You are on page 1of 19

Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No.

1 (2019) 48-66

JOURNAL OF LEADERSHIP
IN ORGANIZATIONS
Journal homepage: https://jurnal.ugm.ac.id/leadership

THE EFFECT OF ETHICAL LEADERSHIP ON VOICE BEHAVIOR:


THE ROLE OF MEDIATORS ORGANIZATIONAL
IDENTIFICATION AND MODERATING SELF-EFFICACY FOR
VOICE

Utami Tanjung Sari 1*


1 Faculty of Economics and Business, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT

Some ethical violations that occur in both business


Keywords: organizations and the government in turn highlight the
Ethical leadership, important role of leadership in managing ethical
voice behavior, accountability. Ethical leadership arises as a result of
organizational various ethical violations and demands for leaders to be able
identification, self- to manage ethical accountability. This study explains the
efficacy for voice,
mechanism of influence of ethical leadership behavior on
moderated mediation
models. voice behavior in private sector organizations in Indonesia.
This study attempts to look at the role of organizational
identification as a mediator on the influence of ethical
leadership on voice behavior and incorporate the effects of
mediation and moderation in one model (moderated
mediation model) by using self-efficacy for voice as
moderating. Learning theory, social exchange, social
identity, and self-efficacy were used as the foundation in
this study. 230 valid responses from employees took part in
this study. The results of the data analysis showed ethical
leadership behavior had a positive influence on voice
behavior. Furthermore, organizational identification
mediates the influence of ethical leadership on voice
behavior and self-efficacy for voice moderating that
influence. These findings indicate that employees identified
with the organization have a tendency to voice behavior,
then employees with high self-efficacy for voice will be more
confident in their ability to conduct voice behavior.
___________
* Corresponding Author at Department of Economics, Faculty of Economics and Business, Universitas Gadjah
Mada, Jalan Socio Humaniora No. 1, Yogyakarta 55182, Indonesia.
E-mail address: ut.sari19@gmail.com (author#1),
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

1. Pendahuluan transparan dengan mempertimbangkan


kepentingan pengikut dan organisasi.
Beberapa pelanggaran etika yang Karakteristik ini mendefinisikan apa
terjadi baik pada organisasi bisnis yang disebut moral manager dan telah
maupun pemerintah kemudian digambarkan sebagai gelombang baru
menyoroti peran penting kepemimpinan dalam penelitian kepemimpinan
organisasi dalam mengelola (Stouten et al., 2015). Perpaduan dua
akuntabilitas etis (Resick et al., 2013). pilar tersebut kemudian yang
Kepemimpinan etis dirasa penting untuk membedakan kepemimpinan etis
menangani insiden moral dan dengan gaya kepemimpinan berbasis
mendorong perilaku etis karyawan nilai yang lain, seperti transformasional,
dalam organisasi dikarenakan pemimpin otentik, dan servant.
etis mampu memberikan contoh moral Penelitian mengenai
yang baik bagi pengikut mereka (Hannah kepemimpinan etis lebih banyak
et al., 2011; Brown et al., 2005). Brown et berfokus pada keluaran berupa sikap
al. (2005) mengawali penelitian positif karyawan, seperti kepuasan pada
kepemimpinan etis dengan pendekatan pemimpin, kepuasan kerja, dedikasi
deskriptif, yang kemudian kerja karyawan, komitmen afektif dan
mendefinisikan kepemimpinan etis normatif, serta kepercayaan. Selain itu
sebagai demonstrasi perilaku yang tepat kepemimpinan etis ditemukan
secara normatif melalui pemodelan berhubungan negatif dengan sinisme
peran dan hubungan interpersonal dan (Brown et al., 2005; Den Hartog & De
mempromosikan tindakan tersebut Hoogh 2009; Hassan et al., 2013;
kepada pengikut melalui komunikasi Kalshoven & Boon 2012; Kalshoven et al.,
dua arah, penguatan dan pengambilan 2011; Neubert et al., 2009). Selain itu,
keputusan. beberapa peneliti mencoba untuk
Konseptualisasi kepemimpinan etis menguji pengaruh kepemimpinan etis
berasal dari karya Treviño et al. (2003) pada perilaku karyawan. Seperti
dalam pengembangan dua pilar misalnya, kepemimpinan etis
kepemimpinan etis yang berhubungan negatif dengan
mengemukakan bahwa seorang penyimpangan baik individu maupun
pemimpin etis adalah seorang yang kelompok. Lebih lanjut, penelitian
bermoral (moral person) dan manajer menunjukkan pengaruh positif
yang bermoral (moral manager). Moral kepemimpinan etis pada effort, kinerja,
person dicirikan dengan kepemilikan dan efektivitas karyawan baik pada level
atribut moral, seperti keadilan, kejujuran individu maupun kelompok (Piccolo et
dan kepercayaan. Di luar itu, para al., 2010; Walumbwa et al., 2011). Wu dan
pemimpin etis secara proaktif mengelola Wang (2015) menyatakan bahwa
etikalitas di tempat kerja dengan secara kepemimpinan etis tidak hanya dapat
aktif mengkomunikasikan perilaku etis meningkatkan kinerja tugas karyawan
yang diharapkan dari pengikut, tetapi juga mempromosikan perilaku
menggunakan penghargaan dan peran ekstra yang melebihi peran utama
hukuman untuk menyampaikan pesan karyawan.
etis. Sementara itu, mereka membuat Tu dan Lu (2016) menyatakan
keputusan yang berprinsip, adil, dan bahwa kepemimpinan etis dan kinerja
49
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

peran ekstra merupakan topik yang karyawan, kepemimpinan etis juga


belum dieksplore secara luas, seperti memberdayakan karyawan untuk
kurangnya mengeksplorasi kondisi batas melakukan voice behavior. Logika ini
yang mungkin dapat memperlemah atau sejalan dengan teori pembelajaran dan
memperkuat pengaruh kepemimpinan pertukaran sosial (Walumbwa &
etis pada kinerja peran ekstra dan hanya Schaubroeck, 2009; Avey et al., 2012).
berfokus pada penggunaan teori Peneliti merekomendasikan untuk lebih
pembelajaran sosial dan pertukaran mengeksplorasi mekanisme pengaruh
sosial sehingga mengabaikan relevansi kepemimpinan etis terhadap voice
dari teori yang lain. Penelitian ini akan behavior (Walumbwa & Schaubroeck
berfokus pada keluaran kepemimpinan 2009; Huang & Paterson 2014, Yuntou Bai
etis berupa voice behavior yang et al., 2016).
merupakan perilaku peran ekstra yang Urgensi untuk mengeksplorasi
berorientasi tantangan. Huang dan mekanisme pada pengaruh
Paterson (2016) menyatakan bahwa salah kepemimpinan etis terhadap voice
satu prediksi sentral dari kepemimpinan behavior dikarenakan beberapa
etis adalah menyediakan komunikasi penelitian mengenai kepemimpinan etis
dua arah untuk karyawan. Komitmen dan voice behavior berfokus pada faktor
kepemimpinan etis pada komunikasi kontekstual seperti misalnya budaya etis
dua-arah dan mendengarkan karyawan dan voice climate yang diyakini dapat
merupakan prediktor penting dari voice membentuk konteks fasilitasi untuk
behavior. Namun demikian, penelitian terlibat dalam voice behavior
mengenai pengaruh kepemimpinan etis (Walumbwa & Schaubroeck 2009; Huang
terhadap voice behavior masih sangat & Paterson 2014, Yuntou Bai et al., 2016).
terbatas, sehingga masih membutuhkan Namun demikian, tidak semua
dukungan empiris (lihat Tabel 1.2). Voice karyawan dalam konteks tersebut
behavior dikonsepkan sebagai salah satu terlibat dalam voice behavior (Yuntou
tipe perilaku peran ekstra karyawan Bai et al., 2016). Hal tersebut dikarenakan
yang dapat menunjukan letak motivasi untuk terlibat dalam voice
permasalahan dan memberikan saran behavior melibatkan penilaian karyawan
atau jalan keluar yang konstruktif ke arah terhadap risiko dan manfaat atau
yang lebih baik (Van Dyne & Lepine, harapan keberhasilan ketika terlibat
1998; Morisson, 2011). dalam perilaku tersebut (Detert & Burris,
Penelitian sebelumnya 2007; Van Dyne & LePine, 1998). Oleh
mengidentifikasi beberapa aspek inti dari karena itu, beberapa peneliti
pengaruh kepemimpinan etis pada voice menyarankan untuk menambahkan
behavior (Walumbwa & Schaubroeck, beberapa faktor, seperti sikap, disposisi,
2009; Avey et al., 2012). Kepemimpinan dan persepsi individu untuk melengkapi
etis memberikan isyarat penting pada faktor situasional dalam menjelaskan
karyawannya mengenai perilaku yang terbentuknya voice behavior (Yuntou Bai
tepat secara normatif melalui tindakan et al., 2016).
etis personal dan mempromosikan Brown dan Mitchell (2010) dalam
tindakan etis tersebut kepada karyawan. penelitiannya mengenai arahan untuk
Lebih lanjut, karena komitmennya pada studi selanjutnya pada kepemimpinan
komunikasi dua arah dan mendengarkan etis menyarankan bahwa kepemimpinan
50
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

etis berpotensi memiliki peranan penting behavior merupakan perilaku peran


dalam membangun identifikasi ekstra yang bermanfaat untuk
organisasional karyawan. meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Kepemimpinan etis merupakan bentuk organisasi (Morrison, 2011). Karena voice
kepemimpinan berbasis nilai yang behavior dimaksudkan untuk membantu
mempengaruhi konsep diri dan keberhasilan organisasi, pengikut yang
kepercayaan pengikut (Den Hartog & teridentifikasi dengan organisasi lebih
Belschak, 2012; Eisenbeiss & Brodbeck, mungkin untuk terlibat dalam perilaku
2014). Walumbwa et al. (2011) tersebut.
mempelopori penelitian dengan Tu dan Lu (2016) menyatakan
menggunakan identifikasi bahwa penelitian mengenai
organisasional sebagai mediator kepemimpinan etis dan perilaku peran
pengaruh kepemimpinan etis pada ekstra masih belum secara luas
kinerja. Dalam penelitiannya, mengeksplorasi kondisi batas yang
Walumbwa (2011) menyatakan bahwa mungkin dapat memperkuat atau
identifikasi organisasional membantu memperlemah pengaruh kepemimpinan
untuk menjelaskan pengaruh etis pada peran ekstra. Kendati cara
kepemimpinan etis pada kinerja karyawan memandang organisasi adalah
karyawan. Dengan demikian, terdapat salah satu penyebab karyawan
indikasi adanya peran pemediasi melakukan voice, namun voice behavior
identifikasi organisasional dalam sebagai peran ekstra merupakan perilaku
mekanisme kepemimpinan etis terhadap yang promotif dan menantang
voice behavior. membutuhkan keahlian khusus dan
Penelitian empiris memberikan kemampuan kognitif untuk mendeteksi
dukungan untuk gagasan ini. Seperti dan mendiagnosa potensi masalah yang
misalnya, beberapa penelitian, termasuk berhubungan dengan pekerjaan dan
karya eksperimental, menunjukkan menghasilkan saran untuk perbaikan.
bahwa karakteristik kepemimpinan etis Namun demikian, karyawan
seperti keterbukaan dan kepercayaan berbeda dalam keyakinan mereka
berhubungan positif dengan identifikasi tentang efikasi diri untuk melakukan
organisasional (De Cremer, Brebels, & voice behavior (Janssen & Gao, 2013).
Sedikides, 2008; McAllister, 1995; Sluss & Ketika karyawan memiliki keyakinan
Ashforth, 2008; Smith, Thomas, & Tyler, efikasi diri untuk voice yang tinggi,
2006). Identifikasi organisasional dirasa mereka merasa lebih percaya diri tentang
penting karena karyawan yang kemampuan mereka untuk memberikan
mengidentifikasi diri dengan organisasi masukan, saran, atau ide yang dapat
melalui penemuan identitas sosial membuat perbedaan dalam organisasi
mereka akan melihat kepentingan atau kelompok kerja. Sebaliknya,
organisasi sebagai kepentingan mereka karyawan dengan keyakinan efikasi diri
(Ashforth & Mael, 1989; Ellemers et al., untuk voice yang rendah kurang percaya
2004; Van Knippenberg, 2000 dalam Choi dan merasa tidak yakin tentang
et al., 2014). Selain itu, karyawan juga keterampilan dan kemampuan untuk
akan termotivasi untuk secara sukarela melakukan voice (Janssen & Gao, 2013).
berperilaku untuk kepentingan kinerja Oleh karena itu, penelitian ini
organisasi (Choi et al., 2014). Voice menggunakan efikasi diri untuk voice
51
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

yang mungkin berfungsi sebagai kondisi karyawan dalam organisasi dengan


batas yang dapat memperlemah atau mengkomunikasikan perilaku yang
memperkuat pengaruh kepemimpinan diharapkan, memberikan panduan
etis terhadap voice behavior melalui dengan tindakannya, dan
identifikasi organisasional. mengklarifikasi kebijakan dan prosedur
dalam organisasi. Selain itu,
2. Kajian Literatur kepemimpinan etis juga
mengkomunikasikan standar etika
2.1 Teori Pembelajaran dan Pertukaran kepada bawahan dan menekankan
Sosial, Teori Identitas Sosial, dan Teori karyawan untuk mengikuti standar
Efikasi Diri tersebut (Brown et al., 2005). Dengan
Menurut teori pembelajaran sosial melakukan ini, karyawan akan
(Bandura, 1977), kepemimpinan etis memahami norma dan nilai keanggotaan
cenderung untuk berbicara secara dan apa yang menjadi tujuan organisasi
terbuka menentang tindakan (Loi et al., 2014). Pengetahuan ini
organisasional yang tidak tepat dan membuat pengikut mengidentifikasi
menekankan untuk melakukan hal yang dirinya dengan organisasi sebagai akibat
benar kepada karyawan. Hal tersebut pengurangan ketidakpastian. Isyarat
kemudian mendorong perilaku yang kedua dari kepemimpinan berkaitan
sama pada karyawan melalui dengan peningkatan diri seseorang
pembelajaran dengan mengamati dalam organisasi. Kepemimpinan etis
(Walumbwa & Schaubroeck, 2009). Di melibatkan bawahan mereka dalam
sisi lain, sejalan dengan teori pertukaran pengambilan keputusan (Brown et al.,
sosial, Brown et al. (2005) berpendapat 2005). Proses ini akan meningkatkan
bahwa kepemimpinan etis keterlibatan, komitmen, dan juga
mempromosikan perilaku karyawan identifikasi karyawan dengan organisasi.
yang menguntungkan. Ketika karyawan Teori efikasi diri menyatakan
diperlakukan dengan etis oleh pemimpin bahwa keyakinan tentang kemampuan
yang dapat dipercaya, mereka cenderung seseorang dalam sebuah aktivitas yang
untuk berpikir tentang hubungan spesifik secara signifikan dapat
mereka dengan pemimpin dalam hal mempengaruhi motivasi seseorang
pertukaran sosial daripada pertukaran untuk terlibat dalam perilaku spesifik
ekonomi (Avey et al., 2012). Salah satu (Bandura, 1986; Gist & Mitchell, 1992).
cara untuk membalas perlakuan tersebut Teori efikasi diri menyatakan bahwa
adalah dengan terlibat dalam voice keyakinan tentang kemampuan
behavior yang konstruktif. seseorang dalam sebuah aktivitas yang
Menurut teori identitas sosial, spesifik secara signifikan dapat
pengurangan ketidakpastian dan mempengaruhi motivasi seseorang
peningkatan diri merupakan dua motif untuk terlibat dalam perilaku spesifik
yang mendasari identifikasi (Bandura, 1986; Gist & Mitchell, 1992).
organisasional (Hogg & Terry, 2001). 2.2 Pengembangan Hipotesis
Isyarat pertama dari kepemimpinan Kepemimpinan etis memberikan
adalah tentang mengurangi isyarat penting pada karyawannya
ketidakpastian bawahan. Kepemimpinan mengenai perilaku yang tepat secara
etis mengurangi ambiguitas peran normatif melalui tindakan etis personal
52
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

dan mempromosikan tindakan tersebut Hipotesis 1: Kepemimpinan etis


kepada karyawan. Lebih lanjut, karena berpengaruh positif terhadap voice
komitmennya pada komunikasi dua arah behavior.
dan mendengarkan karyawan, Studi sebelumnya mengungkapkan
kepemimpinan etis juga faktor-faktor interpersonal dan
memberdayakan karyawan untuk interaksional meningkatkan identifikasi
melakukan voice behavior. Terdapat dua organisasional karyawan, termasuk
keyakinan inti yang mendasari seseorang faktor kepemimpinan dan pertukaran
untuk melakukan voice behavior sosial. Pemimpin memainkan peran
(Morrison, 2011). Salah satu keyakinan penting dalam kehidupan sehari-hari
inti adalah apakah seseorang percaya karyawan dalam sebuah organisasi.
bahwa masukan dan sarannya akan Dengan demikian, perilaku para
didengarkan dan ditindaklanjuti (Detert pemimpin dapat membentuk bagaimana
& Burris, 2007; Morrison, 2011). karyawan memandang hubungan dan
Keyakinan inti lainnya adalah mengenai identifikasi sosial dengan organisasi.
keamanan ketika melakukan voice Mael dan Ashforth (1992) menemukan
behavior, dengan kata lain apakah orang- bahwa identifikasi organisasional lebih
orang akan berbicara tanpa sanksi mungkin terjadi dengan tidak adanya
(Detert & Burris, 2007; Morrison, 2011). persaingan dalam organisasi. Secara
Kepemimpinan etis juga diyakini khusus, karena kepemimpinan etis
mempengaruhi kedua kepercayaan proaktif, kepemimpinan etis diharapkan
tersebut dengan memberikan dapat meningkatkan kerja sama yang
kesempatan untuk menyampaikan pada gilirannya dapat mempromosikan
masukan yang merupakan sinyal bagi identifikasi organisasional karyawan (De
karyawan bahwa masukan mereka Cremer & Van Knippenberg, 2002).
dihargai (Walumbwa & Schaubroeck, Selanjutnya, peneliti telah menemukan
2009). Selain itu, dengan menunjukkan bahwa identifikasi organisasional
rasa hormat dan perlakuan yang adil, pengikut bertindak sebagai mekanisme
kepemimpinan etis meningkatkan psikologis penting dalam dampak
tingkat keamanan psikologis karyawan kepemimpinan etis terhadap kinerja
yang merupakan prediktor penting dari tugas (Walumbwa et al., 2011). Perilaku
voice behavior (Detert & Burris, 2007; kepemimpinan etis cenderung
Walumbwa & Schaubroeck, 2009). Selain menumbuhkan identifikasi organisasio-
berdasarkan logika teori yang dibangun, nal pengikut karena pemimpin etis dapat
hal tersebut juga didukung oleh temuan meningkatkan kerja sama karyawan,
empiris dari studi terdahulu yang kepercayaan organisasi, perasaan
mengungkap adanya pengaruh positif hormat, dan peningkatan diri dalam
signifikan kepemimpinan etis pada voice sebuah organisasi (Walumbwa et al.,
behavior (Walumbwa & Schaubroeck 2011).
2009; Huang & Paterson 2014, Yuntou Bai Pengikut yang mengidentifikasi
et al., 2016). Berdasarkan pemaparan dengan organisasi cenderung tampil
logika dan hasil studi empiris terdahulu lebih baik dalam pekerjaan mereka (van
maka dirumuskan hipotesis pertama Knippenberg, 2000; Walumbwa et al.,
sebagai berikut: 2008). Hal tersebut dikarenakan pengikut
yang teridentifikasi dengan organisasi
53
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

menyelaraskan kepentingan mereka menyatakan bahwa untuk melakukan


dengan kepentingan organisasi, atau voice behavior yang konstruktif,
bahkan mengorbankan kepentingan kemamuan atau keinginan saja tidaklah
pribadi mereka sendiri untuk cukup. Dalam melakukan voice behavior,
kepentingan kolektif (Ashforth et al., keterampilan sosial dan komunikasi
2008; van Knippenberg, 2000; van khusus juga diperlukan untuk dapat
Knippenberg & van Schie, 2000). Voice menyajikan masalah, pendapat, dan ide-
behavior adalah salah satu perilaku yang ide dalam kelompok kerja secara
mungkin timbul dari identifikasi persuasif dengan cara yang efektif. Oleh
organisasional (Liu et al., 2010; Tangirala karenanya dibutuhkan kemampuan
& Ramanujam, 2008). Perilaku tersebut untuk dapat melakukan suatu aktivitas
melibatkan secara proaktif memberi spesifik seperti voice behavior.
saran kepada supervisor dan manajemen Penelitian Janssen dan Gao (2013)
untuk meningkatkan efisiensi organisasi menggunakan gagasan dari skema
dengan mengungkapkan keprihatinan, efikasi diri untuk berpendapat bahwa
permasalah dan tantangan saat ini keyakinan efikasi diri untuk voice dapat
(Morrison, 2011). Karena voice behavior berfungsi sebagai moderator yang
dimaksudkan untuk membantu mempengaruhi hubungan antara
kesuksesan organisasi, pengikut yang responsif supervisor dan voice behavior
teridentifikasi dengan organisasi lebih melalui self-perceived status. Dengan kata
cenderung terlibat dalam voice behavior lain, ketika karyawan memiliki
yang konstruktif. Oleh karena itu, keyakinan efikasi diri untuk voice yang
pengikut yang teridentifikasi dengan tinggi, mereka merasa lebih percaya diri
organisasi lebih cenderung terlibat dalam tentang kemampuan mereka untuk
perilaku pro-organisasi yang memberikan masukan, saran, atau ide
diskresioner seperti voice behavior (Van yang dapat membuat perbedaan dalam
Dick et al., 2006). Berdasarkan pemaparan organisasi. Sebaliknya, karyawan dengan
logika dan hasil studi empiris terdahulu keyakinan efikasi diri untuk voice yang
maka dirumuskan hipotesis kedua rendah kurang percaya dan merasa tidak
sebagai berikut: yakin tentang keterampilan dan
Hipotesis 2: Identifikasi organisasional kemampuan untuk melakukan voice
memediasi pengaruh positif behavior (Janssen & Gao, 2013).
kepemimpinan etis terhadap voice Hipotesis 3: Efikasi diri untuk voice
behavior. memoderasi pengaruh kepemimpinan
Kendati cara karyawan etis terhadap voice behavior yang
memandang organisasi adalah salah satu dimediasi oleh identifikasi
penyebab karyawan melakukan voice, organisasional. Pengaruh
namun voice behavior sebagai peran ekstra kepemimpinan etis terhadap voice
merupakan perilaku yang promotif dan behavior yang dimediasi oleh identifikasi
menantang membutuhkan keahlian organisasional akan lebih kuat ketika
khusus dan kemampuan kognitif untuk efikasi diri untuk voice karyawan tinggi
mendeteksi dan mendiagnosa potensi dibandingkan ketika efikasi diri untuk
masalah yang berhubungan dengan voice rendah.
pekerjaan dan menghasilkan saran untuk
perbaikan. Jansen dan Gao (2013)
54
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

3. Metode Penelitian
3.1 Responden dan Prosedur 3.2 Pengukuran
Desain penelitian yang dipilih dalam Keseluruhan variabel diukur
penelitian ini menggunakan teknik menggunakan lima (5) skala Likert,
penelitian kuantitatif. Penelitian ini dengan (1) sangat tidak setuju sampai
menggunakan metode survei sebagai dengan (5) sangat setuju. Variabel
instrumen pengumpulan data. Alat kepemimpinan etis dalam penelitian ini
pengumpulan data yang digunakan diukur dengan menggunakan sepuluh
dalam penelitian ini adalah berupa butir pertanyaan yang dikembangkan
kuesioner. Metode pengumpulan data oleh Brown et al. (2005). Pengukuran
menggunakan kuesioner online, yaitu variabel identifikasi organisasional
data dikumpulkan dengan menyebarkan menggunakan instrumen yang
kuesioner melalui perangkat elektronik dikembangkan oleh Smidts, Pruyn, dan
pada responden dan diisi sendiri oleh Riel (2001). Pengukuran variabel efikasi
responden (Cooper & Schindler, 2014). diri untuk voice menggunakan instrumen
Kuesioner yang digunakan untuk yang dikembangkan oleh Jansen dan Gao
mengukur beberapa variabel yang (2013). Pengukuran variabel voice behavior
dianalisis diantaranya perilaku menggunakan instrumen yang
kepemimpinan etis, idenifikasi dikembangkan oleh Van Dyne dan
organisasional, efikasi diri untuk voice, LePine (1998).
dan voice behavior. Populasi dalam
penelitian ini meliputi 4. Hasil
organisasi/perusahaan pada sektor 4.1 Uji Validitas
swasta yang bersifat profit di Indonesia. Dalam melakukan uji validitas, peneliti
Unit analisis yang digunakan dalam menggunakan confirmatory factor analysis
penelitian ini adalah individu (CFA) dengan metode varimax rotation
(karyawan). Alat analisis yang untuk melihat factor loading masing –
digunakan dalam penelitian adalah masing item. Adapun syarat yang harus
SPSS. Teknik analisis yang digunakan dipenuhi yaitu nilai KMO (Keiser-Meyer-
untuk pengujian hipotesis pertama Olkin) > 0,5 dan nilai Barlett’s test
adalah simple regression, hipotesis kedua memiliki signifikansi < 0,05 (Hair et al.,
hirarchichal multiple regression, dan ketiga 2014). Pengujian validitas dilakukan
moderate hirarchical regresssion. dalam dua putaran. Item yang nilai factor
loading dibawah 0,5 dieliminasi,
kemudian dilakukan uji validitas
putaran kedua. Adapun hasil uji validitas
putaran kedua dapat dilihat pada Tabel
1.

55
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

Tabel 1. Hasil Uji Validitas


Variabel Komponen
1 2 3 4
KE2 0.575
KE3 0.615
KE5 0.754
KE6 0.677
KE7 0.729
KE8 0.672
KE9 0.732
KE10 0.581
IO1 0.710
IO2 0.720
IO3 0.861
IO4 0.714
IO5 0.780
VB1 0.759
VB2 0.848
VB3 0.785
VB4 0.623
VB5 0.878
VB6 0.789
EDV1 0.788 Tabel 4.7.
EDV2 0.821 Hasil Uji Deskriminan Validity dan Korelasi
EDV3 0.878

Kuadrat Jumla
Jumlah Jumlah Deskrimin
Varia Koefisie Jumlah Kesalaha h
Item Koefisie kesalaha an validity
bel n Koefisie n (Error) varian
n n (AVE)
n si
KE2 --> KE 0,575 0,425
KE3 --> KE 0,615 0,385
KE5 --> KE 0,754 0,246
KE6 --> KE 0,677 0,323
5,335 28,462 2,665 31,127 0,914
KE7 --> KE 0,729 0,271
KE8 KE 0,672 0,328
KE9 --> KE 0,732 0,268
KE10 --> KE 0,581 0,419
IO1 --> IO 0,710 0,290
IO2 --> IO 0,720 0,280
IO3 --> IO 0,861 3,785 14,326 0,139 1,215 15,541 0,922
IO4 --> IO 0,714 0,286
IO5 --> IO 0,780 0,220
VB1 --> VB 0,759 0,241
VB2 --> VB 0,848 0,152
VB3 --> VB 0,785 0,215
4,682 21,921 1,318 23,239 0,943
VB4 VB 0,623 0,377
VB5 --> VB 0,878 0,122
VB6 --> VB 0,789 0,211
EDV1 --> EDV 0,788 0,212
EDV2 --> EDV 0,821 2,487 6,185 0,179 0,513 6,698 0,923
EDV3 --> EDV 0,878 0,122
56
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

Tabel 4.7. reliabilitas seluruh variabel dalam


Hasil Uji Deskriminan Validity dan Korelasi
penelitian ini.
Variabel KE IO EDV VB
Tabel 2
KE 0,914 Hasil Pengujian Reliabilitas
IO 0,495 0,922 Variabel Cronbach Keteran
EDV 0,119 0,235 0,943 Alpha gan
VB 0,562 0,532 0,286 0,923 Kepemimpinan etis 0,866 Reliabe
Sumber: Hasil olah data SPSS, 2017. l
Identifikasi 0,866 Reliabe
Penelitian ini juga menggunakan
organisasional l
validitas diskriminan dari model Voice behaviour 0,890 Reliabe
pengukuran dengan indikator dinilai l
berdasarkan cross loading pengukuran Efikasi diri untuk 0,869 Reliabe
dengan konstruk. Validitas diskriminan voice l
pada indikator pengukurannya dilihat
dari cross loading indikator dengan 4.2 Hasil Pengujian Hipotesis
variabel latennya. Kriterianya jika cross 4.2.1 Pengujian Variabel Kontrol
loading indikator pada variabel terbesar terhadap Variabel Dependen
dibandingkan dengan cross loading
Tabel 3.
variabel laten lainnya, berarti valid. Hasil Analisis Regresi Variabel Kontrol
Metode lainnya membandingkan nilai terhadap Voice Behavior
square root of Average Variance Variabe (β) Nilai t Nilai p Ket.
Extracted (AVE) setiap variabel laten l
Kontrol
dengan korelasi antar variabel laten
Usia 0,292 2,638 0,009 Signifikan
lainnya dalam model. Kriteria yang Masa -0,146 - 0,188 Tidak
digunakan adalah jika nilai AVE variabel kerja 1,321 signifikan
laten lebih besar dari korelasi dengan Nilai adjusted R2 = 0,029
seluruh variabel laten lainnya, berarti Nilai F = 4,433
discriminant validity-nya baik. Nilai Nilai Sig = 0,013
AVE yang direkomendasikan baik lebih
besar dari 0,50. Tabel 3. menunjukkan hasil pengujian
variabel kontrol usia dan masa kerja
terhadap variabel voice behavior sebagai
4.2 Uji Reliabilitas variabel dependen. Tabel 3 menunjukkan
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji bahwa variabel kontrol usia berpengaruh
presisi atau konsistensi internal item- positif dan signifikan terhadap voice
item pengukuran. Pengujian reliabilitas behavior (β = 0, 292; t = 2,638; p 0,009 <
dilakukan dengan metode Cronbach’s 0,05). Sementara variabel kontrol masa
Alpha dengan memasukkan item-item kerja menunjukkan hasil negatif dan
yang telah valid. Item dinyatakan reliabel tidak signifikan terhadap voice behavior
apabila memiliki nilai koefisien Cronbach (β = -0,146; t = -1,321; p 0,188 > 0,05).
Alpha minimal 0,6 dan semakin
mendekati 1 menandakan bahwa
reliabilitas semakin baik (Hair et al.,
2014). Tabel 2 menunjukkan hasil uji

57
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

4.2.2 Pengujian Hipotesis < 0,05). Hal tersebut menandakan bahwa,


persyaratan ketiga dari hubungan
Pada Tabel 4. (tahap 1) mediasi terpenuhi.
menunjukkan bahwa variabel kontrol Hasil regresi pada Tabel 4. (tahap 4)
usia berpengaruh positif dan signifikan menunjukkan bahwa variabel kontrol
terhadap voice behavior (β = 0,292; t = usia berpengaruh positif dan tidak
2,638; p 0,009 < 0,05). Variabel kontrol signifikan terhadap variabel voice
masa kerja berpengaruh negatif dan behavior (β = 0,083; t = 0,923; p 0,357 >
tidak signifikan terhadap variabel voice 0,05). Variabel kontrol masa kerja
behavior (β = -0,146; t = -1,321; p > 0,05). berpengaruh negatif dan tidak signifikan
Selanjutnya, variabel kepemimpinan etis terhadap voice behavior (β = -0,018; t = -
berpengaruh positif dan signifikan 0,205; p 0,838 > 0,05). Variabel identifikasi
terhadap variabel voice behavior (β = 0,550; organisasional berpengaruh positif dan
t = 10,076; p 0,000 < 0,05). Hasil pada signifikan terhadap variabel voice
Tabel 4.12 (tahap 1) menunjukkan behavior (β = 0,316; t = 5,158; p 0,000 <
variabel kepemimpinan etis berpengaruh 0,05). Variabel kepemimpinan etis tetap
positif signifikan terhadap voice behavior. berpengaruh signifikan terhadap
Hal tersebut menandakan bahwa, hasil variabel voice behavior setelah variabel
pengujian terhadap hipotesis 1 identifikasi organisasional ditambahkan
terdukung. (β = 0,400; t = 6,745; p 0,000 < 0,05).
Tabel 4. (tahap 2) menunjukkan Hasil regresi menunjukkan
bahwa variabel kontrol usia berpengaruh bahwa, pengaruh kepemimpinan etis
positif dan signifikan terhadap variabel terhadap voice behavior menjadi melemah
identifikasi organisasional (β = 0,297; t = setelah variabel pemediasi identifikasi
3,110; p < 0,05). Variabel kontrol masa organisasional ditambahkan. Nilai
kerja berpengaruh negatif dan tidak koefisien beta kepemimpinan etis
signifikan terhadap variabel identifikasi terhadap voice behavior pada Tabel 4.
organisasional (β = -0,095; t = -0,995; p < (tahap 4), yaitu 0,400 lebih kecil dari nilai
0,01). Variabel kepemimpinan etis koefisien beta pada Tabel 4.12 (tahap 1),
berpengaruh signifikan terhadap yaitu sebesar 0,550, setelah variabel
variabel identifikasi organisasional (β = pemediasi ditambahkan. Hal tersebut
0,475; t = 8,441; p < 0,01), dengan menandakan bahwa identifikasi
demikian persyaratan kedua dari Baron organisasional memediasi secara parsial
dan Kenny (1986) terpenuhi. pengaruh antara kepemimpinan etis
Tabel 4 (tahap 3) menunjukkan terhadap voice behavior, sehingga
bahwa variabel kontrol usia berpengaruh hipotesis 2 terdukung secara parsial.
positif dan tidak signifikan terhadap
variabel voice behavior (β = 0,087; t = 8,880; 4.2.4 Pengujian Hipotesis 3
p 0,387 > 0,05). Variabel kontrol masa Hipotesis 3 adalah model
kerja berpengaruh negatif dan tidak moderated mediation, yaitu efikasi diri
signifikan terhadap voice behavior (β = - untuk voice memoderasi kekuatan
0,053; t = -0,553; p 0,581 > 0,05). Variabel pengaruh kepemimpinan etis terhadap
identifikasi organisasional berpengaruh voice behavior yang dimediasi oleh
positif dan signifikan terhadap variabel identifikasi organisasional. Syarat
voice behavior (β = 0,518; t = 8,869; p 0,000 pertama menurut Muller, Judd, dan
58
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

Yzerbyt (2005) adalah variabel


independen secara signifikan
memprediksi variabel dependen pada
regresi 1. Syarat kedua adalah product-
term X*Mo pada regresi 1 tidak signifkan.
Syarat ketiga, yaitu product-term X*Mo
secara signifikan memprediksi variabel
pemediasi dalam regresi 2 dan variabel
pemediasi secara signifikan
memprediksi variabel dependen dalam
regresi 3; dan atau variabel independen
secara signifikan memprediksi variabel
pemediasi dalam regresi 2 dan product-
term Me*Mo secara signifikan
memprediksi variabel dependen dalam
regresi 3. Hasil persamaan regresi dapat
dilihat pada tabel 4.13.
Persamaan 1 : Y = β1 + β2X + β3Mo +
β4XMo + ε
Persamaan 2 : Me = β5 + β6X + β7Mo +
β8XMo + ε
Persamaan 3 : Y = β9 + β10X + β11Mo +
β12XMo + β13Me + β14MeMo + ε

Keterangan:
β = standardized coefficients beta
β = konstanta
EDV (Mo) = efikasi diri untuk voice
IO (Me) = identifikasi organisasional
VB (Y) = voice behavior
KE (X) = kepemimpinan etis
t = nilai t
p = nilai p

59
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

Tabel 4.
Hasil Pengujian Hipotesis 1 dan Hipotesis 2

Tahap 1 (Kepemimpinan Etis terhadap Voice Behavior)


Variabel Standardized Nilai t Nilai p Keterangan
Coefficient (β)
Usia (kontrol) 0,177 1,905 0,058 Tidak
Signifikan
Masa kerja (kontrol) -0,048 -0,518 0,605 Tidak
signifikan
Kepemimpinan etis 0,550 10,076 0,000 Signifikan
Nilai adjusted  = 0,327
Nilai F = 38,108
Nilai Sig = 0,000
Tahap 2 (Kepemimpinan Etis terhadap Identifikasi Organisasional)
Variabel Standardized Nilai t Nilai p Keterangan
Coefficient (β)
Usia (kontrol) 0,297 3,110 0,002 Signifikan
Masa kerja (kontrol) -0,095 -0,995 0,321 Tidak Signifikan
Kepemimpinan etis 0,475 8,441 0,000 Signifikan
Nilai adjusted  = 0,287
Nilai F = 31,704
Nilai Sig = 0,000
Tahap 3 (Identifikasi Organisasional terhadap Voice Behavior)
Variabel Standardized Nilai t Nilai p Keterangan
Coefficient (β)
Usia 0,087 0,880 0,380 Tidak signifikan
Masa kerja -0,053 -0,053 0,581 Tidak signifikan
Identifikasi 0,518 8,869 0,000 Signifikan
organisasional
Nilai adjusted  = 0,277
Nilai F = 30,168
Nilai Sig = 0,000
Tahap 4 (Kepemimpinan Etis dan Identifikasi Organisasional terhadap
Voice Behavior)
Variabel Standardized Nilai t Nilai p Keterangan
Coefficient (β)
Usia (kontrol) 0,083 0,923 0,357 Tidak signifikan
Masa kerja (kontrol) -0,018 -0,205 0,838 Tidak signifikan
KE 0,400 6,745 0,000 Signifikan
IO 0,316 5,158 0,000 Signifikan
Nilai adjusted  = 0,396
Nilai F = 38,472
Nilai Sig = 0,000
Sumber: Hasil Olah Data SPSS, 2017.

60
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

Tabel 5.
Hasil Regresi untuk Analisis Model Moderated Mediation
Variabel Persamaan 1(Y=VB) Persamaan 2 Persamaan 3 (Y=VB)
(Y=IO)
Β T P Β T p Β T P
Usia 0,186 2,078 0,039 0,306 3,237 0,001 0,104 1,207 0,229
Masa kerja - - 0,363 - - 0,178 - - 0,371
0,082 0,911 0,127 1,352 0,076 0,896
Kepemimpinan 0,813 3,323 0,001 0,926 3,244 0,001 0,517 4,087 0,000
etis
Efikasi diri 0,739 2,281 0,023 0,781 2,308 0,022 0,069 0,194 0,847
untuk Voice
KE*EDV 0,061 1,630 0,105 0,890 1,826 0,069 0,651 2,993 0,003
Identifikasi 0,893 2,592 0,010
organisasional
IO*EDV 0,981 3,418 0,001
Adjusted = 0,376 Adjusted = 0,320 Adjusted = 0,448
F = 28,624 F = 22,562 F = 27,585
Sig. = 0,000 Sig. = 0,000 Sig. = 0,000
Variabel kepemimpinan etis memprediksi variabel identifikasi
sebagai variabel independen secara organisasional sebagai variabel
signfikan memprediksi variabel voice pemediasi pada persamaan 2 (β = 0,926; t
behavior sebagai variabel dependen pada = 3,224; p < 0,05), dan hal tersebut
persamaan 1 (β = 0,634; t = 5,707; p < 0,01). terpenuhi. Product-term IO*EDV secara
Hal tersebut menandakan bahwa, signifikan memprediksi variabel voice
persyaratan pertama model moderated behavior pada persamaan 3 (β = 0,981; t =
mediation terpenuhi. Product-term 3,418; p < 0,05), dengan demikian
KE*EDV pada persamaan regresi 1 tidak persyaratan pada kondisi ini terpenuhi.
signifikan (β = 0,061; t = 1,630; p > 0,05), Dari hasil uji regresi untuk hipotesis 3,
dengan demikian syarat kedua dari yaitu berdasarkan syarat-syarat model
model moderated mediation terpenuhi. moderated mediation yang dibangun oleh
Kondisi ketiga merupakan pilihan Muller, Judd, dan Yzerbyt (2005) dapat
antara dua syarat: Product-term KE*EDV disimpulkan bahwa hipotesis 3
secara signifikan memprediksi variabel terdukung.
pemediasi identifikasi organisasional
pada persamaan 2 (β = 0,890; t = 1,826; p 5. Diskusi
> 0,05) dan variabel identifikasi Hipotesis 1 menyatakan bahwa
organisasional sebagai pemediasi secara kepemimpinan etis berpengaruh positif
signifikan memprediksi variabel voice terhadap voice behavior. Hasil penelitian
behavior sebagai variabel dependen pada ini yang menyatakan dukungan
persamaan 3 (β = 0,893; t = 2,592; p < 0,05). terhadap hipotesis 1, sesuai dengan teori
Namun pada kondisi ini, Product term dan penelitian empiris sebelumnya
KE*EDV tidak signifikan memprediksi (Walumbwa & Schaubroeck 2009; Huang
variabel identifikasi organisasional. & Paterson 2014, Yuntou Bai et al., 2016).
Dengan demikian, persyaratan pada Hal tersebut menandakan bahwa
kondisi tersebut tidak terpenuhi. perilaku kepemimpinan etis dapat
Variabel kepemimpinan etis sebagai
variabel independen signifikan
61
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

membuat karyawan melakukan voice didengarkan dan ditindaklanjuti (Detert


behavior. & Burris, 2007; Morrison, 2011).
Hasil ini mengonfirmasi teori Keyakinan inti lainnya adalah mengenai
pembelajaran sosial dan pertukaran keamanan ketika melakukan voice
sosial. Sejalan dengan teori pembelajaran behavior, dengan kata lain apakah orang-
sosial (Bandura, 1977), kepemimpinan orang akan berbicara tanpa sanksi.
etis cenderung untuk berbicara secara Kepemimpinan etis mempengaruhi
terbuka menentang tindakan kedua kepercayaan tersebut dengan
organisasional yang tidak tepat dan memberikan kesempatan untuk
menekankan untuk melakukan hal yang menyampaikan masukan yang
benar kepada karyawan. Hal tersebut merupakan sinyal bagi karyawan bahwa
kemudian mendorong perilaku yang masukan mereka dihargai (Walumbwa &
sama pada karyawan melalui Schaubroeck, 2009). Selain itu, dengan
pembelajaran dengan mengamati menunjukkan rasa hormat dan
(Walumbwa & Schaubroeck, 2009). perlakuan yang adil, kepemimpinan etis
Selain itu, komitmen kepemimpinan etis meningkatkan tingkat keamanan
pada komunikasi dua arah dan psikologis karyawan yang merupakan
mendengarkan karyawan sehingga prediktor penting dari voice behavior
memberdayakan karyawan untuk (Detert & Burris, 2007; Walumbwa &
melakukan voice behavior. Schaubroeck, 2009).
Di sisi lain, sejalan dengan teori Hipotesis 2 yaitu identifikasi
pertukaran sosial, karyawan di bawah organisasional memediasi pengaruh
kepemimpinan etis lebih cenderung kepemimpinan etis terhadap voice
menganggap dirinya berada dalam behavior. Penelitian ini menemukan
hubungan pertukaran sosio-emosional bahwa identifikasi organisasional
berdasar pada perlakuan adil dan etis memediasi secara parsial pengaruh
yang diterima dari pemimpin. Dengan antara kepemimpinan etis terhadap voice
demikian, para karyawan mempercayai behavior. Pengaruh mediasi tersebut
kepemimpinan etis dan kemudian bersifat parsial karena variabel
melakukan tindakan balasan dengan kepemimpinan etis masih berpengaruh
melakukan perilaku positif, seperti voice signifikan terhadap voice behavior.
behavior. Hal tersebut sekaligus Hasil tersebut mengonfirmasi teori
mendukung peneliti sebelumnya yang identitas sosial, sebagai pelengkap teori
menemukan adanya pengaruh pembelajaran dan pertukaran sosial
kepemimpinan etis terhadap voice dalam menjelaskan mekanisme
behavior (Walumbwa & Schaubroeck pengaruh kepemimpinan etis terhadap
2009; Huang & Paterson 2014, Yuntou Bai voice behavior. Dengan mengurangi
et al., 2016). ambiguitas peran karyawan,
Lebih lanjut, kepemimpinan etis mengkomunikasikan perilaku yang
diyakini dapat mempengaruhi dua diharapkan, memberikan panduan
kepercayaan inti yang mendasari dengan tindakannya, dan
seseorang untuk melakukan voice mengklarifikasi kebijakan dan prosedur
behavior. Keyakinan tersebut yaitu, dalam organisasi, maka kepemimpinan
apakah seseorang percaya bahwa etis dapat mengurangi ketidakpastian
masukan dan sarannya akan karyawan. Selain itu, kepemimpinan etis
62
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

juga mengkomunikasikan standar etika identifikasi organisasional. Karyawan


kepada bawahan dan menekankan dengan keyakinan efikasi diri untuk voice
karyawan untuk mengikuti standar yang tinggi merasa lebih percaya diri
tersebut (Brown et al., 2005). Dengan tentang kemampuan mereka untuk
melakukan ini, karyawan akan memberikan masukan, saran, atau ide
memahami norma dan nilai keanggotaan yang dapat membuat perbedaan dalam
dan apa yang menjadi tujuan organisasi organisasi atau kelompok kerja.
(Loi et al., 2014). Pengetahuan ini Hasil tersebut sekaligus
membuat pengikut mengidentifikasi mengonfirmasi teori efikasi diri
dirinya dengan organisasi sebagai akibat (Bandura, 1986; Gist & Mitchell, 1992)
pengurangan ketidakpastian. yang menyatakan bahwa keyakinan
Lebih lanjut, kepemimpinan etis juga tentang kemampuan seseorang dalam
melibatkan bawahan dalam sebuah aktivitas yang spesifik secara
pengambilan keputusan (Brown et al., signifikan dapat mempengaruhi
2005). Komitmen kepemimpinan etis motivasi seseorang untuk terlibat dalam
pada komunikasi dua arah dan perilaku spesifik. Lebih lanjut, Gist dan
mendengarkan karyawan serta Mitchell (1992) menyatakan bahwa
memberikan kesempatan untuk efikasi diri dapat membawa pada
menyampaikan masukan merupakan perilaku yang berbeda di antara individu
sinyal bagi karyawan bahwa masukan dengan kemampuan yang sama karena
mereka dihargai (Walumbwa & efikasi diri memengaruhi pilihan, tujuan,
Schaubroeck, 2009; Avey et al., 2012). pengatasan masalah, dan kegigihan
Proses ini kemudian meningkatkan dalam berusaha. Oleh karena itu,
keterlibatan, komitmen, dan juga karyawan dengan keyakinan efikasi diri
identifikasi karyawan dengan organisasi. untuk voice yang tinggi merasa lebih
Voice behavior merupakan perilaku yang percaya diri tentang kemampuan mereka
melibatkan secara proaktif memberi untuk memberikan masukan, saran, atau
saran kepada supervisor dan manajemen ide yang dapat membuat perbedaan
untuk meningkatkan efisiensi organisasi dalam organisasi.
dengan mengungkapkan keprihatinan,
permasalah dan tantangan saat ini 6. Simpulan
(Morrison, 2011). Karena voice behavior Secara keseluruhan, penelitian ini
dimaksudkan untuk membantu dilakukan untuk menjawab pertanyaan
kesuksesan organisasi, pengikut yang tentang pengaruh perilaku
teridentifikasi dengan organisasi lebih kepemimpinan etis yang dipersepsikan
cenderung terlibat dalam voice behavior karyawan terhadap salah satu keluaran
yang konstruktif. positif berupa perilaku peran ekstra yang
Hipotesis 3 menyatakan bahwa, dalam penelitian adalah voice behavior.
hubungan yang dimediasi tersebut (pada Penelitian ini menguji perilaku
hipotesis 2) akan semakin kuat ketika kepemimpinan etis yang dipersepsikan
karyawan memiliki efikasi diri untuk karyawan secara empiris pada
voice yang tinggi. Hal itu menandakan perusahaan sektor swasta dengan
bahwa, efikasi diri untuk voice berbagai jenis/bidang industri di
memperkuat pengaruh kepemimpinan Indonesia.
etis terhadap voice behavior melalui
63
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

Berdasarkan hasil analisis data ekstra karyawan yang dalam penelitian


penelitian sebelumnya, maka diperoleh ini adalah voice behavior.
beberapa simpulan. Pertama, voice 5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran
behavior ditemukan sebagai salah satu Beberapa keterbatasan dan juga saran
konsekuen/keluaran dari bagi peneliti selanjutnya dapat
kepemimpinan etis. Peneliti dijabarkan sebagai berikut:
membuktikan terdapat pengaruh positif 1. Penelitian ini mengadopsi
dan signifikan kepemimpinan etis konseptualisasi dan operasionalisasi
terhadap voice behavior. Hal ini dapat kepemimpinan etis yang dikembangkan
dipahami bahwa perilaku oleh Brown et al. (2005), seperti yang
kepemimpinan etis dapat membuat digunakan pada beberapa penelitian.
karyawan melakukan voice behavior. Dalam penelitian ini, kepemimpinan etis
Dengan memberikan kesempatan untuk dikonsepkan sebagai satu faktor. Namun
menyampaikan masukan, menunjukkan demikian, terdapat kemungkinan bahwa
rasa hormat dan perlakuan yang adil, dua aspek kepemimpinan etis yang
kepemimpinan etis membuat karyawan diidentifikasi pada penelitian kualitatif
melakukan voice behavior (Detert & awal, yaitu moral person dan moral
Burris, 2007; Walumbwa & Schaubroeck, manager (Treviño et al., 2003) mungkin
2009). berbeda dalam mempengaruhi perilaku
Kedua, identifikasi organisasional karyawan. Kasholven et al. (2011)
telah ditemukan sebagai pemediasi pada mencoba untuk mengkonseptualisasi
pengaruh kepemimpinan etis terhadap kepemimpinan etis ke dalam tujuh
voice behavior. Identifikasi organisasional dimensi serta membedakan dimensi
memiliki peran dalam memediasi secara moral person dan moral manager. Penelitian
parsial pengaruh kepemimpinan etis selanjutnya disarankan untuk mengukur
terhadap voice behavior. Kepemimpinan perilaku kepemimpinan etis yang
etis dapat meningkakan identifikasi memungkinkan pemisahan aspek moral
organisasional karyawan karena dapat person dan moral manager.
dipercaya, terbuka, adil dan 2. Brown dan Mitchell (2010) menyatakan
memperlakukan karyawan secara etis. bahwa masih terdapat peluang untuk
Selanjutnya, karyawan yang mempelajari kepemimpinan etis dengan
teridentifikasi dengan organisasi akan pendekatan desktiptif yang
memandang kepentingan organisasi mengeksplorasi anteseden, keluaran,
sebagai kepentingannya, sehingga serta kondisi batas pada pengaruh
terlibat dalam voice behavior. Ketiga, kepemimpinan etis. Penelitian ini hanya
efikasi diri untuk voice ditemukan dapat menjelaskan mengenai keluaran dari
memoderasi pengaruh kepemimpinan perilaku kepemimpinan etis, sehingga
etis terhadap voice behavior yang disarankan pada penelitian selanjutnya
dimediasi oleh identifikasi dapat juga melakukan pengujian variabel
organisasional. Semakin tinggi efikasi anteseden dari kepemimpinan etis.
diri untuk voice, maka semakin kuat 3. Mekanisme kepemimpinan etis dan
hubungan yang dimediasi tersebut. Hal voice behavior dalam penelitian ini hanya
tersebut menandakan bahwa, efikasi diri menguji satu variabel pemediasi, yaitu
untuk voice membantu kepemimpinan identifikasi organisasional. Sangat
etis dalam meningkatkan perilaku peran disarankan untuk penelitian selanjutnya
64
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

melakukan pengujian mekanisme Brown, M. E., Trevin˜o, L. K., & Harrison,


lainnya yang mampu menjelaskan D. A. (2005). Ethical leadership: A
pengaruh kepemimpinan etis terhadap social learning perspective for
voice behavior. construct development and testing.
4. Penelitian ini mencoba untuk Organizational Behavior and Human
mengeksplorasi kondisi batas pada Decision Processes, 97, 117–134
pengaruh kepemimpinan etis terhadap Brown, M. E., & Mitchell, M. S.
kinerja peran ekstra, dalam hal ini voice (2010). Ethical and unethical
behavior. Namun demikian, kondisi batas leadership: Exploring new avenues
for future research. Business Ethics
yang diusulkan dalam penelitian ini
Quarterly, 20, 583–616.
masih terbatas pada faktor individual.
Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2014).
Sangat disarankan bagi penelitian Business Research Methods, (Twelfth
selanjutnya untuk mengeksplorasi Edition). New York, McGraw-Hill
kondisi batas yang berasal dari faktor Education.
kontekstual, seperti misalnya dukungan Den Hartog, D. N. (2014). Ethical
organisasional dan budaya organisasi leadership. Annual Review of
(Morisson, 2011). Organizational Psychology and
Organizational Behavior, (2), 409-434.
DAFTAR PUSTAKA Detert, J. R., & Burris, E. R. (2007).
Leadership behavior and employee
Ashforth, B. E., & Mael, F. A. (1989). Social voice: Is the door really open?.
identity theory and the organisation. Academy of Management Journal 50 (4),
Academy of Management Review, 14, 869–884.
20-39. Ellemers, N., D. De Gilder and S. A.
Ashforth, B. E., Harrison, S. H., & Corley, Haslam (2004). ‘Motivating
K. G. (2008). Identification in individuals and groups at work: A
organizations: An examination of social identity perspective on
four fundamental questions. leadership and group performance’.
Journal of Management, 34(3), 325– Academy of Management Review, 29,
374. 459–478.
Avey, J., Wernsing, T., & Palanski, M. Gist, M. E., & Mitchell, T. R. (1992). Self-
(2012). Exploring the process of efficacy: A theoretical analysis of its
ethical leadership: The mediating determinants and malleability.
role of employee voice and Academy of Management Review, 17(2),
psychological ownership. Journal of 183–211.
Business Ethics, 107, 21–34. Hair, F. J., Black, C. W., Babin, J. B., &
Bandura, A. (1986). Social foundations of Anderson, E. R. (2014). Multivariate
thought and action: A social cognitive Data Analysis. London: Pearson
theory. Englewood Cliffs, NJ: Education Limited.
Prentice hall. Hogg, M. A., and D. J. Terry. 2001. Social
Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The exercise of Identity and Self-Categorization
control. New York: freeman. Processes in Organizational Contexts.
Brown, M. E., & Trevin˜ o, L. K. (2006). Academy of Management Review, 25 (1),
Ethical leadership: A review and 121–140.
future directions. The Leadership Huang, L., & Paterson, T. A. (2014). Group
Quarterly, 17, 595–616. Ethical Voice Influence of Ethical
65
D.A. Amir Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 48-66

Leadership and Impact on Ethical predictive validity. Academy of


Performance. Journal of Management, Management Journal, 41, 108–119.
01 (4), 45-69. Walumbwa, F.O., & Schaubroeck, J. (2009).
Janssen, Onne dan Gao, Liping. (2013). Leader personality traits and
Supervisory Responsiveness and employee voice behavior: Mediating
Employee Self-Perceived Status and roles of ethical leadership and work
Voice behavior. Journal of Management, group psychological safety. Journal of
25 (5), 23-45. Applied Psychology, 94,1275–1286.
Kalshoven, K., Den Hartog, D. N., & De Walumbwa, F. O., Mayer, D. M., Wang, P.,
Hoogh, A. H. B. (2011). Ethical Wang, H., Workman, K., &
leadership at work questionnaire Christensen, A. L. (2011). Linking
(ELW): Development and validation ethical leadership to employee
of a multidimensional measure. The performance: The roles of leader-
Leadership Quarterly, 22, 51–69. member exchange, self-efficacy, and
Morrison, E. W. (2011). Employee voice organizational identification.
behavior: Integration and directions Organizational Behavior and Human
for future research. Academy of Decision Processes, 115, 204–213.
Management Annals, 5, 373-412.
Morrison, E. W. (2014). Employee voice
and silence. The Annual Review of
Organizational Psychology and
Organizational Behavior, 1, 173-197
Muller, D., Judd, C. M., & Yzerbyt, V. Y.
(2005). When moderation is mediated
and mediation is moderated. Journal
of Personality and Social Psychology, 89,
852-863.
Ng, K. Y., Ang, S., & Chan, K. Y. (2008).
Personality and leader effectiveness:
A moderated mediation model of
leadership self-efficacy, job demands,
and job autonomy. Journal of Applied
Psychology, 93, 733-743.
Resick, C., Hargis, M., Shao, P., & Dust, S.
(2013). Ethical leadership, moral
equity judgments, and discretionary
workplace behavior. Human
Relations, 66, 951–972.
Tyler, T. R. (1997). Why people cooperate
with organizations: An identity-
based perspective. In R. I. Sutton, & B.
M. Staw (Eds.), Research in
organizational behavior, 21, 201–246
114
Van Dyne, L., & LePine, J.A. (1998).
Helping and voice extra-role
behavior: Evidence of construct and
66

You might also like