suatu kewajiban negara adalah memberikan pelayanan
kewajiban. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah kepada kaum fakir dan miskin : “Telah menceritakan
SAW: “Jika tiga orang melakukan perjalanan kepada kami Abu Al Walid telah menceritakan kepada
bersama, mere ka harus mengangkat seorang di kami Syu'bah dari 'Adiy bin Tsabit dari Abu Hazim
antara mereka sebagai pemimpin”. Ibnu Taimiyah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi
memberikan penjelasan tentang hadis di atas :”jika shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang
seorang pem impin dibutuhkan dalam sebuah (mati) meninggalkan harta maka hartanya itu untuk
perjalanan, yang dilakukan secara temporer dan ahli warisnya dan siapa yang meninggalkan keluarga
hanya terdiri dari beberapa orang saja, sungguh yang miskin maka menjadi tangungan kami". (HR
merupakan perintah untuk memiliki seorang Bukhari)
pemimpin pula untuk mengatur sebuah asosiasi Terkait masalah kemiskinan, sebagaimana telah
banyak orang yang sangat besar. disebutkan pada bab terdahulu bahwa salah satu faktor
Ayat al-Qur’an pun memerintahkan umat Islam penyebab munculnya masalah kemiskinan ini adalah
untuk mentaati Ulu al-Amr (pemegang kekuasaan) di faktor struktural yakni kemiskinan yang diderita oleh
antara mereka, sebagaimana firman Allah SWT. segolongan masyarakat. Karena struktur, masyarakat
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber
dan t aatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
kamu. kemudian jika kamu berlainan pendapat Hal ini terlihat dengan beberapa kondisi seperti,
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada distribusi penguasaan resources yang timpang, gagal
Allah (Al Quran) dan rasul (sunnahnya), jika dalam mewujudkan pemerataan kesempatan
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan memperoleh pendidikan, institusi sosial yang
hari kemudian. yang demikian itu lebih utama melahirkan berbagai bentuk diskriminasi,
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS.al-Nisa: perkembangan industri dan teknologi yang kurang
59) membuka kesempatan kerja.
Ulu al-Amr adalah para pemegang urusan dan Faktor struktural inilah yang hanya dapat
kekuasaan. Di tangan merekalah segala kebijakan diselesaikan oleh pemerintah / Negara yang memiliki
dan peraturan masyarakat dibuat. Termasuk dalam wewenang dan kekuasaa untuk mengontrol dan
istilah Ulu al-Amr adalah para pemegang memberikan intervensi bagi siapa saja yang dipandang
kekuasaan, para ilmuan, dan param filosof. Oleh mendatangkan kerugian terhadap masyarakat luas,
sebab itu Ulu al-Amr terdiri atas dua golongan: ulama serta membuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dan umara. dengan kepentingan bersama.
Jika mereka ini baik (saleh), baiklah semua Dalam sejarah perkembangan Islam, lembaga
rakyatnya, namun jika mereka ini rusak maka akan atau tim independen yang dibentuk untuk mengatur
rusak pula seluruh rakyatnya. Sebagaimana yang kepentingan rakyat sudah lama berjalan. Pembahasan
dikatakan Abu Bakar al-Siddiq terhadap seorang tentang lembaga ini telah dijelaskan oleh ulama-ulama
perempuan pemberani ketika ia bertanya tentang “apa masa lalu. Ada di antara mereka yang membahas
yang menjamin kita dalam urusan masyar akat ini?” tentang pemerintahan serta berbagai hukum dan
Abu Bakar menjawab: “selama para pemimpin kalian tugasnya. Inilah yang dilakukan oleh Imam al-
berlaku lurus”. Para pemimpin yang dimaksud Mawardi dengan kitabnya al- Ahkam al-
termasuk para raja, para tokoh ulama, dan birokrat Sultaniyyah, dan Ibn Khaldun dengan kitabnya
(Taimiyyah, 2004). Muqaddimah.
Namun karena Ulu al-Amr adalah manusia biasa Kebutuhan terhadap pemerintahan ini adalah
tanpabimbingan langsung dari Ilahi layaknya Nabi, kebutuhan yang mutlak. Apapun bentuk dan dasar
maka ketaatan terhadap mereka bukan ketaatan yang negaranya, kesejahteraan masyarakat tidak akan
mutlak. Selama para Ulu al-Amr mentaati Allah dan tercapai tanpa adanya peran serta pemerintah.
Rasul-Nya maka tiada alasan bagi umat Islam untuk

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 642
Dalam konteks Negara Indonesia yang berbentuk 4) Melakukan pengawasan terhadap hubungan
Republik dengan Pancasila sebagai dasar negara dapat ekonomi luar negeri
dikatakan masih sejalan dengan nilai-nilai yang 5) Membuat undang-undang perburuhan
terkandung di dalam ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat 6) Melakukan pengawasan terhadap harta zakat
pada pemaparan yang tertuang di dalam Garis-garis 7) Menciptakan lembaga investasi masyarakat
Besar Haluan Negara (GBHN). Di sana dijelaskan 8) Melakukan intervesi terhadap segala hal yang
bahwa “pembangunan ekonomi didasarkan kepada dapat mendatangkan kerugian bagi masyarakat
Demokrasi Ekonomi”. Demokrasi Ekonomi memiliki luas.
ciri-ciri positif sebagai berikut: Di samping kedelapan poin di atas, ada beberapa
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama aspek yang harus diperhatikan oleh pemerintah jika
berdasarkan asas-asas kekeluargaan. memang ingin terbebas dari masalah kemiskinan.
2) Cabang-cabang yang penting bagi negara dan Aspek tersebut yaitu bidang pendidikan dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh kesehatan.
Negara. Kedua aspek ini sangat erat kaitannya dengan
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung masalah kemiskinan dan menjadi satu kesatuan yang
di dalamnya dikuasai oleh negara dan sulit untuk dipecahkan yang seringkali diibaratkan
dipergunaan untuk kemakmuran rakyat layaknya lingkaran setan yang membelenggu
4) Sumber-sumber kekayaan dan keuangan Negara masyarakat. Besarnya persentasi masyarakat buta
digunakan dengan permufakatan lembaga- huruf dan taraf hidup sehat yang rendah merupakan
lembaga perwakilan rakyat serta diawasi olehnya. dua masalah yang selalu ada di negara-negara
5) Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih berkembang atau negara miskin. Ironisnya lagi negara
pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak yang disebut sebagai negara berkembang/negara
akan pekerjaan dan penghidupan yang layak. miskin seringkali disandarkan kepada negara-negara
6) Hak milik perseorangan diakui dan Islam atau negara yang mayoritas penduduknya
pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan beragama Islam (Nabil, 1993).
kepentingan rakyat. Padahal kedua aspek tersebut merupakan hak-
7) Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga hak dalam Islam yang mesti dirasakan oleh semua
Negara dikembangkan sepenuhnya dalam batas- umat manusia. Di antara hak-hak tersebut yaitu hak
batas yang tidak merugikan kepentingan umum. hidup, hak kemerdekaan, hak berilmu, hak
8) Fakir, miskin, dan anak-anak terlantar dipelihara kehormatan diri, dan hak memiliki (Husni, 1993).
oleh Negara. Di dalam al-Qur’an Allah pun telah
mengingatkan kepada umat Islam agar tidak
Kedelapan poin tersebut sama sekali tidak meninggalkan keturunan yang lemah (QS. al-Nisa’:
bertentangan dengan ajaran islam, bahkan al-Qur’an 9).
memberikan petunjuk ke arah yang sama. Tanggung Karena itulah mengingat pentingnya bidang
jawab pemerintah ini meningkat bersamaan dengan pendidikan dan kesehatan di dalam meningkatkan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. kesejahteraan masyarakat, kedua bidang ini perlu
Transaksi antar dua negara sudah sangat mudah untuk menjadi perhatian pemerintah, sehingga dapat
dilakukan. Karena itulah pemerintah memegang meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
peranan penting untuk dapat mengontrol dan handal dan mandiri.
mengawasi segala kegiatan perekonomian yang dapat Upaya perbaikan dalam bidang pendidikan dan
merugikan masyarakat luas. kesehatan ini ditujukan untuk memutuskan lingakaran
Paling tidak ada beberapa hal yang dapat setan yang membelenggu masyarakat miskin dengan
dilakukan oleh pemerintah/Negara untuk dapat menggali pengetahuan-pengetahuan baru sebagai
menyelesaikan masalah kemiskinan di era globalisasi basis pengalaman-pengamalan baru, melalui berbagai
seperti saat ini. informasi, pelatihan, dan penyuluhan (Bakhit, 2001).
1) Membuat perencanaan pengembangan ekonomi Dan upaya inilah yang menjadi tanggungjawab negara
2) Melakukan pengawasan terhadap kekayaan alam. selaku penyelenggara kebijakan.
3) Melakukan pengawasan terhadap lembaga-
lembaga keuangan dan bank-bank sentral.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 643
5. PENUTUP di dalam mengentaskan kemiskinan jika dikelola
Al-Qur’an di dalam menjelaskan keadaan faqir dengan baik dan benar. Dan jalur terakhir, pesan al-
dan miskin tidak bertolak dari ada atau tidaknya harta Qur’an yang ditujukan kepada para pemimpin atau
benda yang dimiliki oleh orang faqir dan miskin, penguasa khususnya dan umumnya kepada umat
melainkan pada besar atau kecilnya potensi yang Islam untuk menegakkan keadilan dan membangun
dimiliki oleh masing-masing pihak di dalam struktur sosial yang bebas dari eksploitasi,
melepaskan diri dari masalah kemiskinan yang penindasan, dan konsentrasi kekayaan pada segelintir
membelenggu mereka. Mengenai latar belakang orang. Dan dalam struktur sosial yang seperti ini,
munculnya masalah kemiskinan, Allah SWT telah terdapat nilai kebenaran yang lain, yaitu keadilan di
menjelaskan bahwa Ia telah menciptakan bumi dengan bidang sosial, ekonomi, hukum, dan politik. Pada jalur
segala fasilitas yang ada di dalamnya agar dapat ketiga inilah peran pemerintah sangat dibutuhkan,
dimanfaatkan oleh umat manusia, dan Allah pun telah sebagai kontrol dan pemegang kebijakan atas segala
menjamin rezeki bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. aktifitas ekonomi yang dijalani baik di tingkat lokal
Jadi jika dengan segala kecukupan yang telah Allah ataupun di tingkat global, agar tidak ada satu pihak
berikan kepada umat manusia masalah kemiskinan ini pun yang dapat mendatangkan kerugian bagi
masih saja muncul, maka faktor penyebabnya adalah masyarakat luas.
manusia itu sendiri. Baik karena sikap yang tertanam
pada diri seseorang seperti malas dan tidak 6. DAFTAR PUSTAKA
bersungguh-sungguh di dalam berusaha (QS. al- Abadi, Majd al-Din al-Fayruz. Qamus al-Muhit.
Taubah: 105, QS. al-Mulk: 15), boros dan berlebih- Beirut: Dar al-Fikr li al-Tiba’ah wa al-Nasyr wa
lebihan (QS. al-Isra: 26-27, dan QS. al-‘Araf: 31), al-Tawzi’, 1999.
kikir dan enggan berbagi dengan sesama (QS. al-Isra: al-Adlabi, Salah al-Din. Manhaj Naqd al-Matan ‘Inda
29, QS. al-Nahl: 71), serakah di dalam mencari harta ‘Ulama’ al-Hadis al-Nabawi. Beirut: Dar al-Afaq
sehingga memunculkan kerusakan di muka bumi (QS. al-Jadidah, tt.
al-Rum: 41), ataupun karena adanya sistem dan Ayoub, Mahmoud. Islam dan Teori Dunia Ketiga;
struktur yang dibangun pada suatu masyarakat yang Pemikiran Keagamaan Muammar Qadhdhafi.
jauh dari nilai-nilai keadilan dan penuh dengan terj. Wahdad Qurdi. Bogor; Humaniora Press,
diskriminasi dan eksploitasi (QS. al-Kahfi: 79, QS. al- 2004.
Hajj: 45). Badruzaman, Abad. Teologi Kaum Tertindas: Kajian
Dari latar belakang munculnya masalah Tematik Ayat-ayat Mustadh’afin dengan
kemiskinan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa al- Pendekatan Keindonesiaan. Yogyakarta: Pustaka
Qur’an memiliki solusi yang komprehensif. Ada tiga Pelajar, 2007.
jalur yang al-Qur’an tempuh dengan objek yang Baidan, Nashruddin. Tafsir Maudhu’i; Solusi Qur’ani
berbeda. Jalur pertama ditujukan kepada personal atas Masalah Sosial Kontemporer. Yogyakarta:
umat Islam di dalam memberikan panduan tentang Pustaka Pelajar, 2001.
sikap hidup dan tingkah laku yang seharusnya Bakhit, Izzedin [et al.]. Menggempur Akar-akar
ditanamkan pada diri setiap individu, seperti anjuran Kemiskinan. terj. Frederik Ruma. Jakarta:
untuk bekerja, serta anjuran untuk hidup hemat dan YAKOMA PGI, 2001.
sederhana. Di samping itu al-Qur’an memberikan al-Baqi, Fuad ‘Abd. Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz
pujian bagi orang yang mampu menahan diri dari al-Qur’an al-Karim. Beirut: Dar al-Fikr, 1992.
meminta-minta (al-ta’affuf ) sehingga orang Basyir, Ahmad Azhar. Refleksi atas Persoalan
menyangka bahwa ia adalah orang yang kaya (QS. al- Keislaman; Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan
Baqarah: 273). Kemudian jalur kedua, ditujukan Ekonomi. Bandung: Mizan, 1994.
kepada personal umat Islam umumnya, dan khususnya Engineer, Asghar Ali. Islam dan Teologi Pembebasan.
kepada masyarakat untuk membiasakan diri berbagi terj. Agung Prihantoro Yogyakarta: Pustaka
dan memberikan pemberian kepada orang-orang yang Pelajar, 1999.
membutuhkan, baik pemberian tersebut pemberian al-Farmawi, ‘Abd al-Hayy. al-Bidayah fial-Tafsir al-
yang sifatnya wajib ataupun pemberian yang sifatnya Maudu’i; Dirasah Manhajiyyah Maudu’iyyah.
sukarela. Pemberian-pemberian tersebut merupakan Kairo: al-Hadrah al-‘Arabiyah, 1977.
sumber dana yang memiliki potensi yang sangat besar

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 644
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Jakarta: Rabbani Press,
Modern. Jakarta: Gema Insani Press, 2002. 2001.
Hamka, Tafsir al-Azhar Juz 10. Jakarta: PT Pustaka As’ad Yasin (dkk). Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Panjimas, 2001. As’ad Yasin (dkk). Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Hardojo, Antonio Pradjasto (dkk). Mendahulukan si al-Qaradawi, Yusuf. Konsepsi Islam dalam
Miskin; Buku Sumber bagi Anggaran Pro Mengentaskan Kemiskinan terj.Umar Fanany.
Rakyat. Yogyakarta: LkiS, 2008. Surabaya:PT. Bina Ilmu, 1996.
Hatta, Ahmad. Tafsir Qur’an Per Kata; Dilengkapi Rais, M. Amin. Agenda Mendesak Bangsa;
Dengan Asbabun Nuzul & Terjemah. Jakarta: Selamatkan Indonesia. Yogyakarta: PPSK Press,
Maghfirah Pustaka, 2009. 2008
Huda, Miftachul. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sahabuddin [et al.], Enskiklopedi al-Qur’an; Kajian
Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Kosakata. Jilid I. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Ibrahim, Sa’ad. Kemiskinan dalam Perspektif al- Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan
Qur’an. Malang: UIN Malang Press, 2007. al- dan Keserasian al-Qur’an. vol 3. Jakarta: Lentera
Isfahani, Al-Ragib. Mu’jam Mufradat Alfaz Al- Hati, 2004.
Qur’an . Beirut: Dar al-Fikr, tt. al-Sibba’i, Mustafa Husni. Kehidupan Sosial Menurut
Ishlah, A. A. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah Terj. Islam; Tuntunan Hidup Bermasyarakat. terj. M.
Anshari Thayib. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997. Abdai Ratomy. Bandung: CV Diponegoro, 1993.
Longman Dictionary of American English. cet II, As-Siddiqie, M Hasbi. Al-Islam 2; Amalan Anggota
Libanon: Librairi du Liban, 1984. Lahir, Kewajiban terhadap Keluarga, Masyarakat
Manzur, Ibnu. Lisa>n al-‘Arab, Juz. 3. Beirut: Dar dan Negara. Semarang: Pustaka Rizki Putra,
‘Ilmiah, 2009. 1998.
Muhammad, Abdullah bin. Tafsir Ibnu Katsir Jild. 9 Suyanto, Bagong. Perangkap Kemiskinan: Problem
terj. M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam al- dan Strategi Pengentasaannya dalam
Syafi’i, 2008. Pembangunan Desa. Yogyakarta: Aditya
Munir, Misbahul. Ajaran-Ajaran Ekonomi Medika, 1996.
Rasulullah; Kajian Hadis Nabi dalam Perspektif Taimiyah, Ibn. Tugas Negara Munurut Islam terj. Arif
Ekonomi. Malang: UIN Malang Press, 2007. Maftuhin Dzohir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
al-Nabahan, M. Faruq . Sistem Ekonomi Islam; 2004.
Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan ath-Thawil, Nabil Subhi. Kemiskinan dan
Sosialis. terj. Muhadi Zaenuddin. Yogyakarta: Keterbelakangan di Negara-Negara Muslim terj.
UII Press, 2000. M Bagir. Bandung: Mizan, 1993.
Nobuko, Cholid (dkk). Metodologi Penelitian. ‘Umar, Muhammad bin. Ahkam al-Faqir wa al-
Jakarta: Bumi Askara, 2001. Miskin fi al-Qur’an al-‘Azim wa al-Sunnah al-
Pei, Mario. The Lexicon Webster Dictionary Vol I, Mutahharah. Beirut: Dar al-Basyair al-
USA: The English-Language Institute of Islamiyyah, 1999.
America, tt. al-Zuhayli, Wahbah. Zakat Kajian Berbagai Mazhab
Pusat Bahasa UIN Syarif Hidayatullah, Terj. Agus Efendi dan Bahruddin Fannany.
Berderma Untuk Semua: Wacana Dan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995.
Praktik Filantropi Islam (Jakarta: Traju 2003) Software al-Maktabah al-Syamilah
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zilal al-Qur’an; Di Bawah
Naungan al-Qur’an. Jilid. 2 Terj.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like