You are on page 1of 30

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL

Nama : Agi Wagianto

Usulan Judul : ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA MASALAH

KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS DENGAN TINDAKAN MANAJEMEN

NUTRISI DAN PEMBERIAN REBUSAN DAUN SALAM

(Prioritas Pertama)

Usulan Judul Cadangan 1 : ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS PADA

MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI DENGAN TINDAKAN EDUKASI

DIET DAN PEMBERIAN HERBAL DAUN KERSEN.

Jakarta, 23 Agustus 2021

Mahasiswa yang mengajukan,

Agi Wagianto
Lampiran Jurnal Terkait
(Maksimal 3 Jurnal Setiap Judul)

No Jurnal Terkait
1 Efek Limitasi Konsumsi Garam Dan Kopi Pada Lansia Penderita Hipertensi

2. Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Di Wisma Seruni Upt Pslu Jember

3 Pemberian Rebusan Daun Kersen Menurunkan Kadar Glukosa Darah Pasien


Diabetes Mellitus Tipe 2

4 Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet


pada Diabetes Melitus Tipe 2

Ket: Sertakan bukti jurnal yang diambil:


EFEK LIMITASI KONSUMSI GARAM DAN KOPI PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
(The Effect of Coffee and Salt on Elderly Restriction with Hypertension)
Joni Haryanto*, Marini**

* Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jl. Prof.
Dr.Moestopo 47 Surabaya. Telp/Fax: (031) 5012496, E-mail: jurnalners_psikunair@yahoo.com
** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ICME Bali

ABSTRACT

Introduction: One of elderly’s problem in Health Center Karambitan II Tabanan Bali was
hypertension. Elderly usually likes or has a habit consuming coffee and salty food everyday. This
study was used a pre-experimental one group pre-post test design. The objective of this study was
to analyze the effect of consumption limitation of coffee and salt on vital sign in elderly with
hypertension. The subjects were elderly with hypertension which stay with their family who lived at
Karambitan II Tabanan Bali Health Center region. Method: There were 28 samples which
recruited by using total sampling who met to the inclusion criteria. Data were analyzed by using
Wilcoxon Sign Rank Test, with significance level α≤0.05. Result: The result showed that there was
an effect of consumption limitation of coffee and salt on systolic blood pressure (p=0.00000),
diastolic blood pressure (p=0.00000) and heart rate (p=0.00000). Discussion: It can be concluded
that there was an effect of consumption limitation of coffee and salt to decrease blood pressure and
heart rate in elderly with hypertension who lived at Karambitan II Tabanan Bali Health Center
regio. Community nurses should give health education for elderly in public health center
periodically for reducing incidence of hypertension.

Keywords: salt, coffee, elderly, hypertension

PENDAHULUAN terdapat 70 lansia yang berusia lebih dari 60


tahun, dimana 28% mengalami hipertensi
Masyarakat Bali pada umumnya dengan tekanan darah lebih dari 160/95
gemar mengkonsumsi makanan tinggi garam mmHg. Hipertensi pada lansia lebih berisiko
dan minum kopi. Kegemaran mengkonsumsi menimbulkan komplikasi penyakit arteri
makanan yang mengandung tinggi garam dan koroner, gagal jantung kongestif, stroke dan
minum kopi ini akan berdampak pada kerja kematian (Duthie and Katz, 1998 dalam
jantung dan ginjal. Kopi mengandung kafein Chintanadilok, et al., 2001).
yang dapat meningkatkan kontraksi jantung Lansia pada umumnya mengalami
dan dapat meningkatkan risiko cidera (Gordon, peningkatan kekakuan arteri yang
2002). Pembatasan garam dapat menimbulkan disebabkan oleh penurunan elastisitas jaringan
keseimbangan volume darah dan memperingan penghubung dan kejadian arteriosklerosis
kerja ginjal, sehingga sekresi renin minimal (Black, 1999). Pembatasan minum kopi dan
dan disertai penurunan tekanan darah (Kaplan, konsumsi garam dapat menjadi salah satu
2002). Namun pengaruh pembatasan konsumsi penanganan nonfarmakologis untuk
garam dan kopi pada lansia penderita menurunkan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi terhadap perubahan vital sign masih hipertensi. Hipertensi pada lansia apabila tidak
belum jelas. segera dilakukan tindakan untuk menurunkan
Data the National Health and tekanan darah akan menimbulkan komplikasi.
Nutrition Examination Survey II, Komplikasi yang sering adalah stroke. Kondisi
menunjukkan bahwa 54,3% lansia dengan stroke pada lansia memerlukan perawatan di
usia 65-74 tahun menderita hipertensi. Di rumah sakit yang menghabiskan banyak biaya
Puskesmas Karambitan II Tabanan Bali dan perhatian
keluarga, sehingga waktu bekerja keluarga pengobatan pada lansia dengan hipertensi
berkurang yang dapat menurunkan bukan saja menimbulkan efek medis namun
produktivitas ekonomi keluarga. Stroke yang tidak jarang menimbulkan efek samping.
tidak segera diatasi dapat menimbulkan Dengan demikian tindakan nonfarmakologis
kecacatan bahkan kematian. Pemberian seperti pembatasan konsumsi kopi dan garam
dalam diet merupakan salah satu alternatif total sampling. Variabel independen dalam
penanganan hipertensi pada lansia. Tindakan penelitian ini adalah pembatasan konsumsi
preventif tersebut tidak menimbulkan efek garam dan kopi, sedangkan variabel dependen
samping, namun memerlukan pengawasan adalah vital sign yang meliputi tekanan darah
ketat. Lansia juga dianjurkan melakukan (sistolik dan diastolik) dan nadi. Penelitian ini
latihan dengan intensitas sedang, yaitu antara dilakukan di Wilayah Puskesmas Karambitan
50-69% dari denyut jantung maksimal (Izzo II Tabanan Bali pada Agustus sampai dengan
and Black, 1999). Hasil studi pendahuluan September 2007. Subjek penelitian sebelum
yang dilakukan peneliti menunjukkan latihan diberikan perlakuan akan dilakukan pre test
yang dilakukan di Wilayah Puskesmas dengan mengukur tekanan darah awal dan
Karambitan II Tabanan Bali masih belum frekwensi nadi. Intervensi yang diberikan
cukup untuk mendapatkan peningkatan berupa pembatasan konsumsi garam dan kopi
kesehatan yang berarti. Pembatasan garam selama
yang cukup lebih efektif menurunkan tekanan 2 minggu. Pembatasan garam dapur diberikan
darah dari pada latihan yang berat (Higashi, et sebanyak 1,25 gram setiap hari dan sama
al., 1999). sekali tidak mengkonsumsi kopi selama
Pembatasan konsumsi garam dan kopi 2 minggu, kemudian dilakukan post test
dapat dipilih sebagai alternatif menurunkan berupa pengukuran tekanan darah dan
tekanan darah bagi lansia dengan hipertensi. frekwensi nadi di akhir minggu ke-2
Pembatasan konsumsi garam dan kopi ini perlakuan.
mudah dilakukan dan tidak memerlukan Instrumen yang digunakan dalam
tempat yang luas, namun memerlukan penelitian ini adalah manometer air raksa,
komitmen yang tinggi sehingga para lansia stetoskop dan jam tangan. Data yang diperoleh
dapat melakukannya setiap saat secara dianalisis dan diuji dengan menggunakan uji
mandiri. Merujuk pada kondisi tersebut di atas statistik Kolmogorov Smirnoff untuk
maka peneliti tertarik untuk mengetahui mengetahui distribusi normal atau tidak,
pengaruh pembatasan konsumsi garam dan apabila skala data berdistribusi normal
kopi pada lansia yang menderita hipertensi digunakan uji statistik Independent t- Test
terhadap vital sign di Wilayah Puskesmas sedangkan apabila skala data tidak
Karambitan II Tabanan Bali. Tujuan dari berdistribusi normal digunakan uji statistik
penelitian ini adalah untuk mempelajari Wilcoxon Signed Rank Test dengan derajat
pengaruh pembatasan konsumsi garam dan kemaknaan α≤0,05.
kopi pada penderita hipertensi terhadap vital
sign di Wilayah Puskesmas Karambitan II HASIL
Tabanan Bali.
Distribusi lansia yang menjadi sampel
BAHAN DAN METODE berdasarkan lama minum kopi 10-20 tahun
sebanyak 32,14% dan yang lebih dari
Penelitian ini menggunakan desain 20 tahun 67,86%. Distribusi lansia
penelitian Pre Experimental One Group Pre- berdasarkan frekwensi minum kopi perhari
Post Test. Populasi adalah penderita hipertensi 21,43% satu gelas perhari, 28,57% minum
lansia di wilayah Puskesmas Karambitan II kopi 2-3 gelas per hari dan sisanya 50%
Tabanan Bali, dengan besar sampel 28 yang minum kopi lebih dari 3 gelas perhari.
diperoleh berdasarkan teknik Tabel 1 menunjukkan bahwa pengaruh
pembatasan konsumsi garam dan kopi pada
tekanan darah sistolik, diastolik dan frekwensi
nadi lansia penderita hipertensi. Hasil dari 28
responden menunjukkan 82,14% mengalami
penurunan tekanan darah sistolik, 14,29%
tidak mengalami perubahan tekanan darah
sistolik dan 3,57% malah terjadi peningkatan.
Tekanan darah sistolik mengalami penurunan
yang bermakna pada lansia penderita
hipertensi setelah pembatasan konsumsi garam 25% tidak mengalami perubahan tekanan darah
dan kopi yang ditunjukkan dengan hasil uji diastolik dan tidak terdapat kejadian
statistik Wilcoxon Signed Rank Test peningkatan tekanan darah diastolik. Terdapat
p=0,00000. penurunan yang bermakna pada tekanan darah
Pada tekanan darah diastolik diastolik lansia penderita hipertensi setelah
menunjukkan 75% mengalami penurunan, pembatasan konsumsi garam dan kopi yang
ditunjukkan dengan hasil uji statistik Wilcoxon simpatis dan penurunan respons nitric oxide
Signed Rank Test yang ditunjukkan dengan (Higashi, et al., 1999 dan Izzo and Black,
hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test 1999 dalam Kaplan, 2002). Peningkatan
p=0,00000. sodium darah akan meningkatkan aktifitas
Frekwensi nadi responden saraf simpatis dan membuat kontraksi otot
menunjukkan 71,43% mengalami penurunan jantung meningkat. Pada ginjal dapat
frekwensi nadi dan 28,57% tidak mengalami meningkatkan sekresi renin, akibatnya liver
perubahan frekwensi nadi. Terdapat penurunan akan memproduksi angiotensinogen dan
yang bermakna pada frekwensi nadi lansia diubah dalam darah menjadi angiotensin I,
penderita hipertensi setelah pembatasan yang akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk
konsumsi garam dan kopi yang ditunjukkan mensekresi aldosteron dan kerja aldosteron
dengan hasil uji statistik Wilcoxon Signed dalam tubulus distal ginjal adalah re-uptake
Rank Test p=0,00000. sodium dan air yang dapat meningkatkan
volume dalam vaskuler. Akibat lain di ginjal
PEMBAHASAN dapat menurunkan aliran darah ginjal dan
rerata filtrasi glomerulus.
Berdasarkan hasil penelitian Asupan garam lebih berperan dalam
menunjukkan adanya perbedaan yang peningkatan tekanan darah dari pada asupan
signifikan baik tekanan darah sistolik maupun air, karena air secara normal diekskresi oleh
tekanan darah diastolik antara sebelum dan ginjal hampir secepat asupannya, tetapi
sesudah dilakukan pembatasan konsumsi sodium tidak diekskresi begitu mudah. Residu
garam dan kopi. Hal tersebut disebabkan oleh sodium secara tidak langsung meningkatkan
sodium residu yang dapat mengikat air dan volume cairan ekstraseluler. Apabila tubuh
berakibat peningkatan volume dalam kelebihan sodium, osmolalitas cairan akan
pembuluh darah. Kadar sodium juga meningkat dan akan merangsang pusat haus,
menimbulkan stres ginjal yang dipengaruhi yang membuat orang minum lebih banyak
oleh faktor usia, aktifitas saraf untuk mengencerkan sodium tubuh. Pada
hipofise posterior, peningkatan osmolalitas
darah dapat menstimulasi pengeluaran hormon
antidiuretik, yang dapat mereabsorpsi air
dalam jumlah besar di tubulus ginjal, sehingga
mengurangi volume urine dan peningkatan
volume ekstraseluler. Dari berbagai kondisi
tersebut, maka garam dapat meningkatkan
tekanan darah, sehingga sangat penting untuk
membatasi asupan garam dalam diet lansia
yang mengalami hipertensi.

Tabel 1. Tekanan Darah Sistolik, Diastolik dan Frekwensi Nadi Pre test dan Post test Pembatasan
Konsumsi Garam dan Kopi Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Puskesmas
Kerambitan II Tabanan Bali, 2007
Tekanan Darah Tekanan Darah
Frekwensi Nadi
Sistolik Diastolik
(x/menit)
(mmHg) (mmHg)
Pre Post Pre Post Pre Post
Mean 153 147.5 92.75 88.25 78.8 76.5

Wilcoxon
p=0,00000 p=0,00000 p=0,00000
Signed Rank
Test

Keterangan:
p = signifikansi
Pembatasan konsumsi kopi pada lansia darah atau secara langsung mengubah aktifitas
penderita hipertensi menurunkan tekanan baroreseptor. Menurut Kaplan (2002)
darah baik sistolik maupun diastolik. Menurut baroreseptor mempunyai peranan penting pada
Silva (1997) kopi dapat mengubah aktifitas pengaturan aktifitas saraf simpatis, namun
endotel pembuluh darah pada otot polos yang mekanisme tersebut tidak terjadi pada lansia
dapat meningkatkan komplains pembuluh penderita hipertensi karena terjadi penurunan
sensitifitas baroreseptor. Pembatasan kafein konsumsi garam sebanyak 1,25 gram dalam
dapat meningkatkan sentifitas baroreseptor, diet dan tanpa diberikan kopi selama 2
sehingga mekanisme ini akan normal kembali. minggu. Ternyata bahan aktif natrium dan
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor kafein mampu menurunkan kinerja saraf
seperti usia, riwayat penyakit dan frekwensi simpatis. Frekwensi jantung sebagian besar
mengkonsumsi kafein. Pembatasan kafein berada dibawah pengaturan ekstrinsik sistem
dapat meningkatkan pelepasan NO (Nitric saraf otonom. Serabut saraf simpatis dan
Oxide) (Kimura, 2003). Pelepasan NO diikuti parasimpatis mempersarafi nodus SA dan AV,
oleh vasorelaksasi yang tergantung oleh yang dapat mempengaruhi kecepatan impuls
endotel dalam perannya menurunkan tekanan dan frekwensi konduksi impuls. Perangsangan
darah. NO menyebabkan vasodilatasi dan simpatis akan mempercepat denyut jantung
merupakan faktor anti atherosklerotik (Kaplan, dan meningkatkan kekuatan kontraksi otot
2002). Hal ini akan menurunkan resistensi jantung, sedangkan perangsangan parasimpatis
perifer dan menurunkan tekanan darah. yang kuat akan mengurangi frekwensi denyut
Kopi mengandung kafein yang dapat jantung dan kekuatan kontraksinya (Guyton
meningkatkan bradikardi baroreflek secara dan Hall, 1996). Pada jantung normal dalam
akut. Hal ini disebabkan kafein dapat keadaan istirahat, maka pengaruh sistem
meningkatkan sensitifitas barorefleks. Kafein parasimpatis tampak dominan dalam
juga dapat menyebabkan peningkatan mempertahankan kecepatan denyut jantung
kekuatan dan frekuensi tekanan berulang pada sekitar 80 kali per menit (Price dan Wilson,
sel endotel, melepaskan beberapa faktor 1995).
endotel yang dapat meningkatkan tekanan Pembatasan kafein dapat
darah baik pada orang hipertensi atau normal meningkatkan komplains pembuluh darah, hal
(Silva, 1997). Disfungsi baroreseptor jangka ini dapat meningkatkan sensitifitas
panjang pada hipertensi sering dihubungkan baroreseptor. Mekanisme lain yang mungkin
dengan perubahan struktur pada arteri besar, adalah aktifitas faktor endotel pada otot polos
dimana baroreseptor berada. Pembatasan yang meningkatkan komplains pembuluh
kafein dapat meningkatkan aliran darah darah atau secara langsung mengubah aktifitas
berulang yang meningkatkan produksi NO. baroreseptor (Silva, 1997). Baroreseptor punya
Peningkatan aliran darah berulang juga peranan penting pada pengaturan aktifitas
bermanfaat terhadap struktur dan reaktifitas saraf simpatis. Peningkatan tekanan darah
vaskuler (Higashi, et al., 1999). Mekanisme ini akan mengaktifkan barorefleks dengan
didasari pada peran LDL (Low Density menghambat aktifitas saraf simpatis, yang
Lipoprotein)teroksidasi pada pembentukan NO mengembalikan frekwensi nadi menjadi
dan secara langsung membentuk NO tidak normal (Kaplan, 2002). Mekanisme ini tidak
aktif. Jadi pembatasan kafein dapat terjadi pada penderita hipertensi, karena terjadi
menurunkan LDL dan menurunkan supresi penurunan sensitifitas baroreseptor, sedangkan
pembentukan NO oleh LDL teroksidasi. pembatasan kafein dapat meningkatkan
Frekwensi nadi juga mengalami sensitifitas baroreseptor, sehingga mekanisme
penurunan setelah dilakukan pembatasan ini akan kembali normal.
Pembatasan kafein selain
meningkatkan sensitifitas baroreseptor juga
dapat meningkatkan pelepasan NO dan
peningkatan aliran darah berulang, yang
bermanfaat terhadap struktur dan reaktifitas
vaskuler. Mekanisme lain seperti LDL
teroksidasi berperan pada pembentukaan NO
dan bahkan penurunan LDL dapat
menurunkan supresi pembentukan NO oleh
LDL teroksidasi (Kimura, et al., 2003,
Higashi, et al., 1999 dan Kaplan, 2002).
Pelepasan NO yang diikuti oleh vasorelaksasi
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614
tergantung peran endotel. Begitu juga NO dapat menimbulkan vasodilatasi dan merupakan faktor anti-
atherosklerotik. Hal ini yang akan menurunkan resistensi perifer dan menurunkan tekanan darah yang
pada akhirnya juga akan menurunkan frekwensi nadi.
Pada penderita hipertensi, terdapat aktifitas saraf simpatis, yang akan meningkatkan kerja
jantung, sehingga tekanan darah dan frekwensi nadi menjadi meningkat. Sensitifitas terhadap sodium
terjadi akibat aktifitas simpatis yang kuat. Kafein yang terdapat pada kopi dapat meningkatkan kekuatan
dan frekwensi tekanan berulang pada endotel untuk melepaskan beberapa faktor seperti TGF, PDGF, IL-8
dan endotelin, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekwensi nadi baik pada orang normal
maupun penderita hipertensi. Oleh karena itu alasan pembatasan sodium dalam diet dan pembatasan
kafein pada lansia penderita hipertensi sangat dibenarkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pembatasan konsumsi garam dan kopi dapat menurunkan tekanan darah (baik sistolik maupun
diastolik) dan frekwensi nadi pada lansia yang menderita hipertensi.

Saran

Upaya pembatasan sodium 1,25 gram dalam menu makanan dan pembatasan konsumsi kafein
dapat dipilih sebagai alternatif pengobatan non farmakologis dan diterapkan oleh petugas kesehatan
dalam menurunkan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi karena efek limitasi konsumsi
kopi dan garam terbukti bermanfaat dan lebih efektif.

KEPUSTAKAAN

Chintanadilok, et al. 2002. Exercise in

169
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614
Treating Hypertension. AHA Journals, vol. 274, 190-197, (Online), (http://
hyper.ahajournals.org., diakses tanggal 11 September 2007, jam 10.00 WITA).
Duthie and Katz. 1998. Practice of Geriatrics. 3rd edition. Philadelpia:
W.B. Saunders, pp. 375-381.
Gordon, N.F. 2002. Radang Sendi Panduan Latihan Lengkap. Alih bahasa oleh Eri
D. Nasution. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 48-50.
Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Alih bahasa oleh Irawati Setiawan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm. 261-282.
Higashi, et al. 1999. Daily Aerobics Exercise Improves Reactive Hyperemia in Patients with Essential
Hypertension, AHA Journals, 21, 23-27, (Online), (http://hyper.aha journals.org., diakses tanggal
11 September 2007, jam 09.00 WITA).
Izzo and Black, 1999. Hypertension Primer: The Essential of High Blood Pressure. Texas: Lippincott,
pp. 121-122, 160,
259-262.
Kaplan, N.M. 2002. Kaplans Clinical Hypertension. 8th Edition. Philadelpia: Lippincott, hlm. 67-110,
221-223.
Kimura, et al. 2003. NOS3 Genotype Dependent Correlation Between Blood Pressure and Physical
Activity, Journal of Undergraduate Research, 4, 1-4, (Online), (http:// hyper.ahajournals.org.,
diakses tanggal 25 Agustus 2007, jam 11.00 WITA).
Price dan Wilson. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa oleh
Caroline Wijaya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm. 486-489.
Silva, et al. 1997. Influence of Exercise Training on Neurogenic Control of Blood Pressure in SHR,
AHA Journals, 7, 530-534, (Online),
(http://hyper.ahajournals.org., diakses

170
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WISMA SERUNI UPT PSLU
JEMBER

Susi Wahyuning Asih


Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Jember
*e-mail: susiwahyuningasih@ymail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu bentuk penyakit kronis pada lansia. Perubahan fisiologis pada lansia
mengindikasikan perlunya pendekatan lain untuk menangani hipertensi, seperti dengan menggunakan
terapi herbal. Salah satu bentuk terapi herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi adalah
daun salam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh daun salam terhadap penuruan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di UPT PSTW Jember. Penelitian ini adalah penelitian
pre eksperimental dengan pendekatan one group pre post test design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh lansia dengan hipertensi yang tinggal di UPT PSTW Jember sejumlah 45 orang.
Responden diambil dengan teknik total sampling. Responden diberi air rebusan daun salam sebanyak
1 gelas, dua kali sehari selama 2 minggu. Tekanan darah responden diukur dengan menggunakan
sphygmomanometer. Analisis statistik menunjukkan uji t test untuk tekanan darah sistolik adalah
0,000 dan 0,087 untuk tekanan darah diastolik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa air rebusan daun
salam berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan tidak berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah diastolik lansia dengan hipertensi. Oleh karenanya, daun salam dapat
digunakan sebagai salah satu terapi herbal untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi.
Kata kunci : lansia, hipertensi, daun salam

ABSTRACT

Hypertension is one of chronic disease of elderly. Physiological changes in elderly indicated


the need of other approach to cure hypertension, such as the use of herbal theraphy. One of
herbal theraphy that can be use to cure hypertension is Syzygiantum Polyanthum. This study
is conduct to find out the effectiveness of Syzygiantum Polyanthum to decrease blood
pressure in elderly with hypertension. It’s a pre experimental study with one group pre post
test design. The population are elderly with hypertension who lived in PSTW Jember counted
45 elderly. The respondents are taken by total sampling. The respondents was given a glass
of boiled water of Syzygiantum Polyanthum, twice a day for two weeks. The blood pressure
was measured by using sphygmomanometer. Statistical analysis using paired t test show p
value 0,000 for sistolic blood pressure and 0,087 for diastolic blood pressure. It can be
conclude that the boiled water of Syzygiantum Polyanthum are efferctive to decrease the
sistolic blood pressure but not effective to decrease the diastolic blood pressure in elderly
with hypertension.
Key words : elderly, hypertension, Syzygiantum Polyanthum

PENDAHULUAN kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri


Penuaan merupakan hal normal yang dan mempertahankan struktur dan fungsi
terjadi pada setiap orang (Stanley, 2007). normalnya sehingga tidak dapat bertahan
Menua adalah suatu proses menghilangnya tehadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
secara perlahan - lahan fungsi yang diderita

171
(Constantindes, 1994 dalam dazpecta, 2012). dikenal sejak dulu, namun sayangnya belum
Hipertensi seringkali disebut sebagai terkenal seperti obat herbal lainnya
pembunuh gelap (silent killer), karena Berdasarkan studi pendahuluan yang
termasuk penyakit yang mematikan, tanpa dilakukan di UPT PSTW Jember pada tanggal
disertai dengan gejala- gejalanya lebih dahulu 28 Maret 2018, didapatkan data jumlah lansia
sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun yang tinggal diwisma seruni berjumlah 15
muncul, gejala tersebut seringkali dianggap orang, 4 diantaranya lansia perempuan dan 11
gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat orang laki - laki. Diketahui dari hasil
menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani, pemeriksaan kesehatan, bahwa terdapat 9
2006). lansia yang tinggal di wisma seruni memiliki
Hipertensi pada lanjut usia sebagian tekanan darah cukup tinggi. Hasil wawancara
besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi dengan 9 orang lansia yang mengalami
(HST), meningkatnya tekanan sistolik hipertensi diketahui 2 (20%) diantaranya rutin
menyebabkan besarnya kemungkinan memmeriksakan diri dan peduli terhadap
timbulnya kejadian stroke dan infark myocard kesehatan, sedangkan 6 lansia lainnya peduli
bahkan walaupun tekanan diastoliknya dalam terhadap kesehatan akan dirinya masih
batas normal (isolated systolic hypertension). kurang.Tujuan penelitian ini adalah untuk
Isolated systolic hypertension adalah bentuk mengidentifikasi efektifitas rebusan daun
hipertensi yang paling sering terjadi pada salam terhadap hipertensi pada lansia di UPT
lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi PSTW Jember.
menempati 87% kasus pada orang yang
berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya METODE
hipertensi, baik HST maupun kombinasi Desain penelitian yang digunakan
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko adalah pre experimental dengan pendekatan
morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut one group pre-post test design, yaitu
usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko mengungkapkan hubungan sebab akibat
utama untuk stroke, gagal jantung penyakit dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.
koroner, dimana peranannya diperkirakan Populasi dalam penelitian ini adalah 45 lansia
lebih besar dibandingkan pada orang yang penderita hipertensi di UPT PSLU Jember
lebih muda (Kuswardhani, 2007). dengan teknik total sampling seluruh populasi
Berbagai cara dapat dilakukan untuk dijadikan sampel penelitian.
mengurangi nyeri dari gejala yang Responden diberikan minuman air
ditimbulkan, salah satunya adalah dengan rebusan daun salam sebanyak 1 gelas dua kali
menggunakan terapi herbal seperti daun salam. sehari selama 2 minggu. Tekanan darah diukur
Daun salam merupakan salah satu daun yang sebelum dan setelah tindakan. Data
biasa digunakan oleh para Ibu rumah tangga selanjutnya diolah dengan uji t berpasangan
untuk penyedap dan pengharum masakan. untuk mengetahui pengaruh air rebusan daun
Manfaat daun salam tidak hanya digunakan salam dalam menurunkan tekanan darah lansia
untuk menambah cita rasa pada masakan saja, dengan hipertensi.
namun juga dapat dijadikan obat tradisional
mencegah HASIL
Tabel 1. Karakteristik Umum Responden
sekaligus menyembuhkan beberapa
penyakit yang ada di tubuh. Kandungan Karakteristik n %
vitamin dan mineral yang ada pada daun salam Usia
sangat baik untuk kesehatan tubuh. Daun salam 60 - 69 5 11,2
untuk obat herbal ini sudah
70 - 79 20 44,4
80 - 89 20 44,4
Tingkat
diterima, Pendidikan
atau air rebusan daun salam tidak berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah diastolik
lansia dengan
SDhipertensi. 10 22,2
SMP 15 33,3
SMA 20 44,4 PEMBAHASAN
Jenis Kelamin Secara fisiologis pada lansia terjadi
Laki - laki 40 88,9 peningkatan kekakuan areteri besar yang
berkontribusi terhadap terjadinya peningkatan
Perempuan 5 11,2
tekanan darah sistolik (Pinto, 2007). Kekakuan
Jumlah 45 100 arteri, disregulasi otonom dan proses menua
Berdasarkan data pada tabel 1 dapat
pada ginjal berperan dalam patofisiologi
dilihat bahwa mayoritas responden berusia 70
terjadinya hipertensi pada lansia. Pada
– 79 tahun dan 80 -89 tahun, dengan tingkat
golongan usia yang lebih muda, laki – laki
pendidikan SMA dan berjenis kelamin laki –
cenderung mengidap hipertensi dibandingkan
laki.
perempuan karena perempuan memiliki
estrogen sebagai pelindung dari resiko
Tabel 2. Tekanan Darah Responden
penyakit kardiovaskuler. Namun sejalan
Sebelum dan Setelah Tindakan
dengan peningkatan usia dan memasuki usia
menopouse maka kemungkinan perempuan
Variabel Mean Std. P dan laki-laki untuk mengidap hipertensi adalah
deviasi value sama.
Sistolik pre 154,444 ± Daun salam dapat menurunkan kadar
18,104 trigliserida serum karena daun salam
63 mengandung beberapa senyawa seperti
0,000 saponin, flavonoid, tanin dan niasin. Flavonoid
Sistolik post 140,00 ±
dalam daun salam berfungsi sebagai
15,811
antioksidan yang mampu mencegah terjadinya
39 oksidasi sel tubuh. Semakin tinggi oksidasi
Distolik pre 90,00 ± semakin tinggi prevalensi terjadinya penyakit
7,0710 degeneratif, jadi kandungan flavonoid daun
7 salam dapat mencegah terjadinya hipertensi
0,087
Siastolik post 75,555 ± dan menurunkan kolesterol darah. Tanin
8,8191 berfungsi sebagai antioksidan dan
7 hipokolesterolemia. Tanin bekerja dengan cara
bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui usus sehingga menghambat penyerapan lemak.
bahwa terdapat perubahan rerata tekanan darah Saponin yang berfungsi mengikat kolesterol
sistolik responden dari 154,444 mmHg dengan asam empedu sehingga dapat
sebelum diberi minum air rebusan daun salam menurunkan kadar kolesterol.
menjadi 140 mmHg setelah dilakukann. Uji t Kandungan dalam daun salam
berpasangan menunjukkan p value 0,000 yang menstimulasi penurunan kolesterol dalam
artinya H0 ditolak dengan kata lain air rebusan darah, sehingga membantu
daun salam berpengaruh dalam menurunkan mempertahankan elastisitas pembuluh darah.
tekanan darah sistolik lansia dengan hipertensi. Terbukti dengan adanya penurunan rerata
Sedangkan rerata tekanan darah diastolik tekanan darah sistolik responden dari 154,44
sebelum dilakukan tindakan adalah 90 mmHg mmHg menjadi 140 mmHg .
menjadi 75,55 mmHg setelah dilakukan
tindakan. Uji t berpasangan menunjukkan p
value 0,087 lebih besar dari α 0,05 yang
berarti H0
Park et al (2015) menyebutkan bahwa Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu
tekanan diastolik menggambarkan penutupan Pendekatan Praktik.(Edisi Revisi).
katup aorta, besaran energi pada serat elastik Jakarta: Rineka Cipta
arteri besar selama sistolik dan tahanan aliran Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak
darah dalam arteriol hingga kapiler. Penutupan Menular. Jakarta: Rineka Cipta
katup aorta saat diastol dan daya recoil serat Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan
elastis aorta dan arteri besar mengatur aliran Penyakit Modern. Yogyakarta:
darah, meski saat jantung dalam kondisi Kanisius
relaksasi. Pinto (2007) berpendapat bahwa
tahanan vaskuler perifer bertanggung jawab Departemen Kesehatan RI. 2012.
pada peningkatan tekanan diastolik, terutama Pharmaceutical Care untuk
pada lansia. Peningkatan tahanan vaskuler Penyakit Hipertensi. Jakarta:
perifer dapat dipengaruhi oleh penurunan Departemen Kesehatan RI.
elastisitas arteri. Hasil penelitian menunjukkan Evelyn, C.P. 1999, Anatomi dan Fisiologi
adanya perubahan rerata tekanan darah Untuk Paramedis, Penerbit PT
diastolik responden dari 90 mmHg menjadi 75 Gramedia, Jakarta.
mmHg namun hasil uji t berpasangan Fauzi. I. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini
menujukkan p value 0,087 yang berarti tidak Gejala dan Pengobatan Asam Urat,
ada pengaruh air rebusan daun salam terhadap Diabetes dan Hipertensi.
perubahan tekanan darah diastolik responden. Yogyakarta: Araska.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pestana (2015) Junaedi, E. 2013. Hipertensi Kandas
yang menyebutkan bahwa secara fisiologis Berkat Herbal. Jakarta Selatan
akibat proses menua pada sistem Kristanti, H. 2013. Mencegah dan
kardiovaskuler disebutkan bahwa pada lansia Mengobati 11 Penyakit Kronis.
yang berusia di atas 60 tahun tekanan Citra Pustaka: Yogyakarta.
diastolik akan mengalami sedikit perubahan Ni Kadek, et al. 2014. Pengaruh Kombinasi
atau bahkan menetap. Jus Seledri, Wortel dan Madu
Terhadap Hipertensi Di Wilayah
KESIMPULAN Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan Artikel Penelitian, Stikes Bina
bahwa lain air rebusan daun salam Husada
berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah Nugroho, W. 2010. Keperawatan Gerontik
sistolik lansia dengan hipertensi namun tidak dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
berpengaruh terhadap penurunan tekanan Nursalam.2009. Konsep dan Penerapan
darah diastolik lansia dengan hipertensi. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi,
SARAN Tesis dan Instrumen Penelitian
Peneliti menyarankan agar lansia Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
dengan hipertensi dapat mengaplikasikan Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
penggunaan daun salam sebagai salah satu Patricia, GM., et.al. 2011. Keperawatan
bentuk terapi herbal untuk menangani Kritis: pendekatan asuhan holistic
hipertensi, khususnya pada lansia ed.8; alih bahasa, Nike Esty
wahyuningsih. Jakarta: EGC
KEPUSTAKAAN Parker, M. & Smith, M., 2010. Nursing
Agus, P. 2000, Kedaruratan Medik: Pedoman Theories and Nursing Practice.
Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Philadelphia: F A Davis Company.
Aksara, Jakarta. Park, J. B., Kario, K. & Wang, J. G., 2015.
Systolic Hypertension: An Increasing
in Clinical Challenge in
Asia. Hypertension Research,
5(38), pp. 227 - 236.
Pestana, M., 2002. Hypertension in
Elderly. International Urology
and Nephrology, Volume 3,
pp. 563 -
569.

Volume 07, Nomor 02, November 2016


Hal. 113-128
PEMBERIAN REBUSAN DAUN KERSEN MENURUNKAN KADAR GLUKOSA
DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
(Influence Of The Cherry Decoction Leaves Decrease In Blood Glucose Levels)

Roihatul Zahroh*, Musriana**

* Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Jl. A.R.
Hakim No. 2B Gresik, email: roihatulzr@gmail.com
** Mahasiswa PSIK FIK Universitas Gresik

ABSTRAK

Daun Kersen banyak memiliki manfaat untuk kesehatan, antara lain untuk
mencegah pertumbuhan tumor, menjaga fungsi otot jantung, dan mengatasi Diabetes
Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rebusan daun kersen
terhadap penurunan kadar glukosa darah.
Penelitian menggunakan metode pre eksperimental dengan rancangan One Group
Pre test-Post test design. Pemilihan sampel menggunakan metode Purposive
Sampling.Besar sampel adalah 12 orang. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pemberian rebusan daun kersen, variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan
kadar gula darah. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan saat observasi sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi, analisa data menggunakan uji paired t-test dengan level
signifikan <0,05.
Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata kadar gula darah sesudah dilakukan
intervensi menurun sebesar 305.58 menjadi 178.33. Adanya pengaruh pemberian rebusan
daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah (p = 0,000).
Daun kersen mengandung saponin dan flavonoid yang dapat menghambat
penyerapan gula darah dari usus, sehingga karbohidrat tidak banyak diserap oleh usus.
Rebusan daun kersen terbukti dapat menurunkan kadar gula darah dan dapat dijadikan
obat herbal untuk penderita DM.

Kata kunci : Daun kersen, Glukosa darah, Diabetes Mellitus tipe 2

ABSTRACT

Cherry (Muntingia Calabura) have many benefit for health among others to
tumor growth, function of the heart muscle, and controls diabetes. Research on benefits
the cherry as a diabetes drugs still needed research more deeply. The aim of this
research was to analyzed the influence of the cherry decoction leaves as a decrease in
blood glucose levels.
Research used methods pre experimental to one group pre test-post test design.
The selection of the sample used purposive sampling method. With the sample size was
12 people. The independent variable in this research was the giving of cherry. The
dependent variable in this study was the decrease in blood glucose levels. Data collection
at the time the research was conducted observation before and after intervention. The
data analysed using paired t-test with significance level of < 0,05.
The results state that the average blood sugar levels after intervention decreased
by 305.58 to 178.33 0,000 which means cherry stew can decrease respondens blood

102
glucose levels. precence influence of the cherry which are potential as a decrease in
blood glucose levels (p = 0,000).
Cherry leaves contain saponins and flavonoid can inhibit blood sugar absorption
from the intestines, so that carbohidrate are not absorbed by the gut. Cherry leaf
decoction is proven to reduce blood sugar levels and can be used as herbal medicine for
people with DM.

Keywords : Cherry, Blood Glucose and Diabetes Mellitus type 2

sehari-hari. Pengelolaan DM terdiri


PENDAHULUAN dari beberapa pilar, yaitu
Diabetes disebut the silent killer penyuluhan, edukasi perencanaan
karena hampir sepertiga orang dengan makan, aktivitas fisik, dan intervensi
diabetes tidak mengetahui mereka farmakologis (Yunir, 2006). Fakta yang
menderita diabetes mellitus, padahal jika ada, kebanyakan masyarakat tidak
kita melihat dari tanda- tanda awal melakukan pilar-pilar tersebut, mereka
diabetes mellitus itu sendiri dengan beranggapan jika dirinya menderita
adanya polidipsi, polifagi, poliuri, itu diabetes mellitus maka mereka harus
merupakan tanda awal yang harus menghindari makanan- makanan yang
diketahui oleh masyarakat awam mengandung gula saja tanpa
(Tandra, 2007). Kenyataannya memperhatikan beberapa pilar tersebut,
masyarakat meremehkan oleh karena itu penderita DM susah
bahkan tidak mengetahui tentang gejala sekali untuk mempertahankan kadar
awal diabetes itu sendiri. Kebanyakan gula darah yang normal. Di Desa Geger,
pasien yang datang ke Puskesmas masyarakat yang menderita DM sudah
mereka sudah menderita diabetes. banyak yang menggunakan ramuan
Sampai penyakit tersebut herbal untuk menyembuhkan penyakit,
berkembang menjadi serius yang salah satunya
berdampak pada organ atau sistem tubuh pengkonsumsian rebusan kulit manggis
lainnya dan mengakibatkan komplikasi, dan daun kersen untuk menurunkan
seperti pembuluh darah, saraf dan kadar glukosa darah. Penelitian
struktur internal lainnya. Beberapa jenis mengenai ekstrak daun kersen pada
DM terjadi karena interaksi yang hewan sudah pernah dilakukan oleh
kompleks dari lingkungan, genetik, dan Rahmad Santoso (2014), salah satu
pola hidup penelitian tersebut

dilakukan pada tikus putih (Rattus pada penderita diabetes mellitus tipe 2.
norvegicus). Namun, saat ini belum ada Organisasi kesehatan dunia World
pembuktian bahwa rebusan daun kersen Health Organization (WHO) memastikan
dapat menurunkan kadar glukosa darah peningkatan pada penderita Diabetes

103
Mellitus tipe 2 paling banyak dialami hanya terlihat dari kunjungan pasien DM
negara-negara berkembang termasuk namun juga pada kasus baru. Dari data
Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa awal di Puskesmas Geger madura tahun
Indonesia merupakan negara yang masih 2014 terdapat total 614 kunjungan
memiliki angka tertinggi untuk penderita pasien diabetes mellitus, pada tahun
Diabetes Mellitus terutama tipe 2. 2015 bulan Januari sebanyak 28
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jatim penderita DM, bulan Februari 28
(2010), DM tahun 2010 berada pada penderita DM, pada tiga bulan terakhir
peringkat ke lima dari 10 penyakit yang menderita DM didapatkan
tertinggi dengan prosentase sebesar sebanyak 62 pasien, dan kebanyakan
3,61%. RSUD Bangil Kabupaten diantara mereka menderita diabetes
Pasuruan merupakan rumah sakit mellitus tipe 2.
rujukan dengan kasus DM yang Diabetes tipe 2 penyakit
meningkat di setiap tahunnya. Data diabetes yang disebabkan karena sel- sel
rekam medik, pada tahun 2012 di tubuh tidak menggunakan insulin
ketahui bahwa penyakit DM tipe 2 sebagai sumber energi atau sel-sel tubuh
menduduki rangking ke dua, dengan tidak merespon insulin yang dilepaskan
tingkat prevelensi kunjungan pada tahun pankreas, inilah yang disebut resistensi
2011 sebanyak 3.110 kunjungan dan insulin. Faktor penyebab diabetes
meningkat menjadi 4.149 kunjungan mellitus diantaranya penyakit dan
tahun 2012. Peningkatan ini tidak infeksi pada pankreas, pola hidup juga
sangat mempengaruhi, dan pola makan
secara berlebihan dan melebihi jumlah
kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memacu timbulnya diabetes
mellitus, serta obesitas dan faktor-faktor
keturunan serta bahan-bahan kimia dan
obat- obatan dapat mengiritasi pankreas
yang menyebabkan radang pankreas
sehingga mengakibatkan fungsi

pankreas menurun dan tidak ada sekresi memiliki banyak efek samping. Penderita
hormon-hormon untuk proses diabetes mellitus lebih menyukai
metabolisme tubuh termasuk insulin. pemakaian obat tradisional dan obat-
Penderita diabetes mellitus mayoritas obatan dari tumbuhan daripada obat-
mengatasi penyakitnya dengan obatan sintetik. Hal ini disebabkan karena
mengkonsumsi obat sintetik yang pemanfaatan bahan yang bersifat alami

104
relatif lebih aman daripada bahan buatan mengetahui potensi dalam menurunkan
(sintetik). Kersen merupakan salah satu kadar gula darah dengan lebih spesifik
tumbuhan yang diduga mengandung yaitu dalam bentuk rebusan.
bahan aktif yang berkhasiat sebagai Berdasarkan penelitian oleh Rahmad
penurunan gula dalam darah. Penelitian Santoso (2014) pengaruh pemberian
yang sudah pernah dilakukan oleh ektraks daun kersen 100 mg/kg BB, 400
Rahmad Santoso (2014) pada kersen mg/kg BB pada tikus putih jantan
adalah pengaruh pemberian ekstrak daun sebanyak 20 ekor dengan induksi
kersen (Muntingia calabura) terhadap diabetes yang dilakukan selama 2
penurunan kadar glukosa darah pada minggu, dibagi menjadi dua kelompok.
tikus putih (Rattus norvegicus). Hal ini Hasil pre test pada tikus pertama
memungkinkan penurunan gula darah didapatkan rerata nilai kada gula darah
dengan pemberian ekstrak daun kersen 513 mg/dl pada tikus kedua 376 mg/dl.
dilakukan sebelum pemberian pakan Kemudian kelompok perlakuan
pada tikus (Stang dan Story, 2007). Oleh diberikan ektraks Kelompok I yaitu tikus
karena itu penelitian tentang daun yang diinduksi STZ diberikan ektrak
kersen perlu dilakukan untuk daun kersen 100 mg/kg BB, kelompok II
tikus yang diinduksi diberikan ekstrak
daun kersen 200 mg/BB. Dari hasil
perlakuan tersebut didapatkan rerata
kadar gula darah post test sebesar tikus
pertama 109 mg/dl dan kedua 153
mg/dl. Maka dapat disimpulkan bahwa
ekstraks daun kersen 100 mg/kg BB
berpengaruh secara signifikan
menurunkan kadar gula darah (P<0,05).
Daun kersen berperan sebagai anti
oksidan yang menyekresi hormon
insulin yang bekerja untuk metabolisme
gula.

Verdayanti (2009) mengemukakan menghambat


bahwa bahan aktif antidiabetes dapat penyerapan gula darah dari usus dan
berupa saponin dan flavonoid. Menurut mempercepat proses pencernaan yang
kandungannya daun kersen terdapat terjadi dalam sistem digestivus sehingga
bahan yang dapat menurunkan kadar bahan karbohidrat yang ada dalam bahan
gula darah yang mekanismenya makan tercerna tidak akan banyak terserap

105
oleh usus. Tinjauan lain dari pengobatan post test design dimana penelitian
ini selain lebih ekonomis adalah untuk dilakukan sebanyak dua kali yaitu
menghindari efek samping tertentu sebelum dan sesudah eksperimen
pengobatan secara herbal akan lebih dengan satu kelompok subjek dimana
baik dan lebih disukai oleh setiap peneliti dapat mencari adakah pengaruh
penderita, selain mudah diketahui oleh rebusan daun kersen terhadap penurunan
masyarakat juga lebih gampang kadar gula darah pada pasien Diabetes
didapatkan di lingkungan sekitar. Mellitus tipe 2 (Verdayanti, 2012).
Berdasarkan fenomena diatas, Penelitian ini dilakukan di wilayah
peneliti tertarik untuk melakukan kerja Puskesmas Geger, pada bulan
penelitian tentang pengaruh rebusan februari 2016.
daun kersen terhadap penurunan kadar Populasi dalam penelitian ini
gula darah pada Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penderita Diabetes Mellitus tipe 2
di Wilayah Geger Kabupaten di Wilayah Kerja Puskesmas Geger pada
Bangkalan. 1 bulan terahir sebanyak 18 orang.
Sampling pada penelitian ini dengan
METODE DAN ANALISA tehnik Purposive Sampling disebut juga
Dalam penelitian ini judgement sampling adalah suatu teknik
menggunakan metode one group penetapan sampel dengan cara memilih
pre- sampel di antara populasi sesuai dengan
yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya. Berdasarkan perhitungan
besar sampel didapatkan jumlah sampel
sebanyak 18 responden namun, yang
sesuai kriteria inklusi sebanyak 12
responden. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah pemberian hasil penelitian tentang parameter kadar
rebusan daun kersen, sedangkan gula darah sewaktu pasien, Standart
Variabel dependen dalam penelitian ini Operasional Procedure (SOP) pemberian
adalah penurunan kadar gula darah rebusan daun kersen. Data tersebut diolah
pada penderita DM tipe dan di analisis dengan menggunakan
2. Instrumen yang digunakan adalah : paired t-test dengan nilai kemaknaan ρ ≤
lembar observasi (checklist) penilaian 0.05. Apabila hasil uji statistik didapat ρ ≤

106
0.05, maka Ho diterima yang berarti ada penurunan kadar gula darah pada
pengaruh pemberian rebusan daun penderita DM. Sebaliknya apabila uji
kersen terhadap
statistik yang di dapat ρ ≥ 0.05, maka Ho
ditolak yang berarti tidak ada pengaruh
pemberian rebusan daun kersen terhadap
penurunan kadar gula darah pada
penderita DM.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1) Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus
tipe 2 Sebelum diberikan
Rebusan Daun Kersen.
Dari tabel 5.1 dapat dijelaskan
bahwa sebelum diberikan rebusan daun
kersen didapatkan seluruhnya responden
mengalami Diabetes Mellitus.
Tabel 5.1 Kadar Glukosa Darah responden Sebelum Pemberian Rebusan Daun
Kersen di Desa Geger Bulan September sampai Oktober 2016.

No Kadar Glukosa Darah Frekuensi Porsentase %


1 Diabetes >200 mg/dl 12 100
2 Pra Diabetes 110-199 mg/dl 0 0
Normal 0 0
Jumlah 12 100

2) Kadar Glukosa darah pada Penderita Diabetes Mellitus tipe 2


Sesudah diberikan Rebusan Daun Kersen.
Tabel 5.2 Kadar Glukosa Darah Responden sesudah pemberian Rebusan Daun
Kersen di Desa Geger Bulan September sampai Oktober 2016.

No Kadar Glukosa Darah Frekuensi Prosentase %


1 Diabetes >200 mg/dl 3 25
2 Pra Diabetes 110-199 mg/dl 7 58
3 Normal 2 17
Jumlah 12 100

107
Tabel 5.2 dapat dijelaskan sebelum diberikan rebusan daun kersen
bahwa dari 12 responden sesudah adalah 305.58 dan nilai standart
diberikan rebusan daun kersen deviasinya 104.981
didapatkan hasil sebagian besar sedangkan nilai rata-rata sesudah
mengalami kadar glukosa darah pra diberikan rebusan daun kersen adalah
diabetes sebanyak 7 orang (58%), dan 178.33 dan nilai standart deviasinya
sebagian kecil responden mengalami 86,107. Hasil penelitian yang diperoleh
kadar glukosa darah normal sebanyak 2 dan analisa dengan uji paired t-test
orang (17%). dengan confidence interval of the
difference 95% didapatkan nilai
3) Pengaruh Pemberian Rebusan
signifikan = 0. 000 berarti p<0,05 maka
daun Kersen Terhadap Kadar
H1 diterima artinya ada pengaruh
Glukosa Darah
rebusan daun kersen pada penderita
Tabel 5.3 berdasarkan hasil
Diabetes Mellitus tipe 2.
analisi statistik Uji analisa t-test
diketahui bahwa nilai rata-rata
Tabel 5.3 Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Kersen terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah di Desa Geger Bulan September sampai Oktober 2016.
Kategori Kadar Glukosa Darah
Sebelum Pemberian Sesudah Pemberian
Rebusan daun Kersen Rebusan Daun Kersen
Mean 305.58 178.33
Std. 104.981 86.107
Deviation
Uji analisa t-test nilai sig (2-tailed) = 0,000

ARTIKEL PENELITIAN Mutiara


Medika Vol. 15 No. 1: 37 - 41,
Januari 2015

Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan


37
Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Education in Improving the Effectiveness of Compliance with Setting Diet


in Type 2 Diabetes Mellitus
Dyah Restuning P.
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang
Email: dyah.erpe@gmail.com

Abstrak

Edukasi diabetes merupakan pendidikan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien
diabetes yang bertujuan mengubah perilaku untuk meningkatkan pemahaman klien akan
penyakitnya. Kepatuhan diet merupakan masalah besar yang terjadi pada penderita DM tipe 2 saat
ini. Prinsip pengaturan pola makan didasarkan pada status gizi pasien diabetes dan melakukan
modifikasi diet dengan memperhatikan gaya hidup serta pola kebiasaan makan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh edukasi diabetes terhadap kepatuhan pengaturan diet pada pasien
Diabetes Melitus tipe 2 di kelurahan Wirogunan dan Brontokusuman Kota Yogyakarta. Metode
penelitian ini menggunakan desain quasi experimental pre – post test without control group
design. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Wirogunan dan Brontokusuman. Jumlah sampel
sebanyak 82 responden (41 kelompok intervensi dan 41 untuk kelompok kontrol). Hasil penelitian
dengan uji Wilcoxon test kelompok intervensi didapatkan nilai bermakna (p=0,002), terdapat
perbedaan kepatuhan pengaturan diet sebelum dan sesudah diberikan edukasi diabetes. Pada
kelompok kontrol didapatkan nilai tidak bermakna (p=1,000), tidak terdapat perbedaan kepatuhan
pengaturan diet sebelum dan sesudah diberikan edukasi diabetes. Uji beda Mann Whitney diperoleh
nilai bermakna (p=0,020) terdapat perbedaan kepatuhan pengaturan diet sebelum dan sesudah
diberikan edukasi diabetes antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Disimpulkan edukasi
diabetes berpengaruh bermakna terhadap kepatuhan pengaturan diet pada pasien Diabetes Melitus tipe
2.

Kata kunci: Kepatuhan Pengaturan Diet, Diabetes Melitus Tipe 2, Edukasi Diabetes

Abstract

Education diabetes is an education about the knowledge and skills for patients with diabetes
who aim to change behavior to improve client understanding of his illness. Dietary compliance is a
major problem that occurs in patients with type 2 diabetes today. Principles of dietary adjustments
based on the nutritional status of patients with diabetes and dietary modifications by paying attention
to lifestyle and eating habits patterns. The purpose of this study to determine the effect of education
diabetes to compliance of the diet in patients with diabetes mellitus type 2 in the village Wirogunan
and Brontokusuman Yogyakarta. This research method using quasi-experimental pre - post test
without control group design. This research was conducted in the village Wirogunan and
Brontokusuman. The total sample of 82 respondents (41 intervention group and 41 to the control
group). Results of research by Wilcoxon test intervention group obtained significant values (p =
0.002), there are differences in compliance with the diet before and after diabetes education. In the
control group obtained values are not significant (p = 1.000), there are no differences in compliance
with the diet before and after diabetes education. Mann Whitney test values obtained significant (p =
0.020) there are differences in compliance with the diet before and after diabetes education between
the intervention group and the control group. Conclusion: education diabetes meaningful effect on
adherence fat diet in patients with type 2 diabetes mellitus.

Key words: Compliance Settings Diet, Diabetes mellitus type 2, Education Diabetes

38
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 37 - 41, Januari
2015

PENDAHULUAN kesadaran yaitu yang positif terhadap kesehatan,


Diabetes melitus merupakan penyakit yang akhirnya diterapkan dalam tindakan
serius yang harus diatasi terutama di negara pencegahan komplikasi DM.4 Tujuan penelitian
berkembang. Perubahan gaya hidup berdampak ini untuk mengetahui pengaruh edukasi diabetes
terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi di terhadap kepatuhan pengaturan diet pada pasien
masyarakat, salah satunya adalah diabetes DM tipe 2 di kelurahan Wirogunan dan
melitus. Suatu penelitian epidemiologik oleh Brontokusuman Kota Yogyakarta.
WHO menyatakan bahwa Indonesia merupakan
negara urutan kelima dengan jumlah diabetes BAHAN DAN CARA
melitus terbanyak sekitar 8,3 juta orang. 1 Hasil Penelitian ini menggunakan desain
prevalensi nasional obesitas penduduk usia >= 15 penelitian quasi experimental pre – post test
tahun sebesar 18,8 %, kurang makan buah dan without control group design. Populasi dalam
sayur sebesar 93,6%, kurang aktifitas fisik pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes
penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. mellitus tipe 2 di kelurahan Wirogunan dan
Faktor makanan diet yang tidak Brontokusuman, Yogyakarta.
menyenangkan, kurangnya pemahaman tentang Teknik pengambilan
diet, manfaat latihan fisik, usia yang sudah sampel dengan purposive sampling. Jumlah
lanjut, keterbatasan fisik, pemahaman yang salah sampel penelitian ini adalah 41 orang kelompok
tentang manfaat obat, serta kegagalan mematuhi intervensi dan 41 orang kelompok kontrol,
minum obat karena alasan ekonomi sehingga jumlah total sampel adalah 82
menyebabkan ketidakpatuhan diabetisi dalam responden. Kriteria inklusi responden dalam
penatalaksanaan DM.2 Penyuluhan kesehatan penelitian ini responden mampu berkomunikasi
pada penderita diabetes mellitus merupakan hal verbal dan memahami bahasa Indonesia,
yang penting dalam memonitor gula darah terdiagnosis menderita DM tipe 2 minimal
penderita DM dan mencegah komplikasi kronik selama 3 tahun. Kriteria eksklusi responden
baik mikroangiopati maupun makroangiopati. dalam penelitian ini adalah pasien berusia kurang
Komplikasi kronik biasanya terjadi dalam 5 dari 30 tahun dan mengalami penurunan
sampai 10 tahun setelah didiagnosis ditegakkan.3 kesadaran. Penelitian dilakukan pada bulan
Edukasi diabetes merupakan pendidikan September 2014 sampai Oktober 2014.
mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi Instrumen penelitian ini menggunakan form
pasien diabetes yang bertujuan mengubah meliputi: kuesioner karakteristik responden dan
perilaku untuk meningkatkan pemahaman klien pengaturan diet. Penelitian ini menggunakan uji
akan penyakitnya.1 Perubahan hasil dari nonparametrik yaitu Wilcoxon test dan Mann
pendidikan kesehatan dalam bentuk Whitney test, peneliti menggunakan dengan
pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan, signifikasi 0,05. Jika p value < 0,05 maka
yang diikuti dengan adanya terdapat perbedaan kepatuhan antara kelompok
Mutiara Medika
Vol. 15 No. 1: 37 - 41, Januari
intervensi dan kelompok kontrol. 2015
HASIL

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Diabetes Melitus Tipe 2 pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Kelompok intervensi Kelompok kontrol
Karakteristik Kategori (n=41) (n=41)
n % N %
Jenis Kelamin Laki-laki 14 34 19 46,3
Perempuan 27 65,9 22 53,7
Usia 35 -45 tahun 0 0 1 2,4
> 45 tahun 41 100 40 97,6
Tingkat Pendidikan SD 16 39 30 73,2
SMP/SMA 19 46,3 6 14,6
Sarjana 6 14,6 5 12,2
Tingkat Penghasilan < Rp 1.000.000 19 46,3 31 75,6
Rp 1.000.000 - Rp 11 26,8 5 12,2
2.000.000
> Rp 2.000.000 11 26,8 5 12,2
Indeks Massa Tubuh Gemuk 13 31,7 9 22
Normal 20 48,8 27 65,9
Kurus 8 19,5 5 12,2

Tabel 2. Perbedaan Kepatuhan Pengaturan Diet Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi Diabetes
pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
n Median Rerata + s.d P
Intervensi Sebelum Edukasi Diabetes 41 2,00 1,93 + 0,346 0,002
Sesudah Edukasi Diabetes 1,54 + 0,505
Kontrol Sebelum Edukasi Diabetes 41 2,00 1,85 + 0,573 1,000
Sesudah Edukasi Diabetes 1,85 + 0,615

Kelompok
IntervensiKelompok kontrol

39 49%46
32
% %
%

Sebelum Sesudah
Edukasi Edukasi
Gambar 1. Kepatuhan Pengaturan Diet Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi Diabetes

Tabel 3. Perbedaan Kepatuhan Pengaturan Diet pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
n Median Rerata + s.d P
Intervensi 41 2,00 1,54 + 0,505 0,020
Kontrol 41 2,00 1,85 + 0,615

39
satunya adalah kepatuhan diet.7 Prinsip
DISKUSI
Prosentase frekuensi karakteristik
terbanyak pada kelompok intervensi adalah 27
(65,9%) responden berjenis kelamin perempuan,
berusia lebih dari 45 tahun sebanyak 41 (100%)
responden, tingkat pendidikan terbanyak adalah
SMP/SMA sejumlah 19 (46,3%) responden.
Faktor yang berperan menyebabkan resistensi
insulin antara lain obesitas, diet tinggi lemak,
kurang aktivitas, faktor herediter, usia, dan
stress.1 Penelitian yang dilakukan Azrul Azwar
yang menyatakan bahwa terdapat variasi
prevalensi penyakit DM tipe 2 antara laki-laki
dan perempuan.4 Belum ditemukan literatur yang
mengatakan adanya hubungan antara tingkat
pendidikan sebagai salah satu risiko terhadap
penyakit DM tipe 2. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin tinggi
kesadarannya untuk melakukan upaya preventif
terhadap penyakit. Tingkat penghasilan
terbanyak adalah kurang dari Rp1.000.000
sejumlah 19 (46,3%) responden dan berdasarkan
prosentase indeks massa tubuh terbanyak adalah
normal sejumlah 20 (48,8%) responden. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sousa
yang menjelaskan bahwa dari 10 orang klien
Diabetes mellitus M tipe 2 yang berada di pusat
perawatan diabetes di Amerika Serikat, rata-rata
berusia antara 53 tahun sampai 60 tahun.5 Pada
sekitar 55% kasus DM tipe 2 ditemukan pasien
dengan obesitas.6
Kepatuhan diet merupakan masalah besar
yang terjadi pada penderita Diabetes mellitus
tipe 2 saat ini.5 Hal ini disebabkan karena nilai
rata-rata kepatuhan terendah pada pengobatan
penderita Diabetes mellitus tipe 2 yaitu salah
pengaturan diet pada kelompok kontrol antara
perencanaan makanan adalah melakukan
sebelum dan sesudah diberikan edukasi diabetes.
pengaturan pola makan yang didasarkan
pada status gizi pasien diabetes dan
melakukan modifikasi diet dengan
memperhatikan gaya hidup, pola
kebiasaan makan, status ekonomi, dan
lingkungan. Diet merupakan kebiasaan
yang paling sulit diubah dan paling rendah
tingkat kepatuhannya dalam manajemen
diri seorang penderita Diabetes mellitus
tipe 2.8 Kepatuhan diet yang rendah pada
penderita Diabetes mellitus disebabkan
karena pengetahuan yang kurang dan
rendahnya informasi yang mereka
dapatkan mengenai aturan serta cara
mempertahankan diet yang baik.
Komunikasi petugas kesehatan dengan
melalui Edukasi Diabetes dalam bentuk
ceramah dapat meningkatkan kepatuhan
pasien diabetes. Semakin sering seseorang
mendapat penyuluhan, maka semakin baik
pula perilakunya. Klien diabetes perlu
mendapat informasi tentang pengertian
tentang DM terutama perencanaan makan..
Pengetahuan mengenai manajemen
diabetes merupakan komponen yang
penting agar pengelolaan diabetes itu bisa
berjalan dengan baik.

SIMPULAN
Disimpulkan bahwa edukasi diabetes
berpengaruh bermakna terhadap kepatuhan
pengaturan diet pada pasien Diabetes
Melitus tipe 2. Terdapat perbedaan
signifikan kepatuhan pengaturan diet pada
kelompok intervensi antara sebelum dan
sesudah diberikan edukasi diabetes.
Terdapat perbedaan signifikan kepatuhan
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegondo, S. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI. 2009.
2. Purba, C.I. Pengalaman Ketidakpatuhan Pasien terhadap Penatalaksanaan Diabetes Melitus
(Studi Fenomologi dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta). Tesis. FIK Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
3. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Textbook of Medical Surgical Nursing. Lippincott William & Wilkins:
Raven Publishers. 2005.
4. Azwar, A. Epidemiologi Hipertensi, Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Jakarta. 1985
5. Sousa, V.D. & Zauszniewski, J.A. Toward A Theory of Diabetes Self-Care Management.
The Journal of Theory Construction & Testing. 2005, 9 (2):61-67.
6. Eberhart, M.S. Prevalence of Overweight and Obesity Among Adults with Diagnosed Diabetes --- United
States, 1988--1994 and 1999--2002. Morbidity and Mortality Weekly Report (Centers for Disease
Control and Prevention), 2004; 53 (45): 1066–8. PMID 15549021
7. Delamater, A.M. Improving Patient Adherence. Clinical diabetes journal. 2006; 24 (2): 71-77
8. Tovar, E.G. Relationships Between Psychosocial Factors and Adherence to Diet and Exercise in
Adults with Type 2 Diabetes: A Test of a Theoretical Model. The University of Texas Medical
Branch. 2007.

You might also like