You are on page 1of 13

J.

Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1


ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
KUALITAS SOSIS DAGING IKAN KEMBUNG
(Rastrelligerkanagurt L.) DENGAN PENAMBAHAN
PUREE BIT (Beta vulgari L.)

Nutritional Quality of Mackerel Sausage (Rastrelliger Kanagurt L.)


with of Puree Beetroot (Beta vulgari L)

Ni Kadek Artiningsih1, Ni Wayan Nursini1 dan Purwaningtyas Kusumaningsih1


1
Program Studi Ilmu Gizi, Universitas Dhyana Pura Bali, Indonesia
Email korespondensi: nikadekartiningsih05@gmail.com

ABSTRACT
The addition of beet puree can be used as a mixture to improve the quality of mackerel fish sausage (Rastrelliger
kanagurt L). The study was aimed to determine the effect of beet puree addition atvarious levels on the quality
of fish sausage. In this study used a completely randomized design (CRD) including the formulation factor of
mackerel and puree beet which consisted of 4 types of treatment repeated 3 times. The results of the analysis were
statistically tested using ANOVA 5% and further tested using the Duncan test. The results showed that the use of
puree beetroot had a water 71.20-76.66%, ash 1.72-1.81%, fat 9.36-9.61%, protein 9.27-15.80. % and fiber 1.28-
1.91%. The contribution of serving 50 grams of sausage in all treatments can contribute to protein intake as much
as 8.42-18.85% and fiber intake contributes 2.32-4.20% of the nutritional adequacy rate for school age children
7-12 years. Sausage with the addition of beet puree can be a healthy snack for school-age children with adequate
protein and fiber content.
Keyword: Rastrelliger Kanagurt L Sausage, puree Beta vulgari L,quality of sausage

ABSTRAK
Penambahan puree bit dapat dijadikan bahan campuran untuk meningkatkan mutu sosis ikan kembung
(Rastrelliger kanagurt L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puree bit terhadap kualitas
kimia sosis daging ikan kembung dengan penambahan puree bit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 jenis perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali dengan perlakuan pada sosis ikan
kembung dan puree bit. Hasil analisis diuji statistik dengan menggunakan ANOVA 5% dengan diuji lanjut
menggunakan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan puree bit menjadikan sosis ikan kembung
memiliki kadar air sebesar 71,20-76,66%, kabu 1,72-1,81%, lemak 9,36-9,61%, protein 9,27-15,80% dan serat
1,28-1,91%. Kontribusi takaran saji sosis sebanyak 50 gram pada semua perlakuan dapat menyumbang asupan
protein sebanyak 8,42-18,85% dan serat 2,32-4,20% angka kecukupan gizi pada anak usia sekolah 7-12 tahun.
Sosis dengan tambahan puree bit dapat dijadikan camilan sehat bagi anak usia sekolah dalam memenuhi
kecukupan gizi protein dan kadar serat.
Kata Kunci: Sosis ikan kembung, puree bit, kualitas sosis

PENDAHULUAN perkembangan jumlah dan jenis makanan


Pola konsumsi keluarga zaman sekarang yang mengalami pergeseran kebiasaan
sangat beragam sejalan dengan mengonsumsi makanan tradisional ke pola

92
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
makan modern seperti fast food atau junk ikan oleh masyarakat Indonesia jika
food. Hal ini terlihat kecenderungan dibandingkan dengan negara tetangga seperti
konsumen dalam memilih jenis makanan Malaysia dan Singapura (Djunaidah, 2017;
yang praktis, ekonomis, dan cepat tersedia Siswanti et al. 2017). Salah satu jenis ikan
untuk dikonsumsi (Sahrani 2016). Seperti yang memiliki kandungan protein cukup
halnya nugget, burger, pizza, hotdog dan tinggi 21,30% adalah ikan kembung.
corned, sosis telah menjadikan salah satu Nalendrya et al. (2016) mengemukakan
pilihan keluarga sebagai produk pangan yang bahwa penggunaan ikan kembung sebanyak
praktis dalam penyediaan makanan untuk 45% dari total adonan sosis mampu
anak-anak sehari-hari ataupun sebagai meningkatkan kadar protein, lemak, omega
camilan. 3, dan memberikan kontribusi 20% dari
Sosis merupakan salah satu produk angka kecukupan gizi (AKG) pada anak usia
olahan yang cukup mengandung sumber 7-9 tahun, lebih tinggi kontribusinya
protein, menggunakan olaha dari daging dibandingkan sosis komersial daging ayam
yang telah dicincang dengan campuran yang 3,33%.
tepung, diberikan bahan rempah-rempah Produk sosis menggunakan daging
serta bahan tambahan pangan dimasukkan ke memiliki kelemahan yaitu tidak terdapat
dalam selubung sosis (SNI 01-3820-1995) kandungan serat (Idrus et al. 2016).
(Mitasari dan Suhartiningsih, 2018). Pada Kandungan serat yang rendah dapat
umumnya sosis yang dijual di pasaran dari menyebabkan terjadi masalah gizi lebih
daging sapi, daging ayam atau ikan karena mengonsumsi makanan fast food
(Muntikah dan Wahyuningsih, 2016). tergolong makanan yang mengandung tinggi
Ikan merupakan bahan pangan penting kalori, tinggi lemak, rendah serat
sebagai sumber zat gizi esensial lengkap, mengakibatkan metabolisme didalam tubuh
berprotein tinggi, rendah kandungan lemak kurang baik dan mengawali terjadinya
jenuh yang lebih menyehatkan dibandingkan penyakit degeneratif (Setyawati dan Riawati,
dengan protein hewani lain. Tingkat 2016). Serat sangat diperlukan untuk
konsumsi ikan oleh masyarakat Indonesia mengikat kolesterol yang berasal dari fast
tidak sebanding dengan potensi sumber daya food agar tidak mencapai pembuluh darah.
perikanan yang dimiliki Indonesia. Hal ini Asupan tinggi serat tidak menyumbang
ditunjukkan dengan rendahnya konsumsi energi lebih sehingga dapat mengontrol berat

93
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
badan (Setyawati dan Rimawati, 2016). yang berakar lain seperti wortel yang
Dengan demikian, serat bahan makanan mengandung serat 1% (Bjarnadottir, 2019;
sangat dibutuhkan dalam tubuh untuk Iqbal, 2020).
kesehatan pencernaan dan pencegahan Penggunaa daging sapi dengan
masalah gizi lebih atau overweight pada penambahan bit yang diolah menjadi sosis
anak-anak (Siswanti et al. 2017). Melalui meningkatkan kadar air menjadi 62,49-
inovasi produk makanan siap saji 75,32% dan aktivitas antioksidan sebanyak
menyehatkan dengan penambahan bahan 5,16-15,19% (Winati et al. 2013). Namun
pangan yang tinggi serat. maka jenis pangan hingga saat ini bahan baku sosis
yang dapat dioptimalkan keberadaannya menggunakan daging ikan kembung dan bit
yaitu dengan bit (Beta vulgari). belum pernah dilaporkan. Penelitian ini
Bit adalah salah satu jenis sayuran bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi
berakar yang kaya sumber serat, asam folat makro dan serat sosis ikan kembung dengan
(vitamin B9), zat besi dan vitamin C. penambahan puree bit, serta kontribusi per
Kandungan serat pada bit cukup tinggi takaran saji terhadap angka kecukupan gizi
sebanyak 2,8% dibandingkan dengan sayuran anak sekolah (7-12 tahun).

BAHAN DAN METODE 0,1 g), sarung tangan, kompor gas


Bahan (Rinnai), sendok teh, dan beberapa bahan
Bahan yang digunakan dalam laboratorium lainnya untuk keperluan
pembuatan sosis ikan meliputi : ikan analisis proksimat, seperti: H2SO4 (Sigma-
kembung, bit, casing sosis (plastik food Aldrich), pelarut lemak (hexan), NaOH,
grade), tepung tapioka (Rose brand), aquades, K2SO4, alkohol, kertas saring,
garam (Dolphin), minyak (bimoli), dan larutan BSA (Brovie Serum
bawang putih, lada bubuk, pala, telur Albumin).
ayam, es batu, susu full cream (Ultra Metode
milk), jeruk nipis dan bahan-bahan kimia Metode penelitian ini adalah
untuk proses analisis. Alat yang penelitian experimental dengan
digunakan meliputi pisau, talenan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap
waskom, panci, blender (Myako), (RAL). Perlakuan terdiri ikan kembung
timbangan digital (Acis dengan ketelitian

94
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
dan penambahan puree bit. Formulasinya Dilanjutkan dengan penggilingan
: menggunakan blender dan ditambah
B0 ikan kembung 100g: puree bit 0g, dengan bahan pendukung pembuatan
B1 ikan kembung 100g: puree bit 10g, sosis, hingga adonan menjadi lumat.
B2 ikan kembung 100g: puree bit 20g, Puree bit yang telah disiapkan
B3ikan kembung 100g: puree bit 30g. ditambahkan ke dalam pembuatan sosis
Tahap Penelitian sesuai dengan perlakuan, diaduk hingga
1. Pembuatan Sosis Ikan Kembung ( homogen. Adonan dimasukkaan ke dalam
Modifikasi Widyaningrum dan selongsong plastik dan direbus selama 20
Suhartini 2014). menit dengan suhu 800C. Kemudian
Proses pembuatan puree bit didinginkan selama 5 menit dengan cara
dimulai dari pemisahan umbi bit dengan dimasukan ke dalam air es.
akar dan daun, kemudian dicuci dengan Analisis Penelitian
air mengalir lalu dikupas kulitnya. 1. Kadar air (AOAC, 2005)
Selanjutnya daging bit dipotong dadu ±3 Analisis kadar air dilakukan
cm dan dilakukan proses pengukusan dengan menggunakan oven untuk
selama 15 menit. Bit yang telah dikukus mengetahui kandungan atau jumlah air
diblender halus dapatlah puree bit yang terdapat dalam suatu bahan. Prinsip
2. Pembuatan Sosis Ikan Kembung metode oven adalah menguapkan air
(Modifikasi Nalendrya et al 2016) bebas (H2O) yang terdapat dalam sampel
Proses pembuatan sosis ikan kemudian menghitung selisih berat
kembung diawal dengan persiapan bahan sampel sebelum dan setelah dioven
ikan kembung difillet dihilangkan duri, (dikeringkan). Metode oven dilakukan
tulang, bagian kepala dan siripnya yang dengan cara pengeringan cawan yang
diambil hanya bagian daging ikan akan digunakan selama 15 menit pada
kembung yang dimanfaatkan. Daging ikan suhu 1050C kemudian didingikan dalam
hasil fillet direndam dengan desikator sekitar 30 menit. Cawan yang
menambahkan perasan air jeruk nipis telah dingin ditimbang kemudian timbang
(100ml) lalu ditiriskan. Penambahan sampel sebanyak 2-5 gram ditempatkan di
perasan air jeruk nipis dilakukan cawan tersebut. Sampel dioven selama 3-
menghilangkan bau amis pada ikan. 5 jam pada suhu 1050C kemudian

95
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
didinginkan dalam desikator selama 30 kembali. Kadar air dapat diperoleh
menit. Setelah dingin sampel ditimbang dengan menggunakan rumus berikut.
Kadar air (%) = A– (C-B) × 100% ….(1)
A
Keterangan:
A= berat sampel
B= berat cawan
C= berat cawan dan sampel

2. Analisis Kadar Abu (AOAC,2005) yang dihasilkan selama pembakaran


Cawan porselen yang akan hilang. Setelah itu, pindahkan sampel ke
digunakan dioven selama 1 jam pada suhu dalam tanur dengan suhu 550-6000C
1050C kemudian didinginkan dalam selama 3 jam atau sampai pengabuan
desikator selama 15 menit lalu timbang sempurna lalu dinginkan dalam desikator
cawan porselen. Timbang sampel selama 30 menit. Timbang sampel yang
sebanyak 2-5 gram dengan menggunakan telah dingin dengan menggunakan
cawan porselen tersebut kemudia dibakar timbangan digital. Kadar abu diperoleh
menggunakan hot plate hingga asap putih melalui perhitungan berikut.

Kadar abu (%) = Berat abu (g) × 100% …..(2)


Berat sampel (g)

3. Analisis Kadar Lemak (AOAC,2005) membentuk thimble. Thimble kemudian


Kadar lemak dilakukan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi
menggunakan metode soxhlet. Pertama- Soxhlet yang telah dihubungkan dengan
tama labu lemak yang akan digunakan labu lemak. Ekstraksi dilakukan dengan
dioven terlebih dahulu pada suhu 1050C menggunakan pelarut heksana sebanyak
selama 30 menit lalu didinginkan dalam kurang lebih 150 ml. Refulks dilakukan
desikator dan ditimbang. Timbang sampel selama 5-6 jam hingga pelarut berwarna
sebanyak 3-4 gram kemudian bungkus jernih. Pelarut yang telah digunakan
dengan menggunakan kertas saring ditampung sedangkan ekstrak lemak pada

96
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
dasar labu lemak dikeringkan dalam oven hasil ekstraksi tersebut dapat diperoleh
selama 1 jam. Ekstrak lemak kemudian melalui rumus berikut.
didinginkan dan ditimbang. Kadar lemak

Kadar lemak total (%) = Berat lemak (g) × 100% …….. (3)
Berat sampel (g)

4. Anlisis Kadar Protein Terlarut dibiarkan pada suhu kamar selama 15 menit.
(Alyani, et al., 2016) Larutan sampel ditambah 3 mL reagen
Timbang sampel sebanyak 5 gram Lowry E, kemudian dikocok dan dibiarkan
ditambah 5 mL aquades, kemudian pada suhu kamar selama 45 menit. Larutan
disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm sampel diambil 1 mL dan diukur nilai
selama 5 menit. Bagian cair (supernatan) penyerapan cahaya (OD) pada panjang
diambil dan ditambah aquades sampai gelombang 590 nm dengan UVVIS
mencapai volume 100 mL. Sampel diambil 1 spektrofotometer. Nilai OD590 dikonversi
mL dan ditambah 1 mL reagen Lowry D ke kadar protein terlarut berdasarkan kurva
(campuran reagen Lowry A, B, dan C; 20:1:1 standar protein BSA. Perhitungan kadar
v/v), kemudian dikocok dengan vortex dan protein terlarut diperoleh dengan:

x = (y –a) / b %
Protein terlarut = (x [mg/ml] x fp x 100%) / [mg/ml] sampel ……(4)
Keterangan :
y = absorbansi sampel
a dan b = ketepatan kurva standar dibuat
fp = faktor pengenceran (jika ada)

5. Analisis Kadar Serat (AOAC,2005) sebanyak 100 ml. Setelah itu campuran
Sampel dalam bentuk halus sampel dan asam sulfat direfluks selama
ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan 30 menit, kemudian disaring. Larutan
dalam Erlenmeyer 500 ml. kemudian yang telah disaring ditambahkan aquades
ditambahkan asam sulfat 0.325 N hingga pH netral. Kemudian sampel

97
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
ditambahkan NaOH 1.25 N sebanyak 50 K2SO4 10% sebanyak 25 ml. residu
ml, dan direfluks lagi 30 menit. Setelah 30 dalam kertas saring kemudian dikeringkan
menit, sampel diangkat dan didinginkan. dalam oven suhu 1050C selama 2 jam.
Sampel kemudian disaring menggunakan Sampel selanjutnya dimasukkan dalam
kertas saring Whatman. Residu yang desikator 15 menit dan ditimbang.
tertinggal dikertas whatman dicuci dengan Pengeringan dan penimbangan dilakukan
25 ml aquades, dicuci kembali hingga mencapai bobot konstan.
menggunakan ethanol 95% sebanyak 20 Perhitungan kadar serat kasar diperoleh
ml. Pencucian terakhir menggunakan dengan cara:

Serat Kasar % = Berat kertas akhir-berat kertas awal x 100% …………………(5)


Berat sampel

ANALISIS DATA pembuatan puree bit yang dipotong-


Analisis data menggunakan potong kecil agar mempercepat proses
program SPSS version 16 yaitu Analisis of pengukusan. Kemudian bit dikukus
Varians (One Way Anova) tingkat selama 15 menit dan dihaluskan hingga
kepercayaan p < 0,05 dilanjutkan uji menjadi puree. Setelah itu, ikan kembung
Duncan jika terdapat perbedaan. dicuci dengan air menggalir selanjutnya
pengambilan daging fillet ikan kembung
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan memisahkan antara bagian kepala,
Pembuatan Sosis Ikan kulit, tulang serta isi dalam perutnya
Sampel yang digunakan pada dibuang. Daging ikan fillet direndam
penelitian ini adalah ikan kembung dan dengan penambahan perasan air jeruk
puree bit yang didapatkan dari pedagang nipis lalu ditiriskan. Perendaman perasan
di pasar Badung, Bali pada bulan Mei jeruk nipis dilakukan untuk
2020. Sebelum diolah menjadi sosis ikan menghilangkan bau amis pada ikan. Hal
dengan penambahan bit, dipilih ikan ini sejalan dengan penelitian Nurmalasari
kembung yang segar dan umbi bit yang dan Zaenab (2015) perendaman air
segar, kemudian dikupas kulit perasan jeruk nipis pada kerang
mendapatkan daging. Proses diawali mengalami perubahan bau menjadi tidak

98
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
amis. Kemudian dilakukan proses adonan dimasukan ke dalam selongsong
penggilingan menggunakan blender dan plastik dan direbus selama 20 menit
ditambahan bahan adonana hingga daging dengan suhu 800C. Sosis yang telah
menjadi lumat. Puree bit yang telah direbus didinginkan selama 5 menit
disiapkan ditambahkan ke dalam dengan cara dimasukan ke dalam air es
pembuatan sosis sesuai dengan perlakuan, dengan suhu dingin (±150C). Hasil
diaduk hingga homogen. Kemudian penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Perlakuan Sosis Ikan Kembung dengan Penambahan Puree Bit

Kandungan Nilai Gizi


Hasil pengujian analisis kandungan zat gizi dari 4 formulasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Analisis Kandungan Zat Gizi
Parameter Perlakuan (%) Standar SNI
B0 (0%) B1 (10%) B2 (20%) B3 (30%) 3820:2015
(%)
Kadar Air 71,20 ± 0,41a 73,48 ± 0,15b 73,66 ± 0,14b 76,66 ± 0,10c maks. 67

Kadar Abu 1,81± 0,39a 1,73 ± 0,13a 1,72 ± 0,33a 1,74± 0,10a maks. 3,0

Kadar Lemak 9,61 ± 0,04c 9,49 ± 0,02b 9,49 ± 0,00b 9,36 ± 0,04a maks. 20

Kadar Protein 15,80±0,96c 11,83 ± 0,75b 11,46 ± 0,38b 9,27 ± 0,63a min. 8

Kadar Serat 1,28±0,28a 1,55 ± 0,10ab 1,83 ± 0,05b 1,91 ± 0,31b

99
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
Keterangan: *Perbedaan notasi (a,b,c,) menunjukan perbedaan signifikan dengan p <0,05 dilakukan dengan 3 kali
pengulangan B0 ikan kembung 100g: puree bit 0g, B1 ikan kembung 100g: puree bit 10g, B2 ikan kembung 100g:
puree bit 20g, B3 ikan kembung 100g: puree bit 30g.
Kadar Air Kadar abu suatu bahan pangan
Kadar air penting diketahui dalam berkaitan dengan banyaknya kandungan
bahan makanan karena dapat mempengaruhi mineral yang tidak dapat dibakar dari bahan
penampakan, tekstur, cita rasa dan daya organik melalui proses pembakaran
simpan (Khotimah et al. 2019). Kadar air (Ramadhan et al. 2019). Hasil penelitian
yang tinggi mengakibatkan mudahnya terjadi menunjukan kadar abu sosis ikan kembung
perkembangan reaksi pembusukan secara penambahan puree bit berkisar 1,72-1,81%
kimia dan mikrobiologi dalam bahan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
makanan. signifikan penambahan puree bit terhadap
Hasil kadar air pada sosis ikan kadar abu. Terlihat dari perlakuan yang
kembung dengan variasi penambahan puree digunakan, semakin tinggi penambahan
bit berkisar 71,20-76,66% menurut Standar puree bit maka kadar abu yang dihasilkan
Nasional Indonesia sosis 3820:2015 yaitu tidak ada perbedaan signifikan dapat dilihat
67%. Melihat hasil analisis penelitian ini pada Tabel 1. Afriani et al. (2015)
masih belum memenuhi standar. Peningkatan mengatakan bahwa penambahan sayuran
kadar air diduga karena proses pengukusan brokoli sebanyak 5% memiliki kadar abu
dan perebusan bit. Hal ini sejalan dengan yaitu 1,15%, sedangkan kadar abu pempek
penelitian Nurjana et al. (2018) yang tanpa penambahan sayur memiliki kadar abu
menyatakan bahwa perebusan bahan pangan lebih tinggi sebesar 1,19%. Jika
yang mengandung serat pangan tinggi dibandingkan dengan persyaratan mutu
memiliki kemampuan menyerap air sehingga Standar Nasional Indonesia sosis 3820:2015
dapat meningkatkan kadar air. Kadar air kadar abu maksimum 3%. Melihat hasil
sangat berpengaruh terhadap daya simpan analisis produk sosis ini layak untuk
bahan, semakin tinggi kadar air suatu bahan dikonsumsi oleh anak usia sekolah karena
maka kemungkinan bahan tersebut mudah telah memenuhi standar.
mengalami rusak atau tidak tahan lama (Putri
et al. 2018). Kadar Lemak
Lemak merupakan zat makanan yang
Kadar Abu sangat penting dalam tubuh untuk menjaga

100
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
kesehatan dan sumber energi yang lebih mutu Standar Nasional Indonesia 3820:2015
efektif dibandingkan karbohidrat dan protein dengan kadar lemak maksimal 20% untuk
(Sasaka et al. 2018). Hampir semua bahan sosis. Hasil penelitian sosis ini memenuhi
pangan terdapat lemak dengan kandungan SNI, maka produk ini layak dikonsumsi oleh
yang berbeda-beda, yang berperan untuk anak usia sekolah.
memperbaiki tekstur dan citarasa yang
dihasilkan (Khotimah et al. 2019). Kadar Protein
Kadar lemak sosis ikan kembung Protein merupakan suatu zat makanan
dengan penambahan puree bit pada yang sangat diperlukan tubuh sebagai bahan
penelitian ini sebesar 9,36-9,61%. Semakin bakar dalam tubuh dan sebagai zat
tinggi penambahan puree bit menyebabkan pembangun serta zat pengatur (Darwis et al.
penurunan kadar lemak sosis ikan kembung. 2015). Hasil analisis sosis ikan kembung
Penurunan kadar lemak ini diduga dengan penambahan puree bit menunjukan
dikarenakan kandungan lemak dalam bit bahwa kadar protein berkisar 9,27-15,8%.
yang sangat rendah (0,17%) dan Sosis yang dibuat berperan dalam
mengandung antioksidan diantaranya pemenuhan protein berdasarkan angka
polifenol dan flavonoid (Kusumaningrum et kecukupan gizi. Jika dibandingkan dengan
al. 2018). Hal ini sejalan dengan penelitian mutu Standar Nasional Indonesia 3820:2015
Mukminah dan Fathurohman (2019) kadar protein adalah minimal 8%. Dengan
menyatakan bahwa semakin tinggi demikian produk ini sudah memenuhi
persentase penambahan pasta kulit buah naga persyaratan mutu sosis. Penggunaan ikan
merah menyebabkan penurunan kadar lemak kembung lebih banyak dapat meningkatkan
sosis ayam (14,30%-12,03%). Semakin kadar protein karena ikan sebagai sumber
rendah kadar lemak, semakin baik kesehatan, asam lemak omega 3 dan omega 6 yang
karena kadar lemak tinggi dapat bermanfaat untuk pencegahan berbagai
mengakibatkan beberapa dampak buruk bagi penyakit dan meningkatkan kecerdasan otak
tubuh bahkan, asupan lemak yang melebihi anak usia sekolah (Nalendrya et al. 2016).
kebutuhan dalam jangka waktu lama dapat
memicu timbulnya obesitas (Permanasari et Kadar Serat Kasar
al. 2017). Komposisi zat gizi sosis ini masih Serat merupakan nilai total
masuk dalam kisaran spesifikasi persyaratan karbohidrat yang tidak dapat dicerna yang

101
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
terdapat dalam bahan pangan. Hasil analisis
sosis ikan kembung penambahan puree bit SIMPULAN
berkisar 1,28–1,91%. Terjadi peningkatan Penambahan puree bit dalam proses
kadar serat seiring dengan penambahan puree pembuatan sosis daging ikan kembung
bit pada adonanan sosis ikan kembung. Serat memberikan pengaruh yang nyata (<P0,05)
berasal dari bit yang kadarnya 2,6%, terhadap kadar air, protein, lemak dan serat.
sementara itu kadar ikan kembung tidak sedangkan terhadap kadar abu tidak berbeda
mengandungnya (Daftar Komposisi Bahan nyata (P>0,05). Penambahan puree bit
Pangan, 2019). Berdasarkan syarat Standar sebanyak 10% dalam pembuatan sosis daging
Nasional Indonesia 3820:2015 tentang sosis, ikan kembung dapat memberikan nilai gizi
tidak mencantumkan standar kadar serat pada (protein) yaitu 11,83 ± 0,75% yang lebih
sosis, maka kadar serat penelitian ini tinggi dibandingkan dengan penambahan
dianggap sebagai nilai tambah dari sosis ikan 20% dan 30%. Sebaliknya penambahan
kembung dengan penambahan puree bit. puree bit sebanyak 30% dalam pembuatan
Konsumsi tinggi serat bermanfaat dalam sosis daging ikan dapat memberikan nilai gizi
menyehatkan usus pencernaan dan (serat) yaitu 11,83 ± 0,75% yang lebih tinggi
menurunkan resiko terjadinya penyakit dibandingkan dengan penambahan 10% dan
menular seperti kelibihan berat Kekurangan 20%.
serat dapat menyebabkan konstipasi, diabetes Saran
melitus, penyakit jantung koroner dan batu Dalam pembuatan sosis daging ikan
ginjal (Susilowati et al. 2020). Kebutuhan dengan penambahan bit direkomendasikan
serat dalam sehari dapat terpenuhi dengan mengolah bit menjadi tepung untuk
mengkonsumsi makanan sumber serat memenuhi kualitas sosis pada kadar air
lainnya seperti kacang-kacangn, sereal, biji- sesuai SNI.
bijian dan umbi-umbian (Sunarti 2017).

DAFTAR PUSTAKA
AKG (Angka Kecukupan Gizi). 2019.
Afriani, Y., Lestari, S. Dan Herpandi, H.
Permenkes RI No. 75 Tahun 2019 tentang
2015. Karakteristik Fisiko-Kimia Dan
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Sensori Pempek Ikan Gabus (Channa
bagi Bangsa Indonesia. Menteri
Striata) Dengan Penambahan Brokoli
Kesehatan RI. Jakarta.
(Brassica Oleracea) sebagai Pangan
Fungsiona. Jurnal Fishtech, 4(2):95- 103.

102
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
Alyani, F., Widodo, F.M., Apri, D.A. Khotimah, D. A. H. et al. 2019.
2016. Pengaruh Lama Perebusan Ikan Pengembangan Sosis Gasuhiru Berbasis
Bandeng (Chanos chanos Forsk) Pindang Pangan Lokal Ikan Gabus
Goreng terhadap Kandungan Lisin dan “Tokok” dan Tepung Komposit Terhadap
Protein Terlarut. Jurnal Peng. & Biotek. 1 Sifat Organoleptik, Kadar Zat Gizi Dan
(5): 2442-4145 Daya Terima Sosis Gasuhiru.Jurnal Gizi
AOAC (Association Of Official Prima, 4 (1): 24–30.
Analytical Chemist) 2015. Officia;
Methods Of Analytical Of The Mawati, A. et al. 2019. Kualitas Chicken
Association Of Analytical Chemist. Nugget Yang Difortifikasi Dengan
Washintong, Dc (AOAC). Tepung Kacang Kedelai Untuk
Peningkatan Serat Pangan (Dietary
Bjarnadottir, A.MS.RDN. 2019. Beetrot Fiber). Jurnal Zootek, 53 (9): 0852-2626.
101: Nutrition Facts and Health Benefits.
https://www.healthline.com/nutrition/foo Mitasari, L. Dan Suhartiningsih. 2018.
ds/beetroot#nutrition. [Diakses pada Pengaruh Proporsi Puree Wortel (Daucus
tanggal 18 Febuari 2020] Carota L.) dan Ekstrak Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lamk) Terhadap
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Sifat Organoleptik Sosis Sapi. E-Journal
Makanan) 2016. Keputusan Kepala Badan Boga, 7(2): 158–167.
Pengawasan Obat dan makanan RI
Nomor:HK.03.1.23.11.11.0.9909 Tentang Mukminah, N. dan F. Fathurohman. 2019.
Pengawasan Klaim Pada Label dan Iklan Kadar Lemak dan Sensorik Sosis Ayam
Pangan Olahan. Jakarta: BPOM RI. dengan Penambahan Kulit Buah Naga
Merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal
Darwis, D., Edison, N dan Sari, I. 2015. Teknologi Pengolahan Pertanian, 1(1):
Studi Penerimaan Konsumen Terhadap 39-44.
Abon Ikan Lele Dumbo (Clarisa
gariepinus) Asap Dengan Metode Muntikah dan Wahyuningsih, P. 2016.
Pengasapan Berbeda. Erlangga. Pewarna Alami Terhadap Daya Terima
Sosis Ikan Lele. Jurnal Kesehatan, 7(3):
Djunaidah, I. S. 2017. Tingkat Konsumsi 433–439.
Ikan di Indonesia: Ironi di Negeri Bahari.
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Nalendrya, I. et al. 2016. Sosis Ikan
Kelautan, 11(1):12–24. Kembung (Rastrelliger Kanagurta L.)
doi:10.33378/jppik.v11i1.82. [Diakses Sebagai Pangan Sumber Omega 3. Jurnal
pada tanggal 4 Maret 2020] Aplikasi Pangan, 5(3):71–75.
http://Dx.Doi.Org/10.17728/Jatp.178%0a
Idrus, H., Rossi, E. Dan Rahmayuni. 2016. artikel. Diakses pada tanggal 28 Febuari
Kajian Kandungan Kimia Dan 2020.
Penilaian Sensori Sosis Ayam
Dengan Penambahan Jamur Merang Nurjana, Mardiono, J. A. dan Chrystiawan
(Volvariella Volvaceae). Jom Faperta, Rudy. 2018. Perubahan Komponen Serat
3(2): 1–15. Rumput Laut. Jurnal Teknologi Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 10(1): 35–48.

103
J.Gipas, Mei 2021, Volume 5 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
Pramana, I. D. G. A., M. Ardiaria, dan A. (Hylocereus Costaricensis) Terhadap
Syauqi. 2016. Perbedaan Efek Seduhan Mutu Kimia Pempek Ikan Gabus (Channa
6[Kulit Dan Jus Buah Naga Merah Striata). Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan Dan
(Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Kadar Budidaya Perairan, 13(1):21–26.
Trigliserida Serum Tikus Sprague Dawley
Dislipidemia. Jurnal Kedokteran Wansink, B., Mitsuru. S., Adam, B.
Diponegoro. 5(4): 994-1006. 2013.Association of Nutrietnt- Dese
Snack Combinations With Calories and
Ramadhan, R., Nuryanto dan Wijayanti, Vegetable Intake. Pediatrick, 131(1); pp.
H. S. 2019. Kandungan Gizi dan Daya 22-29.
Terima Cookies Berbasis Tepung Ikan
Teri (Stolephorus sp) Sebagai PMT-P
Untuk Balita Gizi Kurang. Journal Of
Nutrition College, 8(4): 264 –273.

Sahrani. 2016. Pengaruh Penambahan


Jamur Tiram Putih Terhadap Sifat
Organoleptik Sosis Tempe Kedelai. E-
Journal Boga, 5(3): 7–17.

Sasaka, R. A. R., Widiada, I. G. N. dan


Darawati, M. 2018. Kandungan Zat Gizi
Dan Daya Terima Bisjaka Dengan
Penambahan Sari Tepung Daun
Katuk Jurnal Gizi Prima, 3(2):
134–141.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2015.


Sosis. SNI. 3820:2015, Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.

Siswanti, Agnesia, P. Y. dan A, R. B. K.


2017. Pemanfaatan Daging Dan
Tulang Ikan Kembung
(Rastrelliger Kanagurta) Dalam
Pembuatan Camilan Stik. Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, X (1): 41-19.

Sunarti. 2017. Serat Pangan dalam


Penanganan Sindrom Metabolik.
Yogjakarta: Gadjah Mada University
Press.

Tisnaamijaya, D., Widayatsih, T. Dan


Mulia Jaya, F. 2018. Pengaruh
Penambahan Buah Naga Merah

104

You might also like