You are on page 1of 15

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,

DAN KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI


VARIABEL MODERATING (PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2016)

Siti Riyadhoh1), Rita Andini2), Patricia Diana Paramita3)


1)
MahasiswaJurusanAkuntansiFakultasEkonomiUniversitasPandanaranSemarang
2)
DosenJurusanAkuntansiFakultasEkonomiUniversitasPandanaranSemarang

ABSTRACT
This study aims to determine and examine the effect of managerial ownership,
institutional ownership, and investment opportunities on dividend policy with liquidity as
moderating variables, case studies on consumer goods industry companies listed on the IDX
of the 2011-2016 research year.
This research is quantitative research. The variables used include managerial
ownership, institutional ownership, and investment opportunities, independent variables (x)
while dividend policy is the dependent variable (y) and liquidity as a moderating variable (z).
For variable dividend policy research using Dividend Payout Ratio while the variable
liquidity uses Current Ratio.
The company samples used are 2 companies listed on the Stock Exchange in the
Consumer Goods Industry sector, namely PT GudangGaramTbk, and PT Mayora Indah Tbk.
This research method is quantitative analysis classic assumption test, multicollinearity
test, heteroscedasticity test, normality test, autocorrelation and regression analysis using
MRA. While the hypothesis testing is path analysis, simultaneous, t test, and coefficient of
determination.
After conducting a research analysis, it was found that managerial ownership had
no significant effect, institutional ownership had a significant effect, and investment
opportunities have no significant influence, liquidity does not affect dividend policy, and
managerial ownership, investment opportunities moderate the dividend policy have no
significant effect, while institutional ownership affects significantly on dividend policy

Keywords: managerial ownership, institutional ownership, and investment opportunities

Pendahuluan dengan menjual sahamnya kepada pihak


investor di pasar saham, seorang yang
Peluang bisnis di era global saat ini memiliki dana dalam menanamkan modal
semakin besar didukung dengan pesaingan ke perusahaan dengan tujuan mencari
perusahaan yang semakin ketat, dengan keuntungan berupa pengembalian investasi
adanya hal ini perusahaan dipaksa untuk dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen
melakukan inovasi untuk perkembanhan menjadi hal penting dalam perjalanan
produk serta meningkatkan kinerja bisnis, hal ini menuntut manajemen untuk
perusahaan dan hal ini memerlukan dana selalu memperhatikan pembayaran
yang meningkat bagi perusahaan dalam dividennya. Perusahaan membayar dividen
mencapai perubahan yang lebih baik yang bertujuan untuk menurangi masalah
kedepandanya. Pasar modal dipandang keagenan agar kepentingan para pemegang
dapat membantu keuangan perusahaan

1
saham dapat terpenuhi dan dapat mengurangi agency cost. Haltersebut
mempertahankan reputasi perusahaan. dikarenakan kepemilikan institusional
mewakili suatu sumber kekuasaan yang
Struktur kepemilikan perusahaan dapat digunakan untuk mendukung atau
merupakan aspek corporate governance menentang kebijakan manajer
yang dapat berpengaruh terhadap (Karinaputri, 2012: 23). Kepemilikan
kebijakan dividen perusahaan.Struktur institusional sebagai kepemilikan saham
kepemilikan perusahaan terdiri dari oleh pihak luar baik dalam bentuk institusi,
kepemilikan manajerial, kepemilikan lembaga atau kelompok lainnya
institusional, kepemilikan direksi, dan (Midiastuty, dan Suranta, 2013: 3403).
kepemilikan individual. Perbedaan
kepentingan diantara pemilik perusahaan Fenomena yang terjadi, adanya
tersebut dijelaskan melalui masalah persoalan Kepemilikan manajerial,
keagenan (agency conflict). kepemilikan institusional, dan kesempatan
investasi menjadi masalah serius dan
Kepemilikan manajerial merupakan aspek yang dihadapi
merupakan salah satu aspek corporate perusahaan.Banyak perusahaan gulung
governance yang dapat mengurangi tikar karena mengalami kondisi tersebut.
agency cost apabila porsinya dalam Karena itu, adanya pengaruh kepemilikan
struktur kepemilikan di perusahaan manajerial, kepemilikan institusional, dan
ditingkatkan. Pemberian kesempatan kesempatan investasi perusahaan sangat
manajer untuk terlibat dalam kepemilikan penting dilakukan guna mengetahui nilai
saham bertujuan untuk menyetarakan dan kondisi keuangan perusahaan saat ini
kepentingan manajer dengan pemegang kemudian dihubungkan dengan situasi
saham. Keterlibatan manajer tersebut keuangan pada masa yang akan datang.
mendorong manajer untuk bertindak Dan untuk itu diperlukan adanya
secara hati-hati karena mereka akan turut perencanaan dan pengendalian yang baik
menanggung konsekuensi atas keputusan dalam pengelolaan keuangan yang
yang diambilnya. Selain itu, manajer akan tersedia, dengan asumsi bahwa setiap
termotivasi untuk meningkatkan rupiah dalam keuangan perusahaan yang
kinerjanya dalam mengelola perusahaan tertanam dalam aktiva harus digunakan
(Dewi, 2008). seefisien mungkin sehingga dapat
menghasilkan nilai perusahaan yang
Nilai perusahaan merupakan
efisien.
kondisi tertentu yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan sebagai gambaran dari
kepercayaan masyarakat terhadap Tinjauan Pustaka dan Pengembangan
perusahaan setelah melalui suatu proses Hipotesis
kegiatan selama beberapa tahun, yaitu Teori Sinyal (Signalling Theory)
sejak perusahaan tersebut didirikan sampai
dengan saat ini. Meningkatnya nilai Teori sinyal menunjukkan adanya
perusahaan adalah sebuah prestasi, yang asimetri informasi antara manajemen
sesuai dengan keinginan para pemiliknya, perusahaan dengan pihak-pihak yang
karena dengan meningkatnya nilai berkepentingan dengan informasi.
perusahaan, maka kesejahteraan para Informasi yang diberikan berupa
pemiliknya juga akan meningkat. Menurut penerbitan laporan keuangan. Pada teori
Sartono dalam (Eva, 2017). sinyal laporan keuangan dimanfaatkan
oleh perusahaan untuk memberi sinyal
Selain kepemilikan manajerial, positif berupa keberhasilan ataupun negatif
kepemilikan institusional juga merupakan berupa kegagalan dalam manajemen
corporate governance yang dipandang

2
(agent) kepada pemakai atau pihak pemilik adalah kemampuan perusahaan untuk
(principal). memenuhi kewajiban keuangan jangka
Manajer akan memberikan pendeknya yang segera harus dipenuhi.
informasi mengenai kondisi perusahaan
agara nilai perusahaan menjadi meningkat. Kepemilikan Manajerial
Manajer dapat memberi sinyal atas
Kepemilikan manajerial
informasi yang lebih banyak mengenai
merupakan kondisi di mana manajer
prospek dan kinerja perusahaan kepada
memiliki saham perusahaan atau dengan
investor dengan mencatat akrual
kata lain manajer tersebut sekaligus
diskresioner. Apabila kinerja dan prospek
sebagai pemegang saham perusahaan
perusahaan adalah baik, manajemen dapat
(Tarigan, Josua dan Christiawan, 2007:
member sinyal dengan mencatat akrual
2). Wahidahwati (2002: 607)
diskresioner positif untuk menunjukan
mendefinisikan kepemilikan manajerial
bahwa laba periode kini serta yang akan
sebagai tingkat kepemilikan saham
datang lebih baik dari pada yang
pihak manajemen yang secara aktif ikut
diimplikasikan oleh laba non-diskresioner
dalam pengambilan keputusan,
periode kini. Apabila kinerja dan prospek
misalnya direktur, manajemen, dan
perusahaan buruk, manajemen
komisaris. Dari berbagai pengertian di
memberikan sinyal dengan mencatat
atas dapat disimpulkan bahwa
akrual diskresiner negatif (Lo, 2005).
kepemilikan manajerial merupakan
Kebijakan Dividen kondisi di mana manajer perusahaan
Kebijakan dividen merupakan merangkap jabatan sebagai manajemen
keputusan tentang seberapa banyak laba perusahaan sekaligus pemegang saham
saat ini yang akan dibayarkan sebagai yang turut aktif dalam pengambilan
dividen daripada laba yang akan ditahan keputusan. Proksi kepemilikan
untuk kemudian diinvestasikan kembali manajerial adalah dengan menggunakan
dalam perusahaan (Brigham, E.F. dan persentase kepemilikan manajerial,
Houston, J.F, 2011: 27). Kebijakan dividen komisaris, dan direksi terhadap total
merupakan bagian yang tidak terpisahkan saham yang beredar (Nuringsih, 2005).
dalam keputusan pendanaan perusahaan.
Kepemilikan Institusional
Aliran kas yang dibayarkan kepada para
pemegang saham ( Reeve, 2010). Kepemilikan institusional
Berdasarkan berbagai pengertian di atas merupakann kondisi dimana institusi
dapat disimpulkan bahwa kebijakan memiliki saham dalam suatu perusahaan.
dividen merupakan keputusan untuk Institusi tersebut dapat berupa institusi
menentukan seberapa besar laba yang akan pemerintah, institusi swasta, domestik
dibagikan kepada pemegang saham maupun asing (Widarjo, 2010:
daripada laba yang akan ditahan. 25).Menurut Widiastuti, Pranata P.
Likuiditas Midiastuty, dan Suranta, (2013: 3407),
kepemilikan institusional merupakan
Likuiditas merupakan
kepemilikan saham oleh lembaga dari
kemampuan perusahaan untuk menjual
eksternal. Semakin besar kepemilikan
aset guna mendapatkan kas pada waktu
institusi maka akan semakin besar
yang singkat (Myers dan Marcus, A.J.,
kekuatan suara dan dorongan dari institusi
2006: 77). Sugiono dan Untung (2008:
tersebut untuk mengawasi manajemen.
29) mendefinisikan likuiditas sebagai
Akibatnya, akan memberikan dorongan
kemampuan suatu perusahaan dalam
yang lebih besar untuk mengoptimalkan
memenuhi kewajiban jangka
nilai perusahaan sehingga kinerja
pendeknya. Dari berbagai pengertian di
perusahaan akan meningkat. Kinerja yang
atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas

3
meningkat tersebut akan menguntungkan perusahaan menurut Dewi (2013). Selama
bagi pemegang saham karena dengan kata perusahaan terus beroprasi, modal kerja
lain pemegang saham akan mendapat berputar terus menerus dalam perusahaan
banyak keuntungan berupa dividen karena digunakan untuk membiayai
(Patricia, 2014: 16). operasi sehari-hari. Rasio ini menunjukkan
hubungan antara kepemilikan manajerial
Kesempatan Investasi dengan kebijakan dividen. Proksi
kepemilikan manajerial adalah dengan
Kesempatan investasi atau Investment
menggunakan peersentase kepemilikan
Opportunity Set (IOS) merupakan
manajer, komisaris, dan direktur terhadap
kombinasi antara aset yang dimiliki (asets
total saham yang beredar (
in place) dan pilihan investasi dimasa yang
Nuringsih,2005).
akan datang dengan net present value
positif (Myers dalam Natalia, 2013: 7). H1 :Pengaruh Kepemilikan Manajerial
Fitria sari, 2010 menjelaskan bahwa Berpengaruh positif terhadap kebijakan
Investment Opportunity Set (IOS) adalah dividen
set kesempatan investasi yang merupakan
pilihan investasi dimasa yang akan dating b. Hubungan Kepemilikan
dan mencerminkan adanya pertumbuhan institusional dengan Kebijakan
asset dan ekuitas. Berdasarkan berbagai Dividenn
pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kesempatan investasi merupakan Kepemilikan institusional
pilihan investasi di masa yang akan datang merupakann kondisi dimana institusi
yang berakibat pada tumbuhnya aset dan memiliki saham dalam suatu perusahaan.
ekuitas perusahaan. Institusi tersebut dapat berupa institusi
pemerintah, institusi swasta, domestik
Model Empiris maupun asing (Widarjo, 2010: 25).
Menurut Widiastuti, Pranata P. Midiastuty,
belakang masalah dan kajian teori, dan Suranta, (2013: 3407), kepemilikan
maka model empiris dalam penelitian ini institusional merupakan kepemilikan
dapat digambarkan sebagai berikut : saham oleh lembaga dari eksternal.
Semakin besar kepemilikan institusi maka
akan semakin besar kekuatan suara dan
dorongan dari institusi tersebut untuk
mengawasi manajemen.
H2 : Kepemilikan Institusional
berpengaruh positif terhadap kebijakan
dividen
c. Hubungan Kesempatan Investasi
terhadap kebijakan Dividen
Pengembangan Hipotesis Kebijakan dividen merupakan
Hipotesis yang dikemukakan dalam keputusan tentang seberapa banyak laba
penelitian ini adalah : saat ini yang akan dibayarkan sebagai
dividen daripada laba yang akan ditahan
a. Hubungan Kepemilikan Manajerial untuk kemudian diinvestasikan kembali
terhadap Kebijakan Dividen dalam perusahaan (Brigham, E.F. dan
Houston, J.F, 2011: 27). Kebijakan
Struktur modal merupakan dividen merupakan bagian yang tidak
pendanaan ekuitas dan utang dalam suatu terpisahkan dalam keputusan pendanaan

4
perusahaan. Aliran kas yang dibayarkan H4 :Likuiditas berpengaruh positif
kepada para pemegang saham ( Reeve, terhadap kebijakan dividen
2010). Apabila perusahaan memilih
membagikan laba sebagai dividen maka e. Hubungan kepemilikan manajerial
tingkat pertumbuhan akan berkurang memoderasi kebijakan dividen
sehingga berdampak negatif terhadap
Menurut penelitian Afza dan Mirza
saham perusahaan.
(2010); variabel kepemilikan manajerial
H3 :Kesempatan investasi berpengaruh berpengaruh signifikan kepada kebijakan
positif terhadap kebijakan dividen dividen. pada variabel kepemilikan
manajerial menunjukkan bahwa semakin
d. Hubungan Kepemilikan Manajerial besar proporsi kepemilikan manajerial
terhadap kebijakan dividen dalam perusahaan maka akan semakin
besar dividen yang dibagikan kepada para
Likuiditas merupakan pemegang saham dan sebaliknya
kemampuan perusahaan untuk menjual
aset guna mendapatkan kas pada waktu H5 :Kepemilikan manajerial
yang singkat (Myers dan Marcus, A.J., berpengaruh dengan memoderasi
2006: 77). Sugiono dan Untung (2008: terhadap kebijakan dividen
29) mendefinisikan likuiditas sebagai
kemampuan suatu perusahaan dalam f. Hubungan kepemilikan
memenuhi kewajiban jangka Institusional memoderasi kebijakan
pendeknya. Dari berbagai pengertian di dividen
atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas
Kepemilikan institusional
adalah kemampuan perusahaan untuk
merupakann kondisi dimana institusi
memenuhi kewajiban keuangan jangka
memiliki saham dalam suatu perusahaan.
pendeknya yang segera harus dipenuhi.
Institusi tersebut dapat berupa institusi
Riyanto dalam Hani Diana pemerintah, institusi swasta, domestik
Latiefasari (2011: 23-24) menyatakan maupun asing (Widarjo, 2010:
bahwa posisi likuiditas perusahaan 25).Menurut Widiastuti, Pranata P.
merupakan faktor penting yang harus Midiastuty, dan Suranta, (2013: 3407),
dipertimbangkan sebelum mengambil kepemilikan institusional merupakan
keputusan untuk menetapkan besarnya kepemilikan saham oleh lembaga dari
dividen yang akan dibayarkan kepada eksternal.
pemegang saham, oleh karena dividen
Semakin besar kepemilikan institusi maka
merupakan arus kas keluar maka
akan semakin besar kekuatan suara dan
semakin kuat posisi likuiditas
dorongan dari institusi tersebut untuk
perusahaan akan semakin besar
mengawasi manajemen.
kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Suatu perusahaan H6 :Kepemilikan institusional
yang sedang tumbuh secara rendabel bepengaruh signifikan dengan
(perusahaan yang masih mencari memoderasi terhadap kebijakan dividen
keuntungan) dimungkinkan memiliki
posisi likuiditas yang belum kuat karena g. Hubungan kesempatan investasi
sebagian besar dari dananya tertanam memoderasi kebijakan dividen
dalam asset tetap dan modal kerja
sehingga kemampuannya untuk Kesempatan investasi atau
membayarkan divide noun sangat Investment Opportunity Set (IOS)
terbatas. merupakan kombinasi antara aset yang
dimiliki (asets in place) dan pilihan
investasi dimasa yang akan datang dengan
5
net present value positif (Myers dalam Sampel
Natalia, 2013: 7). Fitria sari, 2010
menjelaskan bahwa Investment Sampel merupakan subset dari
Opportunity Set (IOS) adalah set populasi dan terdiri dari beberapa anggota
kesempatan investasi yang merupakan populasi. Menurut (Sugiyono,2013),
pilihan investasi dimasa yang akan dating satuan analisis dalam penelitian kuantitatif
dan mencerminkan adanya pertumbuhan adalah sebagian dari satuan pengamatan
asset dan ekuitas. Berdasarkan berbagai dalam suatu penelitian dimana pada
pengertian di atas dapat disimpulkan penelitian ini peneliti menggunakan
bahwa kesempatan investasi merupakan metode sampling jenuh, dimana semua
pilihan investasi di masa yang akan datang anggota satuan pengamatan digunakan
yang berakibat pada tumbuhnya aset dan dalam penelitian ini sama dengan jumlah
ekuitas perusahaan. Pertumbuhan satuan pengamatan. Dalam penelitian ini,
perusahaan dapat diwujudkan dengan diambil satuan analisis perusahaan farmasi
menggunakan kesempatan investasi yang terdaftar di BEI periode 2011-2016
sebaik-baiknya.Investasi berhubungan dengan teknik pengambilan satuan analisis
dengan pendanaan, jika investasi sebagian Purposive Sampling dengan kriteria :
besar didanai dengan internal equity maka
1. Perusahaan industri barang konsumsi
akan mempengaruhi besarnya dividen
yang terdaftar di BEI sampai dengan
yang akan dibagikan. tanggal 31 Desember 2016.
H7 :Kesempatan investasi berpengaruh 2. Perusahaan yang menerbitkan laporan
positif memoderasi terhadap kebijakan keuangan periode 31 Desember untuk
dividen periode
2011,2012,2013,2014,2015,dan 2016.
Populasi, Sampel dan Teknik 3. Perusahaan memiliki data yang lengkap
Pengambilan Sampel selama periode penelitian untuk faktor-
faktor yang diteliti, yaitu kepemilikan
Populasi manajerial, kepemilikan institusional,
dan kesempatan investasi selama
Populasi adalah gabungan dari periode 2011-2016.
seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, 4. Perusahaan yang memperoleh laba tiap
hal atau orang yang memiliki karakteristik tahunnya.
yang serupa menjadi pusat perhatian Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria
seorang peneliti karena itu dipandang tersebut tidak menjadi anggota satuan
sebagai sebuah semesta penelitian analisis.
(Ferdinand,2014). Populasi juga dapat
diartikan sebagai wilayah generalisasi Definisi Operasional dan Pengukuran
yang terdiri dari obyek atau subyekyang Variabel
memiliki kualitas atau kararteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk Sugiono dalam Liya (2017)
dipelajari dan kemudian ditarik mendefinisikan variabel penelitian pada
kesimpulan.Populasi yang digunakan dasarnya adalah segala sesuatu yang
dalam penelitian ini adalah semua berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
perusahaan industri barang konsumsi yang peneliti untuk dipelajari sehingga
terdaftar di BEI periode 2011-2016. Dari diperoleh informasi tentang hal tersebut,
populasi yang ada nantinya akan diambil kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian ini terdapat 3 macam variabel
penelitian.Berdasarkan jumlah perusahaan yaitu variabel bebas, variabel terikat dan
farmasi yang terdaftar di BEI periode variabel moderating.
2011-2016 terdapat 10 perusahaan.

6
1. Variabel Bebas (independen) Berdasarkan tabel di atas dapat diamnalisis
Variabel bebas atau independen sebagai berikut :
merupakan variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab perubahan atau 1. Kepemilikan Manajerial
timbulnya variabel terikat (dependen) Tingkat kepemilikan manajerial
Sugiono,(2010). Dalam penelitian ini yang terendah adalah 0,1 terjadi pada PT.
merupakan variabel bebas adalah Gudang Garam Tbk pada tahun 2015.
kepemilikan manajerial (X1), kepemilikan Tingkat kepemilikan manajerial
institusional(X2), kesempatan investasi tertinggi adalah 0,29 terjadi pada PT.
(X3). Mayora Indah Tbk pada tahun 2012.
Tingkat kepemilikan manajerial
2. Variabel Terikat (dependen) perusahaan sektor industri konsumsi
Variabel terikat atau dependen jika dilihat dari rata-rata sebesar
adalah suatu variabel yang dipengaruhi 0,1083. Standard Deviation
atau menjadi akibat, karena adanya pengolahan data ini adalah 1,0590
variabel bebas menurut Sugiono (dalam 2. Kepemilikan Institusional
Trimo, 2018).Variabel dependen yang Tingkat kepemilikan institusional
digunakan dalam penelitian ini adalah terendah pada perusahaan sektor
kebijakan dividen (Y). industri konsumsi yang terdaftar di
BEI adalah 0,3 pad PT. Mayora Indah
3. Variabel Moderating Tbk periode 2012. Kepemilikan
institusional tertinggi adalah 0,99 pada
Variabel Moderating adalah suatu variabel PT. Gudang Garam Tbk. Jika dilihat
yang menentukan kuat lemahnya dari nilai rata-rata sebesar 0,8292 dan
hubungan antara variabel bebas dan standard devisition pengolahan data
variabel terikat menurut Sugiono(dalam ini adalah 0,27077.
Trimo, 2018). Variabel moderating dalam 3. Kesempatan Investasi
penelitian ini adalah likuiditas (Z). Nilai perusahaan terendah adalah 0,43
pada PT. Mayora Indah Tbk pada
Hasil dan Pembahasan Interpretasi
tahun 2011. Nilai tertinggi nilai
Hasil
perusahaan adalah 0,73. Untuk nilai
rata-rata nilai perusahaan pada
Uji Statistik Deskriptif
perusahaaan sektor industri barang
Berdasarkan hasil analisis konsumsi yang terdaftar pada BEI
deskriptif , maka di dalam tabel 4.29. periode 2011-2016 adalah 0,5517 dan
berikut akan ditampilkan karakteristik standard devision adalah 0,08343
sampel yang digunakan dalam penelitian 4. Likuiditas
ini meliputi jumlah sampel (N), rata-rata Tingkat Likuiditas terendah adalah
(mean), nilai maximum, nilai minimum 1,62. Nilai tertinggi Likuiditas adalah
serta standar deviasi untuk masing-masing 2,76. Nilai rata-rata likuiditas pada
variabel. perusahaan sektor barang konsumsi
yang terdaftar di BEI periode 2011-
2016 adalah 2,13252 dan standard
devision dalam penelitian ini adalah
0,32783.
5. Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden terendah adalah
0,5. Nilai tertinggi kebijakan deviden
adalah 4,92. Nilai rata-rata pada
perusahaan sektor barang konsumsi

7
yang terdaftar di BEI periode 2011-
2016 adalah 1,0133 dan standard
devision dalam penelitian ini adalah
1,48872.

Uji normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk
melakukan pengujian-pengujian variabel
lainnya dengan mengasumsikan bahwa Berdasarkan tabel maka dapat
nilai residual mengikuti distribusi normal. diketahui bahwa variabel penelitian, yaitu
Uji ini menggunakan Uji Kolmogorov Kepemilikan Manajerial (X1),
Smirnov. Adapun hasil dari Uji Kepemilikan Institusional(X2),
Kolmogorov Smirnov pada penelitian ini Kesempatan Investasi (X3), Nilai
adalah sebagai berikut : perusahaan(Y) dan Likkuiditas(Z)
berdistribusi normal, karena memiliki nilai
Adapun fungsi yang digunakan untuk signifikan dengan menggunakan RES_2
transformasi masing - masing data variabel sebagai variabel dependen lebih besar
sebagai berikut daripada 0,05 yaitu 0,111.

Step 1 : melakukan transformasi data Uji Multikolinieritas


terhadap residual dengan fungsi yang
digunakan yaitu Abs Uji multikolonieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar satu atau
semua variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik sebaiknya tidak terjadi
multikolinieritas yang dapat dilihat dengan
nilai Variace Inflactor Factor (VIF) yang
kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih
dari 0,10.

Berdasarkan tabel maka dapat


diketahui bahwa variabel penelitian, yaitu
Kepemilikan Manajerial (X1),
Kepemilikan Institusional (X2),
Kesempatan Investasi (X3), Kebijakan
Deviden (Y) dan Likuiditas (Z) Berdasarkan tabel 4.4, maka dapat
berdistribusi normal, karena memiliki nilai dilihat bahwa nilai VIF semua variabel
signifikan dengan menggunakan RES_1 bebas jauh di bawah 10 dan hasil
sebagai variabel dependen lebih besar perhitungan nilai tolerance menunjukkan
daripada 0,05 yaitu 0,200 ada variabel bebas memiliki nilai tolerance
lebih besar dari 0,10 yang berarti tidak ada
kolerasi antar variabel bebas.

8
Deviden (Y) dan Likuiditas(Z) tidak
terjadi heteroskedastisitas karena memiliki
nilai signifikan diatas 0,05. Hal ini dapat
dilihat dari nilai signifikan dari masing
masing variabel antara lain :
Kepemilikan Manajerial memiliki nilai
signifikan0,783
Kepemilikan Institusionalmemiliki nilai
signifikan 0,225
Kesempatan Investasi memiliki nilai
signifikan 0,212
Berdasarkan table maka dapat Likuiditas memiliki nilai signifikasi 0,156
dilihat bahwa nilai VIF semua variabel
bebas jauh di bawah 10 dan hasil Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
perhitungan nilai tolerance menunjukkan data yang digunakan dalam penelitian ini
ada variabel bebas memiliki nilai tolerance tidak terjadi heteroskedastisitas pada
lebih besar dari 0,10 yang berarti tidak ada model regresi tersebut.
kolerasi antar variabel bebas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji


yang menilai apakah ada ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi linear. Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi Berdasarkan tabel maka dapat
terjadi ketidaksamaan varians residual dari diketahui bahwa variabel penelitian, yaitu
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kepemilikan Manajerial (X1),
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini Kepemilikan Institusional(X2),
menggunakan uji Glejter yaitu regresi Kesempatan Investasi (X3), Kebijakan
yang tidak terjadi heteroskedastisitas, nilai Deviden (Y) dan Likuiditas(Z) tidak
signifikan regresi tersebut lebih dari 0,05 terjadi heteroskedastisitas karena memiliki
(Priyatno, 2012:158). nilai signifikan diatas 0,05. Hal ini dapat
dilihat dari nilai signifikan dari masing
masing variabel antara lain :
Kepemilikan Manajerial memiliki nilai
signifikan 0,118
Kepemilikan Institusionalmemiliki nilai
signifikan 0,129
Kesempatan Investasi memiliki nilai
signifikan 0,137
Likuiditasmemiliki nilai signifikan 0,092
Berdasarkan tabel maka dapat Moderat 1 nilai signifikan 0,079
diketahui bahwa variabel penelitian, yaitu Moderat 2 nilai signifikan 0,196
Kepemilikan Manajerial (X1), Moderat 3 nilai signifikan 0,108
Kepemilikan Institusional(X2),
Kesempatan Investasi (X3), Kebijakan

9
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 3,661, maka hasilnya tidak ada
data yang digunakan dalam penelitian ini autokolerasi positif.
tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi tersebut.

Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi merupakan
kolerasi antara anggota observasi yang Berdasarkan tabel maka dapat
disusun menurut urutan waktu. Uji diketahui bahwa variabel penelitian, yaitu
autokolerasi menggunakan uji Durbin- Kepemilikan Manajerial (X1),
Watson Test (DW), dimaksudkan untuk Kepemilikan Institusional(X2),
menguji apakah dalam suatu model regresi Kesempatan Investasi (X3), Kebijakan
linier terdapat korelasi antara residual pada Deviden (Y) dan Likuiditas(Z). Memiliki n
periode t dengan residual periode t-1 = 12n dan k = 4 dengan hasil DW 2,084
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Masalah ini timbul Hasil uji Durbin Waston
karena residual (kesalahan pengganggu) menunjukkan nilai sebesar 2,400.Nilai D
tidak bebas dari satu observasi ke >dL 2,084 > 0,339 dan D > 4dl 2,084 >
observasi lainnya. Model regresi yang baik 3,661 maka hasilnya tidak ada autolorerasi
adalah regresi yang bebas dari positif.
autokorelasi. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi antara lain yaitu Uji Regresi Bertahap dengan
dengan menggunakan metode Uji Durbin- Menggunakan MRA
Watson (DW) Analisis regresi linier bertahap
digunakan untuk menguji adanya
variabel mediasi antara variabel
independen dan variabel dependen
(Ghozali,2011). Analisis ini dilakukan
dengan 2 tahap atau Two Stage Least
Square ( 2SLS) yang terdiri dari 2 model:

Berdasarkan tabel maka dapat  Model pertama sebagai variabel


diketahui bahwa variabel penelitian, yaitu dependennya adalah kebijakan dividen
Kepemilikan Manajerial (X1), (Y1) dan variabel independennya adalah
Kepemilikan Institusional(X2), Kepemilikan Manajerial (X1),
Kesempatan Investasi (X3), Kebijakan Kepemilikan Institusional (X2) dan
Deviden (Y) dan Likuiditas(Z). Memiliki n Kesempatan Investasi (X3).
= 12n dan k = 4 dengan hasil DW 2,400.  Model kedua sebagai variabel dependenya
adalah Likuiditas (Z) dan variabel
independennya adalah Kepemilikan
Manajerial (X1), Kepemilikan
Institusional (X2), Kesempatan Investasi
Hasil uji Durbin Waston (X3), dan kebijakan dividen (Y1).
menunjukkan nilai sebesar 1,441.Nilai D
>dL 1,441 <3,661, dan D < 4dl 1,441<

10
Kesimpulannya adalah Hipotesis
Pertama (H1) yang menyatakan
berpengaruh positif antara kepemilikan
manajerial terhadap kebijakan dividen
pada Perusahaan industry barang konsumsi
yang terdaftar pada BEI tahun 2011 – 2016
ditolak.
2. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Dari tabel pada tabel Standardized
Variabel Kepemilikan Institusional
Coefficients dapat dirumuskan persamaan
(X2) mempunyai t tabel sebesar 2,306 dan
regresi seperti berikut :
nilainya lebih kecil dari t hitung yaitu -
Y =7,729 + -0,290 X1+ 0,945X2- 0,174 3,604. Sehingga dapat diketahui bahwa
X3– 0,26Z kepemilikan institusional (X2) berpengaruh
terhadap kebijakan deviden (Y) pada
Perusahaan Industri Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Selain itu, nilai signifikan kepemilikan
institusional (X2) sebesar 0,009 dan
nilainya kurang dari 0,05. Oleh karena itu
dapat diartikan bahwa kepemilikan
institusional (X2) berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan deviden(Y).
Dalam penelitian tersebut, t hitung
Dari tabel pada tabel Standardized bertanda negatif. Pernyataan tersebut
Coefficients dapat dirumuskan persamaan bermakna bahwa jika terjadi peningkatan
regresi seperti berikut : kepemilikan institusional pada Perusahaan
Y = -34,238 +3,285 X1+3,010 X2+ 0X3 + Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
4,017Z + -3,822 X1*Z – 0,834X2*Z – pada Bursa Efek Indonesia maka kebijakan
3,554 X3*Z deviden akan mengalami penurunan juga
secara signifikan. Kepemilikaan
Pembahasan institusional memberikan pengaruh
terhadap kebijakan deviden sebesar 3,604.
1. Pengujian Hipotesis Pertama (H1) Kesimpulannya adalah Hipotesis
Variabel Kepemilikan Manajerial Kedua (H2) yang menyatakan ada
(X1) mempunyai t tabelsebesar -2,306 dan pengaruh negatif antara kepemilikan
nilainya kurang dari t hitung yaitu -0,764. institusional terhadap kebijakan deviden
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui pada Perusahaan Industri Barang
bahwa Kepemilikan Manajerial (X1) Konsumsi yang terdaftar pada BEI tahun
berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden 2011 – 2016 diterima.
(Y) pada Perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek 3. Pengujian Hipotesis Kedua (H3)
Indonesia. Selain itu, nilai signifikan Kesempatan Investasi (X3)
Kepemilikan Manajerial (X1) sebesar mempunyai t tabel sebesar 2,306 dan
0,470 dan nilainya lebih dari 0,05. Oleh nilainya lebih dari t hitung yaitu -0,612.
karena itu dapat diartikan bahwa Dari pernyataan tersebut dapat diketahui
Kepemilikan Manajerial (X1) tidak bahwa kesempatan investasi (X3) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan berpengaruh terhadap kebijakan deviden
Deviden(Y). (Y) pada Perusahaan Industri Barang

11
Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek sebesar -0,104. Kesimpulannya adalah
Indonesia. Selain itu, nilai signifikan Hipotesis Keempat (H4) yang menyatakan
kesempatan investasi sebesar 0,560 dan ada pengaruh positif antara likuiditas
nilainya lebih dari 0,05. Oleh karena itu terhadap kebijakan deviden pada
dapat diartikan bahwa kesempatan Perusahaan Industri Barang Konsumsi
investasi tidak berpengaruh signifikan yang Terdaftar pada BEI tahun 2011 –
terhadap kebijakan deviden. 2016 ditolak.
Dalam penelitian tersebut, t hitung
bertanda negatif. Pernyataan tersebut
bermakna bahwa jika terjadi peningkatan
kesempatan investasi pada Perusahaan
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia maka kebijakan 5. Pengujian Hipotesis Kelima (H5)
deviden akan mengalami penurunan secara Dari tabel dapat diketahui bahwa
tidak signifikan. Kesempatan investasi dari ketiga variabel yang dimasukkan
tidak memberikan pengaruh dalam model regresi, ada variabel yang
terhadapkebijakan deviden sebesar -0,612. berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
deviden. Variabel moderasi likuiditas yang
Kesimpulannya adalah Hipotesis
memiliki nilai t hitung sebesar -1,197<t
Ketiga (H3) yang menyatakan ada
tabel -2,306 dan signifikan karena nilai
pengaruh positif antara kesempatan
sig, 0,285< 0,05. Sehingga dapat
investasi terhadap kebijakan deviden
disimpulkan bahwa variabel Moderasi
pada Perusahaan Industri Barang
likuiditas yang diproksikan oleh kebijakan
Konsumsi yang Terdaftar pada BEI tahun
deviden tidak layak untuk menjadi variabel
2011 – 2016 ditolak.
moderasi.
4. Pengujian Hipotesis Keempat (H4) Oleh karena itu dapat disimpulkan
Likuiditas (Z) mempunyai t tabel
hipotesis yang menyatakan bahwa
sebesar 2,306 dan nilainya lebih dari t
likuiditas memoderasi hubungan antara
hitung yaitu -0,104. Dari pernyataan
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
tersebut dapat diketahui bahwa likuiditas
deviden pada Perusahaan Industri Barang
(Z) tidak berpengaruh terhadap kebijakan
Konsumsi yang Terdaftar pada BEI tahun
deviden (Y) pada Perusahaan Industri
2011 – 2016 ditolak
Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Selain itu, nilai signifikan 6. Pengujian Hipotesis Keenam (H6)
likuiditas (Z) sebesar 0,920 dan nilainya Dari tabel maka dapat diketahui
lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat bahwa ada dua variabel yang dimasukkan
diartikan bahwa likuiditas tidak dalam model regresi berpengaruh
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan signifikan terhadap kebijakan deviden.
deviden. Moderat 2 (X2*Z) memberikan nilai t
hitung-3,160> t tabel 2,360. dengan
Dalam penelitian tersebut, t hitung
tingkat signifikansi 0,025> 0,05. Sehingga
bertanda negatif. Pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa variable
bermakna bahwa jika terjadi peningkatan
likuiditas memoderasi kepemilikan
likuiditas pada Perusahaan Industri Barang
institusional terhadap kebijakan deviden.
Konsumsi yang Terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia maka kebijakan deviden akan Oleh karena itu dapat disimpulkan
mengalami penurunan secara tidak hipotesis yang menyatakan bahwa
signifikan. Likuiditas tidak memberikan likuiditas memperlemah antara hubungan
pengaruh terhadapkebijakan deviden kepemilikan institusional terhadap

12
kebijakan deviden pada Perusahaan 4. Menyatakan ada pengaruh positif
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar antara likuiditas terhadap kebijakan
pada BEI tahun 2011 – 2016.. Maka deviden pada Perusahaan Industri
hipotesis keenam diterima. Barang Konsumsi yang Terdaftarpada
BEI tahun 2011 – 2016,
7. Pengujian Hipotesis Ketujuh (H7) MakaHipotesis 4 ditolak.
Dari tabel dapat diketahui bahwa 5. Menyatakan bahwa likuiditas
dari ketiga variabel yang dimasukkan memoderasi hubungan antara
dalam model regresi, ada variabel yang kepemilikan manajerial berpengaruh
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan terhadap kebijakan deviden pada
deviden. Variabel moderasi likuiditas yang Perusahaan Industri Barang Konsumsi
memiliki nilai t hitung sebesar -0,565<t yang Terdaftar pada BEI tahun 2011 –
tabel -2,306dan signifikan karena nilai sig, 2016, maka Hipotesis 5 ditolak
0,597< 0,05. Sehingga dapat disimpulkan 6. Menyatakan bahwa likuiditas
bahwa variabel Moderasi likuiditas yang memperlemah antara hubungan
diproksikan oleh kebijakan deviden tidak kepemilikan institusional terhadap
layak untuk menjadi variabel moderasi. kebijakan deviden pada Perusahaan
Industri Barang Konsumsi yang
Oleh karena itu dapat disimpulkan
Terdaftar pada BEI tahun 2011 –
hipotesis yang menyatakan bahwa
2016, MakaHipotesis 6diterima.
likuiditas memoderasi hubungan antara
7. Menyatakan bahwa likuiditas
kesempatan investasi terhadap kebijakan
memoderasi hubungan antara
deviden pada Perusahaan Industri Barang
kesempatan investasi terhadap
Konsumsi yang Terdaftar pada BEI tahun
kebijakan deviden pada Perusahaan
2011 – 2016 ditolak
Industri Barang Konsumsi yang
Kesimpulan Terdaftar pada BEI tahun 2011 –
2016, makaHipotesis 7 ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Saran
dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa : Saran yang diberikan dari penelitianyang
telah dilakukan sebagaiberikut :
1. Kepemilikan Manajerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap 1. Sebaiknya perusahaan lebih
Kebijakan Deviden pada Perusahaan meninggkatkan kinerja mengelola
Industri Barang Konsumsi yang usaha untuk memperoleh keuntungan.
terdaftar pada BEI tahun 2011 – 2016, Semakin baik perusahaan mengelola
makaHipotesis 1 ditolak. usahanya maka harga saham semakin
2. Kepemilikan institusional tinggi, sehingga dapat meningkatkan
berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan.
kebijakan deviden pada Perusahaan 2. Sebaiknya peneliti menggunakan
Industri Barang Konsumsi yang sampel keseluruhan dari perusahaan
terdaftar pada BEI tahun 2011 – 2016, industry barang konsumsi yang
manaHipotesis 2 diterima. terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3. Kesempatan investasi berpengaruh sehingga sampel perusahan yang
positif terhadap kebijakan deviden digunakan semakin banyak.
pada Perusahaan Industri Barang 3. Bagi peneliti selanjutnya
Konsumsi yang Terdaftar pada BEI mengidentifikasi variabel-variabel
tahun 2011 – 2016, makaHipotesis 3 lainnya yang dapat mempengaruhi
ditolak. kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dan kesempatan
investasi terhadap kebijakan dividen.

13
Profitabilitas, Ukuran
Daftar Pustaka Perusahaan, dan Kesempatan
AnandaPutri, 2014. “ pemerintahpasrah InvestasiterhadapKebijakanDivi
Freeport taksetordividen” den”. Skripsi.
UniversitasSebelasMaret.
Ni Komang, I Gusti (2016). “
MarselinaWidiastuty, Pranata P (2013). PengaruhKepemilikanManajeria
“ Dividend Policy and l, KepemilikanInstitusional,
Ownership”, Free Cash FlowDan
SimposiumNasionalAkuntansi ProfitabilitasPadaKebijakanDivi
XVI, hlm 3401-3423. den”.
Widiastuty, dan Eddy Suranta (2013). PutriRizka, HandayaniRatih,
“Divident and Foreigh PengaruhKepemilikanManajeria
Ownership”. l, KepemilikanInstitusional,
SimposiumNasionalAkuntansi. Dividen, Pertumbuhan
Perusahaan, Free Chas Flow,
AnthiDwiPutrianiAnugrah. (2012).
Dan
“AnalisisPengaruh Investment
FrofitabilitasTerhadapkebujakan
Opportunity Set (IOS) terhadap
Hutang Perusahaan.
Return Saham Perusahaan
SektorManufaktur”. E-Journal RiadidanNgadlan. (2012). “Pengaruh
Ekonomi. Investment Opportunity Set
(IOS) dengan Tingkat
Anthony, Robert N danGovindarajan,
Pertumbuhan (Sustainable
Vijay. (2005).
Growth) di Bursa Efek Jakarta”.
SistemPengendalianManajemen.
JurnalPendidikanEkonomidanBi
(AlihBahasa:
snis.
KurniawanTjakrawaladan Krista).
Jakarta:SalembaEmpat. Rivai, Veithzal. et al. (2013).
ManajemenKelembagaanKeuan
Breasley, R.A., Myers, S.C. dan
gan. Jakarta: PT Raja
Marcus, A.J. (2006). Dasar-
GrafindoPersada.
DasarManajemenKeuangan
Perusahaan. (AlihBahasa: Bob SiscaChristiantyDewi. (2008).
Sabran MM). Jakarta: Erlangga. “PengaruhKepemilikanManajeri
al, KepemilikanInstitusional,
Brigham, E.F. dan Houston, J.F. (2010).
KebijakanUtang, Profitabilitas,
ManajemenKeuangan Ed. 10. Jakarta.
danUkuran Perusahaan
MichellSuharli. (2007). “Pengaruh terhadapKebijakanDividen”.
Profitability dan Investment JurnalBisnisdanAkuntansi,
Opportunity Set 10(1),hlm. 47-58.
terhadapKebijakanDividenTunai
Stice, E.K., Stice, J.D. danSkousen,
denganLikuiditassebagaiVariabe
K.F. (2009).
lPenguat”.
AkuntansiKeuangan.
JurnalAkuntansidanKeuangan,
(AlihBahasa: Ali Akbar).
9(1), hlm. 9-17.
Jakarta: SalembaEmpat.
RatihFitria Sari. (2010).
Sugiyono. (2012). MetodePenelitianBisnis.
“AnalisisPengaruhKepemilikan
Bandung: CV. Alfabeta
Manajerial, KebijakanUtang,
14
Thanatawee, Yordying. (2013).
“Ownership Structure and
Dividend Policy: Evidence from
Thailand”. International Journal
of Economics and Finance, 5(1),
pg. 121-131.
Vera Kusumawati. (2011).
“PengaruhKepemilikanManajeri
al, KepemilikanInstitusional,
Komite Audit, danKualitas
Audit terhadap Created Share
Holder Value pada Perusahaan
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Skripsi.
UniversitasSebelasMaret
Surakarta.
Fahriyani, Iin, PengaruhUkuran
Perusahaan, Invesment
Opportunity set,
danProfitabilitasTerhadapKebija
kanDividenDenganDebt TO
Equity Ratio
danKepemilikanInstitusionalSeb
agaiVariabelModerasi.
Risiko, KebijakanUtang, Dan
KebijakanDividen”.
ProsidingSimposiumNasionalAk
untansi V Semarang, 5-6
September, hlm. 601-623.
WahyuWidarjo. (2010). “Pengaruh
Ownership Retention,
Investasidari Proceeds
danReputasi Auditor
terhadapNilai Perusahaan
denganKepemilikanManajeriald
anInstitusionalsebagaiVariabelP
emoderasi”.

15

You might also like