You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330839999

Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Pekanbaru Tahun 2018

Article  in  Jurnal Kesehatan Komunitas · February 2019


DOI: 10.25311/keskom.Vol4.Iss3.278

CITATION READS

1 5,446

5 authors, including:

Jasrida Yunita
University of Indonesia
32 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Proses Perencanaan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman View project

All content following this page was uploaded by Jasrida Yunita on 21 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KESKOM. 2018;4(3):112-119

JURNAL KESEHATAN KOMUNITAS


J ( J O U R N A L O F C O M M U N I T Y H E A LT H )
http://jurnal.htp.ac.id

Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Laundry


Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru Tahun 2018
The Analysis of Linen Management in Laundry Ward of
Ibnu Sina Pekanbaru Islamic Hospital
Hidayati Mukhtar1, Nurmaimun2, Jasrida Yunita3, Asfeni4, Henni Djuhaeni5
1,2,3
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
4
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
5
Universitas Padjadjaran Bandung

ABSTRACT ABSTRAK
Laundry ward is one of the addi onal medical services in a Instalasi Laundry merupakan salah satu pendukung pelayanan
hospital. A good management of laundry will have a good medik dirumah sakit. Pengelolaan laundry yang baik akan
contribu on to the qualified services in a hospital to avoid the memberikan kontribusi pada pelayanan Rumah Sakit yang
nosocomial infec on. The inapproriate management based on bermutu dan terhindar dari kejadian infeksi nosocomial.
applicable opera onal procedures, from the human resources as Pengelolaan yang dak sesuai dengan standar dan prosedur yang
well as the process will effects to unqualified linen to support the berlaku, baik dari aspek sumber daya maupun prosesnya akan
services in the hospital. The aim of the study was to analyzed the menghasilkan linen yang dak memenuhi syarat dalam upaya
linen management in laundry ward of Ibnu Sina Pekanbaru mendukung pelayanan Rumah Sakit. Peneli an ini bertujuan
Islamic Hospital. It has be done an explora ve qualita ve study untuk menganalisis pengelolaan linen di Instalasi Laundry di
through system approach in laundry ward. The data collected by Rumah Sakit. Telah dilakukan peneli an Kualitatif eksplora f
in-depht interviews, observa on and literature review melalui pendekatan sistem di Instalasi Laundry Rumah Sakit
furthermore validated with triangula on. The informant were Islam Ibnu Sina Pekanbaru pada bulan Agustus 2018. Data
laundry personnel, head of laundry ward, head of medical diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam, observasi
addi onal departement and director of Ibnu Sina Pekanbaru dan telaah dokumen yang selanjutnya divalidasi dengan
Islamic Hospital. There were 7 people. The result found three triangulasi. Informan peneli an ini adalah petugas laundry,
themes, the first was human resources (HR) which was lack of kepala laundry, kepala penunjang medik dan Direktur Rumah
coaching to the personnel. The second was the lack of Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru yang berjumlah 7 orang. Pada
infrastructure such as the pair scales of dirty linen, taken long peneli an ditemukan ga tema, pertama Sumber daya Manusia
me to solved the broken machine and also the machine didnot (SDM) yaitu kurangnya SDM serta kurang dilakukannya pela han
service periodicly. The third was, the implementa on of kepada petugas. Tema yang kedua, sarana-prasarana yaitu
opera onal prosedures wasn't op mum such as the personal kurang lengkap seper dak adanya mbangan untuk linen kotor,
protec ve equipment (PPE), didn't do the weighing process to the lamanya penanganan jika ada mesin yang rusak, serta dak
dirty linen, didn't do the separa on of the infec ous washing dilakukannya service berkala pada mesin. Ke ga, pelaksanaan
machine and didn't do the process of sor ng the linen colours. SOP yang belum op mal berupa pemakaian APD, dak
dilakukannya proses penimbangan linen kotor, dak ada
pemisahan pemakaian mesin cuci untuk linen infeksius dan dak
ada pemilahan warna linen. Hasil peneli an diharapkan menjadi
masukan untuk perbaikan pengelolaan linen di Instalasi Laundry
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru sesuai dengan standar
yang ditetapkan.

Keywords : laundry, linen management, hospital Kata Kunci : Laundry, Pengelolaan linen, Rumah Sakit

Correspondence : Hidaya Mukhtar,Jl. Mustafa sari no. 5 tangkerang selatan


Email : hidaya mukhtar@gmail.com

• Received 18 Oktober 2018 • Accepted 28 Desember 2018 • p - ISSN : 2088-7612 • e - ISSN : 2548-8538 •
DOI: h ps://doi.org/10.25311/keskom.Vol4.Iss3.278
Copyright @2017. This is an open-access ar cle distributed under the terms of the Crea ve
Commons A ribu on-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Interna onal License (h p://crea vecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/)
which permits unrestricted non-commercial used, distribu on and reproduc on in any medium
Keskom, Vol. 4, No. 3
113 Desember 2018

yang terpisah untuk linen infeksius dan linen non infeksius


PENDAHULUAN
(Kepmenkes, 2004).
Se ap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, Pengelolaan linen infeksius sangat dibedakan dari linen non
negara juga bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas infeksius.Syarat temperatur untuk mencuci linen adalah 700C
pelayanan kesehatan yang layak antara lain Rumah Sakit. untuk waktu 25 menit atau 950C dalam waktu 10 menit
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun (Kepmenkes, 2004). Dipihak lain nilai batas yang ditetapkan oleh
2009, rumah sakit adalah ins tusi pelayanan kesehatan yang The English guidelines for the disinfec on measures of hospital
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara laundries,saat melakukan desinfektan pada linen yang terinfeksi
paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan adalah dengan merendam linen selama 10 menit pada suhu 65
dan gawat darurat. Dewasa ini perubahan lingkungan rumah 0C atau 3 menit pada suhu 71 0C dengan menggunakan cairan
sakit selalu terjadi, sehingga untuk menambah dan desinfektan (Fijan, 2007). Proses pencucian linen infeksius harus
mempertahankan pasar perlu dikembangkan pelayanan dengan sangat diperha kan seper , lama proses pencucian, penggunaan
mutu yang baik sesuai standar yang berlaku. Tuntutan terhadap mesin pencuci, jenis dan jumlah deterjen yang diberikan,
mutu pelayanan rumah sakit juga semakin lama semakin penggunaan cairan desinfektan, perbandingan antara jumlah air
meningkat, sehingga rumah sakit harus terus berupaya dalam dan cairan, dan jenis linen. Secara garis besar terdapat 4 faktor
meningkatkan mutu pelayanannya kepada masyarakat. Mutu utama yang saling berkaitan yaitu durasi pencucian, penggunaan
menunjuk pada ngkat kesempurnaan pelayanan yang diberikan mesin, bahan kimia dan suhu untuk mencapai linen yang higienis
baik berupa pelayanan medik maupun non medik. Apabila mutu (Fijan, 2012).
ini tercapai maka akan menimbulkan rasa puas kepada se ap Tata laksana pengelolaan linen oleh Kementerian Kesehatan
pasien. Peningkatan mutu pelayanan dapat dilaksanakan melalui Republik Indonesia Tahun 2004 adalah perencanaan,
pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit, pengadaan penerimaan linen kotor, penimbangan, pensor ran, proses
peralatan, dan ketenagaan serta perangkat lainnya, termasuk pencucian, pemerasan, pengeringan, sor r noda, penyetrikaan,
pengelolaan kebutuhan dan persediaan linen rumah sakit. sor r linen rusak, pelipatan, pengepakan, penyimpanan,
Linen termasuk alat kesehatan non medis yang vital, karena distribusi, perawatan kualitas linen, pencatatan dan pelaporan.
peng gunaannya dibutuhkan oleh seluruh unit yang Tujuan pengelolaan linen adalah untuk menghilangkan noda atau
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Linen kotoran (bersih), menjaga sifat asli dari pakaian tetap bertahan
sendiri merupakan is lah untuk menyebutkan seluruh produk dan mencegah agar pakaian dak cepat rusak (awet) serta
teks l yang berada dirumah sakit yang melipu linen di ruang memenuhi persyaratan sehat (bebas dari mikroorganisme)
perawatan maupun baju bedah diruang operasi (OK), sedangkan patogen (Depkes, 2004).
baju perawat, jas dokter maupun baju kerja biasanya dak Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru merupakan rumah
dikelompokan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai sakit kelas B dengan 168 Tempat Tidur dan telah terakreditasi
seragam (uniform). Menurut pembagiannya, linen terdiri atas Paripurna. Pelayanan kesehatan diberikan kepada pasien umum
linen bersih, linen kotor non infeksi dan linen kotor terinfeksi dan juga pasien BPJS kesehatan sebagai penunjang kesehatan
(Depkes, 2004). Linen kotor dak terinfeksi adalah linen yang masyarakat Riau khususnya Pekanbaru. Tingkat pemanfaatan
dak terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan feses yang tempat dur (BOR) dalam ga tahun terakhir mengalami
berasal dari pasien dan lainnya (Depkes, 2004). Sebaliknya, linen penurunan pada ap tahunnya, sehingga besaran BOR pada
infeksius adalah linen yang mengandung mikroorganisme, darah, tahun 2015 di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru sebesar
nja, urine, jaringan tubuh dan cairan lainnya (PHICS, 2014). 63,4%, BOR di tahun 2016 sebesar 54,9% dan BOR di tahun 2017
Linen infeksius juga merupakan linen yang berasal dari pasien sebesar 54,9%. Kondisi tersebut kurang dari standar minimal BOR
terinfeksi virus HIV, hepa s B dan C, dan agen infeksi lainnya yang ditetapkan oleh Depkes, yaitu sebesar 60 – 85%.
(HSE, 2017). Penurunan jumlah BOR tersebut dapat disebabkan oleh
Pengelolaan linen di rumah sakit dak hanya berguna sebagai pelayanan yang diberikan di ruang rawat inap, salah satunya yaitu
pencegahan terhadap kontaminasi yang ada di rumah sakit, kebersihan dan kenyamanan linen yang dipakai oleh pasien
tetapi juga berkontribusi sebagai pembentuk citra rumah sakit selama masa perawatannya. Linen yang berkualitas adalah linen
dimata pasien dan masyarakat. Linen yang bersih akan yang bersih (fisik linen), awet ( dak rapuh) dan sehat (bebas dari
meningkatkan kepercayaan terhadap layanan yang diberikan mikroorganisme patogen).
oleh rumah sakit (Singh, 2009). Linen bersih tersebut juga dapat Hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Laundry,
mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial. Tata didapatkan bahwa pada proses pengelolaan linen kotor dak
laksana pencegahan infeksi nosokomial pada linen adalah dilakukan tahap penimbangan, yang seharusnya menurut
Instalasi Laundryharus menyediakan ruangan dan mesin cuci standar Depkes 2004 harus dilakukan sebelum proses pencucian.

h p://jurnal.htp.ac.id
Mukhtar Hidaya , etc
Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Laundry
The Analysis Of Linen Management In Laundry Ward 114
Hal tersebut mengakibatkan petugas Laundry hanya dituangkan dalam bentuk teks nara f. Data tersebut dirangkum,
memperkirakan berapa perbandingan antara berat linen kotor dan difokuskan pada hal-hal pen ng untuk kemudian dicari
dengan jumlah air dan takaran bahan pencuci, sehingga kondisi tema.Tema tersebut diberi kode, sehingga data yang diperoleh
tersebut dapat mengakibatkan dak tercapainya kualitas linen benar-benar fokus sesuai dengan tujuan peneli an.
yang baik. Adapun hasil dari pencucian linen tersebut Teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan yaitu
menimbulkan komplain dari perawat ruangan, sehingga perawat dengan cara menganalisa data secara content analisis yaitu
ruangan mengembalikan lagi linen bersih ke Instalasi Laundry dengan membandingkan hasil peneli an pengelolaan linen di
sebelum dipakai. Selain itu pada proses pencucian juga petugas Instalasi Laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru dengan
Laundry dak melakukan pensor ran terhadap warna linen. pedoman manajemen Laundry yang ditetapkan oleh Depkes
Linen dengan warna pu h dan linen berwarna digabungkan, tahun 2004 dan peneli an-peneli an terdahulu.Untuk menjaga
sehingga proses pencucian tersebut dak sesuai dengan standar validitas data maka analisis data juga dilakukan dengan metode
Depkes RI 2004 tentang persor ran warna linen. triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode dan
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit triangulasi data (Creswell, 2015). Peneli an ini dilaksanakan
Islam Ibnu Sina Pekanbaru tersebut, maka pengelolaan linen setelah melewa kaji e k yang dilakukan oleh Komisi E k STIKes
menarik untuk diteli dengan menganalisis proses dan H a n g Tu a h P e k a n b a r u d e n g a n S u r a t E k N o m o r :
komponen-kompenen pendukung pengelolaan linen seper 027/KEPK/STIKes-HTP/VII/2018.
Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, standar
operasional prosedur dan biaya. Hal ini diharapkan akan
HASIL
mempunyai daya ungkit terhadap peningkatan mutu dalam Berdasarkan hasil peneli an yang dilakukan terjadi
pengelolaan linen. konstruk visme dari kerangka berfikir, yang mana dari kerangka
berfikir tersebut memunculkan tema-tema khusus. Peneli
METODE mengiden fikasi beberapa tema yang berkaitan dengan tujuan
peneli an ini. Terdapat 3 tema pen ng yang terdiri dari kendala
Peneli an ini menggunakan jenis rancangan peneli an dalam pengelolaan linen, ketersediaan sarana dan prasarana,
Kualita f explora f melalui wawancara mendalam, observasi dan pelaksanaan SOP yang belum op mal.
dan telaah dokumen. Peneli an ini dilakukan untuk perbaikan
mutu di Instalasi Laundry, sehingga peneli berusaha memahami Kendala dalam Pengelolaan Linen
lebih mendalam mengenai permasalahan yang dirasakan oleh Kendala dalam pengelolaan linen yang dialami oleh petugas
par sipan atau informan melalui wawancara mendalam dan laundry lebih didasarkan oleh kurangnya tenaga yang ada,
observasi. Peneli an ini dilaksanakan di Instalasi Laundry Rumah kurangnya dilakukan pela han dan lamanya penanganan mesin
Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru pada bulan Agustus 2018. yang rusak.
Dalam peneli an ini yang menjadi informan utama adalah 4 a.Tenaga kurang
orang petugas Laundry dan informan pendukung sebanyak 3 Kendala dalam pengelolaan linen berupa kurangnya tenaga
orang yaitu Kepala Instalasi Laundry dan CSSD (Central Sterile yang dialami oleh petugas laundry ini, dapat mempengaruhi
Supply Department), Kepala Bidang Penunjang Medik dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk
Direktur Rumah Sakit. Informan diambil berdasarkan kesesuaian memperjelas adanya kekurangan tenaga di Instalasi laundry,
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy) (Lapau, 2015). peneli akan meanampilkan beberapa hasil wawancara dari
Pengumpulan data dilakukan dengan primer dan sekunder. informan, seper kata kunci tenaga kurang dibawah ini:
Data primer didapat dengan cara observasi dengan melihat
ak vitas petugas dalam pengelolaan linen yang menggunakan “Sebenarnya kalau di laundry ini untuk tenaga 8 ideal 7
da ar lik, sedangkan wawancara mendalam dilakukan dengan cukup, sekarang 6....Jadi kurang lah....” (IU 1)
menggunakan pedoman wawancara yang akan ditanyakan pada “Sebetulnya perlu tambah. Disinikan ada 6 orang....” (IU 2)
seluruh informan. Pertanyaan tersebut akan berkembang sesuai
dengan jawaban informan, sehingga mendapatkan jawaban yang Hal tersebut diperkuat oleh informan pendukung, yang
sesuai dengan tujuan peneli an. Data sekunder diperoleh dari menyatakan perlu adanya penambahan SDM untuk Instalasi
dokumen yang ada di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru. Laundry, seper ungkapan informan berikut ini :
Instrumen yang digunakan pada peneli an ini adalah peneli
sendiri, surat izin peneli an, recorder, alat tulis (pena, stabilo), “Jumlahnya ada 6, Libur 1, nggal 5.... Kalau menurut
kamera, pedoman observasi dan pedoman wawancara. Data Bapak itu masih kurang....” (IP 1)
yang diperoleh dari informantentang pengelolaan linen akan

j u r n a l
J KESEHATAN
KOMUNITAS
Keskom, Vol. 4, No. 3
115 Desember 2018

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Instalasi terlepas dari peralatan sebagai penunjang petugas dalam
Laundry, petugas laundry berjumlah 6 orang yang terdiri dari 2 melaksanakan tugasnya. Kendala berupa lamanya perbaiakan
orang petugas laki-laki dan 4 orang petugas perempuan, dengan pada mesin yang rusak di Instalasi laundry juga dapat
pembagian tugas dimana petugas laki-laki bertugas dibagian memperlambat kinerja petugas, seper ungkapan informan
yang berat yaitu pencucian dan pemerasan. Hasil observasi berikut ini:
ditemukan bahwa petugas perempuan juga ada ditempatkan di
“....Kadang ada seminggu, ya tergantung teknisinya yaa....”
bagian pencucian dan pemerasan jika petugas laki-laki dak ada.
(IU 2)
“....Paling lama ya 1 bulan paling cepat 2 minggu....” (IU 3)
b.Pela han kurang
Kendala selanjutnya adalah kurangnya pela han yang Dari hasil observasi yang dilakukan, terdapat beberapa mesin
didapat oleh petugas laundry dalam mengelola linen, yang rusak, yaitu mesin cuci diruang pencucian linen infeksius dan
sebagian besar informan menjawab belum pernah diadakan mesin pengering.
pela han oleh rumah sakit dan ada sebagian kecil petugas yang c.Mesin dak diservice secara berkala
pernah mengiku pela han, namun sudah lama, seper Instalasi laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru telah
ungkapkan oleh informan berikut: memisahkan ruangan khusus pencucian linen infeksius dengan
pencucian linen non infeksius, namun kelengkapan sarana dan
“Pela han itu belum ada karenakan mencuci itu pekerjaan
prasarana ini dak diimbangi dengan dilakukannya
yang paling gampang lah karena se ap orang bisa
pemeliharaan. Ruang khusus pencucian linen infeksius dak
mencuci....” (IU 1)
digunakan oleh petugas sebagaimana mes nya, seper yang
diungkapkan oleh informan utama berikut ini:
Hal ini didukung dengan wawancara yang dilakukan dengan
Kepala Penunjang Medik Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru, “Kami ada disini, dulu di pake tapi sekarang ndak.
yang menyatakan pela han pernah diadakan namun masih Mesinnya rusak, uda dilapor tapi ndak bisa diperbaiki....”
kurang, seper ku pan berikut: (IU 1)
Tidak dipakainya ruangan khusus pencucian infeksius
“Ada, tapi kurang, kuraang. Yaa, itu memang seharusnya
tersebut disebabkan oleh rusaknya mesin, untuk menghindari
ada lagi....” (IP 2)
kerusakan maka perlu adanya pengecekan berkala. Seper
Ketersediaan Sarana dan Prasarana pernyataan informan berikut ini:
Ketersediaan sarana dan prasarana di Instalasi Laundry akan “....kalau pake mesin ini seharusnya memang ada service-
mempengaruhi efek f dan efisiennya layanan yang diberikan, service berkala.... karena kan mesinnya kan dipake se ap
misalnya dengan melengkapi fasilitas berupa alat penimbang hari...” (IU 1)
linen kotor dan melakukan service berkala pada mesin-mesin Pelaksanaan SOP yang belum Op mal
yang ada di Instalasi Laundry. SOP dibuat sebagai dasar dan prosedur dari se ap tahap
a.Tidak ada mbangan pengelolaan linen, selain itu SOP juga berguna untuk
Penimbangan linen diperlukan untuk menghitung kebutuhan menghindari petugas dari kesalahan dalam bekerja. Pada
bahan-bahan kimia, serta menyesuaikan antara banyaknya linen observasi yang dilakukan, terdapat beberapa SOP yang diabaikan
kotor dengan kapasitas mesin pencuci. Berdasarkan hasil oleh petugas laundry, seper pemakaian APD, dak dilakukannya
wawancara, didapat kata kunci dimana semua informan proses penimbangan linen kotor, pemakaian mesin cuci yang
mengatakan bahwa dak dilakukan penimbangan terhadap linen sama dan dak ada pemilahan warna linen.
kotor, seper salah satu ku pan informan berikut: a.Tidak menggunakan APD
“Kami ndak pernah menimbang linen, yang tau awak (kita) APD digunakan untuk menghindari petugas dari bahaya dan
cuman itu tadi yang dipisahkan aja.....” (IU 2) risiko yang ada di Instalasi Laundry. Menurut semua informan
utama, ketersediaan APD yang ada di Instalasi Laundry Rumah
Dari hasil observasi yang dilakukan, petugas laundry Sakit Islam Ibnu Sina sudah lengkap, seper salah satu ungkapan
memasukkan linen kotor langsung kedalam mesin cuci, tanpa informan berikut ini:
dilakukannya penimbangan. Linen dimasukkan sampai “Udah lengkap dah dibelakang tu nggal pakeaja kayak
memenuhi kapasitas mesin, sehingga diperkirakan perputaran sepatu boot kayak masker kacamata udah ada disitu.” (IU
linen didalam mesin dak maksimal. 3)
b.Service mesin lama “Kan ada tu ruangan khususnya dibelakang, tapi kami ndak
Kendala yang muncul dalam pengelolaan linen juga dak pakai....” (IU 4)

h p://jurnal.htp.ac.id
Mukhtar Hidaya , etc
Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Laundry
The Analysis Of Linen Management In Laundry Ward 116
Dari observasi yang dilakukan, APD yang ada diinstalasi Kendala dalam Pengelolaan Linen
Laundry sudah lengkap, namun petugas Laundry dak a.Tenaga kurang
menggunakan APD sebagaimana mes nya. Petugas seringnya Sumber daya manusia menjadi faktor sentral dalam
hanya menggunakan masker dan sepatu karet saja. pengelolaan linen di rumah sakit. Sumber daya manusia (SDM)
b.Tidak ada proses penimbangan rumah sakit merupakan aset rumah sakit yang pen ng dan
Pada SOP pencucian linen yang ditetapkan oleh Rumah Sakit sangat berperan besar dalam pelayanan rumah sakit (Sabarguna,
Islam Ibnu Sina Pekanbaru terdapat prosedur penimbangan linen 2011).
kotor, namun prosedur tersebut dak dilakukan. Seper yang Berdasarkan hasil peneli an diketahui bahwa jumlah tenaga
dinyataka oleh informan berikut ini: kerja yang ada di Instalasi laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
“Kami ndak pernah menimbang linen, yang tau awak Pekanbaru berjumlah 6 orang, yang terdiri dari 2 orang petugas
cuman itu tadi yang dipisahkan aja.” (IU 2) laki-laki dan 4 orang petugas perempuan. Dalam pembagian
tugasnya, petugas laki-laki ditempatkan dibagian yang tugasnya
Dari wawancara diatas, informan seper dak pernah tahu
berat, namun akibat kekurangan petugas tersebut maka petugas
ada prosedur penimbangan sebelum dilakukannya pencucian
perempuan juga bertugas dibagian pencucian dan pemerasan
linen. Hasil dari observasi, didapatkan bahwa SOP yang telah
jika petugas laki-laki dak datang. Ke daksesuaian jumlah tenaga
dibuat dak ada dipajang diinstalasi Laundry sebagai bentuk
kerja dengan beban kerja yang ada tersebut akan berdampak
sosialisasi.
pada inefisiensi kerja. Hal tersebut sesuai dengan hasil peneli an
c.Tidak ada pemilahan warna linen
yang dilakukan oleh Saefullah (2017), dimana beban kerja yang
Proses pemilahan dilakukan sebelum pencucian. Pemilahan
dak sesuai dapat mempengaruhi produk vitas kerja karyawan.
yang dilakukan selain berdasarkan jenis linen infeksius dan non
Menurut peneli kurangnya jumlah SDM dengan beban kerja
infeksius jugaberdasarkan warna linen. Seper ungkapan
yang ada di Instalasi laundry akan menimbulkan overload.
informan berikut:
Adanya tambahan beban kerja tanpa diiku pembagian beban
“....dipisahkan yang berwarna-bewarna, yang linen pu h
kerja yang sesuai, akan menyebabkan kinerja petugas menurun.
pisahkan dengan yang pu h....” (IU 4)
Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi produk vitas
dan mutu pelayanan laundry yang diberikan. Peneli melakukan
Dari pantauan peneli di lapangan, pemilahan antara linen perhitungan terhadap jumlah petugas yang seharusnya ada di
pu h dan berwarna dak dilakukan oleh petugas Laundry. Instalasi laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru,
Sehingga saat pencucian dilakukan, petugas menggabungkan menggunakan Indicator Staffing Needs (ISN), yaitu:
semua linen berwarna dengan linen pu h.
d.Pemakaian mesin cuci yang sama 1 Tahun = 365 Hari
Proses pencucian di Instalasi laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Hari Pelayanan = 7 Hari/Minggu
Sina dimulai dari mencuci semua Linen kotor non Infeksius dan Hari kerja efek f = 6 Hari/Minggu
terakhir linen kotor Infeksius. Untuk pemakaian mesin cuci, Jam Kerja/Hari = 8 Jam
petugas dak membedakan pemakaiannya. Mesin cuci untuk Jam kerja efek f = 7 Jam
linen infeksius juga dapat digunakan untuk mencuci linen non Hari kerja non efek f = 90 Hari
infeksius, kondisi ini sesuai dengan pernyataan informan berikut: Waktu kerja yang tersedia = 275 hari
“....mesin yang otoma s tu bisa juga tuk yang lain (non
infeksius)....” (IU 1) Perhitungan petugas laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina:
Berdasarkan hasil telaah dokumen berupa SOP yang ada di Petugas laundry = 6 orang
Instalasi laundry, didapat bahwa dak adanya ketentuan Jam kerja = 8 Jam
penggunaan mesin cuci khusus untuk linen infeksius dan linen Waktu kerja tersedia = 365 Hari
non infeksius. Kapasitas kerja pertahun = 275 x 7jam= 1925 Jam
Kapasitas = 6 orang x 8 jam x 365 Hari
PEMBAHASAN 1925 jam
Pembahasan hasil peneli an ini akan menjelaskan ap- ap = 9.1
tema yang muncul sebagai gambaran permasalahan dalam 9 orang
pengelolaan linen. Adapun ga tema yang muncul sebagai hasil
temuan dalam peneli an ini akan dibahas secara rinci dan Berdasarkan perhitungan jumlah SDM tersebut, maka
dihubungkan dengan hasil peneli an terdahulu yang terkait petugas laundry yang seharusnya ada di Instalasi laundry Rumah
dengan pengelolaan linen di Instalasi laundry Rumah Sakit. Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru adalah 9 orang. Sehingga jumlah

h p://jurnal.htp.ac.id
Keskom, Vol. 4, No. 3
117 Desember 2018

SDM yang perlu ditambah adalah 3 orang petugas lagi. sangat memerlukan mesin. Penggunaan mesin akan
mempermudah kerja petugas dan menghemat waktu sehingga
b.Pela han kurang menciptakan efisiensi kerja.
Penambahan jumlah SDM tersebut juga harus diiku dengan Berdasarkan hasil peneli an, petugas merasa terkendala
peningkatan kualitasnya. Berdasarkan hasil peneli an, tenaga dengan lamanya penanganan kerusakan mesin yang ada
yang ada di Instalasi Laundry kurang mendapatkan pela han diinstalasi laundry. Terdapat beberapa mesin yang rusak seper
dalam pengelolaan linen. Pen ngnya diadakan pela han bagi mesin pencuci diruang pencucian linen infeksius, akibat dak
petugas tersebut sesuai dengan hasil peneli an yang dilakukan diperbaiakinya mesin tersebut maka petugas juga dak
oleh Wicaksono (2016), yang mana hasil peneli annya memfungsikan ruangan pencucian linen infeksius sebagaimana
menyebutkan pela han bagi karyawan sangat pen ng untuk mes nya. Jenis mesin yang sudah lama juga mempengaruhi
diterapkan dalam suatu organisasi. Dengan adanya pela han, lamanya penyelesaian perbaikan mesin tersebut.
karyawan akan dapat bekerja secara lebih efek f dan efisien Pen ngnya penanganan pada kerusakan alat sesuai dengan
terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan yang hasil peneli an yang dilakukan oleh Munawirsyah (2017), yang
terjadi, seper perubahan teknologi, perubahan metode kerja, mana penanganan fasilitas kerja yang cepat akan memengaruhi
perubahan sikap, ngkah laku, keterampilan dan pengetahuan. kinerja petugas, selain itu kelengkapan fasilitas juga akan
Adanya pela han yang diberikan pada petugas Laundry di memo vasi petugas untuk bekerja secara op mal.
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru, diharapkan akan c.Mesin dak diservice secara berkala
memberikan peningkatan terhadap kinerja petugas kearah yang Berdasarkan hasil peneli an, didapat bahwa dak ada
lebih baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pengecekan berkala atau pemeliharaan terhadap mesin-mesin
pela han adalah untuk mengembangkan kualitas SDM berupa yang ada diinstalasi laundry Rumah Sakit Islam Ibnu Sina,
pengetahuan, sikap dan keterampilan kerja petugas laundry, sehingga hal ini berdampak seringnya terjadi kerusakan pada
sehingga petugas akan berusaha untuk meningkatkan mesin-mesin tersebut. Adapun mesin yang rusak di Instalasi
produk vitas kerja mereka. Laundry adalah mesin pencuci di ruang infeksius dan mesin
pengering, kerusakan mesin tersebut dapat dicegah jika
Ketersediaan Sarana dan Prasarana dilakukan pemeliharaan.
a.Timbangan dak ada Biaya pemeliharaan terhadap peralatan seharusnya
Berdasarkan hasil peneli an, didapat bahwa dak terdapat disediakan minimal 1% dari nilai investasi peralatan tersebut,
mbangan duduk untuk linen kotor. Tidak adanya mbangan namun op malnya biaya pemeliharaan adalah 7-8% dari biaya
duduk tersebut, berdampak pada dak di mbangnya linen kotor, peralatan. Kurang baiknya pemeliharaan peralatan sering kali
sehingga petugas hanya memperkirakan berat linen yang berakibat pada pendeknya masa pakai peralatan tersebut, dan
dimasukkan kedalam mesin cuci. Pen ngnya kelengkapan sarana berdampak pada meningkatnya tambahan biaya yang diperlukan
dan prasaran ini, sesuai dengan hasil peneli an yang dilakukan untuk pemeliharaan yaitu mencapai 20% - 40% (P3SKK
oleh Hartono (2014), yang mana sarana dan prasarana Litbangkes, 2011).
berpengaruh terhadap kinerja pegawai, sehingga pen ng untuk Pemakaian sarana dan prasarana harus dilihat dari prinsip
menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan standar Efek vitas dan Efisiensi, yang berfungsi untuk menghindari
kerja dan dapat berfungsi dalam melaksanakan tugas dan adanya pemborosan. Prinsip efek vitas merujuk pada
pekerjaan pegawai. pemakaian sarana prasarana yang mempermudah pekerjaan dan
Kinerja yang baik perlu didukung oleh sarana dan prasarana efisiensi adalah pemakaian sarana prasarana dengan hemat.
yang lengkap dan layak. Sarana dan prasarana menjadi faktor Untuk memenuhi prinsip tersebut, maka sarana dan prasarana
vital bagi petugas Laundry dalam menyelesaikan tugasnya, yang ada di Instalasi Laundry perlu dilakukan pemeliharaan yang
dengan tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap maka bersifat pengecekan dan perbaikan ringan, untuk menghindari
petugas akan terdorong untuk meningkatkan kinerjanya. Kondisi pemborosan.
ini juga akan meningkatkan produk vitas petugas, namun
ketersediaan sarana dan prasarana ini juga harus diiku dengan Pelaksanaan SOP yang Belum Op mal
pemeliharaan, sebagai upaya untuk menghindari terjadinya a.Tidak menggunakan APD
kerusakan. Pada SOP juga terdapat prosedur yang mengharuskan
b.Service mesin lama petugas memakai APD dise ap proses pengelolaan linen. APD
Kendala selanjutnya adalah lamanya perbaikan mesin di yang ada di Instalasi laundy juga lengkap, namun dari hasil
Instalasi Laundry, kondisi ini secara langsung dapat observasi yang dilakukan terdapat petugas laundry yang dak
memperlambat kinerja petugas. Kegiatan laundry di rumah sakit memakai APD dengan lengkap.

h p://jurnal.htp.ac.id
Mukhtar Hidaya , etc
Analisis Pengelolaan Linen di Instalasi Laundry
The Analysis Of Linen Management In Laundry Ward 118
Instalasi Laundry mempunyai risiko bahaya potensial yang yang mana ruang ini memiliki meja panjang untuk mensor r jenis
nggi, bila dak ditanggulangi dengan baik maka dapat linen yang dak terinfeksi, berdasarkan kriteria berupa linen
menimbulkan dampak nega f terhadap keselamatan dan pu h dan linen berwarna.
kesehatan pekerja, sehingga penggunaan APD wajib digunakan d.Pemakaian mesin cuci yang sama
di Instalasi laundry. APD yang digunakan adalah pakaian kerja Penggunaan mesin yang sama, tanpa pemisahan linen
dari bahan yang menyerap keringat, apron, sarung tangan, infeksius walaupun digunakan setelah pencucian linen non
sepatu boot yang digunakan pada area yang basah dan masker infeksius, jika mesin tersebut sedang dak digunakan. Hal ini
yang digunakan pada proses pemilahan dan sor r (Depkes RI, dak sesuai dengan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004, tentang
2004). tata laksana proses pencucian linen, yang mana untuk ruangan
Ke dak patuhan petugas dalam menjalankan SOP berupa dan mesin pencucian telah ditetapkan yaitu Instalasi Laundry
kelengkapan penggunaan APD tersebut sama dengan hasil harus memiliki ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen
peneli an yang dilakukan oleh Sari (2013), yang menyebutkan Infeksius dan Non Infeksius.
kebanyakan pekerja di instalasi laundry RS anak dan Bunda Sebelum SOP diimplementasikan, perlu dilakukan sosialisasi
Harapan Kita dak menggunakan APD secara lengkap dan hal kepada para petugas, setelah itu dilanjutkan dengan dikirimnya
tersebut dapat menimbulkan hazard, berupa bahaya biologi dan petugas untuk mendapatkan pela han. Pela han yang lebih
kimia. intensif untuk peningkatan pemahaman para petugas laundry,
b.Tidak ada proses penimbagan juga sebagai upaya adanya keseragaman prosedur kerja yang
Pelaksanaan SOP yang belum op mal selanjutnya adalah dilakukan.
dak dilakukannya proses penimbangan yang sesuai dengan SOP.
Pada proses pengelolaan linen di Instalasi Laundry RumahSakit KESIMPULAN
Islam Ibnu Sina Pekanbaru, petugas dak melakukan proses
Dari hasil peneli an serta pembahasan dapat disimpulkan
penimbangan. Hal ini berdampak pada dak dihitungnya takaran
bahwa pengelolaan linen di RS Ibnu Sina memberikan gambaran
yang sesuai antara banyaknya jumlah linen dengan bahan
yang belum sesuai dengan standar yang berlaku, walaupun
pencuci yang sesuai dengan standar Depkes.
Rumah Sakit tersebut telah terakreditasi paripurna. Ditemukan
Menurut Pedoman Manajemen Linen (2004), fungsi
ga tema sebagai kendala, pertama kurangnya SDM baik jumlah
penimbangan sendiri adalah untuk memas kan mechanical
maupun pela han. Tema yang kedua, sarana-prasarana yaitu
ac on atau perputaran mesin pada saat proses pencucian
kurang lengkap seper dak adanya mbangan untuk linen kotor,
sempurna. Mesin cuci harus dikosongkan sebesar 25 % dari
lamanya penanganan jika ada mesin yang rusak, serta dak
kapasitas mesin. Mesin yang ada di Instalasi Laundry Rumah Sakit
dilakukannya service berkala pada mesin dan tema terakhir
Ibnu Sina memiliki kapasitas 60 Kg, sehingga muatan linen yang
adalah pelaksanaan SOP yang belum op mal yaitu pemakaian
dimasukkan dak boleh lebih dari 45 Kg. Penimbangan ini
APD, dak dilakukannya proses penimbangan linen kotor, dak
berguna untuk menyesuaikan jumlah berat linen kotor dengan
dilakukan pemisahan linen infeksius dalam pemakaian mesin
kebutuhan bahan kimia cucian.
cuci serta dak ada pemilahan warna linen.
Tidak dilakukannya proses penimbangan
Perlu adanya perha an terhadap pengelolaan linen yang
menimbulkankendala pada proses pencucian. Linen kotor dak
sesuai dengan standar. Agar petugas laundry mampu
berputar dengan baik di mesin dan penakaran bahan kimia yang
memberikan pelayanan yang berkualitas, hal terpen ng yang
kurang tepat, sehingga hasil pencucian masih meninggalkan
harus dilakukan oleh pihak Manajemen Rumah Sakit Islam Ibnu
noda. Hal inilah yang menjadi komplain dari perawat diruangan,
Sina adalah dengan menambah jumlah SDM di Instalasi Laundry
seper hasil survei awal.
sebanyak 3 orang petugas lagi, melengkapi sarana dan prasarana
c.Tidak ada proses pemilahan warna linen
berupa mbangan duduk untuk linen kotor dan melakukan
Proses yang juga dak dilakukan sesuai SOP adalah
sosialisasi SOP kepada seluruh petugas laundry, serta
pemilahan warna linen. Berdasarkan hasil peneli an, petugas
memberikan mereka pela han pengelolaan linen sesuai dengan
dak melakukan pensor ran berdasarkan warna linen, linen
standar yang ditetapkan oleh Depkes.
yang berasal dari ruangan langsung dimasukkan ke mesin cuci,
sehingga linen berwarna dan linen pu h akan tergabung pada Konflik Kepen ngan
saat proses pencucian berlangsung. Hal tersebut akan Tidak terdapat konflik kepen ngan dalam peneli an ini.
berdampak pada kualitas linen, sehingga linen pu h akan cepat
kusam.
Ucapan Terima Kasih
Berdasarkan pedoman manajemen linen di rumah sakit Ucapan terima kasih ditujukan kepada seluruh informan,
(2004), instalasi laundry harus memiliki ruang pemisahan linen, Prodi Magister IKM STIKes Hangtuah Pekanbaru dan

h p://jurnal.htp.ac.id
Keskom, Vol. 4, No. 3
119 Desember 2018

beserta seluruh pihak yang telah memberikan banyak Munawirsyah, Isnan. 2017. Pengaruh Kepuasan Kerja dan
bantuan, kri k dan saran. Fasilitas Kerja Terhadap Mo vasi Kerja dan
Dampaknya Kepada Kinerja Pegawai Non Medis
DAFTAR PUSTAKA Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Subulussalam. Jurna Bisnis Administrasi Vol. 06 No.
Creswell, Jhon W. 2015. Peneli an Kualita f dan Desain 01, Hal. 44-51.
Riset, Memilih Diantara Lima Pendekatan. Edisi Ke-3. Philippine Hospital Infec on Control Society (PHICS), 2014.
California : Sage. Linen and Laundry Management Guidelines For
Creswell, Jhon W. 2013. Research Design, Pendekatan Hospitals and Other Healthcare Facili es.
Kualita f, Kuan ta f, dan Mixed. Edisi Ke-3. Sabarguna, Boy S. 2011. Buku Pegangan Mahasiswa
California : Sage. Manajemen Rumah Sakit. Jilid Ke-2. Jakarta : Sagung
Departemen Kesehatan RI, 2004. Pedoman Manajemen Seto.
Linen di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Sari, Desi Nur ka. 2013. Iden fikasi Bahaya dan Gambaran
Kesehatan Republik Indonesia. Prilaku Penggunaan APD pada Pekerja Laundry si RS
Departemen Kesehatan RI, 2009. Standar Kesehatan dan Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2013.
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta : Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Fijan, S. Koren, S. 2007. An microbial Disinfec on Effect of Saefullah, Encep. 2017. Pengaruh Beban Kerja dan Stres
a Laundering Procedure for Hospital Tex les Against Kerja Terhadap Produk vitas Kerja Karyawan. Jurnal
Various Indicator and Fungi Using Different AKADEMIKA Vol. 15 No.2, Agustus 2017.
Substrates For Simula ng Human Excrements. Singh, Dara. Qadri, QJ. Monica, Kotwal. 2009. Quality
Elsevier. Diagnos c Microbiology and Infec ous Control in Linen and Laundry Service at A Ter ary
Disease 57 (2007), p. 251–257. Care Teaching Hospital in India. Interna onal Journal
Fijan, S. Sostar, S. 2012. Hospital Tex les, Are They a of Health Sciences, Qassim University, Vol. 3, No.1.
Possible Vehicle For Healthcare – Associated Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta :
Infec ons?. Interna onal Journal of Enviromental Erlangga.
Research and Public Health Vol 9, p. 3330 -3343. Wicaksono, Yosep S. 2016. Pengaruh Pela han dan
Hartono, Didi. 2014. Pengaruh Sarana Prasarana dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Rangka Meningkatkan Semangat Kerja dan Kinerja
Pendidikan Kota Banjarbaru. Kumpulan Informasi Karyawan. Jurnal Bisnis dan Manjemen Vol. 3 No.1,
dan Ar kel Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Januari 2016.
(KINDAI) Vol.10 No.2, April – Juni 2014. p : 142 – 155.
Herlambang, Susatyo. 2016. Manajemen Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta : Gosyen
Publishing.
Health and Safety Execu ve (HSE). Laundry treatments at
high and low temperatures.
Kementerian Kesehatan RI, 2009. Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.
Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Teknis
Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 Tahun 2004.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

h p://jurnal.htp.ac.id

View publication stats

You might also like