You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342801873

Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap


Risiko Jatuh Pada Lansia

Article · November 2018

CITATIONS READS

0 171

3 authors, including:

Dhanang Puspita
Universitas Kristen Satya Wacana
77 PUBLICATIONS   16 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pigment of Capsicum chinense View project

anthosianin exctraction View project

All content following this page was uploaded by Dhanang Puspita on 09 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR)
JurnalIlmiahBidangKeperawatandanKesehatan
Available on http://jurnal.unw.ac.id/ijnr

Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh Pada
Lansia
Dhanang Puspita1, David Nakka Gasong2, Harvian Charisma Bangngu3
1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKSW
2,3
Ilmu Keperawatan , Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UKSW

Article Info Abstract


Article History:
Accepted January 30th 2019 In the elderly, there is a period of decline in some aspects, related to declining
inpsychological, social, and physical conditions. Effects of reduction physical
Key words: condition, elderly are sensitive to some degenerative diseases. The nursing home
Elderly isan old residence that is voluntarily or submitted by the family to be taking care
Environmental Safety of the needs of which management can be done by government and private.
Management Falling is the incident not realized by someone sitting on the floor or on the
Risk of Fall. ground orinalower place. In Indonesia, from 115 nursing home resident as much
as 30 elderly or around 43.47% who has a fall incident. Purpose this research is to
know safety management in the nursing home of Salib Putih to risk of fall in
elderly. The method this research used is a qualitative research method with a
descriptive approach. The way of choosing the subject is done by Purpose
Sampling. Data completion technique in this research is by way of in-depth
interview. The results of data analysis in this research, obtained 3 themes related
to environmental safety management of incident in elderly at Salib Putih Nursing
home, i.e.: Falling Causes in Elderly, Nursing home Environmental Setting to
avoid falls in elderly, and the role of housing board nursing home to minimizing
the risk of falling in elderly. The conclussion is still a lack of environmental
safety management at Salib Putih Salatiga Nursing Home to the risk of falling in
the elderly. The causes from the thing are lack of supervision of housing board
nursing home. In addition to environmental management at Salib Putih nursing
home, it hasn't fully fill standardization of nursing home in general, so it still
causes accidents to the elderly.

PENDAHULUAN Perkembangan periode awal hingga masa usia


lanjut merupakan proses alamiah yang tidak
Menurut undang-undang No 13 tahun 1998
dapat dihindari oleh manusia. Menentangnya
tentang kesejahteraan lanjut usia, seseorang
dengan berbagai daya upaya untuk
dapat disebut sebagai lanjut usia jika orang
meremajakan atau memudakan diri atau
tersebut sudah mencapai usia 60 tahun ke atas,
rejuvenation yang bagaimanapun canggihnya,
baik pria maupun wanita (Padila, 2013).
mustahil bisa menghalangi berlanjutnya usia.

Corresponding author:
Dhanang Puspita
dhanang.puspita@uksw.edu
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018
e-ISSN 2615-6407
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 28

Berdasarkan data penduduk Indonesia yang gerak sendi dan tonjolan tulang lebih meninggi
dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2017 jumlah (terlihat). Kejadian tersebut mengakibatkan
penduduk yang berusia di atas 60 tahun adalah lansia berisiko hingga mengalami hambatan
8,97 % (23,4 juta) dari seluruh penduduk mobilitas fisik (Padila, 2013). Panti wredha
Indonesia. Dari data tersebut terdapat jumlah merupakan tempat tinggal orang lanjut usia
orang lanjut usia perempuan 1 % lebih banyak secara sukarela ataupun yang diserahkan oleh
(9,47 %) dibandingkan orang lanjut usia laki- pihak keluarga untuk dirawat dan diurus
laki (8,48 %). Selain itu, orang lanjut usia di keperluannya oleh pemerintah maupun swasta
Indonesia didominasi oleh kelompok umur sebagai penyelenggaranya. Perawatan bagi
60–69 tahun (lanjut usia muda) yang kelompok lansia dipanti seharusnya mampu
persentasenya mencapai 5,65 % dari penduduk menjamin terpeliharanya kesehatan lansia baik
Indonesia, sisanya diisi oleh kelompok umur secara fisik, psikis, maupun kehidupann
70–79 tahun (lanjut usia madya) dan 80 tahun sosialnya. Namun kenyataannya keadaan ini
keatas (lansia tua). Pada tahun 2017 ada lima belum didukung oleh adanya peningkatan
provinsi di Indonesia yang memiliki struktur kualitas pelayanan kesehatan pada kelompok
penduduk tua mencapai 10 % , yaitu : orang lansia. Pengetahuan perawatan lansia, baik
DI Yogyakarta (13,90 %), Jawa Tengah (12,46 oleh keluarga maupun lembaga sosial lainnya
%),Jawa Timur (12,16 %), Bali (10,79 %) dan masih sangat kurangmemadai (Darmojo &
Sulawesi Barat (10,37 %). Bertambah Martono, 2011). Masalah yang sering muncul
banyaknya jumlah orang lanjut usia di pada lansia salah satunya adalah, kejadian
Indonesia, merupakan konsekuensi dari jatuh. Reuben (1996) mendefinisikan jatuh
bertambahnya usia harapan hidup adalah suatu kejadian yang dilaporkan
(Badan Pusat Statistik, 2017). penderita atau saksi mata yang melihat
Pada lansia, terjadi periode kemunduran pada kejadian dan mengakibatkan seseorang
berbagai aspek, terkait dengan penurunan mendadak terbaring atau terduduk di lantai
kondisi psikis, sosial, dan fisik. Akibat atau tempat yang lebih rendah dengan atau
penurunan kondisi fisik, lansia rentan terhadap tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Di
berbagai penyakit degeneratif. Sebagai akibat Indonesia, tercatat dari 115 penghuni panti
penyakit degeneratif, lansia mengalami sebanyak 30 lansia atau sekitar 43.47% yang
penurunan pada berbagai sistem tubuh, salah mengalami insiden jatuh (Darmojo, 2011).
satunya adalah gangguan dan penurunan Kejadian jatuh di panti jompo yang dialami
fungsi sistem muskuloskletal. Penurunan lansia, tidak hanya berdampak pada lansia itu
fungsi sistem muskuloskletal meliputi sendiri tetapi juga pada pengelola panti jompo.
penurunan massa dan kekuatan otot, Seperti berkurangnya tingkat kepercayan
demineralisasi tulang, penurunan rentang keluarga dan masyarakat terhadap keberadaan

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 29

atau kualitas pelayanan panti jompo. mengikuti prosedur hingga akhir penelitian,
Penurunan atau berkurangnya kepercayaan dan partisipan bisa berkomunikasi dengan
keluarga terhadap panti jompo, akan baik. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih
menurunkan minat keluarga atau masyarakat dahulu dibuat surat ijin penelitian
menitipkan keluarga atau orang tua mereka di (No.161/FKIK/WD.Eks./VII/2017) dan
panti jompo, hal ini akan menyebabkan formulir persetujuan mengikuti penelitian
penurunan jumlah lansia di panti jompo, (informed consent) di FKIK UKSW.
sehingga berpengaruh besar pada eksistensi
panti jompo di masyarakat. Berdasarkan uraian HASIL DAN PEMBAHASAN
diatas maka penelitan inibertujuan untuk
Jatuh sering di alami oleh orang lanjut usia.
mendeskiripsikan manajemen keamanan
Banyak faktor yang dapat berperan di
lingkungan di panti jompo Salib Putih-Salatiga
dalamnya, salah satunya yaitu faktor internal
terhadap risiko jatuh pada lansia.
dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan semua hal yang berkaitan dengan
METODE kondisi fisik lansia antara lain fungsi sistem
Metode penelitian yang digunakan dalam muskuloskeletal yang semakin menurun dan
penelitian ini adalah metode penelitian riwayat penyakit yang dialami. Sedangkan
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Cara Faktor eksternal merupakan faktor yang
pemilihan/penetuan subjek dilakukan dengan berasal dari luar (lingkungan sekitarnya)
Purpose Sampling. Teknik pengumpulan data (Padila, 2013). Selain itu, peran dari pengurus
dalam penelitian ini adalah dengan teknik panti juga sangat di butuhkan oleh para lansia
wawancara mendalam (in-depth interview) dan untuk membantu dalam aktivitas sehari- hari.
observasi. Hasil wawancara direkam Dari hasil analisa data dalam penelitian ini,
menggunakan tape recorder/mobile phone dan diperoleh 3 tema terkait manajemen keamanan
dokumentasi gambar dengan menggunakan lingkungan di Panti Werdha Salib Putih terkait
kamera. Penelitian ini dilakukan di Panti kejadian jatuh pada lansia. adapun tema
Wredha Salib Putih Salatiga pada bulan tersebut yaitu : Penyebab Kejadian Jatuh Pada
Agustus hingga Oktober 2017. Karakteristik Lansia, Setting Lingkungan Panti Wherda
riset partisipan adalah sebagai berikut; untuk mencegah kejadian jatuh pada lansia,
partisipan merupakan lansia berusia 60 tahun dan Peran pengurus Lansia dalam
ke atas. Lansia dipilih karena memiliki potensi meminimalisir risiko jatuh pada lansia.
besar untuk jatuh. Jumlah partisipan sebanyak Penyebab Kejadian Jatuh Pada Lansia
4 orang (3 orang lansia penghuni panti dan 1 Berdasarkan hasil penelitian di Panti Werdha
orang pengurus panti). Partisipan bersedia Salib Putih diketahui bahwa lansia selaku riset

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 30

partisipan yang mengalami kejadian jatuh Faktor internal juga memiliki risiko terhadap
mengungkapkan bahwa penyebab jatuh jatuh pada lansia di panti. Kondisi fisik yang
tersering adalah karena faktor lingkungan dan mulai menurun menyebabkan lansia mudah
penyakit yang dialami. sekali terkena nyeri kepala atau vertigo. Faktor
Oh sering, sering kali jatuh, ini jatuh, ini jahit risiko jatuh yang terjadi di rumah sakit
(Partisipan 1)
memiliki kesamaan faktor risiko yang terjadi
Ya karena lampu mati, jadi pernah jatuh ndak
lihat bawah lihat atas jadi kurang hati-hati, di panti jompo dan di masyarakat, misalnya
(Partisipan 1)
gangguan keseimbangan atau gaya berjalan,
Sudah..3 atau 4 kali (Partisipan 2).
perubahan pergerakan, riwayat jatuh,
Faktor lingkungan terutama yang belum
bertambahnya usia, gangguan kemampuan
dikenal memiliki risiko terhadap jatuh
berpikir, depresi, pusing/vertigo, hipotensi
sebanyak 31% (Ashar, 2016). Lingkungan
ortostatik, gangguan penglihatan dan
yang kurang terang, tidak tersedianya
penggunaan obat penenang (Hitcho et al,
pegangan pada dinding dankondisi lantai yang
2004). Beberapa kejadian jatuh di panti
licin serta tidak datar baik ada trapnya atau
wredha juga di sebabkan oleh para lansia yang
menurun, karpet yang tidak di pasang dengan
ingin melakukan aktivitas secara mandiri atau
baik, keset yang tebal atau menekuk
tanpa bantuan pengurus panti.
pinggirnya dan alas lantai yang licin atau
Oh ndak, jadi kalau ada tamu oma masuk
mudah tergeser serta alat bantu berjalan yang panggilin (partisipan 1)
tidak tepat ukuran, berat maupun cara
Ndak .. ya kecuali pastiin ada apa gitu baru
penggunaannya dapat meningkatkan risiko dituntun ke kamar mandi (partisipan 1)
terjadinya jatuh pada lansia (Saifullah et al,
Setting Lingkungan Panti Wherda untuk
2013). Kondisi lingkungan yang tidak di
mencegah kejadian jatuh pada lansia.
setting dengan benar dapat meningkatkan
Keselamatan dan keamanan adalah suatu
risiko jatuh pada lansia. Sebagian besar
keadaan dimana seseorang atau lebih terhindar
kejadian jatuh terjadi pada saat lansia
dari ancaman bahaya atau kecelakaan sehingga
melakukan aktivitas biasa seperti berjalan,
memiliki perasaan aman dan tentram. Agar
naik atau turun tangga, mengganti
terciptanya kegiatan lansia yang aman maka
posisi.Kondisi lantai yang licin atau tidak rata
dibutuhkan setting lingkungan yang baik dan
serta kurangnya pencahayaan pada ruangan
memenuhi standart keamanan. Dari hasil
merupakan penyebab tersering lansia jatuh
penelitian ditemukan masih ada setting
(Astriyana, 2012).
lingkungan di panti wredha yang masih kurang
Ya biasanya karena Pusing aja,. Jadi bisa
aman sehingga sering membuat para lansia
jatuh (Partisipan 2)
jatuh ditempat yang sama.
Gak ada pegangan tembok mas (partisipan 3)

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 31

Gak, Cuma yang disini. 2 kamar mandi Gambar 1. Handrail pada lorong dan kamar
(partisipan 3)
mandi.
Ya pernah ada yang sampai patah (partisipan
3) Sumber : google image. 2018 : dokumentasi
Sering, tapi tidak sampai luka (partisipan 2)
penelitian (Panti Wredha Salib Putih). 2017
Ya saya yang bersihin, saya di pohon ini saja
pernah jatuh ..saya harus bisa jalan, saya
kalau ngak bisa jalan itu pagi baru ada orang
Salah satu hal yang paling diperlukan untuk
,,kalau ada orang itupun jarang ,jarang
ada orang lewat (partisipan 2) meminimalisir kejadian jatuh pada lansia
adalah tersedianya handrail (gambar 1) pada
Kenyamanan fisik pada suatu bangunan dapat
jalur sirkulasi dan area basah seperti kamar
memberi pengaruh bagi psikologis
mandi. Pertimbangan ini dikarenakan
penghuninya. Dalam perancangan Panti
pergerakan lansia yang perlu pegangan untuk
Jompo, dimana penghuninya adalah lansia,
menopang tubuhnya agar tidak mudah
tentunya berbeda kenyamanan fisiknya dengan
terpeleset dan gerak lansia yang cepat merasa
manusia yang masih muda. Oleh karena itu
lelah dan mulai terbatas (Devi, 2016). Menurut
diperlukan pemahaman tentang karakteristik
hasil observasi yang dilakukan di panti wredha
lansia. Penyakit degeneratif pada lansia
handrail hanya terdapat pada beberapa tempat
menyebabkan perlunya perhatian khusus dari
saja, untuk dikamar mandi sendiri hanya
segi arsitektur terutama dalam hal keselamatan
terdapat pada salah satu kamar mandi saja.
dan kenyamanan. Ditinjau dari penurunan
yang terjadi pada lansia, hal yang penting
2.2. Kondisi Tinggi / Rendah Lantai
dalam merancang hunian untuk lansia adalah
kenyamanan dan keselamatan bagi lansia yang
ditinjau dari segi arsitektur. Ada beberapa
kenyamanan menurut SNI (1993) dalam
bidang arsitektur yaitu kenyamanan gerak dan
hubungan antarruang (statis), kenyamanan
pandangan (visual), kenyamanan thermal, dan
Gambar 2. Kondisi tinggi / rendah lantai.
kenyamanan audial (Devi, 2016). Sumber : google image. 2018 : dokumentasi
2.1. Pegangan Menuju Kamar Mandi penelitian (Panti Wredha Salib Putih). 2017
(handrail)
Lansia mengalami penurunan keseimbangan
sehingga mudah jatuh saat berjalan. Selain
mempertimbangkan pegangan untuk
menopang tubuhnya tinggi / rendahnya lantai
(gambar 2) juga harus diperhatikan. Selain itu
sirkulasi relatif datar, apabila memungkinkan

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 32

terdapat perbedaan lantai maka digunakan Sumber : google image. 2018 : dokumentasi
penelitian (Panti Wredha Salib Putih). 2017
ramp dengan kelandaian 5 – 7º dengan
tersedianya tempat perhentian setiap 6 m Pencahayaan untuk lansia sebaiknya merata
(Devi, 2016). Di panti wredha ada beberapa (pencahayaan tidak terlalu terang juga tidak
titik tempat yang memiliki kondisi lantai yang terlalu gelap) untuk menghindari kesilauan
lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi hanya di karena mata lansia telah mengalami
satu titik yang terdapat alat bantu seperti pengurangan dalam menyaring cahaya yang
handrail. masuk ke retina. Pencahayaan untuk lansia
saat beraktivitas sebaiknya 50% lebih besar
2.3. Pagar Pada Tempat Tidur dibandingkan untuk manusia yang masih muda
yaitu sekitar 300 lux (Devi, 2016). Dari hasil
observasi, beberapa lansia lebih suka menutup
gordin jendela (gambar 4) pada siang hari dan
lebih memilih menggunakan lampu atau
Gambar 3. Pagar pada tempat tidur di panti.
bahkan lebih suka dalam keadaan gelap.
Sumber : google image. 2018 : dokumentasi
penelitian (Panti Wredha Salib Putih). 2017 Tetapi ada juga lansia yang lebih suka
membuka gordin agar cahaya dapat masuk dan
Tempat tidur (gambar 3) yang digunakan
ruangan lebih terang.
seharusnya memiliki pagar/penyangga
disampingnya agar dapat mencegah terjadinya
2.5. Karpet
jatuh pada saat sedang tidur. Selain itu, tempat
tidur juga seharusnya diletakkan di sisi-sisi
ruangan guna menghindari risiko agar lansia
tidak terjatuh pada saat tidur (Devi, 2016).
Menurut hasil observasi yang dilakukan di Gambar 5. Karpet di panti.
panti wredha tempat tidur yang digunakan oleh Sumber : google image. 2018 : dokumentasi
penelitian (Panti Wredha Salib Putih). 2017
para lansia belum dilengkapi dengan
pagar/penyangga sehingga terkadang ada Salah satu yang dapat menjadi penyebab jatuh
lansia yang jatuh dari tempat tidur. pada lansia adalah karpet yang terlipat atau
2.4. Pencahayaan bergeser dari tempatnya (gambar 5). Sehingga
dapat disarankan untuk menggunakan material
lantai yang aman. Material lantai yang
digunakan agar aman untuk lansia adalah
Gambar 4. Gambaar pencahayaan ruangan material dengan tekstur kasar namun masih
di panti.
halus sehingga tidak licin, misalnya

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 33

penggunaan material vinyl untuk lantai. Ramp unit, sedangkan kursi roda yang tersedia ada
digunakan material lantai yang agak merekat dua unit.
seperti karet agar tidak licin pada saat berjalan Satu (partisipan 3)
Enggak ada. Ada tapi gak mau (partisipan 3)
di ramp (Devi, 2016). Menurut hasil observasi,
karpet yang digunakan di panti wredha terbuat
Peran Pengurus Lansia dalam
kain dan hanya diletakan tanpa adanya
meminimalisir risiko jatuh pada lansia.
pemberat / perekat sehingga karpet mudah
3.1. Kategori Ketergantungan Lansia di
bergeser dari tempatnya.
Panti ( Mandiri :13 Partial: 6 Total : 9)
Ada 9 laki – laki dan 19 wanita (Partisipan 3)
2.6. Alat Bantu Berjalan Enggak, ada yang bedrest, 9 orang
(Partisipan 3)

Di Panti Wredha Salib Putih memiliki total


lansia 28 orang yang dimana terbagi atas

Gambar 6. Alat bantu berjalan di panti. lansia mandiri (dapat melakukan aktivitas
Sumber : google image. 2018 : dokumentasi tanpa bantuan) sebanyak 13 orang, lansia yang
penelitian (Panti Wredha Salib Putih). 2017
memiliki ketergantungan partial 6 orang dan
Alat bantu berjalan (gambar 6) sangat berguna lansia yang bergantung total pada pengurus
untuk aktifitas sehari-hari lansia. Selain ada 9 orang. Latar belakang lansia yang
menjadi alat bantu untuk berjalan, alat ini juga memiliki ketergantungan partial diakibatkan
dapat mengurangi risiko jatuh pada lansia. penurunan fungsi tubuh seperti kesulitan
Sehingga alat yang digunakan harus sesuai berjalan atau gangguan penglihatan serta
standar dan membuat para lansia nyaman penyakit pembengkakan kelenjar getah bening,
menggunakannya. Tetapi menurut hasil sedangkan untuk lansia yang memiliki
observasi, para lansia di Panti Wredha Salib ketergantungan total pada pengurus
Putih sangat jarang menggunakan alat bantu diakibatkan oleh penyakit seperti stroke dan
berjalan bahkan hampir tidak pernah depresi berat serta kemunduran fisik akibat
menggunakan alat bantu berjalan. Hal ini penuaan yang mengakibatkan lansia sudah
membuat alat bantu berjalan di Panti Wreda tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.
Salib Putih hanya disimpan ditempat Perawatan mandiri (self care) adalah
penyimpanan barang saja. Alat bantu yang ada kebebasan seseorang untuk bertindak atau
di panti wreda ada dua jenis yaitu tongkat dan melakukan aktivitas tanpa bergantung atau
kursi roda. Alat yang digunakan hanya terpengaruh pada orang lain, serta bebas
tongkat, tetapi untuk kursi roda tidak mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang
digunakan. Tongkat yang tersedia hanya 1 baik individu maupun kelompok dari berbagai
kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dapat

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 34

dikatakan merawat diri sendiri atau dapat dapat dilakukan pada orang/lansia yang tidak
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari mampu melakukan aktivitas dengan
(AKS) tanpa bantuan orang lain. Aktivitas sengajaseperti padapasien/lansia yang sedang
kehidupan sehari-hari (AKS) adalah pekerjaan koma, pada pasien/lansia yang mengalami
rutin sehari-hari yang dilakukan oleh manusia, penyakit berat seperti stroke dan gangguan
contohnya;makan, minum, mandi, berjalan, kejiwaan (depresi) yang tidak mampu
tidur, duduk, buang air kecil (BAK), buang air mengurus sendiri (Saifullah, 2013).
besar (BAB), dan bergerak (Gallo, 2006). 3.2. Jumlah pengurus lansia dan tugas
Lansia yang memiliki ketergantungan partial masing-masing ( 5 pengurus)
merupakan lansia yang dapat melakukan Ada 4. Laki – laki 2, perempuan 2. Ya
nyuapin, mandikan (partisipan 3)
perawatan diri secara sebagian saja atau
Teman saya mengurus 2 (partisipan 3)
memerlukan bantuan secara minimal seperti Iya ada lagi 2 (partisipan 3)
Ada lagi satu (partisipan 3)
pada lansia yang post operasi abdomen dimana
Yah,.. capek mas, saya mandiin, yang satu cuci
pasien ini memiliki kemampuan seperti: cuci piring, satu lagi nyiapin makanan, yang dua
lagi nyapu sama ngepel semua kamar-kamar
tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi
(partisipan 3)
butuh pertolongan perawat dalam ambulasi
dan perawatan luka (Nursalam, 2003). Pengurus lansia yang ada di panti wredha salib
.Adapun kategori partial care (perawatan putih berjumlah 5 orang. Jumlah ini tidak
sebagian) pada lansia (1) Membutuhkan sebanding dengan jumlah lansia yang harus di
bantuan untuk dapat naik atau turun dari urus oleh masing-masing pengurus. Dari hasil
tempat tidur, (2) Membutuhkan bantuan untuk observasi, masing-masing pengurus harus
dapat berjalan, (3) Membutuhkan bantuan menangani 2 – 4 lansia sekaligus setiap hari,
dalam menyiapkan makanan, (4) dengan jumlah yang banyak terkadang
Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap), pengurus sering kesulitan dalam menangani
(5) Membutuhkan bantuan untuk menyikat para lansia. Hal ini membuat upaya pelayanan
gigi, (6) Membutuhkan bantuan berganti di panti wredha salib putih kurang maksimal,
pakaian dan berdandan, (7) Membutuhkan sehingga masih banyak lansia yang berisiko
bantuan untuk melakukan aktivitas BAB dan jatuh akibat kurangnya pengawasan dari
BAK (kamar mandi/WC) (Stanley et al, 2007). pengurus panti.
Bantuan secara penuh merupakan suatu Pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh
tindakan untuk memberikan bantuan secara panti werdha merupakan bentuk dari
penuh padapasien/lansia akibat pelayanan sosial atau sebagai primary setting.
ketidakmampuan pasien/lansia dalam Pelayanan sosial adalah aktivitas yang
melakukan aktivitas secara mandiri. dilakukan oleh pekerja sosial sesuai dengan
Pemberian bantuan dengan sistem seperti ini bidang profesinya. Pelayanan sosial yang

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018/ page 27-35 35

diberikan merupakan wujud dari jawaban Darmojo R, Boedi dan Martono. (2011). Buku Ajar
Geriatri. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI.
terhadap tuntutan kebutuhan dan masalah yang
dialami oleh masyarakat sebagai akibat Boedhi Darmojo. (2011). Buku Ajar - Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi Ke-4.
perubahan masyarakat itu sendiri. Merton dan Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
Nisbet merinci bahwa masalah sosial terdiri Permata Hidayat Ashar. (2016). Gambaran
dari perilaku menyimpang masyarakat dan Presepsi Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
disorganisasi sosial serta salah satu masalah Selatan. Skripsi. FKIK, Program Studi Ilmu
Keperawatan. Universitas Islam Negeri
sosial yang ada di dalamnya adalah lansia (age Syarif Hidayatullah. Jakarta.
and aging) (Wibhawa et al, 2010).
Saifullah, Azam David dkk.(2013). Pelaksanaan
Penelitian ini masih mengalami keterbatasan Self-Care Assistance Di Panti Wreda. Jurnal
Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2 ;
berkaitan dengan tidak ada data kejadian jatuh,
94– 100.
status kesehatan lansia, dan tidak adanya SOP
Astriyana, S. (2012). Pengaruh Latihan
di Panti Wredha tersebut. Keseimbangan Terhadap Penurunan Risiko
Jatuh Pada Lansia. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
SIMPULAN DAN SARAN Surakarta.
Manajemen keamanan lingkungan di Panti Hitcho, EB., Krauss, MJ., Birge, S., Dunagan,WC.,
Wredha Salib Putih Salatiga terhadap risiko Fischer, I., Johnson, S.,Nast, PA.,
Costantinou, E. & Fraser, VJ. (2004).
jatuh pada lansia masih sangat kurang. Characteristics and Circumstances of Falls
in a Hospital Setting, Society of General
HalInidisebabkan karena kurangnya jumlah Internal Medicine. 19(7),732–739.
pengurus lansia sehingga pengawasan yang
Devi, E. (2016). Pola Penataan Ruang Panti Jompo
dilakukan pada lansia sangat terbatas. Selain Berdasarkan Aktivitas Dan Perilaku
Penghuninya. Jurnal Arteks Vol. I, No. 1.
itu, setting lingkungan di Panti Wredha Salib
Putih belum sepenuhnya memenuhi Gallo Joseph J, dkk. (2006). Buku Saku
Gerontologi. Jakarta ; EGC.
standarisasi panti wredha pada umumnya
sehingga masih bisa menimbulkan kejadian Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
jatuh pada lansia. ed. 1. Jakarta ; Salemba Medika.

Stanley, dkk. (2007). Buku Ajar Keperawaan


REFERENSI Gerontik, ed. 2, Jakarta: EGC.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Wibhawa, Budhi dkk. (2010). Dasar-
Gerontik, Dilengkapi aplikasi kasus DasarPekerjaan Sosial. Bandung ; Widya
asuhan keperwatan gerontik, terapi Padjadjaran.
modalitas, dan sesuai kompetensi dasar.
Yogyakarta;Nuha Medika.

Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik


Penduduk Lanjut Usia. Jakarta ; BPS.

Dhanang Puspita-Manajemen Keamanan Lingkungan di Panti Jompo Salib Putih Terhadap Risiko Jatuh pada Lansia

View publication stats

You might also like