You are on page 1of 12

Hubungan Corporate Governance, Corporate Social

Responsibilities dan Corporate Financial Performance


Dalam Satu Continuum

Etty Murwaningsari
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara struktur Coorporate


Governance yang diproksikan sebagai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial
terhadap corporate social responsibility dan corporate social responsibility terhadap corporate
financial performance. Penelitian menggunakan data sekunder dari laporan tahunan 2006
perusahaan publik yang terdapat di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek
Indonesia (BEI). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 126 perusahaan. Melalui
pendekatan analisa jalur (path analysis) menunjukkan Good Corporate Governance yaitu
kepemilikan managerial dan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja
perusahaan Good Corporate Governance yang diamati melalui kepemilikan managerial dan
institusional, mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR). Pengujian variabel control, yaitu CEO Tenure mempunyai pengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sedangkan jenis Industri
tidak mempunyai pengaruh terhadap CSR. Untuk Corporate Secretary dan Komite
Nominasi dan Remunerasi juga tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kata kunci: corporate governance, corporate social responsibility, corporate financial


performance, kepemilikan institusional, kepemilkan mangerial, CEO tenure,
corporate secretary, komite nominasi dan remunerasi

ABSTRACT

This research aims to identify the influence of Good Corporate Governance, represented by
institutional ownership and managerial ownership, on Corporate Social Responsibility and
Corporate Financial Performance, and also to observe the possible influence of Corporate
Social Responsibility on Corporate Financial Performance. This research examines 126
manufacturing companies which are listed in Indonesian Stock Exchange (ISX) and have
issued an audited financial statement for 2006. The statistical method used to test the
hypothesis is Path Analysis. The result suggests that Good Corporate Governance influences
both the disclosure of Corporate Social Responsibility and Corporate Financial Performance
and that Corporate Social Responsibility significantly influences Corporate Financial
Performance. The result also suggests that CEO Tenure, the controlling variable, holds a
significant influence on the disclosure of Corporate Social Responsibility. Yet, there is no
strong evidence to support the type of industries as an influencing factor of Corporate Social
Responsibility. Furthermore, we found that the latter condition would also apply when we
analyze the influence of Corporate Secretary and Nomination and Remuneration Committee
on Corporate Financial Performance.

Keywords: corporate governance, corporate social responsibilities, corporate financial


performance, institutional ownership, managerial ownership, CEO tenure,
corporate secretary, nomination and remuneration committee.

PENDAHULUAN masyarakat dan dunia internasianoal sebagai


syarat mutlak bagi dunia perindustrian untuk
Pelaksanaan Good Corporate Governance berkembang dengan baik dan sehat yang tujuan
sangat diperlukan untuk memenuhi kepercayaan akhirnya untuk mewujudkan stakeholder value.

30
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 31

Pengaturan dan pengimplementasian Good agency teory menjadi stakeholder theory perspec-
Corporate Governance memerlukan komitmen dari tive. Akibat yang muncul dari pergeseran paradig-
seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan ma ini, Good Coorporate Governance harus
penetapan kebijakan dasar serta tata tertib yang mempertimbangkan dan memperhatikan masalah
harus dianut oleh top manajemen dan penerapan corporate social responsibility dalam suatu
kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak konteks historis dan filosofi yang luas.
yang ada didalamnya. Terdapat lima prinsip Pengungkapan (disclosure) terhadap aspek
utama yang terkandung dalam Good Corporate social, ethical, environmental dan sustainability
sekarang ini menjadi suatu cara bagi perusahaan
Governance (Achmad Daniri 2006) yaitu; kerter-
untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitas-
bukaan (transparancy), akuntabilitas (accountabi-
nya kepada para stakeholder. Sustainability
lity), pertanggung jawaban (responsibility), kewa- reporting sebagaimana yang direkomendasikan
jaran (fairness), dan independensi (independency). oleh Global Reporting Initiative terfokus pada tiga
Selanjutnya gagasan utama Good Coorporate aspek kinerja yaitu ekonomi, lingkungan dan
Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan sosial. Ketiga aspek ini dikenal dengan Triple
yang baik adalah mewujudkan tanggung jawab Bottom Line. Bentuk pelaporan ini diharapkan
sosial (CSR). Hal ini sejalan dengan kesimpulan mempunyai hubungan yang positif antara
yang terangkum dalam Konferensi CSR yang corporate social responsibility dan corporate
diselenggarakan oleh Indonesia Business Links financial performance (CFP).
(IBL) pada 7-8 September 2006 di Jakarta yaitu Berdasarkan uraian di atas permasalahan
“Responsible business is good business”. Menteri penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat
Koordinator Perekonomian, Dr Boediono pengaruh antara struktur Coorporate Governance
(Republika, 2006) saat membuka konferensi ini yang diproksikan sebagai kepemilikan institu-
mengatakan, “CSR merupakan elemen prinsip sional, kepemilikan manajerial terhadap corporate
dalam tata laksana kemasyarakatan yang baik. social responsibility? 2) Apakah terdapat pengaruh
Bukan hanya bertujuan memberi nilai tambah antara struktur Coorporate Governance yang
bagi para pemegang saham. Pada intinya, pelaku diproksikan sebagai kepemilikan institusional,
CSR sebaiknya tidak memisahkan aktifitas CSR kepemilikan manajerial terhadap corporate
financial performance? 3) Apakah terdapat
dengan Good Corporate Governance. Karena
pengaruh antara corporate social responsibility
keduanya merupakan satu continuum (kesatuan),
terhadap corporate financial performance?
dan bukan merupakan penyatuan dari beberapa
bagian yang terpisahkan”.
PENGERTIAN GOOD CORPORATE
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan
GOVERNANCE
bahwa tanggung jawab sosial (CSR) mempunyai
keterkaitan erat dengan Good Coorporate
Pada dasarnya Good Corporate Governance itu
Governance. Seperti dua sisi mata uang, keduanya
sendiri terkait dengan stewardship theory dan
memiliki kedudukan yang kuat dalam dunia bisnis
agency theory. Stewardship theory dibangun atas
namun berhubungan satu sama lain. Tanggung
dasar asumsi filosifi mengenai sifat manusia yakni
jawab sosial berorientasi kepada para stakeholders
pada hakekatnya manusia dapat dipercaya,
hal ini sejalan dengan salah satu prinsip dari
mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab,
empat prinsip utama Good Coorporate Governance
memiliki integritas dan kejujuran pada pihak lain.
yaitu responsibility. Karena itu, prinsip respon-
Dengan kata lain teori ini memandang
sibility di sini lebih mencerminkan stakeholders-
manajemen dapat dipercaya untuk bertindak
driven concept. Menurut Reksodiputro (2004):
sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada
“Konsep Corporate Social Responsibilities merupa-
umumnya ataupun pemegang saham pada
kan bagian pedoman melaksanakan Good
khususnya. Sementara itu, agency theory yang
Corporate Governance. Masalah etika bisnis dan
dikembangkan oleh Michael Johnson dalam
akuntabilitas bisnis makin mendapat perhatian
Achmad Daniri, 2006 memandang bahwa
masyarakat di beberapa negara maju, yang
manajemen perusahaan sebagai “agents“ bagi para
biasanya sangat liberal dalam menghadapi
pemegang saham, akan bertindak dengan penuh
perusahaan mulai terdengar suara bahwa karena
kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan
“self-regulation” terlihat gagal, maka diperlukan
sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil
peraturan baru yang akan memberikan “higher
terhadap pemegang saham sebagaimana yang di
standards for corporate pratice” dan “tougher
asumsikan oleh stewardship model.
penalties for executive misconduct”.
Melalui surat edaran No SE.03 IPM/ 2000,
Pada saat ini telah terjadi pergeseran
yang diterbitkan tanggal 5 Mei 2000 disebutkan
paradigma Good Coorporate Governance yaitu
dengan memperluas paradigma teoretis dari bahwa dalam rangka Good Corporate Governance,
32 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41

perusahan tercatat wajib memiliki komisaris itu disebutkan, bahwa dalam rangka meningkat-
independen, komite audit, dan sekretaris peru- kan pelayanannya terhadap investor, emiten dan
sahaan (Corporate Secretary). Dalam penelitian ini perusahaan public diwajibkan membentuk
digunakan mekanisme internal berupa kepe- Corporate Secretary paling lambat 1 Januari 1997.
milikan institusional, kepemilikan manajerial, Dalam keputusan Ketua BAPEPAM tersebut
CEO tenure, Corporate Secretary dan Komite empat peranan dan fungsi pokok Corporate
Nominasi & Remunerasi yang akan diuraikan Secretary adalah: Pertama, mengikuti perkem-
sebagai berikut: bangan peraturan yang berlaku di Pasar Modal.
Kedua, memberikan pelayanan informasi kepada
Kepemilikan Manajerial masyarakat yang berkaitan dengan kondisi emiten
atau perusahaan publik. Ketiga, memberikan
Menurut Downes dan Goodman (1999) masukan kepada direksi dalam rangka mematuhi
kepemilikan manajerial adalah para pemegang ketentuan UUPM dan peraturan pelaksanaannya.
saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai Terakhir, menjadi penghubung antara perusahaan
pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen dengan BAPEPAM dan perusahaan dengan
yang secara aktif ikut dalam pengambilan masyarakat.
keputusan pada suatu perusahaan yang Keputusan Ketua BAPEPAM tersebut
bersangkutan.Dalam teori keagenan dijelaskan kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan
bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan direksi BEJ yang terakhir diberlakukan melalui
pemegang saham mungkin bertentangan. Hal Keputusan Direksi BEJ No. 339 tahun 2001.
tersebut disebabkan manajer mengutamakan Dalam keputusan direksi BEJ ini kewajiban
kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham membentuk Corporate Secretary semakin di-
tidak menyukai kepentingan pribadi manajer kukuhkan dengan fungsi yang semakin diperluas,
tersebut, karena pengeluaran tersebut akan yaitu termasuk didalamnya: Pertama, menyiap-
menambah biaya perusahaan yang menyebabkan kan daftar khusus yang berkaitan dengan direksi,
penurunan keuntungan perusahaan dan komisaris, dan keluarganya dalam perusahaan
penurunan deviden yang akan diterima. tersebut yang mencakup kepemilikan saham,
hubungan bisnis, dan peranan lainnya yang dapat
Kepemilikan Institusional menimbulkan benturan kepentingan. Kedua,
membuat daftar pemegang saham termasuk
Institusi merupakan sebuah lembaga yang kepemilikan 5% saham atau lebih. Ketiga,
memiliki kepentingan besar terhadap investasi menghadiri rapat direksi dan membuat berita
yang dilakukan termasuk investasi saham. acara rapat. Terakhir, bertanggungjawab dalam
Sehingga biasanya institusi menyerahkan penyelenggaraan RUPS Perusahaan.
tanggungjawab pada divisi tertentu untuk menge- Dari uraian dua keputusan otoritas pasar
lola investasi perusahaan tersebut. Karena modal tersebut dapat disimpulkan Corporate
institusi memantau secara profesional perkem- Secretary memiliki peranan kunci dalam pelak-
bangan investasinya maka tingkat pengendalian sanaan Corporate Governance (Sutawinangun,
terhadap tindakan manajemen sangat tinggi 2008).
sehingga potensi kecurangan dapat ditekan.
Menurut Pozen (1994), investor institusi dapat Komite Nominasi (Nomination/Governance
dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan Committee)
investor aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin
terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial, Komite Nominasi adalah komite yang terdiri
sedangkan investor aktif ingin terlibat dalam dari tiga sampai lima eksternal member yang
pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan mewakili stakeholders yang berpengaruh di-
institusi inilah yang mampu menjadi alat tambah beberapa komisaris independen komite
monitoring efektif bagi perusahaan. tanggung jawab kepada dewan komisaris dan
membantu komisaris dalam mentukan profit
Corporate Secretary kandidat untuk nominasi dewan komisaris dan
direksi walaupun tidak harus, ketua komite
Keberadaan Corporate Secretary di Indonesia sebaiknya merupakan satu dari komisaris
tidak dikenal dalam UU Persereoan Terbatas independen.
(UUPT) dmaupun UU Pasar Modal (UUPM) yang Terdapat dua fungsi utama komite nominasi
saat ini berlaku. Namun, keberadaan Corporate yakni untuk memberikan rekomendasi kepada
Secretary diatur dalam Keputusan Ketua dewan komisaris mengenai hal sebagai berikut : 1)
BAPEPAM No. 63 tahun 1996. Dalam keputusan daftar calon direktur dan komisaris untuk dipilih
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 33

oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan direktur aman dari kekuasaan yang dimilikinya.
yang akan dipilih oleh dewan komisaris untuk Hubungan CEO Tenure dan Pengungkapan
mengisi kekosongan: 2) komisaris yang akan Tanggung Jawab Sosial, menurut penelitian yang
dipilih untuk keanggotaan berbagai komite. dilakukan oleh Barnea dan Rubin (2006), CEO
Komite ini bertanggung jawab dalam mere- Tenure memiliki hubungan positif dengan
komendasi pemilihan anggota direksi kepada pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR)
dewan komisaris atau pemegang saham.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Komite Remunerasi/Kompensasi (CSR)

Komite remunerasi adalah komite yang terdiri Menurut Gray et al (1987) perusahaan
dari dua sampai tiga eksternal member bertanggung jawab secara sosial ketika mana-
professional dalam executive compensation system. jemennya memiliki visi atas kinerja operasional-
Komite bertanggung jawab kepada dewan nya, tidak hanya mengutamakan atas laba
komisaris dan membantu board of commissioners perusahaan tetapi juga dalam menjalankan
dalam menentukan execusive compensation aktivitasnya, memperhatikan lingkungan yang
package dan juga membantu dewan komisaris ada disekitarnya. Ruang lingkup tanggung jawab
untuk membantu menentukan remunerasi sosial (CSR) antara lain: (a) Basic Responsibility,
mereka sendiri yang diusulkan kepada share- tanggung jawab yang muncul karena keberadaan
holder. Walaupun tidak harus, ketua komite dan perusahaan. Contohnya kewajiban membayar
remunerasi sebaiknya merupakan satu dari pajak, mentaati hukum, memenuhi standar
komisaris independen . pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham (b)
Fungsi utama komite remunerasi menurut Organizational Responsibility, tanggung jawab
Corporate Governance dan Etika Korporasi yang perusahaan untuk memenuhi kepentingan stake-
dikeluarkan kantor Menteri Negara BUMN tahun holder, yaitu karyawan, konsumen, pemegang
1999, yakni : 1) mengkaji dan merekomendasikan saham dan masyarakat. (c) Societal Responsibility,
perubahan sistem remunerasi direksi, komisaris, tanggung jawab yang menjelaskan tahapan ketika
dan karyawan sehingga mencerminkan keter- interaksi antara bisnis dan masyarakat sehingga
kaitan antara pencapaian target kinerja perusahaan dapat tumbuh dan berkembang
perusahaan dengan tingkat reward atau secara berkesinambungan.
punishment yang diterima; 2) mengkaji serta Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung
merekomendasikan perubahan pemberian dan jawab sosial di atur oleh Ikatan Akuntan
penggunaan fasilitas yang disajikan oleh direksi, Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar
dewan komisaris, dan karyawan untuk mencegah Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Paragraf 9,
terjadinya penyalahgunaan yang menimbulkan yang meyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula
pemborosan; 3) melaporkan hasil pengkajian dan menyajikan laporan tambahan seperti laporan
rekomendasi kepada dewan komisaris untuk mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
dapat diteruskan pada RUPS guna mendapatkan tambah (value added statement), khususnya bagi
persetujuan. industri dimana factor-faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri
CEO Tenure yang menganggap pegawai sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan
Shen (2003) seperti dikutip oleh Zubaidah penting”
(2003) menyatakan bahwa karakteristik dari CEO Selain itu, pengungkapan tanggung jawab
adalah sangat penting dalam Corporate sosial ini juga terdapat dalam keputusan Ketua
Governance, oleh karena itu, akan menjadi relevan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. kep-
dalam pelaporan Corporate Governance. Ting- 38/PM/1996 peraturan No. VIII.G.2 tentang
katan yang berbeda pada masa jabatan CEO akan Laporan Tahunan. Peraturan ini berisi mengenai
mempengaruhi baik pengembangan kepemim- kebebasan bagi perusahaan untuk memberikan
pinan CEO juga kesempatan untuk mengendali- penjelasan umum mengenai perusahaan, selama
kan manajemen. Luasnya kinerja dan masa hal tersebut tidak menyesatkan dan bertentangan
jabatan CEO mempengaruhi tingkat pelaporan dengan informasi yang disajikan dalam bagian
Corporate Governance. Belum banyak dilakukan lainnya. Penjelasan umum tersebut dapat berisi
penelitian terhadap hal tersebut. Shen(2003) uraian mengenai keterlibatan perusahaan dalam
menyatakan bahwa semakin lama masa jabatan kegiatan pelayanan masyarakat, program
CEO maka dia akan mengungkapkan lebih kemasyarakatan, amal, atau bakti sosial lainnya,
rendah atau lebih sedikit praktek corporate serta uraian mengenai program perusahaan
governance karena dia akan memilih posisi yang dalam rangka pengembangan SDM.
34 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41

CORPORATE FINANCIAL PERFORMANCE meningkatkan beban bunga hutang karena resiko


(CFP) kebangkrutan perusahaan yang meningkat,
sehingga agency cost of debt semakin tinggi.
Penilaian kinerja adalah penentuan secara Agency cost of debt yang tinggi pada gilirannya
periodik efektifiatas operasional suatu organisasi, akan berpengaruh pada penurunan nilai
bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham
sasaran, standar dan kriteria yang telah oleh pihak insiders, maka insiders akan ikut
ditetapkan sebelumnya. Terdapat beberapa model memperoleh manfaat langsung atas keputusan –
untuk mengukur nilai suatu perusahaan. Model keputusan yang diambilnya, namun juga akan
pengukur tersebut antara lain dengan mengguna- menanggung resiko secara langsung bila
kan Tobin’s Q ratio, yaitu: keputusan itu salah. Dengan demikian kepe-
a. White et al (2002) milikan saham oleh insiders merupakan insentif
Q = (MVE + D)/(BVE + D) untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
b. Chung dan Pruitt (1994 Penelitian Suranta dan Machfoedz (2003) yang
Tobin’s q = (MVE + PS + DEBT)/TA menemukan bahwa kepemilikan manajerial
c. Klapper dan Love (2002) memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai
Tobin’s q = (MVE + DEBT)/TA perusahaan, yang berarti semakin tinggi
kepemilikan manajerial akan semakin menurun-
Q : nilai perusahaan kan nilai perusahaan. Faisal (2004) menemukan
MVE : Market Value Equity yang diukur dengan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
Closing Price akhir tahun x jumlah terhadap nilai perusahaan. Hal ini mengindikasi-
D : saham yang beredar akhir tahun kan bahwa kepemilikan manajerial gagal menjadi
BVE : Total hutang mekanisme meningkatkan nilai perusahaan. Euis
PS : Nilai buku total aktiva (EquityBook Soliha & Taswan (2002), menemukan bahwa
DEBT : Value) Insider Ownership berpengaruh positif dan
TA : nilai likuidasi dari saham preferen (utang signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan
lancar-aktiva lancar) + nilai sediaan + demikian hipotesis yang menyatakan bahwa
utang jangka panjang total aktiva semakin besar kepemilikan oleh insider akan
menaikan nilai perusahaan adalah terbukti.
KERANGKA PEMIKIRAN Temuan dalam riset ini konsisten dengan temuan
Leland & Pyle (1977).
Variabel Independen : Variabel Intervening Variabel Dependen Atas alasan tersebut di atas maka hipotesis
Corporate Kinerja yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
Kepemilikan manajerial H2 Social H3 Perusahaan
Kepemilikan Institusional Responsibility
H1
(CSR) Indeks
(Tobin’s Q)
Ha1a: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif
H1 dan signifikan terhadap kinerja perusahaan
Variabel Kontrol
CEO Tenure
Kepemilikan Institutional dan Nilai Perusahaan
Jenis Industri (High-Low Profile)
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
Corporate Secretary
Komite Nominasi & Remunerasi
A.
bahwa kepemilikan institusional memiliki
peranan yang sangat penting dalam memini-
malisasi konflik keagenan yang terjadi antara
Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan manajer dan pemegang saham. Keberadaan
investor institusional dianggap mampu menjadi
Agency problem bisa dikurangi bila manajer mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap
mempunyai kepemilikan saham dalam keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini
perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam
perlu sebab akan terjadi penyebaran pengambilan pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah
keputusan dan resiko. Para manajer umumnya percaya terhadap tindakan manipulasi laba.
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian yang
kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan telah dilakukan oleh Rajgopal et al., (1999),
perilaku oportunistik. Para manajer juga menyimpulkan bahwa investor institusional
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan adalah sophisticated investor yang memiliki
hutang yang tinggi bukan untuk memaksimum- pengetahuan yang lebih baik sehingga manajer
kan nilai perusahaan, melainkan untuk tidak dapat melakukan manipulasi laba karena
kepentingan oportunistik manajer. Hal ini akan adanya tekanan dari investor institusional yang
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 35

memiliki proporsi saham yang besar dan dan Rubin (2006) tidak ditemukan hubungan
monitoring yang dilakukan secara aktif dapat antara Kepemilikan Manajerial dan CSR.
menekan terjadinya praktek manajemen laba. Ha2a: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif
Shiller dan Pound (1989) menemukan bahwa terhadap CSR
investor institusional menghabiskan lebih banyak
waktu untuk melakukan analisis investasi dan Kepemilikan Institusional dan CSR
mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu
mahal perolehannya bagi investor lainnya. Mereka Penelitian yang dilakukan oleh Barnea dan
akan melakukan fungsi monitoring dan tidak akan Rubin (2006) menggunakan sampel sebanyak
mudah diperdaya atau percaya dengan tindangan 3000 perusahaan yang didapat dari database KLD.
manipulasi oleh manajer seperti tindakan Sampel tersebut dikategorikan dalam perusahaan
manajemen laba. yang bertanggung jawab secara sosial (Socially
Hasil penelitian Steiner (1996) seperti yang Responsible) dan tidak bertanggung jawab secara
dikutip oleh Machfoedz (2003) memberikan bukti sosial (Socially Irresponsible). Hasilnya adalah
bahwa kepemilikan institusional dan nilai kepemilikan institusional tidak berhubungan
perusahaan (Tobin’s Q) memiliki hubungan yang dengan CSR:
signifikan. Penelitian Suranta dan Machfoedz Ha2b: Kepemilikan Institusional berpengaruh ter-
(2003) juga menyimpulkan bahwa kepemilikan hadap CSR
institusional berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dan
oleh Larasanti (2003), kepemilikan institusional Kinerja Perusahaan
belum berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai perusahaan dan kinerja keuangan Lajili dan Zeghal (2006) menemukan bahwa
perusahan. Faizal (2004) menemukan bahwa perusahaan yang lebih banyak mengungkapkan
kepemilikan institusional belum efektif untuk informasi human capital (yang juga merupakan
memonitor manajemen dalam mengingkatkan bagian dari CSR) memiliki kinerja keuangan yang
nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang
kepemilikan manajerial gagal menjadi mekanisme sedikit mengungkapkan informasi tersebut.
meningkatkan nilai perusahaan. Atas alasan Preston (1978) melaporkan bahwa return on equity
tersebut di atas maka hipotesis yang dapat yang lebih tinggi untuk perusahaan yang mem-
dikembangkan adalah sebagai berikut: buat pengungkapan dibandingkan perusahaan
yang tidak membuat pengungkapan. Penelitian
Ha1b: Kepemilikan institusional berpengaruh
yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996)
positif dan signifikan terhadap kinerja
melaporkan bahwa pengungkapan tanggung
perusahaan
jawab sosial tidak signifikan berpengaruh
terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian di atas
Kepemilikan Manajerial dan CSR.
maka hipotesis adalah sebagai berikut:
Ha3: Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Jensen & Meckling (1976), konflik
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
kepentingan manajer dengan pemilik menjadi
semakin besar ketika kepemilikan manajer
METODOLOGI PENELITIAN
terhadap perusahaan semakin kecil, begitu pun
sebaliknya. Semakin besar kepemilikan manajer
di dalam sebuah perusahaan, maka akan semakin Kinerja Keuangan Perusahaan diukur dengan
produktif tindakan manajer dalam memaksimal- menggunakan Tobin’s Q dengan yang dikembang-
kan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan kan oleh Klepper dan Love (2002)
pernyataan Gray,et.al (1988), manajer perusahaan
akan mengungkapkan informasi sosial dalam Tobin’s q = ( MVE + DEBT ) / TA
rangka untuk meningkatkan image perusahaan, MVE = Harga penutupan saham diakhir tahun
meskipun ia harus mengorbankan sumber daya buku X banyaknya saham biasa yang
untuk aktivitas tersebut. Penelitian pertama beredar.
dilakukan oleh Anggraini, (2006) hasilnya PS = Nilai likuidasi dari saham perferen yang
ditemukan terdapat hubungan antara kepemili- beredar.
kan manajerial dan CSR. Namun penelitian DEBT = (Utang lancar – aktiva lancar) + nilai
Widyasari dan Rahman (2007) tidak ditemukan buku sediaan + utang jangka panjang
hubungan antara kepemilikan manajerial dan TA = Nilai buku total aktiva.
CSR. Hal serupa terjadi pada penelitian Barnea
36 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41

Variabel Bebas (Independent Variable) adalah: an tersebut memiliki corporate secretary dan 0 jika
1) Kepemilikan manajerial. Kepemilikan mana- tidak terdapat corporate secretary, b) Komite
jerial adalah jumlah saham yang dimiliki oleh Nominasi dan Remunerasi. Anggota komite ini
pihak manajemen dalam sebuah perusahaan. diukur dengan skala nominal. Dimana 1 untuk
Proporsi kepemilikan manajerial diukur perusahan yang memiliki komite nominasi dan
berdasarkan persentase kepemilikannya. remunerasi dan 0 untuk perusahaan yang tidak
Rumusnya adalah: terdapat komite nominasi dan remunerasi.
Jumlah saham Manajemen a) CEO Tenure.
% Kepemilikan manajerial =
Jumlahsaham yang beredar CEO adalah seseorang yang bertugas dan
2) Kepemilikan Institusional. Kepemilikan Institu- bertanggung jawab dalam mengelola dan
sional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh menjalankan kegiatan operasional perusahaan.
suatu institusi dalam sebuah perusahaan. Proporsi Di Indonesia CEO dipilih setiap 5 tahun sekali.
Kepemilikan Institusional diukur berdasarkan CEO Tenure adalah jangka waktu yang sudah
persentase kepemilikannya. Rumusnya adalah: dijalankan oleh seorang CEO mulai dari
Jumlah saham Institusional
penunjukkannya sampai dengan akhir tahun
% Kepemilikan Institusional = 2006.
Jumlahsaham yang beredar
b) Jenis Industri
Variabel intervening yang digunakan dalam Patten (1991) mengidentifikasikan perusahaan
penelitian ini adalah Corporate Social Responsi- minyak, kimia, dan kertas sebagai high-profile.
bility dengan melihat data fundamental peru- Sementara Robert (1992) menggolongkan
sahaan, yang berasal dari laporan keuangan perusahaan automobile, penerbangan, dan
tahunan. Data tersebut berupa jumlah kalimat industri minyak sebagai high-profile. Penelitian
pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) yang lainnya yang dilakukan oleh Hucston dan
berhubungan dengan kategori tanggung jawab Milne (1992) menambahkan media komunikasi
sosial (CSR) perusahaan yang bersangkutan. sebagai high-profile. Klasifikasi tersebut di atas
Kategori yang menjadi acuan penulis merupakan yang menjadi dasar penentuan jenis industri
kategori yang digunakan oleh Hakstom and Milne
dalam penelitian ini. Variabel ini merupakan
(1996), antara lain: lingkungan, energi, kese-
dummy veriabel yang ukurannya berupa angka
lamatan dan kesehatan karyawan, lain-lain
0 (low profile) dan 1 (high profile).
tenaga kerja, produk, keterlibatan dengan
masyarakat dan umum.
Penelitian menggunakan data sekunder
Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90
item pengungkapan. Berdasarkan peraturan berasal dari laporan tahunan 2006 perusahaan
Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan publik yang terdapat di Pusat Referensi Pasar
dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
di Indonesia, maka dua belas item dihapuskan Pojok BEI Universitas Trisakti, JSX Statistic
karena kurang sesuai untuk diterapkan dengan Quarteryl, BAPEPAM, Internet.
kondisi di Indonesia sehingga secara total tersisa Jumlah sampel yang digunakan dalam
78 item pengungkapan. 78 item tersebut kemudi- penelitian adalah sebanyak 126 perusahaan yang
an disesuaikan kembali dengan masing-masing memenuhi kriteria-kriteria dari purposive
sektor industri sehingga item pengungkapan yang sampling seperti Tabel 1.
diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda.
Adapun rumus untuk menghitung indeks Tabel 1. Jumlah dan Klasifikasi Sampel Penelitian
pengungkapan tanggung jawab sosial adalah: No Klasifikasi Jumlah
∑ X ij 1 Perusahaan publik dalam sektor 150
CSRIj = manufaktur terdaftar BEI
n 2 Perusahaan yang tidak menerbitkan (12)
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure laporan tahunan periode 31 Desember
Index perusahaan j 2006 dan mengungkapkan CSR
nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78
3 Perusahaan yang menggunakan mata (6)
Xij : dummy variable : 1 = jika item i di-
uang selain Rupiah (Dollar) dalam
ungkapkan; 0 = jika item i tidak dan laporan tahunan 31 Desember
2006
Variabel Kontrol (Control Variable) adalah: a)
4 Perusahaan yang tidak menyajikan (6)
Corporate secretary. Corporate secretary diukur data yang digunakan dalam penelitian
dengan menggunakan skala nominal. Dimana ada secara lengkap
tidaknya corporate secretary dalam sebuah TOTAL 126
perusahaaan diukur dengan cara 1 jika perusaha-
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 37

Dalam penelitian ini pengujian hipotesa keseluruhan (baik model struktural maupun
menggunakan Path Analisys untuk mengetahui model pengukuran secara bersamaan). Kriterianya
hubungan simultan pada beberapa variabel yang dengan melihat:
diuji (Hair, 1995). Hubungan fenomena teoritis, - X2 atau Chi Square Statistic. Dalam uji ini yang
riset empiris dan pengembangan hipotesis bisa diperlukan adalah nilai yang tidak signifikan.
dilihat dari path diagram, adapun penyebaran ke Semakin kecil, semakin baik model tersebut.
persamaan struktural sebagai berikut. - profitability. nilai terbaik adalah minimal 0,05
atau diatas 0.05
Persamaan 1: Uji hipotesa 1 - goodness-of-fit-index (GFI), kriteria dari GFI
Tobin’s Q = β11 MGROWN + β12 INST + β13 CS + adalah > 0,90 atau mendekati 1 semakin baik.
β14 KNR + e1 - root mean square error of approximation
(RMSEA), tingkat penerimaan < 0,08.
Persamaan 2: Uji hipotesa 2 a) Incremental fit measures yaitu ukuran
CSR = β21 MGROWN + β22 INST + β23 CEOT untuk membandingkan model yang
+ β24 JI + e2 diajukan (proposed model) dengan model
lain yang dispesifikasi oleh peneliti.
Persamaan 3: Uji hipotesa 3
Kriterianya dengan melihat:
Tobin’s Q = β31 CSR + e3
- normed fit index (NFI), tingkat peneri-
Keterangan
maan > 0,90 atau mendekati 1.
CSR = Persentase pengungkapan Tang- - adjusted goodness-of-fit-index (AGFI),
gung Jawab Sosial tingkat penerimaan > 0,90
Tobin’s Q = Performance Perusahaan - comparative fit index (CFI ). Indeks ini
INST = Kepemilikan Institusional tidak dipengaruhi oleh sampel sehingga
MGROWN = Kepemilikan manajerial sangat baik untuk mengukur tingkat
CEOT = CEO Tenure penerimaan sebuah model. Tingkat
JI = Jenis Industri penerimaannya adalah > 0,90 atau
CS = Corporate Secretary semakin mendekati 1.
KNR = Komite Nominasi & Remunerasi b) Parsimonious fit measures, yaitu melaku-
kan adjusment terhadap pengukuran fit
Pengolahan data menggunakan program untuk dapat diperbandingkan antar model
AMOS (Analysis of Moment Structures) version 7. dengan jumlah koefisien yang berbeda.
Dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 1) Uji Kriterianya dengan melihat nilai: Normed
Normalitas. Structural Equation Modeling men- chi-square. The minimum sampel discre-
syaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. pancy function (CMIN) dibagi dengan
Pengujian ini dilakukan pada saat operasi Amos degree of freedom akan menghasilkan
berjalan. Terdapat dua cara pegujian normalitas indeks Normed chi-square (CMIN/DF).
yaitu univariate dan multivariate normality. Suatu Indeks yang memiliki acceptabel fit batas
distribusi data dapat dikatakan normal apabila bawah = 1 dan batas atas : 2, 3, atau 5.
nilai C.R. skewnes maupun kurtosis lebih kecil dari MGROWN
nilai kritik tabel + 1,96 dengan tingkat signifikansi
0.05 (p-value 5%). (Hair, edisi 5, hal 71), jika
sebuah variabel adalah normal secara multivariat, INST
z1

1
maka akan normal juga secara univariat. Tetapi
tidak berlaku sebaliknya, 2) Uji Multicolinearity CSR

dan Singularity. Untuk melihat apakah terdapat CEOT


multicolinearitas dan Singularity dalam sebuah
kombinasi variabel, perlu mengamati determinant
matrix covariance. Untuk mendeteksi multi-
coliniarity hanya disebutkan determinan yang
JI

benar-benar kecil mengindikasikan adanya


TOBINSQ
multikolinearitas, tanpa ada angka absolut, 3) Uji 1

Kesesuaian Model. Sebelum menganalisa hipotesa CS

yang diajukan, terlebih dahulu dilakukan


z2

pengujian kesesuaian model (goodness-of-fit


model). Pengujian dilakukan dengan melihat KNR
beberapa kriteria pengukuran, yaitu: a) Absolute
fit measure yaitu mengukur model fit secara Gambar 1. Model Penelitian
38 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Hasil Pengujian Normalitas


Variabel min max skew c.r. kurtosis c.r.
Deskriptif statistik menjelaskan tentang
KNR 0,000 1,000 1,037 4,752 -0,925 -2,118
gambaran data yang digunakan dalam penelitian CS 0,000 1,000 -1,282 -5,875 -0,356 -0,816
ini. JI 0,000 1,000 -0,388 -1,778 -1,849 -4,238
CEOT 0,000 5,000 -0,401 -1,839 -0,999 -2,289
Tabel 2.
INST 0,000 59,800 1,567 7,182 1,866 4,277
Variabel Min. Max. Mean Std. Deviasi MGROWN 0,000 7,620 2,491 11,413 4,851 11,116
MGROWN 0,00 7,62 0,7356 1,8047 CSR 1,100 17,692 1,049 4,809 0,309 0,708
INST 0,00 59,80 11,5298 13,5297 TOBINSQ -0,559 2,747 0,791 3,626 -0,095 -0,218
CEOT 0,00 5,00 3,1270 1,6149 Multivariate 3,756 1,667
JI 0,00 1,00 0,5952 0,4928
CS 0,00 1,00 0,7698 0,4226 Pada tabel yang disajikan diatas, dengan
KNR 0,00 1,00 0,2698 0,4456 analisis secara univariate, diketahui bahwa
CSR 1,10 17,69 5,5431 4,0991 variabel penelitian berdistribusi tidak normal,
TobinsQ -0,56 2,75 0,7885 0,6807 karena nilai C.R. skewnes dan C.R. kurtosis lebih
besar dari nilai kritik tabel + 1,96. Jika pengujian
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dianalisis secara multivariate, diketahui bahwa
nilai rata-rata kepemilikan manajerial C.R. kurtosis sebesar 1,667 kurang dari nilai kritik
(MGROWN) adalah 0,7356% dengan nilai tabel 1,96. Maka dapat dinyatakan bahwa
minimum 0% dan maksimum 7,62%. Rendahnya distribusi data adalah normal secara multivariate.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan
nilai rata-rata tersebut dikarenakan terdapat
bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi
beberapa sampel tidak memiliki saham
normal untuk sebagian variabel secara univariate
managerial (0%). Sementara itu kepemilikan
dan terdistribusi normal secara multivariate. Oleh
institusional (INST) memiliki nilai rata-rata karena itu asumsi normalitas dapat terpenuhi.
11,5298% dengan nilai maksimum 59,80% dan Hair (edisi 5, hal 71) menyebutkan jika sebuah
nilai minimum 0% (tidak ada saham yang dimiliki variabel adalah normal secara multivariate, maka
oleh institusi dalam sebuah perusahaan). akan normal juga secara univariat. Tetapi tidak
Sebagai variabel control, rata-rata CEO berlaku sebaliknya.
menjalankan kegiatan operasional perusahaan Untuk melihat apakah terdapat multico-
adalah 3 tahun. Nilai maksimum umur CEO linearitas dan singularity dalam sebuah kombinasi
adalah 5 tahun. Adapun nilai minimum 0 variabel, peneliti perlu mengamati determinant
menunjukkan CEO yang baru saja bergabung di matrix covariance. Determinan yang benar-benar
perusahaan. Penelitian ini juga mengamati jenis kecil mengindikasikan adanya multikolinearitas.
industri (JI) sebagai dummy veriabel yang Pada model penelitian yang digunakan, nilai
ukurannya berupa 1 (high profile) yaitu peusahaan determinan matrik kovarians yang diperoleh dari
minyak, kimia dan kertas dan angka 0 (low profile) hasil perhitungan AMOS adalah 44,540. Nilai
untuk jenis industri lainnya. Demikian pula tersebut sangat menjauhi nilai nol, sehingga model
Corporate Secretary (CS) sebagai dummy variabel, penelitian dinyatakan terbebas dari permasalahan
angka maksimum 1 menunjukkan perusahaan multicolinearitas dan singularity.
memiliki corporate secretary dan angka minimum Sebelum menganalisa hipotesa yang diajukan,
0 menunjukkan perusahaan tidak memiliki terlebih dahulu dilakukan pengujian kesesuaian
corporate secretary. model (goodness-of-fit model). Hasil seperti Tabel 4.
Corporate Social Responsibility (CSR) memi- Dari tabel tersebut diketahui bahwa nilai chi-
square sebagai syarat utama pada uji kesesuaian
liki nilai rata-rata 5,5431. Indeks minimum CSR
model sebesar 4,998 dengan p-value 0,288.
sebesar 1,10 dan nilai indeks maksimum 17,69.
Sehingga uji kesesuaian model dengan melihat
Kinerja perusahaan yang diukur melalui TobinsQ
nilai chi-square dapat terpenuhi. Sedangkan hasil
memiliki nilai rata-rata 0,7885. Angka minimum -
uji kesesuaian yang ditinjau melalui kriteria
0,56 mencerminkan kinerja perusahaan yang absolute fit measure lainnya, seperti GFI dan
kurang baik. Sementara itu angka maksimum RMSEA telah memenuhi kriteria yang disaran-
2,75 menunjukkan kinerja perusahaan yang kan. Demikian pula hasil uji kesesuaian yang
cukup baik. ditinjau melalui kriteria incremental fit measures
Suatu distribusi data dapat dikatakan normal seperti NFI, AGFI, CFI juga telah memenuhi
apabila nilai C.R. skewnes maupun kurtosis lebih kriteria yang disarankan. Pada kriteria
kecil dari nilai kritik tabel + 1,96, tingkat parsimonious fit measures sebesar 1,249 berada
signifikansi 0.05 (p-value 5%). diantara batas bawah 1,0 dan batas atas 2,0.
Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 39

Tabel 4. Pengukuran Tingkat Kesesuaian pengaruh antara kepemilikan manajerial


(goodness-of-fit model) (MGROWN) terhadap Corporate Social Respons-
ibility Indeks (CSR) adalah positif. Artinya jika
Pengukuran Batas Penerimaan
Nilai kepemilikan manajerial naik sebesar 1% maka
Goodness-of-fit Yang Disarankan
Corporate Social Responsibility Indeks akan
Chi-square semakin rendah 4,998 mengalami peningkatan sebesar 0,203.
p-value > 0,05 0,288 Hasil pengujian H2b diketahui p-value 0,030 <
GFI > 0,90 0,990
alpha 0,05, maka Ha2b dapat didukung. Nilai
RMSEA < 0,08 0,045
koefisien regresi sebesar 0,189 menunjukkan
NFI > 0,90 0,949
AGFI > 0,90 0,912
pengaruh antara kepemilikan institusional (INST)
CFI > 0,90 0,986 terhadap Corporate Social Responsibility Indeks
Batas bawah : 1,0 (CSR) adalah positif. Artinya jika kepemilikan
Normed chi-square 1,249 institusional naik sebesar 1% maka Corporate
Batas atas : 2,0 ; 3,0 atau 5,0
Social Responsibility Indeks akan mengalami
Pengujian hipotesa terlihat pada Tabel 5. peningkatan sebesar 0,189.
Hasil pengujian H3 diketahui p-value 0,000 <
Hasil pengujian H1a diketahui p-value 0,000 <
alpha 0,05, maka Ha3 dapat didukung. Nilai
alpha 0,05, maka Ha1a dapat didukung. Nilai
koefisien regresi sebesar 0,358 menunjukkan
koefisien regresi sebesar 0,379 menunjukkan pengaruh antara Corporate Social Responsibility
pengaruh antara kepemilikan manajerial Indeks (CSR) terhadap kinerja perusahaan
(MGROWN) terhadap kinerja perusahaan (TOBINS’Q) adalah positif. Artinya jika Corporate
(TOBINS’Q) adalah positif. Artinya jika Social Responsibility Indeks naik sebesar 1 satuan
kepemilikan manajerial naik sebesar 1% maka maka kinerja perusahaan akan mengalami
kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan peningkatan sebesar 0,358.
sebesar 0,379. Pada model penelitian yang diajukan ini,
Hasil pengujian H1b diketahui p-value 0,045 < terdapat empat variabel kontrol yaitu CEO Tenure
alpha 0,05, maka Ha1b dapat didukung. Nilai (CEOT), Jenis Industri (JI), Corporate Secretary
koefisien regresi sebesar 0,155 menunjukkan (CS), dan Komite Nominasi dan Remunerasi
pengaruh antara kepemilikan institusional (INST) (KNR). Hasil pengujian yag ditunjukkan pada
terhadap kinerja perusahaan (TOBINS’Q) adalah tabel diatas, diketahui terdapat pengaruh positif
positif. Artinya jika kepemilikan institusional naik yang signifikan antara CEO Tenure terhadap
sebesar 1% maka kinerja perusahaan akan Corporate Social Responsibility Indeks (p-value
mengalami peningkatan sebesar 0,155. 0,047 < alpha 0,05). Untuk variabel kontrol
Hasil pengujian H2a diketahui p-value 0,019 < lainnya tidak menunjukkan pengaruh yang
alpha 0,05, maka Ha2a dapat didukung. Nilai signifikan terhadap variabel dependennya karena
koefisien regresi sebesar 0,203 menunjukkan p-value > alpha 0,05.

Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesa


Std. C.R.
Path Analisis p-value Kesimpulan
Estimate (t-value)
H1a : MGROWN Æ TOBINS’Q 0,379 4,944 0,000 positif, signifikan
H1b : INST Æ TOBINS’Q 0,155 2,004 0,045 positif, signifikan
H2a : MGROWN Æ CSR 0,203 2,338 0,019 positif, signifikan
H2b : INST Æ CSR 0,189 2,165 0,030 positif, signifikan
H3 : CSR Æ TOBINS’Q 0,358 4,718 0,000 positif, signifikan

Tabel 6. Hasil Pengujian Variabel Control


Std. C.R.
Path p-value Kesimpulan
Estimate (t-value)
CEO T Æ CSR 0,174 1,986 0,047 positif, signifikan
JI Æ CSR 0,006 0,064 0,949 positif, tidak signifikan
CS Æ TOBINS’Q -0,043 -0,573 0,567 negatif, tidak signifikan
KNR Æ TOBINS’Q 0,015 0,199 0,843 positif, tidak signifikan
40 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 30-41

z1
(1978) Namun temuan dalam penelitian ini tidak
MGROWN
1
sejalan dengan Hackston dan Milne (1996).
0,20
Pengujian variabel control yaitu CEO Tenure
mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan
-0,19
0,19 CSR
0,17 tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
0,36 Sementara itu Jenis Industri tidak mempunyai
0,08

INST
0,38
pengaruh terhadap CSR. Corporate Secretary dan
Komite Nominasi dan Remunerasi tidak mem-
-0,09

0,16 TOBINSQ
punyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa
1
CEOT
z2 keterbatasan, yaitu: 1) Periode penelitian hanya
satu tahun, sehingga memungkinkan praktek
Gambar 2. Final Model
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
yang diamati kurang menggambarkan kondisi
KESIMPULAN
yang sebenarnya. Periode penelitian yang lebih
panjang akan memberikan kemungkinan yang
Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik
lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih
kesimpulan sebagai berikut:
mendekati kondisi sebenarnya, 2) Sampel yang
Mayoritas perusahaan manufaktur yang
digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006
pada perusahaan yang dikelompokkan sebagai
sudah melakukan praktik pengungkapan
perusahaan manufaktur.
tanggung jawab sosial. Hal ini didasari oleh hasil
Penelitian selanjutnya hendaknya 1) meng-
penelitian yang mengungkapkan bahwa dari 150
gunakan periode waktu yang lebih panjang serta
perusahaan manufaktur yang terdaftar, sebanyak
jumlah sampel yang tidak membatasi kelompok
138 perusahaan sudah melakukan pengungkapan
industri tertentu, 2) Item-item pengungkapan
tanggung jawab sosial tersebut. Tema sosial yang
tanggung jawab social perusahaan hendaknya
paling sering diungkapkan adalah tema lain-lain
senantiasa diperbaharui sesuai dengan kondisi
tenaga kerja, dengan itemnya yaitu ‘pelatihan
yang ada di masyarakat. Hal ini mungkin dapat
tenaga kerja melalui program tertentu di dalam
dilakukan dengan melibatkan para aktivis social.
perusahaan’. Hal ini menunjukkan kepedulian
perusahaan terhadap tenaga kerjanya yang
DAFTAR PUSTAKA
merupakan asset dalam keberhasilan pencapaian
tujuan perusahaan. Anggraini, Nenny. 2007. “Corporate Social
Melalui pendekatan analisa jalur (path Responsibility”. Buletin Ekonomi, Vol.10,
analysis) menunjukkan Good Corporate Governance No.2, September 2007 : 40-46
yaitu kepemilikan managerial dan institusional
Boediono, Dr. 2006, “CSR, Elemen Utama Tata
mempunyai pengaruh terhadap kinerja
Laksana Kemasyarakatan yang Baik”
perusahaan (TOBINS’Q). Hasil ini sesuai dengan Republika 17 September 2006
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Leland & Pyle (1977), Euis Soliha & Taswan Barnea, Amir & Amir Rubin. 2006. “Corporate
(2002), Suranta dan Machfoedz (2003). Social Reponsibility as a Conflict between
Selanjutnya hasil penelitian ini dapat Shareholders”.Paper presented to EFA 2006
membuktikan bahwa Good Corporate Governance Zurich Meeting,Swiss, Europe.
yang diamati melalui kepemilikan managerial dan Chung & Pruitt .1994. A Simple Approximation of
institusional, mempunyai pengaruh terhadap Tobin’s Q, Financial Management
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR). Hasil ini sejalan dengan penelitian Daniri, Mas Achmad. 2005. Good Corporate
Governance, Konsep dan Penerapannya
Anggraini (2006). Namun temuan tersebut tidak
Dalam Konteks Indonesia. Jakata: PT Ray
sejalan dengan penelitian Widyasari dan Rahman
Indonesia
(2007), Barnea dan Rubin (2006). Demikian pula
dengan pengaruh kepemilikan institusional Downes, J. & Goodman, JE. 1998 Dictionary of
terhadap CSR, dalam penelitian Barnea dan Finance and Investment Term, Barrons
Rubin (2006) tidak ditemukan adanya pengaruh Educational Series
yang signifikan. Euis Soleha, Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan
Sementara itu, CSR berpengaruh singnifikan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta
terhadap kinerja perusahaan. Temuan tersebut Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”
sejalan dengan Lajili dan Zeghal (2006); Preston Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 9, no.2.
21

Murwaningsari: Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan 41

Faizal. 2004. “Analisis Agency Costs, Struktur Patten, DM. 1991. “Exposure, Legitimacy and
Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Social Disclosure”, Journal of Accounting
Governance”, Simposium Nasional and Public Policy, Vol. 10, pp. 297-308
Akuntansi VII Denpasar-Bali. Hal 197-207. Pozen, Robert C. 1994.”Institutional Investor: The
Gray, R., Owen, D., and Maunders, K.. 1987 Reluctant Activists”. Harvard Business
Corporate Social Reporting: Accounting and Review.Boston:Jan/Feb 1994. vol. 72.Iss 1:
pp140
Accountability, Prentice-Hall, London
Rajgopal, Shivaram, dan Mohan Venkatachalam
Hackston, David & Milne, Marcus J. 1996. “Some dan James Jiambalvo.1999. “Is Institutional
Determinant of Social and Environmental Ownership Associated with Earnings
Disclosures in New Zealand Companies”, Management and The Extent to which Stock
Accounting, Auditing and Accountability Price Reflect Future Earnings”. Working
Journal, Vol.9, No.1, pp.77-108 Papetionr.
Hair JE, Jr., Anderson RE, Tatham, RL., Black Robert, RW. 1992, “Determinants of Corporate
WG. 1998. Multivariate Data Analysis, Social Responsibility Disclosure: An
Prentice Hall International Inc. New York. Application of Stakeholder Theory”, Account-
ing, Organization and Society, Vol.17, No. 6,
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976. pp. 595-612
“Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure” Suranta, Eddy dan Mas’ud Machfoedz. 2003.
Journal of Financial Economics 3. “Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai
Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan
Klapper, Leora F and I Love. 2002. “Corporate Direksi”, Simposium Nasional Akuntansi VI.
Governance, Investor Protection, and Surabaya
performance in emerging markets”. World Sutawinangun, TB M Nazmudin. 2008. “Peranan
Bank Working Paper. http:// ssrn.com. dan fungsi Corporate Secretary”, Forum For
Corporate Governance in Indonesia (FCGI).
Lajili & Zeghal. 2006. “Market Performance
Impact on Capital Disclosure”, Journal of White et al. (2003). ”The Analysis and use of
Accounting and Public Policy, Vol.25, Issue Financial Statements. Third Edition, John
2, pp. 171-194, Elsevier Wiley
Lastanti, Hexana Sri. 2005. “Hubungan Struktur Widyasari, Kurnia Nur & Arief Rahman. 2007.
Corporate Governance dengan Kinerja “The Analysis of Company Characteristic
Perusahaan dan Reaksi Pasar”, Konferensi Influence toward CSR Disclosure Emprical
Nasional Akuntansi. Jakarta. (September). Evidence of Manufacturing Companies
pp: 1-18. Listed in JSX 2003-2005”.
Leland, HE. and Pyle, DH. 1977. “Informational Zubaidah. 2003. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap
Asymmetries, Financial Structure and Kinerja keuangan Perusahaan Semen yang
Financial Intermediation”, Journal of Listing di Bursa Efek Jakarta”, Balance, Vol.
Finance, Vol.32 (2), pp.371-387 1(1), August 2003.

You might also like