You are on page 1of 16

Tanjungpura Law Journal, Vol.

4, Issue 2, July 2020: 117 - 132


ISSN Print: 2541-0482 | ISSN Online: 2541-0490
Open Access at: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/tlj

Article Info

Submitted: 30 April 2020 | Reviewed: 13 Juni 2020 | Accepted: 2 Juli 2020

ANALISIS RUU OMNIBUS LAW PERPAJAKAN TERHADAP


PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

Maghfira Syalendri Alqadri1

Abstract
Condition of Indonesia's shrinking economic state made Indonesia's Goverment feels it is
necessary to take concrete steps to increasing the national economic state by growing
investment through deregulation aimed at resolving regulatory and bureaucratic problems, weak
law enforcement, and business uncertainty that are a burden on industrial competitiveness and
ease of doing business. Indoesia's Central Government through the Ministry of Finance in
December 2019 endorsed the Draft of Tax Omnibus Law which is considered to be a solution to
the condition of Indonesia. With regard to the regulation of regional tax rates in this regulation, it
will be regulated simultaneously by the Central Government, on the other hand Regional
governments have broad regional autonomy, not least in the regulation of local tax collection in
their respective regions. The research uses normative juridical research to retrieve, analyze,
and study the literature, scientific work, documents / archives and writings that are relevant to
the research problem. The purpose of this study is to analyze the Tax Omnibus Law Bill in
Indonesia. Based on these results it is known that the formation of the omnibus law can be done
as long as it is formed based on existing laws and regulations. The impact of implementing the
omnibus law on taxation can kill the sustainability and independence of regional autonomy.

Keywords: ease of doing business; omnibus law; regional tax; tax

Abstrak
Dengan keadaan perekonomian yang semakin lesu, Pemerintah Indonesia merasa perlu
melakukan langkah-langkah nyata untuk menggerakkan ekonomi nasional yakni dengan cara
meningkatkan investasi melalui deregulasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
regulasi dan birokrasi, lemahnya penegakan hukum, dan ketidakpastian usaha yang menjadi
beban daya saing industri maupun kemudahan berusaha. Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Keuangan pada Desember 2019 mengesahkan Naskah RUU Omnibus Law
Perpajakan yang dianggap dapat menjadi solusi akan kondisi Indonesia. Terhadap pengaturan
tarif pajak daerah pada aturan ini akan diatur secara serentak oleh Pemerintah Pusat, di sisi lain
Pemerintah Daerah memiliki otonomi daerah yang luas, tak terkecuali pada pengaturan
pemungutan pajak daerah di wilayahnya masing-masing. Penelitian menggunakan penelitian
yuridis normatif, yang akan mengambil, menganalisis, mempelajari dan menelaah literatur-
literatur, karya ilmiah, dokumen/arsip dan tulisan yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis RUU Omnibus Law Perpajakan di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pembentukan omnibus law
dapat dilakukan sepanjang dibentuk berdasarkan dengan peraturan perundang-undangan yang
sudah ada. Dampak dari dilaksanakannya omnibus law mengenai perpajakan ini dapat
mematikan keberlangsungan maupun independensi dari otonomi daerah.

Kata Kunci: kemudahan berusaha; omnibus law; pajak; pajak daerah

1Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jln. Salemba Raya No. 4 Jakarta, Indonesia, email:
syalendri96@gmail.com, Tel/Fax. 31909008/39899148.

117
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

I. Pendahuluan industri. Deregulasi bertujuan untuk


Perlambatan ekonomi di berbagai mempermudah investasi sektor industri
belahan dunia mengakibatkan penurunan baik untuk pengembangan cabang-
konsumsi besar-besaran, turunnya cabang industri maupun untuk
permintaan dan harga komoditas, meningkatkan ekspor dan penyerapan
keluarnya Inggris dari Uni Eropa juga ikut tenaga kerja.2 Deregulasi ini dilakukan
menambah ketidakpastian pada pasar. melalui perubahan aturan pelaksanaan
Kejadian ini pun juga berpengaruh bagi kegiataan usaha pada
Indonesia, perekonomian nasional pun Kementerian/Lembaga/Pemerintah
menjadi melemah, kinerja sektor industri Daerah (K/L/D), tidak terkecuali pada
menjadi lesu, tingkat produksi, ekspor pelaksanaan perpajakan di Indonesia.
komoditas, penerimaan devisa maupun Sering kali egoisme sektoral atau
penerimaan negara pun ikut menurun1. departemen membuat suatu kebijakan
Terhadap kondisi ini, pemerintah ekonomi yang sebenarnya sangat baik
melakukan upaya untuk menggerakkan dilihat dari isinya namun akhirnya menjadi
ekonomi nasional melalui 16 (enam belas) tidak efektif karena adanya benturan
paket kebijakan ekonomi dengan cara dengan kebijakan-kebijakan lainnya.
deregulasi, debirokratisasi dan insentif Kondisi seperti ini sering kali membuat
fiskal. Menurut paket kebijakan ekonomi para calon investor kebingungan yang
ini, salah satu cara untuk menggerakkan pada akhirnya membatalkan niat mereka
ekonomi nasional yakni dengan cara menanam modal di Indonesia.
meningkatkan investasi. Maka dari itu, Pemerintah Pusat
Penyebab terhambatnya melalui Kementerian Keuangan pada
pengembangan kegiatan investasi di Desember 2019 mengesahkan Naskah
Indonesia diakibatkan adanya beban Rancangan Undang-Undang (RUU)
regulasi, birokrasi, dan penegakan hukum. Omnibus Law tentang Ketentuan dan
Fokus utama dari 16 (enam belas) paket Fasilitas Perpajakan Untuk Penguatan
kebijakan ekonomi adalah kebijakan Perekonomian3 (selanjutnya ditulis RUU
deregulasi untuk menyelesaikan masalah Omnibus Law Perpajakan) yang dianggap
regulasi dan birokrasi, lemahnya
2 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
penegakan hukum, dan ketidakpastian Republik Indonesia. 2015. Perkembangan
Pelaksanaan Kebijakan Deregulasi. Available
usaha yang menjadi beban daya saing from:
https://www.ekon.go.id/ekliping/view/sosialisasi-
1 Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. paket-kebijakan.1740.html. (Accessed November
2016. Menjaga Momentum, Meningktakan 27, 2019).
3 Yusuf Imam Santoso. 2020. Sah! RUU Omnibus
Kepercayaan, Paket Kebijakan Ekonomi (PKE).
Available from: Law Perpajakan Berisi Sembilan Undang-Undang.
https://www.kemendag.go.id/files/pdf/2016/08/18/ Available
menjaga-momentum-meningkatkan kepercayaan- from:https://nasional.kontan.co.id/news/sah-ruu-
id0-1471493602.pdf. (Accessed November 28, omnibus-law-perpajakan-berisi-sembilan-undang-
2019). undang. (Accessed March 30, 2020).

118
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

dapat menjadi solusi terhadap peraturan dibebaskan pajak, asalkan diinvestasikan


perundang-undangan di bidang di Indonesia. Cluster ketiga mengenai
perpajakan yang pada saat ini belum subjek pajak Orang Pribadi (OP), yang
dapat menampung perkembangan mengatur OP Warga Negara Asing (WNA)
perekonomian dan hukum yang dinamis, dan Warga Negara Indonesia (WNI).
terutama dalam perkembangan kegiatan Cluster keempat, tentang cara
investasi. Berdasarkan jurnal yang dibuat meningkatkan kepatuhan perpajakan yaitu
oleh Putu Eka Pitriyanti (2019), penerapan mengatur ulang sanksi dan imbalan
omnibus law bagi Indonesia dapat bunganya. Cluster kelima, untuk ekonomi
memberikan manfaat seperti digital, yaitu perpajakan transaksi
menghilangkan tumpeng tindih antar elektronik yang dibuat sama dengan pajak
peraturan perundang-undangan, efisiensi biasa. Dan cluster keenam, adalah
proses perubahan atau pencabutan insentif-insentif pajak seperti tax holiday,
peraturan perundangan-undangan dan super deduction, tax allowance, Kawasan
menghilangkan ego sektoral yang Ekonomi Khusus (KEK), PPh untuk surat
terkandung dalam berbagai peraturan berharga, dan insentif pajak daerah dari
perundang-undangan.4 Teknik Pemerintah Daerah (Pemda).6
penyusunan peraturan menggunakan Terkait insentif pajak daerah dari
omnibus law berdasarkan penelitian yang Pemda, Direktur Penyuluhan Pelayanan
dilakukan oleh Vincent Suriadinata, juga dan Hubungan Masyarakat Direktorat
dapat diterapkan di Indonesia.5 Jenderal Pajak (Ditjen Pajak), Hestu Yoga
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Saksama, mengungkapkan jika RUU
Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa Omnibus Law Perpajakan akan mengatur
omnibus law di bidang perpajakan ini besaran tarif pajak yang sama atau fix
hanya memuat 28 (dua puluh delapan) rate. Hal tersebut bertujuan untuk
pasal dan terbagi dalam 6 (enam) cluster. mensinkronkan besaran pajak antara satu
Cluster pertama tentang cara daerah dengan daerah lain, dan antara
meningkatkan investasi melalui pusat dan daerah guna mendukung
penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) investasi. Pemerintah kemudian akan
Badan dan PPh bunga. Cluster kedua, mereview pajak daerah yang dinilai
sistem teritorial yaitu bagaimana menghambat investasi. Selain itu,
penghasilan deviden luar negeri akan pemerintah juga berencana akan

4Putu Eka Pitriyantini. 2020. “Mewujudkan


6
Kepastian Rancangan Undang-Undang Omnibus Fitria Novia Heriani. 2020. Omnibus Law
Law Bagi Kesejahteraan Masyarakat Indonesia”, Perpajakan Bakal Intervensi Aturan Pajak di
Majalah Ilmiah Universitas Tabanan 17(1): 61. Daerah. Available from:
5 Vincent Suriadinata. 2019. "Penyusunan Undang- https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e114f
Undang Di Bidang Investasi: Kajian Pembentukan 2683adf/omnibus-law-perpajakan-bakal-intervensi-
Omnibus Law Di Indonesia." Refleksi Hukum: aturan-pajak-di-daerah/. (Accessed March 30,
Jurnal Ilmu Hukum 4(1): 1. 2020).

119
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

menerapkan sanksi pengurangan dana Melalui tulisan ini, akan dibahas


transfer daerah bagi Pemda yang tidak beberapa hal seperti dasar hukum
mengikuti aturan di RUU Omnibus Law diberlakukannya omnibus law di
7
Perpajakan. Indonesia, sistem pemungutan pajak
Di sisi lain, dengan diterbitkannya daerah berdasarkan RUU Omnibus Law
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Perpajakan dan menurut sistem saat ini
tentang Pajak Daerah dan Distribusi serta dibuat perbandingannya akan kedua
Daerah (UU PDRD), Pemda memiliki sistem tersebut. Lalu ditelaah juga
kewenangannya secara mandiri untuk mengenai dampak apa saja yang timbul
menetapkan pajak daerah melalui dari diselenggarakannya RUU Omnibus
Peraturan Daerah (Perda). Menurut Pasal Law Perpajakan. Sehingga sangat penting
279, Pemerintah Pusat yang memiliki disini untuk melakukan penelitian lebih
wewenang absolut dalam mengurus lanjut, apakah omnibus law ini dapat
kebijakan moneter negara, telah diberlakukan dengan cara Pemerintah
menyerahkan dan/atau menugaskan Pusat yang sebelumnya telah
kepada daerah terhadap pengaturan menyerahkan sebagian wewenangnya ke
sumber penerimaan daerah, salah Pemda lalu menariknya kembali.
satunya dari pajak daerah. Dengan Penulisan jurnal ini juga penting dilakukan
kondisi otonomi daerah di Indonesia yang untuk menambah tulisan-tulisan ilmiah
menggunakan sistem desentralisasi, yakni mengenai omnibus law, khususnya di
penyerahan wewenang pemerintahan bidang perpajakan yang masih jarang.
oleh pemerintah ke daerah otonom untuk II. Metode
mengatur dan mengurus urusan Penelitian yang akan dilakukan oleh
pemerintahan dalam sistem Negara Penulis merupakan penulisan yuridis
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),8 normatif, yaitu “Penelitian hukum yang
memiliki artian bahwa Pemda memiliki dilakukan dengan cara meneliti bahan
kewenangannya sendiri mengenakan pustaka atau data sekunder sebagai
pajak di daerahnya. Idealnya, dalam bahan dasar untuk diteliti dengan cara
melaksanakan otonomi daerah, Pemda mengadakan penelusuran terhadap
harus bertumpu pada sumber-sumber dari peraturan-peraturan dan literatur-literatur
9
daerahnya sendiri. yang berkaita dengan permasalahan yang
diteliti.”10 Penelitian hukum normatif
memiliki ciri-ciri yakni deskriptif analitis
7 Ibid. dengan pendekatan yuridis normatif;
8Arum Sutrisni Putri. 2019. Pengertian Otonomi
Daerah dan Dasar Hukumnya. Available from:
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/16/1
10
10000069/pengertian-otonomi-daerah-dan-dasar- Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 1995.
hukumnya?page=all. (Accessed March 30, 2020). Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Raja Grafindo
9 Tjip Ismail, Hukum Pajak, [s.1:s.n., 2018] hlm. 10.
Persada, hlm. 13.

120
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

konsep, perspektif, teori dan paradigma memberikan petunjuk maupun penjelasan


yang menjadi landasan teoritis penelitian terhadap bahan hukum primer dan
mengacu pada kaidah hukum yang ada sekunder yakni berupa kamus dan
dan berlaku atau pada ajaran hukum dari ensiklopedia.
para pakar hukum; analisis data dilakukan III. Analisis dan Pembahasan
secara kualitatif; beranjak dari adanya A. Pengaturan Pajak Daerah dalam
kesenjangan dalam norma/asas hukum; RUU Omnibus Law Perpajakan
dan tidak menggunakan hipotesis. Konsep Omnibus Law atau di
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk Amerika Serikat lebih dikenal dengan
menganalisa dampak dari implementasi sebutan Omnibus Bill ini, menurut Bryan
RUU Omnibus Law Perpajakan di A. Garner pada Black’s Law Dictionary
Indonesia. Ninth Edition, diartikan sebagai “A single
Dalam pengumpulan data yang bill containing various distinct matters,
dilakukan dalam penelitian ini adalah usu. drafted in this way to force the
penelitian kepustakaan (Library executive either to accept all the unrelated
Research).11 Oleh karena itu, teknik yang minor provisions or to veto the major
digunakan dalam pengumpulan data pada provision” atau sebuah undang-undang
penelitian ini adalah teknik studi dokumen yang mengatur dan mencakup berbagai
yaitu teknik awal yang digunakan dalam jenis materi muatan yang berbeda-beda
setiap penelitian hukum. Studi dokumen atau mengatur dan mencakup semua hal
dilakukan atas bahan-bahan hukum, mengenai suatu jenis materi muatan.12
mengambil, menganalisis, mempelajari Penerapan metode omnibus law pun telah
dan menelaah literatur-literatur, karya dilakukan setidaknya oleh 9 (sembilan)
ilmiah, dokumen/arsip dan tulisan yang negara yakni Inggris, Australia, Jerman,
relevan dengan permasalahan penelitian. Turki, Filipina, Kamboja, Vietnam,
Studi dokumen dapat diperoleh melalui: Malaysia dan Singapura.
Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan Pada Undang-Undang Nomor 12
hukum yang mengikat; Bahan Hukum Tahun 2011 tentang Pembentukan
Sekunder, yakni Bahan-bahan yang Peraturan Perundang-Undangan (UU
memberikan penjelasan mengenai bahan PPPU) memang tidak dimuat bentuk
hukum primer yaitu hasil-hasil penelitian, perundang-undangan seperti metode
buku-buku hukum dan hasil karya dari omnibus law, namun dalam rangka
kalangan para ahli hukum; dan Bahan
12Arasy
Hukum Tersier, yakni bahan-bahan yang Pradana A. Azis. 2019. Mengenal Omnibus
Law dan Manfaatnya dalam Hukum Indonesia.
Avalable from:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5dc8ee
11 Mustika Zed. 2004. Metode Penelitian 10284ae/mengenal-omnibus-law-dan-manfaatnya-
Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Nasional, dalam-hukum-indonesia/. (Accessed April 29,
hlm. 2-3 2020).

121
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

menghilangkan beban regulasi yang ada RUU Omnibus Law Perpajakan ini
akibat overlapping atau tumpang tindih ditargetkan dapat mencapai kondisi
antar aturan-aturan yang ada, maka perekonomian di Indonesia yang lebih
pemerintah melakukan deregulasi yang baik dengan cara meningkatkan investasi
dilaksanakan melalui perubahan aturan dan iklim usaha yang kondusif,
pelaksanaan kegiataan usaha pada mendorong pertumbuhan industri atau
Kementerian/Lembaga/Pemda (K/L/D)13, usaha yang berdaya saing tinggi, dan
dituangkan ke dalam bentuk sebuah memberikan perlindungan serta
aturan yang mencakup suatu jenis materi pengaturan yang berkeadilan.16
muatan yakni omnibus law. Deregulasi Selain pengaturan dan fasilitas
melalui produk omnibus law memiliki perpajakan nasional, RUU Omnnibus Law
beberapa tujuan seperti menyelaraskan Perpajakan juga memuat ketentuan
berbagai aturan yang inkonsistensi, maupun fasilitas perpajakan daerah guna
menyederhanakan regulasi, mendukung kebijakan perkenomian
mempermudah investasi dan nasional. Fasilitas perpajakan yang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dimaksud pada RUU ini berupa
demi kesejahteraan masyarakat.14 keringanan, pengurangan, atau
Namun, bentuk aturan omnibus law pembebasan pajak daerah, diatur melalui
tak sepenuhnya baru dikenal oleh Peraturan Kepala Daerah. Penentuan tarif
Indonesia. Terlepas dari soal istilah, atas pajak daerah dilakukan berskala
substansi omnibus law sudah pernah nasional dan sama (fix rate) oleh
digunakan dalam legislasi yakni pada Pemerintah Pusat yang dibuat melalui
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Peraturan Presiden (Perpres), sehingga
undang No.1 Tahun 2017 tentang Akses terhadap adanya perbedaan tarif pajak
Informasi untuk Kepentingan daerah yang telah ditentukan oleh Perda
Perpajakan/Automatic Exchange of dapat diganti oleh Pemerintah Pusat.
Information-AEoI) (Perppu AEoI) dan Penentuan tarif berskala nasional
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 dimaksudkan agar Pemerintah Pusat
tentang Pemerintahan Daerah (UU dapat melakukan pengawasan maupun
Pemda)15 Melalui deregulasi tersebut, evaluasi terhadap Perda maupun
rancangannya mengenai pajak daerah
13Permenko Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun
2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Perpres
yang dapat menghambat kemudahan
Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan dalam berusaha. Setalah dikeluarkan
Pelaksanaan Berusaha, hlm. 12
14Cecep Darmawan. 2020. Omnibus Law Untuk
penetapan tarif pajak melalui Perpres,
Siapa. Available from:
https://mediaindonesia.com/read/detail/296862-
omnibus-law-untuk-siapa. (Accessed from July 19, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e2c1e
2020). 4de971a/menelusuri-asal-usul-konsep-omnibus-
15M-30. 2020. Menelusuri Asal-Usul Konsep law/. (Accessed from April 29, 2020).
16 Pembukaan RUU Omnibus Law Perpajakan.
Omnibus Law. Available from:

122
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

Pemda wajib menetapkan tarif tersebut sanksi berupa penundaan dan/atau


paling lambat 3 (tiga) bulan. pemotongan dana transfer ke daerah
Rancangan Perda pada wilayah dan/atau sanksi lain sesuai peraturan
Provinsi/Kabupaten/Kota mengenai pajak perundang-undangan. Terhadap
daerah dan retribusi daerah yang telah keberadaan serta status hukum dari UU
disetujui bersama Dewan Perwakilan PDRD sebelumnya masih berlaku
Rakyat Daerah (DPRD) sebelum sepanjang tidak bertentangan dengan
ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota RUU ini.
wajib disampaikan kepada Menteri B. Sistem Pemungutan Pajak Daerah
Keuangan, yang tugasnya melakukan Saat Ini
evaluasi Rancangan Perda untuk menguji Pengaturan akan sistem
kesesuaian antara rancangan tersebut pemerintahan daerah di Indonesia dimuat
dengan ketentuan peraturan perundang- di Undang-Undang Dasar Republik
undangan yang lebih tinggi dan kebijakan Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) bahwa
fiskal nasional, dan Menteri Dalam Negeri terhadap NKRI, dibagi daerah-daerahnya
yang bertugas untuk mengevaluasi atas provinsi, lalu dibagi lagi menjadi
Rancangan Perda sesuai dengan kabupaten dan kota, yang memiliki
ketentuan yang ada. Perda maupun wewenang untuk mengatur maupun
aturan pelaksananya yang sudah mengurus sendiri urusan pemerintahan
ditetapkan wajib disampaikan ke Menteri menurut asas otonomi dan tugas
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri pembantuan (medebewind). Pemda
paling lama 7 (tujuh) hari setelah dengan otonomi adalah proses peralihan
ditetapkan. Lalu apabila evaluasi terhadap sistem dekonsentrasi17 ke sistem
Perda maupun aturan turunannya memuat desentralisasi18.
unsur-unsur yang menghambat Otonomi adalah penyerahan urusan
kemudahan dalam berusaha, maka Pemerintah Pusat kepada Pemda yang
Pemda wajib melalukan perubahan aturan bersifat operasional dalam rangka sistem
tersebut paling lama 6 (enam) bulan sejak birokrasi pemerintahan. Tujuan otonomi
hasil evaluasi terbit. Pengaturan adalah mencapai efisiensi dalam
administratif ketentuan dan fasilitas
perpajakan di atas dianggap dapat
17 Pasal 1 angka 9 UU Pemda: “Dekonsentrasi
mampu memberikan solusi dan adalah pelimpahan sebagian Urusan
pencegahan terhadap adanya aturan yang Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil
saling tumpang tindih dan mencegah ke Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan
udahan dalam melakukan bisnis maupun bupati/wali kota sebagai penanggung jawab
urusan pemerintahan umum.”
investasi. Pelanggaran administratif 18 Menurut Pasal 1 angka 8: “penyerahan Urusan

Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada


aturan perpajakan ini dapat memberikan daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi.”

123
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

pelayanan kepada masyarakat.19 asas pembantuan. Proses dari sentralisasi


Pengertian otonomi daerah juga dimuat ke desentralisasi pada dasarnya tidak
pada Pasal 1 angka 6 UU Pemda yaitu: semata-mata desentralisasi administratif,
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, tetapi juga bidang politik dan sosial
dan kewajiban daerah otonom untuk budaya. Dengan demikian pemberian
mengatur dan mengurus sendiri Urusan otonomi ini tidak hanya terjadi pada
Pemerintahan dan kepentingan organisasi atau administratif lembaga
masyarakat setempat dalam sistem Pemda saja, akan tetapi berlaku juga
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. pada masyarakat (publik), badan atau
Daerah memiliki wewenangnya untuk lembaga swasta dalam berbagai bidang.
mengatur dan mengurus kepentingan Dengan otonomi ini terbuka kesempatan
masyarakat setempat menurut prakasa bagi Pemda secara langsung membangun
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, kemitraan dengan publik dan pihak
sesuai dengan peraturan perundang- swasta daerah yang bersangkutan dalam
undangan. Dalam menjalankan otonomi berbagai bidang.22
beserta tugas pembantuannya ini, Pemda Pemda yang masing-masing
berhak untuk menetapkan Perda atau daerahnya dikepalai gubernur, bupati dan
peraturan-peraturan lain.20 walikota, dapat menjalankan otonomi
Namun, walaupun pemberian seluas-luasnya, kecuali urusan
otonomi kepada daerah dilakukan seluas- pemerintah yang oleh UU ditentukan
luasnya, dengan digunakannya prinsip sebagai urusan Pemerintah Pusat. Urusan
negara kesatuan, kedaulatan hanya ada Pemerintah pada UU Pemda diartikan
pada pemerintahan negara atau sebagai kekuasaan pemerintahan yang
pemerintahan nasional dan tidak terdapat menjadi kewenangan Presiden yang
kedaulatan pada daerah. Sehingga, pelaksanaannya dilakukan oleh
seluas apa pun otonomi daerah, tanggung kementerian negara dan penyelenggara
jawab akhir penyelenggaraan Pemda Pemda untuk melindungi, melayani,
akan tetap berada di tangan Pemerintah memberdayakan, dan menyejahterakan
Pusat. 21 masyarakat.23
Sejalan dengan penyerahan urusan, Urusan pemerintahan terdiri atas
apabila urusan tersebut menjadi beban urusan pemerintahan absolut yang
daerah, maka akan dilaksanakan melalui sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat, meliputi pertahanan,
19 Via Eviana. 2015. “Analisis Kebijakan Pengalihan
PBB P-2 di Kota Metro”. Skripsi Fakultas Ekonomi keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
dan Bisnis, Universitas Lampung, Lampung: 16.
20 Pasal 18 ayat 6 UUD 1945.
21Sri Kusriyah. 2016. “Politik Hukum 22 H.A.W Widjaja. 2002. Otonomi Daerah dan
Penyelenggaraan Otonomi Daerah dalam Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo
Perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Persada, hlm. 76-77.
Jurnal Pembaharuan Hukum, 3(3): 3. 23 Pasal 1 Angka 5 UU Pemda.

124
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

nasional serta agama; urusan terbentuklah suatu hubungan, yaitu


pemerintahan konkuren yang hubungan keuangan antara pemerintah
wewenangnya dibagi antara Pemerintah pusat dengan Pemda yang didanai oleh
Pusat dan Pemda, terdiri dari urusan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
pemerintahan wajib yang berkaitan (APBN)25. Yang dimaksud dnegan
dengan pelayanan dasar yang berkaitan hubungan keuangan pada Pasal 1 angka
dengan pelayanan dasar meliputi 30 UU Pemda, “Hubungan Keuangan
pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum antara Pemerintah Pusat dan Daerah
dan penataan ruang, perumahan rakyat adalah suatu sistem pembagian keuangan
dan kawasan pemukiman, ketenteraman, yang adil, proporsional, demokratis,
ketertiban umum dan perlindungan transparan dan bertanggung jawab”.
masyarakat serta sosial, lalu urusan yang Hubungan keuangan dalam
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yakni tenaga kerja, pemberdayaan yang diserahkan kepada daerah meliputi:
perempuan dan pelindungan anak, pemberian sumber penerimaan daerah
pangan, pertanahan, lingkungan hidup, berupa pajak daerah dan retribusi daerah;
administrasi kependudukan dan pemberian dana bersumber dari
pencatatan sipil, pemberdayaan perimbangan keuangan antara
masyarakat dan desa, pengendalian Pemerintah Pusat dan Pemda; pemberian
penduduk dan keluarga berencana, dana penyelenggaraan otonomi khusus
perhubungan, komunikasi dan informatika, untuk Pemerintahan Daerah tertentu yang
koperasi, usaha kecil, dan menengah, ditetapkan dalam undang-undang; dan
penanaman modal, kepemudaan dan olah pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana
raga, statistik, persandian, kebudayaan, darurat, dan insentif.26 Penyerahan urusan
perpustakaan dan kearsipan, serta urusan keuangan dari Pemerintah Pusat ini juga
pemerintahan pilihan yakni kelautan dan dikenal dengan sistem tax assignment
perikanan, pariwisata, pertanian, atau kewenangan perpajakan daerah.
kehutanan, energi dan sumber daya Pemerintah daerah idealnya
mineral, perdagangan, perindustrian, memprioritaskan pemenuhan fungsi
transmigrasi; dan urusan pemerintahan alokasi dengan menyediakan pelayanan
umum yang menjadi kewenangan yang bermanfaat bagi masyarakat
presiden sebagai kepala pemerintahan.24 setempat yang biayanya ditanggung oleh
Terhadap pembiayaan masyarakat setempat sehingga instrument
penyelenggaraan urusan pemerintah yang
25
telah dibahas pada paragraf sebelumnya, Pasal 4 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (UU
PKPPPD).
24 26 Pasal 279 UU Pemda.
Pasal 9-12 UU Pemda.

125
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

perpajakan yang dibuat oleh daerah daerah kabupaten/kota.29 Sehingga jenis-


setempat sangatlah diperlukan. Tax jenis pajak menururt UU PDRD dibagi
assignment dikaitkan dengan otonomi atas pajak provinsi yang terdiri dari Pajak
fiskal dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), Kendaraan Bermotor (PKB);Bea Balik
yaitu terkait dengan penentuan basis Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB);
pajak, penetapan tarif dan administrasi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
27
pajak. (PBB KB); Pajak Air Permukaan; dan
Pengaturan akan pemungutan pajak Pajak Rokok30, serta pajak
daerah, sebelumnya telah dilakukan pada kabupaten/kota terdiri atas Pajak Hotel;
periode masa awal kemerdekaan melalui Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak
ordonansi pajak dan retribusi daerah Reklame; Pajak Penerangan Jalan (PPJ);
masa penjajahan Belanda dan Jepang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
yang masih berlaku.28 Pengaturan akan Pajak Parkir; Pajak Air Tanah; Pajak
pajak daerah sekarang diatur pada UU Sarang Burung Walet; Pajak Bumi dan
PDRD. Apabila dilihat pada Pasal 1 angka Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
10, pengertian pajak daerah adalah (PBB Pedesaan dan Perkotaan); dan Bea
kontribusi wajib kepada Daerah yang Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
terutang oleh orang pribadi atau badan (BPHTB).31
yang bersifat memaksa berdasarkan Lalu UU PDRD juga memberikan
Undang-Undang, dengan tidak penetapan tarif batas atas maupun batas
mendapatkan imbalan secara langsung bawah pada masing-masing jenis pajak
dan digunakan untuk keperluan daerah daerah provinsi maupun kabupaten/kota.
bagi sebesar-besarnya kemakmuran UU PDRD juga memberikan kewenangan
rakyat. kepada Pemda untuk mengatur pajak
Basis pajak pada UU PDRD daerah maupun retribusi daerah melalui
mengalami perluasan dibandingkan Perda. Terhadap pengaturan mengenai
dengan aturan sebelumnya Undang- pengawasan maupun pembatalan
Undang Nomor 28 Tahun 2009, yakni Rancangan Perda dan Perda yang
adanya perluasan jenis pajak rokok dan memuat pajak daerah dan retribusi daerah
ditambahkannya jenis pajak air tanah, yang dimuat pada Pasal 157, pasal 158
pajak sarang burung wallet, pajak PBB ayat (2) sampai dengan ayat (9) dan
perdesaan/perkotaan dan BPHTB untuk Pasal 159 UU PDRD sudah tidak berlaku
lagi, sehingga yang masih berlaku
hanyalah pengaturan yang memuat
27 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
tentang Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk
29
Penguatan Perekonomian, hlm. 50. Tjip ismail, op. cit., hlm. 157.
28 Tjip Ismail. 2018. Potret Pajak Daerah di 30 Pasal 2 ayat (1) UU PDRD.
Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group, hlm. 61. 31 Pasal 2 ayat (2) UU PDRD.

126
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

instruksi untuk disampaikannya Perda dari Pasal 96 ini adalah berupa tata cara
kepada Menteri Keuangan dan Menteri pengenaan pajak daerah yang diatur
Dalam Negeri paling lama 7 (hari) kerja dalam UU PDRD melalui 2 (dua) cara:
setelah ditetapkan yang dimuat pada pertama, ditetapkan oleh kepala daerah;
Pasal 158 ayat (1). atau kedua, dibayar sendiri oleh wajib
Sedangkan tata cara pemungutan pajak yang bersangkutan.36
pajak dilakukan diatur pada Pasal 96 UU Dalam melaksanakan pungutan
PDRD: (1) Pemungutan Pajak dilarang pajak daerah tersebut, daerah dilarang
diborongkan; (2) Setiap Wajib Pajak wajib memungut pajak selain pajak yang yang
membayar Pajak yang terutang dimaksud pada UU PDRD atau bersifat
berdasarkan surat ketetapan pajak atau terbatas (limitatif). Selain itu, daerah juga
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak tidak memungut jenis pajak tertentu
berdasarkan peraturan perundang- apabila potensinya kurang memadai
undangan perpajakan; (3) Wajib Pajak dan/atau disesuaikan dengan kebijakan
yang memenuhi kewajiban perpajakan daerah yang ditetapkan dengan Perda37,
berdasarkan penetapan Kepala Daerah contohnya seperti di Kabupaten Mimika
dibayar dengan menggunakan SKPD32 tidak ada pajak sarang burung walet
atau dokumen lain yang dipersamakan; karena memang tidak ada sarang burung
(4) Dokumen lain yang dipersamakan walet.38
berupa karcis dan nota perhitungan; dan Seiring dengan tujuan otonomi
(5) Wajib Pajak yang memenuhi daerah yang mendekatkan pelayanan
kewajiban perpajakan sendiri dibayar pemerintah dengan rakyatnya, maka
33
dengan menggunakan SPTPD , fungsi pajak daerah tidak semata-mata
SKPDKB34, dan/atau SKPDKBT35. Inti sari untuk mengisi kas daerah (APBD) saja,
namun dalam definisi pajak sebagai
32 Pasal 1 angka 53 UU PDRD: “Surat Ketetapan
Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, pengisi kas daerah, titik berat pajak
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan diletakkan pada fungsi budgeter meskipun
besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.”
33 Pasal 1 angka 50 UU PDRD: “Surat terdapat fungsi lain, yaitu fungsi mengatur
Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya
disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib (regulerend). Dari kedua fungsi pajak
Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau tersebut yang lebih mendekati makna
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- otonomi daerah dan harus lebih
undangan perpajakan daerah”.
34 Pasal 1 angka 55 UU PDRD: “Surat Ketetapan dieksploitasi atau dikembangkan adalah
Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya fungsi mengatur atau budgeter, yang
disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
administratif, dan jumlah pajak yang masih harus jumlah pajak yang telah ditetapkan”.
dibayar”. 36 Tjip ismail, op. cit., hlm. 140.
35 Pasal 1 angka 56 UU PDRD: “Surat Ketetapan 37 Pasal 2 ayat (3) UU PDRD.
38 Tjip ismail, op. cit., hlm. 157.
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang

127
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

dalam hal ini berkaitan erat dengan upaya nasional dan sama (fix rate), berbeda
meningkatkan pelayanan.39 dengan UU PDRD yang hanya
Hal tersebut sesuai pula dengan memberikan kisaran maksimum maupun
teori welfare state dan teori utility, bahwa minimum pengenaan tarif masing-masing
pungutan pajak daerah hendaknya pajak daerah. Kedua, adanya unsur
memenuhi rasa keadilan dan ditujukan menghambat kemudahan dalam
untuk kemanfaatan dan kesejahteraan melakukan usaha dapat membuat
40
masyarakat. Pengertian welfare state Rencana Perda maupun Perda pajak
atau negara kesejahteraan tidak dapat daerah yang sudah ada menjadi
dipisahkan dari konsep mengenai dibatalkan, sedangkan pada UU PDRD,
kesejahteraan atau welfare. Pengertian pembatalan aturan ditekankan kepada
kesejahteraan sedikitnya mengandung 4 muatan dari aturan tersebut melanggar
(empat) makna: sebagai kondisi sejahtera kepentingan umum. Ketiga, penetapan
(well being); sebagai pelayanan sosial; tarif jenis-jenis pajak daerah dilakukan
sebagai tunjangan sosial; dan sebagai melalui Perda, sedangkan apabila RUU
proses terencana yang dilakukan oleh Omnibus Law Perpajakan diberlakukan,
perorangan, lembaga-lembaga sosial, tata cara penetapan tarifnya diatur melalui
masyarakat maupun badan-badan Perpres.
pemerintah untuk meningkatkan kualitas Seyogyanya UU PDRD memang
kehidupan melalui pemberian pelayanan memerlukan perubahan pada muatannya.
sosial dan tunjangan sosial.41 Sedangkan Selain untuk memudahkan kemudahan
teori utility atau kemanfaatan, pajak dalam berusaha, namun juga perlu mengikuti
pengelolaanya, perlu disesuaikan perubahan UU Pemda terbaru yang
sedemikian rupa sehingga dapat diundangkan pada tahun 2014, sehingga
memenuhi rasa adil pada masyarakat. 42 pengaturan pajak daerah maupun retribusi
Berdasarkan uraian di atas, dapat daerah dapat dijalankan sesuai dengan
dilihat beberapa perbedaan muatan pada asas-asas yang dipegang pada UU
UU PDRD maupun RUU Omnibus Law Pemda sekarang ini. Akan tetapi, dampak
Perpajakan. Pertama, melalui RUU akibat diberlakukannya RUU Omnibus
Omnibus Law Perpajakan, tarif pajak Law Perpajakan juga dapat timbul, seperti
ditentukan oleh pemerintah pusat secara dapat mempengaruhi eksistensi
keberlangsungan Pemda dan
39 Ibid, hlm. 139. kemandiriannya menjalankan otonomi
40 Ibid
41 Ainur Rofieq. 2011. “Pelayan Publik dan Welfare
daerah. Dengan digunakannya asas
State”. Governance: Jurnal Ilmu Pemerintahan,
2(1): 102. otonomi seluas-luasnya dan penyerahan
42 Tjip Ismail. 2011. Analisis dan Evaluasi UU No.

28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan tugas pembantuan oleh Pemerintah
Retribusi Daerah. Jakarta: Badan Pembinaan
Hukum Nasional, hlm. 6. Pusat, Pemda dapat mengatur dan

128
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

mengurus rumah tangganya sendiri agar daerah, sehingga dengan ditetapkannya


dapat lebih mendekatkan pelayanan dari tarif pajak daerah sebelumnya ,
pemerintah kepada masyarakat, menimbulkan ketidakadilan bagi
memudahkan masyarakat untuk masyarakat. Dengan ketiadaan
memantau dan mengontrol penggunaan kewenangan Pemda dalam menetapkan
dana yang bersumber dari APBD. Pemda dan menyesuaikan tarif pajak daerah akan
juga diharapkan dapat mampu secara menimbulkan masalah dalam
mandiri untuk menggali sumber-sumber menyesuaikan penerimaan dengan
keuangan khususnya untuk memenuhi pengeluaran yang memberikan tingkat
kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan (kualitas dan kuantitas) pelayanan yang
pembangunan di daerahnya melalui sesuai dengan prefereni masyarakat
Pendapatan Asli Daerah (PAD).43 setempat.44 Lebih dikedepankannya unsur
Diundangkannya RUU Omnibus “kemudahan berusaha” dibandingkan
Law Perpajakan melanggar keberadaan “kepentingan umum” sebagai syarat
akan kedua fungsi tersebut sehingga tidak dibatalkan Perda maupun Rancangan
dapat dilaksanakan dengan baik. Aturan Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
tersebut juga berpotensi mengurangi mengindikasikan tidak dikedepankannya
PAD, padahal disisi lain Pemda juga prinsip dari utility atau kemanfaatan atas
dituntut agar dapat secara independen aturan tersebut. Aturan diberlakukan
mencari cara untuk mengisi dana mereka semata-mata hanya untuk menaikkan
demi keberlangsungan dan kemaslahatan tingkat perekonomian nasional saja,
daerah. Perlu juga menjadi catatan, padahal di sisi lain kemungkinan
penyelanggaraan otonomi yang seluas- dilanggarnya prinsip-prinsip kepentingan
luasnya tidak membuat Pemda secara umum juga dapat dilanggar.
sewenang-wenang mengatur keuangan IV. Penutup
daerahnya sebab tanggung jawab akhir Keberadaan bentuk perundang-
penyelenggaraan Pemda akan tetap undangan seperti omnibus law memang
berada di tangan Pemerintah Pusat. tidak dimuat secara eksplist pada UU
RUU Omnibus Law Perpajakan juga PPPU, namun di sisi lain juga tidak ada
tidak mendukung keberlangsungan larangan bagi pembentukan omnibus law
welfare state dan utility, sebab masing- yang mengakomodasi aturan-aturan yang
masing daerah memiliki kemampuan yang ada mengenai suatu muatan aturan
berbeda terhadap pembayaran pajak tertentu, sepanjang pembuatan dari
omnibus law tetap berada pada koridor
43Machfud Sidiq. 2002. “Optimalisasi Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah”.
Makalah disampaikan pada Acara Orasi Ilmiah,
44Tjip
Bandung: 1. Ismail, Potret Pajak Daerah, hlm. 174.

129
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

aturan yang ada.45 Dengan Tim khusus tersebut perlu


diundangkannya RUU Omnibus Law menjembatani antara Kementerian
Perpajakan berpotensi mematikan Keuangan dengan Kementerian Dalam
keberlangsungan maupun independensi Negeri kaitannya dengan evaluasi
dari otonomi daerah. Sebab terhadap maupun pengawasan aturan pajak
penentuan tarif pajak per daerah, menurut daerah, sebab mengandalkan kerja antar
aturan RUU ini, Pemerintah Pusat lah kementerian dapat menelan waktu cukup
yang mengatur tarif pajak daerah secara lama. Agar tetap dapat menjujung asas
nasional dan sama (fix rate). Nyatanya, otonomi daerah namun juga mendukung
pihak yang paling mengerti ataupun ruang gerak Pemerintah Pusat dalam
mengenal potensi maupun karakteristik mengendalikan kebijakan fiskal secara
dari daerahnya adalah Pemda itu sendiri. nasional, penetapan tarif pajak daerah
Dengan diundangkannya RUU ini, Pemda dapat ditetapkan batasnya (limit)
menjadi memiliki ketergantungan pada pengeluaran/belanja daerah yang dapat
Pemerintah Pusat dalam menjalankan ditoleransi.47
otonomi daerah, mencegah daerah untuk Bibliografi
bereksplorasi dalam mengembangkan Buku:
daerahnya sendiri, mengurangi PAD H.A.W Widjaja. 2002. Otonomi Daerah
daerah masing-masing dan juga dan Daerah Otonom. Jakarta: PT
menyulitkan upaya Pemda dalam Raja Grafindo Persada.
memberikan pelayanan yang maksimal Mustika Zed. 2004. Metode Penelitian
untuk masyarakat. Solusi terbaik yang Kepustakaan, Jakarta: Yayasan
dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat Obor Nasional.
terhadap pembuatan RUU Omnibus Law Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji.
Perpajakan guna memajukan kondisi 1995. Penelitian Hukum Normatif,
perkekonomian Indonesia yakni dengan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
membentuk tim khusus untuk Tjip Ismail. 2011. Analisis dan Evaluasi
menganalisa regulasi apa saja yang perlu UU No. 28 Tahun 2009 tentang
harmonisasi sehingga aturan mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
pajak maupun retribusi daerah yang baru Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
dapat sesuai dengan UU Pemda dan Nasional
dengan peraturan perundangan-undangan . 2018. Hukum Pajak, [s.1:s.n].
lainnya.46 . 2018. Potret Pajak Daerah di
Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.

45Arasy Pradana, op. cit.


46Agnes Fitryantica. 2019. “Harmonisasi Peraturan
Perundang-Undangan Indonesia Melalui Konsep
47Tjip
Omnibus Law”, Jurnal Gema Keadilan, 6(3): 303. Ismail, op. cit., hlm. 175.

130
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

Artikel Jurnal: Retribusi Daerah dalam Rangka


Agnes Fitryantica. 2019. “Harmonisasi Meningkatkan Kemampuan
Peraturan Perundang-Undangan Keuangan Daerah”.
Indonesia Melalui Konsep Omnibus Internet:
Law”, Jurnal Gema Keadilan, 6(3). Arasy Pradana A. Azis. “Mengenal
Ainur Rofieq. 2011. “Pelayan Publik dan Omnibus Law dan Manfaatnya
Welfare State”. Jurnal Ilmu dalam Hukum
Pemerintahan, 2(1). Indonesia”,https://www.hukumonline
Putu Eka Pitriyantini. 2020. “Mewujudkan .com/klinik/detail/ulasan/lt5dc8ee102
Kepastian Rancangan Undang- 84ae/mengenal-iomnibus-law-i-dan-
Undang Omnibus Law Bagi manfaatnya-dalam-hukum-
Kesejahteraan Masyarakat indonesia/, diakses pada 29 Maret
Indonesia”, Majalah Ilmiah 2020.
Universitas Tabanan 17(1). Arum Sutrisni Putri. “Pengertian Otonomi
Sri Kusriyah. 2016. “Politik Hukum Daerah dan Dasar Hukumnya",
Penyelenggaraan Otonomi Daerah https://www.kompas.com/, diakses
dalam Perspektif Negara Kesatuan pada 30 Maret 2020.
Republik Indonesia”. Jurnal Cecep Darmawan, “Omnibus Law Untuk
Pembaharuan Hukum, 3(3). Siapa”,
Vincent Suriadinata. 2019. "Penyusunan https://mediaindonesia.com/read/det
Undang-Undang Di Bidang ail/296862-omnibus-law-untuk-
Investasi: Kajian Pembentukan siapa, diakses pada 19 Juli 2020.
Omnibus Law Di Indonesia." Fitria Novia Heriani. “Omnibus Law
Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum Perpajakan Bakal Intervensi Aturan
4(1). Pajak di Daerah”,
Skripsi/Tesis: https://www.hukumonline.com/berita
Via Eviana. 2015. Analisis Kebijakan /baca/lt5e114f2683adf/omnibus-law-
Pengalihan PBB P-2 di Kota Metro. perpajakan-bakal-intervensi-aturan-
Skripsi, Fakultas Ekonomi dan pajak-di-daerah/, diakses pada 30
Bisnis, Universitas Lampung, Maret 2020.
Lampung. Kementerian Dalam Negeri Republik
Setiono. 2004. Rule of Law (Supremasi Indonesia. “Menjaga Momentum,
Hukum). Tesis, Magister Universitas Meningktakan Kepercayaan, Paket
Sebelas Maret, Solo. Kebijakan Ekonomi (PKE)”,
Makalah: https://www.kemendag.go.id/,
Machfud Sidiq, Oktober 2002, diakses pada 28 November 2019.
“Optimalisasi Pajak Daerah dan

131
Tanjungpura Law Journal Vol. 4, Issue 2, July 2020

Kementerian Koordinator Bidang


Perekonomian Republik Indonesia.
“Perkembangan Pelaksanaan
Kebijakan Deregulasi September
2015”, https://www.ekon.go.id/,
diakses pada 27 November 2019.
M-30. “Menelusuri Asal-Usul Konsep
Omnibus Law”,
https://www.hukumonline.com,
diakses pada 29 Maret 2020.
Redaksi DDTCNews. “4 Aspek Krusial
untuk Kurangi Risiko Rasionalisasi
Pajak Daerah”,
https://news.ddtc.co.id/4-aspek-
krusial-untuk-kurangi-risiko-
rasionalisasi-pajak-daerah-19168,
diakses pada 30 Maret 2020.
Yusuf Imam Santoso. “Sah! RUU
Omnibus Law Perpajakan Berisi
Sembilan Undang-
Undang”,https://nasional.kontan.co.i
d/news/sah-ruu-omnibus-law-
perpajakan-berisi-sembilan-undang-
undang?page=all, diakses pada 30
Maret 2020.

132

You might also like