You are on page 1of 23

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI KONSENTRASI

AVICEL PH-101 PADA FORMULA TABLET


PREDNISOLONE

Hilda Suherman
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa Purwokerto

Abstrak

Prednisolone merupakan obat golongan steroid yang digunakan untuk mengobati


beberapa alergi jenis tertentu, kondisi peradangan, gangguan autoimun dan kanker. Kelarutan
prednisolone sangat sukar larut dalam air menimbulkan masalah pada proses absorbsi sehingga
diperlukan formula yang optimum untuk membentuk tablet Prednisolone yang memenuhi syarat
sifat fisik tablet. Tujuan penelitian ini untuk membuat formula optimum dengan kombinasi
eksipien laktosa, avicel pH-101, dan amprotab untuk memperoleh tablet prednisolone dengan sifat
fisik dan disolusi yang baik.
Tablet prednisolone dibuat 7 formula dengan kombinasi laktosa (A) Avicel PH-101 (B),
dan Amprotab (C), Formula I (100%A); Formula II (100%B); Formula III (100%C); Formula IV
(50%A+ 50%B); Formula V (50%A+ 50%C); Formula VI (50%B + 50%C); Formula VII
(33,33%A + 33,33%B + 33,33%C) sebanyak 2 batch . Metode pembuatan tablet prednisolone
dengan cara cetak langsung. Pengujian tablet prednisolone meliputi sifat fisik tablet keseragaman
bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, serta uji disolusi, dan penetapan
kadar.

Kata kunci : optimasi formula, tablet, Prednisolone, Simplex Lattice Design.

Abstract

Prednisolone is a steroid class drug that is used to treat certain types of allergies, inflammatory
conditions, autoimmune disorders and cancer. Solubility of prednisolone is very difficult to
dissolve in water causing problems in the absorption process so that the optimum formula is
needed to form Prednisolone tablets that meet the requirements of the physical properties of
tablets. The purpose of this study was to make the optimum formula with a combination of lactose
excipients, avicel pH-101, and amprotab to obtain prednisolone tablets with good physical
properties and dissolution.
Prednisolone tablets made 7 formulas with a combination of lactose (A) Avicel PH-101 (B), and
Amprotab (C), Formula I (100% A); Formula II (100% B); Formula III (100% C); Formula IV
(50% A + 50% B); Formula V (50% A + 50% C); Formula VI (50% B + 50% C); Formula VII
(33.33% A + 33.33% B + 33.33% C) in 2 batches. The method of making prednisolone tablets by
direct printing. Testing of prednisolone tablets included the physical properties of tablets, weight
uniformity, uniformity in size, hardness, friability, disintegration time, and dissolution test, and
content determination.

Keywords: optimization of formulas, tablets, Prednisolone, Simplex Lattice Design.

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


21
PENDAHULUAN diperlukan desain dan strategi untuk
Berkembangnya ilmu menghasilkan produk yang
pengetahuan dan teknologi di bidang berkualitas. Strategi dilakukan
farmasi mendorong farmasis melalui optimasi yang terkonsep,
membuat suatu formulasi yang tepat baik menggunakan metode factorial
dengan membuat suatu strategi dan design (FD), maupun simplex lattice
desain bentuk sediaan yang design (SLD).
acceptable sesuai dengan efek yang Tablet merupakan sediaan
diharapkan dan reproducible dari obat padat takaran tunggal yang
batch ke batch (Voight, 1994). dicetak dari sebuk kering, kristal atau
Teknologi farmasi mencakup granulat, umumnya dengan
semua aspek yang terkait dengan penambahan eksipien pada mesin
pabrikasi sediaan obat baik bahan yang sesuai dengan menggunakan
aktif obat maupun exipient (bahan suatu tekanan tinggi. Banyak
tambahan). Kualitas sediaan obat masalah yang muncul dalam
tidak hanya berfokus pada bahan formulasi dan pembuatannya, seperti
aktif saja, tetapi berkaitan pula kecepatan alir bahan, daya
dengan pemilihan bahan tambahan kompresibilitas, disolusi yang kurang
yang tepat. Pengembangan eksipien baik, profil disolusi dan masalah
perlu dilakukan baik di tingkat inkompatibilitas antara komponen-
penelitian maupun realisasi pabrikasi komponen penyusun sediaan obat
di industri yang bertujuan untuk (Voight, 1994). Obat dalam bentuk
memperbaiki sifat fisika kimia sediaan padat berupa tablet salah
sediaan obat, sehingga diperoleh satunya adalah Piroksikam.
formula yang optimum dalam Prednisolone adalah obat
ketersediaan farmasetik, ketersediaan golongan kortikosteroid yang
hayati dan efek yang dihasilkan berfungsi untuk mengurangi
(Kurniawan dan Sulaiman, 2009). peradangan dalam beberapa kondisi
Suatu bahan aktif harus medis seperti artitis, asma, kelainan
melalui tahapan preformulasi dan sistem kekebalan tubuh, kelainan
formulasi. Pada tahap formulasi darah, gangguan paru dan

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


22
pernapasan, alergi parah, penyakit berfungsi sebagai bahan pengikat
persendian dan otot serta penyakit dengan potensi daya ikat yang kuat,
kulit (Dipiro et al., 2008). dan Amprotab (Amilum manihot)
Prednisolone mempunyai waktu sebagai penghancur yang merupakan
paruh eliminasi yang panjang, koloida hidrofilik yang mempunyai
sehingga diberikan dengan dosis kapasitas absorbsi yang besar
sekali sehari untuk membantu sehingga dalam tablet bahan ini akan
kepatuhan penderita (Katzung, mengembang, menjadikan tablet
1998). Prednisolone termasuk pecah dan hancur.
Biopharmaceutic Classification Optimasi formula tablet
System Class 2 yang memiliki prednisolone dilakukan dengan
karakteristik kelarutan dalam air metode optimasi Simplex Lattice
rendah, permeabilitas dalam usus Design 3 faktorial, dengan tujuan
tinggi sehingga proses absorbsi cepat menentukan proporsi 3 jenis eksipien
tetapi profil disolusinya buruk (Sari, yaitu laktosa, avicel PH-101, dan
2004). amprotab yang optimum (Bolton,
Prednisolone termasuk obat 1997). Berdasarkan latar belakang
dosis rendah dengan dosis lazim 10- tersebut, maka dilakukan penelitian
20 mg per hari sehingga pemilihan tentang optimasi formula tablet
eksipien dan optimasi formula sangat prednisolone dengan eksipien
mempengaruhi sifat fisik tablet. laktosa, avicel PH-101 dan amprotab
Eksipien yang dipilih meliputi dengan metode Simplex Lattice
laktosa, avicel PH-101, dan Design 3 faktorial, sehingga
amprotab. Laktosa sebagai pengisi diperoleh proporsi masing-masing
untuk memenuhi bobot tablet yang eksipien yang diharapkan
diinginkan, dimana laktosa ini menghasilkan formula dengan profil
mempunyai sifat alir dan disolusi dan sifat fisik yang
kompaktibilitas yang baik sehingga optimum.
dapat memperbaiki sifat alir massa
serbuk yang dihasilkan. Avicel PH-
101 (mycrocristaline cellulose)

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


23
METODOLOGI rancangan formula dengan
1. Waktu dan Lokasi Penelitian metode Simplex Lattice Design,
Penelitian ini dilakukan pembuatan tablet, pengujian hasil
selama 4 bulan di Laboratorium formulasi meliputi uji sifat fisik
STIKes Harapan Bangsa tablet yaitu keseragaman bobot,
Purwokerto.. keseragaman ukuran, kekerasan,
2. Alat dan Bahan Penelitian kerapuhan, waktu hancur, serta uji
A. Alat Penelitian disolusi, keseragaman kadar, dan
Alat-alat yang digunakan pemilihan formula optimum
yaitu seperangkat alat gelas, berdasarkan diagram
timbangan digital, mesin cetak Superimpossed counter plot.
tablet single punch, cube Tahapan penelitian ini
mixer, alat uji kekerasan atau dirancang sebagai berikut :
hardness tester, alat uji 1. Penentuan rancangan formula
kerapuhan (friability tester), tablet prednisolone dengan
jangka sorong, ayakan mesh eksipien laktosa, avicel, dan
40, stopwatch, dissolution amprotab berdasarkan metode
tester, spektrofotometer UV- Simplex Lattice Design
Vis (Shimadzu UVmini-1240), 2. Pembuatan Tablet
dan glass ware. 3. Uji sifat fisik, uji disolusi dan
B. Bahan Penelitian keseragaman kadar tablet
Bahan-bahan yang 4. Penentuan formula optimum
digunakan yaitu prednisolone, tablet prednisolone berdasar
Laktosa, Avicel PH-101, diagram Superimpossed
Amprotab, Magnesium counter plot.
stearate, Metanol, HCl, NaCl, Variabel yang digunakan
dan aquadest. dalam penelitian ini yaitu :
3. Rancangan Penelitian a) Variabel Bebas
Penelitian ini termasuk jenis Variabel bebas dalam
penelitian eksperimental penelitian ini adalah
laboratorium meliputi penentuan perbandingan konsentrasi

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


24
laktosa, avicel pH-101 dan hancur, serta uji disolusi, dan
amprotab dalam formulasi keseragaman kadar.
tablet prednisolone. c) Variabel Terkendali
b) Variabel Tergantung Variabel terkendali
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah
dalam penelitian ini adalah metode pembuatan (cetak
sifat fisik tablet berupa langsung), ukuran partikel,
keseragaman bobot, tekanan kompresi,
keseragaman ukuran, pencampuran serta bobot
kekerasan, kerapuhan, waktu tablet.
Tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Skema Penelitian

4. Jalannya Penelitian Avicel pH-101 (komponen B), dan


1. Penentuan Formula Tablet Amprotab (komponen C) dalam
Prednisolone dengan Metode proporsi tertentu.
Simplex Lattice Design Formula umum untuk tiap
Penentuan formula dilakukan tablet (berat total = 150 mg) adalah
menggunakan variasi eksipien sebagai berikut :
yaitu Laktosa (komponen A),

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


25
FI = 100% Laktosa
FII = 100% Avicel
F III = 100% Amprotab
F IV = campuran 50% Laktosa + 50% Avicel
FV = campuran 50% Laktosa + 50% Amprotab
F VI = campuran 50% Avicel + 50% Amprotab
F VII = campuran 33,3% Laktosa + 33,3% Avicel + 33,3% Amprotab
Tabel 2. Formula tablet Prednisolone secara Simplex Lattice Design
dengan bobot tablet 150 mg.
Bahan (mg) Bobot
Formula Piroksikam Mg Laktosa Avicel Amprotab Tablet
Stearat
FI 10 5 135 0 0 150 mg
F II 10 5 0 135 0 150 mg
F III 10 5 0 0 135 150 mg
F IV 10 5 67,5 67,5 0 150 mg
FV 10 5 67,5 0 67,5 150 mg
F VI 10 5 0 67,5 67,5 150 mg
F VII 10 5 45 45 45 150 mg
Keterangan : tiap formula dibuat tablet dalam 2 batch (1 batch = 200 tablet)

2. Pencampuran Ditambahkan Mg Stearat dicampur


Masing-masing komponen bahan selama 2 menit (30 rpm).
diayak dengan ayakan mesh 40. Masing- 3. Pembuatan Tablet
masing bahan ditimbang sesuai dengan Formula tablet prednisolone
formula desain dan dicampur dimasukan ke dalam ruang cetakan dan
menggunakan cube mixer. dikempa oleh kedua gerakan punch atas
Prednisolone dicampur dengan dan bawah. Massa tablet dicetak dengan
eksipien Laktosa, Avicel pH-101 dan kecepatan putaran mesin 20 rpm.
Amprotab sesuai dengan komposisi Parameter yang dibuat konstan pada
bahan pada formula desain hingga pencetakan tablet ini adalah berat total
homogen dalam cube mixer selama 10 masing-masing tablet 150 mg dan
menit dengan kecepatan putar 30 rpm.

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


26
kekerasan tablet dikendalikan berada pada kemudian dengan alat diputar pelan-
kisaran 4- 10 kg. pelan hingga tablet pecah. Dibaca skala
4. Uji Sifat Fisik Tablet Prednisolone yang dicapai pada tablet saat pecah atau
a. Keseragaman Ukuran hancur (Lachman et al., 1994).
Ambil 20 tablet dari masing- d. Kerapuhan Tablet
masing batch. Diameter tablet dan Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan.
ketebalan tablet diukur dengan Ditimbang dalam neraca analitik yang
menggunakan jangka sorong. Kecuali dinyatakan sebagai M1. Kemudian
dinyatakan lain, diameter tablet tidak dimasukkan ke dalam friabilator. Alat
lebih dari tiga kali dan tidak kurang dijalankan selama 4 menit dengan
dari 11/3 (satu sepertiga) kali tebal kecepatan 25 putaran per menit. Setelah
tablet (Anonim, 1979). 4 menit atau 100 kali putaran, tablet
b. Keseragaman Bobot dikeluarkan dari alat, dibebasdebukan
Sejumlah 20 tablet yang telah lagi dan ditimbang yang kemudian
dibersihkan dari debu ditimbang satu dinyatakan sebagai M2. Kerapuhan tablet
per satu, dihitung bobot rata-rata tiap merupakan selisih berat tablet sebelum
tablet. Jika dihitung satu per satu, tidak yang diuji tidak boleh berkurang lebih
boleh lebih dari 2 tablet yang masing- 1% dari berat awal tablet awal uji.
masing bobotnya menyimpang dari Kerapuhan tablet = x 100 %
bobot rata-ratanya lebih besar dari
……………...............…………..….…
harga yang ditetapkan pada kolom A.
.(5)
Selain itu, tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih dari harga yang
Keterangan :
ditetapkan kolom B (Anief, 2007).
M1 = berat tablet mula-mula
M2 = berat tablet setelah perlakuan
c. Kekerasan Tablet
(Mohrle, 1989)
Sebuah tablet diletakkan di
e. Waktu Hancur
tengah dan tegak lurus pada hardness
tester, mula-mula pada posisi nol,

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


27
Waktu hancur tablet adalah waktu dengan menimbang 2,0 g NaCl,
yang diperlukan untuk hancurnya tablet dilarutkan dalam 200 ml aquades, dan
dalam waktu yang sesuai, sehingga ditambahkan 7 ml HCl 37%. Larutan
tidak ada bagian yang tertinggal diatas diencerkan dengan menambahkan
kasa (Banker and Anderson, 1986). aquades di dalam labu ukur hingga
Waktu hancur untuk tablet tidak volume 1 liter. Larutan diatur pada pH
bersalut adalah kurang dari 15 menit. 1,2 ± 0,05 dan ditambahkan 5,0 g
Peralatan uji waktu hancur terdiri dari natrium lauril sulfat dalam larutan
rak keranjang yang mempunyai enam tersebut (Anonim b, 1995).
lubang yang terletak vertikal diatas b. Uji Disolusi
ayakan mesh nomor 10, selama Uji disolusi dilakukan dengan
percobaan tablet diletakkan pada tiap menggunakan dissolution tester tipe
lubang keranjang. Kemudian keranjang basket. Kecepatan putar pengaduk
tersebut bergerak naik turun pada basket diatur pada kecepatan 50 rpm
larutan transparan dengan kecepatan dengan jarak pengaduk basket dari dasar
29-32 putaran permenit. Interval waktu adalah 2,5 cm. Suhu percobaan
hancur adalah 5-30 menit (Ansel, dipertahankan berada pada 37-38 °C
1989). Disintegrasi terjadi sempurna (Anonim, 1994). Dilakukan 2 kali
jika sudah tidak ada partikel tablet replikasi untuk uji disolusi tablet.
(kecuali penyalut) yang masih
tertinggal diatas ayakan (Agoes, 2008). c. Pengambilan Sampel
Sampel hasil disolusi tablet
prednisolone diambil dari medium
5. Uji Disolusi disolusi pada menit ke 5, 10, 20, 45,
a. Pembuatan Medium Disolusi 60, dan 90, masing-masing sebanyak
Medium disolusi yang digunakan 5,0 mL. Sampel yang diambil
adalah 1,5% natrium lauril sulfat dalam kemudian diganti dengan medium
cairan lambung tanpa pepsin sebanyak disolusi baru dalam jumlah yang sama
900 ml yang dimasukkan ke dalam labu yaitu 5,0 ml sehingga volume medium
disolusi. Cara pembuatannya yaitu disolusi tetap. Dilakukan 2 kali

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


28
replikasi dalam uji ini (Kiran et al., konsentrasi larutan baku yaitu 4µg/ml,
2010). 5µg/ml, 6µg/ml, 7µg/ml, 8µg/ml, dan
Sampel yang telah diperoleh 10µg/ml yang dibuat dengan cara
dari menit ke 5, 10, 20, 45, 60, dan 90 mengambil larutan dengan konsentrasi
diukur absorbansinya pada 10µg/ml sebanyak 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7
spektrofotometer UV pada panjang ml, 8 ml, dan 10 ml kemudian
gelombang maksimum piroksikam diencerkan dalam 10 ml medium
dalam medium disolusi. Hasil disolusi. Absorbansi larutan baku
absorbansi yang diperoleh dimasukkan dibaca pada panjang gelombang
dalam persamaan regresi linier untuk maksimum. Dari hasil pembacaan
memperoleh konsentrasinya. panjang gelombang maksimum dibuat
d. Penentuan kadar Prednisolone dalam kurva hubungan absorbansi sebagai
Medium Disolusi fungsi konsentrasi sehingga diperoleh
1) Penetapan Panjang Gelombang persamaan regresi linier y=bx+a.
Maksimum dalam Medium Disolusi 3) Kadar Prednisolone dalam Sampel
Ditimbang seksama 50 mg Disolusi
prednisolone dan dilarutkan dalam 100 Sampel uji disolusi dibaca
ml medium disolusi. Larutan tersebut absorbansinya pada panjang gelombang
kemudian diencerkan hingga diperoleh maksimum sehingga diperoleh
konsentrasi 10 µg/ml dengan cara 1 ml absorbansi sampel. Setelah
larutan diencerkan dalam 50 ml medium memperoleh nilai absorbansi dari
disolusi. Larutan dengan konsentrasi 10 masing-masing formula selanjutnya
µg/ml dibaca absorbansinya pada dihitung mengenai kadar prednisolone
panjang gelombang 180-380 nm. dari persamaan garis regresi linier
2) Penentuan Kurva Baku Prednisolone hubungan antara absorbansi dengan
dalam Medium Disolusi kadar prednisolone dalam medium
Dibuat seri konsentrasi larutan baku disolusi. Pengungkapan data disolusi
dengan cara mengencerkan larutan pada penelitian ini dilihat melalui nilai
baku piroksikam 50µg/100ml dalam konsentrasi pada t=45 menit (C45)
medium disolusi. Sehingga diperoleh 6 mengacu pada syarat yang ditetapkan

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


29
dalam USP XXIII yang menyatakan konsentrasi 10µg/ml sebanyak 3 ml, 4
bahwa kadar prednisolone pada tablet ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml, dan 8 ml kemudian
piroksikam pada t=45 menit tidak diencerkan dalam 10 ml HCl-Metanol
kurang dari 75%.. (1:1200). Absorbansi larutan baku
6. Uji Keseragaman kadar Tablet dibaca pada panjang gelombang
Prednisolone maksimum. Dari hasil pembacaan
a. Penetapan Panjang Gelombang panjang gelombang maksimum dibuat
Maksimum Prednisolone kurva hubungan absorbansi sebagai
Prednisolone ditimbang seksama fungsi konsentrasi sehingga diperoleh
sebanyak 50 mg dan dilarutkan dalam persamaan regresi linier y=bx+a.
100 ml HCl-Metanol (1:1200). Larutan c. Keseragaman kadar dalam Tablet
tersebut kemudian diencerkan hingga Prednisolone
diperoleh konsentrasi 10µg/ml dengan Satu tablet piroksikam dilarutkan
cara 1 ml larutan diencerkan dalam 50 dalam 100 ml HCl-Metanol (1:1200)
ml HCl-Metanol (1:1200). Larutan sehingga diperoleh konsentrasi teoritik
dengan konsentrasi 10µg/ml dibaca 10 mg prednisolone /100 ml. Diambil 1
absorbansinya pada panjang gelombng ml larutan prednisolone 10mg/100ml
180-380 nm. Secara teoritik kemudian diencerkan menggunakan
prednisolone mempunyai panjang HCl-Metanol (1:1200) hingga 10 ml,
gelombang maksimum 333 nm sehingga diperoleh larutan
(Anonim, 2007). prednisolone dengan konsentrasi
b. Pembuatan Kurva Baku Prednisolone teoritik 10µg/ml. Larutan tersebut
Dibuat seri konsentrasi larutan baku dibaca absorbansinya pada panjang
dengan cara mengencerkan larutan baku gelombang maksimum sehingga
prednisolone 50µg/100ml menggunakan diperoleh absorbansi sampel. Kadar
HCl-Metanol (1:1200). Sehingga prednisolone dalam tablet dihitung
diperoleh 6 konsentrasi larutan baku dengan mengkonversi absorbansi
yaitu 3µg/ml, 4µg/ml, 5µg/ml, 6µg/ml, sampel menggunakan persamaan
7µg/ml, dan 8µg/ yang dibuat dengan regresi linier kurva baku y=bx+a,
cara mengambil larutan dengan dengan memperhatikan faktor

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


30
pengenceran. Rumus kadar sediaan tablet Prednisolone yang
prednisolone dalam tablet : optimum. Pada penelitian dilakukan
pencampuran bahan-bahan yang akan
dicetak menjadi tablet, kemudian
dilakukan uji sifat fisik tablet berupa
........................ ( 6 )
keseragaman bobot, keseragaman ukuran,
Keterangan :
kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, serta
absorbansi = nilai Y pada
uji disolusi, dan keseragaman kadar,
persamaan regresi linier
kemudian dilakukan pemilihan formula
a = nilai a (intersep) pada persamaan
optimum tablet prednisolone dengan
regresi linier
eksipien laktosa, avicel pH-101 dan
b = nilai b (koefisien regresi/slop) pada
amprotab dengan metode Simplex Lattice
persamaan regresi linier
Design.
fp = faktor pengenceran
A. Pembuatan Tablet Prednisolone
Pengujian dilakukan terhadap 10
Pembuatan tablet prednisolone
tablet dengan cara yang sama. Kemudian
dilakukan dengan metode cetak
dihitung kadar rata-rata prednisolone tiap
langsung. Pembuatan tablet dimulai
tablet. Menurut monografi kadar
dengan penentuan formula dilakukan
prednisolone tidak kurang dari 97% dan
menggunakan variasi eksipien yaitu
tidak lebih dari 103% (Anonim, 2007).
Laktosa (komponen A), Avicel pH-101
HASIL DAN PEMBAHASAN
(komponen B), dan Amprotab
Penelitian ini dilakukan untuk
(komponen C) dalam proporsi tertentu.
mengetahui pengaruh dan proporsi
Formula umum untuk tiap tablet (berat
penggunaan eksipien laktosa, avicel pH-
total = 150 mg) adalah seperti yang
101 dan amprotab untuk membuat suatu
tercantum pada tabel 2.

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


31
Bahan (mg) Bobot
Formula Prednisolone Mg Laktosa Avicel Amprotab Tablet
Stearat
FI 10 5 135 0 0 150 mg
F II 10 5 0 135 0 150 mg
F III 10 5 0 0 135 150 mg
F IV 10 5 67,5 67,5 0 150 mg
FV 10 5 67,5 0 67,5 150 mg
F VI 10 5 0 67,5 67,5 150 mg
F VII 10 5 45 45 45 150 mg
Keterangan : tiap formula dibuat tablet dalam 2 batch (1 batch = 200 tablet)
Masing-masing komponen tablet 150 mg dan kekerasan tablet
bahan diayak dengan ayakan mesh dikendalikan berada pada kisaran 4-
40. Masing-masing bahan ditimbang 10 kg..
sesuai dengan formula desain dan B. Hasil Uji Sifat Fisik Tablet
dicampur menggunakan cube mixer Prednisolone
untuk memperoleh campuran yang Uji sifat fisik tablet berupa
homogen. Prednisolone selanjutnya keseragaman bobot, keseragaman
dicampur dengan eksipien Laktosa, ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu
Avicel pH-101 dan Amprotab sesuai hancur, serta uji disolusi, dan
dengan komposisi bahan pada keseragaman kadar.
formula desain hingga homogen 1. Keseragaman Bobot
dalam cube mixer selama 10 menit Keseragaman bobot
dengan kecepatan putar 30 rpm, ditunjukkan dengan bobot tablet
kemudian ditambahkan Mg Stearat yang seragam dan sesuai dengan
dicampur selama 2 menit (30 rpm). bobot yang dikehendaki.
Formula tablet Prednisolone Pengujian terhadap keseragaman
dimasukan ke dalam ruang cetakan bobot perlu dilakukan karena
dan dikempa oleh kedua gerakan keseragaman bobot menjadi
punch atas dan bawah. Massa tablet indikator keseragaman
dicetak dengan kecepatan putaran kadar/kandungan zat aktif, dengan
mesin 20 rpm. Parameter yang dibuat asumsi bahwa campuran massa
konstan pada pencetakan tablet ini yang akan dikempa tercampur
adalah berat total masing-masing secara homogen. Maka ketika

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


32
telah dikempa menjadi tablet jika ratanya lebih besar dari 10% dan
bobotnya seragam dapat tidak satupun tablet yang
diasumsikan memiliki kadar yang bobotnya menyimpang dari bobot
seragam pula (Sulaiman, 2007). rata-ratanya lebih dari 20%
Uji keseragaman bobot (Anonim, 1979).
dilakukan dengan menimbang 20 Hasil uji keseragaman
tablet prednisolone satu per satu, bobot untuk 7 formula diperoleh
kemudian dihitung bobot rata-rata hasil yaitu bobot tablet
tiap tablet lalu dianalisis dengan prednisolone mendekati nilai 150
membandingkan syarat-syarat mg dengan nilai CV<5% sesuai
dalam Farmakope Indonesia yaitu dengan persyaratan uji
untuk tablet tidak bersalut yang keseragaman bobot. Hasil uji
mempunyai bobot rata-rata 150 keseragaman bobot tablet
mg, tidak boleh lebih dari 2 tablet piroksikam dapat dilihat pada
yang masing-masing bobotnya Tabel 3.
menyimpang dari bobot rata-
Tabel 3. Hasil uji keseragaman bobot tablet prednisolone dengan
kombinasi avicel PH-101
Formula Kombinasi Avicel PH- Keseragaman Coefisien
101 Bobot (mg) Variation (%)
II 100% Avicel 149,850 ± 0,556 0,371
IV 50% Laktosa + 50% 149,960 ± 0,581 0,387
Avicel
VI 50% Avicel + 50% 150,200 ± 0,808 0,538
Amprotab
VII 33,3% Laktosa + 33,3% 149,860± 0,758 0,506
Avicel + 33,3% Amprotab
satupun tablet yang bobotnya
Hasil uji keseragaman menyimpang dari bobot rata-
bobot menunjukkan tidak lebih ratanya lebih dari 20% (120,2-
dari 2 tablet yang bobotnya 180,3 mg), artinya semua formula
menyimpang dari bobot rata- tablet memenuhi syarat uji
ratanya lebih besar dari 10% keseragaman bobot berdasarkan
(135,225-165,275 mg) dan tidak Farmakope Indonesia.

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


33
Keseragaman bobot ruang kompresi sehingga variasi
dikatakan baik apabila bobot tablet kecil (Agoes, 2008).
mempunyai Coefisien Variation 2. Keseragaman Ukuran
(CV) kurang dari 5% (Lachman, Keseragaman ukuran
et al., 1989). Semakin kecil nilai dilakukan dengan mengukur
CV, maka variasi bobot akan diameter dan ketebalan tablet
semakin kecil dan dapat sebanyak 20 tablet dari masing-
menghasilkan tablet yang masing batch. Diameter tablet dan
seragam. Hasil perhitungan CV ketebalan tablet diukur dengan
ketujuh formula menunjukkan menggunakan jangka sorong.
besarnya kurang dari 5%, Berdasarkan Farmakope
sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia Edisi III bahwa tablet
semua formula memenuhi memenuhi persyaratan
persyaratan. Keseragaman bobot keseragaman ukuran yaitu kecuali
dipengaruhi oleh sifat alir dinyatakan lain, diameter tablet
campuran pada proses pengisian tidak lebih dari tiga kali dan tidak
ruang kompresi. Formula yang kurang dari satu sepertiga kali
mempunyai sifat alir yang baik tebal tablet (Anonim, 1979). Hasil
akan mempunyai kemampuan uji keseragaman ukuran untuk 7
yang seragam dalam mengisi formula tablet prednisolone dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji keseragaman ukuran tablet prednisolone dengan
kombinasi laktosa, avicel PH-101, dan amprotab
Formula Kombinasi Laktosa, Ukuran Ukuran Tebal
Avicel PH-101, dan Diameter Tablet Tablet (cm)
Amprotab (cm)
II 100% Avicel 0,700 ± 0,000 0,235 ± 0,000
IV 50% Laktosa + 50% 0,700 ± 0,000 0,238 ± 0,004
Avicel
VI 50% Avicel + 50% 0,700 ± 0,000 0,303 ± 0,004
Amprotab
VII 33,3% Laktosa + 33,3% 0,700 ± 0,000 0,301 ± 0,001
Avicel + 33,3% Amprotab

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


34
Analisis dari data yang ketebalan tablet bervariasi dengan
diperoleh menunjukkan bahwa berubahnya pengisian die, dengan
ketujuh formula memenuhi distribusi ukuran partikel serta
persyaratan uji sifat fisik kepadatan campuran partikel yang
keseragaman ukuran tebal dan dikempa, dan dengan berat tablet,
diameter tablet prednisolone sementara pada keadaan pengisian
karena masih dalam rentang yang die yang konstan, ketebalan
diijinkan yaitu diameter tidak bervariasi dengan berubahnya
boleh lebih dari tiga kali tebal beban kompresi (Banker dan
tablet maka diameter tidak boleh Anderson, 1994).
lebih dari 0,798 cm dan tidak 3. Kekerasan
boleh kurang dari satu sepertiga Uji kekerasan tablet
tebal tablet maka diameter tidak didefinisikan sebagai uji kekuatan
boleh kurang dari 0,355 cm. Hal tablet yang mencerminkan
tersebut dikarenakan pada kekuatan tablet secara
pembuatan masing-masing keseluruhan, yang diukur dengan
formula tinggi rendahnya punch memberikan tekanan terhadap
dan tekanan dari mesin yang diameter tablet dengan skala
konsisten. Selain itu, sifat alir dari kekerasan dalam kilogram (kg)
formula juga mempengaruhi (Sulaiman, 2007). Umumnya
keseragaman pengisian ruang die. semakin besar tekanan semakin
Formula yang memiliki sifat alir keras tablet yang dihasilkan,
baik akan memiliki ukuran tablet walaupun sifat dari bahan dan
yang lebih seragam (Banker dan campuran formula juga
Anderson, 1994). menentukan kekerasan tablet
Ketebalan tablet (Agoes, 2008).
dipengaruhi oleh jumlah bahan Kekerasan tablet yang baik
yang dapat diisikan ke dalam adalah 4 kg sampai 10 kg (Parrott,
cetakan dan besarnya tekanan 1971). Kekerasan berbanding
waktu dilakukan kompresi. Pada terbalik dengan kerapuhan tablet.
beban kempa yang konstan, Tablet yang memiliki kekerasan

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


35
tinggi berarti ikatan antar partikel merupakan salah satu indikator
kuat, sehingga tidak mudah rusak waktu hancur yang lebih lama
oleh goncangan. Hal ini berarti sehingga berhubungan pula
bahwa tablet dengan kekerasan dengan disolusi tablet yang lebih
yang tinggi memiliki kerapuhan rendah (Agoes, 2008). Hasil uji
yang rendah (Voight, 1994). kekerasan tablet piroksikam dapat
Kekerasan yang tinggi juga dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil uji kekerasan tablet prednisolone dengan kombinasi
laktosa, avicel PH-101, dan amprotab
Formula Kombinasi Laktosa, Kekerasan
Avicel PH-101, dan (kg)
Amprotab
II 100% Avicel 14,775 ± 0,134
IV 50% Laktosa + 50% 9,045 ± 0,078
Avicel
VI 50% Avicel + 50% 9,075 ± 0,191
Amprotab
VII 33,3% Laktosa + 33,3% 9,415 ± 0,163
Avicel + 33,3% Amprotab

Analisis dari data yang dalam campuran untuk


diperoleh menunjukkan bahwa membentuk tablet yang keras,
sebanyak 6 formula tablet (F IV, sehingga pada komposisi yang
F VI, F VII) memenuhi besar (lebih dari 70%), tablet yang
persyaratan kekerasan tablet yaitu menggunakan bahan tambahan ini
kekerasannya berada dalam menjadi terlalu keras (Agoes,
rentang 4-10 kg, namun pada F II 2008).
(100% Avicel PH-101) memiliki 4. Kerapuhan
kekerasan yang sangat tinggi yaitu Kerapuhan tablet
14,775 kg dan tidak memenuhi menunjukkan ketahanan tablet
persyaratan uji kekerasan pada terhadap abrasi pada permukaan
Farmakope Indonesia. Hal ini tablet. Batas kerapuhan tablet
terjadi karena Avicel PH-101 yang masih bisa diterima adalah
memiliki daya ikat yang kuat kurang dari 1,0%. Kerapuhan

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


36
diatas 1,0% menunjukkan tablet akan menghasilkan tablet yang
yang rapuh dan dianggap kurang keras, dengan kerapuhan yang
baik (Banker dan Anderson, kecil. Selain kohesifitas,
1986). pengisian ruang die, pada saat
Semakin keras tablet yang pengempaan berlangsung akan
dibuat maka kerapuhan tablet juga mempengaruhi kekompakan dan
semakin rendah. Semakin besar kekerasan tablet yang dihasilkan
harga persentase kerapuhan, maka sehingga tablet yang dihasilkan
semakin besar massa tablet yang lebih kompak dan akan
hilang. Hal itu akan mengurangi kerapuhannya
mempengaruhi kandungan zat (Agoes, 2008). Hasil uji
aktif pada tiap tablet. Sifat kerapuhan tablet prednisolone
kohesifitas eksipien yang kuat dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji kerapuhan tablet prednisolone dengan kombinasi
laktosa, avicel PH-101, dan amprotab
Formula Kombinasi Laktosa, Kerapuhan (%)
Avicel PH-101, dan
Amprotab
II 100% Avicel 0,002 ± 0,002
IV 50% Laktosa + 50% 0,076 ± 0,030
Avicel
VI 50% Avicel + 50% 0,034 ± 0,027
Amprotab
VII 33,3% Laktosa + 33,3% 0,059 ± 0,048
Avicel + 33,3% Amprotab

Analisis dari data yang 5. Waktu Hancur


diperoleh menunjukkan bahwa Waktu hancur merupakan
tablet pada ketujuh formula waktu yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan kerapuhan hancurnya tablet menjadi partikel-
tablet yaitu kehilangan bobot partikel penyusunnya bila kontak
tidak lebih dari 1%. Persamaan dengan cairan. Waktu hancur
untuk kerapuhan dapat diperoleh tablet akan mempengaruhi profil
menurut pendekatan SLD yaitu : disolusi dan kadar obat yang

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


37
diabsorpsi pada suatu tablet. tidak bersalut adalah kurang dari
Untuk siap diabsorpsi harus dalam 15 menit (Banker dan Anderson,
keadaan terlarut, supaya obat 1994). Hasil uji waktu hancur
mudah larut maka tablet harus tablet piroksikam dapat dilihat
berada dalam bentuk partikel atau pada Tabel 7.
granul. Waktu hancur untuk tablet

Tabel 7. Hasil uji waktu hancur tablet prednisolone dengan kombinasi


laktosa, avicel PH-101, dan amprotab
Formula Kombinasi Laktosa, Waktu Hancur
Avicel PH-101, dan (menit)
Amprotab
II 100% Avicel 19,525 ± 0,968
IV 50% Laktosa + 50% Avicel 11,304 ± 0,252
VI 50% Avicel + 50% 1,396 ± 0,075
Amprotab
VII 33,3% Laktosa + 33,3% 1,075 ± 0,083
Avicel + 33,3% Amprotab

Analisis dari data yang menjadi terlarut dalam suatu


diperoleh menunjukkan bahwa pelarut. Laju disolusi adalah
sebanyak 6 formula tablet (F IV, kecepatan perubahan bentuk padat
F VI, F VII) memenuhi menjadi bentuk terlarut dalam
persyaratan waktu hancur tablet mediumnya setiap waktu tertentu
yaitu kurang dari 15 menit, namun yang dapat mempengaruhi
pada F II (100% Avicel PH-101) kecepatan dan jumlah obat yang
memiliki waktu hancur rata-rata diabsorpsi (Martin et al., 1993).
19,525 menit sehingga tidak Pada disolusi, kekerasan
memenuhi persyaratan uji waktu mempengaruhi pelepasan
hancur berdasarkan Farmakope prednisolone dari tablet. Tablet
Indonesia. yang semakin keras menyebabkan
6. Disolusi pori-pori tablet akan semakin
Disolusi adalah proses kecil. Hal ini menyebabkan
suatu bahan kimia atau obat penetrasi pelarut akan lebih sulit

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


38
untuk melakukan pembasahan disolusi dihitung dengan
sehingga proses pengembangan mengkonversi absorbansi sampel
dan pelarutan prednisolone dalam menggunakan persamaan regresi
tablet akan lebih lambat (Banker linier kurva baku y = 0,0859 x –
dan Anderson, 1994). 0,0934. Nilai x yang didapat
Sampel disolusi yang telah adalah nilai kadar prednisolone
diambil dalam waktu tertentu yang terdapat dalam sampel
diukur absorbansinya pada disolusi. Kemudian dibuat dalam
panjang gelombang 334,5 nm. nilai persentase kadar piroksikam
Kadar prednisolone dalam sampel yang terdisolusi dengan rumus :

Berikut ini adalah persentase zat terlarut yang didapat dari hasil
perhitungan:

Tabel 8. Persentase Kadar Prednisolone terlarut/terdisolusi


Kadar Pada menit ke- (%)
Formula
5’ 10’ 20’ 45’ 60’ 90’
II 11,11 19,47 38,00 64,07 78,39 90,50
IV 44,33 72,97 97,42 100,21 100,44 100,91
VI 89,80 98,77 100,63 101,33 101,56 101,56
VII 96,90 97,49 100,75 100,91 101,61 101,84

Tabel diatas menunjukkan mg atau 75% mengacu pada syarat


kadar prednisolone dalam sampel yang ditetapkan dalam USP XXIII.
pada menit ke-45 yang dinamakan Formula 2 tidak memenuhi
metode Wagner. Metode ini persyaratan karena nilai Ct45 formula
menunjukkan jumlah zat aktif yang 2 adalah 64,07%, hal ini dipengaruhi
terlarut pada waktu t (Siregar, 2008). karena kekerasan yang tinggi
Pada penelitian ini digunakan Ct45 sehingga tablet dengan eksipien 100%
artinya jumlah zat aktif telah larut avicel ini sulit mengembang dan
dalam waktu 45 menit sebanyak 7,5

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


39
hancur, sehingga tablet yang diperoleh sukar terlarut.

Grafik profil disolusi tablet prednisolone dapat dilihat pada gambar 14.

11
10
9
8
7 Formula
konsentrasi (µg/ml)

6 2
5
4 Formula
3 4
2
Formula
1
6
0
0 5 10 20 45 60 90 Formula
waktu (menit) 7

Gambar 14. Grafik profil disolusi tablet prednisolone


Nilai Ct45 hasil uji disolusi tablet piroksikam dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Ct45 hasil uji disolusi tablet prednisolone dengan kombinasi
laktosa, avicel PH-101, dan amprotab
Formula Kombinasi Laktosa, Kadar Persen kadar
Avicel PH-101, dan Prednisolone (%)
Amprotab Terlarut (mg)
II 100% Avicel 6,407 ± 0,061 64,07
IV 50% Laktosa + 50% 10,021 ± 0,184 100,21
Avicel
VI 50% Avicel + 50% 10,133 ± 0,014 101,33
Amprotab
VII 33,3% Laktosa + 33,3% 10,091 ± 0,024 100,91
Avicel + 33,3%
Amprotab
tablet dari masing-masing formula
7. Keseragaman Kadar digerus, dan zat aktif dalam tablet
dilarutkan menggunakan pelarut HCl-
Pengujian keseragaman kadar
Metanol (1:1200). Meskipun
merupakan versi kuantitatif dari
spesifikasi untuk hasil penentuan
pengujian identifikasi tablet. Satu

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


40
berbeda dari satu produk terhadap sepuluh tablet di uji satu persatu
produk lainnya, umumnya rentang kadarnya dengan melarutkannya pada
kadar bahan aktif yang ditentukan metanol-HCL dalam 100 ml.
berada diantara 97-103% (Anonim, kemudian diencerkan 20 kali hingga
2007). mendapat konsentrasi 5 µg/ml, lalu
Keseragaman kadar dalam dibaca absorbansinya pada panjang
tablet dilakukan untuk memastikan gelombang maksimal yaitu 332,0 nm.
keseragaman potensi dari tablet Kemudian dihitung persentasi kadar
berdosis rendah seperti piroksikam piroksikam dalam tablet dengan
dengan dosis 10 mg. sejumlah rumus :

Keterangan :
absorbansi = nilai Y pada persamaan regresi linier
a = nilai a (intersep) pada persamaan regresi linier
b = nilai b (koefisien regresi/slop) pada persamaan regresi linier
fp = faktor pengenceran (20x)
10 = kadar teoritik prednisolone (10 mg)
Tabel 10. Hasil uji keseragaman kadar tablet prednisolone dengan
kombinasi laktosa, avicel PH-101, dan amprotab
Formula Kombinasi Laktosa, Kadar Persen kadar
Avicel PH-101, dan Prednisolone (%)
Amprotab (mg)
II 100% Avicel 9,939 ± 0,059 99,39
IV 50% Laktosa + 50% 9,917 ± 0,122 99,17
Avicel
VI 50% Avicel + 50% 9,943 ± 0,101 99,43
Amprotab
VII 33,3% Laktosa + 33,3% 10,079 ± 0,030 100,79
Avicel + 33,3%
Amprotab

KESIMPULAN yang paling dominan dalam


Interaksi kedua komponen avicel PH- menurunkan kerapuhan tablet.
101 dan amprotab merupakan faktor Interaksi ketiga komponen laktosa,

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


41
avicel PH-101, dan amprotab 257-259, 261-263, 271-273, 399-
405, Universitas Indonesia Press,
merupakan faktor yang paling
Jakarta.
dominan dalam menurunkan CV
Ansel, H.C., Allen,L.V., dan Popovich,
keseragaman bobot, meningkatkan
N.G., 1999, Capsul and Tablets
keseragaman bobot, meningkatkan dalam Pharmaceutical Dosage and
Drug Delivery System, Lippincott
SARAN
Williams and Wilkin, New York, pp:
Perlu dilakukan uji validasi dari area 208-218, 229-235.
optimum dengan menggunakan satu
Banker, G.S., dan Anderson, N.R., 1986,
titik pada area optimum formula Tablet, in Lachman L., Lieberman,
H.A., Kanig, J.L. (eds), The Theory
tablet prednisolone dengan
and Practice of Industrial Pharmacy,
kombinasi eksipien Laktosa, Avicel 643-705, terjemahan Siti Suyatmi,
Edisi ke-3, Julid II, Universitas
PH-101, dan Amprotab.
Indonesia Press, Jakarta.

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics


DAFTAR PUSTAKA
: Practical and Clinical Aplication,
Agoes, G, 2008, Pengembangan
Edisi III, Marcell Dekker Inc., New
Sediaan Farmasi, Penerbit ITB,
York, pp : 591-610, 1025-1038.
Bandung, hal: 287-299.
Carter, J.C., 2006, The Role of Lubricants
Anief, M., 2007, Farmasetika, 94-96,
in Solid Oral Dosage Manufacturing,
Universitas Gadjah Mada Press,
Pharm. Article, Carter Parmaceutical
Yogyakarta.
Inc.,
http://www.carterpharmaceuticalcons
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia,
ulting.com/articles/The-role-of-
Edisi III, 7-8, Departemen
disintergrants.html., Diakses tanggal
Kesehatan Republik Indonesia,
24 November 2017.
Jakarta.
Gunsel, W.C., dan Kanig, J.L. 1976, Tablet
Anonima, 1995, Farmakope Indonesia,
in Lachman L., Lieberman, H.A.,
edisi IV, Departemen Kesehatan
Kanig, J.L. (eds), The Theory and
Republik Indonesia, Jakarta hal:
Practice of Industrial Pharmacy, 2nd
108, 488, 683.
Ed., 321-358, Leaand Febiger,
Philadelpia.
Anonimb, 1995, The United States
Pharmacopeia, 23 rd Ed,1375,
Harjunen, P., Lehto, V., Martimo, K.,
The US Pharmacopeial
Suihko, E., Lankinen, T.,
Convention Inc, Twinbook
Paronen, P., Jarvinen, K., 2002,
Parkway, Rockville.
Lactose Modification Enhance
its Drug Performance in The
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk
Novel Multiple Dose Taifun®
Sediaan Farmasi, Edisi IV, 154,

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


42
DPI, Eur.J.Pharm.Sci., 16 (4-5), American Pharmacist
313. Association, America.
Helene, R. 2003, Uniformity of Multi
Unit Tablets Under Pilot Plant Sheth, B.B., Bandelin, F.J., and Shangraw ,
Conditions as a Function of R.F., 1980, Compressed table, in
Unit Size and Filler Pharmaceutical Dosage Form :
Composition, Umi Tubugen, Tablets, Vol.I, by Lachman and
Eberharld Korls, 48-49. Lieberman, 109-184, Marcell Dekker
Inc., New York.
Ikawati, Zullies. 2015. Farmakologi
Molekuler.Universitas Gadjah Siregar, Charles J.P., 2008, Teknologi
Mada. Yogyakarta. Farmasi Sediaan Tablet : Dasar–
Dasar Praktis, Jakarta: Penerbit
Jones, D., 2008, Pharmaceutics– Buku Kedokteran, EGC, Hal. 90, 98-
Dosage Form and Design, 210, 110
212, 214-216, 218,
Pharmaceutical Press, London. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi, Diterjemahkan
Katzung, B.G., Farmakologi Dasar oleh Soendani Noerono Soewandhi,
dan Klinik ed.VI, UI Press, Edisi ke-5, Cetakan kedua, 163-224,
Jakarta, hal : 567. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Kurniawan, D.W., dan Sulaiman,
T.N.S., 2009, Teknologi
Sediaan Farmasi, 92-97, Graha
Ilmu, Yogyakarta.

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan


Kanig, J.L., 1994, Teori dan
Praktek Farmasi Industri,
diterjemahkan oleh Siti
Suyatmi, Iis Arsyah, Edisi III,
686, 699- 700-701, 705, UI
Press, Jakarta.

Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical


Technology Fundamental
Pharmaceutics, 3rd Ed, 73-82
Burgers Publishing Company,
Minneapols.

Rowe, R. C, Sheskey, P., Owen, S.,


2006, Handbook of
Pharmaceutical Excipients 4th
Ed., 430, 611-612, 767,
Pharmaceutical Press and

Viva Medika | EDISI KHUSUS/SERI 1/ NOVEMBER/2017


43

You might also like