You are on page 1of 20

FENOMENA KENAKALAN REMAJA DAN KRIMINALITAS

THE PHENOMENON OF JUVENILE DELINQUENCY AND CRIMINALITY

Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman


Peneliti Puslitbang Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur
E-mail: 16nunungunayah@gmail.com dan sleem.ndr@gmail.com

Accepted: 20 April 2015; Revised: 1 June 2015; Approved: 9 June 2015

Abstract
For the last several years, the society has been frightened by the great number of criminal actions in various
areas, especially in the urban area. It cannot be disavowed that the criminal actions within the society are
caused by the juvenile delinquency which used to be acceptable. Nonetheless, due to the era progress, the
juvenile delinquency has shown the shift in its quality that directs into criminal actions, such as stealing,
fighting, robbery, rape, and even, killing. Observing the phenomenon, the authors tried to assess it based
on a variety of studies and the literature related to the criminal actions committed by the juveniles. This
paper is a study of the literature of the various existing references. Furthermore, the data were packaged as
the data and information materials that can give us the description of the condition of the current juvenile
delinquency. The goal is to identify recent juveniles and their psychological condition. the factors causing
the occurrence of juvenile delinquency and delinquency quality shift committed by juveniles. Furthermore,
to identify the role of parents, schools and communities in tackling juvenile delinquency. Therefore, in
dealing with juvenile delinquency, there should be a cooperation of the various related elements, both the
goverment as law enforcers and the community leaders to make the people get used to living serenely and
peacefully in running everything according to the rules of law prevailing in the community by considering
the psychological side of individual perpetrators, family parenting, community and the society broadly.

Keywords: juvenile delinquency, shift in quality, criminality.

Abstrak
Dalam beberapa tahun ini, masyarakat dikejutkan dengan sering terjadinya tindak kriminalitas di
berbagai daerah terutama di perkotaan. Tidak dipungkiri tindakan kriminalitas yang terjadi di beberapa
daerah dilakukan anak remaja, yang awalnya hanya kenakalan remaja yang biasa saja. Namun dengan
perkembangan jaman saat ini, kenakalan remaja sudah menampakkan pergeseran kualitas kenakalan yang
menjurus pada tindak kriminalitas, seperti mencuri, tawuran, membegal, memperkosa bahkan sampai
membunuh. Mencermati fenomena tersebut, penulis mencoba mengkaji dari berbagai kajian dan literatur
yang berkaitan dengan tindak kriminalitas yang dilakukan remaja.Tulisan ini merupakan studi literatur
dari berbagai referensi yang ada,kemudian data tersebut di kemas sebagai bahan data dan informasi yang
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kenakalan remaja saat ini. Adapun tujuannya adalah ingin
mengetahui remaja dan psikologis remaja, faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja dan pergeseran
kualitas kenakalan yang dilakukan remaja. Kemudian bagaimana peran orang tua, sekolah dan masyarakat
dalam menanggulangi kenakalan remaja. Oleh karena itu, dalam menangani kenakalan remaja ini, perlu
adanya kerjasama dari berbagai elemen yang terkait, baik pemerintahan selaku penegak hukum dan tokoh-
tokoh masyarakat untuk membiasakan hidup tentram dan damai dalam melakukan segala sesuatu sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku di masyarakat, dengan melihat sisi psikologis individual pelaku, pola
asuh keluarga, komunitas dan masyarakat secara luas.
Kata Kunci: kenakalan remaja, pergeseran kualitas, kriminalitas

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 121
PENDAHULUAN sendiri (tawuran, aksi kriminal) ataupun
Seperti yang kita ketahui sekarang ini, oleh orang lain seperti pemerkosaan, tindak
demikian banyak berlangsung kejadian-kejadian kekerasan dan sebagainya. Roni memotret
tindak kenakalan remaja. Bermacam-macam data Pusat Pengendalian Gangguan Sosial
perbuatan negatif atau yang menyimpang DKI Jakarta bahwa pada 2009 terdapat
dilakukan oleh beberapa remaja, yang 0,08 persen atau 1.318 dari 1.647.835 siswa
kelihatannya dikira oleh mereka hanya biasa- SD, SMP, dan SMA di DKI Jakarta terlibat
biasa saja, apalagi ada yang menganggapnya tawuran, dan angka ini meningkat dari tahun-
sebagai sesuatu kebanggaan. Mereka sering tahun sebelumnya.
menyebutkan perilaku tersebut hanyalah sebagai
Roni menilai ekskalasi “agresifitas”
penunjukkan lambang sesuatu keberanian
remaja belakangan ini, sebenarnya “alamiah”
dirinya, namun perilaku remaja yang negatif
dilakukan oleh remaja, mengingat remaja
ini, banyak masyarakat menganggap sebagai
memiliki karakter yang labil, egois, dan
suatu perilaku yang amat memprihatinkan bagi
mengedepankan kesenangan di atas tindakan
kalangan remaja di Indonesia.
produktif dan positif. Ini yang kemudian
Disebutkan sudah memprihatinkan karena sesuai dengan hasil penelitian yang
kenakalan remaja saat ini, sudah mulai terlihat mengungkapkan bahwa remaja merupakan
ada pergeseran, semula hanya kenakalan anak fase paling berbahaya dalam kehidupan
remaja yang biasa saja, sekarang masyarakat seseorang. Dan 65% memiliki masalah di
telah mulai merasakan keresahan yang keluarga seperti masalah keuangan, masalah
cenderung merambah segi-segi kriminal yang percerian orang tua dan anggota keluarga
secara yuridis menyalahi ketentuan-ketentuan meninggal.
hukum pidana. Seperti contoh yang sedang
Secara eksternal, faktor pendorong
terjadi saat ini, yaitu maraknya pembegalan
tawuran massif ialah penduduk Jakarta
motor dan perampokan yang terjadi di Depok
yang bertambah drastis dari tahun ke tahun,
dan Tangerang serta daerah lainnya, kemudian
yang berarti pertambahan jumlah siswa dan
diketahui pula bahwa identitas beberapa orang
pertambahan energi yang siap melakukan
pelaku pembegalan dan perampokan masih
kekerasan antar sekolah.
berusia remaja.
Kotak 1: Pernyataan keprihatinan dari Untuk itu, Roni yang pernah menjabat
masyarakat sebagai Ketua OSIS saat duduk di bangku
SMA menyarankan orang tua, sekolah
Ahmad Sahroni, Pemerhati Pemuda dan pemerintah memberikan “ruang” bagi
menyampaikan keprihatinan yang mendalam remaja untuk menyalurkan energi tersebut
atas berbagai tindakan kekerasan yang di kegiatan-kegiatan yang positif. Perbanyak
dilakukan remaja belakangan ini seperti ruang kota untuk berkreasi; Sekolah
pelemparan air keras, pembajakan bus dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan ekskul yang
sebagainya. Menurut Roni berdasarkan tidak berbayar dan tidak menekan anak
statistik di berbagai belahan dunia, diantaranya hanya untuk mengejar prestasi semu; orang
Data Badan Sensus Amerika bahwa 60 tua pun mengembangkan komunikasi yang
persen dari populasi remaja terpapar tindakan bersahabat dengan anaknya.
kekerasan baik yang dilakukan oleh mereka

122 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
Pemidanaan serius serta ancaman bahwa beranjak remaja, beberapa perubahan terjadi,
catatan kriminal akan berdampak buruk baik dari segi fisik maupun mental. Beberapa
bagi masa depan para siswa sebaiknya perubahan psikologis yang terjadi di antaranya
menjadi pilihan terakhir bagi anak. Justru adalah para remaja cenderung untuk resisten
orang tua dan guru yang sebenarnya perlu dengan segala peraturan yang membatasi
mendapatkan ganjaran hukum, karena tidak kebebasannya. Karena perubahan itulah banyak
mampu mendampingi sang anak sehingga remaja melakukan hal-hal yang dianggap nakal.
anakpun menjadi korban. Meskipun karena faktor yang sebenarnya
alami, kenakalan remaja terkadang tidak bisa
Sumber: http://lampost.co/berita/60-persen-
remaja-terpapar-kekerasan (9/02/2015) ditolerir lagi oleh masyarakat. Karena itu, peran
orangtua sangat berpengaruh dalam membentuk
Seperti yang dikatakan Kartono (2005), kepribadian remaja ini. (Kompas.com 2013)
pakar sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam
Sayangnya, tidak semua orangtua
bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile
mengetahui bagaimana bersikap terhadap
delinquency merupakan gejala patologis
perubahan anaknya. Banyak orang tua
sosial pada remaja yang disebabkan oleh
berusaha untuk memahaminya, akan tetapi
satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya,
para orangtua justru membuat seorang
mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
remaja semakin nakal. Misalnya, dengan
menyimpang”.
semakin mengekang kebebasan anak tanpa
Masa remaja sering dikenal dengan istilah memberikannya hak untuk membela diri.
masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, Akibatnya, para orangtua mengeluhkan
seorang anak yang baru mengalami pubertas perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur,
seringkali menampilkan beragam gejolak bahkan terkadang bertindak melawan mereka.
emosi, menarik diri dari keluarga, serta Sehingga sering terjadi konflik keluarga,
mengalami banyak masalah, baik di rumah, pemberontakan/perlawanan, depresi, dan galau/
sekolah, atau di lingkungan rumah maupun di resah. Munculnya tindakan berisiko ini, sangat
lingkungan pertemanannya. Kenakalan remaja umum terjadi pada masa remaja dibandingkan
pada saat ini, seperti yang banyak diberitakan di pada masa-masa lain di sepanjang rentang
berbagai media, sudah dikatakan melebihi batas kehidupannya.
yang sewajarnya. Banyak anak remaja dan anak
Inilah problem sosial yang menerpa
dibawah umur sudah mengenal rokok, narkoba,
beberapa remaja kita sekarang ini, yaitu tingkah
free sex, tawuran pencurian,dan terlibat banyak
laku menyimpang yang dicap dimaksud sebagai
tindakan kriminal lainnya yang menyimpang
kenakalan remaja. Adapun penyebab masalah
dari norma-norma yang berlaku di masyarakat
kenakalan remaja diakibatkan dari berbagai
dan berurusan dengan hukum.
macam persoalan, bisa akibat dari salah orang
Kenakalan remaja menurut beberapa tua didalam cara mendidik atau orangtua
psikolog, secara sederhana adalah segala yang terlampau sibuk dengan pekerjaannya,
perbuatan yang dilakukan remaja dan melanggar juga dapat dikarenakan tidak tepatnya saat
aturan yang berlaku dalam masyarakat. memilih teman/lingkungan pergaulan hingga
Meskipun begitu, fenomena kenakalan remaja dapat mengakibatkan terjerumusnya didalam
adalah sesuatu yang normal. Ketika seseorang pergaulan yang salah ataupun akibat dari
indivudunya sendiri karena krisis identitas.

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 123
Mencermati fenomena tersebut, penulis ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 1) 12-
mencoba mengkaji dari berbagai kajian 15 tahun, Masa remaja awal; 2) 15-18 tahun,
dan literatur yang berkaitan dengan tindak Masa remaja pertengahan; 3) 18-21 tahun,
kriminalitas yang dilakukan remaja. Tulisan Masa remaja akhir.
ini merupakan studi literatur dari berbagai
Menurut para pakar psikologi, remaja
referensi yang ada, kemudian data tersebut
adalah suatu periode transisi dari masa awal
dikemas sebagai bahan data dan informasi yang
anak anak hingga masa awal dewasa, yang
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12
kenakalan remaja saat ini. Adapun tujuannya
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga
adalah ingin mengetahui remaja dan psikologis
22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan
remaja, faktor penyebab terjadinya kenakalan
fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi
remaja dan pergeseran kualitas kenakalan
badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh,
yang dilakukan remaja. Kemudian bagaimana
dan perkembangan karakteristik seksual
peran orang tua, sekolah dan masyarakat dalam
seperti pembesaran buah dada, perkembangan
menanggulangi kenakalan remaja.
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
PEMBAHASAN Pada perkembangan ini, pencapaian
Remaja kemandirian dan identitas sangat menonjol
Remaja adalah waktu manusia berumur (pemikiran semakin logis, abstrak, dan
belasan tahun. Pada masa remaja manusia idealistis) dan semakin banyak menghabiskan
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak waktu di luar keluarga.
dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja
Remaja memiliki tempat di antara anak-
adalah masa peralihan manusia dari anak-
anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk
anak menuju dewasa.Remaja merupakan
golongan anak tetapi belum juga berada dalam
masa peralihan antara masa anak dan masa
golongan dewasa atau tua.
dewasa,seperti yang dikemukan Monks (2002)
perkembangan kognisi remaja berimplikasi Adapun ciri- ciri remaja adalah remaja tidak
pada perkembangan sosialnya. Dalam sosial mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat
remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak dari berbagai segi. Misalnya dari segi usia,
yaitu gerak meninggalkan diri dari keluarga perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku.
dan gerak menuju teman sebaya. Gerak tersebut Menurut Gayo (1990) yang ditulis Zahra
merupakan reaksi dari status interim yang (2010) dalam blogspotnya tentang ”Remaja”,
dialami remaja yang mengisyaratkan usaha ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun
remaja untuk masuk kedalam lingkup sosial yang dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi
yang lebih luas.Hal senada diungkapkan oleh dini, adolensi menengah, dan adolensi akhir.
Santrock (2003) bahwa remaja (adolescence) Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut:
diartikan sebagai masa perkembangan transisi
a. Adolensi dini
antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan Fase ini berarti preokupasi seksual yang
meninggi yang tidak jarang menurunkan
sosial-emosional. Batasan usia remaja yang
daya kreatif/ketekunan, mulai renggang
umum digunakan oleh para ahli adalah antara
dengan orang tuanya dan membentuk
12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja
kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah

124 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. sehingga anak-anak menjadi canggung dan
Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen, kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang
dan akal atau defresif. dapat menimbulkan gangguan phisikis anak.
b. Adolensi menengah
Disebutkan pula oleh Mustaqim dan Abdul
Fase ini memiliki ciri umum: Wahid (1991), bahwa perubahan rohani juga
Hubungan dengan kawan dari lawan jenis sudah mulai timbul, remaja telah mulai berfikir
mulai meningkat, pentingnya, fantasi
abstrak ingatan logis makin lama makin lemah.
dan fanatisme terhadap berbagai aliran,
Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu
misalnya, mistik, musik, dan lain-lain.
dengan yang lain tidak dalam keadaan seimbang
Menduduki tempat yang kuat dalam
akibatnya anak sering mengalami pertentangan
perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai
batin dan gangguan, yang biasa disebut gangguan
menyita perhatiannya sehingga kritik tidak
integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga
jarang dilontarkan kepada keluarga dan
berkembang sangat luas. Akibatnya anak
masyarakat yang dianggap salah dan tidak
benar, seksualitas mulai tampak dalam berusaha melepaskan diri darikekangan orang
ruang atau skala identifikasi, dan desploritas tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun
lebih terarah untuk meminta bantuan. di sisi lain masih tergantung pada orang tua.
Dengan demikian terjadi pertentangan antara
c. Adolesensi akhir
hasrat kebebasan dan perasan tergantung dengan
Pada masa ini remaja mulai lebih keinginan anak itu sendiri.
luas, mantap, dari dewasa dalam ruang
lingkup penghayatannya. Ia lebih bersifat Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul
‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah
mulai menghargai sikap orang/pihak lain mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta,
yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran
karier tertentu dan sikap kedudukan, dan kebaikan. Masa ini biasa disebut masa
kultural, politik, maupun etikanya lebih pembentukan dan menentuan nilai dan cita-
mendekati orang tuanya. Bila kondisinya cita.Lain dari pada itu anak mulai berfikir
kurang menguntungkan, maka dalam masa tentang tanggung jawab sosial, agama moral,
adolesensi akhir ini, akan mempengaruhi anak mulai berpandangan realistik, mulai
tahap kesulitan jiwanya. Remaja dalam mengarahkan perhatian pada teman hidupnya
kondisi ini, memerlukan bimbingan dengan kelak, kematangan jasmani dan rohani,
baik dan bijaksana, dari orang-orang di
memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap
sekitarnya.
serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya
dari berbagai sudut pandang dikemukakan remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
oleh Mustaqim dan Abdul Wahid (1991),
menurutnya pada masa remaja umumnya telah Sedangkan menurut Hurlock (1999) ciri-ciri
duduk dalam bangku sekolah lanjutan. Pada masa remaja adalah sebagai berikut:
permulaan periode anak mengalami perubahan- 1. Masa remaja sebagai periode yang penting,
perubahan jasmani yang berwujud tanda-tanda karena perkembangan fisik, mental yang
kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau cepat dan penting dan adanya penyesuaian
suara berubah pada laki-laki. Lengan dan kaki mental dan pembentukan sikap, nilai dan
mengalami pertumbuhan yang cepat sekali minat baru.

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 125
2. Masa remaja sebagai periode peralihan, berusaha pula untuk mengetahui pikiran orang
adanya suatu perubahan sikap dan perilaku lain tentang tentang dirinya”.
dari anak-anak ke menuju dewasa.
Oleh karena itu tanggapan dan penilaian
3. Masa remaja sebagai periode perubahan,
orang lain tentang diri individu akan dapat
karena ada 5 perubahan yang bersifat
universal yaitu perubahan emosi, tubuh, berpengaruh pada bagaimana individu menilai
minat dan pola perilaku, dan perubahan dirinya sendiri. Conger (dalam Mönks et.al,
nilai. 1999) menyatakan bahwa remaja nakal biasanya
mempunyai sifat memberontak, ambivalen
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah,
karena pada masa kanak-kanak masalah- terhadap otoritas, mendendam, curiga, implusif
masalahnya sebagian besar diselesaikan dan menunjukan kontrol batin yang kurang.
oleh guru dan orang tua sehingga Sifat–sifat tersebut mendukung perkembangan
kebanyakan remaja kurang berpengalaman konsep diri yang negatif. Gunarsa(2004)
dalam mengatasi masalah. mengatakan bahwa remaja yang didefinisikan
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, sebagai anak nakal biasanya mempunyai
karena remaja berusaha untuk menjelaskan konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan
siapa dirinya, apa peranannya. anak yang tidak bermasalah.
6. Masa remaja sebagai usia yang Dengan demikian remaja yang dibesarkan
menimbulkan ketakutan, karena adanya dalam keluarga yang kurang harmonis dan
anggapan stereotip budaya bahwa remaja memiliki konsep diri negatif kemungkinan
adalah anak-anak yang tidak rapih, yang
memiliki kecenderungan yang lebih besar
tidak dapat dipercaya dan cenderung
menjadi remaja nakal dibandingkan remaja
merusak, menyebabkan orang dewasa harus
yang dibesarkan dalam keluarga harmonis dan
membimbing dan mengawasi.
memiliki konsep diri positif.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak
realistik. Karena remaja melihat dirinya Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil
sendiri dan orang lain sebagaimana yang kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja adalah
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya merupakan periode yang penting, periode
terlebih dalam cita-cita. perubahan, peralihan, usia yang bermasalah,
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, pencarian identitas, usia yang menimbulkan
karena remaja mulai memusatkan diri pada ketakutan, masa yang tidak realistik dan
perilaku yang dihubungkan dengan orang ambang masa kedewasaan.
dewasa.
Pendapat lainnya dikatakan masa remaja Psikologi Remaja
merupakan saat individu mengalami kesadaran Ciri perkembangan psikologis remaja
akan dirinya tentang bagaimana pendapat orang adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
lain tentang dirinya (Rosenberg dalam Demo dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa)
& Seven-Williams, 1984). Kemudian Conger dan kemudian melawan dan memberontak.
(1977) mengatakan “Pada masa tersebut Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh
kemampuan kognitif remaja sudah mulai konflik peran yang sedang dialami remaja.
berkembang, sehingga remaja tidak hanya Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini
mampu membentuk pengertian mengenai apa ditekankan pada keadaan emosi remaja.
yang ada dalam pikirannya, namun remaja akan

126 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
Keadaan emosi pada masa remaja masih ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak
labil karena erat dengan keadaan hormon. simpatik terhadap orang tua maupun orang
Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri
waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih maupun orang lain disekitarnya.
kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada
pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja Kenakalan Remaja
dikarenakan adanya pengaruh tuntutan orang Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency)
tua dan masyarakat, yang akhirnya mendorong ialah kejahatan / kenakalan yang dilakukan
remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi oleh anak-anak muda, yang merupakan gejala
dirinya yang baru. Hal tersebut hampir sama sakit (Patologis) secara sosial pada anak-
dengan yang dikemukakan oleh Hurlock anak dan remaja yang disebabkan oleh satu
(1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang
pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya menyimpang.
ketegangan emosional yang disebabkan remaja
Juvenile berasal dari bahasa latin
harus membuat penyesuaian terhadap harapan
“Juvenilis”, artinya anak-anak, anak muda,
masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
cirri karakteristik pada masa muda, sifat khas
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) pada periode remaja. Delinquent berasal dari
remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu bahasa latin yaitu “delinquere”, yang berarti
saja menerima pendapat dan perintah orang lain, terabaikan, yang kemudian diperluas menjadi
remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu jahat, a-sosial, kriminal, pelanggaran aturan,
perintah dianjurkan atau dilarang, remaja tidak pembuat ribut, pengacau, dll.
mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang
Pengaruh sosial dan kultural memainkan
logis. Dengan perkembangan psikologis pada
peran yang besar dalam pembentukan atau
remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
pengkondisian tingkah laku criminal anak-
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat
anak remaja. Perilaku anak-anak remaja ini
dan memahami, serta terjadi peningkatan
menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak
keberanian dalam mengemukakan pendapat.
adanya konformitas terhadap norma-norma
Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering sosial, mayoritas kenakalan remaja berusia 21
mengalami dilema yang sangat besar antara tahun. Angka tertinggi tindakan kejahatan ada
mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti pada usia 15–19 tahun, dan sesudah umur 22
kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal dengan tahun kasus kejahatan yang dilakukan oleh
ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan remaja akan menurun.
konflik pada diri remaja. Konflik ini akan
Istilah kenakalan remaja (Juvenile
mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk
Delinquency) menurut Dryfoon yang dikutip
mandiri, sehingga sering menimbulkan
Alit (2009) mengacu pada suatu rentang yang
hambatan dalam penyesuaian diri terhadap
luas, dari tingkah laku yang tidak diterima
lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa
secara sosial (misal ; bersikap berlebihan di
kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan
sekolah) sampai pelanggaran status (seperti
memendam kemarahan yang mendalam kepada
melarikan diri) hingga tindak kriminal
orang tuanya dan orang lain disekitarnya.
(misalnya pencurian). Untuk alasan hukum
Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 127
dilakukan pembedaan antara pelanggaran conduct disorder. Bila tingkah laku demikian
indeks dan pelanggaran status: Pelanggaran membuat para remaja melakukan tindakan
indeks (index offenses); adalah tindakan ilegal, masyarakat menganggap mereka pelaku
kriminal yang dilakukan oleh remaja maupun kejahatan (delinquents).
orang dewasa, seperti perampokan, tindak
Tidak berbeda dengan yang dikatakan
penyerangan, pemerkosaan, pembunuhan.
Sudarsono (2012), bahwa juvenile delinquency
Pelanggaran status (Status offenses); adalah
sebagai kejahatan anak dapat diinterpretasikan
tindakan yang tidak seserius pelanggaran
berdampak negatif secara psikologis terhadap
indeks, seperti melarikan diri, membolos,
anak yang menjadi pelakunya, apalagi jika
minum minuman keras dibawah usia yang
sebutan tersebut secara langsung menjadi
diperbolehkan, hubungan seks bebas dan anak
semacam trade mark. Selanjutnya Sudarsono
yang tidak dapat dikendalikan. Tindakan ini
(2012) menyebutkan dari beberapa kajian dan
dilakukan remaja dibawah usia tertentu yang
perumusan psikolog Dr. Fuad Hasan dan Drs.
membuat mereka dapat digolongkan sebagai
Bimo Walgito, menyatakan bahwa arti juvenile
pelaku pelanggaran remaja.
delinquency nampak ada pergeseran menegenai
Selanjutnya Alit (2009) menyatakan selain kualitas subyek, yaitu dari kualitas anak menjadi
klasifikasi hukum dalam pelanggaran indeks dan remaja/anak remaja. Dalam pengertian lebih
pelanggaran status, banyak tingkah laku yang luasa tentang kenakalan remaja ialah perbuatan/
dianggap termasuk kenakalan dan dimasukkan kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh
dalam penggolongan tingkah laku abnormal anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti
yang digunakan secara meluas.Gangguan sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma
tingkah laku (conduct disorder) adalah istilah agama.
diagnosa psikiatri yang digunakan bila sejumlah
Kenakalan remaja boleh jadi berkaitan erat
tingkah laku seperti membolos, melarikan
dengan hormon pertumbuhan yang fluktuatif
diri, melakukan pembakaran, bersikap kejam
sehingga menyebabkan perilaku remaja sulit
terhadap binatang, membobol dan masuk tanpa
diprediksi, namun ini bukanlah jawaban
ijin, perkelahian yang berlebihan ataupun
yang dapat menjadi justifikasi atas perilaku
tindakan yang menyimpang. Muncul dalam
remaja. Rasanya angapan sebagian orang yang
kurun waktu 6 bulan. Bila tiga atau lebih
menyatakan bahwa hormon berpengaruh sangat
tingkah laku tersebut muncul sebelum usia 15
besar, hal itu rasanya agak dilebih-lebihkan,
tahun dan anak atau remaja tersebut dianggap
penulis sependapat dengan para pengamat
tidak dapat diatur atau diluar kendali, diagnosis
kriminalitas, bahwa nampaknya ada faktor lain
klinisnya adalah gangguan tingkah laku.
yang menyebabkan mengapa angka kriminalitas
Myers & Burket (1992) yang dikutip di kalangan remaja menjadi sangat tinggi dan
Alit (2009) mengatakan bahwa kebanyakan perbuatan kriminalitas tersebut dianggap sangat
anak-anak dan remaja pada suatu waktu meresahkan masyarakat secara luas.
akan melakukan hal-hal yang merusak atau
Adapun bentuk kenakalan remaja menurut
mengakibatkan munculnya kesulitan bagi
Sunarwiyati (1985), membagi kenakalan
diri mereka sendiri ataupun bagi orang lain.
remaja kedalam tiga tingkatan, yaitu: 1)
Bila tingkah laku seperti ini sering terjadi
Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka
di masa kecil ataupun di masa remaja awal,
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah
para psikiater mendiagnosis mereka sebagai

128 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
tanpa pamit, 2) Kenakalan yang menjurus pada misalnya, didorong oleh impuls-impuls yang
pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan
tanpa SIM, mengambil barang orang tua atau yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan
orang lain tanpa ijin, 3) Kenakalan khusus oleh obsesi-obsesi atau bahkan desakan
seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan pemenuhan kebutuhan hidup. Kejahatan bisa
seks bebas, pencurian. (dalam Masngudin, juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali
2003) atau tidak sengaja untuk melakukan karena
reflek naluri. Misalnya, karena terpaksa untuk
Pergeseran Kualitas Kenakalan Remaja mempertahankan hidupnya, seseorang harus
Kriminalitas atau tindak kriminal segala melawan dan terpaksa membalas menyerang
sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah untuk melindungi dirinya atau keluarganya,
tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut sehingga terjadi peristiwa pembunuhan.
seorang kriminal. Biasanya yang dianggap
Kejadian-kejadian kriminalitas semakin
kriminal adalah seorang maling atau pencuri,
marak diberitakan, masyarakat dapat melihat
pembunuh, perampok, pembegalan dan juga
betapa brutalnya remaja jaman sekarang.
termasuk pemerkosaan.
Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia
Selama kesalahan seorang kriminal belum tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa,
ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini tetapi banyak juga dari kalangan para remaja.
disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan Tindakan kenakalan remaja yang dilakukan
asas dasar sebuah negara hukum: seseorang tetap beraneka ragam dan bervariasi, namun
tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. tindakannya biasanya hanya terbatas dengan apa
Dari segi hukum Singgih D Gunarsa (1988), yang dilakukannya sesuai desakan kebutuhan
mengatakan kenakalan remaja digolongkan dan keinginannya yang harus dipenuhi saat itu,
dalam dua kelompok yang berkaitan dengan jika dibandingkan dengan tindakan kriminal
norma-norma hukum, yaitu: 1) Kenakalan yang dilakukan oleh orang dewasa yang sudah
yang bersifat amoral dan sosial serta tidak menjadi kebiasaan dan menjadikan tindak
diatur dalam undang-undang, sehingga tidak kejahatan itu sebagai profesi.
dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggar
Sebetulnya motivasi para remaja dalam
hukum, 2) Kenakalan yang bersifat melanggar
tindak kriminalitas sering lebih sederhana
hukum dengan penyelesaian sesuai dengan
dan mudah dipahami misalnya: pencurian
undang-undang dan hukum yang berlaku
yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya
sama dengan perbuatan melanggar hukum bila
untuk memberikan hadiah kepada seseorang
dilakukan orang dewasa.
yang disukainya dengan maksud untuk
Seperti yang dikatakan Kartono (2005) memberikan perhatian cintanya, kemudian
bahwa kriminalitas atau kejahatan itu bukan keinginan untuk mendapatkan sesuatu seperti
merupakan peristiwa herediter (bawaan ingin mempunyai telepon genggam. Contoh
sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan lain adalah maraknya tawuran antar pelajar,
warisan biologis. Tindakan kriminalitas yang permasalahannya hanya sepele, seperti
itu, bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik saling ejek yang saling mempertahankan
wanita maupun pria; dapat berlangsung dan membanggakan kelompoknya atau
pada usia anak, dewasa ataupun lanjut usia. bersenggolan dalam mengendarai motor,
Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar bahkan hanya memperebutkan sang kekasih

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 129
yang berbeda sekolah. Akan tetapi kenakalan sedikit yang melibatkan anak usia remaja.
remaja yang dilakukannya sering melebihi Adapun kejahatan yang dilakukan anak remaja
batas yang tak terkendali, sehingga menjadikan yang saat ini lagi marak, adalah pembegalan atau
berurusan dengan aparat penegak hukum. perampasan motor dan pencurian. Kejahatan
ini dilakukan dianggap mudah dipelajari dan
Seperti yang dirasakan beberapa tahun ini,
mudah dilakukan oleh pelaku kejahatan usia
dengan berkembangnya jaman ke arah modern,
remaja yang bermodalkan keberanian dan nekat.
kenakalan remaja sudah mulai meningkat dan
Kemudian hasil dari kejahatannya itu, mudah
bergeser, bukan hanya sekedar kenakalan biasa-
juga untuk di-uangkan atau dijual langsung,
biasa saja yang sering dilakukan oleh para
dan uang hasil aksi kejahatannya biasanya
remaja, akan tetapi kenakalan remaja saat ini
digunakan untuk membeli kebutuhan dirinya
sudah pada tindakan kriminalitas. Seperti yang
sendiri, seperti beli HP, beli sepatu, beli baju
dikatakan para pengamat bahwa ada pergeseran
celana untuk bergaya, bermain sama temannya
kualitas kenakalan yang dilakukan remaja.
menghabiskan waktu sambil mabok-mabokan,
Dikatakan pula bahwa kenakalan remaja yang
bahkan untuk membelikan sesuatu buat sang
menjurus kriminalitas ini, dipengaruhi oleh
kekasih sebagai tanda cintanya.
minuman keras dan narkoba, selain itu di picu
oleh pergaulan bebas dengan teman sebayanya Seperti contoh kasus yang sangat
bahkan bergaul dengan orang dewasa yang meresahkan warga Jabodetabek saat ini,
tidak punya aturan hidup, bebas se-enaknya yang dilakukan remaja adalah seperti yang
dalam bertindak maupun perlakuannya, yang diberitakan di media:
tidak mengindahkan aturan ataupun norma serta
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat maupun Kotak 2: Contoh kasus kriminalitas yang
di lingkungan sekolahnya. dilakukan remaja
“Keselamatan warga Jakarta masih
Kejahatan memang bukan bawaan sejak lahir
terancam. Pasalnya, pelajar yang tawuran
dan kejahatan bisa dilakukan oleh siapapun,
sudah berani menggunakan bahan kimia dan
dan kriminalitas nampaknya bisa dipelajari
senjata tajam. Perilaku ini bukan fenomena
oleh seseorang karena desakan kebutuhan
biasa dan menjadi cermin kualitas kenakalan
yang harus dipenuhi. Adapun kejahatan seperti
remaja yang semakin meningkat”. Hal ini
menodong, perampasan, perampokan bahkan
sudah persoalan kriminal yang dilakukan
yang lagi marak saat ini adalah pembegalan,
pelajar. Tingkat kenakalannya sudah di luar
dapat dipelajari seseorang melalui film, berita
batas pelajar. Mulai dari cara melakukan
di berbagai media, media sosial, pergaulan
sampai melarikan diri setelah menyiramkan
sehari-hari atau bahkan langsung dari pelaku
air keras, perbuatan itu seperti pelaku kriminal
kriminalnya.
jalanan,” kata Kepala Dinas Pendidikan DKI
Kriminalitas atau kejahatan sekarang ini, Jakarta Taufik Yudi Mulyanto.
sudah dapat dikatakan kriminal murni yang Sumber: Kompas.com Rabu (7/10/2013)
dilakukan oleh pelaku. Desakan kebutuhan
“Kasus pembegalan motor di jalan
hidup merupakan dalih yang sering diungkapkan
Margonda Depok yang pelakunya masih usia
seorang pelaku dalam melakukan aksinya. Saat
remaja”
ini kejahatan yang sedang terjadi merupakan
pergerakan sindikat secara berkelompok, tak Sumber: TV One (20/02/2015)

130 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
“Kasus pembegalan yang marak tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga
saat ini terjadi, merupakan pergerakan perkelahian di tiga tempat sekaligus.
sindikat kejahatan secara berkelompok dan
Selain kasus-kasus tindak kriminal yang
merupakan kriminal murni yang dilakukan
dilakukan remaja tersebut di atas, ada yang
pelaku di kota-kota besar, dan sebagai
lebih memprihatinkan lagi sebagai bentuk
pelakunya diketahui masih berusia remaja”
pergeseran kualitas kenakalan remaja, yaitu
Sumber: TV One (20 Maret 2015) tentang kabar penyalahgunaan narkoba yang
mulai terbongkar di kalangan anak-anak dan
“Pelaku pencuri sepeda motor di Serang
remaja.
Banten tertangkap basah, ternyata pelaku
masih usia pelajar remaja” Kotak 3: Kasus narkoba yang dilakukan
Sumber: Kompas TV (13/02/2015) oleh anak remaja
“Kasus narkoba ini, terungkap oleh
Saat ini yang sering di jumpai dan terjadi di Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba)
jalanan, seperti penulis yang pernah melihat dan Polresta Samarinda di bulan November tahun
mengamati tindak kenakalan yang dilakukan 2014 lalu di jalan Hasan Basri, kelurahan
remaja, yaitu perkelahian antar kelompok, Temindung Permai, kecamatan Sungai
atau yang sering disebut tawuran antar pelajar. Pinang Samarinda, berhasil menciduk lima
Bahkan bukan hanya antar pelajar SMU, tapi orang tersangka yang kedapatan tengah
juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus berpesta narkoba jenis sabu-sabu. Yang
bahkan ke kampung-kampung atau sering mengejutkan tiga dari lima orang tersebut
disebut tawuran antar warga. Peristiwa tawuran masih berusia belasan tahun dan masih
ini sering terjadi hanya masalah sepele, seperti termasuk dalam kategori anak remaja”.
mempertahankan kelompoknya atau saling ejek
antar kelompok, ada yang mengatakan bahwa Sumber: Majalah SOCIETA (Majalah Inspiratif
Berwawasan Kesejahteraan Sosial.
berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.
Edisi VI/2014
Menurut data dari KPAI yang di tayangkan
Kasus narkoba ini, sebetulnya sudah
oleh Davit Setyawan (2014) di kota-kota besar
terendus sejak tahun 2004, kala itu Badan
seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran
Narkotika Nasioanal (BNN) melakukan servei
ini sering terjadi. Data di Jakarta misalnya
terhadap 13.710 responden. Didapati anak usia
(Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992
8 tahun yang menggunakan ganja dan anak
tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun
usia 10 tahun menggunakan narkoba dengan
1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan
jenis bervareasi berupa pil penenang, ganja dan
menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat
morfin. Secara keseluruhan, penelitian BNN ini
194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar
menyimpulkan rata-rata orang menggunakan
dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada
narkoba pertama kali pada usia 15 tahun.
230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta
2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban Pada tahun 2006, BNN kembali malakukan
meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat penelitian, dari hasil penelitian terungkap
dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan sebanyak 8.500 siswa sekolah dasar di
korban cenderung meningkat. Bahkan sering Indonesia mulai mengomsumsi bahkan sudah

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 131
kecanduan narkoba dalam satu tahun terakhir. sosiologis pada diri remaja memungkinkan
Dibandingkan tahun 2004, maka data tahun terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
2006 menunjukkan kanaikan kasus narkoba terbentuknya perasaan akan konsistensi
pada anak dan remaja lebih dari seratus persen. dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya
identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi
Sekarang ini kasus narkoba merupakan karena remaja gagal mencapai masa
pergeseran peningkatan kualitas kenakalan integrasi kedua.
yang dilakukan anak dan remaja yang sudah 2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak
sedemikian kompleks. Mereka sudah masuk bisa mempelajari dan membedakan tingkah
pusaran bisnis jaringan pengedar narkoba yang laku yang dapat diterima dengan yang tidak
terorganisir. Dari sisi hukum memang mereka dapat diterima akan terseret pada perilaku
sudah jelas berada pada yang terhukum. Namun ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
juga sesungguhnya anak dan remaja ini adalah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
korban yang sangat mungkin sengaja dijebak tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
atau dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
tujuannya untuk memuluskan jaringan narkoba dengan pengetahuannya.
internasional. Faktor eksternal:
1. Keluarga dan Perceraian orangtua,
Terlebih kasus narkoba ini sudah sampai
tidak adanya komunikasi antar anggota
tahap severe addiction, yaitu periode dimana keluarga, atau perselisihan antar anggota
individu hanya hidup dan berlaku untuk keluarga bisa memicu perilaku negatif
mempertahankan ketergantungannya, sama pada remaja. Pendidikan yang salah di
sekali tidak memperhatikan lingkungan sosial keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
dan dirinya sendiri, pada tahap ini biasanya anak, memberikan pendidikan agama, atau
sudah terlibat pada tindakan kriminal dan penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
dilakukan demi memperoleh zat adiktif yang menjadi penyebab terjadinya kenakalan
diinginkan. remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
Sudah jelas dengan survei BNN ini, memberi
tahu kepada masyarakat dan pemerintah, bahwa 3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang
bahaya narkoba sudah mengintai anak-anak kurang baik.
dan remaja di Indonesia. Tetapi sampai saat ini Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
belum terlihat adanya program-program yang remaja berupa tindakan kriminal boleh jadi
tersistematis untuk melindungi anak-anak dan membuat kita berpikir ulang mengenai integrasi
remaja dari cengkraman bahaya narkoba dan dalam masyarakat. Kenakalan remaja berupa
kriminalitas bagi masa depan kehidupannya. tindak kriminal bisa memberikan pengaruh yang
besar dalam masyarakat, meskipun pengaruh
Penyebab Kenakalan Remaja mereka tidaklah diinginkan (unintended). Karena
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan dengan maraknya pemberitaan kriminalitas
oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) di kalangan remaja mendorong kita bertanya
maupun faktor dari luar (eksternal). penyebab terjadinya tindakan tersebut.
Faktor internal: Salah satu tuduhan penyebab mengenai
1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan tingginya angka kriminalitas remaja atau

132 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
lebih tepatnya kenakalan remaja adalah Salah satu faktor lainnya yang juga harus
tidak berfungsinya keluarga dan/atau ketidak diperhatikan adalah peer group remaja tersebut.
berfungsian sosial masyarakat. Keluarga Teman sepermainan memegang peran penting
di anggap gagal dalam mendidik remaja dalam meningkatnya angka kriminalitas di
sehingga menyebabkan mereka melakukan kalangan remaja. Sebagaimana yang dikatakan
tindakan penyimpangan yang berujung dengan oleh Sutherland (1961), bahwa tindakan
diberikannya sanksi sosial oleh masyarakat. kriminal bukan lah sesuatu yang alamiah
Dengan dalih keamanan dan ketertiban, sanksi namun dipelajari, hal ini lah yang menyebabkan
yang diberikan justru menjadikan remaja pentingnya untuk melihat teman sepermainan
menjadi lebih sulit diatur. Dan hal ini pula yang remaja tersebut.
menyebabkan masyarakat di anggap gagal
Sementara menurut Rauf (2002) perilaku
dalam melakukan tindakan pencegahan atas
tindakan kriminalitas dapat dipengaruhi oleh
terjadinya perilaku menyimpang tersebut.
tiga kutub, yaitu:
Keluarga memegang peranan yang penting,
a. Kutub keluarga (rumah tangga), dalam
dan hal ini diakui oleh banyak pihak. Keluarga
berbagai penelitian yang telah dilakukan
merupakan elemen penting dalam melakukan dikemukakan bahwa anak/remaja yang
sosialisasi nilai, norma, dan tujuan-tujuan dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga
yang disepakati dalam masyarakat, dan yang kurang sehat/disharmonis keluarga,
tingginya angka kriminalitas remaja sebagai maka resiko anak untuk mengalami
konsekuensi dari tidak berjalannya aturan dan gangguan kepribadian menjadi kepribadian
norma yang berlaku di masyarakat dianggap antisoasial dan berperilaku menyimpang,
sebagai kesalahan keluarga. Jika melihat dari lebih besar dibandingkan dengan anak/
sisi teoritis, tentu saja bukan hanya keluarga remaja yang dibesarkan dalam keluarga
yang dipersalahkan, masyarakat pun dapat yang sehat/harmonis (sakinah). Kriteria
dipersalahkan dengan tidak ditegakkan aturan kondisi keluarga kurang sehat tersebut
secara ketat atau membantu sosialisasi norma menurut para ahli adalah, antara lain: 1)
dan tujuan dalam masyarakat. keluarga tidak utuh (broken home by death,
separation, divorce), 2) Kesibukan orang
Sarwono (1998), mengatakan bahwa tua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan
keluarga merupakan lingkungan primer pada orang tua dan anak di rumah, 3) Hubungan
setiap individu. Sebelum anak mengenal interpersonal antar anggota keluarga (ayah-
lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu ibu-anak) yang tidak baik (buruk), 4)
mengenal lingkungan keluarganya. karena itu Substitusi ungkapan kasih sayang orang tua
kepada anak, dalam bentuk materi daripada
sebelum anak-anak mengenal norma-norma dan
kejiwaan (psikologis).
nilai-nilai masyarakat, pertama kali anak akan
menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang Selain daripada kondisi keluarga
berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian tersebut diatas, berikut adalah rincian
kondisi keluarga yang merupakan sumber
dari kepribadiannya.Orang tua berperan penting
stres pada anak dan remaja:
dalam emosi remaja, baik yang memberi efek
positif maupun negatif. Hal ini menunjukkan 1. Hubungan buruk atau dingin antara ayah
bahwa orang tua masih merupakan lingkungan dan ibu
yang sangat penting bagi remaja. 2. Terdapat gangguan fisik atau mental
dalam keluarga

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 133
3. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kehidupan anak-anaknya, menurut Hirschi
kedua orang tua atau oleh kakek/nenek (dalam Mussen dkk, 1994) orangtua dari
4. Campur tangan atau perhatian yang remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang
berlebihan dari orang tua kepada anak minim mengenai anak-anaknya, menghindari
5. Sikap orang tua yang dingin dan tak keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan
acuh terhadap anak orangtua terhadap remaja. Sebaliknya, suasana
keluarga yang menimbulkan rasa aman
6. Orang tua yang jarang di rumah atau
terdapatnya isteri lain dan menyenangkan akan menumbuhkan
kepribadian yang wajar dan begitu pula
7. Kurang stimuli kognitif atau sosial
sebaliknya. Demikian juga dengan Hurlock
8. Lain-lain misalnya menjadi anak angkat, (1973) menyatakan banyak penelitian yang
dirawat di rumah sakit, kehilangan orang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja
tua, dan sebagainya. yang berasal dari keluarga yang penuh perhatian,
b. Kutub sekolah, kondisi sekolah yang tidak hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan
baik dapat mengganggu belajar-mengajar dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang
anak didik, yang pada gilirannya dapat baik dengan lingkungan disekitarnya.
memberikan peluang pada anak didik untuk
berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah Selanjutnya Tallent (1978) menambahkan,
yang tidak baik tersebut, antara lain: anak yang mempunyai penyesuaian diri
1. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak yang baik di sekolah, biasanya memiliki latar
memadai belakang keluarga yang harmonis, menghargai
2. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang pendapat anak dan hangat. Hal ini disebabkan
tidak memadai karena anak yang berasal dari keluarga yang
harmonis akan mempersepsi rumah mereka
3. Kuantitas dan kualitas pengajar
ekstrakulikuler yang kurang memadai sebagai suatu tempat yang membahagiakan
dalam hal membimbing dan membina karena semakin sedikit masalah antara
anak didiknya orangtua, maka semakin sedikit masalah yang
dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika
4. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
anak mempersepsi keluarganya berantakan
5. Kurikulum sekolah yang perlu ditinjau
atau kurang harmonis maka ia akan terbebani
kembali
dengan masalah yang sedang dihadapi oleh
6. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain orangtuanya tersebut.
sebagainya
c. Kutub masyarakat (kondisi lingkungan Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi
sosial), faktor kondisi lingkungan sosial perilaku kenakalan pada remaja adalah konsep
yang tidak sehat atau rawan dapat menjadi diri yang merupakan pandangan atau keyakinan
faktor yang kondusif bagi anak/remaja diri terhadap keseluruhan diri, baik yang
untuk berperilaku menyimpang. Faktor menyangkut kelebihan maupun kekurangan
kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam dua diri, sehingga mempunyai pengaruh yang
bagian, yaitu faktor kerawanan msyarakat besar terhadap keseluruhan perilaku yang
dan faktor daerah rawan (gangguan ditampilkan. Shavelson & Roger (1982)
kamtibmas). menyatakan bahwa konsep diri terbentuk dan
Memang tepat sekali, orang tua memegang berkembang berdasarkan pengalaman dan
peranan penting bagi perkembangan perilaku inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang

134 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
lain, atribut, dan tingkah laku dirinya. Kemudian anaknya tapi tidak memberikannya kasih
bagimana orang lain memperlakukan individu sayang. Hal ini sangat memicu kenakalan
dan apa yang dikatakan orang lain tentang remaja. Karena itu, luangkan waktu Anda
individu akan dijadikan acuan untuk menilai untuk anak, entah mendengarkan ceritanya
dirinya sendiri ( Mussen dkk, 1994). atau memberikan solusi atas masalah yang
dialaminya. Kebiasaan ini harus dibangun
Mengatasi Kenakalan Remaja sejak dini.
Bagaimana mengatasi kenakalan remaja 5. Temukan kesamaan
terutama pada lingkungan dalam keluarga, Para orangtua juga harus mampu temukan
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan kesamaan dengan anak remaja mereka.
seperti yang dilansir Helpguide.org, Rabu Dengan menemukan kesamaan, orangtua
(21/1/2015). dan anak remaja dapat melakukan kegiatan
bersama sehingga dapat menghindari anak
1. Menerapkan aturan dan konsekuensi
melakukan kegiatan negatif. Misalnya, para
Pada saat Anda dan anak remaja Anda ayah dapat mengajak anak lelakinya untuk
tenang, maka bicarakanlah tentang aturan melihat pertandingan sepak bola, sedangkan
di rumah beserta konsekuensinya. Ingat, ibu dan anak perempuannya dapat pergi
bicarakan dengan alasan yang masuk belanja ke pusat perbelanjaan.
akal. Jika anak remaja Anda tidak sepakat,
6. Mendengarkan tanpa memvonis
maka berdiskusilah. Jadikan aturan dan
konsekuensi yang dibuat sebagai keputusan Ketika Anda sedang berbicara dengan
bersama. anak, hindarilah ucapan-ucapan yang
sifatnya menghakimi, mengejek, menyela
2. Mengungkap ada apa di balik kenakalan
dan mengkritik. Sebab, seorang remaja
remaja.
sangat mudah tersinggung, bahkan oleh hal-
Para orangtua cenderung akan
hal yang sifatnya remeh. Dengan melakukan
menghakimi anak remaja atas apa yang
ini, maka anak remaja Anda akan merasa
dilakukannya tanpa mengetahui ada
lebih dihargai.
masalah apa di baliknya. Bersikap seperti
itu tidaklah adil bagi anak. Jadi, sebelum Dikatakan Ayuningtyas (2011) usaha yang
menghakimi anak yang berbuat nakal, tanya dilakukan dalam menanggulangi perilaku
baik-baik apa yang sebenarnya terjadi. kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi
3. Temukan cara redakan marah tindakan pencegahan (preventif), pengentasan
(curative), pembetulan (corrective), dan
Karena perubahan hormon, remaja akan
penjagaan atau pemeliharaan (preservative).
cenderung cepat marah. Karena itu, salah
Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan dengan
satu tugas orangtua adalah mengetahui
cara:
bagaimana cara untuk meredakan marah
pada anak tersebut. Banyak hal yang dapat 1. Usaha di lingkungan keluarga
dilakukan, misalnya membiasakan mereka a. Menciptakan keluarga yang harmonis,
dengan mendengarkan musik, menulis atau terbuka dan jauh dari kekacauan.
bermain game. Dengan keadaan keluarga yang seperti
4. Ada bersama anak ini, mengakibatkan anak-anak remaja
Terkadang, orangtua sibuk sendiri. lebih sering tinggal dirumah daripada
Mereka hanya memberikan uang pada keluyuran di luar rumah. Tindakan ini

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 135
lebih mendekatkan hubungan orang tua 3. Usaha di lingkungan masyarakat
dengan anaknya. a. Menegur remaja-remaja yang sedang
b. Memberikan kemerdekaan kepada melakukan tindakan-tindakan yang
anak remaja untuk mengemukakan telah melanggar norma.
pendapatnya dalam batas-batas b. Menjadi teladan yang baik bagi remaja-
kewajaran tertentu. Dengan tindakan remaja yang tinggal di lingkungan
seperti ini, anak-anak dapat berani tempat tinggal.
untuk menentukan langkahnya, tanpa
c. Mengadakan kegiatan kepemudaan di
ada keraguan dan paksaan dari berbagai
lingkungan tempat tinggal. Kegiatan
pihak. Sehingga mereka dapat menjadi
ini dilakukan bersama-sama dengan
lebih bertanggung jawab terhadap apa
melibatkan remaja-remaja untuk
yang mereka kerjakan.
berpartisipasi aktif.
c. Orang tua selalu berbagi pengalaman,
cerita dan informasi kepada anak-anak PENUTUP
remaja. Sehingga mereka dapat memilih Dari latar belakang dan beberapa kajian yang
figure dan sikap yang cocok unutk sudah diuraikan diatas, dapat diambil intisarinya
dijadikan pegangan dalam bertingkah
bahwa kenakalan remaja, sebenarnya “alamiah”
laku.
atau normal-normal saja dilakukan oleh remaja,
d. Orang tua sebaiknya memperlihatkan mengingat remaja memiliki karakter yang
sikap-sikap yang pantas dan dapat labil, egois, dan mengedepankan kesenangan
diteladani oleh anak-anak mereka.
di atas tindakan produktif dan positif. Ini yang
2. Usaha di lingkungan sekolah kemudian sesuai dengan hasil penelitian yang
a. Menegakkan disiplin sekolah yang wajar mengungkapkan bahwa remaja merupakan fase
dan dapat diterima siswa dan penghuni paling berbahaya dalam kehidupan seseorang
sekolah. Disiplin yang baik dan wajar dan 65% memiliki masalah di keluarga seperti
dapat diterapkan dengan pembentukan masalah keuangan, masalah percerian orang tua
aturan-aturan yang sesuai dan tidak dan anggota keluarga meninggal.
merugikan berbagai pihak.
b. Pelaksanaan peraturan dengan adil dan Pada masa remaja, hubungan sosial memiliki
tidak pandang bulu. Tindakan dilakukan peran yang sangat penting bagi remaja. Remaja
dengan cara memberikan sangsi yang mulai memperluas pergaulan sosialnya baik
sesuai terhadap semua siswa yang dengan teman sebayanya maupun bergaul
melanggar peraturan tanpa melihat dengan orang dewasa. Remaja lebih sering
keadaan orang tua siswa tersebut. berada diluar rumah bersama teman teman
Seperti siswa yang berasal dari keluarga sebayanya, karena itu dapat dipahami bahwa
terpandang atau pejabat. pengaruh dari teman sebayanya pada sikap,
c. Meningkatkan kerja sama dengan minat, penampilan,kegiatan dan perilaku lebih
masyarakat yang tinggal di lingkungan besar dari pada pengaruh orang tua. Untuk itu
sekitar sekolah. Dengan cara ini, peranan orang tua dan lingkungan sekitar harus
masyarakat dapat melaporkan langsung memberikan contoh-contoh yang baik kepada
penyimpangan-penyimpangan yang anak-anak khususnya pada anak remaja, karena
dilakukan siswa di luar pekarangan orang tua yang berperilaku dan berkepribadian
sekolah. Seperti bolos, tawuran, baik, maka akan baik pula yang akan diserap
merokok dan minum minuman keras.
oleh anak dan remaja.

136 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
Menurut informasi dari berbagai media tindak kriminal sebagai pembuktian atau
nasional bahwa pada masa sekarang ini, suatu kebanggaan dalam suatu komunitasnya
banyak dihadapkan persoalan yang dihadapi (contoh: geng motor), ditambah keterpaksaan
oleh masyarakat, terutama di kota besar dan mencari uang untuk memenuhi kebutuhan yang
bahkan sudah nampak sampai dipedesaan, diinginkan oleh dirinya sendiri, bahkan tindakan
yaitu mulai maraknya tindak kriminalitas yang kriminal lainnya adalah untuk mengomsumsi
dilakukan oleh kalangan remaja. Tentu saja narkoba sampai menjadi pengedar.Kemudian
tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja tindakan kriminalitas remaja ini, dipicu oleh
sudah sangat bervariasi, mulai dari tawuran pengaruh minuman keras dan narkoba agar
antarsekolah, perkelahian dalam sekolah, berani dan nekat dalam melakukan aksi
pencurian, perampokan, pembegalan, pemakai kriminalnya.
dan pengedar narkoba, hingga pemerkosaan
Tindakan kriminalitas bisa dilakukan
bahkan sampai pada pembunuhan.
oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria,
Kriminalitas atau tindak kriminal adalah dapat berlangsung pada usia anak remaja,
segala sesuatu yang melanggar hukum atau dewasa ataupun lanjut usia. Tindak kejahatan
sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas bisa dilakukan secara sadar misalnya, karena
disebut seorang kriminal. Sementara itu, dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat,
kriminalitas yang akhir-akhir ini marak dan oleh obsesi-obsesi atau bahkan desakan
dilakukan oleh pelajar merupakan suatu pemenuhan kebutuhan hidup. Kejahatan bisa
fenomena yang membuat hati kita tercengang. juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali
Para pelajar yang masih tergolong anak usia atau tidak sengaja untuk melakukan karena
remaja tersebut telah berani melakukan tindakan reflek naluri.
yang sangat tidak terpuji. Mereka mencuri,
Kenakalan remaja sudah mulai meningkat
merusak, memperkosa bahkan membunuh.
dan bergeser, bukan hanya sekedar kenakalan
Tindakan mereka ini sudah merupakan hal yang
biasa-biasa saja (normal) atau hanya sekedar
melanggar hukum.
iseng-iseng, akan tetapi kenakalan remaja
Segala penyimpangan yang terjadi saat ini sudah pada tindakan kriminalitas.
diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya Kejahatan memang bukan bawaan sejak lahir
adalah faktor internal, yaitu krisis identitas dalam dan kejahatan bisa dilakukan oleh siapapun,
dirinya dan kontrol diri yang lemah, serta faktor dan kriminalitas nampaknya bisa dipelajari
eksternal dari keluarganya serta masyarakat atau oleh seseorang karena desakan kebutuhan
lingkungan sosialnya seperti lingkungan sekolah yang harus dipenuhi. Adapun kejahatan seperti
atau lingkungan masyarakat yang kurang menodong, perampasan, perampokan bahkan
kondusif, kemudian juga pengaruh dari teman yang lagi marak saat ini adalah pembegalan,
sebaya, kemudian diperparah dengan minimnya dapat dipelajari seseorang melalui film, berita
pengawasan lembaga/institusi sekolah dan di berbagai media, media sosial, pergaulan atau
kepolisian untuk menanggulangi dan menindak bahkan langsung dari pelaku kriminalnya.
pelaku kriminalitas di kalangan remaja tersebut.
Desakan kebutuhan hidup merupakan dalih
Tindakan kriminalitas yang dilakukan yang sering diungkapkan seorang pelaku dalam
remaja muncul karena ada pemaksaan yang melakukan aksinya. Saat ini kejahatan yang
dipaksa oleh teman-temannya untuk melakukan sedang terjadi merupakan pergerakan sindikat

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 137
secara berkelompok tak sedikit yang melibatkan mencegah kenakalan dan kriminalitas di
anak usia remaja. Adapun kejahatan yang kalangan remaja, perlu kerjasama dari berbagai
dilakukan anak remaja yang lagi marak saat ini, elemen yang terkait, baik dalam keluarga,
adalah pembegalan atau perampasan motor dan pemerintahan selaku penegak hukum dan
pencurian. Kejahatan ini dilakukan dianggap tokoh-tokoh masyarakat untuk membiasakan
mudah dipelajari dan mudah dilakukan oleh hidup tentram dan damai dalam melakukan
pelaku kejahatan usia remaja, kemudian segala sesuatu sesuai dengan aturan hukum
hasil dari kejahatannya itu mudah juga untuk yang berlaku di masyarakat.
diuangkan atau dijual langsung.
Dalam menyikapi fenomena kriminalitas
Adapun usaha yang dilakukan dalam yang dilakukan remaja pada saat ini, yang
menanggulangi perilaku kenakalan remaja semakin nekat, berani tanpa rasa takut dan
dapat dikelompokkan menjadi tindakan terus meningkat, harus dilihat sisi psikologis
pencegahan (preventif), pengentasan (curative), individual pelaku, pola asuh keluarga, komunitas
pembetulan (corrective), dan penjagaan atau dan masyarakat secara luas. Kriminalitas remaja
pemeliharaan (preservative). Terkait dengan tidak hanya merugikan pihak secara individu dan
penanggulanngan kenakalan remaja dan keluarganya, namun semua elemen masyarakat
perlindungan anak mensyaratkan adanya sangat dirugikan dengan banyaknya kerusakan
komponen-komponen yang saling terkait yang fasilitas umum, kehilangan harta benda, bahkan
meliputi sistem kesejahteraan sosial bagi anak sampai kehilangan nyawa.
dan remaja serta keluarga, sistem peradilan
Sebagai saran, bagaimana dalam mengatasi
yang sesuai dengan standar internasional,
kenakalan dan kriminalitas yang dilakukan anak
dan mekanisme untuk mendorong perilaku
remaja berdasarkan kajian, sebagai berikut:
remaja yang tepat dalam masyarakat dan
lingkungannya. 1. Kegagalan mencapai identitas peran dan
lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
Selain itu diperlukannya kerangka hukum diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja
dan kebijakan serta program-program yang harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin
tersistematis guna mendukung sistem peradilan figur orang-orang dewasa yang telah
dan perlindungan anak dan remaja yang melampaui masa remajanya dengan baik
didukung oleh sistem data dan informasi. juga mereka yang berhasil memperbaiki diri
Kemudian pada tingkat masyarakat dibutuhkan setelah sebelumnya mengalami hal ini.
berbagai komponen yang harus disatukan dalam 2. Adanya motivasi dan pengawasan dari
rangkaian kesatuan pelayanan perlindungan keluarga, guru, teman sebaya untuk
anak remajauntuk mendorong kesejahteraan dan melakukan prinsip keteladanan dalam
perkembangan dalam kehidupannya, ditambah pengembangan karakter yang dibarengi
dengan meningkatkan kapasitas keluarga dan dengan pendalaman akhlak melalui
sekolah serta masyarakat untuk memenuhi pendidikan agama.
tanggung jawab mereka guna mencegah konflik 3. Kemauan orangtua untuk membenahi
lebih jauh. kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman
Dalam memberikan rasa nyaman dan bagi remaja, bila perlu orang tua dapat
perlindungan kepada anak remaja, serta dalam memenuhi keinginan atau kebutuhan yang
diinginkan oleh anak remaja

138 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015
4. Anak remaja agar pandai memilih teman Gunarsa, S,. D. (1988). Psikologi Remaja,
dan lingkungan yang baik, serta orangtua Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana remaja harus bergaul. Gunarsa, S., & Yulia, S.G. (2004). Psikologi
perkembangan anak dan remaja. Jakarta:
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh jika ternyata BPK Gunung Mulia.
teman sebaya atau komunitas yang ada Hurlock, E., B. (1973). Adolescent
tidak sesuai dengan harapan.
Development (4th ed). Tokyo: McGraw-
6. Perlu adanya kerjasama dari berbagai Hill Kogakusha Ltd.
elemen yang terkait, baik pemerintahan
selaku penegak hukum dan tokoh-tokoh Hurlock, E., B. ( 1979 ). An Introduction to
masyarakat untuk membiasakan hidup Theories of Learning. New Jersey
tentram dan damai dalam melakukan segala rentise Hall Inc.
sesuatu sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku di masyarakat, dengan melihat sisi Hurlock, B., E. (1999). Psikologi Perkembangan:
psikologis individual pelaku, pola asuh Suatu Pendekatan Sepanjamg Rentang
keluarga, komunitas dan masyarakat secara Kehidupan. Jakarta: Erlangga
luas.
Kurniasari, A., Gati, S., S., Harjanto., H., S.,
7. Perlunya kebijakan serta program-program
Sabarisman. M. (2009). Penelitian
perlindungan kepada anak dan remaja yang
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak
tersistematis untuk melindungi dari bahaya
di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP):
narkoba bagi masa depannya. Kiranya
semua perlu bertanggung jawab, secara Evaluasi Program Penanganan Anak
bersama-sama dalam memberantas narkoba Nakal. Jakarta: P3KS Press.
baik di lingkungan keluarga, sekolah,
Kartini, Kartono. (2005). Patologi Sosial.
masyarakat maupun lingkungan pergaulan
Jakarta: PT. RajaGrafindo.
teman sebayanya.
Kartini, Kartono. (2008). Patologi Sosial,
Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja
DAFTAR PUSTAKA Grafindo.
Ayuningtyas, N., Y. (2011) “Maraknya
Kriminalitas Di Kalangan Pelajar”. Masngudin., H., M., S. (2003), Kenakalan
Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Remaja Sebagai Perilaku Menyimpang
Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Hubungannya Dengan Keberfungsian
Negeri Yogyakarta. Sosial Keluarga: Studi Kasus di Pondok
Pinang Pinggiran Kota Metropolitan
Conger, J.J. (1977). Adolescent and Youth. New Jakarta, Jakarta: Departemen Sosial RI.
York: Harper and Row Publishers Inc.
Monks, F.J. (2002) Psikologi Perkembangan:
Demo, D.H. & Seven-Williams, R.C. 1984. Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
Devolopment Changing and Stability Cet. 14.: Yogyakarta: Gajah Mada
In Adolescent Self Concept. Journal of University Press
Devolopment Psychology, Vol. 2, No. 6,
p. 1100-1110. Monks, F.J,K & Haditono, S..R. (1999).
Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:

Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas, Nunung Unayah dan Muslim Sabarisman 139
Gadjah Mada University Press. New York: Litton Educational. Pub. Inc.

Mussen, P.H.., Conger, J.J., Kagan, J & Zahra. (2010). Remaja. http//: Zahra-abcde.
Huston, C.A.(1994). Perkembangan dan blogspot.com/2010/04/remaja.
Kepribadian Anak. (terjemahan). Edisi html?m=1. diunduh 21 Januari 2015.
Enam. Jakarta: Arcan.
Anonim.(2013). Kenakalan Remaja makin
Mu’tadin, Z. (2002). Remaja dan rokok, Mencemaskan. http;//Megapolitan.
http//:www. e-psikologi.com. di unduh kompas.com. diunduh Kamis 22 Januari
tanggal 13 Januari 2015 2015.

Mustaqim dan Abdul Wahid. (1991). Psikologi Anonim, Mengatasi Kenakalan Remaja. http//:
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. www. Helpguide.org, di unduhRabu 21
Januari 2015.
Rauf. (2002) Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Terhadap Remaja Dan Kamtibmas. Anonim, Berbeda Peran Satu Tujuan: Capaian
Jakarta: Bp. Dharma Bhakti. Bagi Anak, Cerita dari Indonesia:
UNICEF 2012.
Setyawan., D. (2014). Tawuran Pelajar
Memprihatinkan Dunia Pendidikian.
http://www.kpai.go.id/artikel/tawuran-
pelajar-memprihatinkan-dunia-
pendidikan. di unduh tanggal 9 Januari
2015.

Santrock, J., W. (2003). ADOLESCENCE;


Perkembangan Remaja, edisi keenam,
Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S., W. (2008). Psikologi Remaja.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Shavelson, B., J. & Roger, B. (1982). Self-


Concept: The Interplay of Theory
Methods. Journal of educational
Psychology, Vol. 72, No. 1, p.3-17

Sudarsono. (2012). Kenakalan Remaja:


Prevensi, Rehabilitasi, dan Resosialisasi.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutherland, E,.H. (1961). White Collar Crime.


New York, USA: Holt, Rinehart and
Winston, Inc.

Tallent, N. (1978). Psychology Of Adjusment:


Understanding Ourselves and of Hers.

140 Sosio Informa Vol. 1, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2015

You might also like