You are on page 1of 12

Volume 1, Nomor 2 April, 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)

ISSN 2623-1581 (Print)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NARAPIDANA REMAJA


PUTRA MELAKUKAN SEXUAL HARRASMENT DI LP KELAS II B
KOTA PEKANBARU

Erlinawati1 Riza Hasanah2


Dosen D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pahlwan Tuanku Tambusai1
email :erlinawati.ttpku@yahoo.com
Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pahlwan Tuanku Tambusai2

ABSTRACT

Sexual harassment (sexual harassment) occur due to several


contributing factors that exposure to pornography, environment and peer
influence. Where a state of their desire to perform sexual harrrasment who
supported the state and provoked by the influence of friends at the time. Based on
data from the LP Class II B Pekanbaru City in 2013, cases of sexual abuse
committed by a group of teenagers category there were 24 people. Whereas in
2014 cases of sexual abuse committed by a group of teenage category, there were
34 people. This illustrates that an increasing number of sexual offenders in the
city of Pekanbaru. The purpose of this study was to determine the factors that
influence young inmates in doing sexual harrasment at LP II Class B Pekanbaru.
This study design was cross-sectional. The population is all young inmates in II
Class B LP Pekanbaru City with a total sample of 72 people and the sampling
technique with a total sampling. The survey results revealed an association of
exposure pornography, environmental and peers with the incidence of sexual
harrasment with p value (0.022, 0.008, and 0.019) it explains the correlation of
these factors with the incidence of sexual harrasment. It is expected that the
prison can cooperate with health workers in providing information about the
impact of sexual harrasment, so the inmates related sexual problems harrasment
be aware of the fault on all of that and do not want to do sexual harrasment when
they were released from prison later

Keywords : Pornography Exposure, Environmental, Peer Influence, Sexual


harrasment
Bilbiogrhapy: 31 (2002-2013)

PENDAHULUAN mengoptimalkan tumbuh


Remaja merupakan generasi kembangnya, sedangkan pengalaman
masa depan, sehingga sudah menjadi buruk dapat mengganggu tumbuh
kewajiban kita untuk menjaga agar kembangnya. Ada beberapa hal yang
anak dapat melewati masa tumbuh bias menghancurkan hidup seorang
kembangnya dengan rasa aman dan anak, yaitu penyalahgunaan seks
nyaman. Pengalaman yang antara lain pornografi, aborsi, zina,
menyenangkan di masa kecil akan dan pembunuhan, sedangkan

PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 95


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

narkoba dianggap mempunyai andil tercatat 6 dari 10 anak diseluruh


dalam peningkatan seks bebas dunia, yang total jumlahnya
dikalangan remaja. Selain itu mencapai 1 miliar, mengalami
pelecehan seksual juga berpengaruh kekerasan fisik antara usia 2-14
pada kehidupan remaja dimasa tahun. Berbekal data dari 190 negara,
mendatang (Yusmira. 2009). UNICEF mencatat bahwa seluruh
Salah satu pelecehan seksual anak-anak di dunia secara terus
yang sering terjadi pada remaja putri menerus dilecehkan secara fisik
adalah sexual harrasment merupakan maupun emosional mulai dari
gangguan yang berhubungan dengan pembunuhan, tindakan seksual,
seksualitas contohnya seperti bullying, dan penegakkan disiplin
godaan, usikan, colekan dan lainnya. yang terlalu kasar (Dayli, 2012).
Pelecehan seksual (sexual Pelecehan seksual di Amerika
harassment) adalah segala macam Utara dialami oleh sekitar 15%-25%
bentuk perilaku yang berkonotasi wanita dan 5%-15% diantaranya
atau mengarah kepada hal-hal adalah remaja. Sebagian besar pelaku
seksual yang dilakukan secara pelecahan seksual adalah orang yang
sepihak dan tidak diharapkan oleh dikenal oleh korban mereka sekitar
orang yang menjadi sasaran, 30% adalah keluarga dari anak,
sehingga menimbulkan reaksi negatif paling sering adalah saudara laki-
(Intan, 2010). laki, ayah, paman, ataus epupu,
Sexual harassment bersifat sekitar 60% adalah kenalan lainnyas
merendahkan, menakutkan, dan eperti 'teman', keluarga, pengasuh,
terkadang menggunakan kekerasan atau tetangga, orang asing adalah
fisik. Dampaknya bias bertahan pelanggar sekitar 10% dalam kasus
lama, bahkan bertahun-tahun, dan penyalahgunaan seksual anak (Dayli,
dapat menimbulkan konsekuensi 2012).
yang berkaitan dengan psikologis Data yang diperoleh dari
dan kesehatan (Pantiawati, 2011). Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Jhonson, (2010) menyatakan, (KPAI), kasus pelecehan seksual
remaja yang mengalami sexual mengalami peningkatan dari tahun
harassment cenderung mengalami ke tahun. Pada tahun 2013 kasus
penurunan kepercayaan diri dan tercatat 543 anak di Indonesia
kepercayaan terhadap orang lain. mengalami pelecehan seksual dan
Selain itu sekitar 54% remaja yang tahun 2014 kasus meningkat menjadi
mengalami sexual harassment 621 kasus (KPAI, 2014).
menutup diri kepada orang lain dan Pelecehan seksual pada
46% lainnya justru terlibat seks remaja juga terjadi di Kota
bebas, hal ini disebabkan sebagai Pekanbaru, menurut data yang
bentuk pelampiasan emosional diperoleh dari Polrestas Kota
ketidak terimaan mereka karena Pekanbaru, jumlah kasus pelecehan
mendapatkan perlakukan sexual sekual pada anak remaja tahun 2013
harassment. tercatat 43 kasus dan tahun 2014
Laporan UNICEF tahun 2010 meningkat menjadi 52 kasus (Vinna,
tercatat 1 dari 10 anak perempuan di 2014).
dunia mengalami pelecehan Menurut Jhonson, dkk,
seksual. Sementara, pada tahun 2011 (2012), remaja yang mengalami
PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 96
Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

kekerasan seksual cenderung Sedangkan pada tahun 2014 kasus


mengalami penurunan kepercayaan pelecehan seksual yang
diri dan kepercayaan terhadap orang dilakukanoleh kelompok kategori
lain. Selain itu sekitar 54% remaja remaja tercatat sebanyak 34 orang.
yang mengalami kekerasan seksual Hal ini menggambarkan bahwa
menutup diri kepada orang lain dan terjadi peningkatan jumlah pelaku
56% lainnya justru terlibat seks pelecehan seksual di Kota
bebas, hal ini disebabkan sebagai Pekanbaru. Berdasarkan survey
bentuk pelampiasan emosional awal yang dilakukan di LP Kelas II
ketidak terimaan mereka karena B Kota Pekanbaru pada tanggal 09
kekerasan seksual. Pada dasarnya Oktober 2015, diketahui jumlah
kekerasan seksual pada remaja putri kasus kejahatan yang dilakukan oleh
dapat dicegah dengan cara kelompok umur remaja (18-19
memeberikan pendidikan kesehatan tahun) yaitu berjumlah 72 orang.
reproduksi yaitu menyangkut Berdasarkan latar belakang diatas
bagaimana cara mencegah hal peneliti tertarik untuk membuat
tesebut. Banyak remaja putri yang penelitian dengan judul“Faktor-
tidak mengetahui tentang masalah Faktor Yang Mempengaruhi
kesehatan reproduksi, hal ini Narapidana Remaja Putra Dalam
mengakibatkan remaja rentan Melakukan Sexual Harrasment
mengalami pelecehan seksual. DiLembaga Permasyarakatan (LP)
Menurut Vincen (2010), ada Kelas II B Kota Pekanbaru”.
beberapa faktor yang berhubungan Penelitian ini bertujuan untuk
dengan kejadian seksual harasment mengetahui faktor-faktor yang
pada remaja yaitu, 1) keterpaparan mempengaruhi narapidana remaja
pornografi, yang mana pada remaja putra melakukan sexual harrasment
memiliki rasa ingin tahu yang kuat di LP Kelas II B Kota Pekanbaru.
tentang masalah seksualitas sehingga
banyak dari mereka yang mencari METODE PENELITIAN
informasi dari berbagai media salah Jenis penelitian yang
satunya adalah internet yang banyak digunakan adalah kuantitatif dan
memamaparkan pornografi. 2) Selain desain penelitian ini adalah cross
dari pada itu juga dapat disebabkan sectional. Penelitian ini
karena faktor kondisi lingkungan dilaksanakan di LP Kelas II B Kota
tempat tinggal 3) Perngaruh teman Pekanbaru, pada bulan Oktober
sebaya. Pada remaja terman sebaya hingga Desember tahun 2015.
merupakan orang paling sering Populasi adalah seluruh narapidana
diikuti perilaku, sehingga pengaruh remaja putra yang ada di LP Kelas II
perilaku B Kota Pekanbaru dengan jumlah
Berdasarkan data yang sampel sebanyak 72 orang dan
diperoleh dari LP (Lembaga teknik pengambilan sampel dengan
Permasyarakatkan) Kelas II B Kota total sampling. Pengambilan data
Pekanbaru tahun 2013, kasus menggunakan data primer dan alat
pelecehan seksual yang dilakukan ukur kuesioner. Analisa data
oleh kelompok kategori remaja dilakukan dengan dua cara yaitu
tercatat sebanyak 24 orang. univariat dan bivariat.

PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 97


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Narapidana Remaja Putra Berdasarkan keterpaparan
pornografi, faktor lingkungan, teman sebaya, dan kejadian seksual harrasment
di LP Kelas II B Kota Pekanbaru Tahun 2015
No Variabel Jumlah %
.
1. Kejadian seksual harrasment
a. Ya 34 47,2
b. Tidak 38 52,8
2. Keterpaparan pornografi
a. Pernah 44 61,1
b. Tidak pernah 28 38,9
3. Faktor lingkungan
a. Berisiko 40 55,6
b. Tidak berisiko 32 44,4
4. Teman sebaya
a. Pernah 46 63,9
b. Tidak pernah 26 36,1
Total 72 100

Berdasarkan tabel 4.1diketahui dari 72 responden sebagian besar tidak pernah


mengalami kejadian seksual harrasment sebanyak 38 orang (52,8%), pernah
terpapar pornografi sebanyak 44 orang (61,1%), memiliki lingkungan yang
berisiko sebanyak 40 orang (55,6%) dan pernah mendapat pengaruh dari teman
sebaya sebanyak 46 orang (63,9%).

3. Analisa Bivariat
a. Hubungan Keterpaparan Pornografi Dengan Kejadian Seksual Harrasment Pada
Narapidana Di LP Kelas II B Kota Pekanbaru
Tabel 4.2 Hubungan Keterpaparan Pornografi Dengan Kejadian Seksual
Harrasment Pada Narapidana Di LP Kelas II B Kota Pekanbaru tahun 2015
Keterpaparan Kejadian seksual (%) Total (%) POR
pornografi harrasment P
Ya % Tidak value

Pernah 26 59,1 18 40,9 44 100 0,022 3,611


Tidak 8 28,6 20 71,4 28 100
Total 34 47,2 38 52,8 72 100

Dari tabel 4.2dari 72 responden, diketahui sebanyak 44 orang yang pernah


terpapar ponografi, terdapat 18 orang (40,9%) yang tidak melakukan seksual
harrasment. Selain itu, dari 28 orang responden yang tidak pernah terpapar
pornografi, terdapat 8 orang (28,6%) diantaranya melakukan seksual
harrasment. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue yaitu 0,022
<0,05artinya bahwa terdapat hubungan keterpaparan pornografi dengan
kejadian seksual harrasment di LP Kelas II B Kota Pekanbaru tahun 2015,

PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 98


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

dengan nilai POR = 3,611 yang artinya responden yang pernah terpapar
pornografi memiliki peluang 4 kali untuk melakukan seksual harrasment.

b. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Seksual Harrasment


Pada Narapidana Di LP Kelas II B Kota Pekanbaru

Tabel 4.3 Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Seksual


Harrasment Pada Narapidana Di LP Kelas II B Kota
Pekanbaru Tahun 2015

Faktor Kejadian seksual (%) Total (%) POR


lingkungan harrasment P
Ya % Tidak value

Berisiko 25 62,5 15 37,5 40 100 0,008 4,259


Tidak berisiko 9 28,1 23 71,9 32 100
Total 34 47,2 38 52,8 72 100

Dari tabel 4.3diketahui dari 72 responden, diketahui sebanyak 40 orang


yang menyatakan lingkungan tempat tinggal berisiko terdapat 15 orang
(37,5%) yang tidak melakukan seksual harrasment. Selain itu, dari 32
orang responden yang menyatakan lingkungan tempat tinggal tidak
berisiko terdapat 9 orang (28,1%) yang melakukan seksual harrasment.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh Pvalue yaitu 0,015<0,05artinya
bahwa terdapat hubungan faktor lingkungan dengan kejadian seksual
harrasment di LP Kelas II B Kota Pekanbaru tahun 2015, dengan nilai
POR = 4,259 yang artinya responden yang menyatakan lingkungan
tempat tinggal berisiko memiliki peluang 4 kali untuk melakukan seksual
harrasment.

c. Hubungan Pengaruh Teman Sebaya Dengan Kejadian Seksual


Harrasment Pada Narapidana Di LP Kelas II B Kota Pekanbaru
Tabel 4.4 Hubungan Pengaruh Teman Sebaya Dengan Kejadian
Seksual Harrasment Pada Narapidana Di LP Kelas II B
Kota Pekanbaru Tahun 2015

Pengaruh Kejadian seksual (%) Total (%) POR


teman sebaya harrasment P
Ya % Tidak value

Pernah 27 58,7 19 41,3 46 100 0,019 3,857


Tidak pernah 7 26,9 19 73,1 28 100
Total 34 47,2 38 52,8 72 100

PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 99


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Dari tabel 4.4diketahuidari 72responden, diketahui sebanyak 46 orang


yang pernah mendapatkan pengaruh dari teman sebaya, terdapat 19
orang (41,3%) yang tidak melakukan seksual harrasment. Selain itu, dari
28 orang responden yang tidak pernah mendapatkan pengaruh dari teman
sebaya, terdapat 7 orang (26,9%) melakukan seksual
harrasment.Berdasarkanhasil uji chi square diperoleh Pvalue yaitu
0,019<0,05 artinya bahwa terdapat hubungan pengaruh teman sebaya
dengan kejadian seksual harrasment di LP Kelas II B Kota Pekanbaru
tahun 2015, dengan nilai POR = 3,857 yang artinya responden yang
pernah mendapatkan pengaruh dari teman sebaya memiliki peluang 4 kali
untuk melakukan seksual harrasment.

PEMBAHASAN rasa ingin tahu tentang masalah


A. Hubungan Keterpaparan seksual juga lebih tinggi hal ini
Pornografi Dengan Kejadian membuat remaja sering mencari
Seksual Harrasment Pada informasi dari berbagai media
Narapidana Di LP Kelas II B salah satunya adalah internet.
Kota Pekanbaru Sementara itu di media tersebut
Berdasarkan hasil banyak situs porno yang beredar.
penelitian diketahui dari Hal ini menimbulkan rasa lebih
72responden, diketahui penasaran yang lebih kuat pada
sebanyak 44 orang yang pernah remaja dan tidak jarang banyak
terpapar ponografi, terdapat 18 remaja yang mempraktikannya.
orang (40,0%) yang tidak Hal ini yang mengakibatkan
melakukan seksual harrasment. remaja sering melakukan
Selain itu, dari 28 orang tindakan yang mengarah pada
responde yang tidak pernah pelecehan seksual.
terpapar pornografi, terdapat 8 Hal ini sejalan dengan
orang (28,6%) diantaranya penelitian Muzila (2010), yang
melakukan seksual harrasment. berjudul faktor yang
Berdasarkan hasil uji statistik mempengaruhi tindak pelecehan
diperoleh Pvalue yaitu seksual pada korban oleh
0,022<0,05artinya bahwa narapidana di LP Cipinang.
terdapat hubungan keterpaparan Dimana hasil penelitian diperoleh
pornografi dengan kejadian terdapat hubungan antara
seksual harrasment di LP Kelas keterpaparan pornografi dengan
II B Kota tindak pelecehan seksual pada
Pekanbaru tahun 2015, dengan korban denga nilai p = 0,009 <
nilai POR = 3,611 yang artinya 0,05. Menurut penelitian Giana
responden yang pernah terpapar (2011), untuk mengukur
pornografi memiliki peluang 4 keterpaparan pornografi, dapat
kali untuk melakukan seksual dilakukan dengan menyebarkan
harrasment. kuesioner yang terdiri dari
beberapa pertanyaan yang
Pada remaja dorongan sifatnya mengarah pada
seksual sangat kuat, selain itu pornografi seperti melihat
PREPOIF Jurnal Kesehatan MasyarakatPage 100
Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

tayangan atau gambar porno, berdasarkan kenyataan


senang menonton pornografi, dilapangan hasil wawancara
memiliki koleksi VCD, gambar penulis dengan responden
atau media yang ada pornografi. terdapat juga sebagian dari
Jika responden menjawab “Ya” mereka yang dalam kategori
pada salah satu pertanyaan, hal tindak pidana bukan pelecehan
ini sudah mengindikasikan seksual, 10 orang dari mereka
bahwa responden tersebut pernah melakukan seksual
terpapar pornografi. harrasment akan tetapi perbuatan
Berdasarkan hasil mereka tidak dibawa ke jalur
penelitian dan teori diatas hukum, karena sifat pelecehan
peneliti berasumsi bahwa adanya mereka masih bersifat rendah
hubungan keterpaparan yaitu hanya menyiul dan
pornografi dengan kejadian menggoda wanita.
seksual harrasment di LP Kelas B. Hubungan Faktor Lingkungan
II B Kota Pekanbaru, hal ini Dengan Kejadian Seksual
disebabkan oleh karena sebagian Harrasment Pada Narapidana
besar dari mereka pernah Di LP Kelas II B Kota
terpapar pornografi dan Pekanbaru
melakukan seksual harrasment.
Kondisi ini membuat mereka Berdasarkan hasil
terangsang secara seksual dan penelitian diketahui, dari 72
ingin melakukan tindakan responden, diketahui sebanyak 40
seksual harrasment. Selain itu orang yang menyatakan
dari hasil penelitian diperoleh lingkungan tempat tinggal
bahwa terdapat responden yang berisiko 15 orang (37,5%) yang
terpapar pornografi namun tidak tidak melakukan seksual
melakukan seksual harrasment, harrasment. Selain itu, dari 32
hal ini disebabkan oleh karena orang responden yang
faktor lain yaitu faktor sebagian menyatakan lingkungan tempat
dari mereka berstatus sudah tinggal tidak berisiko terdapat 9
memiliki pasangan hidup (istri) orang (28,1%) yang melakukan
sehingga ketika mereka seksual harrasment. Berdasarkan
terangsang secara seksual karena hasil uji statistik diperoleh Pvalue
menonton atau melihat tayangan yaitu 0,015<0,05 artinya bahwa
pornografi, mereka dapat terdapat hubungan keterpaparan
melampiaskan hasratnya kepada pornografi dengan kejadian
pasangannya. Kemudian dari seksual harrasment di LP Kelas II
pada itu, terdapat juga beberapa B Kota Pekanbaru tahun 2015,
responden yang tidak terpapar dengan nilai POR = 4,259 yang
pornografi namun tetap artinya responden yang
melakukan seksual harrasment menyatakan lingkungan tempat
hal ini disebabkan oleh karena tinggal berisiko memiliki peluang
mereka kurang mendapatkan 4 kali untuk melakukan seksual
pendidikan seks dari orang tua harrasment.
mereka. Selain dari pada itu,

PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 101


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Lingkungan dapat besar dari mereka menyatakan


mempengaruhi kejadian tindak melakukan kejahatan seksual
kejahatan. Tempat-tempat yang ditempat yang sepi. Kondisi ini
sepi sering dijadikan pusat para membuat mereka leluasa untuk
pelaku kejahatan untuk melakukan aksi kejahatannya.
melakukan tindakannya. Salah Selain itu dari hasil penelitian
satunya pelecehan seksual. diperoleh bahwa terdapat
Banyak korban pelecehan yang responden yang bahwa
mengaku dilecehkan ketika lingkungan berisiko namun tidak
mereka berada di lingkungan yang melakukan seksual harrasment,
sepi ketika hendak berpergian. hal ini disebabkan oleh karena
Kondisi jalan yang sepi membuat faktor lain yaitu faktor sebagian
para pelaku mudah melakukan dari mereka tidak mau melakukan
aksinya. Pelecehan seksual juga hal tersebut. Kemudian dari pada
tidak hanya terjadi pada tempat- itu, terdapat juga beberapa
tempat yang sepi. Ditempat responden yang menyatakan
angkutan umum juga sering bahwa lingkungan tidak berisiko
terjadi pelecehan seksual, seperti namun tetap melakukan seksual
didalam bis kota, angkot dan harrasment hal ini disebabkan
lainnya. Selain itu, menurut oleh karena faktor lain yaitu
Wijaya (2011), berpakaian dan keterpaparan pornografi yang
berpenampilan yang sexy dan dapat merangsang birahi mereka
menggoda juga dapat untuk melakukan kejahatan
mengundang terjadinya pelecehan seksual seperti pencabulan pada
seksual ditempat yang ramai anak dibawah umur ataupun
seperti wanita cantik yang melakukan pemerkosaan. Selain
mempromosikan suatu barang dari pada itu, sebagian responden
kepada orang lain atau yang mengaku juga pernah melakukan
disebut SPG. seksual harrasment ditempat yang
Hal ini sejalan dengan ramai seperti bus kota yang
penelitian Muzila (2010), yang berdesak-desakan sehingga
berjudul faktor yang mereka lebih mudah melakukan
mempengaruhi tindak pelecehan aksi pelecehan di tempat tersebut.
seksual pada korban oleh
narapidana di LP Cipinang.
Dimana hasil penelitian diperoleh C. Hubungan Pengaruh Teman
terdapat hubungan antara faktor Sebaya Dengan Kejadian
lingkungan dengan tindak Seksual Harrasment Pada
pelecehan seksual pada korban Narapidana Di LP Kelas II B
denga nilai p = 0,019 < 0,05. Kota Pekanbaru
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil
dan teori diatas peneliti berasumsi penelitian diketahui, dari 72
bahwa adanya hubungan antara responden, diketahui sebanyak
lingkungan dengan kejadian 46 orang yang pernah
seksual harrasment di LP Kelas II mendapatkan pengaruh dari
B Kota Pekanbaru, hal ini teman sebaya, terdapat 19 orang
disebabkan oleh karena sebagian (41,3%) yang tidak melakukan

PREPOIF Jurnal Kesehatan MasyarakatPage 102


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

seksual harrasment. Selain itu, bersifat positif biasanya


dari 28 orang responden yang memberikan pengaruh yang baik
tidak pernah mendapatkan dan meningkatkan kualitas hidup
pengaruh dari teman sebaya, mereka menjadi lebih baik.
terdapat 7 orang (26,9%) Sedangkan pengaruh teman
melakukan seksual sebaya yang negatif yaitu
harrasment.Berdasarkanhasil sifatnya memberikan pengaruh
ujichi square diperoleh Pvalue yang tidak baik dan dapat
yaitu 0,019<0,05 artinya bahwa menghancurkan masa depan
terdapat hubungan keterpaparan remaja. Seperti ajakan
pornografi dengan kejadian menggunakan narkoba,
seksual harrasment di LP Kelas merokok, seks bebas dan lainnya
II B Kota Pekanbaru tahun termasuk melecehkan orang lain
2015, dengan nilai POR = 3,857 secara seksual.
yang artinya responden yang Berdasarkan hasil
pernah mendapatkan pengaruh penelitian dan teori diatas
dari teman sebaya memiliki peneliti berasumsi bahwa
peluang 4 kali untuk melakukan adanya hubungan antara
seksual harrasment. pengaruh teman sebaya dengan
Pada remaja teman sebaya kejadian seksual harrasment di
merupakan orang yang paling LP Kelas II B Kota Pekanbaru,
penting dalam kehidupannya. hal ini disebabkan oleh karena
Karena itu apapun yang sebagian besar dari mereka
dilakukan oleh temannya mereka menyatakan melakukan
mau tidak mau akan ikut kejahatan seksual disebabkan
melakukannya juga demi karena ikut-ikutan dari teman
solidaritas pertemanan mereka. mereka. Selain itu dari hasil
termasuk salah satunya penelitian diperoleh bahwa
melakukan pelecehan seksual. terdapat responden yang
Hal ini sejalan dengan terpengaruh dengan teman
penelitian Muzila (2010), yang sebaya namun tidak melakukan
berjudul faktor yang seksual harrasment, hal ini
mempengaruhi tindak pelecehan disebabkan oleh karena faktor
seksual pada korban oleh lain yaitu sebagian dari mereka
narapidana di LP Cipinang. sudah pernah mendapatkan
Dimana hasil penelitian pendidikan seks dari orang tua,
diperoleh terdapat hubungan tentang bagaimana cara
antara teman sebaya dengan menghargai lawan jenis. Hal ini
tindak pelecehan seksual pada membuat mereka tidak mau
korban denga nilai p = 0,029 < melakukan seksual
0,05. harrasmentmeskipun teman-
Menurut penelitian Juanda temannya mengajak ia untuk
(2011), pengaruh teman sebaya melakukan perbuatan
memiliki dua kriteria yaitu tersebut.Kemudian dari pada itu,
bersifat positif dan juga negatif. terdapat juga beberapa
Pengaruh teman sebaya yang responden yang tidak

PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 103


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

terpengaruh dengan teman a. Diharapkan pada masyarakat


sebaya namun tetap melakukan dapat melakukan pencegahan
seksual harrasmenthal ini kejadian seksual harrasment
disebabkan oleh karena faktor seperti membentuk suatu
lain yaitu pendidikan seks dari lembaga perlindungan
orang tua yang kurang lain, khususnya pada wanita di
selain itu keterpaparan masyarakat.
pornografi juga dapat b. Diharapkan orang tua
menyebabkan mereka memberikan pola asuh seperti
melakukan perbuatan seksual pendidikan seks yang tepat
harrasment. Selain itu, dari hasil untuk anak-anaknya, agar anak-
wawancara penulis dengan anak terhindar dari kejadian
responden dilapangan terdapat seksual harrasment.
juga 10 orang dari mereka yang 2. Aspek Teoritis
bukan kasus pelecehan seksual a. Diharapkan kepada pihak lapas
namun pernah melakukan dapat bekerja sama dengan
seksual harrasment sebelumnya, tenaga kesehatan dalam
tetapi perbuatan mereka tidak memberikan informasi tentang
dibawa ke jalur hukum, dampak dari seksual
Sebagian dari mereka mengaku harrasment, sehingga
mereka melakukan peruatan narapidana yang terkait masalah
tersebut atas dasar ajakan teman seksual harrasment dapat
mereka. menyadari akan kesalahan
perbuatannya tersebut dan tidak
mau melakukan seksual
KESIMPULAN harrasment saat mereka
1. Terdapat hubungan keterpaparan dibebaskan dari penjara nanti.
pornografi dengan kejadian b. Diharapkan hasil penelitian ini
seksual harrasment di LP Kelas dapat menambah pengalaman
II B Kota Pekanbaru. Hal ini dan pengetahuan responden
dibuktikan dari hasil uji statistik tentang dampak melakukan
dengan nilai p = 0,022 < 0,05. seksual harrasment, dan menjadi
2. Terdapat hubungan lingkungan motivasi untuk perbaikan diri
dengan kejadian seksual agar tidak melakukan
harrasment di LP Kelas II B perbuatanya lagi.
Kota Pekanbaru. Hal ini c. Diharapkan Skripsi ini dapat
dibuktikan dari hasil uji statistik dijadikan perbandingan dan
dengan nilai p = 0,008 < 0,05. referensi bagi peneliti lain dalam
3. Terdapathubungan teman sebaya meneliti masalah yang sama
dengan kejadian seksual yaitu tentang seksual
harrasment di LP Kelas II B harrasment dengan tingkat
Kota Pekanbaru. Hal ini analisa yang lebih dalam lagi
dibuktikan dari hasil uji statistik yaitu secara multivariat.
dengan nilai p = 0,019 < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
SARAN Arlian. (2008). Permasalahan
1. Aspek Praktis penduduk khusus remaja.
PREPOIF Jurnal Kesehatan MasyarakatPage 104
Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Diperoleh dari www. Jhonson. (2010). Pelecehan seksual


ceria.com.Permasalahan- pada remaja. Diaksespada 19
penduduk- khusus- remaja. Januari 2014. Diperoleh
Bkkbn. (2012). Buk usuplemen dari :/http//kumpulan-jurnal-
bimbingan teknis kesehatan kesehatan.
reproduksi: pelecehan seksual. Kholid. (2013), Promosi kesehatan.
Jakarta. Bina Pustaka Jakarta: Bina Pustaka
Candra. (2012).Gambaran perilaku KPAI. (2014). Kasus kekerasan
seksual di sekolah menengah seksual pada anak. Diakses pada
kejuruan. Diakses pada 19 April 20 januari 2015. Diperoleh
2015. Diperoleh dari: dari: /http//pdf.com
/http//kumpulan-jurnal- Kumalasari & Andhyantoro. (2011).
kesehatan. Kesehatan reproduksi. Jakarta:
Dayli. (2012).Pelecehan seksual Salemba Medika
pada remaja. Diaksespada 19 Miron. (2006). Bicara soal cinta,
Januari 2015.Diperoleh pacaran, dan seks kepada
dari:/http//kumpulan-jurnal- remaja. Jakarta: Sagung Seto
kesehatan. Marmi. (2012). Kesehatan
Dianawati. (2006). Mendidik anak reproduksi. Jakarta: Pustaka
tentang seksual. Jakarta : Bina Pelajar
Pustaka Notoatmodjo. (2010). Metodelogi
Desi dan Yulian. (2010). Komunikasi penelitian kesehatan. Jakarta:
orang tua dan perilaku seksual ECG
remaja sekolah Menegah .(2009). Promosi
Kejuruan Dikota Baturaja, kesehatan teori dan aplikasi.
Diakses pada 29 januari 2015. Jakarta: EGC
Diperoleh dari: /http//pdf. .(2007). Ilmu perilaku
Kumpulan-jurnal-kesehatan. kesehatan. Jakara: EGC
Emi dan Irmayani. (2014). Faktor- Nursalam. (2007). Teknik
faktor yang mempengaruhi pengambilan sampel. Jakarta:
perilaku seksual remaja Kelas II ECG
Di SMA Negeri 8 Mandai – Pantiawati. (2011). Pendidikan
Maros,makassar. Diaksespada seksual. Jakarta: ECG
29 januari 2015. Diperoleh Polresta Pekanbaru. (2014).
dari: /http//pdf. Kumpulan- Rekapitulasi pelecehan seksual
jurnal-kesehatan. pada anak.
Halimah. (2008). Penelitian remaja. Poltekes Depkes RI. (2010).
Diaksespada 19 Januari 2014. Kesehatan remaja problema dan
Diperoleh dari :/http//kumpulan- solusinya. Jakarta: Salemba
jurnal-kesehatan. Medika
Hotima. (2011). Wanita dimata Riwidikdo. (2008). Statistik
hukum. Jakarta: Bina Pustaka kesehatan.Jakarta: Bumi Perkasa
Intan. Risma, Ayu dan Heni. (2006).
Intan. (2010). Pendidikan seks pada Masalah seksualitas pada
remaja. Jakarta : Bina Pustaka remaja. Diakse spada 20 Januari

PREPOIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 105


Volume 1, Nomor 2 Oktober 2017 ISSN 2623-1573 ( Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

2015. Diperoleh Soetjiningsih. (2012). Kesehatan dan


dari:/http//pdf.com pendidikan reproduksi remaja.
Sarwono, S. (2012). Psikologi Bandung: Indopress
remaja. Jakarta: Rajawali Press Yusmira. (2009).Pelecehan seksual
Seliana. (2010). Seksualitas. Jakarta: pada remaja. Diaksespada 19
Trans Info Januari 2014. Diperoleh
Surbakti. (2009). Psikologi remaja. dari:/http//kumpulan-jurnal-
Jakarta: Erlangga kesehatan.
Setiyaningrum, dkk. (2014). Wawan, I & Dewi, S.
Pelayanan keluarga berencana (2010).Pengukuran
dan kesehatan reproduksi. pengetahuan, sikap dan
Jakarta: Trans Info Media tindakan. Jakarta: Nuha Medika
Setiawan& Saryono. (2010). Wijaya, 2011.Pelecehan seksual
Metodelogi penelitian pada remaja. Diakses pada 19
kesehatan. Yogyakarta: Nuha Januari 2014. Diperoleh
Medika dari:/http//kumpulan-jurnal-
kesehatan.

PREPOIF Jurnal Kesehatan MasyarakatPage 106

You might also like