You are on page 1of 17

ANALISIS ANOMALI PASAR MODAL DI INDONESIA

(Studi Kasus Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi Dan Indeks


Sektor Keuangan Tahun 2014-2016)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :
VIKA ARISTIA DESYANTI
135020400111035

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI EKONOMI KEUANGAN DAN PERBANKAN


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
ANALYSIS OF CAPITAL MARKET ANOMALIES IN
INDONESIA
(Study Index LQ 45, Consumer Good Index and Finance Index
Periode 2014-2016)

JURNAL

By :

VIKA ARISTIA DESYANTI


135020400111035

SCHOOL OF ECONOMICS, FINANCE AND BANKING


DEPARTEMENT OF ECONOMIC
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS
UNIVERSITY OF BRAWIJAYA
2017
ANALISIS ANOMALI PASAR MODAL DI INDONESIA
(Studi Kasus Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi Dan Indeks Sektor Keuangan
Tahun 2014-2016)

Vika Aristia Desyanti


Universitas Brawijaya Malang
Email: vikaaristia@gmail.com

ABSTRACT

Based on the efficient market hypothesis, investors should not be able to benefit more than average
(abnormal returns) in predicting the rate of return of a stock. This is contrary to the hypothesis that the
events market anomalies that were not anticipated and which give investors the opportunity to earn
abnormal return.. This research testing about Eid al fitr holiday effect, school year seasional effect, day
of the week effects and the turn of the month effect on stock returns index LQ 45 index, Index Consumption
Sector and Financial Sector Index in 2014-2016. Using Paired Samples T Test or Wilcoxon Test to prove
capital market anomalies in the Indonesia. The results showed a seasonal anomaly does not occur Eid al
fitr holiday effect, School year seasional effect, effect Monday, the weekend effect on index LQ 45, Sector
Index Consumption and Financial Sector Index in 2014-2016, as well as not occurred turn of the month
effect on LQ 45 and consumption Sector Index. But the turn of the month effect occurs Financial Sector
Index 2014-2016 year.

Keyword : Capital market anomalies, , ied al fitr effect, school year seasional effect, day of the week
effect and turn of the month effect

A. PENDAHULUAN

Dalam dunia investasi saham, investor akan terfokus pada market timing yang menjelaskan
kapan saat yang tepat untuk melakukan transaksi jual/beli saham serta menentukan waktu yang tepat
untuk keluar atau masuk di pasar. Market timing dapat dijadikan acuan untuk menentukan harga dan
waktu yang menguntungkan untuk mendapat return dan meminimalisasi risiko.
Berdasarkan hipotesis pasar efisien menurut Fama (dalam Thadete, 2013:96) yang menunjukkan
suatu keadaan dimana pada suatu waktu tertentu harga akan mencerminkan seluruh informasi yang
tersedia dipasar saham tertentu, dengan demikian, berdasarkan hipotesis pasar efisien, investor
seharusnya tidak dapat memperoleh keuntungan diatas rata-rata dalam memprediksi tingkat
pengembalian suatu saham. Beberapa literatur dalam bidang keuangan memusatkan pembahasan pada
seasonal anomaly (anomali musiman) atau calendar effect (efek kalender) pada pasar finansial. Anomali
tersebut melanggar hipotesis mengenai efisiensi pasar bentuk lemah disebabkan adanya return yang tidak
random, tetapi dapat diprediksi berdasarkan pengaruh kalender tertentu.
Menurut teori pasar efisien, return saham harian cenderung akan memiliki besaran yang sama
disetiap harinya selama lima hari masa perdagangan, sedangkan berdasarkan fenomena anomali pasar
modal, return harian rata-rata tidak memiliki besaran yang sama untuk semua hari dalam satu minggu
perdagangan. Seperti contohnya teori anomali tentang holiday effect, seasional effect, day of the week
effect, turn of the month effect, dan lain-lain, mengungkapkan bahwa return harian akan memiliki besaran
yang dapat berbeda pada waktu-waktu tertentu, harga cenderung naik atau turun berbeda dengan hari-
hari lain.

1
Anomali adalah peristiwa yang tidak diantisipasi dan yang menawarkan investor peluang untuk
memperoleh abnormal return. Anomali muncul pada bentuk efisiensi pasar, baik bentuk lemah, semi
kuat, maupun bentuk kuat (Prasetyo, 2006). Salah satu fenomena anomali efek adalah day of the week
Effect dimana ada beberapa fenomena yang terjadi Monday effect dan weekend effect. Banyak penelitian
di luar maupun di dalam negeri yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan return saham karena
pengaruh hari perdagangan. Mulyadi dan Anwar dalam Rahmawati 2016 menyatakan, Monday effect
ialah terjadinya return saham yang negatif di hari Senin, sedangkan weekend effect menyatakan bahwa
return positif terjadi pada hari Jumat.
Day of the week effect, dimana hari Senin dianggap sebagai hari yang tidak menguntungkan
dibanding hari lain sepanjang minggu karena merupakan hari pertama kerja dan sebaliknya, Jumat adalah
hari terbaik karena merupakan hari kerja terakhir sebelum hari libur. Hal ini mengakibatkan investor
cenderung merasa pesimis di hari Senin dan optimis di hari Jumat. Kecenderungan perilaku kurang
rasional ini membuat return Senin secara rata-rata menjadi negatif. Faktor dari emiten yang
mengumumkan berita-berita yang buruk pada hari terakhir perdagangan saham juga menjadikan return
saham di hari Senin cenderung bersifat negatif. Investor akan segera menjual sahamnya dihari Senin
ketika tahu mengenai berita buruk atas perusahaan. Hal ini termasuk sikap perilaku overreaction investor
terhadap suatu informasi terkini. Kondisi ini juga tidak terlepas dari faktor psikologis karena secara
psikologis investor akan bereaksi lebih dramatis (overreaction) terhadap informasi yang jelek.
Menurut Sias and Starks dalam Satoto 2011 menyatakan bahwa fenomena day of week effect
tersebut dapat diterjadi karena pola perdagangan individual investor yang didasari atas dua asumsi.
Pertama, individual investor investor kurang menyukai melakukan perdagangan pada hari Senin. Kedua,
individual investor menghadapi asimetri rekomendasi dari broker dalam bentuk dan waktu.
Pola-pola pergerakan saham juga dapat dikaitkan dengan event yang terjadi pada kurun waktu
pergerakan saham itu terjadi. Salah satunya adalah event hari libur (holiday effect). Holiday Effect
menunjukkan kecenderungan rata-rata return saham pada sutu hari sebelum libur (pre holiday return)
lebih tinggi dan return saham sehari setelah hari libur (post holiday return) lebih rendah dibandingkan
dengan rate return harian normal. Di Indonesia memiliki waktu libur nasional terpanjang yakni pada saat
hari raya idul fitri. Dan pada saat menjelang idul fitri, harga barang konsumsi cenderung meningkat.
Terdapat hasil penelitian terdahulu tentang Monday Effect dan Weekend Effect di Indonesia
yakni, Ramadhani (2015) Pengujian Anomali Pasar Monday Effect, Weekend Effect, Rogalski Effect Di
Bursa Efek Indonesia menghasilkan pembuktian bahwa terjadi Monday Effect dan terjadi Weekend Effect.
Berbeda dengan hasil penelitian Rahmawati (2016) yakni terjadi fenomena Monday Effect namun tidak
terjadi fenomena Weekend Effect pada saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
Pada penelitian terdahulu mengenai holiday effect, Afrianto Budi Purnomo (2011), mengenai
pengujian idul fitri holiday effect terhadap return saham perusahaan, mendapatkan hasil bahwa tidak
terjadi idul fitri holiday effect terhadap return saham perusahaan di BEI Tahun 2000-2010. Sedangkan
hasil penelitian lainnya Fitriyanto (2013) tentang Pengujian Holiday Effect Di Bursa Efek Indonesia
Telaah Khusus Hari-Hari Libur Keagamaan, memberikan kesimpulan bahwa terjadi pengaruh yang
signifikan dari holiday effect terutama pada periode setelah libur Idul Fitri.
Adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu diatas, oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih
lanjut mengenai: Analisis Anomali Pasar Modal Di Indonesia (Studi Kasus Indeks LQ 45, Indeks
Sektor Konsumsi dan Indes Sektor Keuangan Tahun 2014-2016). Penelitian ini dilakukan untuk melihat
apakah terjadi fenomena eid al-fitr holiday effect, school year seasional effect, Monday effect, weekend
effect dan turn of the month effect pada Indeks LQ 45, Indeks sektor konsumsi dan Indeks Sektor
Keuangan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Teori dan Perilaku Investor dalam Pasar Modal

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif
yang tersedia dalam pengaruh situasi yang kompleks. Pengambilan keputusan investasi akan sangat

2
dipengaruhi informasi yang diterima, juga tingkat kemampuan dan pengetahuan investor tentang
investasi.
Pengambilan keputusan antar individu juga akan mempengaruhi pergerakan pasar. Dimana jika
kemampuan ataupun pengetahuan investor dalam berinvestasi hampir seragam, maka kan menggerakkan
sektor-sektor yang berada dipasar. Kemampuan analisis yang baik, kemungkinan besar akan
menghasilkan return yang baik juga.

Theory of Reasoned Action (Teori Niat untuk Berperilaku)

Theory of Reasoned Action (Teori Niat untuk Berperilaku) dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen
dalam Septyanto dan Adhikara, 2013, yang menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena individu
mempunyai niat untuk melakukannya dan terkait pada kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri
(volitional). Perilaku volitional didasarkan asumsi, pertama, manusia melakukan sesuatu dengan cara
yang masuk akal. Kedua, manusia mempertimbangkan semua informasi. Ketiga, secara eksplisit maupun
implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan mereka. Niat melakukan tindakan merupakan
fungsi dari dua penentu dasar, yaitu berhubungan dengan faktor pribadi dan yang lainnya berhubungan
dengan pengaruh sosial (Septyanto dan Adhikara: 2013).

Teori Perilaku Keuangan

Teori perilaku keuangan dapat diartikan sebagai aplikasi ilmu psikologi dalam disiplin ilmu
keuangan. Perilaku keuangan merupakan analisis berinvestasi yang menggunakan ilmu psikologi dan
ilmu keuangan, yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana investor melakukan investasi atau
berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi. Perilaku keuangan bermaksud untuk
memahami perilaku investor dalam mengambil keputusan investasi dan bertindak di pasar modal yang
akan berpengaruh pada market performance (Qawi dalam Puspitaningtyas 2011)
Beberapa penelitian yang dilakukan di pasar modal seringkali menunjukkan adanya anomali pasar
dan juga perilaku investor yang seringkali bertindak tidak rasional, hal tersebut bertentangan dengan teori
keuangan standar dan teori ekonomi konvensional. Perilaku keuangan mulai menggantikan konsep
keuangan standar dan menggantikan konsep rational investor menjadi normal investor yang memiliki
penyimpangan bias secara sosial, kognitif, dan emosi.
Pengambilan keputusan investor antara lain dipengaruhi oleh: (1) sejauh mana keputusan investasi
dapat memaksimalkan kekayaan, dan (2) behavioral motivation, keputusan investasi berdasarkan aspek
psikologis investor. Pengambil keputusan investasi tidak selalu berperilaku dengan cara yang konsisten
dengan asumsi yang dibuat sesuai dengan persepsi dan pemahaman atas informasi yang diterima.

Perilaku investor pasar modal

Investor di pasar modal adalah investor yang bermacam-macam dan berbeda-beda. Keberagaman
tersebut pengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu: motivasi investasi, daya beli (purchasing power) terhadap
sekuritas, tingkat pengetahuan dan pengalaman investasi, serta perilaku investasi. Keberagaman tersebut
mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat keyakinan (confidence) dan harapan (expectation) atas
return dan risk dari kegiatan investasi. Adanya keberagam inilah yang sesungguhnya mendorong
terjadinya transaksi (Rahadjeng dalam Puspaningtyas 2012).

Natapura dalam Puspaningtyas 2012, menyebutkan ada tiga tipe investor, yaitu:
1. Tipe intuitif, adalah tipe investor yang mengambil keputusan berdasarkan insting, cenderung
bertindak berdasarkan perasaan;
2. Tipe emosional, adalah seseorang yang bertindak berdasarkan emosi, memiliki kecenderungan
untuk memilih informasi yang mendukung tindakan atau opininya dan akan mengabaikan informasi
yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Investor tipe ini akanmengabaikan transaksi yang memiliki
risiko yang tidak dapat diperhitungkan; dan

3
3. Tipe rasional, adalah seseorang yang berfokus kepada alasan dibalik sesuatu, memiliki
kecenderungan untuk menunda pengambilan keputusan. Tujuannya adalah untuk mengurangi
ketidakpastian, hingga diperoleh penjelasan yang rasional.

Risiko dalam Pasar Modal

Definisi risiko menurut (Tandelilin dalam Nugroho: 2013) merupakan kemungkinan perbedaan
antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Sumber-sumber risiko menurut Tandelilin,
antara lain:
1. Risiko Suku Bunga
2. Risiko Pasar
3. Risiko Inflasi
4. Risiko Bisnis
5. Risiko Finansial
6. Risiko Likuiditas
7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
8. Risiko Negara (Countiy Risk)
Dengan adanya ketidakpastian berarti investor akan memperoleh return di masa mendatang yang
belum diketahui nilainya. Menurut (Jones dalam Septyanto dan Adhikara 2013) Jenis risiko investasi
dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Risiko sistematis/systematic risk / undiversifiable risk
Risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan
pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko pasar ini tidak dapat
dihilangkan melalui diversifikasi karena risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat
mempengaruhi secara keseluruhan. Misal, kenaikan inflasi yang tajam, resesi, kenaikan tingkat
bunga, dan siklus ekonomi.
b. Risiko tidak sistematis / unsystematic risk / diversifiable risk
Risiko spesifik bagi perusahaan yang mencakup kebijakan dan keputusan strategik, operasi,
dan keuangan. Risiko ini berbeda antara berbagai perusahaan sehingga memfokuskan pada dampak
spesifik terhadap saham atau sektor tertentu. Risiko ini dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifiaksi karena risiko ini hanya terdapat pada perusahaan tertentu. Contoh, peraturan pemerintah
melarang ekspor atau impor semen yang mempengaruhi harga saham emiten yang menghasilkan
produk semen, properti, atau produk lain yang menggunakan bahan semen.

Return Saham
Menurut teori pasar modal, return disebut juga sebagai tingkat pengembalian. Return saham
merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh investor atas investasi yang dilakukan. Oleh karena
itu, return menjadi salah satu faktor yang memotivasi investor untuk melakukan investasi dan
menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Beberapa komponen yang memungkinkan investor
mendapatkan keuntungan adalah current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih
harga). Return dapat dihitung menggunakan rumus;

Pt – Pt − 1
𝑅𝑖𝑡
Pt − 1

Dimana:
Rit = return saham perusahaan i pada waktu t
Pt = harga saham perusahaan periode berjalan
Pt-1 = harga saham perusahaan periode lalu

Anomali pasar
Anomali pasar adalah suatu kejadian atau peristiwa yang dapat dijadikan investor untuk
menghasilkan abnormal return atau profit. Dari beberapa penelitian ternyata menunjukkan adanya

4
suatu ketidakteraturan yang terdeteksi dalam pasar modal yang tidak sesuai dengan hipotesis efisiensi
pasar modal. Ketidakteraturan ini berlangsung terus menerus dan memiliki dampak yang cukup luas,
sehingga disebut sebagai suatu anomali pasar (market anomalies) (Rahmawati, 2016).

Day of The Week Effect


Day of the week effect merupakan perbedaan return antara hari Senin dengan hari–hari lainnya
dalam seminggu secara signifikan (Damodaran dalam Werastuti, 2012). Biasanya return yang
signifikan negatif terjadi pada hari Senin, sedangkan return positif terjadi pada hari–hari lainnya.
Pengaruh hari perdagangan terhadap return saham merupakan fenomena yang menarik untuk
diperhatikan. Fenomena ini merupakan bagian dari anomali teori pasar efisien. Pada teori pasar efisien
menyatakan bahwa return saham tidak berbeda pada setiap hari perdagangan. Namun fenomena day of
the week effect menyatakan bahwa terdapat perbedaan return untuk masing–masing hari perdagangan
dalam satu minggu dimana pada hari Senin cenderung menghasilkan return yang negatif.
Pada beberapa pasar modal terdapat kecenderungan return terendah terjadi pada hari Senin
kemudian meningkat pada hari–hari lainnya. Terdapat penelitian sebelumnya, Ramadhani (2015)
menemukan bahwa terjadi day of the week; weekend effect terjadi secara parsial dan Monday Effect
terjadi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013.

Monday Effect

Monday effect adalah salah satu bagian dari the day of the week effect yaitu suatu seasonal
anomalies (anomali musiman) atau calendar effect (efek kalender) yang terjadi pada pasar financial
yaitu ketika return saham secara signifikan negatif pada hari Senin (Mehdian dan Perry dalam
Rahmawati 2016). Anomali tersebut melanggar hipotesis mengenai efisiensi pasar bentuk lemah.
Hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah menganggap bahwa informasi yang terkadung dalam harga
saham historis adalah sepenuhnya tergambarkan dalam harga saham yang sekarang dan informasi
tersebut tidak dapat digunakan untuk mendapatkan excess return (Elton dan Gruber dalam Rahmawati,
2016).
Monday effect lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis investor. Para pedagang saham
lebih cenderung merasa tidak bersemangat di hari Senin, karena hari Senin adalah hari yang mengawali
hari kerja panjang selama seminggu (Rystorm dan Benson dalam Rahmawati 2016). Dalam penelitian
terdahulu disebutkan bahwa pada hari Senin rata-rata karyawan untuk semua perusahaan di Amerika
mengalami psychological makeup, artinya dalam kondisi tersebut, perilaku dan sikap karyawan
dipengaruhi oleh persepsi keberadaan hari Senin sebagai kelesuan hari permulaan kerja setelah libur
panjang selama dua hari. Akibatnya para investor merasa pesimis terhadap saham yang dipegang bila
dibandingkan dengan hari perdagangan lainnya. Investor cenderung merasa lebih tepat untuk menjual
dengan harga yang rendah pada hari Senin dibandingkan dengan memegang saham tersebut untuk
dijual kembali pada hari-hari perdagangan berikutnya. Akibatnya terjadi return negatif untuk periode
perdagangan pada hari Senin.

Weekend Effect

Weekend effect merupakan suatu pengaruh akhir Minggu yang mengakibatkan adanya suatu
gejala yang menunjukkan bahwa return saham pada hari Jumat akan lebih tinggi dibanding hari-hari
perdagangan lainnya, sebaliknya hari Senin akan menunjukkan return yang lebih rendah (Tandelilin,
2001).

Eid Al Fitr Holiday Effect (Idul Fitri Holiday Effect)

Holiday effect menunjukkan kecenderungan rata-rata return saham pada suatu hari sebelum
libur (pre holiday return) lebih tinggi dan return saham sehari setelah hari libur (post holiday return)
lebih rendah dibandingkan dengan rate return harian normal. Eid Al Fitr Holiday Effect atau dapat
disebut Idul Fitri holiday effect merupakan salah satu bentuk holiday effect.

5
Pada hari-hari sebelum lebaran ini harga barang-barang konsumsi di Indonesia cenderung
mengalami kenaikan harga. Setiap tahun selalu terjadi kenaikan harga tersebut. Namun, walaupun
harga barang-barang naik, konsumsi masyarakat dapat dikatakan tetap. Pada saat inilah biasanya saham
sektor barang konsumsi mengalami peningkatan harga, karena saham ini dirasa menguntungkan untuk
dimiliki pada saat mendekati idul fitri ini. Investor berbondong-bondong ingin memiliki saham
tersebut, dan mengakibatkan kenaikan pada harga saham dan kenaikan return pada masa itu.

School Year Seasional Effect (Tahun Ajaran Baru Seasional Effect)

Seasional Anomaly dimana pada musim-musim tertentu, saham mengalami kenaikan return.
Harga saham pada perusahaan yang berbasis musiman cenderung mengalami kenaikan. School Year
Seasional Effect dapat juga disebut seasional anomaly. Dikarenakan beberapa sektor saham akan
mengalami kenaikan harga saham karena dipicu konsumsi masyarakat yang meningkat. Seperti
perusahaan perdagangan atau konveksi seragam akan cenderung mengalami peningkatan pada tahun
ajaran baru ini.
Sehingga para investor memiliki ekspektasi bahwasannya pada hari menjelang tahun ajaran
baru, beberapa sektor saham terkait akan dapat memberikan keuntungan. Sehingga investor memilih
untuk membeli saham tersebut, maka akan banyak permintaan saham dan penjual pun akan menaikkan
harga agar ia juga mendapatkan untung. Dari situlah harga saham tersebut akan mengalami kenaikan.

Turn The Month Of Effect

Turn of the month effect merupakan anomaly dimana tingkat pengembalian pada awal bulan
selalu lebih tinggi (positif) dibandingkan dengan akhir bulan yang mencapai negatif. Hari pada
pergantian bulan seringkali diartikan sebagai hari terakhir dari suatu bulan sampai dengan tiga hari
pertama bulan berikutnya. Menurut (Mulyono dalam Rahmawati. 2016) salah satu hipotesis yang dapat
menjelaskan adanya anomali ini adalah liquidity trading yaitu permintaan terhadap sekuritas di pasar
oleh investor individual mengalami kenaikan pada awal bulan karena memperoleh pembayaran gaji,
kemudian diinvestasikan dengan membeli sekuritas di pasar.

Penelitian Terdahulu

Penelitian Afrianto Budi Purnomo (2011) Pengujian idul fitri holiday effect terhadap return
saham perusahaan di BEI Tahun 2000-2010, membuktikan bahwa tidak terjadi idul fitri holiday effect
terhadap return saham perusahaan di BEI Tahun 2000-2010. Fitriyanto (2013) Pengujian Holiday
Effect Di Bursa Efek Indonesia Telaah Khusus Hari-Hari Libur Keagamaan, menghasilkan kesimpulan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari holiday effect terutama pada periode setelah libur Idul Fitri
dan setelah libur Natal terhadap return di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan tahun 2008
sampai 2012. Sherley Yurike dan SukmawatiSukamulja (2014) menghasilkan kesimpulan bahwa Eid
Al-Fitr tidak ditemukan pada perusahaan Big Capitalization, namun Eid Al-Fitr terjadi pada perusahaan
small capitalization. Suci Rahmawati (2016) dengan judul Analisis Monday Effect Dan Weekend Effect
Pada Return Saham Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia, mendapatkan kesimpulan bahwa
Terjadi Monday Effect pada saham LQ45, namun Weekend Effect tidak terbukti. Dan Ranita ramadhani
(2015) Pengujian Anomali Pasar Monday Effect, Weekend Effect, Rogalski Effect Di Bursa Efek
Indonesia, dengan kesimpulan Terjadi Monday Effect dan Weekend Effect terjadi secara parsial di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013.

Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini dirancang kerangka pikir sebagai berikut:
6
Gambar 1 : Kerangka Pikir

Sumber : dari berbagai sumber diolah

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena menggunakan angka dalam pengumpulan
data, penafsiran data, serta hasil untuk pengujian anomali pasar di Indonesia Eid Al Fitr Holiday Effect,
School Year Seasional Effect, Day Of The Week Effect dan Turn Of Month Effect. Metode pengumpulan
data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi, dimana pengumpulan data dimulai dengan studi
kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian ilmiah, dan media
masa sebagai bahan bacaan, kutipan, dan referensi penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah diolah pihak lain yang telah tersedia. Data kami merupakan
data time series yang diperoleh dari Pojok Galeri Bursa Efek Jurusan Akuntansi Fakulta Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya. Data yang digunakan merupakan data time series yaitu data harga
penutupan saham harian (closing price) selama tahun 2014-2016.
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan event study, Event study (studi peristiwa) adalah
suatu metodologi yang digunakan untuk mengamati pengaruh dari adanya suatu peristiwa terhadap
perubahan harga atau return sekuritas.
Teknik analisis data pertama menglompokkan return saham sebelum dan sesudah libur idul fitri,
sebelum dan sesudah masuk tahun ajaran baru, pengaruh hari-hari perdagangan Senin-Jumat, serta
perubahan return pergantian bulan. Melakukan uji normalitas mengguanakan uji Jarque Bera (JB) jika
data terdistribusi normal maka menggunakan uji Beda Paired Samples T Test dan apabila data tidak
terdistribusi normal maka menggunakan uji beda Wilcoxon rank test.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menguji eid al fitr effect, school year seasional effect, day of the week effect dan
turn of the month effect pada return saham indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi, dan Indeks Sektor
Keuangan pada tahun 2014-2016. Pemilihan tahun 2014-2016 dikarenakan pada tahun 2014
merupakan tahun awal kebijakan pengurangan jumlah lembar saham dalam satu lot.
Return saham dihitung berdasarkan harga penutupan harian indeks harga saham. Setelah
melakukan perhitungan return harian untuk tiap-tiap saham maka langkah selanjutnya adalah
mengelompokkan return menurut harinya, yaitu untuk menguji eid al fitr holiday effect yakni
mengelompokkan return t-5 dan t+5 libur lebaran. Mengelompokkan return t-5 dan t+5 tahun ajaran
baru untuk school year seasional effect. Mengelompokkan return hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan
Jumat untuk menghitung day of the week effect.
7
Tabel 1: Ringakasan Uji Normalitas Data
Chi
Sektor Waktu n Skewn kurtos JB Ket
Square
LQ45 pre_holiday 15 -0.12 1.129 2.222123125 < 23,7 Normal
Eid al post_holiday 15 0.35 -0.127 6.414090625 < 23,7 Normal
fitr pre_holiday 15 -0.2 1.588 1.3411525 < 23,7 Normal
Konsumsi
holiday post_holiday 15 1.38 2.359 5.031610625 < 23,7 Normal
effect keuangan pre_holiday 15 0.66 0.358 5.441725 < 23,7 Normal
post_holiday 15 0.52 0.139 5.789228125 < 23,7 Normal
LQ45 pre_school 15 -0.08 -1.234 11.2210325 < 23,7 Normal
School post_school 15 -0.06 0.13 5.1576725 < 23,7 Normal
Year Konsumsi pre_school 15 0.84 2.102 2.2680025 < 23,7 Normal
seasional post_school 15 0.86 0.587 5.466668125 < 23,7 Normal
effect keuangan pre_school 15 0.21 -0.106 6.140825 < 23,7 Normal
post_school 15 0.52 0.139 5.789228125 < 23,7 Normal
senin 154 -0.05 2.057 5.778112083 < 182.865 Normal
LQ45 selasa 154 0 2.248 3.628676333 < 182.865 Normal
rabu 154 -0.89 1.985 26.89551608 < 182.865 Normal
kamis 154 0.48 5.313 40.21795342 < 182.865 Normal
jumat 154 -0.09 3.39 1.161416667 < 182.865 Normal
senin 154 0.25 0.813 32.25661542 < 182.865 Normal
Konsumsi
Day Of selasa 154 0.28 1.481 16.77494408 < 182.865 Normal
Week rabu 154 0.11 1.088 23.77392967 < 182.865 Normal
effect kamis 154 0.71 2.888 12.87368133 < 182.865 Normal
jumat 154 -0.97 3.859 29.03411408 < 182.865 Normal
senin 154 0.2 3.213 1.287215417 < 182.865 Normal
Keuangan selasa 154 0.48 2.722 6.458888333 < 182.865 Normal
rabu 154 -0.34 1.199 23.71077042 < 182.865 Normal
kamis 154 0.16 5.105 29.08128942 < 182.865 Normal
jumat 154 0.77 5.068 42.50174133 < 182.865 Normal
LQ 45 awal bulan 140 0.19 2.309 3.618795833 < 167.514 Normal
akhir bulan 140 0.8 6.382 81.46847333 < 167.514 Normal
Turn Of -0.24 2.556
Konsumsi awal bulan 140 2.505183333 < 167.514 Normal
The
Month akhir bulan 140 0.69 2.592 12.11226333 < 167.514 Normal
effect tidak
11.4 133.7
keuangan awal bulan 140 102709.0474 > 167.514 normal
akhir bulan 140 0.16 3.617 2.795829167 < 167.514 Normal
Sumber: dari berbagai sumber diolah

Uji Normalitas pada penelitian ini menggunakan Uji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji normalitas Jarque Bera, dengan hipotesis:
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : Data terdistribusi secara normal
H1 : Data tidak terdistribusi secara normal
Jika Jarque Bera (JB) < Chi square (X2(α,2)), maka keputusan adalah H0 diterima yang berarti asumsi
kenormalan terpenuhi.

Berdasarkan tabel uji normalitas data Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi, dan Indeks sektor
keuangan 2014-2016 dapat disismpulakan bahwa8 semua data terdistri busi normal, kecuali data awal
bulan pada indeks sektor keuangan 2014-2016 yang tidak terdistribusi normal. Sehingga untuk pengujian
Eid al fitr holiday effect, School year seasional effect, day of the week effect indeks LQ 45, Indeks sektor
konsumsi, dan indeks sektor keuangan menggunakan uji parametric test (Piared samples T test), serta
Turn of the month effect indeks LQ 45 dan Indeks sektor konsumsi menggunakan uji parametric test
(Piared samples T test). Sedangkan untuk pengujian Turn of the month effect indeks sektor keuangan
menggunakan uji non parametric test (Wilcoxon rank test).

Tabel 2: Ringkasan Pengujian Anomali Pasar Modal Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi
dan Indeks Sektor Keuangan 2014-2016

Tabel 3: Uji Wilcoxon Pengujian Turn of the month effect indeks sektor keuangan
Asymp.
Positif
Mean Rank Negatif (a) Sig. (2- Ket
(b)
tailed)

Indeks Sektor Keuangan


Ada
Perbedaan
Awal bulan – Akhir bulan 64.25 56 84 .005
74.67

Pengujian menggunakan paired sample t-test dan Wilcoxon rank test jika data terdistribusi normal
Hipotesis statistik pengujiannya sebagai berikut: Ho: Tidak Terdapat Anomali Pasar dan H1: Terdapat
Anomali Pasar. Jika Probabilitas > 0.05 maka Ho diterima, jika Probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.

Berdasarkan uji beda paired sample t test dan Wilcoxon rank test pada tabel 2 dapat dilihat bahwa
nilai signifikansi (probabilitas) > 0.05, sehingga Ho diterima berarti bahwa tidak ada anomali pasar yang
terjadi pada pengujian tersebut. Sedangkan pada tabel 3 yakni pengujian turn of the month effect indeks
sektor keuangan tahun signifikansi (probabilitas) < 0.05 maka Ho ditolak sehingga membuktikan bahwa
terjadi turn of the month effect pada sektor keuangan. Berikut ini merupakan hasil pembahasan hipotesis
dari uji beda:

1. H1 : Diduga terjadi Eid Fitr holiday effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan indeks
sektor keuangan. Berdasarkan uji paired sample t test perbandingan sebelum dan sesudah libur idul
fitri, memiliki nilai signifikansi Indeks LQ 45 sebesar 0.777 > 0.05, nilai signifikansi indeks sektor
konsumsi 0.576 > 0.05, dan nilai signifikansi indeks sektor keuangan 0.68 > 0.05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima, tidak terjadi Eid Fitr holiday effect pada indeks LQ 45, indeks
sektor konsumsi dan indeks sektor keuangan
2. H2 : Diduga terjadi school year seasional effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan
indeks sektor keuangan. Berdasarkan uji paired sample t test yang membandingak hari sebelum
masuk tahun ajaran abru denag hari setelah masuk tahun ajaran baru meiliki nilai signifikansi pada
9
Indeks LQ 45 sebesar 0.52 > 0.05, nilai signifikansi indeks sektor konsumsi 0.799 > 0.05, dan nilai
signifikansi indeks sektor keuangan 0.414 > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima,
tidak terjadi school year seasional effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan indeks
sektor keuangan
3. H3 : Diduga terjadi Monday effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan indeks sektor
keuangan. Berdasarkan uji paired sample t test nilai signifikansi perbandingan hari senin dan non
hari senin (selasa, rabu, kamis, dan jumat) pada Indeks LQ 45 sebesar memiliki nilai signifikansi
lebih dari 0.05, nilai signifikansi indeks sektor konsumsi pada keseluruhan uji beda hari senin dengan
non hari senin memiliki nilai > 0.05, dan nilai signifikansi indeks sektor keuangan pada keseluruhan
uji beda hari senin dengan non hari senin memiliki nilai > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ho diterima, tidak terjadi Monday effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan indeks
sektor keuangan.
4. H4 : Diduga terjadi weekend effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan indeks sektor
keuangan. Berdasarkan uji paired sample t test nilai signifikansi perbandingan hari Jumat dan non
hari Jumat (senin, selasa, rabu, kamis) pada Indeks LQ 45 sebesar memiliki nilai signifikansi lebih
dari 0.05, nilai signifikansi indeks sektor konsumsi pada keseluruhan uji beda hari jumat dengan non
hari jumat memiliki nilai > 0.05, dan nilai signifikansi indeks sektor keuangan pada keseluruhan uji
beda hari jumat dengan non hari jumat memiliki nilai > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima, tidak terjadi Monday effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan indeks sektor
keuangan
5. H5 : Diduga terjadi turn of the month effect pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi dan indeks
sektor keuangan. Berdasarkan uji paired sample t test perbandingan awal bulan dan akhir bulan,
memiliki nilai signifikansi Indeks LQ 45 sebesar 0.321 > 0.05, nilai signifikansi indeks sektor
konsumsi 0.671 > 0.05 maka Ho diterima. sedangkan berdasarkan uji Wilcoxon test untuk indeks
sektor keuangan memiliki signifikansi 0.005 < 0.05, maka Ho ditolak. Dengan demikian maka
disimpulkan bahwa turn of the month effect tidak terbukti pada indeks LQ 45, indeks sektor
konsumsi, namun turn of the month effect terbukti / terjadi pada indeks sektor keuangan.

Tidak Terjadi Anomali Musiman pada Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi dan Indeks Sektor
Keuangan Tahun 2014-2016

Tidak terdapat pengaruh hari libur idul fitri (Eid al fitr holiday effect) terhadap return indeks LQ
45, indeks sektor konsumsi, dan indeks sektor keuangan tahun 2014-2016. Perilaku investor tidak
menunjukkan adanya perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah libur hari idul fitri di Indonesia. Hal
ini sejalan dengan penelitian Afrianto Budi Purnomo (2011) yang menyatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh Eid al fitr holiday effect terhadap return perusahaan di BEI. Dalam penelitian lainnya, Serly
dan Sukmawati (2014) menemukan bahwa Eid Al-Fitr tidak ditemukan pada perusahaan Big
Capitalization, namun Eid Al-Fitr terjadi pada perusahaan small capitalization.
Tidak ditemukan perbedaan antara sebelum dan sesudah masuk tahun ajaran baru di Indonesia
pada tahun 2014-2016. Terbukti bahwa tidak terdapat pengaruh tahun ajaran baru (School Year
Seasional Effect) terhadap return indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi, dan indeks sektor keuangan
tahun 2014-2016. Sehingga pergerakan return saham cenderung stabil pada hari menjelang tahun ajaran
baru.
Tidak teridentifikasi Monday effect pada return indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi, dan indeks
sektor keuangan tahun 2014-2016. Hal ini memiliki hasil yang sama seperti penelitian terdahulu yang
disusun oleh Thadete (2013) dan Havid Sularso, dkk (2013), bahwasannya tidak ditemukan adanya
peristiwa Monday effect di Bursa Efek Indonesia dan bukan merupakan return yang terendah dalam
bandingannya dengan return hari-hari yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa hari perdagangan saham
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2007-2012.
Berdasarkan analisis sebelumnya, pada indeks LQ 45, indeks sektor konsumsi, dan indeks sektor
keuangan tahun 2014-2016 weekend effect tidak terjadi pada periode tersebut. Tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara return hari Jumat dengan10 return non hari Jumat (Senin, Selasa, Rabu, Kamis).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suci Rahmawati (2016) serta penelitian dari David Sularso
(2013) dkk, serta Revita Sari (2008) yang menyatakan bahwa berdasarkan analisis desktiptif, rata-rata
return hari Jumat cenderung positif namun bukan return yang lebih tinggi dari pada hari lainnya,
sehingga tidak terjadi Weekend Effect pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Namun hasil
ini bertentangan denga penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Ranita Ramadhani (2015).
Pada indeks LQ 45 dan Indeks sektor konsumsi tahun 2014-2016 tidak ditemukan adanya efek
pergantian bulan (turn of the month effect). Sehingga return cenderung stabil pada awal bulan dan akhir
bulan. Tidak terdapat perbedaan return yang signifikan. Penemuan ini bertentangan dengan Mulyono
(2009) dan Buddi Wibowo, dkk (2005) dimana dalam penelitian sebelumnya menemukan adanya Turn
of the Month effect.

Terjadi Anomali Musiman Turn Of the Month Effect pada Indeks Keuangan Tahun 2014-2016

Pada indeks LQ 45 dan Indeks sektor konsumsi tahun 2014-2016 tidak ditemukan adanya efek
pergantian bulan (turn of the month effect). Namun pada indeks sektor keuangan tahun 2014-2016
terjadi turn of the month effect. Terjadinya turn of the month effect dalam indeks sektor keuangan ini
selaras dengan penelitian terdahulu yang disusun oleh Mulyono (2009) dan Buddi Wibowo, dkk (2005),
bahwa terdapat anomali pergantian bulan di Bursa Efek Indonesia. Anomali pergantian bulan terbukti
hal ini tercermin dari pola return pada awal bulan yang secara signifikan lebih besar dibandingkan
dengan pertengahan bulan dan akhir bulan.
Berdasarkan Terjadinya Turn of the month effect ini hipotesis yang dapat menjelaskan adanya
anomali ini adalah liquidity trading yaitu permintaan terhadap sekuritas di pasar oleh investor
individual mengalami kenaikan pada awal bulan karena memperoleh pembayaran gaji, kemudian
diinvestasikan dengan membeli sekuritas di pasar. Perilaku yang dapat dilakukan oleh investor dalam
menyikapi fenomena anomali pergantian bulan tersebut adalah bagi investor pada saat pergantian bulan
yakni melakukan transaksi saham pada sektor keuangan karena memiliki return yang positif dan lebih
tinggi dari sebelumnya. Usahakan melakukan pembelian saham sektor keuangan pada akhir bulan
karena return akhir bulan cenderung bergerak negatif.

Implikasi

Tidak terjadinya Anomali pasar ini memiliki dampak positif dan negatif kepada para investor.
Dampak positifnya ialah harga kemudian hari tidak mengalami penurunan yang derastis, maka dapat
meminimalisasi risiko rugi. Sedangkan dampak negatifnya, investor tidak mendapatkan return atau
capital gain yang lebih tinggi dari hari biasanya. Investor yang memiliki sifat risk averter cocok untuk
transaksi di pasar ini. Karena risiko yang akan diterima rendah dengan return yang rendah juga.
Sehingga dalam pasar ini, investor tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan abnormal return
secara teoritis yang mempengaruhi pasar.
Pasar Modal di Indonesia cenderung bergerak stabil, tidak banyak anomaly effect yang terjadi,
sehingga return yang didapat tidak bisa lebih tinggi dari return normal. Sehingga keputusan yang dapat
digunakan investor ialah tidak terlalu tergesa-gesa dalam melakukan transakasi, karena pergerakan
return yang stabil.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi anomali pasar modal pada perdagangan saham di
Bursa Efek Indonesia, oleh karena itu investor perlu mempertimbangkan untuk menjual sahamnya atau
lebih baik di-hold. Karena ada awal pekan dan akhir pekan yaitu pada hari Senin dan Jumat return saham
pada hari tersebut cenderung stabil, tidak mengalami penurunan atau kenaikan yang signifikan. Lebih
baik menyimpan saham tersebut dan menunggu hingga saham mengalami kenaikan, karena return
saham berpotensi naik. Jangan terburu-buru untuk menjual atau membeli saham ketika hari Senin dan
Jum’at dengan alasan akan terjadi day of the week effect, sebab dalam penelitian ini tidak ditemukan
adanya anomali tersebut.
Tidak terjadinya anomali Eid al fitr holiday effect dimungkinkan karena terdapat investor yang
melakukan pembelian saham dikarenakan memiliki 11 persepsi serta optimisme bahwa selama bulan
Ramadhan (sebelum libur idul fitri) akan memperoleh return yang positif yang didasarkan pada
informasi bahwa selama bulan Ramadhan terdapat perilaku masyarakat yang lebih konsumtif sehingga
pasar lebih bergairah. Kondisi lainnya, terdapat investor yang cenderung melakukan penjualan saham
dikarenakan kebutuhan akan keuangan yang diakibatkan dari harga bahan pokok yang cenderung
meningkat serta kegiatan jalan-jalan liburan panjang/ mudik (Priansyah. 2013).
Pada saat musim tahun ajaran baru 2014-2016 tidak terjadi pengaruh terhadap return yang
diterima. Hanya sedikit investor yang bergerak untuk melakukan aksi profit taking atau bahkan
melakukan penarikan saldo rekening efeknya untuk digunakan membiayai masuk sekolah tahun ajaran
baru. Sehingga return sebelum mausk tahun ajaran baru tidak berebda jauh dengan return setelah masuk
tahun ajaran baru. Sehingga investor sebaiknya melakukan transaksi saham seperti biasanya tanpa harus
terburu-buru menjual atau membeli saham karena merasa rugi jika tidak mendapatkan keuntungan.
Tidak terbuktinya school year seasional effect tersebut dapat mengindikasikan bahwa karakteristik
investor di Indonesia dapat membagi antara dana untuk investasi dengan dana yang digunakan untuk
biaya sekolah.
Namun, hal ini berbeda dengan indeks sektor keuangan tahun 2014-2016 yang membuktikan
adanya turn of the month effect. Hal ini dimungkinkan karena sektor keuangan lebih diminati dari pada
sektor konsumsi. Dapat dilihat pada grafik 4.19 yang menjelaskan adanya perbedaan yang cukup jauh
antara volume perdagangan sektor konsumsi dan sektor keuangan pada tahun 2016. Dari tersebut dapat
menggambarkan bahwa sektor keuangan lebih diminati daripada sektor konsumsi, namun kedua sektor
tersebut sangat kuat menyokong pergerakan pasar modal di Indonesia.

D. PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian serta pembahasan dari hasil penelitian mengenai Analisis Anomali
Pasar Modal Di Indonesia: Pengujian Eid Al Fitr Holiday Effect, School Year Seasional Effect, Day Of
The Week Effect Dan Turn Of Month Effect (Studi Kasus Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi dan
Indes Sektor Keuangan Tahun 2014-2016) sebagai berikut:
1. Membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan antara return sebelum dan sesudah
libur idul fitri pada Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi dan Indes Sektor Keuangan Tahun
2014-2016. Dengan demikian, terbukti tidak terjadi Eid al fitr holiday effect pada pasar modal
di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa tiap-tiap investor memiliki ekspektasi dan
kebutuhan yang berbeda, dimana ada investor yang memilih membeli dengan ekspektasi retirn
positif, namun ada juga investor yang memilih untuk menjual saham karena harga-harga barang
naik dan kebutuhan untuk kegiatan lainnya.
2. Tidak terdapat perbedaan antara return hari sebelum masuk tahun ajaran baru dan setelah masuk
tahun ajaran baru pada Indeks LQ 45, Indeks Sektor Konsumsi dan Indeks Sektor Keuangan
Tahun 2014-2016. Sehingga, tidak terbukti adanya school year seasional effect pada pasar
modal di Indonesia. Dapat menggambarkan bahwa investor saham sudah dapat membagi dana
untuk investasi dan dana untuk berjaga-jaga (baiaya sekolah)
3. Tidak terjadi Monday effect pada saham pada pasar modal di Indonesia. Meskipun rata-rata hari
senin negatif, namun tidak memiliki perbedaan terhadap hari lain.
4. Tidak terjadi Weekend effect pada pasar modal di Indonesia pada tahun 2014-2016. Hal ini
dibuktikan bahwa rata-rata return hari Jumat negatif dan tidak adanya perbedaan yang nyata
antara return hari Jumat dengan hari lainnya.
5. Menemukan bahwa tidak terdapat turn of the month effect dalam pasar modal di Indonesia
khususnya indeks LQ 45 dan Indeks Sektor Konsumsi didukung dengan rata-rata return sama-
sama positif dan tidak terjadi perbedaan yang nyata.
6. Turn of the month effect terjadi pada sektor keuangan tahun 2014-2016 pada pasar modal di
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata return awal bulan bernilai positif dan akhir bulan
12 return awal bulan dengan akhir bulan. Dapat
bernilai negatif serta terjadi perbedaan antara
dimungkinkan karena liquidity trading yaitu permintaan terhadap sekuritas di pasar oleh investor
individual mengalami kenaikan pada awal bulan karena memperoleh pembayaran gaji,
kemudian diinvestasikan dengan membeli sekuritas di pasar.
7. Tidak terjadinya anomali musiman pada pasar modal di Indonesia dapat menggambarkan bahwa
karakteristik investor di pasar modal Indonesia, masih cenderung bersifat rasional dengan
mengurangi ketidakpastian akan informasi mengenai anomali efek. Sedangkan, Terjadinya Turn
of the month effect yang terjadi pada sektor perbankan tahun 2014-2016, menggambarkan bahwa
investor yang memiliki saham sektor keuangan memiliki karakteristik bertindak menggunakan
feeling, temperamen dan motivasi.

Saran
1. Tidak banyak terdapat anomali musiman pada pasar modal di Indonesia, sehingga investor
jangan terlalu khawatir atau takut untuk tertinggal mendapat return, serta selalu
mempertimbangkan apabila melakukan transaksi dan jangan terburu-buru untuk melepas
sahamnya karena takut rugi saat hari-hari tertentu, lebih baik hold saham untuk mendapatkan
return yang lebih tinggi pad hari lain.
2. Sebaiknya, investor yang memiliki saham dibidang keuangan, tetap menyimpan sahamnya pada
akhir bulan dan/atau membeli saham lagi karena harga cenderung turun. Dan melakukan profit
taking (menjual) pada awal bulan, sehingga investor akan mendapatkan abnormal return dari
transaksi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ardinan, Haikel. 2014. Pengujian Monday Effect Pada Bursa Efek Indonesia Dan Bursa Efek
Singapura. Surabaya: STIE Perbanas Surabaya.
Bareksa. 2016. Kinerja Saham Sektor Apa yang Terbaik dan Terburuk di Kuartal I 2016?.
http://www.bareksa.com/id/text/2016/05/09/kinerja-saham-sektor-apa-yang-terbaik-dan-
terburuk-di-kuartal-i-2016/13241/news. (online) diakses pada tanggal 17 Januari 2017.
Dewi, Revita Sari. 2008. Analisis Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return Saham: Pengujian
Monday Effect, Week Four Effect dan Rogalski Effect di Bursa Efek Indonesia. Malang :
Universitas Brawijaya.
Fitriyanto. 2013. Pengujian Holiday Effect Di Bursa Efek Indonesia Telaah Khusus Hari-Hari Libur
Keagamaan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi dan Aplikasinya Dalam Aset Keuangan dan Aset Riil. Jakarta:
Salemba Empat.
Harijanto, Christian Adrianus dan Kurniawati, Sri Lestari. 2013. Pengujian Market Efficiency:
Pembuktian Fenomena Anomali Pasar Pada Strait Times Index Di Bursa Efek Singapura.
Surabaya: STIE Perbanas.
Indonesia Stock Exchange Bursa Efek Indoneisa IDX. Indeks. http://www.idx.co.id/id-
id/beranda/informasi/bagiinvestor/indeks.aspx. (online) diakses pada tanggal 5 Februari
2017.
Iswardhini, Tri Dwiyanti. 2013. Pengaruh Monday Effect Terhadap Return Saham Di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2010-2012. Jember: Universitas Negeri Jember.
Latifah, Uli. 2012. Analisis Perbedaan Return saham Sebelum Dan Sesudah Hari Libur Keagamaan
Serta Hari Libur Nasional (Studi empiris pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Indonesia) periode 2007-2011. Semarang : Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universita Diponegoro.
Mulyono. 2009. Anomali Pergantian Bulan Di Bursa Efek Indonesia (Studi Empiris Perusahaan yang
Termasuk dalam Indeks LQ 45 Tahun 2005-2007 di Bursa Efek Indonesia). Jakarta:
Universitas Ekonomi.
Nugroho, Imron Joko. 2013. Pengaruh Risiko Sistematis Dan Faktor Fundamental Terhadap Return
13
Saham Perusahaan Otomotif. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surabaya.
Prasetyo, Heri. 2006. Analisis Pengaruh Hari Perdagangan Terhadap Return, Abnormal Return, Dan
Volatilitas Return Saham (Studi Pada LQ 45 Periode Januari – Desember 2005). Semarang
: Universitas Diponegoro.
Purnomo, Afrianto Budi. 2011. Pengujian idul fitri holiday effect terhadap return saham perusahaan
di BEI Tahun 2000-2010.
Puspaningtyas, Zahra. 2011. Perilaku Investor Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Di Pasar Modal. Jember:
Universitas Negeri Jember.
Rahmawati, Suci. 2016. Analisis Monday Effect Dan Weekend Effect Pada Return Saham Perusahaan
LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Ramadhani, Ranita. 2015. Pengujian Anomali Pasar Monday Effect, Weekend Effect, Rogalski Effect
Di Bursa Efek Indonesia. Malang : Universitas Brawijaya.
Salim, Saint JB. 2013. Pengaruh Holiday Effect Terhadap Return Indonesia Compisite Index
(periode 1997-1999 dan 2003-2015). Surabaya: Universitas Kristen Petra.
Satoto, Shinta Heru. 2011. Analisis Fenomena Day of The week Effect : Pengujian Monday Effect,
Week-Four Effect dan Rogalski Effect (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 di BEI).
Yogyakarta : UPN “Veteran”.
Septyanto, Dihin dan Andhikara, MF. Arrozi. 2013. Perilaku Investor Individu Dalam Pengambilan
Keputusan Investasi Sekuritas Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jakarta: Universitas Esa
Unggul.
Siregar, Viky Hari Chandra dan Hindasah, Lela. 2010. Pengaruh Hari Libur Terhadap return Saham
Di Bursa Efek Indonesia. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah.
Sularso, Havid. Suyono, Eko. Rahmawanto Dwi. 2013. Analisis Monday dan Weekend Effect pada
Saham Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Jendral Soedirman.
Thadete, Marshelyna G.S. 2013. Fenomena “Monday Effect” Di Bursa Efek Indonesia (Periode
2007-2012). Surabaya.
Wibowo, Budi. Wahyudi, Junius. 2005. Pengujian Anomali Pergantian Bulan, Anomali Bulanan dan
Anomali Hari Libur pada IHSG BEJ 1996-2004.
Werastuti, Desak Nyoman Sri. 2012. Anomali Pasar Pada Return Saham : The Day Of Week Effect,
Week Four Effect, Rogalsky Effect, Dan January Effect. Universitas Pendidikan Ganesha.
Yurike, Sherley dan Sukamulja, Sukmawati. 2014. Eid Al-Fitr Holiday Effect And The Relation
Between Eid Al-Fitr Holiday Effect With The Firm Size During 2000 To 2013.
Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta.

14

You might also like