You are on page 1of 13

Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah.

Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

STRATEGI MENINGKATKAN ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH)


MELALUI ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
DI PROVINSI JAWA BARAT

A Strategy to Increase Life Expectancy through Health Budget Allocation


in West Java Province

Uni Sari1, Harianto2, A Faroby Falatehan3


1Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Email: uni_sarie@yahoo.com

2Staff Pengajar Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.IPB. Email: harianto.ipb@gmail.com
3Staff Pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkung. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Email:

robie_fa@yahoo.com

ABSTRACT
Health as a component of the Human Development Index (HDI) has a life expectancy rate as its indicator.
Increased life expectancy can raise HDI. An allocation of health budget can increase life expectancy. The results
of regression analysis on the health budgets of regencies/towns to influence the life expectancy rate showed that
indirect expenditure, direct personnel expenditure, capital expenditure, and spending on goods and services had
a significant and positive effect on life expectancy rate. One objective of this study is to formulate strategies that
can be used to improve life expectancy through a budget allocation. Several alternative strategies have been
formulated and put into a sequence from the highest value. The strategy of the first priority selected is the
strength-opportunity strategy with its minor strategy, namely, giving financial assistance to the Regency/Town
governments through budget allocations with the right target, time and amount as well as supervision over its
implementation with the main focus to reduce mortality.The next strategy of the first priority is to increase
cooperation with the private sector. Another strategy that has been formulated for the West Java Provincial
Government to carry out is to consider the order of priority and time of implementation.
Keywords: life expectancy, budget, health, Human Development Index

ABSTRAK
Dimensi kesehatan sebagai salah satu komponen Indeks Pembangunan manusia (IPM) memiliki Angka Harapan
Hidup (AHH) sebagai indikatornya. Meningkatkan AHH dapat meningkatkan IPM. Alokasi anggaran kesehatan
dapat meningkatkan AHH. Hasil analisis regresi yang dilakukan terhadap anggaran urusan kesehatan kabupaten
kota dalam mempengaruhi AHH, menunjukkan bahwa belanja tidak langsung, belanja langsung pegawai, belanja
modal, dan belanja barang jasa berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap AHH. Salah satu tujuan
penelitian ini adalah merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan AHH melalui alokasi
anggaran kesehatan. Beberapa alternatif strategi telah dirumuskan kemudian diurutkan berdasarkan nilai yang
tertinggi. Strategi prioritas pertama yang terpilih yaitu strategi strength-opportunity dengan strategi kecilnya
yaitu memberikan bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan alokasi anggaran yang
tepat sasaran, tepat waktu dan tepat jumlah disertai dengan pengawasan pelaksanaannya dengan fokus utama
menurunkan tingkat kematian. Strategi prioritas pertama berikutnya adalah meningkatkan kerjasama dengan
pihak swasta. Strategi lainnya yang telah dirumuskan dapat dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan
memperhatikan urutan prioritas dan pengaturan waktu pelaksanaan.
Kata kunci: Angka Harapan Hidup, anggaran, kesehatan, Indeks Pembangunan Manusia

PENDAHULUAN sebagai indikator yang lebih komprehensif


menilai kesejahteraan masyarakat karena
Latar Belakang tidak hanya mengukur dari satu sisi yaitu
ekonomi atau tingkat pendapatan saja, 29
Indeks Pembangunan Manusia tetapi juga memperhitungkan dimensi
(IPM) hingga saat ini masih diyakini pengetahuan dan kesehatan. Bagi

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

Indonesia, IPM juga merupakan data Kamboja (AHH 71,6) dan Vietnam (AHH
strategis karena selain sebagai ukuran 75,9).
kinerja pemerintah dalam pembangunan
manusia, IPM juga digunakan sebagai Perumusan Masalah
salah satu alokator penentuan Dana
Alokasi Umum (DAU). Provinsi Jawa Salah satu upaya yang dapat
Barat menurut data hasil sensus penduduk dilakukan pemerintah daerah dalam
yang dilakukan Badan Pusat Statistik meningkatkan kesehatan masyarakat
(BPS), merupakan provinsi dengan jumlah adalah dengan menyediakan anggaran
penduduk terbesar di Indonesia yaitu untuk membiayai pelayanan kesehatan.
sekitar 18% dari penduduk Indonesia atau Hal ini memunculkan pertanyaan
sekitar 43 juta jiwa dari sekitar 237 juta “Bagaimana struktur alokasi anggaran
penduduk Indonesia. Jumlah penduduk kesehatan di Provinsi Jawa Barat?”.
yang besar berarti semakin besar pula Seringkali komposisi anggaran yang ada
tanggungjawab pemerintah daerah untuk untuk masing-masing jenis belanja
meningkatkan kualitas hidup dirasakan kurang seimbang. Di satu daerah
penduduknya. IPM Provinsi Jawa Barat ada yang memberikan porsi lebih besar
sejak tahun 2010-2014 tetap berada dalam untuk belanja pegawai, sedangkan di
kategori “sedang”. Tidak ada daerah lain memberikan fokusnya pada
perkembangan yang berarti dalam IPM belanja modal yaitu peningkatan
Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun. infrastruktur kesehatan. Berdasarkan
Pada tahun 2014 IPM Provinsi Jawa Barat permasalahan tersebut, maka pertanyaan
mencapai 68,8. Capaian ini sangat jauh penelitian kedua dalam kajian ini adalah
dibandingkan target IPM Provinsi Jawa “Bagaimana pengaruh alokasi anggaran
Barat yang tercantum dalam Rencana untuk setiap jenis belanja kesehatan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah terhadap angka harapan hidup di Jawa
(RPJMD) Provinsi Jawa Barat dimana IPM Barat?”. Alokasi anggaran kesehatan yang
pada tahun 2014 ditargetkan berkisar tepat diharapkan dapat meningkatkan
antara 73,8-74. pelayanan kesehatan oleh pemerintah dan
Salah satu komponen IPM adalah mempermudah masyarakat dalam
kesehatan dengan indikatornya yaitu mengakses pelayanan kesehatan sehingga
Angka Harapan Hidup (AHH). Posisi dapat meningkatkan kualitas kesehatan
AHH Provinsi Jawa Barat menempati masyarakat. Dengan demikian,
urutan ke-5 dibandingkan provinsi lain di pembangunan manusia di daerah dapat
Indonesia. Pada tahun 2014, AHH Provinsi berjalan dengan lebih baik lagi diantaranya
Jawa Barat mencapai 72,23. Hal ini berarti dengan indikator peningkatan AHH. Hal
Provinsi Jawa barat telah melampaui target ini memunculkan pertanyaan penelitian
yang ditetapkan dalam RPJMD yaitu ketiga dalam kajian ini yaitu “Bagaimana
sebesar 69-69,2. AHH Provinsi Jawa Barat strategi meningkatkan AHH melalui
masih dapat ditingkatkan ke arah yang alokasi anggaran kesehatan di Provinsi
lebih baik karena walaupun berada pada Jawa Barat?”
posisi yang cukup baik dalam skala
nasional (AHH Indonesia 70,9), namun Tujuan Penelitian
jika dibandingkan dengan negara lain,
AHH Indonesia masih tertinggal. Data Tujuan utama dari kajian ini adalah
BPS menunjukkan bahwa beberapa negara merumuskan strategi meningkatkan AHH
anggota ASEAN yang peringkat IPM-nya melalui alokasi anggaran kesehatan di
di bawah Indonesia bahkan memiliki AHH
30 Provinsi Jawa Barat. Tujuan yang lebih
yang lebih tinggi dari Indonesia seperti

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

spesifik untuk menjawab tujuan utama


tersebut adalah:
1. Menganalisis struktur alokasi Keterangan:
AHH = Angka Harapan Hidup (tahun)
anggaran kesehatan di Provinsi Jawa
α = Intersep
Barat. β = Koefisien
2. Menganalisis pengaruh alokasi BLP = Belanja Langsung Pegawai per
anggaran untuk setiap jenis belanja kapita (rupiah)
kesehatan terhadap angka harapan RMB = Rasio Belanja Modal/Belanja
hidup di Provinsi Jawa Barat. Barang dan Jasa per kapita
3. Merumuskan strategi meningkatkan BTL = Belanja Tidak Langsung per
kapita (rupiah)
angka harapan hidup melalui alokasi
D = Dummy Kabupaten/Kota,
anggaran kesehatan di Provinsi Jawa angka 1 jika unit yang
Barat. dianalisis adalah kota dan
angka 0 jika unit yang
METODE PENELITIAN dianalisis adalah kabupaten.
ε = Eror atau Residu
Lokasi dan Waktu Penelitian Interpretasi atas hasil estimasi dapat
Sasaran kajian ini adalah Provinsi dilakukan dengan menggunakan elastisitas
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑋𝑋�
Jawa Barat. Kabupaten/kota di Provinsi yang dihitung dengan rumus : 𝐸𝐸 = 𝑑𝑑𝑑𝑑 ∙ 𝑌𝑌�
Jawa Barat yang berjumlah 27 turut,
namun adanya keterbatasan data 3. Analisis SWOT untuk merumuskan
menyebabkan analisis hanya dilakukan strategi. Stakeholder utama dalam
terhadap data yang tersedia yaitu 17 analisis ini adalah Pemerintah Provinsi
kabupaten/kota. Jawa Barattermasuk OPD
dibawahnya. Diluar stakeholder
Jenis dan Sumber Data utama, dianggap sebagai pihak
Jenis data yang digunakan dalam eksternal termasuk pemerintah
kajian ini adalah data sekunder berupa data kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat
AHH dari Badan Pusat Statistik dan data
APBD dari Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) HASIL DAN PEMBAHASAN
Kementerian Keuanganserta data primer
berupa kuesioner dari Organisasi Struktur Alokasi Anggaran
Perangkat Daerah (OPD) yang Anggaran urusan kesehatan
melaksanakan urusan kesehatan di Provinsi Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam
Jawa Barat. APBD belum memenuhi ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Undang-undang
Metode Analisis Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Metode analisis yang digunakan: pasal 171 ayat 2, yang menyebutkan
1. Analisis deskripsi untuk bahwa besar anggaran kesehatan
menggambarkan struktur anggaran pemerintah daerah provinsi,
kesehatan di Provinsi Jawa Barat. kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%
2. Analisis regresi. Model yang dari anggaran pendapatan dan belanja
digunakan: daerah (APBD) diluar gaji. Kecilnya
prosentase anggaran yang dialokasikan
untuk urusan kesehatan disebabkan jenis 31
AHH = α + β1BLP + β2RMB + pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah
β3BTL + β4D + ε provinsi terbatas pada kegiatan yang

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

sifatnya berupa koordinasi, pembinaan dan barang dan jasa dibandingkan untuk jenis
sebagai rujukan. Anggaran urusan belanja lainnya.
kesehatan Provinsi Jawa Barat terdiri dari
belanja langsung dan belanja tidak Pengaruh Alokasi Jenis Belanja
langsung. Kesehatan
Gambar 1 memperlihatkan
Pengaruh dari masing-masing jenis
komposisi belanja langsung dan tidak
belanja kesehatan di tingkat kabupaten/
langsung urusan kesehatan Provinsi Jawa
kota diperlukan agar diperoleh gambaran
Barat tahun 2012-2014. Komposisi belanja
yang lebih mendekati harapan hidup
langsung menempati porsi yang lebih besar
masyarakat. Berdasarkan data yang ada,
dibandingkan belanja tidak langsung dalam
setelah dilakukan uji-uji asumsi, model
urusan kesehatan dan lebih dari dua pertiga
yang terbaik adalah dengan menggunakan
anggaran tersebut telah digunakan untuk
data panel 17 kabupaten kota selama 2
pelayanan publik.
tahun yaitu data APBD kabupaten kota di

600000
belanja (juta rp)

400000

200000 Belanja Langsung


0 Belanja Tidak Langsung
2010 2011 2012 2013 2014
tahun
Gambar 1 Komposisi belanja langsung dan tidak langsung urusan kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2012-2014
Jenis belanja urusan kesehatan terdiri dari Jawa Barat tahun 2012-2013 terhadap
belanja tidak langsung (BTL), belanja AHH tahun 2013-2014. Data yang
langsung pegawai (BLP), belanja modal dianalisis merupakan data acak yang
(BM), dan belanja barang dan jasa (BBJ). berhasil diperoleh. Selain itu, keputusan
Gambar 2 memperlihatkan komposisi dari untuk memasukkan variabel dummy dalam
masing-masing jenis belanja dalam model fixed effects akan menimbulkan
anggaran untuk urusan kesehatan tahun konsekuensi tersendiri yaitu dapat
2010-2014. Pemerintah Provinsi Jawa mengurangi banyaknya derajat kebebasan

250,000,000,000
200,000,000,000
Rupiah

150,000,000,000
100,000,000,000
50,000,000,000
0
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Gambar 2 Komposisi anggaran kesehatan per jenis belanja Provinsi Jawa Barat
tahun 2010-2014
Barat mengalokasikan lebih banyak yang pada akhirnya akan mengurangi
32 anggaran kesehatan untuk jenis belanja efisiensi dari parameter yang diestimasi
(Firdaus, 2011). Oleh karena itu

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

pendekatan yang digunakan adalah merupakan hasil estimasi dari model yang
pendekatan random effects. Tabel 1 diolah menggunakan aplikasi eviews 7.0.
merupakan hasil estimasi dari model yang

Tabel 1. Hasil Estimasi Model


Variabel Koefisien Std. Error Elastisitas
BTL Belanja Tidak Langsung 1,60E-06 5,37E-07* 0.0012265
BLP Belanja Langsung Pegawai 4,27E-06 8,78E-07 * 0.0011626
RMB Rasio Belanja Modal dibanding 0,011987 0,007800 **
Belanja Brg/Jasa
D Dummy kab/kota 1,951863 0,686822 *
C Konstanta 70,84757 0,409224
R-squared 0,486819
Adjusted R-squared 0,416035
F-statistic 6,877560*
Durbin-Watson stat 1,439660

Nilai koefisien determinasi sebesar 48,68% dapat ditingkatkan. Alternatif lain adalah
berarti semua variabel bebas (belanja tidak jika belanja modal tetap, dengan
langsung, belanja langsung pegawai, rasio mengurangi belanja barang jasa juga akan
belanja modal terhadap belanja barang meningkatkan rasio belanja modal
jasa, dan variabel dummy) dapat dibanding belanja barang jasa. Rasio
menjelaskan variabel terikat (AHH) belanja modal terhadap belanja barang jasa
sebesar 48,68% sedangkan sisanya sebesar dapat juga ditingkatkan dengan
51,32% dijelaskan oleh variabel lain diluar meningkatkan belanja modal dan belanja
model. Nilai F hitung sebesar 6,877560 barang jasa namun dengan persentase
signifikan pada taraf 1% menunjukkan kenaikan belanja modal lebih besar
bahwa variabel-variabel bebas dibandingkan persentase belanja barang
berpengaruh secara positif dan signifikan jasa. Interpretasi atas variabel dummy
terhadap variabel AHH. Konstanta sebesar dengan koefisien sebesar 1,951863 yaitu
70,84757 menunjukkan bahwa jika tidak bahwa terdapat perbedaan besarnya angka
terdapat kenaikan atau penurunan dari nilai harapan hidup di kota dan kabupaten.
belanja urusan kesehatan maka AHH Besarnya perbedaan tersebut adalah
berada pada 70,84757 tahun. Semua 1,951863 tahun lebih besar untuk kota.
variabel yang merupakan jenis belanja Faktor-faktor lain yang
urusan kesehatan memiliki dampak positif mempengaruhi besaran AHH selain yang
terhadap AHH. telah disebutkan di dalam model antara
Peningkatan BTL sebesar 1% akan lain adalah tingkat fertilitas (kelahiran) dan
meningkatkan AHH sebesar 0,0012265% mortalitas (kematian). Fertilitas dan
sedangkan jika BLP ditingkatkan sebesar mortalitas yang menurun akan dapat
1% akan meningkatkan AHH sebesar meningkatkan AHH. Pengukuran AHH di
0,0011626%. Koefisien variabel rasio Indonesia dilakukan secara tidak langsung
belanja modal terhadap belanja barang jasa berdasarkan asumsi tingkat kematian
(RMB) sebesar 0,011987 menunjukkan karena Indonesia belum memiliki sistem
bahwa dengan meningkatkan rasio satu administrasi demografi yang baik. Tingkat
kali, AHH akan meningkat sebesar kematian yang banyak berpengaruh
0,011987 tahun. Meningkatkan rasio terhadap AHH yaitu tingkat kematian bayi,
belanja modal dibandingkan belanja balita, dan ibu hamil, melahirkan, dan
barang jasa dapat dilakukan dengan nifas. SDKI 2012 menunjukkan hasil 33
beberapa alternatif, diantaranya yaitu jika bahwa terjadi peningkatan tingkat
belanja barang jasa tetap, belanja modal kematian bayi dan ibu melahirkan.

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 8 Nomor 1, Juni 2016

Peningkatan kematian bayi disebabkan hasil wawancara dengan stakeholder


terjadinya peningkatan kematian bayi di sebagai responden di lapangan, diperoleh
daerah pedesaan, bayi dari ibu yang faktor-faktor internal dan eksternal.
berpendidikan rendah dan memiliki Faktor-faktor internal dan eksternal
kekayaan yang rendah. Kematian ibu dihitung rata-rata baik secara horisontal
melahirkan disebabkan karena maupun vertikal. Faktor-faktor yang
meningkatnya jumlah ibu yang melahirkan memiliki rata-rata horisontal diatas rata-
pada usia 40 tahun atau lebih dan ibu yang rata vertikal dikategorikan sebagai
melahirkan dengan selang kelahiran kekuatan atau peluang sedangkan faktor
kurang dari 15 bulan. yang memiliki rata-rata horisontal dibawah
rata-rata vertikal dikategorikan sebagai
Strategi Meningkatkan Angka Harapan kelemahan atau ancaman. Faktor-faktor
Hidup yang telah dikelompokkan selanjutnya
diberi bobot untuk masing-masing faktor.
Stakeholder utama dalam
Total bobot terhadap faktor-faktor internal
menyusun alternatif strategi yang dapat
adalah 1,00 karena faktor internal
digunakan untuk meningkatkan AHH
merupakan satu kesatuan, demikian pula
Provinsi Jawa Barat adalah Pemerintah
untuk faktor-faktor eksternal. Bobot
Provinsi Jawa Barat. Penilaian dan
tersebut kemudian dikalikan dengan
persepsi para ahli (expert) terhadap faktor
ratingnya yaitu rata-rata hasil penilaian
internal dan eksternal Pemerintah Provinsi
responden terhadap tingkat urgensi
Jawa Barat digunakan dalam pendekatan
penanganan masalah. Makin segera harus
analisis SWOT.
ditangani, maka bobot urgensinya semakin
besar (Soesilo, 2002). Tabel 2 dan Tabel 3
Pembobotan IFAS dan EFAS
memperlihatkan hasil pembobotan Internal
Berdasarkan kajian literatur, Factors Analysis System (IFAS) dan
gambaran umum kondisi Provinsi Jawa External Factors Analysis System (EFAS).
Barat, penilaian melalui kuesioner dan

Tabel 2 Pembobotan Internal Factors Analysis System (IFAS)

Bobot x
No Faktor Internal Bobot Rating
Rating
Kekuatan (S)
1 Peran Pemerintah Provinsi Jawa Barat sangat baik dalam 0,08 3,17 0,24
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
2 Komitmen Kepala Daerah Provinsi dalam meningkatkan 0,08 3,33 0,27
kesehatan masyarakat sangat baik
3 Kesesuaian RPJMN. RPJMD. dan RKP bidang Kesehatan 0,07 2,83 0,20
cukup baik
4 Jumlah alokasi anggaran untuk kesehatan di Provinsi Jawa 0,07 3,17 0,24
Barat sangat baik
5 Kuantitas sarana prasarana kesehatan sangat baik 0,07 3,50 0,24
6 Dukungan yang baik dari bidang pendidikan dalam 0,06 3,17 0,21
pembangunan di bidang kesehatan
7 Koordinasi dengan pihak lain/swasta pelaku kesehatan cukup 0,07 4,00 0,28
baik
34 Total (S) 0,50 1,67

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

Bobot x
No Faktor Internal Bobot Rating
Rating
Kelemahan (W)
1 Pengaruh posisi geografis Provinsi Jawa Barat dalam upaya 0,06 3,20 0,19
meningkatkan kesehatan masyarakat
2 Kurangnya koordinasi antara Pemerintah Provinsi dengan 0,06 3,00 0,18
Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat
3 Komposisi alokasi anggaran kesehatan yang kurang baik 0,06 3,00 0,19
untuk masing-masing jenis belanja. misalnya belanja pegawai.
belanja barang dan belanja modal.
4 Kurangnya kuantitas sumber daya manusia di bidang 0,05 3,40 0,18
kesehatan
5 Distribusi sumber daya manusia di bidang kesehatan yang 0,05 3,40 0,17
kurang merata
6 Kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan yang 0,06 3,60 0,19
masih kurang.
7 Kualitas sarana prasarana kesehatan yang kurang baik 0,06 3,60 0,21
8 Kurangnya koordinasi antara unit kerja yang menangani 0,06 3,40 0,19
urusan kesehatan (dinas kesehatan/rumah sakit) dengan unit
kerja lain yang mendukung pembangunan di bidang kesehatan
9 Penyusunan indikator kesehatan (RPJMD) yang kurang baik 0,04 3,00 0,13
Total (W) 0,50 1,64
Total (S+W) 1 3,31
Sumber: Penilaian responden atas kuesioner SWOT

Hasil pembobotan IFAS untuk (sembilan faktor) sebesar 1,64. Hal ini
kekuatan dan kelemahan diperoleh nilai menunjukkan bahwa responden lebih
untuk faktor-faktor kekuatan (tujuh faktor) memilih mengolah kekuatan terlebih dahulu
adalah sebesar 1,67 sedangkan nilai akhir dibandingkan dengan kelemahan.
untuk faktor-faktor kelemahan adalah

Tabel 3 Pembobotan External Factors Analysis System (EFAS)


No Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang (O)
Peran Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang 0,16 3,17 0,50
1
baik dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
Komitmen Kepala Daerah Kabupaten/Kota yang baik 0,16 3,67 0,60
2
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
Peran swasta/stakeholder bidang kesehatan yang 0,18 4,00 0,70
3
cukup besar
Total (O) 0,50 1,80
Ancaman (T)
Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat untuk 0,12 3,50 0,43
1
berperilaku hidup sehat
Rendahnya kemampuan masyarakat untuk 0,13 3,50 0,47
2
menciptakan lingkungan hidup yang sehat
Rendahnya kemampuan masyarakat untuk menjangkau 0,14 3,33 0,47
3
sarana kesehatan yang disediakan pemerintah daerah
4 Peraturan pengelolaan anggaran yang sulit dipahami 0,11 3,00 0,32
Total (T) 0,50 1,68
Total (O+T) 1 3,49
35

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

Hasil pembobotan EFAS untuk faktor Osborne dan Gaebler (1992) yang
eksternal diperoleh nilai untuk faktor-faktor mencoba untuk menemukan kembali
peluang (tiga faktor) adalah sebesar 1,80 pemerintahan dengan
sedangkan nilai akhir untuk faktor-faktor mengembangkan konsep
ancaman (4 faktor) adalah sebesar 1,68. Hal pemerintahan yang bergaya
ini menunjukkan bahwa responden wirausaha (enterpreneurial
memberikan respon yang lebih tinggi kepada government), birokrasi pemerintahan
faktor peluang dibandingkan faktor ancaman. tidak lagi berorientasi pada budaya
Responden menganggap bahwa Provinsi sentralisasi, strukturalisasi,
Jawa Barat seharusnya lebih mementingkan formalisasi dan apatistik melainkan
untuk menangkap peluang karena urgensi di pada desentralisasi pemberdayaan,
peluang lebih tinggi dari urgensi di ancaman. kemitraan, fungsionalisasi dan
Jumlah total untuk faktor internal demokratisasi. Hubungan pemerintah
berjumlah 3,31 berarti Pemerintah Provinsi provinsi dengan kabupaten kota,
Jawa Barat memiliki kepercayaan diri yang dengan adanya otonomi daerah yang
cukup besar akan kemampuannya dalam menganut desentralisasi, dapat berupa
meningkatkan kesehatan masyarakatnya. kemitraan. Pemerintah kabupaten
Jumlah total untuk faktor eksternal sebesar kota dapat memanfaatkan bantuan
3,49 juga menunjukkan bahwa Provinsi Jawa yang diterima dari pemerintah
Barat memiliki kemampuan yang baik dalam provinsi untuk menjalankan program-
merespon faktor-faktor eksternal. program peningkatan kesehatan.
Hasil analisis regresi menyatakan
Perumusan Strategi bahwa belanja pegawai mempunyai
pengaruh yang lebih besar terhadap
Setelah melakukan pembobotan pada
peningkatan AHH. Oleh karena itu,
masing-masing faktor, disusunlah matriks
pemerintah provinsi dengan
interaksi IFAS-EFAS SWOT seperti pada
pemerintah kabupaten kota dapat
Tabel 4 untuk merumuskan beberapa
meningkatkan belanja pegawai untuk
alternatif grand strategy.
kegiatan misalnya perekrutan tenaga
Alternatif strategi yang didapat dari
kesehatan, kegiatan penyuluhan
hasil interaksi IFAS EFAS adalah:
kesehatan, dan sebagainya.
1. Strategi Strength-Opportunity (Strategi
Peningkatan belanja pegawai
SO)
diharapkan dapat menurunkan tingkat
a. Memberikan bantuan keuangan
kematian dengan asumsi penempatan
kepada pemerintah kabupaten/kota
jumlah tenaga kesehatan merata di
sesuai dengan alokasi anggaran
setiap daerah sehingga penduduk
yang tepat sasaran, tepat waktu
dapat lebih cepat menerima
dan tepat jumlah disertai dengan
pelayanan kesehatan.
pengawasan pelaksanaannya
b. Meningkatkan kerjasama dengan
dengan fokus utama menurunkan
pihak swasta. Dalam melayani
tingkat kematian. Pemerintah
masyarakat, pemerintah daerah dapat
Provinsi selama ini telah memberikan
bekerja sama dengan pihak swasta
bantuan keuangan yang berupa
agar kualitas layanan kesehatan dapat
bantuan umum dan bantuan khusus
lebih baik. Contoh kerjasama yang
kepada pemerintah kabupaten kota.
telah dilakukan pemerintah provinsi
Bantuan umum bersifat tidak
dengan pihak swasta adalah
mengikat, sedangkan bantuan khusus
kerjasama dengan rumah sakit swasta
bersifat mengikat. Pemerintah
dalam melayani pasien Jaminan
36 kabupaten kota diikat dengan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam petunjuk teknis. Merujuk pada

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

Tabel 4 Matriks SWOT- Interaksi IFAS EFAS


STRENGTH WEAKNESS
1 Peran Pemerintah Provinsi Jawa Barat sangat 1 Pengaruh posisi geografis Provinsi Jawa Barat
baik dalam upaya meningkatkan kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan
IFAS
masyarakat masyarakat
2 Komitmen Kepala Daerah Provinsi dalam 2 Kurangnya koordinasi antara Pemerintah
meningkatkan kesehatan masyarakat sangat Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota
baik di Jawa Barat
3 Kesesuaian RPJMN, RPJMD, dan RKP 3 Komposisi alokasi anggaran kesehatan yang
bidang Kesehatan cukup baik kurang baik untuk masing-masing jenis belanja,
misalnya belanja pegawai, belanja barang dan
belanja modal.
4 Jumlah alokasi anggaran untuk kesehatan di 4 Kurangnya kuantitas sumber daya manusia di
Provinsi Jawa Barat sangat baik bidang kesehatan
5 Kuantitas sarana prasarana kesehatan sangat 5 Distribusi sumber daya manusia di bidang
baik kesehatan yang kurang merata
6 Dukungan yang baik dari bidang pendidikan 6 Kualitas sumber daya manusia di bidang
EFAS dalam pembangunan di bidang kesehatan kesehatan yang masih kurang.
7 Koordinasi dengan pihak lain/swasta pelaku 7 Kualitas sarana prasarana kesehatan yang
kesehatan cukup baik kurang baik
8 Kurangnya koordinasi antara unit kerja yang
menangani urusan kesehatan (dinas
kesehatan/rumah sakit) dengan unit kerja lain
yang mendukung pembangunan di bidang
kesehatan
9 Penyusunan indikator kesehatan (RPJMD)
yang kurang baik
OPPORTUNITY STRATEGI SO STRATEGI WO
1 Peran Pemerintah Kabupaten/Kota di 1 Memberikan bantuan keuangan kepada 1 Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah
Jawa Barat yang baik dalam pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan
meningkatkan kesehatan masyarakat alokasi anggaran yang tepat sasaran, tepat kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan serta
waktu dan tepat jumlah disertai dengan melakukan pemerataan dalam distribusinya
2 Komitmen Kepala Daerah pengawasan pelaksanaannya dengan fokus (W1-6, O1, O2).
Kabupaten/Kota yang baik dalam utama menurunkan tingkat kematian (S1-6 2 Memperbaiki perencanaan pembangunan
meningkatkan kesehatan masyarakat O1, O2) kesehatan yang bersifat menyeluruh (W8, W9 ,
O1-3)
3 Peran swasta/stakeholder bidang 2 Meningkatkan kerjasama dengan pihak 3 Meningkatkan peran swasta dalam
kesehatan yang cukup besar swasta (S7, O3) pemanfaatan teknologi yang dapat
meningkatkan kualitas sarana prasarana
kesehatan (W7, O3)
THREAT STRATEGI ST STRATEGI WT
1 Rendahnya tingkat pemahaman 1 Meningkatkan promosi perilaku hidup sehat 1 Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah
masyarakat untuk berperilaku hidup dalam masyarakat dan menciptakan kabupaten/kota melaksanakan program
sehat lingkungan sehat serta mengikutsertakan SDM kesehatan yang melibatkan partisipasi
2 Rendahnya kemampuan masyarakat kesehatan dalam diklat terkait pengelolaan masyarakat, peningkatan kuantitas dan kualitas
untuk menciptakan lingkungan hidup anggaran (S1-5, S7, T1, T2, T4) tenaga kesehatan serta pengelolaan anggaran
yang sehat (W1-9, T1-4).
3 Rendahnya kemampuan masyarakat 2 Memanfaatkan sarana prasarana kesehatan
untuk menjangkau sarana kesehatan yang dimiliki untuk meningkatkan daya
yang disediakan pemerintah daerah jangkau masyarakat (S6, T3)
4 Peraturan pengelolaan anggaran yang
sulit dipahami

37

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

2. Strategi Weakness- Opportunity (Strategi Pelaku kesehatan yang berasal dari


WO) swasta biasanya juga menerapkan
a. Memperbaiki perencanaan standar kualitas tenaga kesehatan
pembangunan kesehatan yang yang ketat untuk mendukung
bersifat menyeluruh. Pembangunan pemakaian teknologi yang canggih.
kesehatan tidak hanya melibatkan Pemerintah provinsi dapat
OPD yang menangani masalah memanfaatkan teknologi sarana
kesehatan saja. Banyak pihak lain prasarana kesehatan yang dimiliki
yang terlibat jika menginginkan oleh swasta dengan menjalin
tujuan tercapai secara optimal, kerjasama.
misalnya melibatkan Dinas Pekerjaan 3. Strategi Strength-Threat (Strategi ST)
Umum untuk infrastruktur, a. Meningkatkan promosi perilaku
melibatkan Dinas Lalu Lintas hidup sehat dalam masyarakat dan
Angkutan Jalan untuk angkutan menciptakan lingkungan sehat
umum, dan pihak lainnya. Dalam serta mengikutsertakan SDM
merumuskan indikator RPJMD, harus kesehatan dalam pendidikan dan
bersifat menyeluruh dan pelatihan (diklat) terkait
memperhatikan keterkaitan satu sama pengelolaan anggaran. Dengan
lain. memanfaatkan anggaran kesehatan
b. Meningkatkan koordinasi dengan yang tersedia, pemerintah provinsi
pemerintah kabupaten/kota dalam dapat melaksanakan program yang
upaya meningkatkan kuantitas dan bertujuan meningkatkan promosi
kualitas tenaga kesehatan serta perilaku hidup sehat dan lingkungan
melakukan pemerataan dalam sehat yang melibatkan partisipasi
distribusi tenaga kesehatan. aktif dari masyarakat. Dengan
Pemerintah provinsi berkoordinasi anggaran yang tersedia pun
dengan pemerintah kabupaten kota pemerintah provinsi dapat
untuk meningkatkan kuantitas tenaga mengikutsertakan SDM kesehatan
kesehatan, menentukan berapa jumlah dalam diklat pengelolaan anggaran
tenaga tambahan yang dibutuhkan agar pengetahuan mereka tentang
untuk memenuhi standar pelayanan pengelolaan anggaran meningkat.
kesehatan. Pemerintah provinsi dapat b. Memanfaatkan sarana prasarana
melakukan perekrutan tenaga kesehatan yang dimiliki untuk
kesehatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya jangkau
ditempatkan (didistribusikan) secara masyarakat terutama yang dapat
merata ke kabupaten kota yang menurunkan tingkat kematian ibu
membutuhkan. Kualitas berhubungan dan bayi. Dalam rangka
dengan kompetensi, dan kompetensi meningkatkan cakupan pelayanan
berhubungan dengan sesuatu kesehatan kepada masyarakat
kemampuan yang harus dimiliki pemerintah dapat memanfaatkan
seseorang berupa kualitas yang terdiri potensi dan sumber daya yang sudah
dari keahlian dan ketrampilan ada di masyarakat. Upaya kesehatan
(Osborne & Gaebler, 1992). bersumber daya masyarakat (UKBM)
c. Meningkatkan peran swasta dalam diantaranya Posyandu (Pos Pelayanan
pemanfaatan teknologi yang dapat Terpadu), Polindes (Poliklinik Desa),
meningkatkan kualitas sarana Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD
prasarana kesehatan. Pihak swasta (Pos Obat Desa) dan sebagainya.
memiliki peralatan dengan teknologi Puskesmas yang sudah ada dapat
38 yang lebih canggih dibanding ditingkatkan menjadi puskesmas yang
peralatan yang dimiliki pemerintah. melayani masyarakat selama 24 jam

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

dengan menjadi puskesmas PONED menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan


(Pelayanan Obstetri Neonatus peluang. Strategi ini adalah yang paling
Essensial Dasar). Demikian juga murah karena dengan bekal yang paling
rumah sakit yang menjadi rumah sakit sedikit dapat didorong kekuatan yang sudah
dengan PONEK (Pelayanan Obstetri ada untuk maju (Soesilo, 2002). Kondisi
Neonatus Emergensi Komprehensif). menguntungkan dimiliki oleh Pemerintah
4. Strategi Weakness- Threat (Strategi WT) Provinsi Jawa Barat karena dari sisi internal
Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki
pemerintah kabupaten/kota kekuatan yang lebih besar daripada
melaksanakan program kesehatan kelemahannya. Pemerintah Provinsi Jawa
yang melibatkan partisipasi Barat memiliki peluang yang lebih besar
masyarakat, peningkatan kuantitas daripada ancaman yang dihadapinya. Strategi
dan kualitas tenaga kesehatan serta ini disebut juga strategi agresif. Di dalam
pengelolaan anggaran. Dengan banyak strategi SO, terdapat dua strategi kecil yang
berkoordinasi, pemerintah provinsi dapat akan diurutkan kembali berdasarkan
berperan lebih dalam membantu pertimbangan pada peluang yang paling
pemerintah kabupaten kota melayani besar. Peluang yang paling besar dalam
masyarakatnya di bidang kesehatan. strategi SO ini adalah memberikan bantuan
Koordinasi merupakan suatu bentuk keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota
interaksi yang sederhana, namun dalam sesuai dengan alokasi anggaran yang tepat
pelaksanaannya sangat sulit untuk sasaran, tepat waktu dan tepat jumlah disertai
dilakukan. Pemerintah provinsi dapat dengan pengawasan pelaksanaannya dengan
berkoordinasi dengan pemerintah fokus utama menurunkan tingkat kematiaan.
kabupaten kota melaksanakan program-
program peningkatan kuantitas dan SIMPULAN DAN SARAN
kualitas tenaga kesehatan serta
peningkatan pengetahuan terkait Simpulan
pengelolaan anggaran.
Semua strategi dapat dijalankan 1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum
pemerintah provinsi walaupun tidak dalam dapat mengalokasikan anggaran untuk
waktu yang bersamaan. Tabel 5 kesehatan minimal 10% dari total APBD
memperlihatkan urutan alternatif strategi diluar gaji. Anggaran urusan kesehatan
berdasarkan urutan prioritas berdasarkan periode 2010-2014, rata-rata
besarnya nilai bobot. dialokasikan untuk belanja barang dan
jasa sebesar 37%, belanja modal sebesar
Tabel 5 Urutan prioritas alternatif strategi 23%, belanja tidak langsung sebesar
Prioritas Strategi Nilai Bobot 22%, dan belanja langsung pegawai
I Strength- 1,67 + 1,80 = 3,47 sebesar 18%.
Opportunity (SO) 2. Jenis belanja urusan kesehatan di tingkat
II Weakness- 1,64 + 1,80 = 3,44 kabupaten/kota baik belanja tidak
langsung, belanja langsung pegawai, dan
Opportunity (WO)
rasio belanja modal terhadap belanja
III Strength-Threat 1,67 + 1,68 = 3,35 barang jasa berpengaruh secara positif
(ST) dan signifikan terhadap Angka Harapan
IV Weakness-Threat 1,64 + 1,68 = 3,32 Hidup. Variabel lain yang
mempengaruhi AHH namun tidak
(WT)
termasuk ke dalam model antara lain
tingkat fertilitas dan mortalitas di
Alternatif strategi yang memiliki nilai masyarakat. 39
bobot paling tinggi adalah strategi Strength- 3. Analisis terhadap faktor internal dan
Opportunity (SO), yaitu strategi yang eksternal telah mengidentifikasi tujuh

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

faktor kekuatan, sembilan faktor melalui bantuan keuangan kepada


kelemahan, tiga faktor peluang dan kabupaten kota dengan fokus
empat faktor ancaman. Alternatif strategi menurunkan tingkat kematian
yang setelah dilakukan pembobotan (mortalitas). Pengawasan atas
mempunyai nilai tertinggi merupakan pelaksanaan anggaran serta hubungan
strategi yang menempati urutan prioritas kemitraan dengan pemerintah kabupaten
pertama yang dapat dilakukan kota tetap dilakukan oleh Pemerintah
Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Strategi Provinsi Jawa Barat agar bantuan
prioritas pertama yaitu strategi strength- keuangan yang diberikan kepada
opportunity dengan strategi kecilnya kabupaten kota dapat dimanfaatkan
yaitu: secara optimal untuk meningkatkan
a. Memberikan bantuan keuangan pelayanan kesehatan.
kepada pemerintah kabupaten/kota 2. Dalam penelitian ini terdapat kendala
sesuai dengan alokasi anggaran berupa perolehan data yang kurang
yang tepat sasaran, tepat waktu dan memadai, oleh karena itu untuk
tepat jumlah disertai dengan penelitian selanjutnya, dengan
pengawasan pelaksanaannya dengan menggunakan lebih banyak data
fokus utama menurunkan tingkat pengamatan untuk dianalisis mudah-
kematian. Beberapa program yang mudahan dapat diperoleh hasil penelitian
dapat dilakukan antara lain program yang lebih baik.
pemberian bantuan keuangan umum
(misalnya untuk kegiatan pengadaan DAFTAR PUSTAKA
alat kesehatan) serta bantuan
keuangan khusus (misalnya untuk Astri M. 2010. Pengaruh Pengeluaran
kegiatan pembayaran jaminan Pemerintah Daerah Pada Sektor
kesehatan dan jaminan persalinan). Pendidikan dan Kesehatan Terhadap
b. Meningkatkan kerjasama dengan Indeks Pembangunan Manusia di
pihak swasta. Program yang Indonesia.JPEB [Internet]. [diunduh
dilakukan pemerintah provinsi 2015 April 10];1(1). Tersedia pada:
dengan kerjasama pihak swasta http://www. jpeb.net
adalah kerjasama dengan rumah BPS. Data Indeks Pembangunan Manusia
sakit swasta dalam melayani pasien Metode Baru Tahun 2010-2014
Jaminan Kesehatan Masyarakat [Internet]. (diunduh 2015 Desember
(Jamkesmas) dengan kegiatan 14) . Tersedia pada:
berupa antara lain peningkatan http://www.bps.go.id.
kualitas pelayanan kesehatan di Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika
rumah sakit swasta dalam melayani Untuk Data Panel dan Time Series.
pasien jamkesmas. Bogor: IPB Press.
Strategi lainnya yang telah Kim TK, Lane SR. 2013. Government Health
dirumuskan melalui analisis SWOT dapat Expenditure and Public Health
dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Outcomes: A Comparative Study
dengan memperhatikan urutan prioritas dan among 17 Countries and Implications
pengaturan waktu. for US Health Care Reform. Am Int J
Contemp Research [internet].
Saran [diunduh 2016 Juni 27]; 3 (9).
Tersedia pada:
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu http://www.aijcrnet.com/journals/.
menambah jumlah anggaran khususnya Osborne, D. dan Gaebler. T. 1992.
40 belanja pegawai di bidang kesehatan Reinventing Government: How The
yang penggunaannya dapat disalurkan Entrepreneurial Spirit Is

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat
Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah. Volume 1 Nomor 8, Juni 2016

Transforming The Public Sector.


USA: Addison Wesley Publishing
Company.
Razmi MJ, Abbasian E, Mohammadi S.
2012. Investigating the Effect of
Government Health Expenditure on
HDI in Iran.J Knowl Mgmt, Ec and
IT [internet]. [diunduh 2015 April
10]; 5. Tersedia pada:
http://www.scientificpaper.org.
Soesilo NI. 2002. Manajemen Strategik di
Sektor Publik (Pendekatan Praktis)
Buku II. Jakarta: FE UI.
Wibowo E. 2008. Strategi Perancangan
Kebijakan Umum APBD Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembangunan
Manusia di Kabupaten Bogor [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wowor R. 2015. Pengaruh Belanja Sektor
Kesehatan Terhadap Angka Harapan
Hidup di Sulawesi Utara. Efisiensi
[Internet]. [diunduh 2016 Juni 27];
15(2). Tersedia pada:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
jbie.

41

Uni Sari, Harianto, dan A Faroby Falatehan Strategi Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH)
Alokasi Anggaran Kesehatan Di Provinsi Jawa Barat

You might also like