You are on page 1of 17

Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

KAJIAN PEMBERDAYAAN UMKM KOTA MAKASSAR SEBAGAI UPAYA


PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PELAKU USAHA

Arsad Bahri1, Usman Mulbar2, Andi Suliana3


1,2
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Negeri Makassar
Jalan Andi Pangerang Pettarani Gunung Sari Makassar
e-mail: arsad.bahri@unm.ac.id
3
Badan Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Daerah Kota Makassar
Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 2 Makassar
e-mail: balitbangdamks@gmail.com

ABSTRACT

Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) are one of the main pillars of the
national economy with an independent perspective having great potential to improve welfare.
This study aims to determine the form of empowerment that is carried out to MSMEs as an
effort to improve the welfare of business owner in Makassar City, as well as to determine the
response of business owners related to the empowerment program that has been carried out by
the local government, especially through the Cooperatives and MSMEs Service in Makassar.
The population in this study are all business owners in Makassar, both those who have
participated in empowerment programs from the government and those who have never
participated in these programs. The sample in this study was 60 business people selected by
purposive sampling by considering several criteria both from the type of business and the
background of the business owner so that respondents in this study could be heterogeneous. In
addition, interviews were conducted with academics. Research instruments in the form of
questionnaires and interview guidelines. Data were analyzed descriptively qualitatively. The
results showed that: 1) Empowerment programs desired by business owners tended to lead to
improvements in the quality of business products and empowerment programs focused on
product marketing training. 2) Recommendations related to the results of research, namely: a)
Every empowerment program to be carried out by the government should be prepared based
on an analysis of the needs of the beneficiaries in this case business owners. b) Empowerment
programs carried out by the government should be directed at improving the quality of
business products and training in marketing products or providing containers to business
people to market their business products. c) The program held should be able to socialize well
and evenly to all business owners. This can be achieved when every information from the
government is easily accessed by all business owners.
Key Words: Community Empowerment, Small Business, Medium Business, Micro Business

37
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

ABSTRAK

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar utama
perekonomian nasional yang berwawasan kemandirian memiliki potensi besar untuk
meningkatkan kesejahteraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemberdayaan
yang dilakukan kepada pelaku UMKM sebagai upaya peningkatan kesejahteraan pelaku usaha
di Kota Makassar, serta untuk mengetahui respon pelaku usaha terkait program pemberdayaan
yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah khususnya melalui Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh pelaku usaha di kota Makassar baik
itu yang pernah mengikuti program pemberdayaan dari pemerintah maupun yang belum
pernah mengikuti program-program tersebut. Sampel dalam penelitian ini ialah 60 pelaku
usaha yang dipilih secara purposive sampling dengan mempertimbangkan beberapa kriteria
baik itu dari jenis usaha dan latar belakang pemilik usaha agar responden dalam penelitian ini
bisa bersifat heterogen. Selain itu, dilakukan wawancara terhadap akademisi. Instrumen
penelitian berupa angket dan pedoman wawancara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Program pemberdayaan yang diinginkan oleh pelaku
usaha cenderung yang mengarah pada peningkatan kualitas produk usaha dan program
pemberdayaan yang fokus pada pelatihan pemasaran produk. 2) Rekomendasi terkait hasil
penelitian yaitu: a) Setiap program pemberdayaan yang akan dilakukan oleh pemerintah
sebaiknya disusun berdasarkan analisis kebutuhan penerima manfaat dalam hal ini adalah para
pelaku usaha. b) Program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah sebaiknya diarahkan
pada peningkatan kualitas produk usaha dan pelatihan pemasaran produk atau pemberian
wadah kepada para pelaku usaha untuk memasarkan produk-produk usahanya. c) Program
yang diadakan seharusnya dapat tersosialisasi dengan baik dan merata kepada semua pelaku
usaha. Hal tersebut dapat tercapai ketika setiap informasi dari pemerintah mudah diakses oleh
seluruh pelaku usaha.
Kata Kunci: pemberdayaan umkm, usaha kecil, usaha menengah, usaha mikro

38
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

1. PENDAHULUAN pengangguran yang ada di indonesia.


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM dapat menyerap banyak tenaga
(UMKM) merupakan salah satu pilar utama kerja yang masih menganggur, selain itu
perekonomian nasional yang berwawasan mereka juga memanfaatkan berbagai
kemandirian memiliki potensi besar untuk sumber daya alam yang potensial di suatu
meningkatkan kesejahteraan. Peranan daerah yang belum diolah secara komersial
UMKM terutama sejak krisis moneter tahun (Budi, 2011). UMKM menjadi ujung
1997 dapat dipandang sebagai media tombak dan penyelamat perekonomian
penyelamat dalam proses pemulihan negara karena potensi UMKM memberikan
ekonomi nasional. Dalam mendukung sumbangan terbesar dan signifikan pada
kegiatan UMKM, pemerintah melakukan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam hal
dukungan melalui kebijakan agar ini penyerapan tenaga kerja.
diharapkan memberikan suntikan kepada Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan
UMKM agar tidak berhenti di tengah jalan. Menengah (UMKM) menurut UU Nomor 20
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun Tahun 2008 digolongkan berdasarkan
2009 bahwa jumlah usaha mikro mencapai jumlah asset dan omset yang dimiliki oleh
52,2 juta atau sekitar 98,87%. Keberadaan sebuah usaha. Menurut Sumber
UMKM telah memberikan kontribusi secara Kementerian Koperasi dan UMKM tahun
nyata dalam penyerapan tenaga kerja yang 2013-2015 bahwa UMKM masih menjadi
mencapai lebih dari 96,2 juta orang. pelaku mayoritas dalam bidang usaha yakni
Keunggulan lain dari UMKM adalah tingkat dari 54.114.821 unit usaha tahun 2013
fleksibilitasnya yang tinggi, relatif terhadap menjadi 56.534.592 unit usaha pada tahun
pesaingnya. Berry dkk (2001) kelompok 2015. Sedangkan sektor Usaha Besar hanya
usaha ini dilihat sangat penting di industri- mencapai sekitar 3.262.023 tenaga kerja
industri yang tidak stabil atau ekonomi- pada tahun 2015. Kota Makassar merupakan
ekonomi yang menghadapi perubahan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, yang
perubahan kondisi pasar yang cepat. boleh dikatakan memiliki jumlah UMKM
UMKM terbukti berkontribusi dalam tergolong besar. Untuk lebih jelasnya dapat
peningkatan perekonomian di Indonesia. dilihat pada Tabel 1 terkait data jumlah
Perekonomian di Indonesia secara nasional UMKM per kecamatan di Kota Makassar.
menunjukkan bahwa kegiatan UMKM Tabel 1. Jumlah UMKM di Kota
merupakan usaha yang konsisten dan Makassar Tahun 2018
mampu berkembang. Fakta menunjukkan No Kecamatan Jumlah UMKM
1 Mariso 517
bahwa kesempatan kerja yang diciptakan 2 Mamajang 81
oleh kelompok UMKM tersebut jauh lebih 3 Tamalate 157
banyak dibandingkan tenaga kerja yang bisa 4 Makassar 149
diserap oleh usaha besar. Selain sebagai 5 Ujung Pandang 364
6 Wajo 25
salah satu alternative penyediaan lapangan
7 Bontoala 381
kerja baru, UMKM berperan baik dalam 8 Ujung Tanah 8
mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan 9 Tallo 82
sebagai program pengentasan kemiskinan 10 Panakukkang 176
11 Biringkanaya 63
maupun penyerapan tenaga kerja. UMKM 12 Tamalanrea 25
merupakan suatu bentuk usaha kecil 13 Rapoccini 408
masyarakat yang pendiriannya berdasark-an 14 Manggala 323
inisiatif seseorang. Sebagian besar 15 Sangkarrang 5
TOTAL 2683
masyarakat beranggapan bahwa UMKM Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Makassar
hanya menggunakan pihak-pihak tertentu (2018)
saja. Peningkatan jumlah UMKM di kota
Padahal sebenarnya UMKM sangat Makassar, tentu tidak lepas dari peran
berperan dalam mengurangi tingkat pemerintah dalam mengembangkan potensi

39
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

UMKM yang ada. Rahmat (2018) memberdayakan UMKM agar kesejahtera-


menyatakan bahwa salah satunya yang ada an masyarakat semakin terangkat. Berbagai
di Makassar yaitu Dinas Perdagangan Kota peran strategis dimiliki sektor UMKM,
Makassar yang memiliki peran untuk namun sektor ini juga dihadapkan berbagai
mengembangkan potensi UMKM serta permasalahan. Dalam penerapannya
menjadi jembatan memasarkan produk dari ditemukan permasalahan terkait yang
para anggotanya agar mampu bersaing dialami oleh UMKM antara lain (1) kurang
dengan produk negara lain dengan cara permodalan, (2) kesulitan dalam pemasaran,
mengikuti pembinaan yang disiapkan oleh (3) persaingan usaha yang ketat, (4)
dinas secara gratis. Kuantitas UMKM di kesulitan bahan baku, (5) kurang teknis
Kota Makassar yang bergerak dalam bidang produksi keahlian, (6) kurang ketrampilan
industri kreatif senantiasa mencatatkan manajerial usaha dan kualitas sumber daya
pertumbuhan cukup tinggi dalam beberapa manusia pengelolanya, (7) kurang
tahun terakhir. Namun demikian, kontribusi manajemen keuangan, (8) iklim usaha
segmen tersebut masih relatif kecil terhadap (perizinan, aturan perundang- undangan)
struktur perekonomian Makassar. yang kurang kondusif. Kendala dan
Seiring bertambahnya tahun, sektor permasalahan usaha kecil dan informal
informal menjadi trend yang masif di lainnya juga disebabkan karena sulitnya
tengah masyarakat kita. UMKM memiliki akses terhadap informasi dan sumberdaya
peran penting dalam memajukan produktif seperti modal dan teknologi, yang
perekonomian daerah. Upaya menumbuh- berakibat menjadi terbatasnya kemampuan
kan UMKM setidaknya dilandasi usaha kecil untuk berkembang (Kurniawan
berdasarkan tiga alasan 1) UMKM dan Fauziah, 2014).
bertujuan untuk menyerap tenaga kerja, 2) UMKM perlu diarahkan untuk
pemerataan pendapatan dan 3) pengentasan meningkatkan kemampuan pengusaha kecil
kemiskinan. Tentunya, tantangan yang menjadi pengusaha menengah dan
dihadapi UMKM untuk memperkuat pengusaha mikro menjadi usaha kecil.
struktur perekonomian nasional cukup Namun tantangan UMKM juga masih
berat. Maka perlunya pemberdayaan terjadi seperti kendala kemampuan,
UMKM lebih diarahkan pada meningkatk- ketrampilan, keahlian, manajemen sumber
an proses panjang pengusaha kecil menjadi daya manusia, informasi pemasaran dan
pengusaha menengah dan pengusaha mikro pencatatan keuangan. Kebijakan yang
menjadi usaha kecil. Bila disadari diambil pemerintah adalah melakukan
pengembangan usaha kecil dan menengah pemberdayaan UMKM yang mencakup:
menghadapi beberapa kendala kemampuan peningkatan akses pada sumber
ketrampilan, keahlian, menajemen sumber pembiayaan, pengembangan kewirausaha-
daya manusia, informasi pemasaran dan an, peningkatan pasar produk UMKM dan
pencatatan keuangan. Untuk itu pelaku reformasi birokrasi.
UMKM harus siap meningkatkan sektor- Berdasarkan latar belakang diatas,
sektor perekonomian yang berbasis rumusan tujuan penelitian sesuai dengan
kemandirian agar siap bersaing rumusan masalah di atas adalah sebagai
menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean berikut: 1) Untuk mengetahui bentuk
(MEA). pemberdayaan yang dapat dilakukan kepada
Usaha mikro tergolong jenis usaha pelaku UMKM sebagai upaya peningkatan
marjinal, yang karena penggunaan teknologi kesejahteraan pelaku usaha di Kota
yang relatif sederhana, tingkat modal yang Makassar. 2) Untuk mengetahui respon
rendah, akses terhadap kredit yang rendah, pelaku usaha terkait program pemberdayaan
serta cenderung berorientasi pada pasar yang telah dilakukan oleh pemerintah
lokal. Oleh karena itu, harus selalu daerah.
diupayakan strategi yang tepat untuk

40
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

2. KAJIAN LITERATUR milik warga negara Indonesia yang


UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan memiliki kekayaan bersih lebih besar dari
Menengah) Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000,
UMKM dalam perekonomian tidak termasuk tanah dan
Indonesia merupakan kelompok usaha yang bangunan (Rahmana, 2008).
memiliki jumlah paling besar dan terbukti Pada Bab II pasal 5 UU No 20 tahun
tahan terhadap berbagai macam goncangan 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
krisis ekonomi. Kriteria usaha yang Menengah (UMKM). Tujuan pemberdayaan
termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah: 1)
Menengah telah diatur dalam payung Mewujudkan struktur perekonomian
hukum. Berdasarkan Undang-Undang nasional yang seimbang, berkembang dan
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha berkeadilan; 2) Menumbuhkan dan
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada mengembangkan kemampuan Usah Mikro,
beberapa kriteria yang dipergunakan untuk Kecil dan Menengah menjadi usaha yang
mendefinisikan pengertian dan kriteria tangguh dan mandiri. 3) Meningkatkan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam pembangunan daerah, penciptaan
mendefenisikan UMKM berdasarkan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil pertumbuhan ekonomi dan pengentasan
merupakan entitas usaha yang memiliki rakyat dari kemiskinan.
jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang,
sedangkan usaha menengah merupakan Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan
entitias usaha yang memiliki tenaga kerja Menengah (UMKM)
20 s.d. 99 orang. Berdasarkan Keputusan Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008,
Menteri Keuangan Nomor 316/KMK. kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil (UMKM) digolongkan berdasarkan jumlah
didefinisikan sebagai perorangan atau aset dan omset yang dimiliki oleh sebuah
badan usaha yang telah melakukan usaha. Tabel 2 menunjukkan kriteria
kegiatan/usaha yang mempunyai penjual- UMKM.
an/omset per-tahun setinggi-tingginya Rp Tabel 2. Kriteria UMKM
600.000.000 atau aset/aktiva setinggi- No Usaha Kriteria Kriteria
tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan Asset Omset
1 Usaha Maks. 50 Maks. 300
bangunan yang ditempati) terdiri dari: (1) Mikro Juta Juta
badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) 2 Usaha > 500 > 300 Juta
dan (2) perorangan (pengrajin/industri Kecil Juta – – 2,5
rumah tangga, petani, peternak, nelayan, 500 Juta Miliar
3 Usaha >500 Juta > 2,5
perambah hutan, penambang, pedagang Menengah – 10 Miliar –
barang dan jasa) (Rahmana, 2008). Miliar 50 Miliar
Menurut Kementrian Menteri Negara Kriteria Usaha Kecil Dan Menengah
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Berdasar Perkembangan, selain berdasar
(Menegkop dan UMKM), bahwa yang Undang-undang tersebut, dari sudut
dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), pandang perkembangannya, Rahmana
termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah (2008) mengelompokkan UMKM dalam
entitas usaha yang mempunyai memiliki beberapa kriteria, yaitu: 1) Livelihood
kekayaan bersih paling banyak Rp Activities, merupakan Usaha Kecil
200.000.000, tidak termasuk tanah dan Menengah yang digunakan sebagai
bangunan tempat usaha, dan memiliki kesempatan kerja untuk mencari nafkah,
penjualan tahunan paling banyak Rp yang lebih umum dikenal sebagai sektor
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha informal. Contohnya adalah pedagang kaki
Menengah (UM) merupakan entitas usaha lima; 2) Micro Enterprise, merupakan

41
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat Dalam rangka pemberdayaan UMKM
pengrajin tetapi belum memiliki sifat di Indonesia, Bank Indonesia (2011)
kewirausahaan; 3) Small Dynamic mengembangkan Five finger philosophy
Enterprise, merupakan Usaha Kecil (filosofi lima jari). Setiap jari mempunyai
Menengah yang telah memiliki jiwa peran masing-masing dan tidak dapat berdiri
kewirausahaan dan mampu menerima sendiri serta akan lebih kuat jika digunakan
pekerjaan subkontrak dan ekspor; 4) Fast secara bersamaan.
Moving Enterprise, merupakam Usaha 1. Jari jempol, mewakili peran lembaga
Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa keuangan yang berperan dalam
kewirausahaan dan akan melakukan intermediasi keuangan, terutama untuk
transformasi menjadi Usaha Besar (UB). memberikan pinjaman/pembiayaan
kepada nasabah mikro, kecil dan
Pemberdayaan UMKM menengah serta sebagai Agents of
Mahidin (2006), mengemukakan development (agen pembangunan).
bahwa pemberdayaan dapat diartikan 2. Jari telunjuk, mewakili regulator yakni
sebagai upaya untuk meningkatkan Pemerintah dan Bank Indonesia yang
kemampuan seseorang atau kelompok berperan dalam Regulator sektor riil dan
sehingga mampu melaksanakan tugas dan fiskal, Menerbitkan ijin-ijin usaha,
kewenangannya sebagaimana tuntutan Mensertifikasi tanah sehingga dapat
kinerja tugas tersebut. Pemberdayaan digunakan oleh UMKM sebagai agunan,
merupakan proses yang dapat dilakukan menciptakan iklim yang kondusif dan
melalui berbagai upaya, seperti pemberian sebagai sumber pembiayaan.
wewenang, meningkatkan partisipasi, 3. Jari tengah, mewakili katalisator yang
memberikan kepercayaan sehingga setiap berperan dalam mendukung perbankan
orang atau kelompok dapat memahami apa dan UMKM, termasuk Promoting
yang akan dikerjakannya, yang pada Enterprise Access to Credit (PEAC)
akhirnya akan berimplikasi pada Units, perusahaan penjamin kredit.
peningkatan pencapaian tujuan secara 4. Jari manis, mewakili fasilitator yang
efektif dan efisien. berperan dalam mendampingi UMKM,
Konsep pemberdayaan yang dilakukan khususnya usaha mikro, membantu
bertujuan pada pemberdayaan bidang UMKM untuk memperoleh pembiayaan
ekonomi dan bidang sosial, dengan maksud bank, membantu bank dalam hal
kelompok sasaran dapat mengelola monitoring kredit dan konsultasi
usahanya, kemudian memasarkan dan pengembangan UMKM.
membentuk siklus pemasaran yang relatif 5. Jari kelingking, mewakili UMKM yang
stabil dan agar kelompok sasaran dapat berperan dalam pelaku usaha, pembayar
menjalankan fungsi sosialnya kembali pajak dan pembukaan tenaga kerja.
sesuai dengan peran dan tugas sosialnya. Kebersamaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Keberdayaan masyarakat merupakan unsur Menengah (UMKM) dan bank komersial
dasar yang memungkinkan suatu merupakan salah satu dari sekian banyak
masyarakat bertahan dan dalam pengertian bentuk simbiosis mutualisme dalam
yang dinamis mengembangkan diri dan ekonomi. Kebersamaan tersebut bukan saja
mencapai kemajuan. Keberdayaan bermanfaat bagi keduanya, tetapi juga bagi
masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari masyarakat dan pemerintah. Masyarakat
apa yang di dalam wawasan politik disebut menikmati ketersediaan lapangan kerja dan
sebagai ketahanan nasional. Artinya apabila pemerintah menikmati kinerja ekonomi
masyarakat memiliki kemampuan ekonomi berupa naiknya Pendapatan Domestik Bruto
yang tinggi, maka hal tersebut merupakan (PDB), yang menyumbang lebih dari
bagian dari ketahanan ekonomi nasional separuh PDB Indonesia. Namun demikian,
(Rukminto, 2008).

42
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

kerja sama tersebut tetap perlu memegang Peta Jalan (Road Map) Penelitian
prinsip kehati-hatian untuk memastikan Penelitian ini merupakan penelitian
terwujudnya manfaat bagi kedua pihak. yang dilaksanakan dengan berdasarkan
pada road map penelitian pada Tabel 3
berikut.

Tabel 3. Road Map Penelitian


No Judul Penelitian Tahun
1 Perbandingan Metode SAW dan TOPSIS pada kasus UMKM 2016
2 The difficulties faced by micro and small enterprises in the formal 2016
market access: The case in small and micro enterprises in the cities
of Makassar and Kabupaten Gowa south Sulawesi
3 Potensi Pengembangan Produk Pembiayaan Natural Uncertainty 2016
Contract (NUC) Di Bank Syariah Terhadap Sektor Ril UMKM
4 Effect of characteristics and entrepreneurial orientation towards 2017
entrepreneurship competence and crafts and arts smes business
performance in Makassar
5 Efektivitas Pelaksanaan Akuntansi Pada UMKM Di Kota Makassar. 2017
Akuntabilitas
6 The Implementation of Micro, Small, and Medium Enterprises 2018
(UMKM) Policy in Makassar Based On Bromley Mode
7 Pengaruh Masa Kerja Terhadap Profesionalisme pegawai Di Dinas 2018
Koperasi dan UMKM Provinsi Sulawesi Selatan
8 Implementasi Sak-Etap Pada UMKM Warkop Di Kota Makassar 2018

Secara umum penelitian mengenai pemilik usaha agar responden dalam


UMKM di Kota Makassar telah banyak penelitian ini bisa bersifat heterogen.
dikaji oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Lokasi penelitian difokuskan dalam
Namun penelitian yang menggunakan lingkup kota Makassar.
pendekatan kualitatif untuk mendapatkan
informasi secara mendalam mengenai Instrumen Penelitian
bentuk pemberdayaan UMKM sebagai Terdapat 2 jenis instrumen yang
upaya peningkatan kesejahteraan di Kota digunakan dalam penelitian ini yakni
Makassar belum banyak dikaji oleh instrumen berupa skala yang bertujuan
peneliti-peneliti sebelumnya. untuk megetahui respon pelaku usaha
berupa data kuantitatif. Instrumen ini yang
3. METODE PENELITIAN diberikan kepada 60 pelaku usaha yang
Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian menjadi responden penelitian. Instrumen
Penelitian ini merupakan penelitian kedua berupa panduan wawancara yang
survey. Populasi dalam penelitian ini ialah menghasilkan data kualitatif sebagai yang
seluruh pelaku usaha di kota Makassar baik berfungsi sebagai data pendukung dari data
itu yang pernah mengikuti program kuantitatif. Proses wawancara dilakukan
pemberdayaan dari pemerintah maupun kepada beberapa pelaku usaha, pihak
yang belum pernah mengikuti program- pemerintah daerah, dan akademisi.
program tersebut. Sampel dalam penelitian
ini ialah 60 pelaku usaha yang dipilih Teknik Analisis Data
secara purposive sampling dengan Terdapat 2 jenis teknik analisis data
mempertimbangkan beberapa kriteria baik yang digunakan, data kuantitatif dianalisis
itu dari jenis usaha dan latar belakang dengan menggunakan pendekatan statistik
deskriptif. Sedangkan data kualitatif

43
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

dianalisis dengan menggunakan usaha yang berbeda baik itu di bidang usaha
Pendekatan deskriptif kualitatif. Setelah kuliner, bidang pendidikan seperti kursus,
data diperoleh dengan cara pengumpulan pakaianan, kerajinan tangan dan beberapa
data yang telah disebutkan, data data jenis usaha lainnya. Data di atas
tersebut perlu diperiksa mengenai menunjukkan bahwa sebagian besar
keabsahan data tersebut agar dapat responden berasal dari jenis usaha kuliner.
diketahui bahwa data yang didapat Untuk karakteristik responden berdasarkan
tersebut memang layak dan dapat lama berdirinya usaha dapat di lihat pada
dipercaya untuk digunakan sebagai data tabel 5.
penelitian. Menurut Moleong (2005), Tabel 5. Lama Berdirinya Usaha
terdapat empat kriteria dalam pemeriksaan Usia Frekuensi Persentase
keabsahan data ini bisa dilakukan dengan (%)
cara triangulasi sumber, triangulasi 0-3 tahun 14 23,33
metode, triangulasi kejujuran peneliti dan 4-6 tahun 24 40
triangulasi dengan teori memanfaatkan 7-10 tahun 10 16,67
data sumber sumber lain diluar data yang >10 tahun 12 20
dimaksud untuk dipakai sebagai Total 60 100%
pembanding. Pada penelitian ini teknik Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian
pemeriksaan keabsahan data yang paling besar usaha UMKM dari responden baru
sesuai digunakan adalah triangulasi berusia 4-6 tahun. Usaha tersebut boleh
sumber, dengan cara yang dipakai adalah dikatakan tergolong masih muda
dengan cara 1) membandingkan data hasil dibandingkan dengan usaha pada kategori
wawancara dengan dokumen lainnya. Untuk karakteristik responden
yang bersangkutan. 2) membandingkan berdasarkan pendapatan bersih yang
hasil pengamatan dari peneliti dengan diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.
pendapat orang lain walaupun objek Tabel 6 Pendapatan Bersih setiap Bulan
kajian sama. Pendapatan Frekuensi Persentase
Bersih (%)
4. HASIL PENELITIAN DAN < Rp 5 Juta 14 23,33
PEMBAHASAN Rp 6 Jt – 10 21 35
Karakteristik Responden Penelitian Jt
Rp 11 Jt – 16 26,67
Berikut adalah karakteristik dari para 15 Jt
pelaku usaha yang menjadi responden
Rp 16 Jt – 3 5
dalam penelitian ini ditinjau dari beberapa
20 Jt
kategori seperti pada Tabel 4.
> Rp 20 Jt 6 10
Tabel 4 Jenis Usaha Responden
Total 60 100%
Penelitian
Jenis Usaha Frekuensi Persentase Terdapat 5 jenis kategori pendapatan
(%) bersih yang diperoleh pelaku usaha dalam
Makanan 20 33,33 penelitian ini mulai dari 0-5 juta sampai pada
Kursus 7 11,67 kategori di atas 20 juta dalam setiap bulan.
Pakaian 12 20 Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 21
Kerajinan Tangan 3 5 UMKM dengan persentase 35% memiliki
dan lain-lain 18 30 pendapatan bersih setiap bulannya sekitar 6-
(percetakan, Jual 10 juta, dan hanya di unit usaha dengan
Parfum, persentase 10% yang memiliki pendapatan di
Photografer) atas 20 juta perbulannya.
Total 60 100%
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden
penelitian memiliki latar belakang jenis

44
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

Tabel 7. Pelaku Usaha Berdasarkan menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku


Tingkat Usaha usaha yakni sebanyak 65% sudah
Pendapatan Frekuensi Persentase menggunakan e-commerce, dan sisanya
Bersih (%) sebanyak 35% tidak menggunakan e-
Mikro 54 90 commerce. Hal ini tentunya dapat menjadi
Kecil 6 10 peluang untuk dapat meningkatkan kualitas
Menengah 0 0 UMKM. Untuk karakteristik responden
Total 60 100% berdasarkan jumlah karyawan yang
Berdasarkan tabel 7, dapat disimpulkan dimiliki dapat dilihat pada Tabel 10.
bahwa sebagian besar responden dalam diberikan upah setiap bulannya.
penelitian ini merupakan unit usaha skala Tabel 10. Jumlah Karyawan
mikro sebanyak 54 usaha, dan hanya 6 Jumlah Frekuensi Persentase
usaha yang masuk pada kategori usaha Karyawan (%)
kecil. Untuk karakteristik responden <5 38 63,33
berdasarkan pendidikan terakhir pemilik Karyawan
usaha dapat dilihat pada Tabel 8. 6 – 10 13 21,67
Tabel 8. Pendidikan Terakhir Pemilik Karyawan
Usaha 11 – 15 6 10
Pendidikan Frekuensi Persentase Karyawan
Terakhir (%) 16 – 20 3 5
SD/SMP 10 16,67 Karyawan
SMA 15 25 >20 0 0
S1 26 43,33 Karyawan
S2 9 15 Total 60 100%
S3 0 0 Tabel 10 menunjukkan bahwa
Total 60 100% sebagian besar pelaku usaha yang menjadi
Data pada Tabel 8 menunjukkan responden yakni sebanyak 63,33%
bahwa sebagian besar pemilik usaha yakni memiliki karyawan kurang dari 5 orang,
sebanyak 26 orang dengan persentase dan hanya 3 jenis usaha yang memiliki
43,33% merupakan lulusan sarjana (S1), karyawan pada kategori 16-20 karyawan.
bahkan terdapat 9 UMKM yang pemiliknya Banyaknya karyawan tentunya berbanding
merupakan lulusan magister (S2). lurus dengan penghasilan yang diperoleh
Berdasarkan data tersebut maka dapat pelaku usaha tersebut. Pada data
dilihat bahwa sebagian besar pemilik usaha sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian
memiliki latar belakang pendidikan yang besar usaha hanya memiliki penghasilan
mencukupi. Untuk karakteristik responden kurang dari 5 juta setiap bulannya.
berdasarkan penggunaan e-commerce dapat
dilihat pada Tabel 9. Program yang telah dilakukan oleh
Tabel 9. Penggunaan E-Commerce Pemerintah Daerah berkaitan dengan
E- Frekuensi Persentase Peningkatan Kesekahteraan UMKM
Commerce (%)
Ya 39 65 Berikut beberapa program yang telah
Tidak 21 35 dilaksanakan oleh pemerintah daerah:
a. Program Tahun 2018
Total 60 100%
1) Bimbingan teknis design keterampilan
E-commerce merupakan salah satu
kerajinan border;
media yang dapat dimanfaatkan oleh
2) Pemanfaatan informasi teknologi
pelaku usaha untuk mengembangkan
dalam peningkatan kualitas UKM;
usahanya. Melalui E-commerce, pelaku
3) Peningkatan dan pengembangan
usaha dapat memperluas jangkauan
jaringan kerjasama UKM;
konsumennya. Hasil penelitian

45
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

4) Promosi produk unggulan UMKM. Respon Pelaku Usaha Terkait program


b. Program Tahun 2019 Pemerintah
1) Bimtek pola pengelolaan limbah Peran pemerintah dalam hal ini adalah
rumah tangga untuk UMKM; Dinas Koperasi dan UMKM Kota
2) Bimtek teknik pengelolaan warung Makassar tentunya sangat penting dalam
makan; meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
3) Fasilitasi pemasaran produk UMKM UMKM. Program dari Dinas Koperasi dan
dengan pelaku bisnis; UMKM salah satunya adalah melakukan
4) Pengembangan pemberdayaan UMKM pemberdayaan pada UMKM di Kota
bagi pelaku usaha jasa Laundry; Makassar yang telah tertuang dalam
5) Pemanfaatan informasi teknologi RENSTRA Dinas Koperasi dan UMKM
dalam peningkatan kualitas UKM; Kota Makassar. Maka dari itu, segala
6) Peningkatan dan pengembangan upaya yang dilakukan oleh Dinas Koperasi
jaringan kerjasama UMKM; dan UMKM diharapkan untuk mendorong,
7) Lomba lorong UKM; memberdayakan, serta menjadi wadah bagi
8) Sentra Galeri produk unggulan seluruh UMKM agar dapat berkembang.
koperasi dan UKM; Pada bagian ini dijelaskan bagaimana
9) Penyelenggaraan promosi produk respon para pelaku usaha yang menjadi
unggulan; responden dalam penelitian ini terkait
10) Workshop peningkatan pengelolaan kinerja Dinas Koperasi dan UMKM, untuk
keuangan UMKM. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Respon Pelaku Usaha Terkait Peran Pemerintah Membantu Pelaku UMKM
No Aspek Respon Pelaku Usaha
Sangat Baik Tidak Sangat
Baik Baik Tidak
Baik
1 Peran dalam memfasilitasi terciptanya 13,33% 21,67% 53,33% 11,67%
wirausaha baru
2 Peran dalam pendampingan usaha dan 13,33% 53,33% 20% 13,34%
manajemen bagi UMKM
3 Peran dalam membantu pemasaran baik 13,33% 33,34% 45% 8,33%
melalui pameran ataupun kegiatan
lainnya
4 Membantu pelaku usaha dalam hal 8,34% 13,33% 65% 13,33%
permodalan

Terdapat 4 indikator yang digunakan tersebut juga dianggap belum maksimal


untuk mengukur respon pelaku usaha oleh para pelaku usaha.
terkait kinerja pemerintah kota Makassar Selain kedua aspek tersebut, aspek
seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas. terkait peranan pemerintah dalam
Untuk indikator pertama, secara umum membantu pemasaran baik itu melalui
pelaku usaha menganggap bahwa kegiatan pameran ataupun kegiatan
pemerintah dalam hal in dinas koperasi dan lainnya belum dianggap maksimal. Hal
UMKM belum mampu memfasilitasi tersebut terbukti dari data di atas yang
terciptanya wirausaha baru khususnya di menunjukkan bahwa 45% responden
kota Makassar, begitupun pada indikator
keempat yakni dalam hal bantuan
pemberian modal usaha ataupun bantuan
untuk mendapatkan modal usaha. Hal

46
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

berada pada kategori tidak baik atau belum juga belum maksimal.
maksimal terkait kinerja pemerintah pada
aspek ini. Dari keempat indikator tersebut, Respon Pelaku Usaha Terkait Program
hanya satu indikator yakni peranan dalam Pemerintah
pendampingan usaha bagi UMKM yang Respon pelaku usaha terkait kinerja
dianggap baik bagi sebagian besar pemerintah tentunya tidak terlepas dari
responden yakni sebanyak 53,33%. tanggapan mereka terkait efektifitas dari
Pendampingan dalam hal ini adalah program-program yang telah dilaksanakan
seperti memberikan pelatihan manajemen oleh pemerintah daerah untuk para pelaku
usaha ataupun sosialisasi. Namun, terdapat usaha. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
juga 20% responden yang mengatakan pada Tabel 12.
bahwa pada aspek ini, kinerja pemerintah

Tabel 12. Respon Pelaku Usaha Program Pemerintah


No Aspek Respon Pelaku Usaha
Sangat Baik Tidak Sangat
Baik Baik Tidak
Baik
1 Program pemberdayaan yang dilakukan 8,33% 30% 53,34% 8,33%
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
pelaku UMKM
2 Banyak program pemberdayaan yang 20% 46,67% 33,33% 0%
diadakan namun tidak ada follow up
setelah pelatihan
3 Informasi terkait program dari 8,33% 25% 56,67% 10%
pemerintah baik yang sudah ataupun
yang akan dilakukan sangat mudah
diakses
4 Program pelatihan yang diadakan 10% 28,33% 53,34% 8,33%
tersosialisasi dengan baik dan merata
kepada semua pelaku usaha

Terdapat 4 aspek yang menjadi 46,67% responden menganggap bahwa


indikator dalam menilai ketepatan dan banyak program pemberdayaan yang
efektivitas dari program pemberdayaan dilakukan pemerintah, namun tidak
yang dilakukan oleh pemerintah daerah, disertai dengan tindak lanjut. Sehingga
yakni 1) program yang dilakukan sesuai target yang diinginkan dari program
dengan yang dibutuhkan oleh pelaku tersebut tidak tercapai secara maksimal.
usaha, dalam hal ini adalah berbasis Indikator selanjutnya yakni 3)
analisis kebutuhan penerima manfaat. kemudahan dalam mengakses Informasi
Hasil menunjukkan bahwa 53,34% terkait program pemberdayaan dari
responden menganggap bahwa program pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan
yang telah dilakukan oleh pemerintah bahwa 56,67% responden menganggap
tidak sesuai dengan analisis kebutuhan bahwa informasi terkait program dari
atau tidak sesuai dengan yang diinginkan dinas UMKM Kota Makassar baik yang
oleh pelaku usaha. 2) Setiap program sudah ataupun yang akan dilakukan tidak
yang dilakukan diharapkan mempunyai mudah diakses. Hal tersebut
follow-up ataupun tindak lanjut. Hasil mengakibatkan terkadang beberapa
data di atas menunjukkan bahwa responden tidak mendapatkan informasi

47
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

terkait layanan ataupun program meningkatkan usahanya baik dari segi


pemberdayaan yang dapat diikuti yang peningkatan sumber daya manusia
difasilitasi oleh pemerintah daerah. ataupun peningkatan kualitas produk
Indikator selanjutnya yakni 4) Program usaha.
pelatihan yang diadakan tersosialisasi
dengan baik dan merata kepada semua Jenis Pemberdayaan yang diinginkan
pelaku usaha. Hal ini tentunya oleh Pelaku Usaha
berhubungan dengan data sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Ketika informasnya mudah diakses, secara beberapa pelaku usaha, dirumuskan
otomatis program dari pemerintah akan beberapa jenis aspek program
tersosialisasi dengan baik dan merata pemberdayaan pelaku usaha yang
kepada semua pelaku usaha. Namun, hasil dilaksanakan oleh pemerintah ataupun
penelitian menunjukkan bahwa 53,34% pihak non pemerintah. Aspek-aspek
responden mengatakan program pelatihan tersebut selanjutnya dijadikan indikator
yang diadakan selama ini tidak untuk mengembangkan instrumen yang
tersosialisasi dengan baik dan merata bertujuan untuk mengukur program
kepada semua pelaku usaha. Hal tersebut pemberdayaan apa yang menjadi perioritas
mengakibatkan banyak pelaku usaha bagi pelaku usaha. Untuk lebih jelasnya,
kurang informasi terkait kegiatan- dapat di lihat pada Tabel 13.
kegiatan yang dapat diikuti untuk

Tabel 13. Jenis Pemberdayaan yang diinginkan oleh Pelaku Usaha


No Aspek Respon Pelaku Usaha
Sangat Setuju Tidak Sangat Total
Setuju Baik Tidak
Setuju
1 Manajemen Keuangan 41,67% 31,67% 26,66% 0% 100%
2 Pelatihan Peningkatan 70% 25% 5% 0% 100%
Kualitas Produk
3 Modal Usaha 43,33% 36.67% 20% 0% 100%
4 Pemasaran Produk 63,33% 21,67% 15% 0% 100%
5 Kemampuan Manajemen 23,33% 46,67% 20% 10% 100%
Usaha secara umum
wawancara yang telah dilakukan
Tabel di atas menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu
terdapat 5 aspek umum yang menjadi membutuhkan pelatihan yang fokus pada
fokus kegiatan pemberdayaan pelaku peningkatan kemampuan manajemen
usaha yakni dalam pelatihan manajemen usaha secara umum, namun pelaku usaha
keuangan, peningkatan kualitas produk, cenderung lebih menginginkan usaha
pengadaan modal usaha, peningkatan yang fokus pada peningkatan kualitas
pemasaran produk, dan pelatihan produk dan dalam hal pemasaran produk
manajemen usaha secara umum. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Berdasarkan data di atas dapat
Rumusan Masalah Prioritas dari Hasil
disimpulkan bahwa sebagian besar pelaku Wawancara
usaha memperioritaskan pelatihan Selain menggunakan kuesioner,
peningkatan kualitas produk usaha dan peneliti juga melakukan wawancara
dalam hal pemasaran produk. Hasil untuk mengumpulkan data terkait

48
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

problematika yang dialami oleh pelaku responden menginginkan pelatihan yang


UMKM. Untuk lebih jelasnya dapat fokus pada peningkatan inovasi produk.
dilihat pada penjelasan berikut: c. Rendahnya Pemahaman mengenai
a. Rendahnya Kesadaran akan Customer Relationship Management
Pentingnya Merk atau Branding Beberapa penelitian sebelumnya
sebuah Usaha yang dilakukan oleh Martua & Djati
Hasil wawancara yang dilakukan (2018), Setiawan dkk. (2018), Iskandar
dengan responden menunjukkan bahwa dkk. (2019) menunjukkan mengenai
hanya sebagian kecil dari mereka yang pentingnya menjaga loyalitas konsumen
sadar akan pentingnya merk atau dalam meningkatkan penjualan produk.
branding sebuah usaha. Sebagian besar Berdasarkan wawancara dengan
UMKM yang menjadi responden dalam responden menunjukkan bahwa sebagian
penelitian ini belum mendaftarkan besar responden tidak mengetahui
merknya di Kementerian Hukum dan strategi- strategi yang dapat dilakukan
HAM. Pelaku UMKM memiliki untuk menjaga loyalitas konsumen.
kecenderungan hanya fokus menjual Mereka cenderung belum memiliki
tanpa memikirkan bagaimana kualitas perhatian yang besar dalam membuat
merk dari produknya. program loyalitas pelanggan. Hasil
Beberapa penelitian sebelumnya penelitian sebelumnya membuktikan
menunjukkan bahwa peran branding atau bahwa semakin sering pelaku UKM
merk sebuah usaha sangatlah penting melakukan program loyalitas pelanggan,
dalam upaya membesarkan bisnis maka loyalitas pelanggan pun akan
UMKM. Produk yang memiliki kualitas semakin menguat (Martua & Djati, 2018;
branding yang baik tentunya akan lebih Setiawan dkk., 2018).
mudah diingat konsumen, sehingga akan
berdampak positif tehadap peningkatan Permasalahan UMKM dalam
penjualan produk UMKM (Appiah dkk., Perspektif Akademisi
2019; Ben Youssef dkk., 2018; Rus, Berdasarkan hasil wawancara yang
2018). telah dilakukan dengan para akademisi
mengenai permasalahan yang dihadapi
b. Kurangnya Pengembangan Inovasi oleh pelaku UMKM di Kota Makassar,
Produk maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
Permasalahan penting lainnya yang beberapa faktor yang menyebabkan
dialami oleh para pelaku UMKM terhambatnya perkembangan UMKM
adalahrendahnya inisiatif dan yang diklasifikasikan menjadi 2 faktor
kemampuan pelaku usaha dalam umum yakni 1) faktor jangka pendek dan
mengembangkan inovasi produknya. Hal menengah, 2) jangka panjang. Faktor
tersebut menyebabkan sulitnya pelaku jangka pendek dan menengah yakni
usaha tersebut bersaing dengan pelaku pembinaan dan pendampingan yang
UMKM lainnya baik itu dalam negeri tidak sustainable. Pelatihan yang
maupun di luar negeri. Beberapa diberikan kepada pelaku usaha sebaiknya
penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya fokus pada hardskill tapi
pengembangan inovasi produk juga fokus pada peningkatan softskill.
merupakan salah satu variabel utama Selain itu, faktor jangka panjang dalam
yang sangat berperan penting untuk hal ini adalah kebijakan pemerintah yang
meningkatkan UMKM (Lestari dkk., kurang konsisten membangun dunia
2019; Putri & Yasa, 2018; Manahera usaha. Termasuk akses perbankan yg
dkk., 2018). Hal ini sejalan dengan hasil saat ini tidak begitu berdampak pada
penelitian yang telah dijelaskan pengembangan usaha mikro dan kecil.
sebelumnya bahwa sebagian besar Berdasarkan masalah tersebut, maka

49
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

terdapat beberapa solusi yang dapat bagaimana program tersebut dilakukan.


diterapkan terkait permasalahan di atas. Meskipun programnya berbasis analisis
1) Butuh Roadmap yang jelas dan detail kebutuhan pelaku usaha, namun
yang melibatkan sebanyak mungkin programnya tidak dilaksanakan dengan
stakeholder terkait fokus dan rancangan baik, maka hasil yang akan diperolehpun
program yang akan diberikan kepada tidak akan maksimal. Hasil wawancara
pelaku UMKM. 2) Dibutuhkan data yang dengan responden menunjukkan bahwa
terintegrasi (pelaku umkm, perguruan banyak program dari pemerintah daerah
tinggi, pemerintah, dunia usaha). Peran dianggap baik, namun tidak ada tindak
perguruan tinggi dalam hal ini adalah lanjut dari program tersebut. Sebagian
melakukan pengkajian penelitian yang besar responden menganggap bahwa
hasilnya dapat diterapkan oleh pelaku banyak program pemberdayaan yang
UMKM dan pemerintah. dilakukan pemerintah, namun tidak
Berdasarkan hasil penelitian di atas, disertai dengan tindak lanjut. Sehingga
maka dapat dirumuskan bahwa berkaitan target yang diinginkan dari program
dengan program pemberdayaan, tersebut tidak tercapai secara maksimal.
sebagian besar pelaku cenderung lebih Selain itu, setiap program
butuh program pemberdayaan yang pemberdayaan yang dilaksanakan oleh
fokus pada pelatihan peningkatan pemerintah daerah seharusnya mudah
kualitas produk usaha dan program diakses oleh para pelaku usaha. Namun,
pemberdayaan yang fokus pada pelatihan sebagian besar responden menganggap
pemasaran produk atau program yang bahwa informasi terkait program dari
memberikan wadah kepada pelaku usaha dinas UMKM Kota Makassar baik yang
untuk memasarakan produk-produk sudah ataupun yang akan dilakukan tidak
mereka. Kedua aspek tersebut yang mudah diakses. Ketika informasinya tidak
dianggap penting untuk dimiliki oleh mudah diakses, secara otomatis program
para pelaku usaha. dari pemerintah tidak akan tersosialisasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan baik dan merata kepada semua
sebagian pelatihan yang dilakukan oleh pelaku usaha. Hal tersebut terbukti dari
pemerintah daerah cenderung hanya data penelitian yang menunjukkan bahwa
fokus dalam hal peningkatan kemampuan program pelatihan yang diadakan selama
dalam manajemen usaha secara umum. ini tidak tersosialisasi dengan baik dan
Program tersebut biasanya berupa merata kepada semua pelaku usaha. Hal
pelatihan ataupun hanya sekedar tersebut mengakibatkan banyak pelaku
sosialisasi. Berdasarkan data di atas, usaha kurang informasi terkait kegiatan-
maka dapat disimpulkan bahwa program kegiatan yang dapat diikuti untuk
seperti ini tidak terlalu diinginkan oleh meningkatkan usahanya baik dari segi
pelaku usaha. Sehingga program tersebut peningkatan sumber daya manusia,
tidak terlalu memberikan manfaat lebih ataupun peningkatan kualitas produk
karena program tersebut dilakukan tidak usaha.
berdasarkan analsis kebutuhan calon Terdapat beberapa implikasi dari
penerima manfaat. Hal tersebut hasil penelitian ini diantaranya sebagai
dituturkan oleh beberapa narasumber berikut:
yang menjadi responden dalam penelitian 1) Hasil penelitian ini dapat
ini pada saat proses wawancara. digunakan sebagai bahan pertimbangan
Data lain yang menarik dalam dalam menysun program pemberadayaan
penelitian ini ialah, ketika berbicara untuk para pelaku UMKM. 2)
mengenai program pemberdayaan, maka Identifikasi mengenai berbagai respon
bukan hanya persoalan program apa yang pelaku UMKM terkait kinerja pemerintah
akan dilakukan, tapi lebih dari itu yakni daerah dalam hal ini adalah dinas

50
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

koperasi dan UMKM dapat digunakan pemberian wadah kepada para pelaku
sebagai acuan untuk perbaikan serta usaha untuk memasarkan produk- produk
peningkatan kinerja oleh pemerintah usahanya. 3) Program yang diadakan
daerah. 3) Hasil penelitian ini dapat seharusnya dapat tersosialisasi dengan
digunakan sebagai literatur untuk baik dan merata kepada semua pelaku
memahami gambaran umum kondisi usaha. Hal tersebut dapat tercapai ketika
pelaku usaha di kota Makassar terkait setiap informasi dari pemerintah mudah
respon mereka dalam mengevaluasi diakses oleh seluruh pelaku usaha.
program pemberdayaan dari pemerintah
daerah. 4) Bagi kalangan akademis, 6. UCAPAN TERIMA KASIH
penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk memperkaya pengetahuan serta Terima kasih diucapkan kepada
melengkapi literatur mengenai pelaku Badan Penelitian dan Pengambangan
UMKM. Daerah Kota Makassar, atas dana
penelitian yang diberikan.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang 7. RFERENSI
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
Aisyah, S., Musa, C. I., & Ramli, A.
maka dapat disimpulkan bahwa 1)
(2017). Effect of characteristics
Program pemberdayaan yang diinginkan
and entrepreneurial orientation
oleh pelaku usaha cenderung yang
towards entrepreneurship
megarah pada peningkatan kualitas
competence and crafts and arts
produk usaha dan program pemberdayaan
smes business performance in
yang fokus pada pelatihan pemasaran
Makassar. International Review
produk. 2) Terdapat 4 aspek yang
of Management and Marketing,
menjadi masukan pelaku usaha terkait
7(2), 166-173.
program pemberdayaan yang dilakukan
Akib, H., & Saleh, S. (2018). Pengaruh
oleh pemerintah daerah, yakni 1) setiap
Masa Kerja Terhadap
program yang dilakukan sebaiknya sesuai
Profesionalisme pegawai di
dengan analisis kebutuhan penerima
Dinas Koperasi dan UMKM
manfaat. 2) Setiap program yang
Provinsi Sulawesi Selatan
dilakukan diharapkan mempunyai follow-
(Doctoral dissertation,
up ataupun tindak lanjut. 3) Kemudahan
Universitas Negeri Makassar).
dalam mengakses Informasi terkait
Alam, S. (2017). Efektivitas Pelaksanaan
program pemberdayaan, 4) Program
pelatihan yang diadakan seharusnya dapat Akuntansi Pada UMKM di Kota
tersosialisasi dengan baik dan merata Makassar. Akuntabilitas: Jurnal
kepada semua pelaku usaha. Ilmiah Ilmu-Ilmu Ekonomi,
Terdapat beberapa rekomendasi yang 10(1), 1-22.
diajukan berdasarkan hasil penelitian
Appiah, D., & Ozuem, W. (2019). Issues
yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu:
1) Setiap program pemberdayaan yang With the Importance of
akan dilakukan oleh pemerintah Branding, Brand Personality
sebaiknya disusun berdasarkan analisis and Symbolic Meaning of
kebutuhan penerima manfaat dalam hal Brands in the Smartphone
ini adalah para pelaku usaha. 2) Program Industry. In Global information
pemberdayaan yang dilakukan oleh diffusion and management in
pemerintah sebaiknya diarahkan pada contemporary society (pp. 56-
peningkatan kualitas produk usaha dan 97). IGI Global.
pelatihan pemasaran produk atau

51
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

Ben Youssef, K., Leicht, T., Pellicelli, Lestari, I., Astuti, M., & Ridwan, H.
M., & Kitchen, P. J. (2018). The (2019). Pengaruh Inovasi dan
importance of corporate social Orientasi Kewirausahaan
responsibility (CSR) for terhadap Keunggulan Bersaing
branding and business success Umkm Kuliner. Jurnal Riset
in small and medium-sized Manajemen dan Bisnis (JRMB)
enterprises (SME) in a business-
Fakultas Ekonomi UNIAT, 4(1),
to-distributor (B2D) context.
Journal of Strategic Marketing, 111-118.
26(8), 723-739. Masyhuri & Zainuddin, M. (2009).
Berry, A, E. Rodriquez, & Sandeem, H. Metode Penelitian Pendekatan
(2001). Small and Medium Praktis dan Aplikatif. Bandung:
Enterprises Dynamics in PT. Refika Aditama.
Indonesia. Bulletin of
Indonesian Economic Studies Manahera, M. M., Moniharapon, S., &
37. Tawas, H. N. (2018). Analisis
Pengaruh Orientasi Pasar,
Budi, R. (2011). Konsep Pemberdayaan Orientasi Kewirausahaan
Masyarakat Untuk Usaha Kecil terhadap Inovasi Produk dan
dan Mikro. (online). Kinerja Pemasaran (Studi
www.ejournal.unud.ac.id. Kasus UMKM Nasi Kuning di
Diakses pada tahun 2019. Manado). Jurnal EMBA: Jurnal
Guntur, M., & Yamin, M. N. (2018). The Riset Ekonomi, Manajemen,
Implementation of Micro, Small, Bisnis dan Akuntansi, 6(4).
and Medium Enterprises Martua, C., & Djati, S. P. (2018).
(UMKM) Policy in Makassar Pengaruh Kualitas Layanan dan
Based On Bromley Model. In Harga terhadap Kepuasan
1st International Conference on Pelanggan yang Berdampak
Social Sciences (ICSS 2018). pada Loyalitas Pelanggan Jasa
Atlantis Press. Pengiriman AB Cargo. Jurnal
Ilmiah Bisnis, Pasar Modal dan
Kurniawan, F.D. & Fauziah, L. (2014). UMKM, 1(1), 10-18.
Pemberdayaan Usaha Mikro Moleong, L.J. (2006). Metodologi
Kecil dan Menengah (UMKM) Penelitian Kualitatif,
dalam Penanggulangan Kuantitatif dan Mixed.
Kemiskinan. Jurnal Kebijakan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dan Manajemen Publik, Vol. 2
No. 2, hal. 103-220. Mude, M. A. (2016). Perbandingan
Metode SAW dan TOPSIS
Iskandar, I., Mahanka, R., Trijumansyah, pada kasus UMKM. ILKOM
A., & Yunita, N. (2019). Upaya Jurnal Ilmiah, 8(2), 76-81.
Meningkatkan Loyalitas Putri, N. K. N., & Yasa, N. N. K. (2018).
Pelanggan Melalui Customer Peran Inovasi Produk
Relationship Management Memediasi Orientasi Pasar
(Studi Kasus Pada Point Media terhadap Kinerja Pemasaran
(Studi pada Usaha Mikro, Kecil
Sejahtera). Jurnal Abdimas
dan Menengah Pie Susu di Kota
BSI: Jurnal Pengabdian Denpasar). Matrik: Jurnal
Kepada Masyarakat, 2(1). Manajemen, Strategi Bisnis dan

52
Jurnal Inovasi dan Pelayanan Publik Makassar Volume 1, Nomor 1, Januari – Juni 2019

Kewirausahaan, 111-120.
Rahman, Z. (2016). The difficulties faced
by micro and small enterprises
in the formal market access:
The case in small and micro
enterprises in the cities of
Makassar and Kabupaten
Gowa south Sulawesi. Journal
of Humanity, 4(1), 92-103.
Ramdani, M. R., & Kamidin, M. (2018).
Implementasi Sak-Etap pada
UMKM Warkop di Kota
Makassar. Jurnal RAK (Riset
Akuntansi Keuangan), 3(2),
109-117.
Rahmat, A.N. (2018). Saatnya
Pacu Digitalisasi Pelaku UMKM
di Makassar. Bisnis.com.
https://sulawesi.bisnis.com/read/
20 181016/540/849872/saatnya-
pacu- digitalisasi-pelaku-umkm-
di- makassar.
Rus, M., Konecnik Ruzzier, M., &
Ruzzier, M. (2018). Startup
Branding: Empirical Evidence
among Slovenian Startups.
Managing Global Transitions,
16(1), 79-94.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Setiawan, I., Faruk, M., & Basari, M. A.
(2018). Peran CRM pada Bisnis
Kos Kosan dalam Menciptakan
Loyalitas Konsumen di
Lingkungan Universitas Galuh.
Jurnal Ilmu Manajemen, 5(2),
321-325.
Trimulato, T. (2016). Potensi
Pengembangan Produk
Pembiayaan Natural
Uncertainty Contract (NUC) Di
Bank Syariah Terhadap Sektor
Ril UMKM. Al- Falah: Journal
of Islamic Economics, 1(1), 19-
45.

53

You might also like