Professional Documents
Culture Documents
Journal of Applied Business Administration Vol 2, No 2,September 2018, hlm. 258-266. e-ISSN:2548-9909
Abstract
Law Number 6 of 2014 concerning village stipulation is meant in developing village potential and assets in
order to develop together, and advance the economy of rural communities. This is an opportunity for every
village to develop every potential they have. It needs to be highlighted that Tawang Argo Village, Karangploso
Subdistrict, Malang Regency is experiencing maximixing the facilities available in Universitas Brawijaya
Educational Forest (Hutan UB). This study aims to map the potential that is capable and developed in Tawang
Argo Village. This study uses a qualitative approach and strengthens SWOT, EFAS, and IFAS analysis. Several
factors found from the results of this study include: 1) lack of product innovation; 2) land conditions in the
highlands that are not supported by economic commodities; 3) lack of creativity in the community; and 4) small
market opportunities. Imaging which shows that Tawang Village is very appropriate to build House of
Mushrooms as a potential solution that exists. In cultivating mushroom kumbung not by the condition of the
residents' land, having their own planting media with temperature regulation can also be planted on limited
land. The results of mushroom kumbung can be sold in the form of raw materials and processed to add value and
be developed into a product that is competitive and builds the independence of the village economy.
Keywords: Tawang Argo, Hutan UB, SWOT, EFAS, IFAS, House of Mushrooms
Abstrak
Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang pengaturan desa yang bertujuan dalam pengembangan potensi dan
aset desa guna kesejahteraan bersama, serta memajukan perekonomian masyarakat desa. Hal ini menjadi peluang
bagi setiap desa untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki. Perlu menjadi sorotan bahwa Desa Tawang
Argo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang meengalami mengalami kesulitan dalam memaksimalkan
potensi alam sekitar Hutan Pendidikan Universitas Brawijaya (Hutan UB). Penelitian ini bertujuan memetakan
potensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan di Desa Tawang Argo. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan diperkuat dengan analisis SWOT, EFAS, dan IFAS. Beberapa permasalahan yang ditemukan dari
hasil penelitian ini, antara lain: 1) minimnya inovasi produk; 2) kondisi lahan di dataran tinggi kurang didukung
oleh komoditi ekonomi; 3) minimnya kreativitas warga dalam pemasaran; dan 4) kecilnya peluang pasar. Hasil
observasi lapangan menunjukan bahwa Desa Tawang Argo sangat tepat untuk dibangunkannya kumbung jamur
sebagai solusi pemanfaatan potensi yang ada. Dalam pembudidayaannya kumbung jamur tidak dipengaruhi oleh
kondisi lahan warga, melainkan memiliki media tanam sendiri dengan pengaturan suhu serta dapat ditanam pada
lahan terbatas. Hasil kumbung jamur dapat dijual berupa bahan mentah dan diolah guna menambah nilai serta
dikembangkan menjadi produk yang berdaya saing serta membangun kemandirian ekonomi desa.
Kata kunci: Tawang Argo, Hutan UB, SWOT, EFAS, IFAS, Kumbung Jamur
259
Edriana, Inggah, Tanzil & Hanifa, peta potensi dalam menciptakan kemandirian ….
berdasarkan kemampuan dan kemandirian lokal yang tersedia. Hal ini menunjukkan
merupakan kunci dan prasyarat dari aktivitas bahwa potensi desa harus lebih diutamakan
desa membangun. Menurut Chambers dalam pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya
Kuswandoro (2016) konsep pemberdayaan lokal, baik sumber daya alam maupun potensi
merangkup nilai-nilai sosial dan mengikuti yang ada. Pencapaian pembangunan
paradigm pembangunan yang bersifat “people optimalisasi tersebut bermuara pada
centered” (berpusat pada masyarakat), pengelolaan potensi desa sebagai basis
partisipatif, dan berkelanjutan. penggerak ekonomi kerakyatan dalam suatu
sistem yang sinergis. Pembangunan desa dan
Pendampingan Masyarakat kawasan perdesaan berdasarkan potensi lokal
Pendampingan merupakan suatu secara komprehensif merupakan faktor penting
proses pemberian kemudahan terkait fasilitas bagi pembangunan daerah, pengentasan
yang diberikan pendamping kepada klien kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan
dalam mengidentifikasi kebutuhan dan antarwilayah (Kementerian Desa,
memecahkan masalah serta mendorong Pembangunan Daerah Tertinggal dan
tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan Transmigrasi, 2015).
keputusan, sehingga kemandirian klien secara Salah satunya adalah menciptakan
berkelanjutan dapat diwujudkan (Direktorat ekonomi berkelanjutan melalui pengelolaan
Bantuan Sosial, 2007). Berdasarkan pengertian potensi lokal yang berkreasi. Pengelolaan
tersebut pendampingan dapat diartikan sebagai potensi lokal dengan kreatifitas merupakan
proses relasi sosial antara pendamping dank perwujudan dari gelombang ekonomi baru
lien dalam bentuk memperkuat supporting yang digagas oleh Alvin Toffler (1970) dalam
system. Proses pendampingan tersebut bukunya “The Third Wave”. Buku tersebut
mendayagunakan berbagai sumber dan potensi menyebutkan bahwa peradaban manusia terdiri
dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta dari tiga gelombang, yaitu gelombang 1 adalah
meningkatkan akses klien terhadap pelayanan abad pertanian, gelombang 2 adalah abad
sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas industri dan gelombang 3 adalah abad
penunjang pelayanan publik. Hal tersebut informasi. Namun seiring perkembangan
sebagai usaha memecahkan masalah serta zaman, peradaban manusia terus mengalami
mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses perubahan dinamis yang ditandai dengan
pengambilan keputusan sehingga kemandirian kompetisi keras sebagai dampak dari
klien secara berkelanjutan dan dapat globalisasi yang menjadikan dunia memasuki
diwujudkan ke masyarakat. peradaban baru yang sebagian ilmuwan
Menurut Susanto (2014) pendamping menyebutnya sebagai gelombang ekonomi
pengembangan masyarakat merupakan orang yang berorientasi pada kreativitas atau
yang terkategorikan sebagai pengantar knowledge-based economy (Angriani, 2008).
perubahan (agent of change), baik yang berada Implikasi pengembangan potensi lokal
di dalam sistem sosial masyarakat (insider terhadap kondisi suatu negara (dan kota) dapat
change agents), maupun yang berada di luar ditinjau dari beberapa aspek diantaranya 1)
sistem sosial masyarakat berangkutan (outsider aspek sosial: peningkatan kualitas hidup,
change agents). Pendampingan sebagai suatu pemerataan kesejahteraan dan peningkatan
strategi dalam pengembangan masyarakat yang toleransi sosial; 2) Kontribusi Ekonomi:
umum digunakan oleh pemerintah dan memberikan peningkatan signifikan terhadap
lembaga non profit dalam upaya meningkatkan PDB suatu negara (kota), menciptakan
mutu serta kualitas dari sumber daya manusia lapangan kerja, mendorong pengembangan
(Suharto, 2005). Hal ini mampu produk berorientasi ekspor; 3) Iklim Bisnis:
mengidentifikasikan sebagai bagian dari mendorong penciptaan lapangan pekerjaan,
permasalahan yang dialami dan berupaya membuka peluang pasar untuk produk kreatif
untuk mencari alternatif pemecahan masalah baik domestik maupun internasional; 4) Citra
yang dihadapi. dan Identitas Bangsa: meningkatkan kunjungan
wisatawan asing, menjadikan budaya bangsa
Potensi Desa sebagai ikon nasional, menjaga dan
Potensi desa merupakan sebagai melastarikan warisan nilai budaya; 5) Sumber
penggerak perekonomian rakyat yang memiliki daya terbarukan: transformasi ekonomi
pengertian bahwa tumbuh dan berkembangnya berbasis kreativitas dan inovasi sangat
perekonomian desa akan mampu membutuhkan sdm kreatif yang diperoleh
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya melalui pengetahuan, menciptakan sustainable
261
Edriana, Inggah, Tanzil & Hanifa, peta potensi dalam menciptakan kemandirian ….
data. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan oleh pelaku UMKM di Desa
menggunakan model interaktif. Tawang Argo terkait kreativitas strategi
pemasaran. Salah satunya akibat dari
HASIL DAN PEMBAHASAN rendahnya pemanfaatan media komunikasi
pemasaran oleh pelaku UMKM Desa
Kondisi Pelaku UMKM Desa Tawang Argo. Tawang Argo.
Dari serangkaian observasi, 4) Belum banyak peluang pasar dibuka.
wawancara, dan diskusi dengan pelaku
UMKM di Desa Tawang Argo, peneliti Kendala seperti ini merupakan tidak
mendapati data temuan antara lain: didukungnya dengan adanya riset pasar
seperti peluang pasar, model promosi,
1) Minimnya inovasi terhadap produk kripik barang substitusi dan komplementer serta
mbote (sejenis umbi-umbian) yang pesaing yang mengeluarkan produk sama.
diproduksi. Rendahnya riset tersebut akan membuat
Minimnya pengetahuan dan kompetensi pelaku UMKM terutama yang pemula tidak
kewirausahaan mengakibatkan rendahnya mengetahui apa yang dibutuhkan oleh
produktivitas usaha dan inovasi terhadap pasar. Selain itu, kemampuan untuk
produk sendiri. Hal ini dinilai masih kurang mempertahankan eksistensi produk masih
menguasai teknologi, manajemen, belum mampu pelaku UMKM khususnya di
informasi, dan peluang pasar. Sedangkan Desa Tawang Argo. Hal ini memunculkan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, para permasalahan terkait peluang pasar.
pelaku UMKM di Desa Tawang Argo, 5) Laba yang didapatkan tidak sebanding
memerlukan biaya relatif besar. Kapasitas dengan biaya produksi.
pengetahuan yang dimiliki para pelaku
usaha kripik hanya terkait pengelolaan Pelaku UMKM Desa Tawang Argo
produksi dan belum menyentuh prihal mengalami kendala dalam keuntungan yang
packaging, inovasi produk, dan akses dihasilkan. Terdapat ketidakefisiennya
terhadap pasar. dalam pengaturan keuangan menyebabkan
tidak stabilnya kondisi keuangan. Hasil
2) Kondisi lahan yang berada di dataran tinggi yang didapat berupa biaya produksi tinggi
menyebabkan tidak semua tanaman bisa sedangkan keuntungan yang dihasilkan
ditanam. tidak sebanding, dalam artian rendah. Perlu
Kondisi geografis Desa Tawang Argo yang adanya pemetaan kebutuhan serta siklus
berada pada dataran tinggi menjadi faktor keuangan yang baik sehingga dapat
eksternal permasalahan para pelaku UMKM menghasilkan kondisi keuangan yang sehat.
dalam memaksimalkan potensi desa yang 6) Hasil alam yang digunakan untuk produksi
dimiliki. Ketidaksesuaian kondisi lahan tidak berasal dari lahan mereka sendiri
dengan komoditas tanaman yang ditanam melainkan membeli dari tempat lain.
mempengaruhi hasil produksi. Sedangkan
kriteria dalam penanaman umbi mudah Supply bahan baku dalam produksi kripik
berpengaruh ketika kondisi suhu dan cuaca mbote didapatkan dengan cara membeli dari
yang tidak stabil, sehingga akan berdampak pedagang/pelaku usaha lain. Hal ini
terhadap kualitas dan kuantitas hasil diakibatkan karena hasil alam tidak mampu
tanaman. Sejalan dengan kondisi tersebut untuk mencukupi produksinya, di mana
tentu juga akan berpengaruh terkait supply mbote sangat sensitif terhadap kondisi suhu
bahan baku dalam produksi kripik mbote. dan cuaca yang tidak stabil, sehingga sangat
Hal ini kemampuan produksi kripik mbote mempengarhui terhadap kualitas sekaligus
menjadi terhambat karena kuantitas kuantitas.
produksi yang minim. Dari data temuan tersebut, maka peneliti
3) Kurangnya kreativitas dalam memasarkan mengusulkan solusi dalam upaya
produk. meningkatkan ekonomi desa dengan
Upaya pelaku UMKM dalam memperoleh mengembangkan usaha budidaya jamur tiram.
keunggulan bersaing sangat ditentukan oleh Hal ini didasari atas kecocokan antara kondisi
strategi bersaing dan kreativitas dalam lahan yang dimiliki warga dan dukungan iklim
memasarkan produk pada turbulensi pegunungan untuk pembudidayaan jamur.
lingkungan persaingan. Hal ini minim yang
263
Edriana, Inggah, Tanzil & Hanifa, peta potensi dalam menciptakan kemandirian ….
Edriana, Inggah, Tanzil & Hanifa, peta potensi dalam menciptakan kemandirian ….