You are on page 1of 7

Jurnal Serambi PTK, Volume V, No.

2, Desember 2018 ISSN : 2355 -9535

Gambaran Kenakalan remaja pada Siswa di SMA Negeri 9


Banda Aceh
Rhiesqi Chintia Fonna

Sekolah Tinggi Ilmu Psikologi Harapan Bangsa


Email : rhiesqichintiaf@psikologi.harapanbangsa.ac.id

ABSTRAK

This study aims to: 1) Know the juvenile delinquency profile of class XI students
in Banda Aceh 9 High School; and 2) Knowing the juvenile delinquency profile
in class XI students of SMA 9 Banda Aceh based on the types of juvenile
delinquency. This study uses a quantitative approach with a descriptive method.
The number of adolescent population of students of Banda Aceh High School 9
totaled 194 students with a sample of 30 students using Simple Random
Sampling techniques. Data collection techniques using interview and
questionnaire methods. The data analysis technique used is the mean test. The
results of the study generally indicate that 73.33% of delinquency in adolescents
is in the moderate category, which means that juvenile delinquency has been
anticipated in the future so as not to multiply again, this is because of 30
adolescents only 4 adolescents who have not according to the norm. Thus, these
conditions should become the attention of both the school and the family towards
adolescents today, especially for parents of adolescents who are thorough
research schools. The results of research on juvenile delinquency in class XI
students at Banda Aceh High School 9 based on the types of juvenile
delinquency are known that it is known that 26.5% of the types of delinquency
that fight status are the highest dominating compared to other types, then
followed by types of delinquency material, delinquency of physical victims and
social victim delinquency. This explains that juvenile delinquency in class XI
students at Banda Aceh 9 Senior High School is more likely to be a type of
delinquency victim status, which is preferring to skip school, and denying
parental orders.
Keyword : juvenile delinquency

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui profil kenakalan remaja pada siswa
kelas XI di SMA Negeri 9 Banda Aceh; dan 2) Mengetahui profil kenakalan
remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Banda Aceh berdasarkan jenis-jenis
kenakalan remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode dekriptif. Adapun jumlah populasi remaja siswa SMA Negeri 9 Banda
Aceh berjumlah 194 siswa dengan sampel 30 siswa dengan menggunakan teknik
Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara
dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji mean. Hasil

58
Jurnal Serambi PTK, Volume V, No.2, Desember 2018 ISSN : 2355-9535

penelitian secara umum menunjukkan bahwa 73,33% kenakalan pada remaja


berada pada kategori sedang yang artinya kenakalan remaja yang terjadi sudah
menjadi antisipasi untuk ke depannya agar tidak bertambah banyak lagi, hal ini
dikarenakan dari 30 remaja hanya 4 remaja yang sudah melakukan perilaku yang
tidak sesuai dengan norma. Dengan demikian kondisi tersebut sudah seharusnya
menjadi perhatian baik pihak sekolah maupun keluarga terhadap remaja saat ini,
khususnya bagi orang tua remaja yang disekolah peneliti teliti. Hasil penelitian
tentang kenakalan remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Banda Aceh
berdasarakan jenis-jenis kenakalan remaja diketahui bahwa diketahui bahwa
26,5% jenis kenakalan yang melawan status adalah nilai tertinggi yang
mendominasi dibanding dengan jenis yang lain, kemudian diikuti jenis kenakalan
korban materi, kenakalan korban fisik dan kenakalan korban sosial. Hal tersebut
menjelaskan bahwa kenakalan remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri 9
Banda Aceh lebih cenderung pada jenis kenakalan korban status yaitu lebih suka
membolos sekolah, dan membantah perintah orang tua..
Kata kunci: Kenakalan Remaja

PENDAHULUAN
Remaja adalah usia yang sedang mencari jati diri atau identitas mereka. Saat
proses pencarian jati diri, biasanya remaja selalu ingin mencoba apa saja yang mereka
sukai dan cocok untuk diri mereka sendiri, disamping itu pula biasanya remaja mencari
bentuk dirinya kelak untuk masa depannya. Santrock, (2011) menyatakan bahwa
“Dalam masa mencari jati diri terhadap permasalahan-permasalahan yang sering
dialami oleh remaja yang cenderung kepada perilaku kenakalan remaja. Tingkat
agresifitas yang tinggi, minum-minuman keras, menggunakan narkoba, seks bebas,
tawuran , tindak kriminal, homoseksual, melarikan diri dari rumah merupakan contoh
dari permasalahan-permasalahan remaja yang disebut dengan kenakalan remaja.
Pada masa remaja, perilaku menyimpang tidak disebut dengan kejahatan
melainkan disebut dengan kenakalan remaja. Hal ini disebabkan karena remaja yang
masih masa pencarian jati diri dan ingin melakukan segala hal termasuk hal-hal yang
sifat negatif untuk sekedar coba-coba. Berbeda dengan orang dewasa yang melakukan
hal-hal negatif seperti tindak kriminal tersebut berdasarkan niat dari dalam diri. Jika
remaja melakukan perilaku menyimpang seperti kabur dari rumah, melanggar peraturan
sekolah, masuk geng motor, sehingga melakukan tindak kriminal seperti pencurian
maka itu disebut dengan kenakalan remaja. Sedangkan orang dewasa, yang melakukan
tidak kriminal disebut dengan kejahatan.
Hal tersebut mengacu pada pendapat Ali dan Asrori (2011) mendefinisikan
bahwa “kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang
biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini
dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hokum”.
Asmani (2012) mendefinisikan “kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/
tindakan remaja yang bersifat antisosial, melanggar norma sosial, agama, serta
ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat”. Sebelumnya Sarwono (2012)
“kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar
hukum”.
Petro Blos (dalam Sarwono, 2012) berpendapat bahwa “perkembangan remaja
pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping)”. Segala sifat dan
59
Rhiesqi Chintia Fonna

karakteristik remaja yang selalu ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu dapat membawa
dampak positif bila disalurkan kepada hal positif, tetapi juga akan membawa dampak
yang negatif bila disalurkan kepada hal-hal yang negatif. Hal ini yang bisa
menyebabkan timbulnya berbagai perilaku menyimpang pada remaja.
Sesungguhnya kenakalan pada remaja ini ada yang masih dalam konteks
sederhana hingga tidak disadari dan ada pula yang sudah meresahkan, hal ini
tergantung dari tindakan yang dilakukan itu termasuk ke dalam jenis kenakalan remaja
yang mana. Jensen (dalam Sarwono 2012) membagi kenakalan remaja menjadi empat
jenis, yaitu: kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain (perkelahian,
pemerkosaan, perampokan, pembunuhan), kenakalan yang menimbulkan korban materi
(perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasa), kenakalan sosialyang tidak
menimbulkan korban di pihak orang lain (pelacuran, penyalahgunaan obat), kenakalan
yang melawan status (membolos, minggat dari rumah).
Perkembangan dari kenakalan remaja tersebut dapat mengarah pada tingkat
perilaku yang menyimpang. Budirahayu (dalam Nurwoko dan Suyanto, 2004)
mendefinisikan “perilaku menyimpang sebagai perilaku dari para warga masyarakat
yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau nomor sosial yang
berlaku”. Masalah kenakalan remaja sendiri merupakan sebagian dari masalah-masalah
sosial yang dihadapi oleh masyarakat dan sudah lama menjadi bahan pemikiran.
Disamping itu suatu tindakan menyimpang dapat berkembang ketika perilaku dari si
penyimpang itu dapat penguatan (reinforcement) melalui keterlibatannya dengan orang
atau kelompok yang juga menyimpang
Kenakalan juga dipengaruhi karena kurangnya mengalami perhatian akan
perkembangan norma-norma dan disiplin di rumah tangganya. Seperti misalnya:
kelalaian dalam memelihara tingkah laku yang wajar antara anak dan orang tua, tak
pernah mengalami hukuman kurang setuju terhadap diambilnya tindakan-tindakan
pelanggaran sosial (Ahmadi, 1991).
Dalam kehidupan remaja SMA memang rentan akan terjadinya perilaku
menyimpang yang disadari atau tidak disadari, hal ini disebabkan karena kebutuhan
remaja untuk dapat diterima dalam lingkungan pergaulannya dan juga rasa
keingintahuan remaja yang cukup tinggi seperti mencoba-coba merokok, menggunakan
narkoba, dan lain sebagainya, serta kurangnya perhatian dari orang tua. Kenyataannya
remaja maupun sebagian orang tua menganggap kenakalan remaja hanyalah tingkah
laku yang sederhana, sebenarnya tidak hanya sebatas itu melainkan lebih luas yang
dapat dilihat dari pembagian golongan bentuknya, tergantung pada norma dan
peraturan yang dilanggarnya. Agar kenakalan yang masih sederhana tidak terus
meningkat menjadi lebih menghawatirkan dan agar dapat mengatasinya secara tepat
maka kita perlu melakukan penggolongan terhadap kenakalan remaja tersebut kepada
golongan bentuk yang sesuai.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, maka
yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran
Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 9 Banda Aceh?”

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Banda Aceh. Pendekatan penelitian
dilakukan secara kuantitatif, dengan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Banda Aceh yang berjumlah 194 siswa.
60
Jurnal Serambi PTK, Volume V, No.2, Desember 2018 ISSN : 2355-9535

Sampel yang digunakan dalam jumlah penelitian ini adalah 30 siswa yang diambil
sebesar 15 % dari jumlah populasi. Adapun teknik yang digunakan untuk pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Alat ukur yang
digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala kenakalan remaja
yang berdasarkan pada teori Jensen (dalam Sarwono 2011: 256) berupa skala likert
yang terdiri dari 56 item. Data dikumpulkan dengan menggunakan istrumen berupa
kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan hasil uji instrumen
tersebut, variabel kenakalan remaja terdiri dari 49 item pernyataan yang valid dengan
reliabilitas 0,811. Teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mean,
yang diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai kemudian dibagikan dengan jumlah
individu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis data penelitian tentang kenakalan remaja pada siswa kelas XI di
SMA Negeri 9 Banda Aceh, ini dapat dilihat pada table 1:

Tabel 1Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 9 Banda Aceh

Frekuensi Persentase Mean Standar


Variabel Kategori
(N) % Deviasi
Tinggi
4 13,33%
Sedang
Kenakalan Remaja 22 73,33% 94 13
13,33%
Rendah 4

Total 30 100 %

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa 73,33% kenakalan pada remaja berada


pada kategori sedang yang artinya kenakalan remaja yang terjadi sudah menjadi
antisipasi untuk ke depannya agar tidak bertambah banyak lagi, hal ini dikarenakan dari
30 remaja hanya 4 remaja yang sudah melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan
norma.
Hasil penelitian berikutnya tentang kenakalan remaja pada siswa kelas XI di
SMA Negeri 9 Banda Aceh berdasarkan jenis-jenis kenakalan remaja. Selanjutnya hasil
penelitian dapat di jabarkan pada tabel 2:

61
Rhiesqi Chintia Fonna

Tabel 2. Jenis Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 9 Banda
Aceh
Mean Standar
Jenis-jenis Kenakalan Remaja Persentase
N=30 Deviasi
Kenakalan yang menimbulkan korban 23,86 3,51 25,5%
fisik pada orang lain
Kenakalan yang menimbulkan korban 23,63 4,32 25,5%
materi
Kenakalan sosial yang tidak 21,53 5,57 23,4%
menimbulkan korban di pihak orang
lain
Kenakanan yang melawan status 25,00 4,44 26,5%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai mean jenis kenakalan yang
melawan status adalah nilai mean tertinggi yang mendominasi dibanding dengan jenis
lainnya, yaitu dengan skor 26,5%, diikuti jenis kenakalan korban materi, kemudian
kenakalan korban fisik dan kenakalan korban sosial. Hal tersebut menjelaskan bahwa
kenakalan remaja pada siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Banda Aceh lebih cenderung
pada jenis kenakalan korban status yaitu lebih suka membolos sekolah, dan membantah
perintah orang tua.

Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73,33% kenakalan remaja pada siswa kelas
XI di SMA Negeri 9 Banda Aceh berada pada kategori sedang yang artinya kenakalan
remaja yang terjadi sudah menjadi antisipasi untuk ke depannya agar tidak bertambah
banyak lagi, hal ini dikarenakan dari 30 remaja hanya 4 remaja yang sudah melakukan
perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Dengan demikian kondisi tersebut sudah
seharusnya menjadi perhatian baik pihak sekolah maupun keluarga terhadap remaja
saat ini, khususnya bagi orang tua remaja yang disekolah peneliti teliti. Untuk
mengantisipasi meningkatkanya kenakalan remaja bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah maupun intansi yang terkait seperti Wilayatul Hisbah (WH) yang
selalu merazia remaja yang nakal baik di tempat-tempat wisata maupun di sekolah-
sekolah, namun kondisi ini perlu dukungan pihak sekolah dan orang agar dapat
bekerjasama untuk sama-sama menjadi tanggungjawab dalam mendidik anak mereka
masing-masing.
Hasil penelitian berikutnya tentang kenakalan remaja pada siswa kelas XI di
SMA Negeri 9 Banda Aceh berdasarkan jenis-jenis kenakalan remaja diketahui bahwa
nilai mean jenis kenakalan yang melawan status adalah nilai mean tertinggi yang
mendominasi dibanding dengan faktor yang lainnya, yaitu dengan skor 26,5%, diikuti
oleh jenis kenakalan yang menimbulkan korban Materi, kemudian kenakalan yang
menimbulkan korban fisik dan yang terendah pada kenakalan korban social.
Kenakalan remaja di sekolah lebih cenderung pada jenis kenakalan korban status
yaitu lebih suka membolos sekolah, dan seringnya membantah perintah orang tua.
Perilaku suka membolos bisa saja disebabkan oleh kurangnya control diri pada remaja
tersebut (Aroma dan Suminar, 2012). Di samping itu remaja tersebut lebih suka
melawan orang tua. Perilaku melawan orang tua dipengaruhi oleh pola asuh. Pola asuh
yang otoriter cenderung menyebabkan anak melawan orang tua (Aini, 2014).
62
Jurnal Serambi PTK, Volume V, No.2, Desember 2018 ISSN : 2355-9535

Di samping faktor keluarga, lingkungan, teman sebaya misal remaja yang suka
minggat dari rumah atau suka melawan orang tua itu dikarenakan kurangnya perhatian
dari kedua orang tua, orang tua lebih suka memberi perhatian dengan memenuhi
kebutuhan secara materi, namun kurang memenuhi kebutuhan yang bersifat secara
psikologis. Untuk mendidik anak sampai menjadi remaja yang baik, perlu dipenuhi
kebutuhan yang komplit dalam arti anak sangat memerlukan kebutuhan baik jasmani
maupun rohani dan itu perlu di berikan sejak usia kanak-kanak agar pertumbuhan dan
perkembangan menjadi lebih baik. Jika kedua kebutuhan ini dapat dipenuhi, maka kita
dapat lebih optimis bahwa tidak akan terjadi kenakalan remaja tersebut.
Untuk meminimalisir kenakalan remaja pihak sekolah hendaknya dapat
memperbanyak kegiatan ekstrakurikuler dan dibina lebih baik lagi oleh tiap sekolah,
dengan harapan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi peningkatan kreatifitas
siswa sehingga bisa mencegah terjadinya kenakalan remaja. Pihak sekolah juga dapat
membantu siswa untuk mengenali potensi-potensi yang dimiliki agar dapat
meningkatkan konsep diri siswa, serta dapat meminimalisir kenakalan yang dapat
menurunkan konsep diri siswa yang negatif. Perhatian guru kepada siswa juga dan
pembinaan kepada siswa yang sering mengalami masalah pelanggaran tata tertib
sekolah dan dalam beraktivitas di lingkungan sekolah dapat ditingkatkan, sehingga
pelanggaran dapat diminimalisir. Pemahaman keagamaan oleh siswa juga dapat
membentengi diri dari perilaku kenakalan remaja. Dalam pergaulan, siswa harus lebih
selektif memilih teman, sebaiknya siswa memilih teman yang akan mengarahkan
perilakunya pada hal yang baik. Siswa pun harus dapat memilah perilaku ataupun
pandangan yang akan dianutnya agar tidak kehilangan identitas dirinya karena terlalu
ingin diterima oleh lingkungan sosialnya.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
kenakalan remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 9 Banda Aceh berada pada kategori
sedang yang artinya kenakalan remaja yang terjadi sudah menjadi antisipasi untuk ke
depannya agar tidak bertambah banyak lagi. Jenis-jenis kenakalan remaja yang
ditemukan adalah melawan status, korban materi, korban fisik, dan korban social.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. Psikologi Sosial, edisi revisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1991.
Aini, L.N. 2014. Hubungan Pola asuh orang tua dengan Kenakalan Remaja di
Kecamatan Sodoardjo.
http://jurnalonline.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jkk/article/view/59
Ali, M. & Asrori, M. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT.
Bumi Aksara. 2011.
Aroma, I.S & Suminar, 2012. Hubungan antara Tingkat Kontrol Diri dengan
Kecenderungan Prilaku Kenakalan Remaja.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/110810241_ringkasan.pdf
Asmani, J. M. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, catatan pertama,
Jogjakarta. 2012.
Narwoko D. J & B. Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Penada
Media. 2004.
63
Rhiesqi Chintia Fonna

Santrock, John W. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. 2011.


Sarwono, S. W. Psikologi remaja edisi revisi,catatan lima belas, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2012.

64

You might also like