You are on page 1of 14

GAGASAN ASEAN OPEN SKIES DI INDONESIA DAN KAITANNYA DENGAN KEDAULATAN

WILAYAH UDARA INDONESIA

Oleh : Devi Fajria


Pembimbing 1 : Dr. Mexsasai Indra, SH.,MH
Pembimbing 2 : Ledy Diana,SH.,MH
Alamat: Jalan Letkol Hasan Basri No. 18 D Kel. Cintaraja, Kec. Sail
Pekanbaru - Riau
Email: devifajria@gmail.com

ABSTRACT
ASEAN open skies is a form of policy to open the airspace between fellow members of ASEAN
countries. ASEAN open skies policy is part of the purpose of the establishment of the ASEAN Economic
Community in an effort to boost the economy in the ASEAN region to improve competitiveness in the
international arena so that the economy can grow evenly, also improve people's lives, and the main thing is
to reduce poverty. ASEAN open skies does offer access to a huge market, huge profits, increase tourist
attraction, as well as the flight frequency will increase. The purpose of this thesis namely; First, to
determine the relationship or link between sovereignty with the implementation of the ASEAN policy of open
skies; Second, to determine the strategy or the Indonesian government's efforts in dealing with the
implications of the implementation of the ASEAN open skies policy, especially in terms economic, defense
and security.
From the research, there are two main things that can be inferred. First, Indonesian airspace
sovereignty and the implementation of the ASEAN open skies policy are interrelated. The principle of
sovereignty over the airspace is absolutely and fully recognized in the Multilateral Agreements of ASEAN
Multilateral Agreement on Air Services that support the ASEAN open skies policy; Second, , Indonesian
government's efforts in dealing with the implications of economic, defense and security of the
implementation of the ASEAN policy of open skies is to make improvements to the infrastructure at the
airport either airport capacity, systems, and technologies that support flight, and the most important is the
strengthening of policies and regulations, especially in the field of safety, security and defense, consumer
protection, and law enforcement investment.

PENDAHULUAN berbagai belahan dunia mulai dari kawasan


Dalam waktu dua dekade ini berkembang Amerika Utara, Amerika Latin, Eropa, Pasifik,
perubahan yang signifikan dalam pengaturan bahkan hingga ke Asia Tenggara.
kebijakan transportasi udara serta aktivitas kerja
sama jasa transportasi udara yang dilakukan oleh Bentuk kerja sama yang kini banyak
negara-negara di dunia. 1 Hal ini dilakukan untuk terjadi antar negara adalah open skies, yang
mengantisipasi perubahan lingkungan dalam tujuannya adalah untuk meliberalisasi jasa
industri tersebut menyusul kemunculan banyak transportasi udara baik secara parsial maupun
maskapai baru yang menambah padat jumlah secara penuh. Dalam kerja sama open skies,
pemain dalam bisnis ini, serta adanya perubahan terdapat sekumpulan aspek kebijakan yang
situasi ekonomi, maupun karena ketatnya aturan dilakukan secara berbeda, misalnya deregulasi
main yang diterapkan secara berbeda-beda oleh kapasitas dan penghapusan kendali pemerintah
masing-masing negara. Kerja sama ini terjadi di atas harga yang ditetapkan, yang berdampak pada
melonggarnya peraturan-peraturan dalam industri
1
Fachri Mahmud, ASEAN Open Sky, Dan Tantangan
Bagi Indonesia, PT. Mahmud Yunus Wadzuriyah, Jakarta,
2012, hlm. 91.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


jasa transportasi udara.2 mengenai Jasa Angkutan Udara beserta Protokol 1
mengenai Kebebasan Hak Angkut Ketiga dan
Strategi open skies ini sendiri dapat Keempat yang Tidak Terbatas dalam Subkawasan
dilakukan oleh negara-negara baik secara bilateral, ASEAN dan Protokol 2 tentang Kebebasan Hak
regional, maupun multilateral.3 Secara khusus, Angkut Kelima yang Tidak Terbatas dalam
open skies mendorong terjadinya kompetisi yang Subkawasan ASEAN.
makin ketat antara maskapai-maskapai
penerbangan, memungkinkan maskapai-maskapai Kesepakatan regional ASEAN MAAS
dari negara ketiga untuk dapat melayani rute-rute tersebut berlandaskan deklarasi ASEAN Bali
yang ada diantara dua negara dan memberi Concord II pada KTT ASEAN ke-9 bulan Oktober
keleluasaan bagi para maskapai untuk tahun 2003 di Bali, Indonesia. Deklarasi tersebut
mengembangkan rute-rute dan jaringan layanan menghasilkan suatu sasaran ekonomi regional
yang ingin maskapai-maskapai tersebut pilih. 4 dengan membentuk Komunitas ASEAN 2015
(ASEAN Community 2015) yang berlandaskan 3
Inisiatif untuk meliberalisasi penuh pasar pilar yakni Komunitas Keamanan ASEAN
transportasi udara melalui perjanjian open skies (ASEAN Security Community), Komunitas
sesungguhnya pertama kali datang dari Amerika Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic
Serikat yaitu pada tahun 1979, sampai pada Community), dan Komunitas Sosial-Budaya
perjanjian open skies antara Amerika Serikat dan ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community).8
Uni Eropa yang berlaku sejak tanggal 2 Maret
2007.5 Demikianlah inisiatif untuk melakukan Dalam Komunitas Ekonomi ASEAN salah
open skies akhirnya menyebar ke berbagai belahan satu tujuannya adalah integrasi dalam bidang
dunia termasuk ke ASEAN6. transportasi udara. Hal tersebut juga ditegaskan
dalam AFAIPS (ASEAN Framework Agreement
Berkaitan dengan terus bertumbuhnya for The Integration of Priority Sectors) yang telah
ASEAN sebagai kawasan regional, negara-negara disepakati pada KTT ASEAN ke-10 tanggal 29
anggota ASEAN ingin mewujudkan suatu pasar November 2004 di Vientine, Laos. Indonesia telah
tunngal penerbangan ASEAN pada akhir tahun mengesahkan AFAIPS melalui Peraturan Presiden
2015. Kebijakan regional tersebut telah disepakati Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
oleh seluruh negara anggota ASEAN yang tentang Pengesahan Persetujuan Kerangka Kerja
tertuang dalam ASEAN MAAS (ASEAN ASEAN Untuk Integrasi Sektor-Sektor Prioritas.
Multilateral Agreement on Air Services) yang AFAIPS yang merupakan suatu kesepakatan
ditandatangani pada tanggal 20 Mei 2009 di kerangka kerja negara-negara ASEAN untuk
Manila, Filipina.7 ASEAN MAAS telah mengintegrasikan beberapa sektor yang
diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui diprioritaskan atau dianggap penting. Dan jasa
Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2011 tentang transportasi udara merupakan salah satu dari 11
Pengesahan Persetujuan Multilateral ASEAN sektor-sektor prioritas9 yang akan diintegrasikan. 10

2 ASEAN MAAS secara umum mengatur


Sakti Adji Sasmita, Penerbangan dan Bandar Udara,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. 66. mengenai liberalisasi di bidang jasa transportasi
3
Martono dan Ahmad Sudiro, Hukum Udara Nasional udara khususnya jasa angkutan udara penumpang
dan Internasional Publik, Raja Grafindo Jakarta, 2012, hlm. yang diwujudkan dalam bentuk ASEAN open
4. skies pada tahun 2015. Implementasi ASEAN
4
Peter Forsyth, et.al., Preparing ASEAN for Open Sky.
AADCP Regional Economic Policy Support Facility,
open skies ini dilakukan secara bertahap yang
Research Project 02/008, (Monash International Pty. Ltd.: tahapan-tahapannya ditentukan dalam protokol-
Februari 2004), hlm. 12. Diakses dari
http://www.asean.org/archive/aadcp/repsf/docs/02-008-
8
FinalReport.pdf tanggal 08 Januari 2015. Fachri Mahmud, op.cit, hlm. 51.
5 9
Fachri Mahmud, op.cit, hlm. 91, 92. Sektor-sektor prioritas yang akan diintegrasikan
6
ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967, terdiri adalah produk berbasis agro, angkutan udara, otomotif, e-
dari 10 negara antara lain Brunei Darussalam, Indonesia, ASEAN, elektronik, perikanan, kesehatan, produk berbasis
Kamboja, Laos Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, karet, tekstil dan pakaian, pariwisata, dan produk berbasis
Thailand, dan Vietnam. kayu.
7 10
Peter Forsyth, et.al., op.cit, hlm. 05. Fachri Mahmud, op.cit, hlm. 98.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


protokol yang terdapat dalam ASEAN MAAS. 11 negeri serta masih banyak kesempatan lain yang
bermuara pada meningkatnya jumlah devisa
Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun negara.
2009 tentang Penerbangan juga terdapat ketentuan
mengenai open skies yakni terdapat dalam pasal Menguntungkan dari segi kepentingan
90 yang menetapkan bahwa pembukaan pasar ekonomi bukan berarti tanpa ada hambatan.
angkutan udara menuju ruang udara terbuka tanpa Mengadopsi kebijakan ruang terbuka tersebut juga
batasan hak angkut udara (open skies) dari dan ke secara tidak langsung telah mengurangi
Indonesia untuk perusahaan angkutan udara niaga kemutlakan kedaulatan negara Indonesia atas
asing dilaksanakan secara bertahap berdasarkan wilayah udaranya16, serta terdapat implikasi secara
perjanjian bilateral atau multilateral serta harus sosial, pertahanan dan keamanan jika Indonesia
dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan tidak siap menghadapinya.
perundang-undangan dan mempertimbangkan
kepentingan nasional berdasarkan prinsip keadilan Dalam kaitan ini, Indonesia harus
(fairness) dan timbal balik (resiprocity).12 mempersiapkan diri secara menyeluruh, harus
memiliki grand desain dalam pengelolaan ruang
Indonesia adalah negara kepulauan yang udara sebagai salah satu aset negara yang
terdiri atas berbagai gugusan pulau.13 Selain itu, memiliki nilai strategis, baik dilihat dari aspek
jumlah penduduk Indonesia juga sangat besar.14 ekonomi, politik, sosial, budaya serta pertahanan
Dua faktor tersebut adalah hal dasar yang keamanan. Kepentingan-kepentingan ekonomi
menjanjikan prospek bisnis penerbangan di harus diimbangi oleh pertimbangan-pertimbangan
Indonesia kedepan. Dengan jumlah penduduk politik (antara lain perlindungan terhadap industri
yang besar, letak geografis yang terpisah antara penerbangan domestik), sosial, budaya dan
kepulauan, serta Indonesia yang memiliki 27 pertahanan dan keamanan. Pembuatan kebijakan
bandara internasional15, mengadopsi kebijakan di sektor penerbangan tanpa mengabaikan
ruang terbuka ini merupakan kesempatan emas pertimbangan-pertimbangan tersebut akan sangat
untuk menambah lapangan pekerjaan, menambah membahayakan bagi kelangsungan kehidupan
jumlah investor dalam industri penerbangan, bangsa secara keseluruhan.
meningkatkan konektivitas dalam aktivitas tujuan
pariwisata Indonesia, bahkan dapat menstimulasi Indonesia harus berkaca pada kasus
tumbuhnya produksi pesawat terbang dalam maskapai Indonesia dilarang terbang ke negara-
negara Eropa. Indonesia dianggap tidak memenuhi
prosedur keselamatan penerbangan internasional.
11
http://www.inaca.org/document/AR-INACA- Hingga saat ini, Indonesia masih berada dalam
2012.pdf, diakses pada tanggal 08 Januari 2015. kelompok negara yang mendapat penilaian
12
Agus Pramono, Dasar-dasar Hukum Udara dan
Ruang Angkasa, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011, hlm. 43.
kategori 2 dari FAA (Federal Aviation
13
Indonesia merupakan negara kepulauan yang Administration)17 yang mengacu kepada standar
berbentuk republik, terletak di kawasan Asia Tenggara. keamanan terbang internasional seperti yang telah
Menurut data BPS, Indonesia memiliki 17.504 buah pulau ditentukan dalam regulasi ICAO (International
dengan luas daratan 1.910.931 km2. Indonesia memiliki Civil Aviation Organization). Masuknya Indonesia
batas-batas : Utara - Negara Malaysia, Singapura, Filipina.
Selatan - Australia. Barat - Samudera Hindia. Timur - Papua
dalam kategori 2 menunjukkan bahwa Indonesia
Nugini, Timor Leste. belum mampu memenuhi persyaratan minimum
14
Indonesia mempunyai 255 juta penduduk. Dari keamanan terbang internasional. Selain itu, sarana
jumlah sebanyak itu baru 84 juta yang tercatat menjadi dan prasarana dalam dunia penerbangan masih
penumpang penerbangan udara domestik dan internasional, kurang. Hukum udara dan ruang angkasa yang
atau hanya 21 juta orang yang murni melakukan
penerbangan.
pasti di Indonesia belum lengkap, ini semua jika
15
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor diabaikan dapat berimplikasi pada masalah
KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan
16
Nasional ditetapkan bahwa Indonesia hanya akan membuka $GDP / 6FKOHVV ³2SHQHG 6NLHV /RRVHQing the
5 bandara internasional untuk pelaksanaan ASEAN open 3URWHFWLRQLVW *ULSV RQ ,QWHUQDWLRQDO &LYLO $YLDWLRQ´ GDODP
skies 2015. Kelima bandara tersebut yaitu Bandara Emory International Law Review Vol. 8, 1994.
17
Soekarno-Hatta (Jakarta), Bandara Kuala Namu http://aviation-
(Medan),Bandara Ngurah Rai (Denpasar), Bandara Juanda safety.net/database/country/country.php?id=PK diakses pada
(Surabaya), dan Bandara Sultan Hasanuddin (Makasar). tanggal 08 Januari 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


pertahanan dan keamanan yang cukup serius. 18
2. Kegunaan Penelitian
Dan juga salah satu yang harus dicermati
adalah deregulasi terhadap penerapan prinsip Selanjutnya penelitian ini sangat
Cabotage. Lemahnya pengawasan (direct or diharapkan akan dapat bermanfaat dan
indirect) investment bidang angkutan udara, berguna antara lain :
sehingga membuka peluang terjadi penyelundupan a. Sebagai penunjang dalam
hukum investasi, yang akhirnya pasar nasional pembendaharaan ilmu pengetahuan
dikuasai asing melalui badan hukum Indonesia hukum, khususnya bagi penulis di
yang dibentuknya (Cabotage terselubung). Di bidang Hukum Internasional dalam
Indonesia ini hampir semua penerbangan logistik hal penerapan kebijakan ASEAN open
itu dikendalikan oleh swasta atau penerbangan skies.
asing. Pelayanan penerbangan di Indonesia
tersebut dianggap sudah melanggar prinsip b. Sebagai tambahan pengetahuan,
cabotage.19 Dari segi kebijakan, Indonesia dinilai wawasan, serta rekomendasi bagi
terlalu membebaskan rute penerbangan, maskapai dunia akademis maupun lembaga-
asing yang masuk ke Indonesia pun hanya kelas lembaga terkait dalam melihat
penerbangan murah, bukan penerbangan kelas perkembangan sektor penerbangan di
premium. Akibatnya, secara ekonomis, Indonesia dan ASEAN.
penumpang Indonesia lebih memilih layanan
penerbangan murah maskapai asing. c. Untuk menambah referensi
kepustakaan bagi pembaca.
Rumusan Masalah
Kerangka Teori
1. Apakah kaitannya antara kedaulatan wilayah
udara Indonesia dengan penerapan kebijakan 1. Teori Kedaulatan Negara
ASEAN open skies ? Pengertian kedaulatan tidak bisa
2. Bagaimanakah strategi atau upaya pemerintah dipisahkan dari pengertian negara, karena
Indonesia dalam menghadapi implikasi dari negara sebagai organisasi yang memiliki
penerapan kebijakan ASEAN open skies kekuasaan. Kedaulatan berarti kekuasaan
terutama ditinjau implikasi secara ekonomi, tertinggi atau kekuasaan yang tidak
pertahanan serta keamanan ? terletak dibawah kekuasaan lain.20
Kekuasaan tertinggi ini mempunyai batas-
A. Tujuan dan Kegunaan Penelitian batasnya. Ruang berlaku kekuasaan
1. Tujuan Penulisan tertinggi ini dibatasi oleh batas-batas
wilayah negara tersebut.21
a. Untuk mengetahui hubungan atau
keterkaitan antara kedaulatan dengan Menurut hukum internasional batas
penerapan kebijakan ASEAN open wilayah negara terdiri dari 3 matra yaitu
skies. darat, laut dan udara. Kalau wilayah laut
merupakan perluasan dari wilayah daratan,
b. Untuk mengetahui strategi atau upaya wilayah udara suatu negara mengikuti
pemerintah Indonesia dalam batas-batas wilayah negara di darat dan
menghadapi implikasi dari penerapan laut.22 Hal ini tercermin dalam Pasal 1
kebijakan ASEAN open skies Konvensi Paris 1919 yang berbunyi :
terutama ditinjau implikasi secara
ekonomi, pertahanan serta keamanan. 20
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, (
Terjemahan Bambang Iriana Djajaatmadja ), Penerbit Sinar
18
http//www.beritasatu.com/politik/86826-asean-open- Grafika, Jakarta: 2007, hlm. 224.
21
skies-ancam-kedaulatan-udara-Indonesia.html diakses pada 1L¶PDWXO +XGD Ilmu Negara, Raja Grafindo persada,
tanggal 08 Januari 2015. Jakarta, 2010, hlm. 184.
19 22
http//ekonomi.inilah.com/read/detail/1646272/penerba Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes,
ngan-ri-diminta-terapkan-asas-cabotage diakses pada Pengantar Hukum Internasional, PT. Alumni, Bandung,
tanggal 08 Januari 2015. 2003, hlm. 194.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


³3DUD SHQJDJXQJ DQJJRWD NRQYHQVL negara, sosial budaya, serta
mengakui bahwa setiap negara lingkungan udara.´
mempunyai kedaulatan yang penuh
dan utuh atas ruang udara di atas Pasal 6 tersebut di latar belakangi
ZLOD\DKQ\D´ oleh suatu pemikiran bahwa wilayah udara
yang berupa ruang di atas wilayah daratan
Pasal 1 Konvensi Paris 1919 yang dan perairan Republik Indonesia
dikuatkan oleh Konvensi Chicago 1944 merupakan kekayaan nasional sehingga
menegaskan bahwa negara mempunyai harus dimanfaatkan bagi kepentingan
kedaulatan yang penuh dan eksklusif atas rakyat, bangsa, dan negara. Pasal 6
ruang udaranya. Kedaulatan negara tersebut diatas, dijelaskan lebih lanjut oleh
diruang udara jauh lebih besar bila Pasal 7 ayat (1) yang menetapkan bahwa :
dibandingkan dengan kedaulatan negara di ³Dalam rangka melaksanakan
laut teritorial yang dikurangi oleh hak tanggungjawab sebagaimana Pasal
lintas damai bagi kapal asing. Diruang 6, pemerintah menetapkan kawasan
udara tidak berlaku hak lintas damai bagi udara terlarang dan terbatas.´
pesawat asing. 23
Dalam penjelasan Pasal 7 ayat (1)
Besarnya kedaulatan negara atas tersebut diatas dijelaskan bahwa
ruang udara juga dibuktikan dengan kewenangan menetapkan kawasan udara
keberadaan Pasal 9 Konvensi Chicago terlarang dan terbatas merupakan
1944 yang menyatakan bahwa setiap kewenangan dari setiap negara berdaulat
negara berhak menetapkan wilayah- untuk mengatur penggunaan wilayah
wilayah yang dinyatakan terlarang untuk udaranya, dalam rangka keselamatan
penerbangan baik karena alasan kebutuhan masyarakat luas, keselamatan
militer maupun keselamatan publik.24 penerbangan, perekonomian nasional,
lingkungan hidup, serta pertahanan dan
Kedaulatan Negara Indonesia atas keamanan.
wilayah udaranya ditegaskan dalam Pasal
5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 2. Asas Resiprositas
tentang Penerbangan yang menyebutkan
bahwa : Asas resiprositas merupakan asas
³Negara Kesatuan Republik yang mengedapankan hubungan baik
Indonesia berdaulat penuh dan berupa timbal balik yang sesuai dengan
eksklusif atas wilayah Republik keadilan. Asas ini berkembang dalam
Indonesia ´ perkembangan hukum internasional karena
ketiadaan otoritas yang dapat memaksakan
Selanjutnya dalam Pasal 6 Undang- kehendak dalam inisiatif pembuatan
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang perjanjian internasional, sehingga
Penerbangan, ditegaskan bahwa : perjanjian yang dibuat harus memiliki
³Dalam rangka penyelenggaraan keseimbangan.25
kedaulatan negara atas wilayah
udara Negara Kesatuan Republik Dalam rumusan keadilan ada dua
Indonesia, pemerintah pendapat yang dasar yang perlu
melaksanakan wewenang dan diperhatikan, sebagai berikut :26
tanggung jawab pengaturan ruang a. Pandangan kaum awami yang pada
udara untuk kepentingan
penerbangan, perekonomian 25
Francesco Parisi dan Nita Ghei, The Role of
nasional, pertahanan dan keamanan Reciprocity in International Law, hlm. 20. Diakses dari
http://www.law.gmu.edu/assets/files/publications/working_p
apers/02-08.pdf tanggal 08 Januari 2015.
23 26
Sefriani, Hukum Internasional : Suatu Pengantar, http//thezmoonstr.blogspot.com/2013/05/teori-dan-
Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hlm. 226. konsep-keadilan-dalam_8. diakses pada tanggal 08 Januari
24
Sefriani, loc.cit. 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


dasarnya merumuskan bahwa yang resiprositas tercermin pada Pasal 60
dimaksudkan dengan keadilan itu ialah mengenai pengakhiran perjanjian
keserasian antara penggunaan hak dan internasional dikarenakan adanya
pelaksanaan kewajiban selaras dengan pelanggaran perjanjian. Mengenai
GDOLO ´QHUDFD KXNXP³ \DNQL ³WDNDUDQ perjanjian multirateral, dijelaskan dalam
KDN GDQ NHZDMLEDQ´ Pasal 60 ayat 2, bahwa :
b. Pandangan para ahli hukum yang pada ³Sebuah pelanggaran materi
dasarnya merumuskan bahwa keadilan perjanjian multilateral oleh salah
itu adalah keserasian antara kepastian satu pihak memberikan hak :
hukum dan kesebandingan hukum. (a) pihak-pihak lain dengan
persetujuan bulat untuk menunda
Menurut Adam Smith yang disebut pelaksanaan perjanjian secara
keadilan sesungguhnya hanya punya satu keseluruhan atau sebagian atau
arti yaitu keadilan komutatif yang untuk menghentikannya secara
menyangkut kesetaraan, keseimbangan, baik: (i) dalam hubungan antara
keharmonisan hubungan antara satu orang mereka dan defaulting Negara, atau
atau pihak dengan orang atau pihak yang (ii) sebagai antara semua pihak;
lain. Ada 3 prinsip pokok keadilan (b) pihak yang terkena dampak
komutatif menurut Adam Smith, yaitu :27 secara khusus untuk memohon
a. No Harm pelanggaran itu sebagai dasar untuk
Menurut Adam Smith prinsip paling menangguhkan pengoperasian
pokok dari keadilan adalah prinsip no perjanjian secara keseluruhan atau
harm atau prinsip tidak merugikan sebagian dalam hubungan antara
orang lain. Dasar dari prinsip ini dirinya dan defaulting Negara;
adalah penghargaan atas harkat dan (c) pihak manapun selain Negara
martabat manusia beserta hak-haknya defaulting untuk memohon
yang melekat padanya, termasuk hak pelanggaran sebagai dasar untuk
atas hidup. menangguhkan pengoperasian
b. Non Intervention perjanjian secara keseluruhan atau
Prinsip non intervention adalah prinsip sebagian dengan hormat kepada
tidak ikut campur tangan. Prinsip ini dirinya sendiri jika perjanjian
menuntut agar demi jaminan dan adalah karakter yang seperti
penghargaan atas hak dan kepentingan pelanggaran materi ketentuannya
setiap orang tidak diperkenankan untuk oleh satu pihak secara radikal
ikut campur tangan dalam kehidupan mengubah posisi dari setiap pihak
dan kegiatan orang lain. sehubungan dengan kinerja lebih
c. Pertukaran yang adil lanjut kewajibannya berdasarkan
Prinsip keadilan tukar atau prinsip perjanjian.´
pertukaran dagang yang fair, terutama
terwujud dan terungkap dalam Dalam Undang-Undang Nomor 1
mekanisme harga dalam pasar. Ini Tahun 2009 tentang Penerbangan,
sesungguhnya merupakan penerapan penerapan asas resiprositas dalam
lebih lanjut prinsip no harm secara melakukan perjanjian bilateral dan
khusus dalam pertukaran dagang antara multilateral diatur dalam Pasal 90 yang
satu pihak dengan pihak lain dalam menetapkan selengkapnya, bahwa :
pasar. ³(1) Pembukaan pasar angkutan
Pada Konvensi Wina 1969 tentang udara menuju ruang udara tanpa
Hukum Perjanjian Internasional, asas batasan hak angkut udara (open
skies) dari dan ke Indonesia untuk
27
http://hadasiti.blogspot.com/2012/11/teori-keadilan-
perusahaan angkutan udara niaga
menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 08 Januari asing dilaksanakan secara bertahap
2015. berdasarkan perjanjian bilateral

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


atau multilateral dan Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
pelaksanaannya melalui prinsip cabotage menetapkan bahwa :
mekanisme yang mengikat para ³Angkutan udara niaga dalam
pihak. negeri hanya dapat dilakukan oleh
(2) Perjanjian bilateral atau badan usaha angkutan udara
multilateral sebagaimana dimaksud nasional yang telah mendapat izin
pada ayat (1) dibuat sesuai dengan XVDKD DQJNXWDQ XGDUD QLDJD ´
ketentuan peraturan perundang- Lebih lanjut prinsip ini ditegaskan
undangan dan mempertimbangkan dalam Pasal 85 yang mengatur bahwa
kepentingan nasional berdasarkan angkutan udara niaga berjadwal dalam
prinsip keadilan dan timbal balik.´ negeri hanya dapat dilakukan oleh badan
usaha angkutan udara niaga nasional baik
3. Prinsip Cabotage milik BUMN, BUMD maupun BUMS
Dalam hukum udara, prinsip berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang
cabotage disebutkan dalam Pasal 7 telah mendapat ijin usaha angkutan udara
Konvensi Chicago 1944 yang berbunyi : niaga berjadwal.
³Each contracting State shall have
the right to refuse permission to the Kerangka Konseptual
aircraft of other contracting States
to take on in its territory 1. Implementasi adalah suatu proses untuk
passengers, mail and cargo carried melaksanakan kebijakan menjadi tindakan
for remuneration or hire and kebijakan dari politik ke dalam administrasi.
destined for another point within Pengembangan kebijakan dalam rangka
its territory. Each contracting State penyempurnaan suatu program. 29
undertakes not to enter into any 2. Perjanjian internasional adalah perjanjian yang
arrangements which specifically diadakan antara anggota masyarakat bangsa-
grant any such privilege on an bangsa yang bertujuan untuk mengakibatkan
exclusive basis to any other State akibat-akibat hukum tertentu.30
or an airline of any other State, 3. Perjanjian Regional Internasional adalah suatu
and not to obtain any such perjanjian yang hanya berlaku bagi negara-
exclusive privilege from any other negara dalam satu kawasan saja.31
State.´ 4. Hukum Udara adalah keseluruhan peraturan
hukum tertulis dan atau tidak tertulis yang
Dalam pasal tersebut ditetapkan merupakan tatanan satu kesatuan sistem yang
bahwa setiap negara mempunyai hak untuk terdiri atas pemanfaatan wilayah udara,
melakukan penolakan izin terhadap pesawat udara, bandar udara, angkutan udara,
pesawat udara dari negara pihak lain untuk navigasi penerbangan, keselamatan dan
menaikkan penumpang, pos dan kargo keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas
yang di angkut dengan memungut biaya penunjang dan fasilitas umum lainnya yang
atau sewa yang mengangkutnya ketempat terkait dengan penerbangan.32
lain di dalam wilayahnya. Setiap negara 5. Penerbangan adalah kegiatan angkutan udara
pihak berupaya untuk tidak mengikatkan bukan niaga yang dapat dilakukan oleh
diri pada suatu perjanjian yang seacara perseorangan, pemerintah, maupun badan
khusus memberikan hak-hak khusus atas
pertimbangan eksklusif pada negara lain
atau perusahaan penerbangan negara lain,
dan tidak memperoleh hak ekslusif dari 29
Hanifah Harsono, Implementasi Kebijakan dan
negara lain. 28 Politik, Aneka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 67.
30
Dalam Pasal 84 Undang-Undang Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional,
PT Alumni, Bandung, 2004, hlm. 107.
31
I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional
28
Chicago Convention 1944 dan Terjemahannya, Dinas Bagian 1,Mandar Maju, Bandung, 2002, hlm. 43.
32
Hukum Angkatan Udara, 2011, Jakarta, hlm 6. Agus Pramono, op.cit, hlm. 08.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


hukum Indonesia.33 pertahanan dan keamanan. Adapun sifat
6. Open Skies merujuk pada sebuah ketentuan penelitian dalam penulisan hukum ini yaitu
internasional dan perjanjian transportasi udara, bersifat hipotesis yang bertujuan
yang meluaskan aturan dan regulasi dalam menggambarkan jawaban sementara
penerbangan internasional. 34 terhadap masalah yang masih bersifat
7. Kedaulatan Negara adalah kekuasaan tertinggi praduga karena masih harus dibuktikan
dalam batas wilayah negara ada pada kebenarannya. 39 Hipotesis menjadi teruji
pemerintah negara baik dalam arti teritorial apabila semua gejala yang timbul tidak
maupun personal. 35 bertentangan dengan hipotesis tersebut.40
8. ICAO (International Civil Aviation
Organization) adalah badan khusus di 2. Sumber Data
lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Penelitian hukum normatif hanya
yang didirikan berdasarkan Konvensi Chicago mengenal data sekunder yang terdiri dari
1944.36 :41
c. Bahan Hukum Primer
Metode Penelitian Berupa Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009
1. Jenis Penelitian tentang Penerbangan, Undang-Undang
Jenis Penelitian yang digunakan dalam Nomor 24 Tahun 2000 tentang
penulisan hukum ini adalah penelitian Perjanjian Intemasional, Undang-
normatif atau disebut juga sebagai Undang Republik Indonesia Nomor 25
penelitian doktrinal.37 Penelitian normatif Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
ini berupa penelitian terhadap harmonisasi Keputusan Menteri Nomor 25 Tahun
hukum, yang mencakup penyelarasan, 2008 tentang Penyelenggaraan
kesesuaian atau keseimbangan peraturan Angkutan Udara, Peraturan Menteri
perundang-undangan, keputusan Perhubungan Nomor KM 11 Tahun
pemerintah, sistem hukum dan asas-asas 2010 tentang Tatanan
hukum dengan tujuan peningkatan Kebandarudaraan Nasional, Peraturan
kesatuan hukum, kepastian hukum, Menteri Nomor 77 jo No. 92 Tahun
keadilan, kesebandingan, kegunaan dan 2012 tentang Tanggung Jawab
kejelasan hukum. 38 Pengangkut Angkutan Udara,
Setelah dilakukan pengharmonisasian Keputusan Direktur Jenderal
antara gagasan ASEAN open skies dengan Perhubungan Udara Nomor KP 480
perundang-undangan nasional ataupun Tahun 2012 tentang Roadmap
keputusan pemerintah dapat disimpulkan Hubungan Udara Indonesia, serta
bahwa gagasan ASEAN open skies dalam bahan-bahan hukum lainnya yang
konsep politik dapat mengurangi kedulatan mengikat.
negara Indonesia atas wilayah udaranya, d. Bahan Hukum Sekunder
serta regulasi-regulasi yang dibuat Bahan yang memberi penjelasan
pemerintah dapat menjadi upaya untuk mengenai bahan hukum primer,
menghadapi implikasi secara ekonomi, dimana dalam penelitian ini sumber
bahan sekunder berasal dari buku-
33
Martono, Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan, buku yang berkaitan dengan ruang
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 210. udara bebas, kebijakan ASEAN open
34
35
Peter Forsyth, et.al., op.cit, hlm. 03. skies dan buku yang berkaitan dengan
B.N. Marbun, Kamus Hukum Indonesia, Pustaka penerbangan nasional. Dan juga
Sinar Harapan, Jakarta, 2006, hlm. 130.
36
D.W. Bowett, Hukum Organisasi Internasional, (
39
Terjemahan Bambang Iriana Djajaatmadja ), Penerbit Sinar Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode
Grafika, Jakarta: 1992, hlm. 138. Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010,
37
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada hlm. 25.
40
Media Group, Jakarta, 2010, hlm. 32 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar
38
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 30.
41
Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 14. Ibid, hlm. 163.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


berupa artikel, hasil ± hasil penelitian, penelitian ini dapat
laporan ± laporan dan sebagainya. dipertanggungjawabkan. 43
e. Bahan Hukum Tersier
Bahan yang memberi petunjuk HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
maupun penjelasan mengenai bahan
Hukum Primer dan Sekunder yang Hubungan Atau Keterkaitan Antara
berupa Ensiklopedia, Kamus Bahasa Kedaulatan Wilayah Udara Indonesia Dengan
Inggris, Kamus Bahasa Indonesia, Penerapan Kebijakan Asean Open Skies
Kamus Hukum, serta bahan-bahan di
luar bidang hukum yang relevan dan Dalam prinsip kedaulatan yang mutlak dan
dapat digunakan untuk melengkapi penuh atas wilayah udaranya, suatu negara berhak
data yang diperlukan dalam penelitian mengatur dan mengelola ruang udaranya bebas
ini. dari intervensi negara lain. 44 Prinsip kedaulatan
3. Teknik Pengumpulan Data atas wilayah udara secara mutlak dan penuh ini
Metode yang digunakan dalam setidaknya juga diakui dalam perjanjian
pengumpulan data adalah metode libraly Multirateral ASEAN Multilateral Agreement on
research (penelitian kepustakaan), Air Services yang mendukung kebijakan ASEAN
dilakukan dengan mengumpulkan data- open skies dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang
data kualitatif maupun kuantitaif yang menyatakan bahwa negara-negara peserta
terkait dengan studi dokumen mengenai agreement telah meratifikasi Konvensi Chicago
perkembangan penerbangan nasional 1994 dan konvensi tersebut masih berlaku secara
termasuk perkembangan kebijkan ASEAN efektif bagi mereka.
open skies.
Studi dokumen ini dilakukan dengan Jika Konvensi Chicago 1994 masih
mengumpulkan data-data dari berbagai berlaku secara efektif, maka Indonesia harus tetap
sumber bacaan seperti peraturan mempertahankan prinsip cabotage pada kebijakan
perundang-undangan, buku, majalah atau ASEAN open skies. Karena konsep ini merupakan
data resmi yang dikeluarkan oleh laporan- salah satu bentuk manifestasi kedaulatan negara di
laporan ASEAN, website khusus udara secara penuh dan utuh serta pemanfaatannya
pemerintah negara-negara ASEAN, bagi sebesar-besar kepentingan rakyat, bangsa,
maupun hasil-hasil karya ilmiah seperti dan negara.
jurnal dan buku-buku yang telah dibuat Disamping tetap mempertahankan prinsip
oleh peneliti-peneliti lain sebelumnya. cabotage sebagai konsep manifestasi kedaulatan
Penelitian ini juga menggunakan metode yang penuh dan utuh, pemerintah Indonesia dalam
pendekatan ³VWDWXWD DSSURDFK´ yaitu hal pemanfaatan wilayah udaranya harus
pendekatan yang digunakan dalam memaksimalkan potensi yang didapat dari
penelitian hukum yang dilakukan dengan penerapan kebijakan ASEAN open skies ini.
menelaah semua undang-undang, regulasi, Pemanfaatan wilayah udara secara maksimal juga
maupun peraturan - peraturan yang merupakan implementasi dari kedaulatan Negara
bersangkut paut dengan penerapan ruang Republik Indonesia yang utuh dan eksklusif atas
udara bebas melalui kebijakan ASEAN ruang udaranya.
open skies.42
4. Analisis Data
Analisis data yakni dengan teknik analisis 43
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,
logis, sistematis, dan kualitatif, untuk PT Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 214.
mengolah data-data yang telah 44
Ketentuan mengenai kedaulatan juga diatur dalam
dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan, Pasal 2 Ayat (2) Konvensi Hukum Laut PBB 1982 yang
guna mencapai tujuan dari penelitian yaitu telah diratifikasi Indonesia dengan Undang-Undang Nomor
untuk mencari jawaban dari rumusan 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan
masalah yang diteliti, agar hasil dari Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut), menentukan bahwa
kedaulatan negara meliputi ruang udara di atas laut teritorial
42
Peter Mahmud, op.cit, hlm. 93. serta dasar laut dan tanah di wilayahnya.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


Strategi Atau Upaya Pemerintah Indonesia
Strategi Atau Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Implikasi Penerapan
Dalam Menghadapi Implikasi Penerapan Kebijakan ASEAN Open Skies Dari Segi
Kebijakan ASEAN Open Skies Secara Pertahanan dan Keamanan
Ekonomi
Dalam pelaksanaannya, kebijakan ASEAN
Tuntutan persaingan serta tantangan bagi open skies tentu memiliki standarisasi dalam
industri angkutan udara di Indonesia yang cukup mengukur kelayakan suatu negara menghadapi
tinggi membuat pemerintah Indonesia mau tidak kebijakan tersebut.
mau harus terus berbenah, salah satunya
pembenahan pengaturan dibidang penanaman Dari audit kepatuhan USOAP tersebut
modal baik asing maupun nasional. ICAO menemukan 121 butir ketidakpatuhan
tentang keselamatan yang perlu dibenahi oleh
Penanaman modal adalah segala bentuk Indonesia melalui rencana aksi perbaikan
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam (corrective action plan). Sedangkan dari USAP
modal dalam negeri maupun penanam modal ada 41 butir temuan ketidakpatuhan dalam aspek
asing untuk melakukan usaha di wilayah negara keamanan.46 Dengan hasil audit tersebut membuat
Republik Indonesia. posisi regulator Indonesia di FAA masih pada
Category 2 sejak tahun 2007.
Penanaman modal adalah bagian dari
penyelenggaraan perekonomian nasional dalam Posisi ini mempunyai arti bahwa banyak
upaya untuk meningkatkan akumulasi modal, terjadi pelanggaran prosedur keselamatan
menyediakan lapangan kerja, menciptakan penerbangan yang berulang oleh maskapai
transfer teknologi, melahirkan tenaga-tenaga ahli penerbangan Indonesia dan ironisnya lolos dari
baru, memperbaiki kualitas sumberdaya manusia pengawasan otoritas penerbangan Indonesia. Hal
dan menambah pengetahuan serta membuka akses ini juga mempunyai arti regulator Indonesia tidak
kepada pasar global. 45 memiliki kompetensi yang memadai dalam
menerapkan safety oversight sehingga tidak berani
Upaya pembenahan juga dilakukan dalam mencabut izin operasi maskapai yang melakukan
hal peningkatan pelayan publik, dengan pelanggaran mendasar. Regulator Indonesia juga
dikeluarkannya Undang-Undang Republik dinilai terlalu mudah memberikan izin usaha dan
Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang operasi penerbangan kepada unsafe airlines yang
Pelayanan Publik. mengakibatkan tingginya tingkat kecelakaan
pesawat terbang di Indonesia.
Perbaikan juga dilakukan pemerintah
Indonesia dalam hal perlindungan terhadap hak Ada tiga unsur yang memberikan
konsumen dengan dikeluarkannya Peraturan kontribusi pada keselamatan penerbangan :
Menteri Perhubungan Republik Indesia dengan
Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung 1. Pesawat terbangnya sendiri,
Jawab Pengangkut Angkutan Udara. bagaimana pesawat itu didesain,
dibuat, dan dirawat.
Dan strategi terakhir dan utama yang harus 2. Sistem penerbangan negara,
dilakukan pemerintah Indonesia adalah melakukan airport, jalur lalu lintas udara, dan
pembenahan terhadap infrastruktur di bandara air traffic controls.
yang termasuk kedalamnya adalah kapasitas 3. Airlines flight operations yang
bandara. berkaitan dengan pengendalian dan
pengoperasian pesawat di airlines.

Selain masih berada pada Category 2


45
Suparji, op.cit, hlm. 1. lihat Rebecca Trent, penilaian FAA dalam hal standar keselamatan
Implications For Foreign Direct Investment In Sub-Saharan penerbangan, keamanan dan pertahanan wilayah
Africa Under The African Growth Opportunity Act,
Northwestern Journal of International Law and Business,
46
Vol. 23 (2002) hlm. 236. Ibid, hlm. 7.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


Indonesia juga masih bermasalah. Masalahnya A. Kesimpulan
adalah sampai saat ini beberapa bagian wilayah 1. Kedaulatan wilayah udara Indonesia dan
udara nasional berada dalam konfigurasi FIR penerapan kebijakan ASEAN open skies
Singapura dan Kinabalu. Wilayah tersebut ini saling berkaitan. Prinsip kedaulatan
mencakup ruang udara di atas Riau daratan, Riau atas wilayah udara secara mutlak dan
Kepulauan, dan gugusan Kepulauan Natuna serta penuh diakui dalam perjanjian Multirateral
Anambas yang masuk dalam FIR Singapura, serta ASEAN Multilateral Agreement on Air
ruang udara di atas Laut Cina Selatan yang Services yang mendukung kebijakan
terletak di ujung Kalimantan Barat yang masuk ASEAN open skies dengan ketentuan
dalam FIR Kinabalu. Pasal 1 ayat (1). Dan penerapan prinsip
cabotage dinilai sebagai bentuk
Syarat utama untuk dapat mengambil alih perlindungan terhadap kedaulatan wilayah
pelayanan lalu lintas penerbangan dari Singapura udara Indonesia.
adalah adanya fasilitas navigasi penerbangan yang 2. Terdapat implikasi secara ekonomi,
memadai sesuai dengan Standard and pertahanan dan keamanan dari
Recommendation Practices yang diatur dalam diberlakukannya kebijakan ASEAN open
Konvensi Chicago dan Annex-Annexnya. skies bagi Indonesia. Upaya pemerintah
Indonesia dalam menghadapi implikasi
Sektor keselamatan dan keamanan
penerapan kebijakan ASEAN open skies
penerbangan juga termasuk kedalamnya adalah
tersebut adalah melakukan pembenahan
Air Traffic Controler (ATC). Air Traffic Controler
terhadap infrastruktur di bandara baik itu
(ATC) adalah pengaturan lalu lintas udara untuk
kapasitas bandara, sistem, dan teknologi
menanggani seluruh kegiatan lalu lintas di udara.
yang menunjang penerbangan, dan yang
Dengan melihat peran penting dari Air paling penting adalah penguatan kebijakan
Traffic Controllers (ATC) pemerintah Indonesia dan peraturan, terutama pada bidang
harus totalitas dalam mendukung peningkatan keselamatan, keamanan dan pertahanan,
kinerja Air Traffic Controllers (ATC), peningkatan perlindungan terhadap konsumen, serta
kinerja Air Traffic Controllers (ATC) dapat penegakkan hukum investasi.
diwujudkan dengan peremajaan perangkat di Air
Traffic Controllers (ATC) tower, hal itu memang B. Saran
membutuhkan dana yang sangat membebani 1. Diharapkan kepada pemerintah Indonesia
negara namun faktor keselamatan dan keamanan untuk tetap mempertahankan prinsip
penerbangan menjadi keniscayaan yang wajib cabotage sebagai konsep manifestasi
dipertimbangkan. kedaulatan yang penuh dan utuh. Juga
diharapkan pemerintah Indonesia dalam
Isu black flight juga harus dicermati, black hal pemanfaatan wilayah udaranya harus
flight adalah penerbangan yang dilakukan oleh memaksimalkan potensi yang didapat dari
pesawat asing yang melintasi sebuah negara tanpa penerapan kebijakan ASEAN open skies
seijin otoritas negara tersebut. Dengan ini. Pemanfaatan wilayah udara secara
diterapkannya kebijakan ASEAN open skies, maksimal juga merupakan implementasi
maka akan ada peningkatan jumlah lalu lintas dari kedaulatan Negara Republik Indonesia
penerbangan yang padat yang pastinya akan yang utuh dan eksklusif atas ruang
menyulitkan bagi para petugas Air Traffic udaranya.
Controllers (ATC) untuk mengontrol wilayah 2. Indonesia masih harus menambah dan
udara Indonesia dari black flight. Maka dari pada memperbaiki banyak sektor dengan
itu guna mengantisipasi black flight peningkatan keikutsertaanya dalam ASEAN open skies.
teknologi dalam menunjang pengawasan terhadap Sektor tersebut diantaranya perbaikan
wilayah udara perlu di tingkatkan. infrastruktur, serta perbaikan regulator
bandara untuk meningkatkan sistem
keamanan.
3. Diharapkan Indonesia dapat memperbaiki
PENUTUP penilaian category 2 dari FAA yang

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


mengacu pada standarisasi keselamatan Dan Tantangan Bagi Indonesia,
penerbangan, dan juga pengambil alihan PT.Mahmud Yunus Wadzuriyah,
FIR atas kepulauan Riau dan Natuna dari Jakarta.
Singapura yang ditargetkan pada tahun
2024. Mahmud, Peter, 2010, Penelitian Hukum,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Martono dan Ahmad Sudiro, 2012, Hukum
Udara Nasional dan Internasional
A. Buku Publik, Raja Grafindo, Jakarta.
Ali, Zainuddin, 2013, Metode Penelitian Mauna Boer, 2008, Hukum Internasional :
Hukum, Sinar Grafika, Pengertian Peranan Dan Fungsi Dalam
Jakarta. Era Dinamika Global, Sinar Grafika,
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Jakarta.
Pengantar Metode Penelitian Hukum, Mieke Komar Kantaatmadja, 1984, Berbagai
Raja Grafindo Persada, Jakarta. Masalah Hukum Udara dan Angkasa,
CV. Karya Remadja, Bandung.
Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2004, Hukum
Internasional Bunga Rampai, PT Mirza Satria Buana, 2007, Hukum
Alumni, Bandung. Internasional Teori dan Praktek, Nusa
Media, Bandung.
Bowett, D.W., 1992, Hukum Organisasi
Internasional, (Terjemahan Bambang Parthiana, I Wayan, 2002, Hukum Perjanjian
iriana Djajaatmadja), Penerbit sinar Internasional Bagian 1, Mandar
Grafika, Jakarta. Maju, Bandung.

Cheng Bin, 1962, The Law of International Pramono, Agus, 2011. Dasar-dasar Hukum
Air Transport, The London Institute of Udara dan Ruang Angkasa, Ghalia
World Affairs, London. Indonesia, Bogor.

Harsono, Hanifah, 2002, Implementasi R.R Churchill dan A. V. Lowe, 1999, The
Kebijakan dan Politik, Aneka Cipta, Law of The Sea, Third Edition,
Jakarta. Manchester University Press,
Manchester.
+XGD 1L¶PDWXO Ilmu Negara, Raja
Grafindo persada, Jakarta. Sasmita, Sakti Adji, 2012, Penerbangan dan
Bandar Udara, Graha Ilmu,
Kelsen, Hans, 2006, Teori Umum Tentang Yogyakarta.
Hukum dan Negara, Nusa Media &
Nuansa, Bandung. Sefriani, 2014, Hukum Internasional : Suatu
Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta.
Kusnowibowo, 2013, Hukum Investasi
Internasional, Pustaka Reka Cipta, Starke, J.G., 2007, Pengantar Hukum
Bandung. Internasional, (Terjemahan Bambang
Iriana Djajaatmadja), Penerbit Sinar
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, Grafika, Jakarta.
2003, Pengantar Hukum Internasional,
PT. Alumni, Bandung. Sunggono, Bambang, 2010, Metodologi
Penelitian Hukum, PT Rajawali Pers,
Mahmud, Fachri, 2012, ASEAN Open Sky, Jakarta.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum
Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Yaddy Supriyadi, 2012, Keselamatan Publik.
Penerbangan Teori & Problematika,
Telaga Ilmu, Tangerang. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001
tentang Keamanan dan
Yuwono Agung Nugroho, 2006, Kedaulatan Keselamatan Penerbangan
Wilayah Udara Indonesia, Bumi
Intitama Sejahtera, Jakarta. Peraturan Menteri Nomor 49 Tahun 2012
tentang Pelayanan Penumpang
Kelas Ekonomi Angkutan Udara
B. Jurnal/Kamus Niaga Berjadwal dalam Negeri.
Departemen Perhubungan RI., 2005, Cetak Peraturan Menteri Nomor 77 jo No. 92 Tahun
Biru Transportasi Udara 2005 ± 2012 tentang Tanggung Jawab
2024 (Konsep Akhir), Ditjen Pengangkut Angkutan Udara.
Perhubungan Udara.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM
Schless, Adam L., 1994, ³2SHQHG 6NLHV 11 Tahun 2010 tentang Tatanan
Loosening the Protectionist Grips Kebandarudaraan Nasional.
on International Civil
$YLDWLRQ´ GDODP Emory Keputusan Menteri Nomor 25 Tahun 2008
International Law Review Vol. tentang Penyelenggaraan Angkutan
8. Udara.
Rebecca Trent, 2002, Implications For Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Foreign Direct Investment In Sub- Udara Nomor KP 480 Tahun 2012
Saharan Africa Under The African tentang Roadmap Hubungan Udara
Growth Opportunity Act, Indonesia.
Northwestern Journal of
International Law and Business, Konvensi Chicago Tahun 1994 tentang
Vol. 23. Penerbangan Sipil Internasional.
Martono, 2007, Kamus Hukum dan Regulasi
Penerbangan, Raja Grafindo D. Website
Persada, Jakarta.
http://www.asean.org/archive/aadcp/repsf/doc
Marbun, B.N., 2006, Kamus Hukum s/02-008-FinalReport.pdf, diakses, tanggal,
Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, 08 Januari 2014.
Jakarta.
http://www.inaca.org/document/AR-INACA-
2012.pdf, diakses pada tanggal 08 Januari
C. Peraturan Perundang-undangan 2015

http://aviation-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor safety.net/database/country/country.php?id=P
1 Tahun 2009 tentang K, diakses pada tanggal 08 Januari 2015
Penerbangan.
http://www.beritasatu.com/politik/86826-
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 asean-open-skies-ancamkedaulatan-udara-
tentang Perjanjian Intemasional. indonesia.html, diakses, tanggal, 08 Januari

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015


2015.

http://ekonomi.inilah.com/read/detail/164627
2/penerbangan-ri-diminta-terapkan-asas-
cabotage, diakses, tanggal, 08 Januari 2015.

http://hadasiti.blogspot.com/2012/11/teori-
keadilan-menurut-para-ahli.html, diakses,
tanggal, 08 Januari 2015.

http://www.indii.co.id/ind/publicationsdetail.p
hp?id_news=191,
diakses, tanggal, 02 Juli 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume II No. II Oktober 2015

You might also like