You are on page 1of 16

JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN UNIVERSITAS JAMBI

Vol. 6 No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60


e-ISSN 2460-6235
https://online-journal.unja.ac.id/jaku p-ISSN 2715-5722

DETERMINANT OF FOREIGN OWNERSHIP, MANAGERIAL OWNERSHIP, DEBT POLICY, AND


DIVIDEND POLICY ON FINANCIAL PERFORMANCE

DETERMINAN KEPEMILIKAN ASING, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG,


DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

Oleh:
Esthi Nur W.A1), Mukhzarudfa2) , Yudi3)
1)
Alumni Magister Ilmu Akuntansi Pascasarjana Universitas Jambi Tahun 2020,
2&3)
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi
Email: Esthihardjito@gmail.com 2)Mukhzarudfa@unja.ac.id 3)Yudi_Fe@unja.ac.id
1)

ABSTRCT
The purpose of this research is the determine the effect of managerial ownership, foreign ownership, debt policy
and dividend policy on financial performance in state-owned companies in Indonesia. This research is a case study
with the research population being all state-owned companies. Based on data released by BUMN (bumn.go.id), in
2018 there were 115 BUMN companies. Meanwhile, the sample that met the purposive sampling criteria was 16
companies. This research is a quantitative study and uses secondary data from the annual report. The method used
in this research is multiple linear regression analysis with the help of the SPSS 23 program. The results show that
simultaneously with managerial ownership, foreign ownership, debt policy, and dividend policy have a positive
effect on the independent variable of financial performance. Managerial ownership variable does not have a
positive effect on financial performance. The foreign ownership variable has no positive effect on financial
performance. The debt policy variable has a negative effect on financial performance. Dividend policy variable has
a positive effect on financial performance.
Keywords: Financial Performnace, Ownership Structure, Debt Policy, Deviden Policy

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, kebijakan hutang
dan kebijakan deviden terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN di Indonesia. Penelitian ini merupakan
studi kasus dengan populasi penelitian adalah semua perusahaan BUMN. Berdasarkan data yang dirilis oleh BUMN
(bumn.go.id), pada tahun 2018 tercatat 115 perusahaan BUMN. Sedangkan sampel yang memenuhi kriteria
purposive sampling berjumlah 16 perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan menggunakan
data sekunder hasil dari annual report. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda dengan bantuan program SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dengan variabel
kepemikikan manajerial, kepemilikan asing, kebijakan hutang, dan kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap
variabel independen kinerja keuangan. Variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh psoitif terhadap kinerja
keuangan. Variabel kepemilikan asing tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Variabel kebijakan
hutang berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. Variabel kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan.
Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Hutang, Kebijakan Deviden

45
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

1. PENDAHULUAN juga mempunyai arti yang penting dalam perusahaan


1.1. Latar Belakang yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang, karena dengan
Perusahaan dijelaskan sebagai hubungan eksplisit
profitabilitas dapat menunjukkan apakah perusahaan
atau implisit antara dua pihak yang terikat dalam suatu
tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang
kontrak yaitu: pihak para pemegang saham (prinsipal),
akan dating. Dengan demikian setiap perusahaan akan
dan manajemen (agent), dimana pihak kedua bertugas
selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya karena
untuk melakukan kegiatan tertentu untuk pihak pertama
semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan
dan berwenang untuk mengambil keputusan atas
maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut semakin
namanya, pemilik modal atau pemegang saham, debt
terjamin (Setiawan, 2016).
holders, dan manajemen adalah pihak-pihak yang
mempunyai kepentingannya masing-masing dalam Kebijakan Deviden (dividend policy) menentukan
perusahaan. Teori keagenan menjelaskan bahwa jika berapa banyak laba yang harus dibayarkan kepada para
terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal pemegang saham dan berapa banyak yang harus
maka dapat mengakibatkan munculnya potensi konflik ditanam kembali (reinvestasi) di dalam perusahaan.
(Alfadhl dan Alabdullah, 2013). Kebijakan deviden merupakan bagian internal dari
keputusan pembelanjaan perusahaan. Terdapat tiga
Kepemilikan saham merupakan konfigurasi saham
teori tentang kebijakan deviden yang berlawanan dalam
yang dimiliki oleh internal, individu maupun
manajemen keuangan. Menurut Modligliani & Miller
institusional pada struktur kepemilikan penyebab
(MM) yang dikenal dengan Dividend Irrelevant theory
terjadinya konflik antara pihak manajemen dengan
pada kondisi keputusan investasi, pembayaran dividen
pemegang saham, maka terjadilah masalah agensi
terhadap kemakmuran pemegang saham tidak dapat
(agency problem). Adanya agency problem tersebut
berpengaruh. Lebih lanjut MM menyatakan bahwa nilai
akan menyebabkan tidak dapat tercapainya tujuan
perusahaan ditentukan Earning power dalam asset
perusahaan.
perusahaan.
Pemegang saham dan manajer masing-masing
Kebijakan hutang pada perusahaan tanpa
mempunyai kepentingan yang berbeda. Konflik dapat
kepemilikan manajerial akan berbeda dengan
terjadi jika keputusan manajer hanya memaksimalkan
perusahaan dengan kepemilikan manajerial.
kepentingannya dan mempunyai pemikiran yang tidak
Kepemilikan manajerial menunjukan adanya peran
sejalan dengan para pemegang saham. Aktivitas
ganda seorang manajer, yakni sebagai manjer juga
seorang manajer yang memiliki beberapa saham
sebagai pemegang saham. Sebagai seorang manajer
perusahaan akan berbeda dengan seorang manajer yang
yang sekaligus sebagai pemegang saham, maka ia tidak
tidak memiliki saham perusahaan atau murni sebagai
ingin perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau
manajer, manajer yang memiliki saham akan
bahkan kebangkrutan. Kesulitan keuangan atau
mempunyai peran ganda sebagai manajer juga sebagai
kebangkrutan usaha akan merugikan. Cara untuk
pemegang saham maka manajer akan memiliki
menurunkan resiko yaitu dengan cara menurunkan
kepentingan yang sejalan dengan kepentingan para
tingkat tingkat Debt atau hutang yang dimiliki
pemegang saham lainnya. Sedangkan manajer yang
perusahaan. Hutang yang tinggi akan meningkatkan
tidak memiliki saham ada kemungkinan memiliki
resiko kebangkrutan perusahaan, karena perusahaan
kepentingan sendiri yang tidak sejalan dengan para
akan mengalami financial distress. Karena itulah makan
pemegang saham.
manajer akan berusaha menekan jumlah hutang
Kepentingan Manajerial menunjukkan adanya serendah mungkin, tindakan ini disisi lain tidak
peran ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak menguntungkan karena jika perusahaan hanya
juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang mengandalkan dana dari pemegang saham saja.
manajer sekaligus pemegang saham, sehingga seorang Perusahaan tidak bisa berkembang dengan cepat,
manajer tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan dibandingakan jika perusahaan juga menggunakan dana
keuangan atau bahkan kebangkrutan. Kesulitan dari kreditur untuk mengembangkan perusahaan,
keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugikan (Wiagustini, 2010).
baik sebagai manajer atau sebagai pemegang saham.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai
Sebagai seorang manajer akan kehilangan intensif dan
oleh setiap perusahaan, karena kinerja merupakan
sebagai pemegang saham akan kehilangan return
cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
bahkan dana yang diinvestasikannya. (Arumsari, 2014)
mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain
Pemegang saham asing memiliki arti penting itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk
dalam memonitoring manajemen, dengan adanya memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
kepemilikan saham oleh asing seperti perusahaan organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang
asuransi asing, Bank-bank asing, perusahaan- telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan
perusahaan asing lainnya tentunya akan mendorong tindakan dan hasil yang diharapkan.
peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Penelitian ini menggunakan data dari sektor
Makanisme monitoring tersebut akan menjamin
Badan Usaha milik Negara (BUMN) di Indonesia.
peningkatan dan kemakmuran para pemegang saham,
Perkembangan jumlah BUMN mengalami penurunan
dan juga akan meningkatkan profitabitas. Profitabilas

46
Determinan Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (Esthi Nur
WA, Mukhzarudfa, Yudi)

dari tahun ke tahun sejak tahun 2004-2017, walaupun tekanan untuk meningkatkan kinerja karena privilege
pada tahun 2007 dan 2008 terjadi penambahan masing- tersebut.
masing satu perusahaan pada tahun tersebut. Akan
Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
tetapi pada tahun-tahun selanjutnya perusahaan BUMN
2013 tentang Badan Usaha Milik Negara disebutkan
terus mengalami penurunan jumlah. Penurunan jumlah
bahwa: (1) Modal BUMN merupakan dan berasal dari
ini disebabkan oleh perubahan status perusahaan seperti
kekayaan negara yang dipisahkan; (2) Penyertaan
PT Bank Eksport yang berubah status hukum menjadi
modal negara dalam rangka pendirian atau penyertaan
lembaga pembiayaan eksport pada tahun 2008.
pada BUMN bersumber dari: (a) Anggaran Pendapatan
Jumlah BUMN pada akhir 2005 sebanyak 140 dan Belanja Negara; (b) kapitalisasi cadangan; (c)
BUMN atau berkurang 19 BUMN dibanding 2004. sumber lainnya; (3) Setiap penyertaan modal negara
Jumlah BUMN pada akhir tahun 2007 sebanyak 141 dalam rangka pendirian BUMN atau perseroan terbatas
BUMN atau bertambah 1 BUMN dibanding tahun yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan
2006, dan kembali bertambah 1 BUMN pada tahun Belanja Negara ditetapkan dengan Peraturan
2008, sedangkan pada akhir 2009 berkurang 1 BUMN, Pemerintah; (4) Setiap perubahan penyertaan modal
sehingga jumlah BUMN adalah sebanyak 141. Pada negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), baik
tahun 2010 tidak terjadi perubahan jumlah BUMN berupa penambahan maupun pengurangan, termasuk
dibanding tahun sebelumnya, bahkan terjadi perubahan struktur kepemilikan negara atas saham
pengurangan pada tahun 2011. Jumlah ini tidak Persero atau perseroan terbatas, ditetapkan dengan
mengalami perubahan pada akhir tahun 2012, dan Peraturan Pemerintah; (5) Dikecualikan dari ketentuan
terjadi pengurangan kembali 1 BUMN pada akhir tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) bagi
2013. Pada akhir tahun 2014 terjadi pengurangan penambahan penyertaan modal negara yang berasal dari
sebanyak 20 BUMN, sehingga BUMN menjadi kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya; dan (6)
berjumlah 119, dan pada tahun selanjutnya kembali Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyertaan
terjadi pengurangan 1 BUMN, dan jumlah ini bahkan dan penatausahaan modal negara dalam rangka
kembali berkurang pada tahun 2017 sehingga BUMN pendirian atau penyertaan ke dalam BUMN dan/atau
menjadi berjumlah 115. perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki
oleh negara, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Perolehan laba bersih perusahaan BUMN tahun
2018 masih di bawah target. Berdasarkan data yang Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
disampaikan oleh Kementerian Badan Usaha Milik 2016 disebutkan bahwa Perusahaan Perseroan yang
Negara (BUMN) dalam rapat dengar pendapat dengan selanjutnya disebut Persero adalah BUMN yang
Komisi VI DPR, total pendapatan seluruh perseroan berbentuk perseroan terbatas modalnya terbagi dalam
BUMN mencapai Rp. 1.693 triliun. Realisasi tersebut saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima
setara dengan 72,59% dari target sekitar Rp. 2.232 puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
triliun yang dipasang tahun ini (sumatra.bisnis.com). Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar
Adapun, laba bersih total BUMN baru mencapai Rp. 79 keuntungan. Sedangkan dalam hal kepemilikan asing,
triliun. Nilai tersebut setara dengan 36,23% dari target Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2020 pasal 1
sekitar Rp. 218 triliun pada 2018. Kendati demikian, menyebutkan bahwa (1) Dalam hal Kepemilikan Asing
total aset yang dimiliki oleh perseroan pelat merah pada Perusahaan Perasuransian yang bukan merupakan
tercatat naik sekitar Rp. 500 triliun dari posisi akhir perseroan terbuka telah melampaui 80% (delapan puluh
2017. Total aset BUMN naik dari Rp. 7.210 triliun pada persen) pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai
akhir 2017 menjadi Rp. 7.718 triliun per 30 September berlaku: (a) Perusahaan Perasuransian tersebut
2018. dikecualikan dari batasan Kepemilikan Asing
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1); dan (b)
BUMN yang merupakan badan usaha yang
Perusahaan Perasuransian tersebut dilarang menambah
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
persentase Kepemilikan Asing; (2) Dalam hal
negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud pada
dari kekayaan negara yang dipisahkan (Undang-
ayat (1) melakukan penambahan modal disetor,
Undang Nomor 19 Tahun 2013) pada dasarnya
persentase Kepemilikan Asing setelah penambahan
memiliki hak istimewa dibandingkan perusahaan Non-
modal disetor dilarang melebihi persentase
BUMN. Di samping sumber pendanaan sebagian besar
Kepemilikan Asing sebagaimana dimaksud pada ayat
berasal dari pemerintah, yang menyebabkan BUMN
(1). (2a) Dalam hal Perusahaan Perasuransian yang
tidak terlalu mengalami kesulitan mencari sumber
melakukan penambahan modal disetor sebagaimana
pendanaan, BUMN juga beroperasi di bidang yang
dimaksud pada ayat (2) tidak memperoleh porsi
menyangkut hajat hidup orang banyak seperti air,
penambahan modal dari Badan Hukum Indonesia
listrik, dan telekomunikasi. Keterlibatan di bidang
dan/atau Warga Negara Indonesia sesuai persentase
tersebut membuat jumlah pelanggan untuk usaha
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BUMN sangat besar, bahkan di beberapa usaha,
penambahan modal disetor tersebut harus dilakukan
BUMN memonopoli bidang usaha sehingga tidak
melalui penawaran umum perdana saham di Indonesia.
terdapat persaingan dengan perusahaan Non-BUMN.
Hal ini membuat BUMN tidak terlalu mendapat Tujuan suatu perusahaan yaitu meningkatkan nilai
perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham seorang

47
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

manajer berorientasi pada target profit serta merosot tajam 4,4 persen harga saham Garuda
mempertimbangkan risiko pribadi dengan risiko Indonesia anjlok ke level Rp 478 per saham dari
perusahaan. Pengambilan keputusan keuangan tentang sebelumnya Rp 500 per saham
bentuk dan komposisi keuangan yang akan
Saat ini, salah satu perusahaan BUMN paling
dipergunakan perusahaan seharusnya semaksimal
hangat menjadi sorotan publik adalah nasib Krakatau
mungkin, maka perusahaan menghasilkan profitabilitas
Steel (Persero) Tbk (KRAS) pada tahun 2018.
yang tinggi dengan menunjukkan kinerja yang baik
Perusahaan baja milik negara ini terus menerus didera
sehingga berpeluang meningkatkan keterlibatan sebagai
persoalan-persoalan. Krakatau Steel mengalami
kepemilikan insider. Selanjutnya hutang yang tinggi
kerugian selama delapan tahun berturut-turut hingga
menyebabkan perusahaan memiliki beban bunga besar
utang menggunung menjadi bayang-bayang buruk bagi
sehingga dapat menyebabkan kebangkrutan. Tanggung
Krakatau Steel. Saat ini Krakatau Steel memiliki 11
jawab utama seorang manajer keuangan adalah
anak perusahaan dan 60 cucu usaha. Selain kasus
menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk
kinerja keuangan, perusahaan berkode emiten KRAS
investasi dan operasinya. Ketika suatu perusahaan perlu
ini juga mengalami masalah internal perusahaan, pada
mendapatkan dana, perusahaan itu bisa mengundang
Maret 2019, Direktur Teknologi dan Produksi Krakatau
para investor untuk menanamkan uang kas sebagai
Steel kala itu ditangkap atas kasus suap. Setelah
ganti bagian laba di masa depan, atau menjanjikan
beberapa persoalan-persoalan tersebut, lantas apakah
untuk melunasi kas investor plus tingkat bunga tetap
BUMN kita masih di percaya oleh pihak asing? Dan
(Husnan dan Pudjiastuti, 2018).
apakah pihak asing atau investor asing tersebut masih
Fenomena yang sekarang sedang terjadi adalah percaya dan mau bekerjasama dengan BUMN di
tentang beberapa perusahaan BUMN yang sedang Indonesia?
bermasalah, terbentuknya Kabinet Indonesia Maju
1.2. Rumusan Masalah
membuka optimism publik terhadap kemajuan
1. Apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan
Indonesia kehadiran sejumlah nama baru dari kalangan
asing, kebijakan hutang, dan kebijakan deviden
profesional dalam kabinet dinilai memiliki kapasitas
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
yang mumpuni, tak terkecuali di Kementerian BUMN,
pada perusahaan BUMN di Indonesia?
bukan hal mudah bagi Menteri BUMN yang baru untuk
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh
mengelola setidaknya 115 perusahaan BUMN di Tanah
positif terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
Air. Sejumlah pekerjaan rumah yang tak mudah telah
BUMN di Indonesia?
menanti formula baru dari Menteri BUMN untuk
3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh positif
mampu menjadikan BUMN tumbuh sehat dan berdaya
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
saing. Di balik banyaknya sorotan publik terhadap
BUMN di Indonesia?
beberapa kasus perusahaan BUMN yang merugi, Tak
4. Apakah kebijakan hutang berpengaruh negatif
sedikit berbagai kasus perusahaan BUMN yang
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
menjadi sorotan publik. Sepanjang semester I-2019,
BUMN di Indonesia?
beberapa BUMN mengalami empat permasalahan
5. Apakah kebijakan dividen berpengaruh positif
keuangan perusahaan. Ironisnya, BUMN tersebut
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
berasal dari sektor yang berbeda yakni jasa transportasi,
BUMN di Indonesia?
manufaktur, jasa logistik dan keuangan. Hal tersebut
1.3. Tujuan Penelitian
menunjukkan bahwa sejatinya tidak ada isu spesifik di
1. Untuk menganalisis pengaruh positif kepemilikan
satu industri yang membuat kinerja keuangan empat
manajerial, kepemilikan asing, kebijakan hutang,
BUMN tersebut mengalami masalah.
dan kebijakan deviden terhadap kinerja keuangan
Garuda Indonesia (GIAA) yang merupakan salah pada perusahaan BUMN di Indonesia.
satu emiten penerbangan BUMN yang belakangan 2. Untuk menganalisis pengaruh positif kepemilikan
menjadi perbincangan publik karena kasus penyajian manajerial terhadap kinerja keuangan pada
laporan keuangan tahun buku 2018 yang tak sesuai perusahaan BUMN di Indonesia.
dengan standar akuntansi dan hasil laporan keuangan 3. Untuk menganalisis pengaruh positif kepemilikan
tahun buku 2018 tersebut menunjukkan bahwa asing terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
Perusahaan Garuda Indonesia mengalami kerugian. BUMN di Indonesia.
Sebagai perusahaan Publik, Garuda Indonesia 4. Untuk menganalisis pengaruh negatif kebijakan
melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018 kepada hutang terhadap kinerja keuangan pada
Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan keuangannya, perusahaan BUMN di Indonesia.
perusahaan dengan kode saham GIAA berhasil meraup 5. Untuk menganalisis pengaruh positif kebijakan
laba bersih sebesar US$ 5,01 juta, berbanding terbalik dividen terhadap kinerja keuangan pada
dengan kondisi perusahaan yang merugi sebesar US$ perusahaan BUMN di Indonesia.
239,94 juta. Kementrian Keuangan, BPK, OJK, dan
BEI memeriksa dan mengavaluasi terhadap laporan
keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018. Pasar
merespon kisruh laporan kinerja keuangan Garuda
Indonesia, saham perusahaan dengan kode GIAA itu

48
Determinan Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (Esthi Nur
WA, Mukhzarudfa, Yudi)

2. KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN Sucipto (2013) kinerja keuangan adalah penentuan
HIPOTESIS ukuran yang dipakai dalam mengukur keberhasilan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Sedangkan
2.1 Tata Keagenan (Agency Theory)
menurut IAI (2017) kinerja keuangan yaitu kemampuan
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan
teori yang mendasari praktek bisnis perusahaan yang sumber daya yang dimilikinya.
dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi
Pengukuran kinerja keuangan dilihat dengan
teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori
menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan,
organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya
informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan serta
hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang
kinerja di masa depan melalui perhitungan rasio
(prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima
keuangan yang menghubungkan data keuangan yaitu
wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk
neraca dan laporan laba rugi. Nilai rasio keuangan
kontrak kerja sama. Literatur akuntansi tentang
tersebut yang nantinya dibandingkan dengan tolok ukur
pengungkapan sendiri seringkali mengacu pada konsep
yang telah ada. Abdullah (2015) menyatakan bahwa
keagenan dengan menyediakan dorongan untuk
analisis kinerja keuangan bank memiliki dua tujuan
melakukan pengungkapan wajib maupun sukarela
yaitu untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan
terhadap laporan keuangan. Dorongan ini ditunjukkan
keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan
pada literatur sebagai alat penggerak yang digunakan
modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun
untuk mengurangi asimetri informasi antara prinsipal
berjalan maupun tahun sebelumnya serta untuk
dan agen. Shareholder sebagai prinsipal menggunakan
mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan
informasi akuntansi untuk mengawasi kinerja
semua aktiva yang dimiliki dalam menghasilkan profit.
manajemen yang bertindak sebagai agen. Pada
gilirannya, agen ini akan menggunakan pengungkapan Penelitian ini yang menjadi alat ukur kinerja yang
akuntansi sebagai kesempatan untuk mengisyaratkan digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA
kinerjanya kepada prinsipal (Pearce & Robinson, digunakan untuk mengukur seberapa efisien suatu bank
2018). dalam melakukan kegiatan usahanya (Siamat, 2014).
ROA merupakan salah satu indikator keberhasilan
Teori keagenan muncul karena adanya perbedaan
perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar
kepentingan sehingga masing-masing pihak berusaha
ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan
memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Jika pihak-
bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi
pihak tersebut bertindak untuk kepentingannya sendiri,
penggunaan asset.
maka hal tersebut akan menimbulkan konflik antara
prinsipal dan agen. Teori keagenan menggambarkan 2.3. Kepemilikan Manajerial
bahwa konflik yang terjadi akan menimbulkan biaya
Kepemilikan manajerial adalah jumlah
agensi yang pada akhirnya akan ada insentif untuk
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh
menguranginya. (Fauziah 2017).
modal saham perusahaan yang dikelola. Indikator yang
Teori keagenan mengasumsikan bahwa investor digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial
menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak
dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan, manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang
salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi beredar (Mardiyati, 2012) atau merupakan persentase
dividen dari tiap saham yang mereka miliki. Sedangkan saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif
agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
pemberian kompensasi/bonus/insentif yang memadai (komisaris dan direksi). Kepemilikan dalam BUMN
dan sebesar-besarnya atas kinerja yang telah mereka mempunyai artian khusus bahwa pemiliknya tidak
lakukan. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan dapat mengontrol secara langsung perusahaannya.
kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan Pemilik hanya diwakili oleh pejabat yang ditunjuk
pada pembagian dividen. Semakin tinggi laba, semakin (misalnya Menteri). Kesepakatan dapat terjadi antara
tinggi harga saham dan semakin besar dividen, maka wakil pemilik dengan manajemen, wakil pemilik dan
agen dianggap berhasil dan memiliki kinerja yang baik pihak manajemen dengan kreditur (Hastuti, 2015).
sehingga layak mendapat insentif yang tinggi, (Fauziah
2.4. Kepemilikan Asing
2017).
Foreign Ownership atau proporsi kepemilikan
2.2. Kinerja Keuangan
saham oleh pihak asing adalah jumlah saham
Kinerja keuangan adalah salah satu bentuk perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Perusahaan
penilaian dengan asas manfaat dan efesiensi dalam dengan kepemilikan asing akan cenderung melakukan
penggunaan anggaran keuangan. Melalui kinerja pengungkapan yang lebih luas dibandingkan dengan
keuangan, perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi dan perusahaan dengan kepemilikan domestik dengan
efektifitas dari aktivitas perusahaan pada periode waktu alasan:
tertentu. Kinerja keuangan juga berguna sebagai salah
1. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung
satu pertimbangan investor atau pihak external dalam
memiliki teknologi yang cukup, sehingga
menanamkan modalnya di perusahaan. Menurut
mendukung terciptanya sistem informasi

49
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

manajemen yang lebih efisien, sehingga lebih hukum, dan kondisi ekonomi di negara tersebut.
mudah memberi akses dalam sistem pengendalian Kedatangan perusahaan asing khususnya pada pasar
intern dan kebutuhan informasi bagi perusahaan negara berkembang diharapkan mampu meningkatkan
induknya kinerja perusahaan, dapat memperbaiki kondisi
perbankan secara keseluhan serta mampu
2. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung
meningkatkan stabilitas keuangan di pasar domestik.
memberikan pelatihan yang cukup bagi tenaganya
Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung
mengenai pekerjaan yang diberikan, kemungkinan
memiliki margin bunga, profitabilitas dan pembayaran
juga terdapat permintaan informasi yang lebih
pajak yang lebih tinggi dibandingkan bank domestik di
besar kepada perusahaan dengan kepemilikan
negara berkembang, sedangkan kebalikannya untuk
asing dari pelanggan, pemasok dan analisa
bank asing yang beroperasi di negara maju, (Sabrina
masyarakat (Luciana, 2008).
2015). Penelitian serupa yang dilakukan oleh (Al-
2.5. Kebijakan Hutang Kautsar 2012) menemukan adanya hubungan positif
dan signifikan antara kepemilikan asing terhadap
Kebijakan hutang bisa digunakan untuk profitabilitas sebagai indikator kinerja keuangan
menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun
perbankan, walaupun (Nugrahanti 2012) menyatakan
kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran
bahwa pengaruh tersebut adalah pengaruh yang negatif.
perusahaan (Taswan, 2012), Artinya perusahaan yang
besar relatif lebih mudah untuk mengakses ke pasar Perusahaan dengan kepemilikan manajerial sering
modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa diasosiasikan dengan buruknya kinerja seperti
perusahaan besar relatif lebih mudah untuk memenuhi profitabilitas yang rendah, tidak efisien, lambatnya
sumber dana dari hutang melalui pasar modal. produktivitas dan pertumbuhan serta risikorisiko yang
lebih besar yang dihadapi bank. Rendahnya kinerja
Kebijakan hutang sangat sensitif terhadap
bank pemerintah dibandingkan dengan pesaingnya
perubahan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi
khususnya dalam hal efisiensi dikarenakan pemerintah
hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada sebagai pemegang saham tidak memfokuskan
titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai pencapaian keuntungan yang maksimal sebagai tujuan
perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari
utamanya sehingga terjadi benturan kepentingan
penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang
dengan pihak manajemen bank. Hasil penelitian
ditimbulkannya. Kebijakan hutang bisa digunakan
sebelumnya mengenai efek kepemilikan manajerial
untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan,
terhadap kinerja yang dilakukan oleh (Mirza 2013),
namun kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran (Sabrina 2012) dan (Nugrahanti 2012) menemukan
perusahaan. Artinya, perusahaan yang besar relatif bahwasanya kepemilikan manajerial mempunyai
lebih mudah untuk akses ke pasar modal. Penelitian ini
pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
menggunakan istilah kebijakan hutang dengan Debt to
serta menyimpulkan adanya ketidak efisienan dan
Equity Ratio (DER), karena DER menunjukkan
penurunan kinerja pada perusahaan.
seberapa besar aset perusahaan diperoleh atau didanai
dengan hutang. DER juga menunjukkan risiko yang Kinerja keuangan perusahaan juga dipengaruhi
dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan hutang yang oleh kebijakan dividen, sebagaimana diungkapkan oleh
dimilikinya. Dengan demikian kebijakan hutang dapat (Fredi 2010), (Arumsari 2014) dan (Cabral 2018)
mempengaruhi nilai perusahaan, (Taswan, 2012). menemukan bahwa ada hubungan positif yang
signifikan antara kinerja perusahaan dan pembayaran
2.6. Kebijakan Deviden
dividen dari perusahaan sampel di Nigeria. Hasil
Kebijaksaan dividen adalah menentukan berapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebijakan
banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang dividen memiliki dampak positif terhadap kinerja
saham. Keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan, walaupun Bashir (2016) menyatakan
pemegang saham ini akan menentukan kesejahterahan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap
para pemegang saham yang merupakan tujuan utama kinerja keuangan.
perusahaan. Semakin besar deviden yang dibagikan
Sedangkan dalam hal kebijakan hutang Aarumsari
kepada pemegang saham, maka kinerja emiten atau (2014), Cabral (2018), dan Kristina menyatakan bahwa
perusahaan akan dianggap semakin baik pula dan pada kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan
akhirnya perusahaan yang memiliki kinerja manajerial
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kebijakan
yang baik dianggap menguntungkan dan tentunya
deviden juga perlu diperhatikan dalam mengendalikan
penilaian terhadap perusahaan tersebut akan semakin
tindakan manajer, pembagian deviden akan membuat
baik pula, yang biasanya tercermin melalui tingkat
mempunyai tambahan return selain dari capital gain.
harga saham perusahaan. Hal ini sejalan dengan Deviden juga membuat para pemegang saham
pendapat (Jogiyanto, 2010). mempunyai kepastian pendapatan dan mengurangi
2.7. Kerangka Berpikir agency cost of equity karena tindakan perquisites yang
dilakukan manajemen terhadap cash flow perusahaan
Perusahaan dengan kepemilikan asing yang baru seiring dengan menurunnya biaya monitoring karena
beroperasi di suatu negara (host country) akan pemegang saham yakin bahwa kebijakan manajemen
beradaptasi terhadap perbedaan bahasa, regulasi, akan menguntungkan dirinya (Wiagustini, 2010).

50
Determinan Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (Esthi Nur
WA, Mukhzarudfa, Yudi)

Adapun bagan kerangka berpikir dalam 3.2. Operasional Variabel Penelitian


penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang
menjelaskan atau memengaruhi variabel lain. Variabel
Kepemilikan manajerial
independen adalah varibel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik secara positif maunpun negatif
Kepemilikan asing
Kinerja (Sekaran, 2017). Variabel independen (bebas) dalam
keuangan penelitian ini adalah kepemilikan manajerial,
Kebijakan hutang kepemilikan asing, kebijakan deviden dan kebijakan
hutang.
Kebijakan deviden
Variabel dependen merupakan variabel yang
Sumber: diolah sendiri diukur, diprediksi atau dipantau dan diharapkan
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir dipengaruhi oleh manipulasi variabel Independen
(Cooper & Schindler, 2017). Variabel terikat adalah
variabel yang menjadi perhatian utama peneliti
2.8. Hipotesis (Sekaran, 2017). Variabel dependen dalam penelitian
H1 : Kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ini adalah kinerja keuangan.
kebijakan hutang, dan kebijakan deviden secara 3.3. Metode Analisis
bersama-sama berpengaruh positif terhadap Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
kinerja keuangan perusahaan BUMN di Indonesia. ini adalah dengan metode Regresi linier berganda. Hal
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh Positif ini digunakan untuk melihat elastisitas Variabel
terhadap kinerja keuangan perusahaan BUMN di Independen terhadap Variabel Dependen Penelitian ini.
Indonesia. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan BUMN digunakan
H3 : Kepemilikan Asing Berpengaruh Positif Terhadap persamaan regresi linier berganda (multiple linear
kinerja keuangan perusahaan BUMN di Indonesia. regression). Variabel terikat (dependent variable)
H4 : Kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
kinerja keuangan perusahaan BUMN di Indonesia. perusahaan BUMN dan sebagai variabel bebas
(independent variable) adalah kepemilikan manajerial,
H5 : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kepemilikan asing, kebijakan hutang, dan kebijakan
kinerja keuangan perusahaan BUMN di Indonesia. dividen. Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
3. METODE PENELITIAN
Y = a + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4X4 +e
3.1. Populasi dan Sampel
Di mana:
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini Y = Kinerja Keuangan
adalah semua perusahaan BUMN. Berdasarkan data α = Konstanta
yang dirilis oleh BUMN (bumn.go.id), pada tahun 2018 β1-β4 = Koefisien Regresi
tercatat 115 perusahaan BUMN. Sampel adalah X1 = Kepemilikan manajerial
sebagian dari populasi (Sekaran, 2017) sampel X2 = Kepemilikan asing
merupakan sebagian atau wakil dari jumlah dan X3 = Kebijakan hutang
karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti, X4 = Kebijakan deviden
penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah e = Prinsip Error Term
populasi yang banyak memerlukan Teknik sampling
yang tepat. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan 4.1. Statistik Deskriptif
pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria-kriteria Hasil analisis deskriptif dari variabel-variabel
tersebut adalah sebagai berikut: penelitian ini yang diolah dengan menggunakan SPSS
1. Melaporkan Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan 23 adalah sebagai berikut:
Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif
2. Laporan keuangan perusahaan sudah di audit.
N Min Max Mean Std. Dev
3. Perusahaan tersebut sudah berstatus (Persero)
Tbk, dan Persero. X1 48 ,02 13,87 2,6621 3,36454
X2 48 1,07 46,44 20,5331 12,96831
Berdasarkan kriteria sampel yang ditetapkan, dari X3 48 ,39 11,85 3,2413 2,62218
115 Perusahaan BUMN pada tahun 2018 hanya 16 X4 48 -7,65 75,00 25,4515 18,18610
peusahaan yang memenuhi kriteria sampel.
Y1 48 -5,67 16,50 4,3700 4,23766
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

51
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

1. Data kepemilikan manajerial tersebut dapat dilihat penelitian ini memiliki nilai debt equity ratio
bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 2,6621 tertinggi sebesar 11,85 dari nilai kebijakan
dengan deviasi standar 3,36454. Dengan demikian hutang. Sedangkan nilai minimum sebesar 0,39,
dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan
besar dari pada nilai rata-rata. Hal ini didalam penelitian ini memiliki kebijakan hutang
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan terendah sebesar 0,39.
manajerial yang digunakan oleh penelitian ini 4. Data kebijakan deviden tersebut dapat dilihat
bervariasi. Nilai rata-rata kepemilikan manajerial bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 25,4515
sebesar 2,6621 lebih mendekati kearah nilai dengan deviasi standar 18,18610. Dengan
minimum, sehingga nilai rata-rata kepemilikan demikian dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi
manajerial sebesar 2,6621 menunjukkan bahwa lebih kecil dari pada nilai rata-rata. Hal ini
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel kebijakan deviden
ini rata-rata menggunakan kepemilikan manajerial yang digunakan oleh penelitian ini tidak
2,67 dari struktur kepemilikan perusahaan. bervariasi. Nilai rata-rata kebijakan deviden
kepemilikan manajerial mempunyai nilai sebesar 25,4515 lebih mendekati kearah nilai
maksimum 13,87, hal ini mengindikasikan bahwa minumum, sehingga nilai rata-rata kebijakan
perusahaan di dalam penelitian ini memiliki nilai deviden sebesar 25,4515 menunjukkan bahwa
kepemilikan tertinggi sebesar 13,87 dari nilai perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian
struktur kepemilikan. Sedangkan nilai minimum ini rata-rata menggunakan deviden payout ratio
sebesar 0,02, hal ini mengindikasikan bahwa 25,45 dari kebijakan deviden perusahaan.
perusahaan didalam penelitian ini memiliki Kebijakan deviden mempunyai nilai maksimum
struktur kepemilikan terendah sebesar 0,02. 75,00, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan
2. Data kepemilikan asing tersebut dapat dilihat di dalam penelitian ini memiliki nilai payout ratio
bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 20,5331 tertinggi sebesar 75,00 dari nilai kebijakan
dengan deviasi standar 12,96831. Dengan deviden. Sedangkan nilai minimum sebesar -7,65,
demikian dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan
lebih kecil dari pada nilai rata-rata. Hal ini didalam penelitian ini memiliki kebijakan deviden
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan asing terendah sebesar -7,65.
yang digunakan oleh penelitian ini tidak 5. Data kinerja keuangan tersebut dapat dilihat
bervariasi. Nilai rata-rata kepemilikan asing bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 4,3700
sebesar 20,5331 berada ditengah antara nilai dengan standar deviasi 4,23766, nilai standar
maksmimum dan nilai minumum, sehingga nilai deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata
rata-rata kepemilikan asing sebesar 20,5331 menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi yang menjadi sampel penelitian ini tidak
sampel dalam penelitian ini rata-rata bervariasi. Nilai rata-rata kinerja keuangan
menggunakan kepemilikan asing 20,53 dari sebesar 4,3700 lebih mendekati kearah minimum,
struktur kepemilikan perusahaan. Kepemilikan sehingga nilai rata-rata kinerja keuangan dalam
asing mempunyai nilai maksimum 46,44, hal ini sampel penelitian ini tidak cukup baik. Nilai rata-
mengindikasikan bahwa perusahaan di dalam rata kinerja keuangan sebesar 4,3700
penelitian ini memiliki nilai kepemilikan tertinggi menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi
sebesar 46,44 dari nilai struktur kepemilikan. sampel dalam penelitian ini rata-rata mampu
Sedangkan nilai minimum sebesar 1,07, hal ini menghasilkan return on asset sebesar Rp4,37 dari
mengindikasikan bahwa perusahaan didalam setiap Rp1 setiap pendapatan. Kinerja keuangan
penelitian ini memiliki struktur kepemilikan mempunyai nilai maksimum sebesar 16,50, hal ini
terendah sebesar 1,07. mengindikasikan bahwa perusahaan BUMN
3. Data kebijakan hutang tersebut dapat dilihat didalam penelitian ini mampu menghasilkan
bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 3,2413 return on asset sebesar Rp16,50 dari setiap Rp1
dengan deviasi standar 2,62218. Dengan demikian pendapatan. Kinerja keuangan yang tinggi
dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih dikarenakan perusahaan mampu menghasilkan
kecil dari pada nilai rata-rata. Hal ini pendapatan yang tinggi dengan beban yang
menunjukkan bahwa variabel kebijakan hutang rendah. Sedangkan nilai minimum sebesar -5,67,
yang digunakan oleh penelitian ini tidak hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan
bervariasi. Nilai rata-rata kebijakan hutang BUMN didalam penelitian ini menghasilkan
sebesar 3,2413 lebih mendekati kearah nilai return on asset bernilai negatif, hal ini disebabkan
minimum, sehingga nilai rata-rata kebijakan karena pendapatan perusahaan yang kecil
hutang sebesar 3,2413 menunjukkan bahwa sehingga tidak mampu menutupi beban
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan yan
ini rata-rata menggunakan debt equity ratio 3,24 kecil dikarenakan perusahaan mengalami
dari kebijakan hutang perusahaan. Kebijakan penurunan asset yang signifikan pada tahun
hutang mempunyai nilai maksimum 11,85, hal ini tersebut.
mengindikasikan bahwa perusahaan di dalam

52
Determinan Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (Esthi Nur
WA, Mukhzarudfa, Yudi)

4.2. Uji Asumsi Klasik tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan
4.2.1. Uji Normalitas Durbin-Watson d StatisticTest (DW test), Runs Test,
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah Lagrange Multiplier Test (LM test), Statistics Q Test
data kontinu berdistribusi normal atau tidak. Sehingga (Ghozali, 2016).
apabila data kontinu telah berdistribusi normal maka
bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya yakni uji validitas, Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi
uji-t, korelasi dan regresi dapat dilaksanakan. Adjusted Std. Error
R Durbin-
Model R R of the
Square Watson
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Square Estimate
1 ,790a ,624 ,589 2,71684 1,030
Standardized Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
Residual
N 48
Normal Mean ,0000000 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa
Parametersa,b Std. Dev 2,59866155 nilai Durbin-Watson sebesar 1,030. Adapun DU untuk
Absolute ,083 jumlah variabel independen (K=4) dengan jumlah
Most Extreme
Positive ,083
Differences sampel (N=48 perusahaan) adalah sebesar 1,7206.
Negative -,081
Test Statistic ,083 Kriteria agar terbebas dari gejala autokorelasi adalah
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200 DU < DW < 4-DU (Ghozali, 2016). Oleh karena itu,
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS penelitian ini terkena gejala autokorelasi, karena 1,7206
> 1,030 < 4-1,7206.
Tabel di atas terlihat bahwa nilai Asymp.Sig.
Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,200. Nilai sig Karena terkena gejala autokorelasi maka
ini lebih besar dari tingkat signifikasi yang di tentukan penelitian ini menggunakan uji Runs Test pada Uji
yaitu sebesar 0,05 (a=5%), sehingga dapat disimpulkan Autokorelasi. Runs Test adalah bagian dari statistik
data dalam model regresi telah terdistribusi secara non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji
normal, dengan demikian model penelitian dinyatakan apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika
telah memenuhi asumsi normalitas dan dapat antar residual tidak terdapat hubungan korelasi makan
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
Runs test digunakan untuk melihat apakah data residual
4.2.2. Uji Multikolinearitas terjadi secara random atau tidak (sistematis) (Ghozali,
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji 2016).
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi Tabel 5. Hasil Uji Runs Test
antar variabel bebas (independen). Jika ditemukan
korelasi antar variabel independen, maka adanya Unstandardized
masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik Tolerance Residual
seharusnya tidak menimbulkan masalah Test Valuea -,41403
multikolinearitas (Ghozali, 2016). Cases < Test Value 24
Cases >= Test Value 24
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Total Cases 48
Number of Runs 20
Model Tolerance VIF Z -1,313
Asymp. Sig. (2-tailed) ,189
1 (Constant) Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

X1 ,580 1,724
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
X2 ,764 1,310
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,189 lebih besar >
X3 ,754 1,327 dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
X4 ,730 1,369
tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
4.2.4. Uji Heterokedastisitas
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa semua Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
varibel independen mempunyai nilai tolerance di atas apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
0,10 dan nilai VIF di bawah nilai 10, maka dapat residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Ghozali
disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terdapat (2016) menyatakan bahwa jika varian data residual satu
multikolinearitas. pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
4.2.3. Uji Autokorelasi homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui yang homokedastisitas atau tidak terjadi
apakah pengujian pada model regresi linier terdapat heteroskedastisitas.
atau tidak penyimpangan korelasi pada periode t dan
periode t-1 (sebelumnya). Regresi yang bebas dari
autokorelasi adalah model regresi yang baik. Konsep
yang digunakan untuk mendeteksi terdapat atau

53
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

mengakibatkan naiknya variabel kinerja keuangan


(Y) sebesar -0,174. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan kepemilikan manajerial maka akan terjadi
kenaikan pada kinerja keuangan sebesar -0,174.
3. Koefisien regresi variabel kepemilikan asing (X2)
bernilai positif sebesar 0,040, artinya jika
kepemilikan asing sebesar 1, maka kinerja
keuangan (Y) akan mengalami peningkatan
sebesar 0,040 satuan dengan asumsi variabel
independen lainnya tetap. Apabila nilai
kepemilikan asing (X2) meningkat sebesar satu
satuan akan mengakibatkan naiknya variabel
kinerja keuangan (Y) sebesar 0,040. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan kepemilikan asing
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS maka akan terjadi kenaikan pada kinerja keuangan
sebesar 0,040.
4. Koefisien regresi variabel kebijakan hutang (X3)
Gambar 2. Hasil Uji Heterokedastisitas bernilai negatif sebesar -0,614, artinya jika
Berdasarkan grafik scatterplot diatas tampak kebijakan hutang sebesar 1, maka kinerja
bahwa pola sebaran data tidak membentuk pola keuangan (Y) akan mengalami penurunan sebesar
tertentu, titik-titik data menyebar di atas dan di bawah -0,614 satuan dengan asumsi variabel independen
angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa lainnya tetap. Apabila nilai kebijakan hutang (X3)
tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi. menurun sebesar satu satuan akan mengakibatkan
naiknya variabel kinerja keuangan (Y) sebesar -
4.3. Uji Regresi Berganda 0,614. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
Tabel 6. Hasil Uji Regresi Berganda kebijakan hutang maka akan terjadi kenaikan pada
kinerja keuangan sebesar -0,614.
Coefficientsa 5. Koefisien regresi variabel kebijakan deviden (X4)
Standar bernilai positif sebesar 0,162, artinya jika
Unstandardiz
dized
ed kebijakan deviden sebesar 1, maka kinerja
Coeffici
Model Coefficients
ents
T Sig. keuangan (Y) akan mengalami peningkatan
Std.
sebesar 0,162 satuan dengan asumsi variabel
B Beta independen lainnya tetap. Apabila nilai kebijakan
Error
(Cost deviden (X4) meningkat sebesar satu satuan akan
1,874 ,933 2,009 ,051 mengakibatkan naiknya variabel kinerja keuangan
ant)
X1 -,174 ,155 -,138 -1,123 ,268 (Y) sebesar 0,162. Hal ini menunjukkan bahwa
1 dengan kebijakan deviden maka akan terjadi
X2 ,040 ,035 ,122 1,140 ,261
X3 -,614 ,174 -,380 -3,526 ,001 kenaikan pada kinerja keuangan sebesar 0,162.
X4 ,162 ,025 ,696 6,363 ,000
4.4. Uji Hipotesis
a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk membuktikan
tabel diatas, maka didapatkan model persamaan regresi pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap
sebagai berikut: variabel terikat.
Tabel 7. Hasil Uji t
Kinerja Keuangan (Y) = Y= 1,874 – 0,174X1 + 0,040
X2 – 0,614 X3 + 0,162 X4 + e Coefficientsa
Standar
Unstandardiz
Penjelasan persamaan di atas akan dijelaskan dized
ed
sebagai berikut: Coeffici
Model Coefficients T Sig.
ents
1. Konstanta sebesar 1,874 memberikan arti bahwa Std.
apabila kepemilikan manajerial, kepemilikan B Beta
Error
asing, kebijakan hutang dan kebijakan deviden (Cost
diasumsikan sebesar 0, maka kinerja keuangan ,796 ,304 2,622 ,013
ant)
(Y) secara konstran bernilai sebesar 1,874. X1 ,229 ,063 ,312 3,599 ,001
1
2. Koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial X2 ,158 ,062 ,250 2,568 0,14
(X1) bernilai negatif sebesar -0,174, artinya jika X3 ,002 ,059 ,003 ,037 ,971
kepemilikan manajerial sebesar 1, maka kinerja X4 ,131 ,052 ,225 2,503 0,17
keuangan (Y) akan mengalami penurunan sebesar a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan
-0,174 satuan dengan asumsi variabel independen Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS
lainnya tetap. Apabila nilai kepemilikan
manajerial (X1) menurun sebesar satu satuan akan

54
Determinan Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (Esthi Nur
WA, Mukhzarudfa, Yudi)

Pengujian hipotesis pengaruh variabel ini, sehingga dapat dinyatakan memiliki koefisien
kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan pada determinasi yang kuat.
tabel di atas diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,268
4.6. Pembahasan
dengan nilai t-hitung sebesar -1,123 (negatif) dan nilai
signifikansi ini lebih besar dari 0,05 (α = 5%) atau 4.6.1. Pengaruh Kepemilkan Manjaerial, Kepemilikan
(0,268 > 0,05), maka H2 ditolak yang berarti bahwa Asing, Kebijakan Hutang dan Kebijakan
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap Deviden Terhadap Kinerja Keuangan
kinerja keuangan.
Hasil pengujian hipotesis (1), menunjukkan
Pengujian hipotesis pengaruh variabel bahwa variabel kepemilkan manjaerial, kepemilikan
kepemilikan asing terhadap kinerja keuangan pada tabel asing, kebijakan hutang dan kebijakan deviden dalam
4.8 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,261 dengan penelitian ini secara simultan (bersama-sama)
nilai t-hitung sebesar 1,140 (positif) dan nilai berpengaruh terhadap variabel kinerja keuangan, dan
signifikansi ini lebih besar dari 0,05 atau (0,261 > ditunjukan dengan hasil uji F dengan nilai (0,000)
0,05), maka H3 ditolak yang berarti bahwa kepemilikan Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05.
asing tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. berarti, dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
kepemilkan manjaerial, kepemilikan asing, kebijakan
Pengujian hipotesis pengaruh variabel kebijakan
hutang dan kebijakan deviden dalam penelitian ini
hutang terhadap kinerja keuangan pada tabel 4.8
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap
diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,001 dengan
kinerja keuangan pada perusahaan BUMN di Indonesia,
nilai t-hitung sebesar -3,526 (negatif) dan nilai
sehingga hipotesis pertama (H1) diterima.
signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 atau (0,001 < 0,05),
maka H4 diterima yang berarti bahwa kebijakan hutang Hasil analisis data diperoleh koefisien determinasi
berpengaruh terhadap kinerja keuangan. simultan (R Square) sebesar 0,624. Dengan demikian
menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-
Pengujian hipotesis pengaruh variabel kebijakan
sama mempengaruhi variabel terikat sebesar 62,4%.
deviden terhadap kinerja keuangan pada tabel 4.8
Hal ini berarti 62,4% kinerja keuangan (Y) dapat
diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000 dengan
dijelaskan oleh variabel kepemilikan manajerial (X1),
nilai t-hitung sebesar 6,363 (positif) dan nilai
kepemilikan asing (X2), kebijakan hutang (X3), dan
signifikansi ini lebih kecil dari 0,05 atau (0,000 < 0,05),
kebijakan deviden (X4) sedangkan sisanya (100% -
maka H5 diterima yang berarti bahwa kebijakan
62,4% = 37,6%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain
deviden berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
4.5. Uji Koefisien Determinasi
Hasil ini sejalan dengan penelitian Yuni Kusuma
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa Arumsari (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi manajerial, kebijakan utang, kebijakan dividen
variabel pertumbuhan laba. Nilai koefisien determinasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Sejalan dengan
antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati satu berarti penelitian Farah Nur Sabrina (2015) yang menyatakan
variabel independen penelitian memberikan hampir bahwa kepemilikan asing mempunyai pengaruh positif
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi dan signifikan terhadap ROA. Sejalan dengan
variasi variabel pertumbuhan laba. Hasil koefisien penelitian Muslim Kautsar (2012) yang menyatakan
determinasi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: bahwa struktur kepemilikan dan tata kelola perusahaan
secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja
Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi keuangan BUMN yang berkantor pusat di Jawa Barat
dengan pengaruh 78,3%. Sementara sebagian
Model Summaryb menunjukkan struktur kepemilikan dan tata kelola
R Adjusted R perusahaan, masing-masing memiliki dampak positif
Model R Square Square Std. Error of the Estimate
pada kinerja keuangan.
a
1 ,790 ,624 ,589 2,71684
Sejalan dengen teori agensi bahwa investor
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1 menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya
b. Dependent Variable: Y dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan,
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi
dividen dari tiap saham yang mereka miliki. Sedangkan
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R-Square
agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan
sebesar 0,624. Ini berarti bahwa kemampuan
pemberian kompensasi/bonus/insentif yang memadai
kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, kebijakan
dan sebesar-besarnya atas kinerja yang telah mereka
hutang, dan kebijakan deviden terhadap kinerja
lakukan. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan
keuangan sebesar 62,4%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan
kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, kebijakan
pada pembagian dividen. Semakin tinggi laba, semakin
hutang, dan kebijakan deviden terhadap kinerja
tinggi harga saham dan semakin besar dividen, maka
keuangan dipengaruhi sebesar 62,4% sedangkan
agen dianggap berhasil dan memiliki kinerja yang baik
sisanya 37,6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel yang tidak dimasukkan dalam model penelitian

55
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

sehingga layak mendapat insentif yang tinggi, (Fauziah keputusan diperusahaan, sehingga tidak mempengaruhi
2017). nilai perusahaan. Rasa memiliki manajer atas
perusahaan sebagai pemegang saham tidak cukup
Hasil ini sejalan dengan pemikiran yang dibangun
mampu membuat perbedaan dalam pencapaian kinerja
bahwa Semakin besar kepemilikan saham oleh
dibanding-kan dengan manajer murni sebagai tenaga
manajemen, maka laba semakin kuat karena
professional yang digaji perusahaan (Christiawan dan
kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan
Tarigan, 2007).
penggunaan sumber daya. Semakin besar kepemilikan
asing maka semakin efisien fungsi monitoring terhadap Rerata kepemilikan manajerial dalam sampel ini
manajemen dalam pemanfaatan asset perusahaan. sangat rendah yaitu 2,67%, sehingga kinerja manajer
Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat resiko sebagai pihak minoritas belum optimal. Dengan hasil
atas arus pendapatan perusahaan, yang mana yang demikian diartikan bahwa kepemilikan manajerial
pendapatan dipengaruhi faktor eksternal sedangkan dalam penelitian ini tidak mampu mempengaruhi
hutang menimbulkan beban tetap tanpa memperdulikan kinerja keuangan. Dikarenakan tidak cukup dominan
besarnya pendapatan, oleh karena itu, penambahan perannya dalam perusahaan. Ketidakmampuan
hutang berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan. kepemilikan manajerial dalam mempengaruhi kinerja
Sedangkan jika perusahaan meningkatkan pembayaran keuangan dapat menimbulkan biaya agensi (agency
deviden, mungkin diartikan oleh pemodal sebagai cost). Semestinya kepemilikan saham merupakan
sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya mekanisme internal yang mendorong pengawasan
kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga terhadap para manajer sehingga dapat menekan biaya
kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap kinerja agensi (agency cost) (Rahmadiyani, 2012).
perusahaan.
Aryani (2011) menyatakan bahwa: “Struktur
4.6.2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk
Kinerja Keuangan mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang
saham jadi agency problem dapat dikurangi dengan
Hasil analisis data diperoleh nilai uji t (thitung)
adanya struktur kepemilikan. Diantaranya struktur
kepemilikan manajerial (X1) = -1,123, signifikansi =
kepemilikan meliputi struktur kepemilikan BUMN,
0,268 dan standar coefficients = -0,138 (-13,8%).
kepemilikan terkonsentrasi, kepemilkan asing dan
Karena nilai thitung < dari ttabel (-1,123 < 2,017) dan
kepemilikan pemerintah. Dengan tingkat kepemilikan
nilai signifikansi yang diperoleh 0,268 > 0,05,
manajerial yang sangat rendah maka terjadilan agency
menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh tidak
problem sehingga tidak mampu mempengaruhi kinerja
signifikan, maka hipotesis kedua (H2) dengan Ha
keuangan.
ditolak. Artinya kepemilikan manajerial (X1) tidak
berpengaruh karena hanya memiliki pengaruh sebesar - 4.6.3. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja
13,8% terhadap kinerja keuangan (Y) pada Perusahaan Keuangan
BUMN di Indonesia.
Hasil analisis data diperoleh nilai uji t (thitung)
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan asing (X2) = 1,140, signifikansi = 0,261
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh dan standar coefficients = 0,122 (12,2%). Karena nilai
modal saham perusahaan yang dikelola. Indikator yang thitung < dari ttabel (1,140 < 2,017) dan nilai
digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial signifikansi yang diperoleh 0,261 > 0,05, menunjukkan
adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak bahwa nilai t yang diperoleh tidak signifikan, maka
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang hipotesis ketiga (H3) dengan Ha ditolak. Artinya
beredar (Mardiyati, 2012) atau merupakan persentase kepemilikan asing (X2) tidak berpengaruh karena
saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif hanya memiliki pengaruh sebesar 12,2% terhadap
ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan kinerja keuangan (Y) pada Perusahaan BUMN di
(komisaris dan direksi). Kepemilikan dalam BUMN Indonesia.
mempunyai artian khusus bahwa pemiliknya tidak
Ketidakmampuan variabel kepemilikan asing
dapat mengontrol secara langsung perusahaannya.
dalam mempengaruhi kinerja keuangan disebabkan
Pemilik hanya diwakili oleh pejabat yang ditunjuk
oleh beberapa faktor. Hasil temuan ini diperkuat dari
(misalnya Menteri). Kesepakatan dapat terjadi antara
data sampel yang mana sebanyak 115 perusahaan
wakil pemilik dengan manajemen, wakil pemilik dan
BUMN yang memiliki kepemilikan asing hanya sebesar
pihak manajemen dengan kreditur (Hastuti, 2015).
16 perusahaan yang memenuhi syarat. Selain itu,
Hasil ini sejalan dengan penelitian Yeterina Widi meskipun rata-rata kepemilikan asing sebesar 20,53%,
Nugrahanti (2012) yang menyatakan bahwa proporsi yang cukup besar ini ternyata belum mampu
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja
kinerja perusahaan. Penolakan hipotesis ini keuangan perusahaan. Hal ini bisa dimungkinkan
kemungkinan terjadi dikarenakan kepemilikan karena investor asing yang menanamkan sahamnya
manajerial terlalu rendah sehingga kinerja manajer pada perusahaan tidak ikut serta dalam pengambilan
dalam mengelola perusahaan kurang optimal dan keputusan perusahaan. Pengambilan keputusan yang
manajer sebagai pemegang saham minoritas belum dilakukan oleh perusahaan sudah diwakilkan dan
dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu dilindungi dewan komisaris selaku pengawas

56
Determinan Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (Esthi Nur
WA, Mukhzarudfa, Yudi)

perusahaan sehingga, tidak adanya pengaruh hutang menimbulkan beban tetap tanpa memperdulikan
kepemilikan asing terhadap kinerja perusahaan. Hal ini besarnya pendapatan. Jensen dan Meckling (1976)
juga dikarenakan ada batasan tentang peraturan menyatakan bahwa dengan hutang maka perusahaan
kepemilikan saham asing di perusahaan-perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga dan
BUMN. Meski mayoritas saham publiknya dikuasi oleh pokok pinjaman. Kebijakan utang akan memberikan
asing, selagi saham pemerintah di emiten BUMN masih dampak pada pendisiplinan bagi manajer untuk
diatas 50%, pengendalian sepenuhnya masih ditangan mengoptimalkan penggunaan dana yang ada. Semakin
pemerintah. besar hutang, semakin besar timbulnya kemungkinan
terjadinya perusahaan tidak mampu membayar
Hasil ini sejalan dengan penelitian Evada Dewata,
kewajiban berupa bunga dan pokoknya.
Hadi Jauhari, Yuliana Sari, dan Eka Jumarni (2018)
yang menyatakan bahwa kepemilikan asing tidak Resiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sejalan bunga akan meningkat lebih tinggi dari pada
dengan penelitian Nursakinah Bina Rahmawati dan Rr. penghematan pajak. Penelitian yang dilakukan
Sri Handayani (2017) kepemilikan asing (foreign) memberikan hasil dimana kebijakan hutang
sebagai variabel kontrol tidak memiliki pengaruh berpengaruh negative dan signifikan terhadap kinerja
terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut dikarenakan perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
komposisi kepemilikan saham asing yang rendah dilakukan (Ismiyanti dan Hanafi, 2003) menyebutkan
sehingga tidak berpengaruh terhadap kinerja bahwa kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif,
perusahaan. karena penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penurunan deviden yang mana sebagian
Hasil ini tidak sejalan dengan teori keagenan
besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan
dimana teori keagenan menyatakan bahwa semakin
penulasan hutang.
menyebar kepemilikan saham perusahaan, perusahaan
diekspektasikan akan mengungkapkan informasi lebih 4.6.5. Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Kinerja
banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya Keuangan
keagenan. Konflik keagenan semakin besar bagi
Hasil analisis data diperoleh nilai uji t (thitung)
perusahaan yang memiliki penyebaran kepemilikan
kebijakan deviden (X4) = 6,363, signifikansi = 0,00 dan
saham perusahaan. Beberapa penelitian oleh Chau dan
standar coefficients = 0,696 (69,6%). Karena nilai
Gray, 2002; Eng dan Mak, 2003; dan Ghazali dan
thitung < dari ttabel (6,363 > 2,017) dan nilai
Weetman, 2006, (Luciana,2008) menunjukkan bahwa
signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05, menunjukkan
struktur kepemilikan mempengaruhi pengungkapan
bahwa nilai t yang diperoleh signifikan, maka hipotesis
yang dilakukan oleh perusahaan.
kelima (H5) dengan Ha diterima. Artinya kebijakan
4.6.4. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kinerja hutang (X4) berpengaruh positif karena memiliki
Keuangan pengaruh sebesar 69,6% terhadap kinerja keuangan (Y)
pada Perusahaan BUMN di Indonesia.
Hasil analisis data diperoleh nilai uji t (thitung)
kebijakan hutang (X3) = -3,526, signifikansi = 0,001 Hasil ini sejalan dengan penelitian Yuni Kusuma
dan standar coefficients = -0,380 (38%). Karena nilai Arumsari (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan
thitung < dari ttabel (3,526 > 2,017) dan nilai deviden berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
signifikansi yang diperoleh 0,001 < 0,05, menunjukkan Sejalan dengan penelitian Mateus Xavier Da Costa
bahwa nilai t yang diperoleh signifikan, maka hipotesis Cabral (2018) menyatakan bahwa kebijakan deviden
keempat (H4) dengan Ha diterima. Artinya kebijakan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hasil
hutang (X3) berpengaruh negatif karena memiliki temuan ini diperkuat dari data statistik dimana rata-rata
pengaruh sebesar 38% terhadap kinerja keuangan (Y) kebijakan deviden lebih besar dari variabel lain yakni
pada Perusahaan BUMN di Indonesia. sebesar 25,45% yang dimungkinkan dapat
mempengaruhi kinerja keuangan.
Kebijakan hutang bisa digunakan untuk
menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan, namun Kebijakan deviden menentukan berapa banyak
kebijakan hutang juga tergantung dari ukuran keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham.
perusahaan. Artinya, perusahaan yang besar relatif Keuntungan yang akan diperoleh oleh pemegang saham
lebih mudah untuk akses ke pasar modal. Penelitian ini ini akan menentukan kesejahterahan para pemegang
menggunakan istilah kebijakan hutang dengan Debt to saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
Equity Ratio (DER), karena DER menunjukkan Semakin besar deviden yang dibagikan kepada
seberapa besar aset perusahaan diperoleh atau didanai pemegang saham, maka kinerja emiten atau perusahaan
dengan hutang. DER juga menunjukkan risiko yang akan dianggap semakin baik pula dan pada akhirnya
dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan hutang yang perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang baik
dimilikinya. Dengan demikian kebijakan hutang dapat dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian
mempengaruhi nilai perusahaan, (Taswan, 2012). terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik pula,
yang biasanya tercermin melalui tingkat harga saham
Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat
perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat
resiko atas arus pendapatan perusahaan, yang mana
(Jogiyanto, 2010) yang menganggap bahwa deviden
pendapatan dipengaruhi faktor eksternal sedangkan
nampaknya memiliki atau mengandung informasi

57
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

(Information content of dividend) atau sebagai isyarat 2. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
prospek perusahaan. kinerja keuangan pada perusahaan BUMN di
Indonesia. kepemilikan manajerial terlalu rendah
Dividen Payout Ratio (DPR) adalah besarnya
sehingga kinerja manajer dalam mengelola
presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan
perusahaan kurang optimal dan manajer sebagai
sebagai dividen pemegang saham (Sudana, 2015).
pemegang saham minoritas belum dapat
menyatakan bahwa Dividend Payout Ratio (DPR)
berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan
adalah persentase dari laba bersih yang akan
diperusahaan, sehingga tidak mempengaruhi nilai
dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang
perusahaan.
saham Dividend payout ratio (DPR) merupakan
perbandingan antara Dividend per share (DPS) dengan 3. Kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap
earnings per share (EPS) (Brigham dan Houston, 2011). kinerja keuangan pada perusahaan BUMN di
Pada dasarnya, laba bersih perusahaan atau ditahan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan komposisi
dalam bentuk laba ditahan untuk membiayai investasi kepemilikan saham asing yang rendah sehingga
perusahaan. tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Selain itu dikarenakan investor asing yang
Apabila perusahaan meningkatkan pembayaran
menanamkan sahamnya pada perusahaan tidak ikut
deviden, mungkin diartikan oleh pemodal sebagai
serta dalam pengambilan keputusan perusahaan.
sinyal harapan manajemen tentang akan membaiknya
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga
perusahaan sudah diwakilkan dan dilindungi dewan
kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap kinerja
komisaris selaku pengawas perusahaan sehingga,
perusahaan.
tidak adanya pengaruh kepemilikan asing terhadap
Sunariyah, 2003. Teori kebijakan deviden kinerja perusahaan.
mengkaji tentang dampak penentuan besarnya alokasi
4. Kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap
laba pada deviden dan laba ditahan terhadap nilai pasar
kinerja keuangan pada perusahaan BUMN di
saham yang berlaku. Ini berarti investor dihadapkan
Indonesia. Penambahan hutang akan meningkatkan
pada dua pilihan apakah hasil pengembalian deviden
kinerja perusahaan, hai ini desebabkan karena
diberikan dalam bentuk tunai atau dalam bentuk
investor memandang bahwa jika perusahaan
pertumbuhan modal (capital again), sehingga investor
manambah hutangnya maka perusahaan tersebut
mendapatkan capital again karna nilai saham
mampu memenuhi kewajibannya dan memiliki
meningkat.
tujuan yang baik dimasa depannya. Karena
kemampuan perusahaan dalam membayar
hutangnya hal ini akan menarik lebih banyak
5. SIMPULAN DAN SARAN investor untuk menanamkan sahamnya pada
5.1. Simpulan perusahaan tersebut. Menambah kebijakan hutang
pada perusahaan BUMN ini juga dapat digunakan
1. Secara bersama sama kepemilikan manajerial, sebagai modal, sehingga perusahaan lebih mampu
kepemilikan asing, kebijakan hutang dan kebijakan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya
deviden berpengaruh positif terhadap kinerja yang dimiliki, tujuan dari pengelolaan dan
keuangan pada perusahaan BUMN di Indonesia. pengendalian tersebut adalah untuk mencatatkan
Hasil ini sejalan dengan pemikiran yang dibangun keuntungan bagi perusahaan.
bahwa Semakin besar kepemilikan saham oleh
manajemen laba semakin kuat kecenderungan 5. Kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap
manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan kinerja keuangan pada perusahaan BUMN di
sumber daya. Semakin besar kepemilikan asing Indonesia. Kebijakan deviden menentukan berapa
maka semakin efisien fungsi monitoring terhadap banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang
manajemen dalam pemanfaatan asset perusahaan. saham. Keuntungan yang akan diperoleh oleh
Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat pemegang saham ini akan menentukan
resiko atas arus pendapatan perusahaan, yang mana kesejahterahan para pemegang saham yang
pendapatan dipengaruhi faktor eksternal sedangkan merupakan tujuan utama perusahaan. Semakin besar
hutang menimbulkan beban tetap tanpa deviden yang dibagikan kepada pemegang saham,
memperdulikan besarnya pendapatan, oleh karena maka kinerja emiten atau perusahaan akan dianggap
itu, penambahan hutang berpengaruh negatif semakin baik pula dan pada akhirnya perusahaan
terhadap kinerja keuangan. Sedangkan jika yang memiliki kinerja manajerial yang baik
perusahaan meningkatkan pembayaran deviden, dianggap menguntungkan dan tentunya penilaian
mungkin diartikan oleh pemodal sebagai sinyal terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik
harapan manajemen tentang akan membaiknya pula, yang biasanya tercermin melalui tingkat harga
kinerja perusahaan di masa yang akan datang. saham perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sehingga kebijakan deviden memiliki pengaruh (Jogiyanto, 1998) yang menganggap bahwa deviden
terhadap kinerja perusahaan. nampaknya memiliki atau mengandung informasi
(Information content of dividend) atau sebagai
isyarat prospek perusahaan.

58
Determinan Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan (Esthi Nur
WA, Mukhzarudfa, Yudi)

5.2. Saran Arumsari, YK. 2014. Pengaruh kepemilikan manajerial,


kebijakan utang, kebijakan dividen terhadap
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang
kinerja keuangan dan biaya agensi (Studi Pada
dilakukan penulis dan atas keterbatasan yang dimiliki
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
oleh penulis, maka dapat diberikan saran sebagai
Efek Indonesia). Jurnal Wawasan Manajemen,
berikut:
Vol. 2, Nomor 2, Juni 2014, h. 171-187.
1. Diharapkan bagi perusahaan dan manajer untuk
Aryani. 2011. Pengarug Asimetri Informasi, Struktur
memperhatikan secara khusus mengenai
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Laverage
pengelolaan keuangan agar diperoleh kinerja
Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan
keuangan yang optimum.
Manufaktur. Vol. 1. No. 2.
2. Diharapkan untuk manajer bahwa perlunya
pengelolaan dividen per share dan earning per Bashir, I., Awan, AG. 2016. The role of leadership
share agar diperoleh dividen payout ratio yang style as a moderator in the performance of firm.
memberikan pengaruh positif. Sehingga investor Sci.Int.(Lahore),28 (1),609-615,2016.
tertarik untuk menanamkan modalnya ke
Brigham, Houston. 2001. Dasar-dasar Manajemen
perusahaan.
Keuangan Buku 1 Edisi Kesebelas. Jakarta:
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya mengkaji
Salemba Empat.
lebih dalam mengapa kepemilikan manajerial dan
kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap Brigham dan Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen
kinerja keuangan dengan mengumpulkan bukti- Keuangan Buku 2 Edisi Kesebelas. Jakarta:
bukti empiris dan teoritis. Salemba Empat.
4. Diharapkan bagi investor yang akan membeli
saham perusahaan sebaiknya lebih selektif dalam Cabral, Da Costa MX., Laksamana, A., Rahayu, M.
2018. The Relation Between Institutional
memilih, karena kinerja keuangan perusahaan
Ownerships, Debt Policy, Dividend Policy and
berbeda-beda dengan perusahaan yang lain.
Company Performance in Terms of Clarifying
Sehingga dapat diketahui kinerja keuangan yang
Agency Conflict Mechanism: Case Study at
baik di dalam suatu perusahaan.
Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk Manufacturing Companies Listed at the
dapat menggunakan variabel independen lain yang Indonesian Stock Exchange. International Journal
of Scientific Research and Management (IJSRM)
mempengaruhi kinerja keuangan selain variabel
Volume 06 Issue 07 Pages EM-2018-503-521
struktur kepemilikan, kebijakan hutang dan
2018.
kebijakan deviden yang digunakan dalam
penelitian ini sehingga dapat diketahui sejauh Christiawan, Y. J. dan Tarigan J. 2007. Kepemilikan
mana variabel-variabel independen tersebut Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai
menjelaskan pengaruhnya terhadap struktur Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
modal. Universitas Kristen Petra. 9 (1). PP 1-8.
5. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat
menambah periode tahun penelitian agar dapat Evada Dewata, Hadi Jauri, Yuliana Sari, Eka Jumarni.
dilihat apakah periode tahun tersebut dapat Pengaruh Biaya Lingkungan, Kepemilikan Asing
mempengaruhi kinerja keuangan. Dan Political Cost Terhadap Kinerja Perusahaan
6. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat Pertambangan di Indonesia. Jurnal AKSI
mengambil sampel dengan uji beda negara (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2,
sehingga dapat dilihat mengenai kinerja keuangan 2018.
yang dihasilkan optimal atau tidak. Fauziah, Fenti. 2017. Kesehatan bank, kebijakan
dividen, dan nilai perusahaan: teori dan kajian
empiris. Samarinda: Pustaka Horizon.
DAFTAR REFERENSI
Fredi. 2010. Effect of debt policy, dividend policy and
ownership of company performance. Business and
Abdullah, M. Faisal. 2015. Manajemen Perbankan. Entrepreneurial Review Vol. 9, No. 2, April 2010,
Malang: UMM Press. page 165 - 176.
Alfadhl, Moayad Mohammad Ali Fadhl., Tariq Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete
Tawfeeq Yousif Alabdullah. 2013. Determinants Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan
of the Managerial Behavior of Agency Cost and ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas
its infl uential extent on Performance: A study in Dipenogoro.
Iraq. International Journal of Humanities and
Social Science, Vol. 3No. (6) [Special Issue – Hastuti, Theresia Dwi. 2015. Hubungan Antara Good
March 2013]. Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan
Dengan Kinerja Keuangan.SNA VIII. Solo.
Al Kautsar. Muslim. Pengaruh Struktur Kepemilikan
dan Good Governance Terhadap Kinerja
Keuangan BUMN. 2012.

59
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Jambi Vol. 6, No. 1, Januari – Maret 2021: 45-60

Husnan, Suad, dan Pudjiastuti. 2018. Manajemen Sekaran, Uma, 2017. Research Methods For Business:
Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Salemba
Panjang. Edisi 4, BPFE, Yogyakarta. Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2017. Standar Akuntansi Setiawan M, Merita Bernik, Mery C. Sondari. 2016.
Keuangan.Jakarta: Salemba. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik
Perusahaan, Dan Karakteristik Tata Kelola
Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis
Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan Studi
Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Jensen, M and Meckling W. 1976.Theory of The Firm: Efek Jakarta. Lembaga Penelitian Fakultas
Managerial Behavior, Agency Cost, and Ekonomi Universitas Padjadjaran.
Ownership Structure.Journal of Financial
Siamat, Dahlan, 2014. Manajemen Lembaga Keuangan.
Economics, Vol. 3, pp. 305-360.
Edisi Empat, Fakultas Ekonomi Universitas
Luciana, Haryono. Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Indonesia, Jakarta.
terhadap Kinerja Perusahaan Badan Usaha Milik
Sucipto. 2013. Penilaian Kinerja Keuangan. Medan:
Negara yang Terdaftar di BEI. Studi Akuntansi
Jurnal Akuntansi. Universitas Sumatera Utara
Dan Keuangan Indonesia. Vol.2, No. 2. 2008
Digital Library.
Mardiyati, U., Ahmad, GN., Putri, R. 2012. Pengaruh
Sudana, I Made. 2015. Manajemen Keuangan
Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang Dan Profi
Perusahaan Teori & Praktik Edisi 2. Jakarta:
tabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur
Erlangga.
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2005-2010.Jurnal Riset Manajemen Sains Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.
Indonesia (JRMSI), Vol. 3, No. (1), 2012 Edisi Keempat. Yogyakarta: UMP AMP YKPN.
Mirza, SA., Javed, A. 2013. Determinants of financial Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership,
performance of a firm: Case of Pakistani stock Kebijakan Hutang, dan Deviden Terhadap Nilai
market. Journal of Economics and International Perusahaan Serta Faktor-faktor Yang
Finance Vol. 5(2), pp. 43-52, May, 2013. Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi.
Vol. 10. No. 2
Nugrahanti, YW. 2012. Pengaruh struktur kepemilikan
sebagai mekanisme corporate governance Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
terhadap kinerja perbankan. Jurnal Manajemen, Pasal 4 Nomor 19 Tahun 2013 tentang Badan
Vol.11, No.2, Mei 2012, hal. 151-170. Usaha Milik Negara.
Nursakin Bina Rahmawati, Rr. Sri Handayani. Analisis Wiagustini, Ni Luh Putu. 2010. Dasar-dasar
pengaruh Karakteristik Corporate Govenance Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Penerbit:
Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Udayana University Press.
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Annual Report. http://www.idx.co.id
Efek Indonesia Periode 2010-2014). Diponegoro
Journal Of Accounting. Vol 6. No. 3. 2017. http://bumn.go.id
Pearce, John A., Robinson, RB. 2018. Manajemen http://bumn.go.id/berita/1-ikhitisar-LKPP-BUMN
strategis, formulasi, implementai, dan
pengendalin, edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Pemerintah, PP Nomor 3 Tahun 2020 pasal 1,
Kepemilikan Saham Pada Perusahaan Badan
Usaha Milik Negara.
Peraturan Pemerintah, PP Nomor 72 Tahun 2016, Pasal
1, Tentang Perusahaan Perseroan (Tbk), Persero
Badan Usaha Milik Negara.
Rahmahdiyani, N. 2012. Analisis Struktur Kepemilikan
Terhadap Agency Cost Dengan Aktifitas
Pengawasan Dewan Komisaris Sebagai
Pomedarasi. Akuntansi Universitas Indonesia.
Sabrina, FN., Muharam, H. 2015. Analisis pengaruh
kepemilikan pemerintah, kepemilikan asing, risiko
likuiditas dan risiko kredit terhadap kinerja
keuangan bank. Diponegoro journal of
management Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015,
Halaman 1-13.

60

You might also like