You are on page 1of 123

EFEKTIVITAS TEKNIK MARMET TERHADAP

PENINGKATAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM


DI DESA REJOMULYO KECAMATAN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2021

OLEH:
CINDY SARI AGUSTIN
NIM: 1715301015

SKRIPSI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2021

i
EFEKTIVITAS TEKNIK MARMET TERHADAP
PENINGKATAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM
DI DESA REJOMULYO KECAMATAN JATI AGUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan


pendidikan pada Program Sarjana Terapan Kebidanan Tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

OLEH:
CINDY SARI AGUSTIN
NIM: 1715301015

SKRIPSI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2021

ii
HEALTH POLYTECHNIC OF TANJUNG KARANG
DEPARTMENT OF MIDWIFERY
Scripst, Mei 2021

Cindy Sari Agustin

The Effectiveness Of Marmet Techniques To The Increase Of Breast Milk Production In


Post Partum Mothers In Rejomulyo Village, Jati Agung District, South Lampung
Regency, 2021.
xvii + 70 pages, 8 table, 9 pictures, 6 attachments.

ABSTRACT
Breastmilk is an essential food for the growth of neonates. The main advantage of
breastfeeding is tremendous where it can save lives. However, lack of breastfeeding will
impact the confidence of breastfeeding mothers. Hence, it will cause insufficient breast
milk and affect the production of the hormone prolactin which will result in reduced
breast milk production.
Thus, this study aims to determine The Effectiveness Of Marmet Techniques To
The Increase Of Breast Milk Production In Post Partum Mothers In Rejomulyo Village,
Jati Agung District, South Lampung Regency, 2021.
This research uses a quasy experiment with the One Group Pretest and Posttest
approach. The population in this study is postpartum mothers in Rejomulyo Village, Jati
Agung Subdistrict, South Lampung Regency 2020 which is an average of 30 postpartum
mothers a month. The research sample is 18 Post Partum mothers who had less milk
production where the sample is taken by purposive sampling. The instrument uses a
questionnaire sheet on breast milk production indicators and interview guidelines for the
characteristics of the respondents.
The results show that before the Marmet Technique was performed, it had a
standard deviation of 0.575, and after it is performed the Marmet Technique had a
standard deviation of 0.000. Asymp Value. Sig. (2-tailed) or Wilcoxon test p-value of
0.000 <α (0.05) hence the hypothesis test is accepted. Based on this study, there is a
difference in milk production between the pre-test and post-test groups. Therefore, it is
proven that there is a significant effect of the marmet technique on the production of
breast milk in post partum mothers. It is recommended that health workers or
midwives provide therapy or direction to postpartum mothers to do this marmet
technique as an alternative therapy to accelerate milk production. Officers are
also advised to create a special class for assistance to breastfeeding mothers so
that breast milk production remains smooth and applies exclusive breastfeeding.

Keywords : Breast Milk, Marmet Technique, Post Partum Mothers


Reading list : 41(2009-2020)

iii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEBIDANAN TANJUNG KARANG
Skripsi, Mei 2021

Cindy Sari Agustin

Efektivitas Teknik Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu Post Partum
Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2021.
Xvii + 70 halaman, 8 tabel, 9 gambar, 6 lampiran

ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus.
Manfaat menyusui dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat luar biasa, menyelamatkan
kehidupan. Pengeluaran ASI yang kurang akan mempengaruhi kepercayaan diri ibu
menyusui sehingga akan menyebabkan terjadinya ketidakcukupan ASI serta akan
mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin yang akan mengakibatkan produksi ASI
semakin berkurang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Tekhnik Marmet
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Di Desa Rejomulyo
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021.
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment (eksperimen semu)
dengan pendekatan One Group Pretest Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
post partum di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2020, rata-rata sebulan sebanyak 30 ibu post partum. Sampel penelitian sebanyak
18 Ibu Post Partum yang memiliki produksi ASI kurang dan pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah lembar
kuesioner indicator produksi ASI dan pedoman wawancara karakteristik responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan Teknik Marmet memiliki standar
deviasi 0,575 dan setelah dilakukan Tekhnik Marmet memiliki standar deviasi 0,000.
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value uji wilcoxon sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga
uji hipotesis diterima, ada perbedaan produksi ASI antara kelompok pretest dan posttest.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian teknik
mermet terhadap produksi ASI pada ibu post partum. Disarankan kepada petugas
kesehatan atau bidan dapat memberikan terapi atau arahan kepada ibu postpartum
untuk melakukan teknik marmet ini sebagai terapi alternatif melancarkan produksi
ASI. Petugas juga disarankan untuk membuat kelas khusus untuk pendampingan
kepada ibu menyusui agar produksi ASI tetap lancar dan menerapkan ASI
eksklusif.

Kata Kunci : ASI, Teknik Marmet, Ibu Post Partum


Daftar bacaan : 41 (2009-2020)

iv
BIODATA PENULIS

Nama : Cindy Sari Agustin


NIM : 1715301015
Tempat Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 08 Agustus 1999
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Mahasiswa : Reguler
Alamat : Jl. Rasma Mulya Rejomulyo Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan

Riwayat Pendidikan

TK (2005) : TK Dharma Wanita


SD (2011) : SDN 1 Rejomulyo
SMP (2014) : SMPN 1 Kibang
SMA (2017) : SMAN 6 Metro

LEMBAR PERSETUJUAN

v
SKRIPSI
EFEKTIVITAS TEKNIK MARMET TERHADAP PENINGKATAN
PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM DI DESA REJOMULYO
KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2021

Penulis
Cindy Sari Agustin / NIM: 1715301015

Telah diperiksa dan disetujui tim pembimbing Skripsi Program Sarjana


Terapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan
Kebidanan

Bandar Lampung, Mei 2021

Tim Pembimbing Skripsi

Pembimbing Utama

Novita Rudiyanti, S.ST., M.Kes


NIP. 197811082002122002

Pembimbing Pendamping

Hj. Rosmadewi, S.Pd., S.ST., M.Kes


NIP. 196410291968032002

LEMBAR PENGESAHAN

vi
SKRIPSI
EFEKTIVITAS TEKNIK MARMET TERHADAP PENINGKATAN
PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM DI DESA REJOMULYO
KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2021

Penulis
Cindy Sari Agustin / NIM: 1715301015

Diterima dan disahkan oleh tim penguji Ujian Akhir Program Sarjana
Terapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Jurusan
Kebidanan, sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana
Terapan Kebidanan

Tim Penguji
Ketua Penguji

Nelly Indrasari,S.SiT.,M.Kes
NIP. 197309061992122001

Penguji I

Hj. Rosmadewi, S.Pd., S.ST., M.Kes


NIP. 196410291968032002

Penguji II

Novita Rudiyanti, S.ST., M.Kes


NIP. 197811082002122002

Mengetahui
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Tanjung karang

Yeyen Putriana,S.SiT.,M.Keb
NIP. 197401281992122001

vii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : Cindy Sari Agustin
NIM : 1715301015
Program Studi/ Jurusan : Sarjana Terapan Kebidanan Tanjungkarang
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan
skripsi yang berjudul : “Efektivitas Teknik Marmet Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Ibu Post Partum Tahun 2021”
Apabila suatu hari nanti saya terbukti melakukan kegiatan plagiat, maka
saya menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, Mei 2021

Cindy Sari Agustin

viii
MOTTO

Kesalahan akan membuat orang belajar dan menjadi lebih baik…


Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar dan tak kenal putus asa…
Ilmu adalah harta yang tak akan pernah habis…
Pengetahuan akan berarti dengan mengamalkannya…
(Penulis)

ix
PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur dan doa kehadirat Allah Swt.


Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Orang tuaku tercinta terimakasih atas support selama ini atas doanya…
Adikku dan keluarga besarku yang telah mendukung selama ini…
Seluruh teman-temanku atas semua dukungan, semangat yang selalu diberikan
Terimakasih kepada dosen-dosen Pembimbingku atas bimbingannya.
Terimaksih kepada Almamaterku Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

x
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
berkah kesehatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Teknik Marmet Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Ibu Post Partum di Desa Rejomulyo Tahun 2021” untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma
IV Kebidanan di Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin agar skripsi ini terselesaikan dengan hasil sebaik mungkin, namun
penulis menyadari, masih banyak kekurangan di banyak hal sehingga penulis
masih butuh banyak bimbingan, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
2. DR. Sudarmi, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Tanjung
Karang.
3. Yeyen Putriana, S.SiT., M.Keb selaku Ketua Program Studi DIV Kebidanan
Tanjung Karang.
4. Nelly Indrasari, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Penguji yang telah membimbing
dan memberikan saran-saran perbaikan untuk skripsi ini.
5. Novita Rudiyanti, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan memberikan saran-saran perbaikan untuk proposal ini.
6. Hj. Rosmadewi, S.Pd., S.ST., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang
telah membimbing dan memberikan saran-saran perbaikan untuk proposal ini.
7. Seluruh Staf dan Dosen Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Kebidanan yang telah memberi dukungan dan bantuan selama penyusunan
skripsi ini.

xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, Mei 2021

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR...................................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................. ii
ABSTRAK.................................................................................................. iii
BIODATA PENULIS................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................ viii
MOTTO....................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN........................................................................................ x
KATA PENGANTAR................................................................................... xi
DAFTAR ISI............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
E. Ruang Lingkup................................................................................. 5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA


A. ASI.................................................................................................... 6
B. Teknik Marmet................................................................................ 31
E. Penelitian Terkait............................................................................ 38
F. Kerangka Teori................................................................................ 39
G. Kerangka Konsep............................................................................ 40
H. Variabel Penelitian.......................................................................... 40
I. Hipotesis Penelitian........................................................................ 40
J. Definisi Operasional....................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian...................................................................... 42
B. Subjek Penelitian............................................................................ 43
C. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 44
D. Pengumpulan Data.......................................................................... 45
E. Pengolahan dan Analisa Data......................................................... 46

xiii
F. Ethical Clereance............................................................................ 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian................................................................................... 52
B. Pembahasan........................................................................................ 56

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 63
B. Saran................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

xiv
Tabel 1 Rata-rata Kuantitas Menyusu Bayi Per Sesi dan Total dalam
Sehari.........................................................................................................23
Tabel 2 Defini Operasional...................................................................................41
Tabel 3 Karakteristik Responden..........................................................................52
Tabel 4 Indikator Produksi ASI Sebelum diberikan Intervensi.............................53
Tabel 5 Indikator Produksi ASI Setelah diberikan Intervensi...............................53
Tabel 6 Uji Normalitas..........................................................................................54
Tabel 7 Deskripsi Uji Wilcoxon Kelompok Sebelum dan sesudah diberikan
intervensi..................................................................................................54
Tabel 8 Analisis Bivariat........................................................................................54

DAFTAR GAMBAR

xv
Gambar 1 Mekanisme Kerja Oksitosin......................................................... 8
Gambar 2 Refleks Oksitosin......................................................................... 9
Gambar 3 Membantu dan Menghambat Refleks Oksitosin ......................... 9
Gambar 4 Teknik Marmet............................................................................ 34
Gambar 5 Cara Teknik Marmet.................................................................... 34
Gambar 6 Kerangka Teori............................................................................ 39
Gambar 7 Kerangka Teori............................................................................ 40
Gambar 8 Desain Penelitian......................................................................... 42
Gambar 9 Rumus Pengambilan Sampel....................................................... 43

DAFTAR LAMPIRAN

xvi
Lampiran 1 Lembar Informed Consent
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Standart Operasional Prosedur
Lampiran 4 Lembar Konsultasi
Lampiran 5 Laik Etik
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 7 Data Output SPSS

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan

neonatus. Manfaat menyusui dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat

luar biasa, menyelamatkan kehidupan. Menyusui merupakan cara

pemenuhan kebutuhan nutrisi yang terbaik bagi bayi. Memberikan seluruh

anak permulaan hidup yang terbaik bisa dimulai dengan menyusui, sebuah

ikhtiar yang paling sederhana, paling cerdas dan paling terjangkau untuk

mendukung anak yang lebih sehat, keluarga yang lebih kuat dan

pertumbuhan yang berkelanjutan (Asih dan Risneni, 2016: 18).

Pengeluaran ASI yang kurang akan mempengaruhi kepercayaan diri

ibu menyusui sehingga akan menyebabkan terjadinya ketidakcukupan ASI

serta akan mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin yang akan

mengakibatkan produksi ASI semakin berkurang. Pengeluaran ASI yang

kurang tersebut juga dapat mempengaruhi pikiran ibu dan pengeluaran

hormon oksitosin (Sutanto, 2018).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016 masih menunjukkan

rata-rata ASI Ekslusif di dunia baru bekisar 38%. Menurut Data dan

Informasi Kesehatan Indonesia cakupan ASI Ekslusif tahun 2017 sebesar

46,7%. Secara nasional, cakupan bayi mendapatkan ASI Ekslusif sebesar

61,33%. Angka tersebut sudah melampaui target Restra tahun 2017 yaitu

44%. Presentase tertinggi cakupan pemberian ASI Ekslusif terdapat pada

1
2

Nusa Tenggara Barat 87,3%, sedangkan presentase terendah terdapat pada

Papua 15,3% dan Lampung (61,6%) (Kemenkes RI, 2018).

Menurut laporan kerja Dinkes Provinsi Lampung tahun 2018, cakupan

bayi yang mendapat ASI Ekslusif yaitu pada tahun 2016 sebesar 46,4%,

pada tahun 2017 sebesar 61,4%, dan pada tahun 2018 sebesar 61,6%.

Lampung Selatan menempatkan urutan ke 9 dari 15 kabupaten mengenai

capaian bayi yang mendapat ASI Ekslusif seprovinsi Lampung dari tahun

2016-2018 yaitu sebesar 57,6%.

Bayi yang diberi ASI secara ekslusif memiliki daya tahan tubuh yang

baik dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif. Sehingga bayi

jarang menderita penyakit dan terhindar dari masalah gizi dibandingkan

bayi yang tidak diberi ASI Ekslusif. (Bahriyah, 2017). Dampak yang terjadi

bila bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif yaitu memiliki risiko kematian

yang disebabkan oleh diare, infeksi saluran pernafasan akut, infeksi dalam

darah (sepsis), radang telinga, kanker (leukimia, limfoma maglina),

autoimun, diabetes, dan penyakit jantung (F.B Monika, 2018: 05).

Masih rendahnya pemberian ASI Ekslusif di Indonesia khususnya di

provinsi lampung dikarenakan oleh faktor-faktor seperti: faktor psikologis

ibu yang tertekan (Stress), pola istirahat yang kurang, faktor isapan anak

atau frekuensi punyusuan yang kurang, dan penggunaan alat kontrasepsi.

Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan masalah produksi ASI pada ibu

menyusui (Maritalia, 2014: 89). Untuk meningkatkan produksi ASI yaitu

dengan cara mengkonsumsi makanan yang berkualitas yang mengandung

energi, protein, vitamin dan mineral, ibu harus banyak istirahat dan banyak
3

tidur,ibu diajurkan minum yang banyak (8-9 gelas/hari), meningkatkan

frekuensi menyusui (Walyani, 2015). Selain itu, ada beberapa metode yang

dapat digunakan untuk membantu meningkatkan produksi ASI pasca

melahirkan diantaranya adalah metode pijat oksitosin, Teknik Marmet,

kompres hangat, Massase Rolling (punggung), Breast Care, dan metode

SPEOS (Rusmini, 2015).

Ketidakmampuan ibu menyusui dapat dicegah dengan mengajarkan

teknik yang sesuai untuk meningkatkan produksi ASI. Metode marmet

merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengeluarkan ASI. Teknik ini

memberikan efek relaks dan juga mengaktifkan kembali reflek keluarnya

air susu/ milk ejection refleks (MER) sehingga air susu mulai menetes.

Dengan diaktifkannya MER maka ASI akan sering menyemprot keluar

dengan sendirinya. Metode marmet dapat membantu kelancaran

pengeluaran ASI secara alamiah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.

(Martha & William, 2007).

Berdasarkan hasil pra survey yang diperoleh dari Puskesmas Karang

Anyar Kecamatan Jati Agung pada tahun 2019 cakupan ASI Eksklusif

sebesar 51,2% dari 1.646 jumlah kelahiran bayi. Puskesmas Karang Anyar

menaungi 12 Desa. Presentase tertinggi cakupan ASI Eksklusif diperoleh

Desa Fajar Baru yaitu 69,3% dari 116 jumlah kelahiran bayi. Sedangkan

presentase terendah cakupan ASI Eksklusif ditempati oleh Desa Rejomulyo

sebesar 22,9% dari 132 jumlah kelahiran bayi setiap tahunnya. Sedangkan

dari responden diketahui dari 10 BUSUI 60% (enam orang) diantaranya

mengalami ketidaklancaran ASI dan 40% (empat orang) lainnya


4

mengatakan dapat mengeluarkan ASI dengan baik. Enam orang yang tidak

dapat mengeluarkan ASI dengan baik mengatakan belum mengetahui

manfaat pijat Marmet yang dapat meningkatkan produksi ASI.

Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dikarenakan masih

terdapatnya ibu yang mengalami masalah menyusui, sedangkan kandungan

ASI sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang bayi. Oleh sebab itu,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Efektifitas Teknik

Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu Post Partum Di Desa

Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dan berdasarkan pra survey yang telah

dilakukan, didapatkan hasil dari 10 ibu postpartum hanya 40% yang dapat

menyusui bayinya dengan maksimal dan produksi ASI cukup, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut. “Apakah terdapat

EfektivitasTeknik Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu Post Partum

Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan tahun

2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Efektifitas Tekhnik Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI

Pada Ibu Post Partum Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus
5

a. Diketahui karakteristik Ibu Post Partum Di Desa Rejomulyo Kecamatan


Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021.
b. Diketahui Produksi ASI Ibu Post Partum sebelum dilakukan Tekhnik
Mermet Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2021.
c. Diketahui Produksi ASI Ibu Post Partum setelah dilakukan Tehknik
Marmet Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2021.
d. Diketahui Efektifitas Tehknik Marmet Terhadap Produksi ASI Ibu Post
Partum Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan maupun mahasiswa dan

sebagai pengenalan mengenai Efektifitas teknik marmet terhadap peningkatan

produksi ASI ibu post partum.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Warga Rejomulyo

Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan tentang Efektivitas Tekhnik

Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu Post Partum melalui

leaflet/poster yang dibagikan kepada ibu post partum di Desa Rejomulyo.

b. Bagi Jurusan Kebidanan

Sebagai dokumen institusi yang dapat digunakan untuk pengembangan

materi perkuliahan.

c. Bagi peneliti selanjutnya


6

Sebagai salah satu bahan acuan untuk memperdalam pengetahuan tentang

pengaruh teknik marmet dalam meningkatkan produksi ASI dan sebagai

data dasar bagi penelitian lebih lanjut dalam melakukan penelitian tentang

pengaruh teknik marmet terhadap peningkatan produksi ASI ibu post

partum.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi

eksperimen, subjek dalam penelitian ini adalah ibu post partum. Sedangkan

objeknya adalah Tehknik Mermet dan produksi ASI. Penelitian akan

dilakukan di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung

Selatan bulan Juni – Mei tahun 2021.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI

1. Pengertian

Asi Ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa

tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, dan air putih, serta

tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur

nasi, dan nasi tim (Walyani, 2015: 24).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling ideal bagi

pertumbuhan neonatus. Sejumlah komponen yang terkandung di dalamnya,

ASI sebagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perlindungan pertama terhadap

infeksi (Asih dan Risneni, 2016: 18).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan

garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,

sebagai makanan utama bagi bayi (Sutanto, 2019: 75).

2. Fisiologi laktasi

Berikut ini adalah hormon yang berperan dalam perkembangan dan

pematangan fungsi payudara:

a. Estrogen

Hormon estrogen diproduksi di ovarium/indung telur, kelenjar

adrenal, dan plaserta. Hormon ini bertangung jawab dalam

perkembangan jaringan payudara dan jaringan penghubungnya (F.B

Monika, 2018: 30).

7
8

b. Prolaktin

Hormon prolaktin diproduksi di plsenta dan kelenjar anterior

pituitary di otak.Isapan bayi saat mennyusu menyebabkan sinyal-

sinyal dikirim ke kelenjar hipotalamus (bagian kecil dari otak) untuk

menghasilkan hormon prolaktin yang kemudian beredar di dalam

darah. Hormon prolaktin berperan dalam produksi ASL Olch karena

itu, setelah melahirkan, seyera susui bayi dan atau perah ASI dengan

sering di kisaran frekuensi 8-12 kali dalam 24 jarm agar kadar hormon

prolaktin tetap tinggi (F.B Monika, 2018: 31).

Kadar hormon prolaktin sangat tinggi pada malam hari, terutama

antara pukul dua hingga empat dini hari sehingga gunakanlah waktu

tersebut untuk memerah ASI selain menyusui sesuai dengan keinginan

bayi. Hormon prolaktin membuat ibu merasa rileks dan mengantuk

sehingga para ibu yang menyusui pada malam hari dapat beristirahat

dengan baik. Hormon prolaktin juga berfungsi menekan ovulasi

sehingga menyusui (terutama secara eksklusif) menjadi salah satu

pengatur jarak kehamilan alami (F.B Monika, 2018: 31).

c. Progesterone

Hormon progesterone diproduksi di ovarium/ indung telur dan

plasenta. Progesterone menghambat efek prolaktin selama kehamilan.

Ketika seorang ibu melahirkan, plasenta terlepas dari rahimnya

sehingga menyebabkan kadar hormon progesterone turun. Efek

berikutnya, kadar hormon prolaktin meningkat. Bila terjadi masalah

(misalnya sebagian dari plasenta tetap berada di dalam rahim setelah


9

bayi lahir), produksi ASI tidak meningkat hingga hari ke-3 bahkan hari

ke-4 pasca kelahiran (F.B Monika, 2018: 31).

d. Oksitosin

Hormon oksitosin diproduksi di hipotalamus dan disimpan di

kelenjar posterior pituitary di otak sehingga hormon oksitosin

dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah, kemudian masuk ke

payudara menyebabkan otot- otot di sekitar alveoli berkontraksi dan

membuat ASI mengalir di saluran ASI. Hormon oksitosin juga

membuat saluran saluran ASI lebih lebar sehingga ASI mengalir lebih

mudah. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat dari hormon

prolaktin, bahkan hormon ini dapat bekerja sebelum bayi mulai

menghisap. Hal penting lainya adalah hormon ini berperan dalam

kontraksi rahim pasca melahirkan yang sangat berguna untuk

mengurangi perdarahan dan membantu mengembalikan kondisi rahim

ibu (F.B Monika, 2018: 32).

Dari keempat hormon tersebut, hormon prolaktin dan oksitosin

yang paling berperan dalam produksi ASI sehingga penting untuk

menjaga kadarnya agar tetap tinggi. Refleks pengeluaran ASI (Let

Down Refleks/LDR) disebut juga MER (Milk Ejection Reflex) atau

Oxytocin Raeflex merupakan tanda bahwa ASI siap untuk mengalir dan

membuat ibu. Reflexs proses menyusui lebih mudah, baik bagi bayi

maupun pengeluaran ASI juga bisa terjadi saat ibu mendengar, melihat,

atau bahkan hanya memikirkan sang bayi. Selain itu, reflex pengeluaran
10

ASI juga bisa terpicu dengan cara menyentuh payudara atau area

putting dengan tangan atau alat pompa ASI (F.B Monika, 2018: 34)

Sejumlah stimulus juga merangsang pelepasan ADH seperti

peningkatan osmolalitas plasma dan hipovolemia menyebabkan sekresi

oksitosin. Sejak aliran urin rendah-yang dapat mempengaruhi

pengaturan kesetimbangan natrium (F.B Monika, 2018: 34).

Gambar 1 Mengenai mekanisme kerja oksitosin

Dalam tubuh orang normal, hormon diproduksi dalam jumlah sesuai

kebutuhan. Jadi dapat dipastikan kadarnya tentu akan meningkat secara

normal pada ibu yang akan melahirkan dan menyusui. Pada tubuh

manusia oksitosin dibuat oleh sel-sel saraf khusus di regio tertentu di

otak. Di luar sel saraf, oksitosin diproduksi juga di kelenjar telur dan sel-

sel di testis spesies tertentu (bukan manusia).


11

Gambar 2 Refleks oksitosin

Gambar 3 Membantu dan menghambat refleks oksitosin

Seiring dengan makin nyamanya proses menyusui, ibu sering tidak

merasakan atau tidak sadar telah terjadi refleks pengeluaran ASI. Refleks

pengeluaran ASI bisa terjadi lebih dari sekali dalam satu sesi menyusui

dan biasanya ibu hanya merasakan refleks pengeluaran ASI yang

pertama saja. Awal pola menyusu bayi adalah menghisap dengan jeda

yang pendek. Setelah reflex pengeluaran ASI terjadi, polanya menjadi

menghisap-menelan-menghisap, dan seterusnya. Berikut ini adalah tips

untuk memicu refleks pengeluaran ASI, sebagai berikut.


12

1) Ibu menyusui bayi di tempat yang tenang dan nyaman.

2) Lakukan relaksasi: mandi air hangat, kompres hangat di punggung dan pundak,

pijat oksitosin, lakukan relaksasi pernafasan, minum hangat, memancing pikiran-

pikiran positif (hypnobreastfeeding) dan ambil posisi yang nyaman.

3) Segera menyusui sebelum bayi menangis kelaparan. Kenali tanda bayi lapar.

Jika bayi terlan jur menangis biasanya ibu akan panik dan stress sehingga sulit

terjadi LDR.

4) Lakukan kontak kulit dengan bayi: buka bedong, baju, sarung tangan bayi,

pakaikan popok saja. Jika dingin bisa pakaikan kaus kaki, topi serta ibu dan bayi

berselimut bersama. Tetap hangat dan tetap terjadi kontak kulit.

5) Rangsangan payudara: pijat payudara dengan lembut atau usap kulit payudara

dengan sisir sari arah luar ke arah puting.

6) Lakukan stimulasi puting: gulung-gulung, gelitikan atau putir-putir diantara jari

telunjuk dan ibu jari sampai terasa sensasi ASI keluar.

7) Kompres hangat di payudara. Bisa juga menyemprotkan air hangat ke payudara

(misalnya memakai shower).

8) Ibu juga bisa meminta bantuan untuk pemijatan oksitosin. Pijat oksitosin

dilakukan dengan cara memijat area di sekitar tulang punggung (vertebra pars

thoratica) untuk merangsang keluarnya oksitosis.

9) Selama menyusui anjurkan ibu tarik nafas dalam dengan dengan atau gunakan

teknik-teknik relaksasi lainnya.

(Asih dan Risneni, 2016: 25).

Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih di hambat oleh kadar
13

ekstrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca melahirkan,

kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh

prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.

Dengan menyusulkan lebih dini terjadi perangsangan puting susu,

terbentuklah prolaktin dan hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin

lancar. Dua refleks yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks

prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh

hisapan bayi (Walyani, 2015: 10).

1) Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada

puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut saraf

afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise

anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah.

Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk

memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah

susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu

frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap (Walyani, 2015: 10).

2) Refleks Aliran (Let Down Reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.

Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan mengacu otot-

otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontrasi sehingga

otot-otot polos yang mengelilingi alveoli, duktulus, dan sinus menuju

puting susu. Refleks let down dapat dirasakan sebagai sensasi


14

kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda

lain dari let down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang

dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kewajiban ibu

(Walyani, 2015: 11).

3. Proses produksi air susu

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks

antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon.

Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi

tiga bagian, yaitu:

a. Produksi air susu ibu (prolaktin)

Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang

disekresi oleh gladula pituitary. Hormon ini memiliki peranan penting

untuk memproduksi ASI, kadar hormon ini meningkat selama

kehamilan. Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan

lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalianan, maka

kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai

tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan

kadar prolaktin akan menghambat ovulasi, dan dengan demikian juga

mempunyai fungsi kontrasepsi (Asih dan Risneni, 2016).

Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua refleks yang masing-

masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu:

1) Refleks prolactin

Pada ibu yang menyusui, prolactin akan meningkat dalam

keadaan-keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi,


15

operasi, rangsangan putting susu, jenis kelamin dan obat-obatan

trangulizer hipotalamus seperti reserpine, klorpromazin dan

fenitiazid

2) Refleks let down

Faktor-faktor yang meningkatkan reflex ini adalah melihat

bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan

untuk menyusui bayi. Beberapa reflex yang memungkinkan bayi

baru lahir untuk memperoleh ASI adalah:

a) Refleks rooting : memungkinkan bayi baru lahir

untuk menemukan putting susu apabila ia diletakkan di

payudara.

b) Refleks menghisap : saat bayi mengisi mulutnya dengan

putting susu atau pengganti putting susu sampai ke langit keras

dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah dan

pipi.

c) Refleks menelan : yaitu Gerakan pipi dan gusi dalam

menekan areola, sehingga reflex ini merangsang pembentukan

rahang bayi ( Asih dan Risneni, 2016).

b. Let-Down Refleks dan pijat oksitosin

Oksitosin diproduksi oleh kelenjar pituitary posterior

(neurohipofisis). Saatbbayi menghisap areola akan mengirimkan

stimulasi ke neurohipofisis untuk memproduksi dan melepaskan

oksitosin secara intermiten. Oksitosin akan masuk di aliran darah ibu

dan merangsang sel otot di sekeliling alveoli berkontraksi membuat


16

ASI yang telah trkumpul di dalamnya mengalir ke saluran-saluran

dectus (Asih dan Risneni, 2016).

Oksitosin bekerja memacu reflex pengeluaran down/milk ejection

reflex (MER) / Let-down reflex (LDR). Saat terjadi LDR banyak ibu

merasakan gejala sensasi menggelenyar, geli, gatal, ada yang merasa

sensasi sedikit nyeri juga ada merasa relaks namun ada juga yang tidak

merasakan apa-apa sama sekali(Asih dan Risneni, 2016).

Tanda yang bias diamati saat terjadi LDR adalah keluarnya ASI

dari payudara yang sedang tidak digunakan, juga pola perubahan

hisapan bayi dari cepat dan menjadi lambat, dalam dan tanda bayi

menelan ASI, terdengar suara bayi menelan ASI atau terlihat

sedikitsusu di sudut mulut bayi. Pada saat ibu memerah LDRbisa

diamati dengan tanda keluarnya aliran ASI yang deras dari payudara.

Jika ibu memompa atau memerah ASI, ASI akan tampak memancar ke

seluruh arah.

Tanda dan sensasi reflex oksitosin:

1) Adanya sensasi sakit seperti diperas atau menggelenyar di dalam

payudara sesaat sebelum atau selama menyusui bayinya

2) ASI mengalir dari payudaranya saat dia memikirkan bayinya, atau

mendengar bayinya menangis

3) ASI menetes dari payudaranya yang lain, ketika bayinya menyusu.

4) ASI mengalir dari payudaranya dalam semburan halus, jika bayi

melepaskan payudara saat menyusu


17

5) Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi Rahim, kadang diiringi

dengan keluarnya darah lochia selama menyusui di hari-hari

pertama

6) Isapan yang lambat dan tegukan oleh bayi, menunjukkan ASI

mengalir dan ditelan oleh bayi

7) Ibu merasa haus

Menstimulasi reflek oksitosin aktif atau reflek pengeluaran ASI

(Let Down Reflex) sangat penting saat menyusui maupun

memerah ASI untuk mengeluarkan ASI secara efektif dari

payudara. Hanya sedikit Asi yang ada di puting dan tanpa

menstimulasi LDR akan banyak ASI yang masih tertinggal di

jaringan payudara ibu (Asih dan Risneni, 2016).

Cara membangkitkan let down reflex (LDR) dengan

memanggil oksitosin:

1) ibu menyusui bayi di tempat yang tenang dan nyaman

2) Lakukan relaksasi: Mandi air hangat, kompres hangat di

punggung dan pundak, pijat oksitosin, lakukan relaksasi

pernafasan, minum hangat, pancing pikiran-pikiran positif

hipnobreastfeeding) dan ambil posisi yang nyaman

3) Segera menyusui sebelum bayi menangis kelaparan Kenali

tanda bayi lapar. Jika bayi terlanjur menangis biasanya ibu

akan panik dan stress sehingga sulit terjadi LDR

4) Lakukan kontak kulit dengan bayl: Buka bedong. baju, sarung

tangan bayi, pakaikan papak saja. Jika dingin bisa pakaikan


18

kaus kaki, topi serta ibu dan bayi berselimut bersama tetap

hangat dan tetap terjadi kontak kulit

5) Rangsang payudara: Pijat payudara dengan lembut atau usap

kulit payudara dengan sisir dari arah luar ke arah

6) Lakukan stimulasi puting : Gulung-gulung, gelitikin atau

puntir-puntir puting diantara jari telunjuk dan ibu jari sampai

terasa sensasi ASI keluar.

7) Kompres hangat di payudara. Bisa juga menyemprotkan air

hangat ke payudara (misalnya memakai shower).

8) Ibu juga bisa meminta bantuan untuk pemijatan oksitosin. Pijat

oksitosin dilakukan dengan cara memijat area di sekitar tulang

punggung (vertebra parsthoratica) untuk merangsang

keluarnya oksitosin.

9) Oksitosin juga berfungsi menyebabkan kontraksi rahim.

Kontraksi ini membantu mengurangi perdarahan, namun

kadang dapat menyebabkan nyeri Rahim dan keluarnya darah

selama menyusui di beberapa hari pertama, Nyerinya bisa

sangat hebat putting (Asih dan Risneni, 2016).

c. Pemacu munculnya oksitosin:

Saat ibu merasa puas, bahagia, percaya diri bisa memberikan ASI

pada bayinya, memikirkan bayinya dengan penuh kasih dan perasaan

positif lainnya akan membuat refleks oksitosin bekerja. Begitu juga

dengan sensasi menggendong, menyentuh, mencium, menatap atau

mendengar bayinya menangis juga dapat membantu refleks oksitosin.


19

Oksitosin akan mulai bekerja saat ibu berharap bias memberikan ASI

bagi bayinya saat bayi mulai menghisap payudaranya (Asih dan

Risneni, 2016).

Penghambat munculnya oksitosin:

1) Perasaan negatif, kesakitan, khawatir, ragu-ragu, kecewa dan stress

dalam keadaan darurat akan menghambat refleks oksitosin juga

mengakibatkan pancaran ASI-nya berhenti. Opiate dan endorphin B

yang dilepaskan saat seseorang dalam tekanan (stress) akan

menghambat pelepasan oksitosin (Lawrance,2011).

2) Jika oksitosin sedikit, maka LDR akan terhambat sehingga ASI

tidak bias keluar dari payudara (Neville, 2001), meski payudara

terasa kencang dan penuh. Payudara seperti tidak membuat ASI

lagi. Padahal payudara tetap memproduksi ASI, namun tidak dapat

mengalir keluar sehingga bayi susah mendapatkannya.

3) Efek ini hanyalah sementara dan dapat kembali seperti semula.

Oleh sebab itu, ibu menyusui perlu mendapatkan dukungan dan

kenyamanan untuk membuatnya tenang juga terus menyusui

bayinya.

4) Seorang ibu perlu berada dekat dengan bayinya, sehingga ia dapat

melihat, menyentuh dan meresponnya

5) Manfaat oksitosin tidak hanya untuk efek aliran ASI, namun juga

bagi psikologis ibu dan bayi

6) Oksitosin juga disebut hormone cinta karena membantu ibu

mencintai bayinya dan tenang


20

Dalam keadaan nyaman, tenang dan jauh dari stress akan

meningkatkan perasaan kasih saying antara ibu dan anak, menciptakan

ikatan ibu dan anak yang erat (bounding) (Asih dan Risneni, 2016).

d. Pengeluaran air susu ibu (oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka Gerakan menghisap yang berirama

akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam gladula

pituitary posterior. Akibat langsung reflex ini adalah dikeluarkannya

oksitosin dari pituitary posterior. Hal ini akan menyebabkan sel-sel

miopitel (sel keranjang atau laba-laba) di sekitar alveoli akan

berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh

ampulae. Pengeluaran oksitosin ternyata disamping dipengaruhi oleh

isapan bayi juga oleh suatu reseptor yang terletak pada system ductus

(Asih dan Risneni, 2016).

e. Pemeliharaan air susu ibu/pemeliharaan laktasi

Dua factor penting untuk pemeliharaan laktasi adalah rangsangan

yaitu pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh

lebih besar dibandingkan dengan memeras ASI dari payudara atau

menggunakan pompa. Pengosongan sempurna payudara. Bayi

sebaiknya mengosongkan payudara sebelum diberikan payudara yang

lain. Apabila air susu yang diproduksi tidak dikeluarkan, maka laktasi

akan tertekan (mengalami hambatan) karena terjadi pembengkakan

alveoli dan sel keranjang tidak dapat berkontraksi. ASI tidak dapat

dipaksa masuk ke dalam ductus laktifer (Asih dan Risneni, 2016).

4. Mekanisme produksi ASI


21

Salah satu hal yang cukup penting untuk mencapai kesuksesan

menyusui adalah dengan mengetahui mekanisme produksi ASI sejak

kehamilan. Produksi ASI terjadi dalam tiga tahap/fase, yaitu laktogenesis I,

laktogenesis II, dan laktogenesis III.

a. Laktogenesis I

Produksi ASI pada awalnya tidak langsung dimulai dengan hukum

persediaan versus permintaan. Sejak akhir trimester 2 atau awal

trimester 3 kehamilan, kolostrum sudah mulai di produksi. Proses

produksi ASI selama kehamilan ini sepenuhnya diatur oleh hormon

endokrin dan sistem pengendalian itu disebut sistem kembali endokrin.

Pada fase ini, produksi ASI belum terlalu banyak karena ditekan oleh

kadar hormon progesteron yang tinggi.

Ketika ibu melahirkan, plasenta terlepas dari rahim sehingga

menyebabkan kadar hormon progesteron turun. Efek berikutnya, kadar

hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI meningkat.

Karena pengeluaran kolostrum pasca kelahiran ini masih diatur oleh

hormon, ibu tidak perlu khawatir kolostrum tidak akan keluar (asalkan

tidak ada hal-hal yang menghambat pengeluarannya) (F.B Monika,

2018).

b. Laktogenesis II

MenurutS Kelly Bonyata, IBCLC, fase laktogenesis II terjadi di

30-40 jam pasca kelahiran. Sedangkan sumber lain menyatakan


22

laktogenesis II terjadi pada hari ke-2 hingga ke-5 pasca kelahiran. Pada

fase ini, kolostrum sudah mulai berubah menjadi ASI transisi. Aliran

darah ke payudara meningkat sehingga payudara mulai terasa kencang

dan berat. Kadar hormon progesteron telah menurun. Akibatnya,

hormon prolaktin terus meningkat sehingga ASI mulai di produksi

lebih banyak yang umumnya sudah terjadi pada hari ke-3 dan ke-4

pasca kelahiran (F.B Monika, 2018).

c. Laktogenesis III

Laktogenesis III mulai terjadi antara hari ke-8 hingga ke-10 pasca

kelahiran. Dalam fase ini, bukan sistem kendali endokrin lagi yang

mengatur, melainkan sistem kendali autokrin/lokal. Makna sistem

kendali lokal adalah seberapa sering ASI dikeluarkan dan seberapa

baik payudara dikosongkan. Inilah yang merupakan mekanisme

kendali utama produksi ASI, atau sudah berlaku hukum persediaan

versus permintaan.

Pada tahap laktogenesis III dan seterusnya, produksi ASI di tiap

payudara bergantung pada seberapa sering ASI dikeluarkan (baik

melalui disusui langsung atau diperah) dan seberapa baik pengosongan

payudara. Jadi, bisa saja satu payudara tidak menghasilkan ASI sama

sekali, tapi payudara yang lainnya tetap berproduksi normal. Menyapih

satu payudara saja tetap memungkinkan, misalnya saat ibu mengalami

mastitis berulang atau menjalani operasi pada salah satu payudara (F.B

Monika, 2018).

5. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI


23

Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml

setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor sebagai

berikut:

a. Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,

apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang

diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat

ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.

Untuk memproduksi ASI Yang baik, makanan ibu harus memenuhi

jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup.

Selain itu, ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12

gelas/hari (Maritalia, 2014: 84).

Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui:

1) Yang merangsang, seperti cabe, merica, jahe, kopi, dan alcohol.

2) Yang membuat kembung, seperti ubi, singkong, kol, sawi, dan daun bawang.

3) Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

b. Ketenangan jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk

ketegangan emosional akan menurunkan produksi ASI. Untuk

memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang (Maritalia,

2014: 84).

c. Faktor istirahat
24

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan

fungsinya dengan demikian pembentukan ASI berkurang (Maritalia,

2014: 85).

d. Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera, jarang dan berlangsung sebentar maka

hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang

(Maritalia,2014: 85).

e. Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk

mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan

hormon oksitosin (Maritalia, 2014: 84).

f. Anatomi buah dada

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobules pun berkurang.

Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel ini yang

menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang

(Maritalia, 2014: 85).

g. Berat Lahir Bayi

BBLR mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah

dibanding bayi berat lahir normal (Maritalia, 2014: 85).

h. Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34


25

minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif

sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada yang lahir cukup bulan

(Maritalia, 2014: 86).

i. Penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya

diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat

mempengaruhi produksi ASI (Maritalia, 2014: 84).

j. Faktor obat-obatan

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon mempengaruhi

hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan

pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu sendirinya akan

mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI (Maritalia, 2014: 85).

6. Upaya meningkatkan produksi ASI

ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh

bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang

bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.

Banyak hal yang mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan

pengeluaran ASI dipengaruhi dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin.

Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin

mempengaruhi proses pengeluaran ASI (Maritalia, 2014: 83).

Upaya untuk memperbanyak ASI, diantaranya:

a. Tingkatkan frekuensi menyusui/memompa/memeras ASI.


26

Jika anak belum mau menyusu karena masih kenyang,

perahlah/pompalah ASI. Ingat, produksi ASI prinsipnya based on

demand sama seperti prinsip pabrik. Jika makin sering diminta

(disusui/diperas/dipompa) maka makin banyak yang ASI yang

diproduksi.

b. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui.

Makin sering dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar.

c. Ibu harus dalam keadaan relaks. Kondisi psikologis ibu menyusui sangat

menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80% lebih

kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor

psikologis ibu menyusui. Ingat: 1 pikiran "duh ASI peras saya cukup gak ya?"

maka pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon

oksitosin (produksi ASI) untuk bekerja lambat. Dan akhirnya produksi ASI

menurun.

d. Hìndari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orangtua merasa

bahwa ASInya masih sedikit atau takut anak tidak kenyang, banyak yang segera

memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru akan

menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Anak relatif malas menyusu atau malah

bingung puting terutama pemberian susu formula dengan dot. Begitu bayi

diberikan susu formula, maka saat ia menyusu pada ibunya akan kekenyangan.

Sehingga volume ASI makin berkurang. Makin sering susu formula diberikan

makin sedikit ASI yang di produksi.

e. Hindari penggunaan DOT atau empeng. Jika ibu ingin memberikan ASI

peras/pompa (ataupun memilih susu formula) berikan ke bayi dengan


27

menggunakan sendok, bukan dot. Saat ibu memberikan dengan dot, maka anak

dapat mengalami bingung puting (nipple confusion). Kondisi dimana bayi hanya

menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot.

f. Datangi klinik laktasi. Jangan ragu untuk menghubungi atau konsultasi dengan

klinik laktasi.

g. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.

h. Lakukan perawatan payudara : Massage/pemijatan payudara dan kompres air

hangat dan air dingin bergantian. Perawatan payudara sering disebut Breast Care

bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau

memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara dilakukan dengan cara

masase, pengompresan, dan perawatan putting susu (Anggraini Y, 2010).

Salah satu masalah yang terjadi karena kurangnya perawatan

payudara adalah penurunan produksi ASI.Produksi dan pengeluaran ASI

dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin

mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi

proses pengeluaran ASI. Perawatan payudara sangat penting salah

satunya menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan putting susu

agar terhindar dari infeksi, melunakkan serta memperbaiki bentuk putting

susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik, merangsang kelenjar-

kelenjar dan hormone prolaktin dan oksitosin untuk meningkatkan

produksi ASI lancar serta mengetahui secara dini kelainan putting susu

dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya.

1) Tujuan perawatan payudara

a) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi


28

b) Untuk mengenyalkan putting susus supaya tidak lecet

c) Untuk menonjolkan putting susu

d) Menjaga bentuk buah dada teatap bagus

e) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

f) Untuk memperbanyak produksi ASI

g) Untuk mengetahui adanya kelainan

Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini

mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan, hal ini dilakukan 2

kali dalam sehari (endrau, 2008).

2) Manfaat perawatan payudara

a) Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI

banyak dan lancer

b) Dapat mendetaksi kelainan- kelainan payudara secara dini

c) Mempersiapkan mental ibu untuk menyusui (Walyani, 2015).

3) Waktu Pelaksanaan

a) Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan

b) Dilakukan minimal 2 kali sehari (Walyani, 2015).

4) Hal-hal yang perlu diperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan payudara adalah:

a) Potong kuku tangan sependek mungkin, serta kikir agar halus dan

tidak melukai payudara

b) Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan

c) Lakukan pada suasana santai, misalnya pada waktu mandi sore

atau sebelum berangkat tidur (Walyani, 2015).


29

5) Persyaratan perawatan payudara

a) Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal

dua kali dalam sehari

b) Memerhatikan makanan dengan menu seimbang

c) Memerhatikan kebersihan sehari-hari

d) Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong

payudara.

e) Menghindari rokok dan minimum berakohol

f) Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang (Walyani, 2015).

6) Alat yang digunakan

a) Minyak kelapa atau baby oil

b) Handuk kering

c) Washlap

d) Baskom

e) Air hangat dan dingin

f) Cawan (Walyani, 2015)

7) Teknik perawatan payudara

a) Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil

selama ± 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan

b) Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

c) Pengurutan dimulai kea rah atas, ke samping, lalu kea rah bawah.

Dalam pengurutan posisi tangan kiri kea rah sisi kiri, telapak

tangan kanan kearah sisi tangan.

d) Pengurutan diteruskan ke bawah bawah, ke samping, selanjutnya


30

melintang, lalu telapak tangan mengurut ke depan kemudian

kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi Gerakan 20-30

kali.

e) Tangan kiri menopang payudara kiri lalu tiga jari tangan kanan

membuat gerakan memutar sambal menekan mulai dari pangkal

payudara sampai pada putting susu. Lakukan tahap yang sama

pada payudara kanan, lakukan 2 kali gerakan pada tiap payudara.

f) Satu tangan menopang payudara, sedangakan tangan yang lain

mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah

putting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara.

Lakukan Gerakan ini sekitar 30 kali.

g) Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan

dingin bergantian selama ± 5 menit, keringkan payudara dengan

handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang.

(Asih dan Risneni, 2016: 45).

i. Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia terdapat beberapa metode yang

dapat digunakan untuk membantu meningkatkan produksi ASI pasca melahirkan

diantaranya adalah metode pijat oksitosin, Teknik Marmet, kompres hangat,

Massase Rolling (punggung), Breast Care, dan metode SPEOS (Rusmini, 2015).

Berikut ini adalah persiapan yang perlu dilakukan untuk

memperlancar pengeluaran ASI :

1) Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel

yang lepas tidak menumpuk.


31

2) Puting susu di tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk

memudahkan isapan bayi.

3) Bila puting susu belum menonjol, dapat menggunakan pompa susu

atau dengan jalan operasi.

Keberadaan puting susu dalam mulut bayi mempunyai keuntungan

tersendiri, yaitu sebagai berikut :

1) Rangsangan puting susu lebih mantap, sehingga reflex pengeluaran

ASI lebih sempurna.

2) Menghindari kemungkinan lecet pada puting susu.

3) Kepuasan bayi saat menghisap ASI lebih besar.

4) Semprotan ASI lebih sempurna dan menghindari terlalu banyak udara

yang masuk ke dalam lambung bayi.

(Asih dan Risneni, 2016: 47).

j. Pemberian Tablet Fe selama Nifas

1) Definisi

Fe adalah suatu mikroprotein penting dalam tubuh yang

berfungsi membentuk sel sel darah. Kebutuhan Fe yang dibutuhkan /

hari adalah bayi 3-5 mg, balita 8-9 mg, anak sekolah 10 mg, remaja

perempuan 14-25 mg, dewasa laki-laki 13 mg, dewasa perempuan 14-

26 mg sedangkan pada ibu hamil dan ibu menyusui kebutuhan Fe

adalah diatas 20 mg (Gizi dan Kesehatan masyarakat,2014).

2) Fungsi Fe

a) Untuk pembentukkan hemoglobin baru


32

b) Untuk mengembalikan hemoglobin pada nilai normalnya setelah

terjadi pendarahan

c) Untuk mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang secara spontan

dikeluarkan oleh tubuh, terutama lewat urin, feses dan keringat

d) untuk menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh

(Proverawati,2010).

Sumber Fe dalam kelompok lauk pauk adalah daging sapi, daging

ayam, hatisapi, ikan bawal, dan udang segar. Kelompok zat tepung

adalah tepung, gandum, roti, jagung dll, dari kelompok sayuran adalah

bayam, kacang-kacangan, tahu dan dari kelompok buah-buahan adalah

apel, jambu, papaya, belimbing dll (Misaroh, S, 2010).

Zat besi didistribusi dalam bentuk metabolik aktif dan storage

pools. Zat besi diserap di dalam duodenum dan upper jejenum.

Penyerapan zat besi ditentukan oleh molekul besi dan substansi lain

yang dicerna. Paling baik penyerapan besi ditemukan pada makanan

yang mengandung hem, dibandingkan makanan non-hem (serat sayur

yang mengandung phitat, polyphenol yang terdapat pada teh, kopi, dan

lain-lain). Penyerapan zat besi non-hem dipengaruhi oleh solubilitasnya

(kelarutan) di bagian atas usus halus, dan solubilitasnya bergantung

pada jenis makanan). Akan tetapi, makanan tersebut dapat diperbaiki/

ditingkatkan penyerapannya melalui konsumsi asam askorbat (vitamin

C). Vitamin C mempermudah absorbsi zat besi karena dapat mereduksi

dari bentuk feri ke fero (Patimah, S,2017)

7. Faktor yang menghambat produksi ASI


33

Ketika proses menyusui sudah lancar (kira-kira data bayi berusia 1-1,5

bulan), ibu sering merasa payudaranya tidak sepenuh dan seberat seperti

minggu awal pasca melahirkan. Banyak ibu khawatir payudaranya

lunak/tidak penuh menandakan ASI berkurang. Padahal sebaliknya, bila

ibu membiarkan payudaranya penuh bahkan sampai bengkak, produksi ASI

dapat terhambat. Berikut ini adalah dua hal yang memperlambat produksi

ASI ketika payudara ibu penuh (F.B.Monika,2018: 41).

a. Adanya protein inhibitor/penghambat produksi ASI. Ketika payudara ibu

penuh, suatu protein peptide bernama FIL (feedback inhibitor of lactation) akan

menghasilkan tubuh yang berfungsi memperlambat produksi ASI.

b. Tekanan pada payudara. ASI yang penuh akan menekan payudara sehingga

aliran darah ke payudara berkurang dan juga akan menekan sel pembentuk ASI.

8. Volume/kualitas ASI perah

Ketika ibu baru mulai memerah ASI, terutama pasca kelahiran, jangan

khawatir bila hasil memerah hanya beberapa tetes saja. Proses memerah

ASI hingga lancar dan menghasilkan produksi yang terus bertambah

memang membutuhkan waktu. Pada hari-hari pertama kelahiran, jumlah

kolostrum yang keluar hanya beberapa tetes dengan rata-rata per hari 37

ml. Bila proses menyusui dan memerah berjalan lancar, produksi ASI akan

mencapai puncaknya saat usia bayi lima minggu dan perlu dijaga agar tetap

stabil. Produksi ASI pada masa ini mencapai 750-1035 ml per hari. Setelah

usia enam bulan saat bayi mulai mendapat MPASI produksi ASI dapat

turun cara bertahap, walaupun ibu yang tetap konsisten memerah dapat

mempertahankan produksi ASI-nya (F.B.Monika, 2018: 192).


34

Table 1 Tabel berikut ini menunjukkan rata-rata kuantitas menyusu bayi per sesi
dan total dalam sehari

Usia Bayi Rata-rata konsumsi ASI Rata-rata konsumsi


per sesi menyusui ASI per hari
Minggu Pertama 30-59 ml (setelah hari ke- 300-600 ml (setelah
4) hari ke 4)
Minggu ke-2 dan 59-89 ml 450-750 ml
ke-3
Bulan 1-6 89-146 ml 750-1035 ml

Sumber: F.B.Monika, 2018: 192

Pada hari pertama, bayi hanya mengkonsumsi kolostrum setiap sesi

menyusui sebanyak 5-7 ml, meningkat pada hari ketiga sebanyak 22-27 ml,

dan meningkat dengan pesat ketika volume produksi ASI bertambah setelah

hari ke-4 (F.B.Monika, 2018: 192).

9. Tanda bayi cukup ASI

a. Tanda bayi cukup ASI dilihat dari bayi:

1) Jumlah Buang Air Kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali

2) Warna seni biasanya tidak berwarna kuning pucat

3) Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji

4) Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur dengan

cukup

5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam (Ambarwati, 2010: 29).

6) Berat badan: bertambah sesuai usianya (sesuai grafik KMS)

7) Bayi usia 0-5 hari akan BAK sesuai jumlah hari: 1x di hari I, 2X di hari II, dan

seterusnya (Arifianto, 2019: 44).

8) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8

kali pada 2-3 minggu pertama


35

9) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi lebuh

muda pada hari kelima setelah lahir

10) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal

11) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

rentan usianya)

12) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas

(Asih dan Risneni, 2016: 43).

13) Mekanisme mengisap pada bayi

Ada beberapa refleks yang mengindikasikan badan bayi dapat

menelan ASI dengan cukup yang harus diperhatikan oleh bidan

yaitu:

a) Refleks menangkap (Rooting): Sentuhan pada bibir

b) Bayi membuka mulut dan menangkap puting susu

c) Refleks mengisap puting dalam mulut bayi (Langit-langit/palatummaleter

sentuh, bayi mengisap)

d) Areola masuk, lidah menekan sinus laktiferus ASI terperas keluar

e) Refleks menelan (Rukiyah, Ai Yeyeh, 2018: 108).

14) Tanda-tanda bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara

Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu; mulut dan

dagunya berdekatan dengan payudara; areola tidak akan bisa terlihat

dengan jelas; anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang

lamban dan dalam dan menelan ASI nya; bayi terlihat tenang dan

senang; ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu.

Mekanisme menghisap dot dan areola sangat berbeda, dan ini


36

membuat bayi mengalami bingung puting. Tidak benar bahwa

kurang mengeluarkan tenaga mekanisme menghisap pada bayi

(Rukiyah, Ai Yeyeh, 2018: 108).

Menyusu: lidah bayi “ memerah” sinus laktiferus otot pipih,

lidah, langit-langit, rahang bawah semua aktif. Dot: terutama otot

bibir dan pipi keluarnya susu tergantung kemiringan botol dan

besarnya lubang dot, tedak memerlukan hisapan yang kuat tetapi

perlu menjaga agar tidak tersedak (Rukiyah, Ai Yeyeh, 2018: 108).

b. Tanda bayi cukup ASI dilihat dari Ibu:

1) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui

2) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusui

3) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI

(Ambarwati, 2010: 30).

4) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis (Asih dan

Risneni, 2016: 43).

10. Tanda bayi tidak cukup ASI

Ternyata ada dua tanda yang menunjukkan bayi kurang mendapat

cukup ASI, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

a. Air seni bayi berwarna kuning pekat, berbau tajam, dan jumlahnya sedikit. Bayi

buang air kecil kurang dari 6 kali sehari. Ini menunjukkan bahwa bayi kekurangan

cairan, sehingga menunjukkan bahwa bayi kurang mendapat cukup ASI


37

b. Perkembangan berat badan bayi kurang dari 500 gram per bulan dan

menunjukkan bahwa bayi kurang mendapatkan asupan yang baik selama 1 bulan

terakhir. Apabila diberikan ASI secara Ekslusif (0-6 bulan) dapat mencukupi

semua kebutuhan bayi (Asih dan Risneni, 2016: 44).

11. Cara mengukur produksi ASI

a. Penelitian Suwanti, Endang dan Kuswati (2016) Pengaruh Konsumsi

Ekstrak Daun Katuk Terhadap Kecukupan ASI Pada Ibu Menyusui Di

Klaten menyebutkan indicator kecukupan produksi ASI meliputi:

Frekuensi Buang Air Kecil (BAK), warna dan konsistensi fases, kondisi

bayi saat menyusu (dengan rakus kemudian melemah dan tidur),

payudara lunak setelah disuse, BB bayi bertambah (14 gram per hari

pada usia 3-6 bulan).

b. Penelitian Pujiastuti, Nurul (2010) Korelasi Antara Status Gizi Ibu

Menyusui Dengan Kecukupan ASI Di Posyandu Desa Karang Kedawang

Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto Menyebutkan kecukupan ASI

diukur dengan 3 indikator yaitu: mengobservasi tanda kecukupan ASI,

menimbang BB bayi sebelum dan sesudah menyusu serta menimbang

kenaikan BB bayi setelah 1 bulan.

c. Penelitian Setiyani, Susi, Munayarokh dan Sumiyati (2019) Pijat

Oksitosin Terhadap Kecukupan ASI Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah

Kerja Puskesmas Sumbang II Kabupaten Banyumas menyebutkan

indicator produksi ASI cukup untuk bayi meliputi: Minum ASI tiap 2-3

jam, BAK 6-8 kali/hari, BAB 6-8 kali selama 24 jam, bayi terlihatpuas
38

setelah menyusu dan tidur dengan cukup, Pertumbuhan/kenaikan berat

badan sesuai grafik pertumbuhan.

d. Penelitian Sari, Wahyu Kumala, Dewi, Christin Hiyana dan Winarsih, Sri

(2020) Efektivitas Metode SPOES (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin

Dan Sugestif) Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum menyebutkan

indicator produksi ASI cukup untuk bayi meliputi: ASI yang banyak

dapat merembes keluar melalui putting, payudara teraba penuh atau

tegang sebelum menyusui, ASI masih menetes setelah menyusui,

payudara kosong setelah bayi kenyang dan tertidur, bayi paling sedikit

menyusu 8-10 kali dalam 24 jam, bayi lebih sering BAK minimal 4 kali.

Dilihat dari penelitian diatas indicator cara mengukur ASI. Peneliti

tertarik untuk menggunakan indicator pengukuran ASI dari Penelitian

Penelitian Setiyani, Susi, Munayarokh dan Sumiyati (2019) Pijat Oksitosin

Terhadap Kecukupan ASI Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sumbang II Kabupaten Banyumas menyebutkan indicator

produksi ASI cukup untuk bayi meliputi: Minum ASI tiap 2-3 jam, BAK 6-8

kali/hari, BAB 6-8 kali selama 24 jam, bayi terlihatpuas setelah menyusu

dan tidur dengan cukup, Pertumbuhan/kenaikan berat badan sesuai grafik

pertumbuhan.

12. Manfaat Pemberian ASI

a. Bagi bayi

1) ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi

yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.


39

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun

kuantitasnya melalui penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI

sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh

bayi normal sampai usia 6 bulan (Walyani, 2015: 15).

2) ASI sebagai kekebalan

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan zat kekebalan dari

ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali

menurun segera setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia beberapa

bulan tubuh bayi belum dapat membentuk sendiri zat Kekebalan

secara sempurna. Oleh karena itu, kadar zat kekebalan di dalam tubuh

bayi menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi menkonsumsi

ASI. ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari

bahaya penyakit dan infelksi, seperti: diare, infeksi telinga. batuk,

pilek, dan penyakit alergi (Roesli, 2000: Depkes 2001). Angka

morbiditas dan mortralitas bayi yang diberi ASI eksklusif jauh lebih

kecil dibanding bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Walyani,

2015: 16).

3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi

Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2 tahun

adalah periode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.

Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang

anak. Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-

baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal dengan kualitas yang

optimal. Pertumbuhan otak adalah faktor utama yang mempenmgaruhi


40

perkembangan kecerdasan. Sementara itu pertumbuhan otak sangat

dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan kepada bayi baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya. Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak

antara lain: Taurin, Lactosa, DHA, AA, Asam Omega-3, dan Omega-6.

Semua nutrisi yang dibutuhkan untuk itu, bisa didapatkan dari ASI

(Walyani, 2015: 17).

4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam dekapan

ibunya. Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya,maka bayi

akan semakin merasakan kasih sayang ibunya. la juga akan merasa

aman, tentram, dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar

detak jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam kandungan.

Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat antara ibu

dan bayi (Walyani, 2015: 17).

b. Bagi Ibu

1) Menjarangkan kehamilan

Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara

kontrasepsi alamiah yang aman, murah, dan cukup berhasil, 6 Lebih

cepat langsing kembali Menyusui memerlukan energi yang, besar.

Tubuh ibu akan mengambil sumber encrgi dari lemak-lemak yang

tertimbun selama hamil terutama di bagian paha dan lengan atas,

sehingga berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke

berat badan semula (Walyani, 2015: 17).


41

2) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan

mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara dan akan

mengurangi risiko ibu terkena penyakit kanker indung telur (Walyani,

2015: 18).

3) Lebih ekonomis dan murah

ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan sederhana

yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga dapat

menghemat pengeluaran. Bayi yang diberiASI eksklusif mempunyai

daya taban tubuh yang kuat, schingga bayi akan terhindar dari

berbagai macam penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan menghemat

pengeluaran untuk berobat ke dokter atau rumah sakit (Walyani, 2015:

18).

4) Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol.ASI mempunyai suhu

yang tepat sehingga dapat langsung diminumkan pada bayi, tanpa

perlu khawatir terlalu panas atau dingin. ASI dapat diberikan kapan

saja, di mana saja dan tidak perlu takut persediaan habis (Walyani,

2015: 19).

5) Portabel dan praktis


42

ASI mudah di bawa ke mana-mana (portabel), siap kapan saja

dan di mana saja bila dibutuhkan. Pada saat berpergian tidak perlu

membawa peralatan untuk membuat susu dan tidak perlu membawa

alat listrik untu memasak atau menghangatkan susu serta tidak perlu

takut basi karena ASI di dalam payudara ibu tidak akan pernah basi

(Walyani, 2015: 19).

6) Memberi kepuasan kepada ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa puas,

bangga dan bahagia yang mendalam (Walyani, 2015: 19).

B. Teknik Marmet

1. Definisi

Metode marmet merupakan suatu cara yang digunakan untuk

mengeluarkan ASI. Teknik ini memberikan efek relaks dan juga

mengaktifkan kembali reflek keluarnya air susu/ milk ejection refleks

(MER) sehingga air susu mulai menetes. Dengan diaktifkannya MER

maka ASI akan sering menyemprot keluar dengan sendirinya Metode

marmet dapat membantu kelancaran pengeluaran ASI secara alamiah

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. (Martha & William, 2007).

Teknik marmet adalah teknik pumping (memerah ASI) menggunakan

tangan, tanpa bantuan mesin pompa atau alat pumping (Pranata, Rennata

H, 2020: 109).

Salah satu alternatif yang digunakan untuk mempercepat pengeluaran

ASI pada ibu post seksio sesarea, seperti memeras ASI dengan teknik
43

marmet (Ten Teacher, 2008; Yohmi & Roesli, 2012). Teknik marmet

adalah suatu metode memijat dan menstimulasi agar keluarnya ASI

optimal, teknik ini memadukan pemijatan payudara sel-sel ASI dan saluran

ASI meningkatkan oksitosin- aliran ASI dengan memerah ASI (Roesli,

2012).

Permasalahan tidak lancarnya proses keluarnya ASI yang menjadi

salah satu penyebab seseorang tidak dapat menyusui bayinya sehingga

proses menyusui terganggu. Oleh karena itu diperlukan diadakannya

pendekatan pada masyarakat untuk dapat mengubah kebiasan buruk

memberikan makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia 6 bulan dan

pengenalan berbagai metode yang dapat membantu ibu menyusui untuk

memperlancar pengeluaran ASI salah satunya adalah menggunakan

metode marmet (Arisman, 2013).

Penggunaan metode marmet merupakan salah satu upaya yang

dilakukan dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan

serta peningkatan pengeluaran ASI. Cara ini sering disebut juga dengan

back to nature karena caranya sederhana dan tidak membutuhkan biaya

serta efektif merangsang payudara untuk memproduksi lebih banyak ASI

(Nurdiansyah, 2011).

2. Manfaat pijat marmet

Manfaat memerah ASI dengan Teknik Marmet, diantaranya

sebagai berikut.

a. Mengurangi payudara penuh

b. Bengkak dan atau sumbatan pada aliran ASI


44

c. Memberi minum bayi yang mengalami kesulitan dalam koordinasi menyusu

aman dari segi lingkungan

d. Portable ( mudah dibawa kemana – mana )

e. Mencegah putting dan aerola menjadi kering dan lecet, Meningkatkan hygiene

payudara

f. Meningkatkan produksi ASI

g. Membantu ibu secara phisiologis menenangkan tidak stress

h. Membangkitkan rasa percaya diri

i. Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya.

j. Memperlancar ASI (Aprilia, 2010).

k. Mengososngkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di bawah areola

sehingga dengan mengosongkan ASI dari sinus laktiferus akan merangsang

pengeluaran prolactin. Pengeluaran hormone prolactin akan merangsang

mammary alveoli untuk memproduksi ASI (Widiastutik, 2015).

l. Memberikan reflex relaks dan juga mengaktifkan kembali reflex keluarnya air

susu/ Milk Ejection Refleks (MER)

m. Merangsang payudara untuk memproduksi lebih banyak ASI (Nurdiansyah,

2011).

3. Kelebihan dari teknik marmet

a. Lebih ekonomis karena tidak perlu membeli alat pompa yang harganya tidak

murah.Lebih simple karena tidak banyak barang bawaan

b. Hemat waktu

c. Hemat tempat
45

d. Pengosongan payudara lebih optimal dan adanya rangsangan skin to skin tiap

memeras ASI.

(Pranata, Rennata H, 2020: 110).

4. Cara Kerja Teknik Marmet

Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerahASI dan memijat

payudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI

dengan cara marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus

laktiferusyang terletak di bawah areola sehingga diharapkan dengan

mengosongkan ASI pada sinus laktiferus akan merangsang pengeluaran

prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin diharapkan akan merangsang

mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI

dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik produksi

ASI di payudara. Teknik marmet direkomendasikan, karena dapat

membantu refleks keluarnya air susu dengan memijat, sel-sel dan duktus

memproduksi air susu pada saat gerakan melingkar mirip dengan gerakan

yang digunakan dalam pemeriksaan payudara. teknik pemiijatan ini

digunakan dalam hubungannya dengan gerakan pukulan ringan dari

pangkal payudara ke puting susu dan gunjangan payudara posisi badan

sedikit ke arah depan sehingga gravitasi akan membantu pengeluaran air

susu (Evelinil, 2019).

5. Tahap Implementasi

a. Persiapan klien pasien dalam posisi tidur terlentang dalam keadaan rileks.

b. Alat yang digunakan adalah:


46

1) Bak instrumen yang berisi:

a) Kapas 4 lembar

b) Baby oil

c) Washlap

2) Persiapan terapi

a) Mempersiapan alat

b) Memperkenalkan diri

c) Melakukan identifikasi sesuai prosedur identifikasi

d) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien

e) Mencuci tangan

f) Mendekatkan alat ke dekat pasien

g) Menjaga privasi pasien (menutup tirai)

3) Inilah tahapan persiapan memerah ASI:

a) Cuci bersih kedua tangan ibu dengan benar dan menggunakan sabun.

b) Usahakan rileks dan pililah tempat atau ruangan untuk memerah ASI yang

tenang dan nyaman.

c) Kompres payudara dengan air hangat. Gunakan handuk kecil, waslap, atau kain

lembut lainnya.

d) Mulailah mengurut payudara dengan langkah sebagai berikut:

1) Massage

a) Pergunakan 2 jari, yaitu telunjuk dari jari tengah. Tangan

kanan mengurut payudara kiri dan tangan kiri mengurut

payudara kanan.

b) Bila payudara besar, gunakan keempat jari


47

c) Dengan tekanan ringan, lakukan gerakan melingkar daridasar

payudara dengan gerakan spiral ke arah puting susu.

2) Stroke

a) Dengan menggunakan jari-jari tangan, tekan-tekanlah

payudara secara lembut. Dari dasar payudara ke arah puting

susu dengan garis lurus, kemudian dilanjutkan secara bertahap

ke seluruh bagian payudara.

b) Dengan menggunakan sisir yang bergigi lebar, “sisirlah”

payudara secara lembut, dari dasar payudara ke arah puting

susu.

c) Dengan ujung jari, lakukan stroke dari dasar payudara ke arah

puting susu.

3) Shake

a) Dengan posisi tubuh condong ke depan, kocok/ goyangkan

payudara dengan lembut, biarkan daya tarik bumi

meningkatkan stimulasi pengeluaran ASI.

b) Teknik memerah ASI dengan metode massage, stroking, dan

shaking yang disebut metode Marmet dikembangkan oleh

Chele, seorang Lactation Consultant yang menjadi Direktur

Lactation Institute di California.


48

Gambar 4 Teknik marmet

Gambar 5 Cara teknik marmet


C. Penelitian Terkait

Penelitian Septiana (2015) Penerapan Teknik Pijat Marmet Terhadap

Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Sc (Section Caesare) Di Rumah

Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Hasil penelitian ini dapat diketahui

bahwa adanya perbedaan antara dilakukan dan tidak dilakukan pijat marmet

dengan indikator ASI dapat keluar, payudara tidak bengkak, dan tidak nyeri saat

ditekan, bayi tidak rewel, bayi tidur selama 3-4 jam, keadaan payudara ibu

tegang sebelum disususkan, setelah menetek bayi BAK 6-8 kali sehari dan bayi

paling sedikit menyusu 6-8 kali dalam 24 jam.

Penelitian Sari (2015) Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Pengeluaran ASI

Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Semarang. Hasil
49

penelitian menunjukkan ada pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan teknik

marmet dengan hasil value 0,000 < α (0,05). Ada pengaruh teknik marmet

terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu.

Penelitian Khusnul dan Yuli (2016) menyatakan ada pengaruh teknik

Marmet terhadap Produksi ASI pada ibu postpartum di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyag Gamping, dengan nilai p = 0,25 < nilai α = 0,05.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum dkk (2017) menyatakan ada

pengaruh pemberian teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu postpartum

di BPM wilayah kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri dengan nilai p = 0,0074

< = 0,05 α.

D. Kerangka Teori

Kerangka teori yang dijadikan dalam penelitian ini adalah faktor yang

berhubungan dengan produksi ASI. Maka dapat digambarkan kerangka teori

seperti dibawah ini.

Fisiologi
Laktasi

Hormon yang berpengaruh: Faktor yang mempengaruhi:


Prolaktin Pijat oksitosin
Progesteron Teknik marmet
Estrogen Kompres hangat
Oksitosin Massage rolling
Breast care
50

Produksi ASI

Gambar 6 Kerangka teori


Sumber: Rusmin (2015) & Monika (2018)

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan pada

kerangka teori yang diambil dari tinjauan pustaka, maka kerangka konsep

penelitian adalah sebagai berikut:

Produksi ASI sebelum Teknik Produksi ASI


Eksperimen Marmet
setelah
eksperimen

Gambar 7 Kerangka konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah karakteristik dari subyek penelitian, atau

fenomena yang dapat memiliki beberapa nilai (variasi nilai). Variabel yang

dikumpulkan harus mengacu pada tujuan dan kerangka konsep (Supardi,

2013).

1. Variabel Terikat (Dependent)


51

Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Siswanto, 2014). Pada

penelitian ini variabel terikat adalah produksi ASI.

2. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Siswanto, 2014). Pada penelitian ini variabel bebas yang diambil adalah

teknik marmet.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesi penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga,

atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini

benar dan salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha:

Ada pengaruh Teknik Marmet Terhadap Peningkatan ASI Pada Ibu Post

Partum Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pada variabel yang dimaksud atau

tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).

Untuk menghindari terjadinya kesalahan istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:


52

Table 2 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala
Operasional ukur ukur ukur
1. Teknik Cara memerah Ceklis Observasi Intervensi Nominal
Marmet ASI dan memijat Teknik
payudara Marmet
sehingga rileks
keluarnya ASI
dapat optimal
2. Produksi Produksi ASI Lembar Observasi a. Produksi Ordinal
ASI yang dihasilkan observasi ASI cukup
kedua payudara b. Produksi
berdasarkan tanda ASI kurang
cukup ASI pada
bayi dan ibu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental

dengan rancangan penelitian Quasy Experiment (eksperimen semu).

Menurut Sugiono (2017:109) metode penelitian Quasy Experiment

merupakan penelitian yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yang diteliti dengan mencari
53

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendali.

Penelitian ini menggunakan pendekatan One Group Pretest Posttest

dimana rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi

pretest akan dilakukan terlebih dahulu kemudian akan diberikan intervensi

(X). Selang beberapa waktu akan diberikan posttest pada kelompok ini

untuk memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya eksperimen (Notoatmodjo, 2018).

Pretest Perlakuan Posttest


O1 X O2

Gambar 8 Desain Penelitian


Sumber : Notoadmodjo (2018)

Keterangan:

O1 : Kelompok sebelum dilakukan Teknik Marmet.

O2 : Kelompok sesudah dilakukan Teknik Marmet.

X : Intervensi pemberian teknik marmet

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek /
54

subyek yang di pelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang di

miliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah ibu post partum di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2020, rata-rata sebulan

sebanyak 30 ibu post partum.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

(t - 1) (r – 1) ≥ 15
Gambar 9 Rumus Pengambilan Sampel
Sumber : Hidayat (2014)

Keterangan :

t : banyak kelompok perlakuan

r : jumlah replikasi

(t-1)(r-1)≥15

(2-1)(r-1)≥15

(r-1)≥15

r≥15+1

r≥16

Jadi, sampel minimal sebanyak 16 responden yang akan diberikan

intervensi. Kemungkinan drop out 10% maka dari jumlah sampel


55

ditambah 2 sehingga diperoleh sampel sebanyak 18 responden yang akan

diberikan perlakuan (pemberian teknik marmet) selama 5 hari dan

diberikan sehari 1 kali diwaktu yang sama yaitu pada pagi hari.

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Bisa membaca dan menulis

3) Ibu nifas hari ke 14 dan memiliki masalah produksi ASI

4) Bayi tidak diberikan susu formula pada saat dilakukan penelitian

5) BB bayi ≥ 2500 gram dan lahir cukup bulan

b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu yang menolak menjadi responden

2) Ibu yang merokok

3) Kondisi ibu dan bayi tidak sehat pada kasus kegawatdaruratan.

3. Teknik Sampling

Metode sampling pada penelitian ini adalah non random (non

probability) sampling dengan teknik purposive sampling yang berarti

pengambilan sampel dilakukan berdasarkan keinginan peneliti, peneliti

memahami karakteristik dan kriteria sampel yang akan digunakan dalam

penelitian (Notoadmodjo,2018).

Dalam penelitian kebidanan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi, di mana kriteria tersebut menentukan dapat dan

tidaknya sampel yang tersebut digunakan (Hidayat, 2014).


56

Peneliti bekerjasama dengan bidan desa Rejomulyo untuk

mendapatkan responden dengan memberikan informasi adanya Ibu Post

Partum, kemudian peneliti akan diberi alamat responden dari bidan desa

datang ke rumah responden untuk melakukan penelitian. Semua ibu post

partum memenuhi kriteria insklusi diberikan lembar informasi penelitian

dan menandatangani informed consent bagi yang bersedia menjadi

responden penelitian. Peneliti mendapatkan responden sesuai yang

diinginkan dengan bantuan bidan desa.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan Di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan Januari

sampai April 2021.

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan data primer yang diperoleh secara langsung dari

responden dengan melakukan intervensi langsung kepada responden.

Dalam penelitian ini dilakukan pemberian teknik marmet terhadap

responden untuk mengetahui adakah pengaruh teknik marmet terhadap

peningkatan produksi ASI.


57

2. Metode Pengumpulan Data

Observasi pertama (pretest) akan dilakukan terlebih dahulu kemudian

akan diberikan perlakuan (X). Setelah itu akan diberikan posttest pada

kelompok ini yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang

terjadi setelah adanya eksperimen (program).

a. Pretest eksperiment teknik marmet

1) Menemui responden yaitu ibu menyusui yang memiliki masalah

produksi ASI.

2) Peneliti memberitahu maksud dan tujuan, kemudian

memberikan responden lembar kuisioner indikator produksi

ASI.

3) Setelah selesai melakukan penjelasan dan mengisi lembar

kuisioner indikator produksi ASI, responden diberikan intervensi

berupa teknik marmet.

ii.

b. Intervensi pemberian teknik marmet

1) Mempersiapkan responden.

2) Melakukan pemijatan teknik marmet.

3) Melakukan pemijatan selama 15 – 20 menit.

4) Pemijatan marmet diberikan selama 5 hari dan diberikan sehari

1 kali di waktu yang sama yaitu di pagi hari.

c. Posttest eksperimen pemberian teknik marmet


58

1) Setelah responden diberikan teknik marmet selama 5 hari,

kemudian responden diberikan kembali lembar kuesioner

indikator produksi ASI.

2) Hasil indikator produksi ASI dalam bentuk angka, kemudian

dihitung adakah peningkatan produksi ASI sebelum dan

sesudah pemberian teknik marmet.

3) Setelah semua data produksi ASI responden didapatkan, maka

dihitung rata-rata untuk semua responden.

3. Alat Pengumpulan Data

Alat ukur atau instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2018). Alat ukur atau instrumen untuk

variable independen dalam penelitian ini yaitu teknik marmet

menggunakan lembar kuesioner, sedangkan untuk variable dependent yaitu

produksi ASI dengan memberikan intervensi dari hari ke 14-18 pada ibu

menyusui yang mengalami masalah produksi ASI. Kemudian di hari ke 14

ibu menyusui yang mengalami masalah produksi ASI menggunakan

indikator produksi ASI.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a. Editing

Tahap editing adalah tahap pertama dalam pengolahan data

penelitian atau data statistik. Editing merupakan proses memeriksa data

yang dikumpulkan melalui alat pengumpulan data (instrument

penelitian). Peneliti memeriksa data yang telah dikumpulkan apakah


59

masih terdapat kekurangan, jika ditemukan ada maka data tersebut

dilengkapi atau diperbaiki.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding

adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat entry data. (Hastono, 2016).

c. Processing

Setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar, serta sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses

data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis. Pemrosesan data

dilakukan dengan cara mengentry data dari kuisioner ke paket program

computer. (Hastono, 2016).

d. Cleaning

Cleaning adalah pembersihan data merupakan kegiatan

pengecekkan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan

atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita

meng-entry data kekomputer. (Hastono, 2016).

2. Analisa Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa secara:

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil penelitian

yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2018). Bentuk analisis univariat


60

pada penelitian ini menggunakan rata-rata hitung mean dengan

menggunakan program komputer SPSS.

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan uji statistik paired T-test dengan menggunakan

program computer SPSS, dengan syarat data berdistribusi normal.

Interpretasi hasil uji statistik paired T-test sebagai berikut:

1) Jika p value < nilai alpha (0,05) maka (Ha) diterima.

2) Jika p value ≥ nilai alpha (0,05) maka (Ha) ditolak.

Apabila data tidak berdistribusi normal maka pengelolaan data dapat

menggunakan Nonparameterik dengan uji Wilcoxon.

F. Ethical Clereance

Etika penelitian kesehatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian kesehatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

(Astrida, 2013). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud,

tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika responden


61

bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormatinya.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yan akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentality)

Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan

bahwa responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan

dilakukan, jika responden tidak bersedia menjadi subjek penelitian

maka responden berhak mengundurkan diri dari penelitian.


62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini membahas efektivitas pemberian tekhnik marmet terhadap

peningkatan produksi ASI ibu post partum . Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Januari hingga April 2021 di desa Rejomulyo. Penelitian ini memiliki

hasil sebagai berikut.


63

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 3 Karakteristik Responden

N
Karakteristik N %
o
1. Usia
  20-35 tahun 16 89%
  >35 tahun 2 11%
    18 100%
2. Suku
  Jawa 12 67%
  Lampung 6 33%
    18 100%
3. Agama
  Islam 18 100%
    18 100%
4. Pendidikan
  SD 1 6%
  SMP 7 39%
  SMA 10 56%
    18 100%
5. Pekerjaan
  Pedagang 2 11%
  IRT 16 89%
    18 100%
6. Paritas
  Primi 7 39%
  Multi 11 61%
    18 100%

Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 18 responden dilihat

berdasarkan karakteristik usia yaitu mayoritas responden berada pada

usia antara 20-35 tahun sebanyak 16 orang (89%). Berdasarkan

karakteristik suku yaitu mayoritas suku jawa sebanyak 12 orang

(67%). Semua responden beragama islam, 18 orang (100%).

Mayoritas responden berpendidikan setingkat SMA yaitu sebanyak 10

0rang (56%). Sedangkan pekerjaan responden mayoritas adalah ibu


64

rumah tangga yaitu sebabyak 16 orang (89%). Kemudian berdasarkan

paritas, didapatkan bahwa mayoritas responden adalah multipara

sebanyak 11 orang (61%%).

b. Indikator Produksi ASI Sebelum diberikan Intervensi

Tabel 4 Produksi ASI Ibu Post Partum Sebelum dilakukan Tekhnik


Mermet di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2021

Kelompok N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Indikator Pretest 18 1 3 2,72 ,575

Hasil analisis data menunjukkan bahwa produksi ASI ibu

postpartum yang dilihat berdasarkan indikator produksi ASI sebelum

diberikan teknik mermet dari 18 responden memiliki skor minimum

sebesar 1 dan maksimum adalah 3. Rata-rata skor indikator produksi

ASI sebelum diberikan terapi marmet adalah sebesar 2,72 dengan

standar deviasi 0,575.

c. Indikator Produksi ASI Setelah diberikan Intervensi

Tabel 5 Produksi ASI Ibu Post Partum Setelah dilakukan Tekhnik Mermet
di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2021

Kelompok N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Indikator Posttest 18 5 5 5,00 ,000

Hasil analisis data dari 18 responden pada saat posttest

menunjukkan bahwa produksi ASI ibu postpartum yang dilihat


65

berdasarkan indikator produksi ASI setelah diberikan teknik mermet

memiliki skor minimum dan maksimum adalah 5. Rata-rata skor indikator

produksi ASI setelah diberikan terapi marmet menjadi sebesar 5 dengan

standar deviasi 0,000.

2. Analisis Bivariat

a. Efektivitas Pemberian Teknik Marmet terhadap Produksi ASI

1) Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal. Data berdistribusi normal menjadi syarat

mutlak untuk melakukan uji hipotesis dengan statistik parametrik.

Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka uji

hipotesis dapat dilakukan dengan statistik non parametrik. Data

berdistribbusi normal apabila nilai signifikansi hasil uji > 0,05.

Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas menggunakan shapiro

wilk karena jumlah responden < 50.

Tabel 6 Uji normalitas


Kelompok Statistic Df Sig.
Pretest ,552 18 ,000
Posttest ,253 18 ,000

Uji normalitas indikator produksi ASI pada kelompok pretest dan

posttest menunjukkan hasil signifikansi atau p-value sebesar 0,000

maka dapat disimpulkan data tidak berdistribusi normal. Sehingga

pada penelitian ini dilakukan uji hipotesis menggunakan uji non


66

parametrik yaitu uji wilcoxon untuk mengetahui efektivitas

pemberian teknik mermet terhadap produksi ASI.

2) Uji Wilcoxon

Tabel 7 Tabel Deskripsi Uji Wilcoxon untuk kelompok sebelum dan


sesudah diberikan intervensi

Indikator Posttest -
Indikator Pretest N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 0 0,00 0,00
Positive Ranks 18 9,50 171,00
Ties 0 0,00 0,00

Hasil uji wilcoxon dengan membandingkan skor indikator produksi

ASI sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest)

menunjukkan bahwa seluruh responden dengan total 18 orang dari

pretest ke posttest mengalami peningkatan skor indikator produksi ASI

(positive ranks) saat diberikan teknik mermet. Total rata-rata kenaikan

(mean ranks) yaitu 9,50 dan total jumlah kenaikan (sum of ranks)

sebesar 171,00. Tidak ada responden yang mengalami penurunan

(negative ranks) skor indikator produksi ASI ataupun memiliki skor

yang tetap (ties). Pengaruh teknik mermet terhadap produksi ASI pada

ibu post partum dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8 Tabel Analisis Bivariat

Statistik Nilai
Z -3,944
Asymp. Sig. (2-
,000
tailed)

Tabel 8. menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau p-value uji

wilcoxon sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga uji hipotesis diterima, ada
67

perbedaan produksi ASI antara kelompok pretest dan posttest. Maka

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian

teknik mermet terhadap produksi ASI pada ibu post partum di Desa

Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan.

Teknik mermet efektif untuk produksi ASI ibu postpartum dengan

cara melihat nilai p-value hasil uji wilcoxon < α (0,05) serta

peningkatan skor indokator produksi ASI pada seluruh responden

setelah diberikan teknik mermet selama 5 hari.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Mayoritas responden penelitian ini jika dilihat dari karakteristik

usia yaitu sebesar 89% berada pada usia reproduktif antara 20-35 tahun.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia ibu sangat berperan penting dalam

penentaun kesehatan maternal berupa kondisi kehamilan, persalinan, nifas,

dan cara mengasuh serta menyusui bayinya. Pada usia reproduktif ini ibu

akan lebih siap secara fisik dan mental untuk menghadapi masa kehamilan,

persalinan dan nifasnya serta dalam memberikan ASI kepada bayi. Ibu

dengan usia dibawah 20 tahun dikatakan masih belum siap dan matang

secacra jasmani, rohani dan sosial dalam menghadapi kehamilan,

persalinan, nifas, dan mengurus bayi baru lahir (Depkes RI 1994 dalam

Somi, 2014).

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraung

(2017) tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi

ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Ranotana Weru dimana


68

berdasarkan karakteristik usia didapatkan mayoritas ibu dengan usia > 25

tahun sebagai responden penelitian dengan produksi ASI (Saraung, 2017).

Berdasarkan karakteristik suku yaitu mayoritas suku jawa

sebanyak 12 orang (67%). Semua responden beragama islam, 18 orang

(100%). Mayoritas responden berpendidikan setingkat SMA yaitu

sebanyak 10 0rang (56%) dan SMP sebanyak 7 orang (39%). Pratiwi

(2009) menjelaskan bahwa pendidikan responden merupakan salah satu

unsur penting yang menentukan keadaan gizi keluarga. Orang yang

memiliki dasar pendidikan yang tinggi lebih mudah mengerti dan

memahami informasi yang diterimannya bila dibanding dengan orang

yang berpendidikan lebih rendah (Pratiwi, 2009). Penelitian ini juga sesuai

dengan Saraung (2017) tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan produksi ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Ranotana Weru

dimana berdasarkan karakteristik pendidikan didapatkan mayoritas

responden berada pada tingkat SMA/SMK sebesar 53,3% (Saraung, 2017).

Sedangkan pekerjaan responden mayoritas adalah ibu rumah

tangga yaitu sebabyak 16 orang (89%). Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Saraung (2017) dimana mayoritas responden ibu

postpartum terhadap produksi ASI adalah IRT atau ibu ruah tangga sebesar

56,7%. Warsini (2015) menyatakan bahwa ibu yang bekerja sebagai IRT

memiliki keberhasilan dalam memproduksi ASI atau memberikan ASI

eksklusif dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Hal ini

disebabkan karena meskipun mereka habis melahirkan dan masih harus

menyusui anaknya tetapi mereka harus kembali bekerja setelah cuti


69

melahirkan selesai, sehingga waktu yang dimiliki untuk merawat bayi dan

frekuensi menyusui akan berkurang. Frekuensi menyusui akan

mempengaruhi produksi ASI. Semakin sering seorang ibu menyusui maka

akan mempengaruhi hormon yang akan memperbanyak produksi ASI.

Kemudian berdasarkan paritas, didapatkan bahwa mayoritas

responden adalah multipara sebanyak 11 orang (61%%). Proverawati

(2010) menyatakan bahwa jumlah persalinan yang pernah dialami ibu

memberikan pengalaman dalam memberikan ASI dan mengetahui cara

untuk meningkatkan produksi ASI sehingga tidak ada masalah bagi ibu

dalam memberikan ASI. Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan dan

ibu yang lebih dari dua kali melahirkan anak seringkali menemukan

masalah dalama memberikan ASI. Masalah yang sering muncul yaitu

puting susu lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum

siap menyusui secara fisiologi dan perubahan bentuk serta kondisi puting

susu yang tidak baik (Proverawati, 2010).

2. Indikator Produksi ASI Sebelum diberikan Intervensi

Mayoritas responden pada saat sebelum diberikan teknik mermet

hanya mendapatkan skor indikator produksi ASI sebesar 3 indikator.

Berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa dari 18

responden tersebut paling banyak tidak mendapatkan skor yaitu pada

indikator frekuensi menyusui dan lama tidur pada bayi yang kurang

tercukupi.

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan

garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
70

sebagai makanan utama bagi bayi (Sutanto, 2019: 75). ASI ini merupakan

makanan yang paling ideal bagi pertumbuhan neonatus (Asih dan Risneni,

2016: 18). Dalam hal pengeluaran dan produksi ASI, didalam tubuh ibu

terdapat pengaruh dari hormon prolakton dan oksitosin.

Hormon prolaktin diproduksi di plasenta dan kelenjar anterior

pituitary di otak. Sedangkan hormon oksitosin diproduksi di hipotalamus

dan disimpan di kelenjar posterior pituitary di otak sehingga hormon

oksitosin dikeluarkan dan mengalir ke dalam darah, kemudian masuk ke

payudara menyebabkan otot- otot di sekitar alveoli berkontraksi dan

membuat ASI mengalir di saluran ASI. Hormon oksitosin juga membuat

saluran saluran ASI lebih lebar sehingga ASI mengalir lebih mudah.

Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat dari hormon prolaktin, bahkan

hormon ini dapat bekerja sebelum bayi mulai menghisap. (F.B Monika,

2018: 32).

Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat tetapi

ASI biasanya belum keluar karena masih di hambat oleh kadar ekstrogen

yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca melahirkan, kadar estrogen

dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan

dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusui lebih dini

terjadi perangsangan puting susu ataupun hisapan bayi terbentuklah

prolaktin dan hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar (Walyani,

2015: 10).

Isapan bayi saat mennyusu menyebabkan sinyal-sinyal dikirim ke

kelenjar hipotalamus (bagian kecil dari otak) untuk menghasilkan hormon


71

prolaktin yang kemudian beredar di dalam darah. Hormon prolaktin

berperan dalam produksi ASI Oleh karena itu, setelah melahirkan, seyera

susui bayi dan atau perah ASI dengan sering di kisaran frekuensi 8-12 kali

dalam 24 jarm agar kadar hormon prolaktin tetap tinggi (F.B Monika,

2018: 31). Sehingga semakin sering frekuensi menyusu bayi, maka akan

menyebabkan produksi ASI semakin lancar.

Pada hasil pretest ini menurut asumsi peneliti bahwa mayoritas

responden kurang pada indikator frekuensi menyusu karenea ibu tidak

menyusui bayi secara on demand serta pada saat bayi tertidur, ibu tidak

membangunkan bayinya untuk setiap 2-3 jam untuk menyusu. Hal ini

membuat frekuensi menyusu bayi kurang dari normal. Ibu yang menyusui

anak secara jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang

sehingga pengeluaran ASI pun berkurang (Ambarwati dan Wulandari,

2010). Maka dalam kondisi kelompok pretest dimana ibu memiliki

pengeluaran ASI yang kurang akan menyebabkan bayi tidak cukup ASI

yang berpengaruh terhadap kualitas dan lama tidur bayi. Sehingga

mayoritas indikator yang kurang salah satunya adalah indikator lama tidur

bayi.

3. Indikator Produksi ASI Setelah diberikan Intervensi

Mayoritas responden setelah diberikan teknik mermet ini memiliki

skor indikator produksi ASI yang meningkat menjadi 5 indikator. Hal ini

menunjukkan peningkatan skor indikator produksi ASI dari sebelum

diberikan intervensi teknik marmet.


72

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlan

(2017) tentang pengaruh teknik marmet terhadap kelancaran ASI pada ibu

menyusui dimana didapatkan hasil pada saat setelah diberikan perlakuan

pada kelompok intervensi yang memiliki kelancaran ASI kategori cukup

persentase nya sebesar 91,7% meningkat dari sebelum intervensi yang

hanya sebesar 16,7% (Dahlan, 2017). Penelitian lain yang dilakukan oleh

Ilyas (2015) tentang pengaruh teknik marmet terhadap tanda

kecukupan ASI pada ibu post seksio sesarea di RS Dr. Moewardi Surakarta

menunjukkan hasil yang sejalan dimana terdapat perubahan pada tanda

kecukupan ASI dari pada saat sebelum intervensi dengan mean sebesar

6,07 menjadi 13,73 pada saat setelah diberikan intervensi teknik marmet

(Ilyas, 2015).

ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi pertumbuhan bayi

baru lahir (Asih dan Risneni, 2016: 18). Produksi dan pengeluaran ASI

didalam tubuh ibu dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Salah

satu alternatif untuk mempercepat pengeluaran ASI adalah menggunakan

teknik marmet (Ten, 2018; Yohmi, 2012). Teknik marmet ini merupakan

suatu metode memijat dan manstimulasi agar keluarnya ASI menjadi

optimal. Teknik ini mengkombinasikan pijatan payudara pada sel-sel ASI

dan saluran ASI, meningkatkan oksitosin dari memerah ASI (Ten, 2018;

Yohmi, 2012). Teknik marmet memberi rangsangan kepada kelenjar Air

Susu Ibu agar dapat memproduksi susu dan memicu hormone oksitosin

atau refleks let down serta memberikan kenyamanan dan menciptakan rasa

rileks pada ibu melalui hormone endorphin yang disekresi karena rasa
73

nyaman dan rileks tersebut yang dialami ibu selama tekhnik marmet dan

support yang diberikan. Produksi ASI meningkat melalui rangsangan

sentuhan pada payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang

menyebabkan kontraksi sel-sel myophite (Sulistyawati, 2009).

4. Efektivitas Pemberian Teknik Marmet terhadap Produksi ASI

Perbandingan skor indikator produksi ASI sebelum perlakuan

(pretest) dan setelah perlakuan (posttest) menunjukkan bahwa seluruh

responden dengan total 18 orang dari pretest ke posttest memiliki nilai p-

value uji wilcoxon sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga uji hipotesis

diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan produksi ASI antara

sebelum dan setelah diberikan perlakuan teknik marmet pada ibu post

partum di Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan.

Teknik mermet efektif untuk produksi ASI ibu postpartum dengan

cara melihat nilai p-value hasil uji wilcoxon < α (0,05) serta peningkatan

skor indokator produksi ASI pada seluruh responden setelah diberikan

teknik mermet selama 5 hari. hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Dahlan (2017) dimana ada pengaruh teknik marmet

terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui setelah diberikan perlakuan

(p-value = 0,027 < 0,05). Beeegitu pula penelitian yang dilakukan oleh

Puspita (2019) menunjukkan bahwa dari uji paired t-test diperoleh nilai p-

value 0,001 yang berarti ada pengaruh teknik marmet terhadap kelancaran

ASI pada ibu postpartum di BPM Di Astuti Pringsewu. Penelitian lain

yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Ningrum (2017) dan Norlita (2017), hasil penelitian menunjukkan nilai p-


74

value yang signifikan dimana pemberian teknik marmet berpengaruh

terhadap kelancaran ASI ibu postpartum.

Teknik marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI

dan memijat payudara sehingga refleks keluarnya ASI dapat optimal.

Teknik memerah ASI dengan cara Marmet ini pada prinsipnya bertujuan

untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak dibawah

areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus

laktiferus ini akan merangsangpengeluaran hormon prolaktin. Pengeluaran

hormon prolactin ini selanjutnya akan merangsang mammary alveoli untuk

memproduksi ASI. Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan

dari payudara maka akan semakin banyak ASI akan diproduksi

(Mas’ad, 2015).

Memerah ASI dengan menggunakan tangan sangat dianjurkan

karena akan menghasilakn rangsangan dari sentuhan yang memicu hormon

laktasi yaitu prolaktin dan oksitosin. Sentuhan secara langsung

memungkinkan ibu untuk memilih bagian payudara sehingga memperbaiki

saluran yang tersumbat dengan pemberian pijatan. Ibu dianjurkan

melakukan teknik marmet ini untuk kelancaran produksi ASI dan

dianjurkan pada malam hari dimana kadar prolaktin masih tinggi (Maria,

2016).

Menurut peneliti, teknik marmet efektif dilakukan pada ibu

postpartum untuk kelancaran ASI serta merupakan metode alami yang

mudah dilakukan sendiri oleh ibu atau keluarga dirumah, serta tidak

membutuhkan biaya yang mahal. Manfaat ini dibuktikan berdasarkan hasil


75

wawancara dan observasi oleh peneliti dimana mayoritas responden yang

telah melakukan teknik marmet setiap hari selama 5 hari mengaku bahwa

produksi ASI nya semakin banyak dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

bayinya. Hal ini ditandai dengan minum ASI tiap 2-3 jam sekali, BAK 6-8

kali/hari, BAB bayi 6-8 kali selama 24 jam, bayi terlihat puas setelah

menyusu dan tidur dengan cukup, serta terjadi peningkatan berat badan

pada bayi selama dilakukan penelitian. Selain itu juga ibu merasa nyaman

dengan intervensi pijatan yang dilakukan dan merasa dapat melakukan

sendiri untuk melancarkan produksi ASI. Sehingga sangat dianjurkan

untuk memanfaatkan teknik marmet sebagai terapi alternatif yang mudah

dilakukan, murah, serta efektif dalam meningkatkan kelancaran dan

produksi ASI. Ibu post partum yang memiliki Ketentraman jiwa dan dan

dukungan dari keluarga, suami dan petugas Kesehatan mengaku bahwa

produksi ASI yang dihasilkan semakin meningkat. Oleh karena itu

dukungan keluarga, suami, dan petugas Kesehatan sangat dibutuhkan

dalam peningkatan produksi ASI. Ibu post partum yang mengkonsumsi

makanan bergizi ( sayuran, buah, daging) dan minuman yang banyak

mengaku bahwa makananan dan minuman tersebut dapat meningkatkan

produksi ASI pada ibu post partum, sehingga produksi ASI yang

dibutuhkan tercukupi untuk bayi.


76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

efektivitas teknik marmet terhadap produksi ASI ibu postpartum di Desa

Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2021

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Berdasarkan karakteristik responden, mayoritas responden berada pada

usia antara 20-35 tahun sebanyak 16 orang (89%), mayoritas suku jawa

sebanyak 12 orang (67%). Semua responden beragama islam, 18 orang

(100%), berpendidikan mayoritas setingkat SMA sebanyak 10 orang


77

(56%) dan SMP sebanyak 7 orang (39%). Sedangkan pekerjaan responden

mayoritas adalah ibu rumah tangga yaitu sebabyak 16 orang (89%),

mayoritas responden adalah multipara sebanyak 11 orang (61%%).

b. Indikator produksi ASI pada 18 responden sebelum diberikan teknik

marmet mayoritas adalah 3 indikator atau tidak cukup ASI.

c. Indikator produksi ASI pada 18 responden setelah diberikan teknik

marmet adalah seluruh responden memiliki skor 5 indikator atau cukup

ASI.

d. Teknik marmet efektif terhadap produksi ASI ibu postpartum dan telah

terbukti secara statistik berdasarkan hasil penelitian ini (p-value < 0,05).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka saran yang dapat dipertimbangkan

adalah sebagai berikut:

a. Untuk Bidan Di Desa Rejomulyo

Agar petugas kesehatan atau bidan dapat memberikan terapi atau arahan

kepada ibu postpartum untuk melakukan teknik marmet ini sebagai terapi

alternatif melancarkan produksi ASI. Petugas juga disarankan untuk

membuat kelas khusus untuk pendampingan kepada ibu menyusui agar

produksi ASI tetap lancar dan menerapkan ASI eksklusif.

b. Untuk Institusi Pendidikan

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pustaka

yang dapat digunakan untuk dijadikan referensi bacaan bagi mahasiswa.

Dan sebagai informasi bagi pengajar mata kuliah Nifas dan Menyusui.
78

c. Untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan data dan acuan

untuk penelitian lebih lanjut. Selain itu diharapkan pada penelitian

selanjutnya dapat lebih mengkaji berbagai faktor penganggu yang muncul,

menambahkan variabel dependent lain nya selain produksi ASI serta

membandingkan dengan kelompok kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Arifianto. 2019. Tidak Bisa Menyusui. Jakarta: Naura Books.

Asih, Yusari dan Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV. Trans Info Media.

Avelinil dan Bestari, Dinda. 2019. Perbandingan Efektivitas Pijat Oksitosin


dengan Teknik Marmet Terhadap Kelancaran ASI pada Ibu Menyusui
di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Metro Utara. Bandar
Lampung: Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang. Tersedia
[http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/404/2/HALAMAN
%20DEPAN.pdf. (10 September 2020)].

Dahlan, A.K., 2017. Pengaruh Teknik Marmet Terhadap Kelancaran ASI Pada
Ibu Menyusui. Voice of Midwifery, 6(08), pp.17-30. Tersedia
79

[https://stikes-nhm.e-journal.id/JOB/article/view/199. (10 September


2020)].

Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Tersedia


[https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. (10
September 2020)]

F.B. Monika. 2018. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta: Naura Books.

Ilyas, Y.N., 2015. Pengaruh teknik marmet terhadap tanda kecukupan asi pada
ibu post seksio sesarea di rsud dr. moewardi. Tersedia
[https://digilib.uns.ac.id. (12 Maret 2021)].

Hamzah, Dina Fathamira. 2018. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Terhadap


Berat Badan Bayi Usia 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Langsa Kota. Medan: Universitas Sains Cut Nyak Dhien Langsa.
Tersedia
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/kesmas/article/view/1683. (10
September 2020)]

Hidayat, A. Aziz Aimul. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:


Kemenkes RI.
Laporan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2018. http://e-
renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-129006-
2tahunan984.docx (diunduh tanggal 3 Agustus 2020).

Maria Pollard. (2016). ASI Asuhan Berbasis Bukti. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.

Maritalia, Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Mas’ad. (2016). Teknik Meningkatkan Dan Memperlancar Produksi Asi Pada


Ibu Post Sectio Caesaria. Jurnal Keperawatan Vol.03 No.04.
Poltekkes Mataram. Mataram.

Ningrum, Astri Dwi. 2017. Pengaruh Pemberian Teknik Marmet Terhadap


Produksi ASI pada Ibu Post Partum. Kediri: Poltekkes Kesehatan
Kemenkes Malang. Tersedia
80

[https://ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/article/view/134. (27 Februari


2021)].

Norlita, Wiwik. 2017. Penggunaan Metode Marmet untuk Melancarkan


Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Eria Bunda Pekanbaru. Riau: Universitas
Muhammadiyah Riau. Tersedia
[https://ejurnal.umri.ac.id/index.php/photon/article/view/544. (27
Februari 2021)].

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Patimah, S. 2017. Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan. Refika
Aditama: Bandung.

Pranata, Renna H. 2020. Motivasi ala Mak Marmet Indonesia. Yogyakarta: Visi
Media Pustaka.

Pratiwi, M. L. E. (2009). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu


tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa
Gedangan Kabupaten Sukoharjo. Jurnal diterbitkan. Surakarta :
Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Tersedia [https://digilib.uns.ac.id. (12 Maret
2021)].

Proverawati, A dan Rahmawati, E. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui.


Yogyakarta: Nuha Medika.

….……….., A. 2010. Anemia dan Anemia Kehamilan.Muha Medika: Yogyakarta.

Puspita, L., Umar, M.Y. and Wardani, P.K., 2019. Pengaruh Teknik Marmet
Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu Post Partum. Wellness And Healthy
Magazine, 1(1), pp.87-92.

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Yulianti, Lia. 2018. Asuhan Kebidanan pada Ibu Masa
Nifas. Jakarta: CV. Trans Info Medika.

Rusmini, Mas’adah. 2015. Teknik Peningkatan dan Memperlancar Produksi ASI


pada Ibu Post Sectio Caesaria. Mataram: Poltekkes Kemenkes
Mataram. Tersedia [http://poltekkes-mataram.ac.id/wp-
content/uploads/2015/08/4.-Masadah.pdf. (12 Maret 2021)].

Saraung dkk. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produksi


Asi Pada Ibu Postpartum Di Puskesmas Ranotana Weru. E-Journal
Keperawatan (e-Kp). Vol.5 no.2. Tersedia
81

[https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/16842/1637
4. (12 Maret 2021).

Sari, Wahyu Kumala, Dewi, Christin Hiyana dan Winarsih, Sri. 2020. Efektivitas
Metode SPOES (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin Dan Sugestif)
Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum. Magelang. Tersedia
[epository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=20243&keywords=Pijat+oksitosin. ( 15Maret
2021)].

Setiyani, Susi, Munayarokh dan Sumiyati. 2019. Pijat Oksitosin Terhadap


Kecukupan ASI Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sumbang II Kabupaten Banyumas. Semarang. Tersedia
[repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=20243&keywords=Pijat+oksitosin. (15 Maret 2021)].

Siswanto, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Edisi


Pertama, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Bursan Ilmu.

Soetjiningsih. 2013. Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.

Somi, M. A. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI


Eksklusif di Posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur.
Jurnal diterbitkan. Jakarta : Program Studi S1 Keperawatan STIK Sint
Carolus Jakarta. Tersedia [ https://docplayer.info/46547497-Faktor-
faktor-yang-berhubungan-dengan-pemberian-asi-eksklusif-di-
posyandu-tanah-boleng-adonara-kabupaten-flores-timur-2013.html. (12
Maret 2021)].

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Supardi, S. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

Sutanto, Andina Vita. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.


Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Teachers, ten. Ed. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Bayi yang Baru Lahir (Care of
Newwborn). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Utami Roesli. 2012. Panduan Konseling Menyusui. Pustaka Bunda, Grup


Puspa Swara. Jakarta.
82

Walyani, Elisabet Siwi dan Purwoastuti, Th. Endang. 2015. Asuhan Kebidanan
Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Warsini. 2015. Hubungan antara Jenis Persalinan, Tingkat Pendidikan, Tingkat


Pendapatan dan Status bekerja Ibu dengan Keberhasilan ASI Eksklusif
6 (Enam) Bulan di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Tesis
diterbitkan. Surakarta : Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret. Tersedia [https://digilib.uns.ac.id. (12 Maret 2021)].

Widiastuti, Anita. 2015. Pengaruh Teknik Marmet dengan Masase Payudara


pada Ibu Nifas Tiga Hari Post Partum Terhadap Kelancaran ASI dan
Kenaikan BB Bayi. Magelang: Poltekkes Kemenkes Semarang.
Tersedia [http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jrk/article/view/368. (12 Maret 2021)].
83

LAMPIRAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEBIDANAN
84

PRODI D IV KEBIDANAN TANJUNG KARANG


LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Cindy Sari Agustin
NIM : 1715301015
Judul : Efektivitas Teknik Marmet Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Ibu Post Partum
Penguji 1 : Hj. Rosmadewi, S.Pd., M.Kes
NO TANGGAL TOPIK KONSULTASI SARAN PARAF

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D IV KEBIDANAN TANJUNG KARANG
85

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Cindy Sari Agustin
NIM : 1715301015
Judul : Efektivitas Teknik Marmet Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Ibu Post Partum
Ketua penguji : Nelly Indrasari, S.SiT., M.Kes
NO TANGGAL TOPIK KONSULTASI SARAN PARAF

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


TEKNIK MARMET

No Kegiatan
86

1. Definisi
Pijat Marmet merupakan kombinasi antara
cara memerah ASI dan memijat payudara
sehingga refleks keluarnya ASI dapat
optimal. Teknik memerah ASI dengan cara
marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk
mengosongkan ASI dari sinus laktiferus
yang terletak di bawah areola sehingga
diharapkan dengan pengosongan ASI
daerah sinus laktiferus ini akan merangsang
pengeluaran hormon prolaktin. Pengeluaran
hormon prolaktin ini selanjutnya akan
merangsang mammary alveoli untuk
memproduksi ASI. Semakin banyak ASI
yang dikeluarkan atau dikosongkan dari
payudara maka akan semakin banyak ASI
yang akan di produksi (Roesli, 2008)

Manfaat
2.

1. Lebih efektif mengkosongkan payudara.


2. Lebih nyaman dan alami (saat
mengeluarkan ASI)
3. Lebih mudah menstimulasi refleks
keluarnya air susu dibandingkan dengan
penggunaan pompa yang terbuat dari
plastik.
4. Nyaman
5. Aman dari segi lingkungan.

3. Persiapan Alat

1. Bak instrumen yang berisi:

a. Kapas 4 lembar
b. Baby oil
c. Washlap
d. Waskom berisi Air hangat

4. Prosedur tindakan
87

1. Persiapan
terapi
2.

a. Mempersia
pkan alat
b. Memperken
alkan diri
c. Melakukan
identifikasi
sesuai
prosedur
identifikasi
d. Menjelaska
n tujuan
dan
prosedur
tindakan
pada pasien
e. Mencuci
tangan
f. Mendekatk
an alat ke
dekat
pasien
g. Menjaga
privasi
pasien
(menutup
rirai)
h.
88

3. Inilah tahapan
persiapan
memerah ASI:
4.

a. Cuci bersih
kedua
tangan ibu
dengan
benar dan
menggunak
an sabun.
b. Usahakan
rileks dan
pililah
tempat atau
ruangan
untuk
memerah
ASI yang
tenang dan
nyaman.
c. Kompres
payudara
dengan air
hangat.
Gunakan
handuk
kecil,
washlap,
atau kain
lembut
89

lainnya.
d. Mulailah
mengurut
payudara
dengan
langkah
sebagai
berikut:
e.

1) Massag
e
2)

a) Perg
una
kan
2
jari,
yait
u
telu
njuk
dan
jari
teng
ah.
Tan
gan
kana
n
men
guru
90

t
pay
udar
a
kiri
dan
tang
an
kiri
men
guru
t
pay
udar
a
kana
n.
b) Bila
pay
udar
a
besa
r,
gun
akan
kee
mpa
t
jari.
c) Den
gan
teka
91

nan
ring
an,
laku
kan
gera
kan
meli
ngk
ar
dari
dasa
r
pay
udar
a
den
gan
gera
kan
spir
al
ke
arah
puti
ng
susu
.
d)

3) Stroke
4)
92

a) Den
gan
men
ggu
naka
n
jari-
jari
tang
an,
teka
n-
teka
nlah
pay
udar
a
seca
ra
lem
but.
Dari
dasa
r
pay
udar
a ke
arah
puti
ng
susu
den
93

gan
gari
s
luru
s,
kem
udia
n
dila
njut
kan
seca
ra
bert
ahap
ke
selu
ruh
bagi
an
pay
udar
a.
b) Den
gan
men
ggu
naka
n
sisir
yan
g
94

berg
igi
leba
r “
sisir
lah”
pay
udar
a
seca
ra
lem
but,
dari
dasa
r
pay
udar
a ke
arah
puti
ng
susu
.
c) Den
gan
ujun
g
jari,
laku
kan
stro
95

ke
dari
dasa
r
pay
udar
a ke
arah
puti
ng
susu
.
d)

5) Shake
6)

a) Den
gan
posi
si
tubu
h
con
don
g ke
depa
n,
koc
ok/g
oya
ngk
an
96

pay
udar
a
den
gan
lem
but,
biar
kan
daya
tarik
bum
i
men
ingk
atka
n
stim
ulasi
pen
gelu
aran
ASI.
b) Tek
nik
me
mer
ah
ASI
den
gan
tang
97

an
met
ode
mas
sage
,
stro
king
,
dan
shak
ing
yan
g
dise
but
met
ode
mar
met,
dike
mba
ngk
an
oleh
Chel
e
Mar
met,
Sese
oran
g
98

Lact
atio
n
Con
sulta
nt
yan
g
men
jadi
Dire
ktur
Lact
atio
n
Insti
tute
di
Cali
forn
ia.

5. Evaluasi

1. Melakukan evaluasi kepada ibu setelah


dilakukan tindakan keperawatan.
2. Melakukan komunikasi terapeutik
selama melakukan pemeriksaan.

6. Dokumentasi
Mencatat hasil tindakan yang telah
dilakukan dan menyertakan.
99

DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN

EFEKTIVITAS TEKNIK MARMET TERHADAP PENINGKATAN

PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

TAHUN 2021

No. Responden: ..........

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Suku/ Bangsa :

4. Agama :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan : { } Bekerja

{ } Tidak Bekerja

7. Anak ke- :
100

LEMBAR KUESIONER

INDIKATOR PRODUKSI ASI CUKUP UNTUK BAYI

PADA IBU POST PARTUM

£ SEBELUM PEMBERIAN TERAPI (PRE TEST)

£ SESUDAH PEMBERIAN TERAPI (POST TEST)

No Indikator Produksi ASI Ya Tidak


1 Minum ASI tiap 2-3 jam minimal 8 kali
2 BAK 6-8 x/hari
3 BAB bayi 6-8 kali selama 24 jam
4 Bayi terlihat puas setelah menyusu dan tidur
dengan cukup
5 Pertumbuhan/ kenaikan berat badan sesuai grafik
pertumbuhan

Keterangan:
Bayi mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan seperi yang disebutkan
dalam table diatas.
101

LEMBAR INFORMED CONSENT

(PERSETUJUAN RESPONDEN)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia :

Setelah mendapat keterangan dari peneliti serta mengetahui manfaat


penelitian yang berjudul “Efektivitas Teknik Marmet Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Ibu Post Partum di Desa Rejomulyo”, saya menyatakan (bersedia/
tidak bersedia)* untuk diikutsertakan dalam penelitian ini.

Bandar Lampung, 2021


Peneliti Responden

( Cindy Sari A) (.....................................)


102

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEBIDANAN

CEKLIS TEKNIK MARMET

Nilai setiap kinerja yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut:

0 : Tidak dikerjakan (langkah / kegiatan seharusnya dilakukan, saat dilakukan

pengamatan / observasi tidak dikerjakan’

1 : Perlu perbaikan (langkah/ prosedur belum dilakukan secara baik dan benar,

atau dilakukan dalam urutan yang tidak sesuai, atau beberapa langkah tidak

dilakukan.

2 : Mampu atau cukup terampil (langkah / prosedur dilakukan dengan baik dan

benar serta urutannya sesuai, tetapi kemajuan langkah demi langkah belum

dilakukan secara efesien.

3 : Mahir / sangat terampil (langkah / prosedur dilakukan dengan baik, benar,

dan urutannya sesuai, serta waktu yang digunakan pada setiap langkah

sangat efesien.

No Kegiatan Skor
0 1 2 3
Persiapan
103

1 Persiapan Alat:

a. Bak Instrumen yang berisi:

1) Kapas 4 lembar

2) Baby oil

3) Washlap
Prosedur Tindakan
2 Mempersiapkan alat
3 Memperkenalkan diri
4 Melakukan identifikasi sesuai

prosedur
5 Menjelaskan tujuan dan prosedur

tindakan pada pasien


6 Mencuci tangan
7 Mendekatkan alat ke dekat pasien
8 Menjaga Privasi pasien
Tahap persiapan memerah ASI
1
Cuci bersih kedua tangan ibu dengan
benar dan menggunakan sabun.
2
Usahakan rileks dan pililah tempat atau
ruangan untuk memerah ASI yang tenang
dan nyaman.
3
Meminta ibu untuk melepas pakaian
bagian atas.
4
Kompres payudara dengan air hangat.
Gunakan handuk kecil, washlap, atau kain
lembut lainnya.
5
Pergunakan 2 jari, yaitu telunjuk dan jari
tengah. Tangan kanan mengurut payudara
kiri dan tangan kiri mengurut payudara
kanan.
6
Bila payudara besar, gunakan keempat
104

jari.
7
Dengan tekanan ringan, lakukan gerakan
melingkar dari dasar payudara dengan
gerakan spiral ke arah puting susu.
8
Dengan menggunakan jari-jari tangan,
tekan-tekanlah payudara secara lembut.
Dari dasar payudara ke arah puting susu
dengan garis lurus, kemudian dilanjutkan
secara bertahap ke seluruh bagian
payudara.
9
Dengan menggunakan sisir yang bergigi
lebar “ sisirlah” payudara secara lembut,
dari dasar payudara ke arah puting susu.
10
Dengan ujung jari, lakukan stroke dari
dasar payudara ke arah puting susu.
11
Dengan posisi tubuh condong ke depan,
kocok/goyangkan payudara dengan
lembut, biarkan daya tarik bumi
meningkatkan stimulasi pengeluaran ASI.
12
Mengevaluas respon ibu
13
Membantu ibu memakai pakaian
14
Mencuci tangan dengan air mengalir
15
Mendokumentasikan hasil kegiatan
105

LEMBAR OBSERVASI

Responde Frek. Frek. Frek. Lama BB


n BAK BAB Menyusui Tidur Pre Post
Ny. A
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
Skore
Ny.
106

Skore

You might also like