Professional Documents
Culture Documents
Article Info
Abstract
Condition of Indonesia's shrinking economic state made Indonesia's Goverment feels it is
necessary to take concrete steps to increasing the national economic state by growing
investment through deregulation aimed at resolving regulatory and bureaucratic problems, weak
law enforcement, and business uncertainty that are a burden on industrial competitiveness and
ease of doing business. Indoesia's Central Government through the Ministry of Finance in
December 2019 endorsed the Draft of Tax Omnibus Law which is considered to be a solution to
the condition of Indonesia. With regard to the regulation of regional tax rates in this regulation, it
will be regulated simultaneously by the Central Government, on the other hand Regional
governments have broad regional autonomy, not least in the regulation of local tax collection in
their respective regions. The research uses normative juridical research to retrieve, analyze,
and study the literature, scientific work, documents / archives and writings that are relevant to
the research problem. The purpose of this study is to analyze the Tax Omnibus Law Bill in
Indonesia. Based on these results it is known that the formation of the omnibus law can be done
as long as it is formed based on existing laws and regulations. The impact of implementing the
omnibus law on taxation can kill the sustainability and independence of regional autonomy.
Abstrak
Dengan keadaan perekonomian yang semakin lesu, Pemerintah Indonesia merasa perlu
melakukan langkah-langkah nyata untuk menggerakkan ekonomi nasional yakni dengan cara
meningkatkan investasi melalui deregulasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
regulasi dan birokrasi, lemahnya penegakan hukum, dan ketidakpastian usaha yang menjadi
beban daya saing industri maupun kemudahan berusaha. Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Keuangan pada Desember 2019 mengesahkan Naskah RUU Omnibus Law
Perpajakan yang dianggap dapat menjadi solusi akan kondisi Indonesia. Terhadap pengaturan
tarif pajak daerah pada aturan ini akan diatur secara serentak oleh Pemerintah Pusat, di sisi lain
Pemerintah Daerah memiliki otonomi daerah yang luas, tak terkecuali pada pengaturan
pemungutan pajak daerah di wilayahnya masing-masing. Penelitian menggunakan penelitian
yuridis normatif, yang akan mengambil, menganalisis, mempelajari dan menelaah literatur-
literatur, karya ilmiah, dokumen/arsip dan tulisan yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis RUU Omnibus Law Perpajakan di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pembentukan omnibus law
dapat dilakukan sepanjang dibentuk berdasarkan dengan peraturan perundang-undangan yang
sudah ada. Dampak dari dilaksanakannya omnibus law mengenai perpajakan ini dapat
mematikan keberlangsungan maupun independensi dari otonomi daerah.
1Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jln. Salemba Raya No. 4 Jakarta, Indonesia, email:
syalendri96@gmail.com, Tel/Fax. 31909008/39899148.
117
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
118
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
119
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
120
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
121
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
menghilangkan beban regulasi yang ada RUU Omnibus Law Perpajakan ini
akibat overlapping atau tumpang tindih ditargetkan dapat mencapai kondisi
antar aturan-aturan yang ada, maka perekonomian di Indonesia yang lebih
pemerintah melakukan deregulasi yang baik dengan cara meningkatkan investasi
dilaksanakan melalui perubahan aturan dan iklim usaha yang kondusif,
pelaksanaan kegiataan usaha pada mendorong pertumbuhan industri atau
Kementerian/Lembaga/Pemda (K/L/D)13, usaha yang berdaya saing tinggi, dan
dituangkan ke dalam bentuk sebuah memberikan perlindungan serta
aturan yang mencakup suatu jenis materi pengaturan yang berkeadilan.16
muatan yakni omnibus law. Deregulasi Selain pengaturan dan fasilitas
melalui produk omnibus law memiliki perpajakan nasional, RUU Omnnibus Law
beberapa tujuan seperti menyelaraskan Perpajakan juga memuat ketentuan
berbagai aturan yang inkonsistensi, maupun fasilitas perpajakan daerah guna
menyederhanakan regulasi, mendukung kebijakan perkenomian
mempermudah investasi dan nasional. Fasilitas perpajakan yang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dimaksud pada RUU ini berupa
demi kesejahteraan masyarakat.14 keringanan, pengurangan, atau
Namun, bentuk aturan omnibus law pembebasan pajak daerah, diatur melalui
tak sepenuhnya baru dikenal oleh Peraturan Kepala Daerah. Penentuan tarif
Indonesia. Terlepas dari soal istilah, atas pajak daerah dilakukan berskala
substansi omnibus law sudah pernah nasional dan sama (fix rate) oleh
digunakan dalam legislasi yakni pada Pemerintah Pusat yang dibuat melalui
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Peraturan Presiden (Perpres), sehingga
undang No.1 Tahun 2017 tentang Akses terhadap adanya perbedaan tarif pajak
Informasi untuk Kepentingan daerah yang telah ditentukan oleh Perda
Perpajakan/Automatic Exchange of dapat diganti oleh Pemerintah Pusat.
Information-AEoI) (Perppu AEoI) dan Penentuan tarif berskala nasional
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 dimaksudkan agar Pemerintah Pusat
tentang Pemerintahan Daerah (UU dapat melakukan pengawasan maupun
Pemda)15 Melalui deregulasi tersebut, evaluasi terhadap Perda maupun
rancangannya mengenai pajak daerah
13Permenko Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun
2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Perpres
yang dapat menghambat kemudahan
Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan dalam berusaha. Setalah dikeluarkan
Pelaksanaan Berusaha, hlm. 12
14Cecep Darmawan. 2020. Omnibus Law Untuk
penetapan tarif pajak melalui Perpres,
Siapa. Available from:
https://mediaindonesia.com/read/detail/296862-
omnibus-law-untuk-siapa. (Accessed from July 19, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e2c1e
2020). 4de971a/menelusuri-asal-usul-konsep-omnibus-
15M-30. 2020. Menelusuri Asal-Usul Konsep law/. (Accessed from April 29, 2020).
16 Pembukaan RUU Omnibus Law Perpajakan.
Omnibus Law. Available from:
122
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
123
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
124
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
125
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
126
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
instruksi untuk disampaikannya Perda dari Pasal 96 ini adalah berupa tata cara
kepada Menteri Keuangan dan Menteri pengenaan pajak daerah yang diatur
Dalam Negeri paling lama 7 (hari) kerja dalam UU PDRD melalui 2 (dua) cara:
setelah ditetapkan yang dimuat pada pertama, ditetapkan oleh kepala daerah;
Pasal 158 ayat (1). atau kedua, dibayar sendiri oleh wajib
Sedangkan tata cara pemungutan pajak yang bersangkutan.36
pajak dilakukan diatur pada Pasal 96 UU Dalam melaksanakan pungutan
PDRD: (1) Pemungutan Pajak dilarang pajak daerah tersebut, daerah dilarang
diborongkan; (2) Setiap Wajib Pajak wajib memungut pajak selain pajak yang yang
membayar Pajak yang terutang dimaksud pada UU PDRD atau bersifat
berdasarkan surat ketetapan pajak atau terbatas (limitatif). Selain itu, daerah juga
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak tidak memungut jenis pajak tertentu
berdasarkan peraturan perundang- apabila potensinya kurang memadai
undangan perpajakan; (3) Wajib Pajak dan/atau disesuaikan dengan kebijakan
yang memenuhi kewajiban perpajakan daerah yang ditetapkan dengan Perda37,
berdasarkan penetapan Kepala Daerah contohnya seperti di Kabupaten Mimika
dibayar dengan menggunakan SKPD32 tidak ada pajak sarang burung walet
atau dokumen lain yang dipersamakan; karena memang tidak ada sarang burung
(4) Dokumen lain yang dipersamakan walet.38
berupa karcis dan nota perhitungan; dan Seiring dengan tujuan otonomi
(5) Wajib Pajak yang memenuhi daerah yang mendekatkan pelayanan
kewajiban perpajakan sendiri dibayar pemerintah dengan rakyatnya, maka
33
dengan menggunakan SPTPD , fungsi pajak daerah tidak semata-mata
SKPDKB34, dan/atau SKPDKBT35. Inti sari untuk mengisi kas daerah (APBD) saja,
namun dalam definisi pajak sebagai
32 Pasal 1 angka 53 UU PDRD: “Surat Ketetapan
Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, pengisi kas daerah, titik berat pajak
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan diletakkan pada fungsi budgeter meskipun
besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.”
33 Pasal 1 angka 50 UU PDRD: “Surat terdapat fungsi lain, yaitu fungsi mengatur
Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya
disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib (regulerend). Dari kedua fungsi pajak
Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau tersebut yang lebih mendekati makna
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- otonomi daerah dan harus lebih
undangan perpajakan daerah”.
34 Pasal 1 angka 55 UU PDRD: “Surat Ketetapan dieksploitasi atau dikembangkan adalah
Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya fungsi mengatur atau budgeter, yang
disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
administratif, dan jumlah pajak yang masih harus jumlah pajak yang telah ditetapkan”.
dibayar”. 36 Tjip ismail, op. cit., hlm. 140.
35 Pasal 1 angka 56 UU PDRD: “Surat Ketetapan 37 Pasal 2 ayat (3) UU PDRD.
38 Tjip ismail, op. cit., hlm. 157.
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang
127
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
dalam hal ini berkaitan erat dengan upaya nasional dan sama (fix rate), berbeda
meningkatkan pelayanan.39 dengan UU PDRD yang hanya
Hal tersebut sesuai pula dengan memberikan kisaran maksimum maupun
teori welfare state dan teori utility, bahwa minimum pengenaan tarif masing-masing
pungutan pajak daerah hendaknya pajak daerah. Kedua, adanya unsur
memenuhi rasa keadilan dan ditujukan menghambat kemudahan dalam
untuk kemanfaatan dan kesejahteraan melakukan usaha dapat membuat
40
masyarakat. Pengertian welfare state Rencana Perda maupun Perda pajak
atau negara kesejahteraan tidak dapat daerah yang sudah ada menjadi
dipisahkan dari konsep mengenai dibatalkan, sedangkan pada UU PDRD,
kesejahteraan atau welfare. Pengertian pembatalan aturan ditekankan kepada
kesejahteraan sedikitnya mengandung 4 muatan dari aturan tersebut melanggar
(empat) makna: sebagai kondisi sejahtera kepentingan umum. Ketiga, penetapan
(well being); sebagai pelayanan sosial; tarif jenis-jenis pajak daerah dilakukan
sebagai tunjangan sosial; dan sebagai melalui Perda, sedangkan apabila RUU
proses terencana yang dilakukan oleh Omnibus Law Perpajakan diberlakukan,
perorangan, lembaga-lembaga sosial, tata cara penetapan tarifnya diatur melalui
masyarakat maupun badan-badan Perpres.
pemerintah untuk meningkatkan kualitas Seyogyanya UU PDRD memang
kehidupan melalui pemberian pelayanan memerlukan perubahan pada muatannya.
sosial dan tunjangan sosial.41 Sedangkan Selain untuk memudahkan kemudahan
teori utility atau kemanfaatan, pajak dalam berusaha, namun juga perlu mengikuti
pengelolaanya, perlu disesuaikan perubahan UU Pemda terbaru yang
sedemikian rupa sehingga dapat diundangkan pada tahun 2014, sehingga
memenuhi rasa adil pada masyarakat. 42 pengaturan pajak daerah maupun retribusi
Berdasarkan uraian di atas, dapat daerah dapat dijalankan sesuai dengan
dilihat beberapa perbedaan muatan pada asas-asas yang dipegang pada UU
UU PDRD maupun RUU Omnibus Law Pemda sekarang ini. Akan tetapi, dampak
Perpajakan. Pertama, melalui RUU akibat diberlakukannya RUU Omnibus
Omnibus Law Perpajakan, tarif pajak Law Perpajakan juga dapat timbul, seperti
ditentukan oleh pemerintah pusat secara dapat mempengaruhi eksistensi
keberlangsungan Pemda dan
39 Ibid, hlm. 139. kemandiriannya menjalankan otonomi
40 Ibid
41 Ainur Rofieq. 2011. “Pelayan Publik dan Welfare
daerah. Dengan digunakannya asas
State”. Governance: Jurnal Ilmu Pemerintahan,
2(1): 102. otonomi seluas-luasnya dan penyerahan
42 Tjip Ismail. 2011. Analisis dan Evaluasi UU No.
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan tugas pembantuan oleh Pemerintah
Retribusi Daerah. Jakarta: Badan Pembinaan
Hukum Nasional, hlm. 6. Pusat, Pemda dapat mengatur dan
128
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
129
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
130
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
131
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020
132