You are on page 1of 16

109

Buana Sains Vol 18 No 2: 109 - 124, 2018

SEBARAN UNSUR HARA N, P, K DAN PH DALAM TANAH

Bambang Siswanto

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract
Soil nutrient availability maps are needed to be used as a basis for managing
fertilizer use, as well as soil acidity (pH) values. If the nutrient status of N, P, K and soil
acidity is known, it is expected that the dosage of fertilization of each land can be done
in accordance with thenutrient status. It can also reduce the cost of fertilization. This
study aims to determine the factors of land affecting the distribution of nutrients N P K
and soil pH. The research was conducted in Gugut Village, Rambipuji District, Jember
from June to August 2016. The research was conducted by using free grid survey
method with semi-detailed survey rate of 1: 25.000 scale. The distribution pattern of
each nutrient status was analyzed by matrix method approach to find out the factors
that most influence the distribution of nutrients N, P, K and pH.
From the result of research, map of nutrient distribution of N, P, K is almost
similar to the result of geological map overlay, landform, land use and altitude.
According to Wilding and Drees (1983), the diversity of nutrient status can be due to
differences in lithology / parent material, climate, erosion, biological influences, and
hydrology. The N, P, K soil availability map only meets 32.76% of the elevation map
section. Therefore, the temporal nutrient status mapping can not be generated based on
existing land map units so it is advisable to use the rigid grid method. While soil pH
maps are almost similar to overlays between geological maps, landforms, land use and
climate.

Keywords: Map; nutrient elements N; P; K; pH

Pendahuluan pemilihan jenis dan dosis pemupukan


dapat dilakukan. Hal ini dapat
Peta status hara N, P, dan K
meningkatkan efisiensi dan menekan
dapat menggambarkan ketersediaan
kerugian akibat pemupukan.
unsur N, P, dan K dalam tanah, apakah
Nitrogen merupakan unsur hara
dalam kondisi rendah, sedang atau tinggi.
makro yang dibutuhkan hampir sebagian
Status unsur hara N, P, dan K penting
besar jenis tanaman. Nitrogen diserap
untuk diketahui, karena dapat digunakan
dalam bentuk ion nitrat karena ion
sebagai dasar penetapan jenis dan dosis
tersebut bermuatan negatif sehingga
pupuk. Peta kemasaman tanah (pH) juga
selalu berada di dalam larutan dan mudah
penting karena pH tanah berhubungan
terserap oleh akar. Ion nitrat lebih
dengan ketersediaan hara dalam tanah.
mudah tercuci oleh aliran air sehingga
Apabila status unsur hara N, P, K dan
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
pH tanah telah diketahui, maka
110

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Ion ammonium yang bermuatan positif primer yang tidak dapat terserap oleh
akan terikat oleh koloid tanah, tidak tanaman, sekitar 1-10 % terjebak dalam
mudah hilang oleh proses pencucian, dan koloid tanah karena kalium bermuatan
dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah positif, sisanya hanya 1-2 % terdapat
melalui proses pertukaran kation. dalam larutan tanah dan tersedia bagi
Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk tanaman (Ispandi A, 2000). Unsur K
mineral alami seperti unsur hara lainnya. tidak mudah dipindahkan pada sebagian
Sumber nitrogen terbesar berasal dari besar tanah. Perpindahan atau
atmosfer, dan dapat masuk ke tanah pergerakan K terutama melalui proses
melalui air hujan atau udara yang diikat difusi. Jika dibandingkan dengan nitrat,
oleh bakteri pengikat nitrogen seperti unsur K kurang mobile, tetapi lebih mobile
Rhizobium sp. Bakteri memiliki daripada unsur P. Pada tanah-tanah
kemampuan menyediakan 50-70% berpasir dengan KTK rendah, Kalium
kebutuhan dari nitrogen yang dibutuhkan dapat digerakkan melalui proses aliran
oleh tanaman (Bhattacharyya, et.al.,2008). massa, dan kehilangan dari tanah
Dengan demikian sebaran kandungan permukaan akan terjadi, terutama setelah
nitrogen dalam tanah sangat erat hujan lebat. Kehilangan K dapat
berhubungan dengan perbedaan bahan diminimalkan dengan menerapkan
induk tanah, iklim dan cara pengelolaan. praktek pengendalian erosi yang baik dan
Selanjutnya Andri N dan Sudjudi (2002) benar, mempertahankan pH yang baik
mengemukakan bahwa ketersediaan untuk meningkatkan KTK tanah,
fosfor di dalam tanah dipengaruhi oleh mengembalikan sisa organik, dan
banyak faktor, akan tetapi yang paling menggunakan aplikasi terpisah untuk
penting ialah pH tanah. Fosfor akan mengurangi kehilangan melalui
bereaksi dengan ion besi dan aluminium pencucian pada tanah-tanah dengan
dan membentuk besi fosfat dan KTK rendah.
aluminium fosfat yang sukar larut dalam Ketersediaan unsur hara sangat
air sehingga tidak dapat digunakan oleh terkait dengan aktivitas ion H+ atau pH
tanaman pada tanah yang memiliki pH dalam larutan tanah. Menurunnya pH
rendah atau masam. Fosfor akan bereaksi tanah secara langsung meningkatkan
dengan ion kalsium dan membentuk kelarutan unsur Mn, Zn, Zu dan Fe.
kalsium fosfat yang sukar larut sehingga Pada pH kurang dari sekitar 5,5 tingkat
tidak dapat digunakan oleh tanaman pada meracun dari unsur Mn, Zn atau Al
tanah yang memiliki pH tinggi atau bertambah. Ketersediaan unsur N, K, Ca,
alkalis (Dhage, et. al., 2014). Oleh karena Mg, dan S cenderung menurun dengan
itu, pH tanah perlu diperhatikan dalam menurunnya pH. Pengaruh pH pada
pemupukan fosfor. Faktor lain yang unsur P dan unsur B tidak langsung,
menentukan ketersediaan fosfor dalam karena ketersediaan unsur ini tergantung
tanah ialah aerasi tanah, suhu, bahan pada pembentukan senyawa kurang larut
organik, dan ketersediaan unsur hara lain. dengan Al, Fe, Mn, dan Ca, yang
Dari ketiga unsur hara makro dipengaruhi oleh pH. Sebagai akibatnya,
yang diserap tanaman (N, P dan K), ketersediaan P dan B menurun, baik pada
kalium lah yang jumlahnya paling pH tinggi maupun rendah dengan
melimpah di permukaan bumi. Tanah ketersediaan maksimun pada kisaran pH
mengandung 400-650 kg kalium untuk 5,5-7,0. Menurut Triharto, et.al. (2014),
93 m2 (pada kedalaman 15,24 cm). tanah dapat bersifat masam karena
Sekitar 90-98 % berbentuk mineral berkurangnya kation kalsium,
111

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

magnesium, kalium atau natrium. Terlalu tidak dapat diidentifikasi dengan jelas
banyaknya pupuk nitrogen seperti ZA apabila terdapat interaksi.
juga dapat menyebabkan tanah menjadi Menurut Sukarman et al., (2012),
masam, karena reaksinya di dalam tanah tingkat pemetaan status hara tanah
menyebabkan peningkatan konsentrasi mengikuti tingkat pemetaan untuk
ion H+. pemetaan tanah, yaitu ultra detail (skala
Perbedaan status hara atau 1:> 5.000), detail (skala 1:5.000-10.000),
keragaman sifat tanah secara ruang semi detail (skala 1:25.000-50.000), tinjau
dikelompokkan kedalam dua golongan, mendalam (skala 1:50.000-100.000),
yaitu keragaman sistematik dan tinjau (skala 1:100.000-500.000),
keragaman acak. Keragaman sistematik eksplorasi (skala 1:1.000.000-2.500.000)
memberikan gambaran bahwa sebaran dan bagan (skala < 1:2.500.000).
unsur hara dalam tanah berubah secara Pemetaan tanah yang pernah dilakukan di
berangsur atau secara jelas atau menurut Indonesia umumnya berskala 1: 250.000
kecenderungan tertentu. Penyebab atau yang lebih besar. Metode pemetaan
keragaman sistematis yaitu perbedaan status hara tanah sawah yang dilakukan
topografi, litologi, iklim, aktivitas biologi umumnya menggunakan grid sistem.
dan umur suatu wilayah. Untuk wilayah Penelitian mengenai pemetaan status
yang tidak luas, keragaman mungkin hara sudah dilakukan oleh beberapa
berkaitan dengan posisi geomorfik dan peneliti sebelumnya. Ritchie S (2007)
litologi/bahan induk, vegetasi dan iklim. melakukan penelitian pemetaan status
Hasil penelitian Sukarman et al., (2012) hara P dan K pada lahan sawah irigasi di
menunjukkan bahwa perbedaan bahan Kabupaten Bima dengan menggunakan
induk tanah dalam suatu landskap dapat metode survei grid. Pemetaan status
menjadi penyebab perbedaan sifat-sifat unsur hara dengan metode grid
tanah dan terdapat suatu hubungan yang membutuhkan biaya yang besar, karena
jelas antara perbedaan sifat-sifat tanah diperlukan contoh tanah yang banyak
dengan posisinya di dalam lanskap. dan waktu yang lama. Untuk itu perlu
Wilding dan Drees (1983) dicari metode pemetaan yang lebih
mengemukakan bahwa keragaman acak murah namun tetap dapat menghasilkan
adalah keragaman sifat tanah secara peta yang bisa mencemirkan sebaran
lateral maupun vertikal sifat tanah yang unsur hara di lapang. Tujuan
disebabkan oleh beberapa faktor berikut: dilakukannya penelitian ini adalah, untuk
(1) Perbedaan litologi: fungsi dari mendapatkan peta dasar (kerja)yang
susunan fisika, kimia dan mineralogi dari paling sesuai untuk digunakan sebagai
bahan induk yang mencerminkan asal alat untuk melaksanakan pemetaan
bahan induk, mekanisme transport dan sebaran unsur hara N P K dan pH tanah.
sejarah perkembangannya. (2) Perbedaan
intensitas hancuran: fungsi dari jenis dan Metode Penelitian
mekanisme hancuran, pembentukan dan Penelitian ini dilaksanakan di
pengangkutan hasil hancuran dan evolusi Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji,
landskap. (3) Perbedaan erosi dan Jember pada bulan Juni 2015 sampai
deposisi: fungsi dari stabilitas landskap Agustus 2016. Analisis tanah dilakukan di
dan proses-proses geomorfik. Faktor Laboratorium Kimia Tanah Jurusan
tersebut di atas pengaruhnya dapat Tanah Universitas Brawijaya, sedangkan
diidentifikasi secara visual dan terukur. analisis spasial dan pemetaan dilakukan
Pengaruh dari faktor tersebut sulit atau di Laboratorium Sistem Informasi
112

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Geografis, Jurusan Tanah Universitas digunakan. Setiap satuan peta lahan akan
Brawijaya. memiliki status unsur hara masing-
Penelitian dilaksanakan dengan masing, kemudian sebaran status unsur
metode survei grid bebas dengan tingkat tersebut akan membentuk pola tertentu.
survei semi detail skala 1:25.000. Metode Pola yang terbentuk dari sebaran status
grid bebas merupakan perpaduan metode unsur yang diamati akan dianalisis
grid kaku dan metode grid fisiografis. dengan pendekatan metode matriks
Pengamatan lapangan dilakukan seperti untuk mendapatkan kombinasi peta
pada grid kaku, tetapi jarak pengamatan dasar yang dapat digunakan untuk
tidak perlu sama dalam dua arah dan menyusun sebaran tersebut, atau untuk
tergantung fisiografi daerah survei. Jika mendapatkan kombinasi
terjadi perubahan fisiografi yang Informasi status hara masing-
mencolok dalam jarak dekat, maka perlu masing unsur akan ditambahkan kedalam
pengamatan yang lebih rapat, sedangkan attribute peta dan selanjutnya akan diolah
jika landformrelatif seragam maka jarak menjadi peta status hara N P K dan pH
pengamatan dapat dilakukan berjauhan. tanah. Pembuatan peta sebaran
Lokasi pengambilan contoh tanah berdasarkan SPL dilakukan dengan cara
terlihat seperti pada Gambar 1. menentukan status unsur hara pada suatu
Pola sebaran masing-masing SPL dengan memperhatikan status yang
status unsur hara dianalisis dengan dominan pada SPL tersebut dan
pendekatan metode matriks untuk memperhatikan adanya inklusi peta. Peta
mengetahui peta dasar yang dapat sebaran status hara N P K tersebut
digunakanuntuk menyusun peta sebaran kemudian digabungkan atau overlay
dari masing-masing unsur hara yang menjadi satu peta yang mewakili seluruh
diamati. Metode matriks digunakan unsur yang diamati.
untuk mendapatkan kombinasi peta yang Model peta yang dihasilkan
dapat membentuk pola yang paling kemudian perlu dilakukan validasi untuk
menyerupai peta sebaran unsur hara yang mengetahui kesesuaian informasi antara
diamati. Oleh karena itu, perlu dilakukan status ketersediaan N P K pada peta dan
beberapa percobaan untuk mendapatkan di lapangan. Validasi dilakukan dengan
hasil overlay peta yang paling menyerupai mengambil contoh tanah pada beberapa
peta sebaran unsur hara yang diamati. titik secara acak dan di analisis sesuai
Peta sebaran masing-masing unsur yang dengan parameter pengamatan. Hasil
telah diberi skor pada setiap status analisis tersebut kemudian ditentukan
selanjutnya di-overlay untuk mendapatkan status ketersediaan N P K tanahnya.
Peta Ketersediaan N P K Tanah. Peta Analisis statistik digunakan untuk
Ketersediaan N P K Tanah yang memudahkan interpretasi data penelitian
dihasilkan selanjutnya diuji kevalidannya yang diperoleh. Analisis yang digunakan
dengan menggunakan uji-t berpasangan. ialah Uji-t berpasangan. Uji-t digunakan
Matriks digunakan sebagai analisis untuk menentukan perbedaan antara
yang dilakukan untuk mengetahui faktor permodelan peta ketersediaan unsur hara
yang mempengaruhi bentuk sebaran dengan validasi. Apabila tidak terdapat
unsur hara N P K dan pH tanah melalui perbedaan antara permodelan dengan
overlay beberapa peta yang digunakan dan validasi, maka permodelan peta
disajikan dalam bentuk tabel. Faktor yang kesuburan dapat digunakan. Analisis
dimaksud mempengaruhi bentuk sebaran statistik dilakukan menggunakan software
unsur merupakan peta dasar yang SPSS 16.
113

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Gambar 1. Pengambilan contoh tanah


114

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Berikut merupakan alur tahapan mendapatkan hasil peta status unsur hara
penelitian yang telah dilakukan hingga yang diamati.

Gambar 2. Rancangan alur tahapan penelitian


115

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Hasil dan Pembahasan sedang dan sangat tinggi. Hasil analisis


K-tersedia (me/100 g tanah) didominasi
Berdasarkan hasil analisis unsur
oleh status K sedang, dan pada beberapa
hara diperoleh hasil bahwa hasil analisis
titik ditemukan status K sangat rendah,
N-total (%) didominasi oleh status N
rendah, tinggi dan sangat tinggi. Hasil
sangat tinggi, dan pada beberapa titik
analisis pH tanah didominasi oleh status
ditemukan status N sedang dan tinggi.
pH tanah masam dan pada satu titik
Hasil analisis P-tersedia (mg/kg)
ditemukan status pH tanah sangat
didominasi oleh status P tinggi, dan pada
beberapa titik ditemukan status P rendah, masam (Gambar 3, 4, 5 dan 6)

Gambar 3. Peta sebaran status unsur nitrogen Desa Gugut


116

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Gambar 4. Peta sebaran status unsur fosfor Desa Gugut


117

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Gambar 5. Peta sebaran status unsur kalium Desa Gugut

Hasil analisis pH tanah 4,3. Namun, titik tersebut diasumsikan


menunjukkan bahwa pada Desa Gugut sebagai inklusi dikarenakan pengaruhnya
termasuk dalam kritera masam dan sangat kecil. Tanah pada Desa Gugut
sangat masam. Tanah dengan pH sangat memiliki pH rata-rata 4,86 pada kondisi
masam ditemukan pada T17 dengan pH pH tersebut masuk kriteria tanah masam.
118

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Gambar 6. Peta sebaran status pH tanah Desa Gugut

Status ketersediaan N P K tanah tanah sedang ditemukan pada SPL 1,


diperoleh dari overlay peta sebaran N, peta status kesuburuan tanah tinggi ditemukan
sebaran P dan peta sebaran K yang telah pada SPL 2, SPL 3 dan SPL 4, sedangkan
diberi skor (harkat) pada masing-masing status ketersediaan N P K tanah sangat
statusnya. Bentuk dari peta sebaran status tinggi ditemukan pada SPL 5. Penentuan
ketersediaan N P K tanah menyerupai skor pada status kesuburan ditentukan
peta sebaran P. Status ketersediaan N P dengan indeks bilangan tertimbang, skor
K tanah di Desa Gugut termasuk dalam ketersediaan N P K tanah ditunjukkan
tiga kriteria yaitu sedang, tinggi dan pada Tabel 1.
sangat tinggi. Status ketersediaan N P K
119

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Tabel 1. Skor Ketersediaan N P K Tanah Pada Tiap SPL


No. Status Skor Status Skor Status Skor Σ Kriteria**
SPL N* P* K* Skor
1 ST 5 S 3 S 3 11 S
2 ST 5 T 4 S 3 12 T
3 ST 5 T 4 S 3 12 T
4 ST 5 T 4 T 4 13 T
5 ST 5 ST 5 ST 5 15 ST
Keterangan :
*Kriteria Berdasarkan Balai Penelitian Tanah (2009), ST= Sangat Tinggi; T= Tinggi; S=
Sedang R= Rendah; SR= Sangat Rendah
**Kriteria Berdasarkan Indeks Bilangan Tertimbang

Tabel 2. Status Ketersediaan N P K Tanah


Kriteria Luas (ha) Luas (%)
Sedang 109,5 28,8
Tinggi 255,5 67,2
Sangat tinggi 15 4
Total 380 100
Sumber: Attribute Peta Sebaran Unsur PDesa Gugut Skala 1:25000(2015).
Pemetaan status unsur hara dilakukan dalam menentukan batas satuan peta
dengan metode grid bebas, sehingga pada daerah survei yang relatif datar
apabila pada suatu lahan memiliki (Maruduret. al., 2013). Namun, terdapat
landform yang relatif seragam maka titik beberapa pertimbangan untuk melakukan
pengambilan contoh tanah dapat survei metode grid kaku. Survei ini
dilakukan berjauhan. Pada beberapa titik memerlukan waktu dan biaya yang lebih
pengamatan dalam satu SPL ditemukan besar dan sebagian lokasi pengamatan
beberapa status unsur hara, sehingga tidak mewakili satuan peta yang
akan mempengaruhi penentuan status dikehendaki, misalnya pemukiman,
unsur hara pada SPL tersebut apabila wilayah peralihan dua satuan lahan dan
titik pengambilan contoh tanah dilakukan lain-lain. Dengan ditambahkan beberapa
berjauhan. Apabila titik pengamatan peta dasar penyusun satuan lahan seperti
dilakukan secara kaku akan terdapat peta sumber air irigasi, peta bentuk teras,
jumlah titik pengamatan yang lebih dan peta manajemen pemupukan
banyak dan dapat dilihat status yang lebih diharapkan akan menambah tingkat
dominan. Survei grid kaku cukup teliti ketelitian pengambilan contoh tanah.
120

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Gambar 7. Peta sebaran status ketersediaan N P K Tanah Desa Gugut

Analisis matriks digunakan untuk Peta Jenis Tanah, Peta Geologi, Peta
mengetahui faktor yang dapat Bentuk Lahan, Peta Penggunaan Lahan,
mempengaruhi sebaran status unsur hara Peta Ketinggian Tempat, dan Peta
melalui hasil overlay beberapa peta yang Kelerengan. Status hara masing-masing
digunakan. Peta yang digunakan untuk titik pengamatan dan Matriks
mengetahui faktor sebaran tersebut ialah ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
121

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Tabel 3. Status Hara Titik Pengamatan


SPL Titik N P K pH Tanah
1 14 S S S Masam
15 ST S S Masam
16 ST S S Masam
17 ST S R Sangat Masam
18 ST S S Masam
2 9 ST T S Masam
10 ST T S Masam
11 T ST S Masam
12 ST T SR Masam
13 ST T S Masam
3 5 ST T S Masam
6 ST T T Masam
7 T T ST Masam
8 ST T S Masam
4 1 ST T T Masam
3 ST T T Masam
4 ST R R Masam
5 2 ST ST ST Masam

Tabel 4. Matriks Sebaran N P K dan pH Tanah


Faktor N P K pH Tanah NPK
Jenis Tanah - - √ - -
Geologi √ √ √ √ √
Bentuk Lahan √ √ √ √ √
Penggunaan √ √ √ √ √
Lahan
Ketinggian - √ √ - √
Tempat
Kelerengan - - - - -
Sumber: Hasil overlay peta

Berdasarkan uji matriks, sebaran geologi dan peta bentuk lahan yang
unsur N didapatkan dengan melakukan seragam pada wilayah Desa Gugut yaitu
overlay peta yaitu peta geologi, peta formasi breksi Argopuro dan dataran
bentuk lahan dan peta penggunaan lahan. vulkanik tua (V.3.1).
Sebaran status unsur N pada Desa Gugut Bentuk sebaran dari status hara
merata pada semua SPL yaitu sangat N seragam sesuai dengan hasil overlay
tinggi. Oleh karena itu, bentuk dari peta geologi, bentuk lahan dan
sebaran unsur N akan didapatkan dengan penggunaan lahan. Menurut Wilding dan
melakukan overlay peta tersebut Drees (1983), keragaman status hara
dikarenakan bentuk sebaran dari peta dapat disebabkan oleh perbedaan
122

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

litologi/bahan induk, perbedaan ditemukan status P yang berbeda. T4


intensitas hancuran, pengaruh erosi, memiliki status P rendah dan T11
pengaruh biologi, dan perbedaan memiliki status P sangat tinggi.
hidrologi. Keseragaman penyusun Berdasarkan uji matriks, sebaran
wilayah tersebut diasumsikan dapat unsur K didapatkan dengan melakukan
menyeragamkan status hara N pada overlay peta yaitu peta jenis tanah, peta
wilayah ini. Hal tersebut didukung geologi, peta bentuk lahan, peta
dengan pemupukan nitrogen yang penggunaan lahan dan peta ketinggian
diaplikasikan pada lahan di Desa Gugut tempat. Sebaran status unsur K pada
rata-rata di atas dosis rekomendasi yang Desa Gugut tersebar menjadi tiga kriteria
ada. Hasil wawancara manajemen yaitu sedang, tinggi dan sangat tinggi.
pemupukan ditunjukkan pada Lampiran Bentuk sebaran dari status hara K
8. Namun, pada beberapa titik seperti T7, hampir sesuai dengan hasil overlay peta
T11 dan T14 ditemukan status hara N jenis tanah, geologi, bentuk lahan,
yang berbeda. T7 dan T11 memiliki penggunaan lahan dan ketinggian tempat.
status N tinggi dan T14 memiliki status Menurut Wilding dan Drees (1983),
N sedang. keragaman status hara dapat disebabkan
Berdasarkan uji matriks, sebaran oleh perbedaan litologi/bahan induk,
unsur P didapatkan dengan melakukan perbedaan intensitas hancuran, pengaruh
overlay peta yaitu peta geologi, peta erosi, pengaruh biologi, dan perbedaan
bentuk lahan, peta penggunaan lahan dan hidrologi. Desa Gugut memiliki dua jenis
peta ketinggian tempat. Sebaran status tanah yaitu Typic Hapludalfsdan Typic
unsur P pada Desa Gugut tersebar Epiaqualfs. SPL 1, SPL 2 dan SPL 3
menjadi tiga kriteria yaitu sedang, tinggi memiliki jenis tanah Typic Epiaqualfs
dan sangat tinggi. sedangkan SPL 4 dan SPL 5 memiliki
Bentuk sebaran dari status hara P jenis tanah Typic Hapludalfs. Wilayah
hampir sesuai dengan hasil overlay peta pengamatan memiliki ketinggian tempat
geologi, bentuk lahan, penggunaan lahan yang beragam mulai dari 40 mdpl hingga
dan ketinggian tempat. Menurut Wilding 120 mdpl. SPL 1 berada pada ketinggian
dan Drees (1983), keragaman status hara 40 – 60 mdpl, SPL 2 dan SPL 3 berada
dapat disebabkan oleh perbedaan pada ketinggian 60 – 80 mdpl. SPL1, SPL
litologi/bahan induk, perbedaan 2 dan SPL 3 memiliki sebaran K dengan
intensitas hancuran, pengaruh erosi, status sedang. SPL 4 berada pada
pengaruh biologi, dan perbedaan ketingian 80 – 100 mdpl, SPL tersebut
hidrologi. Wilayah pengamatan memiliki memiliki sebaran K dengan status tinggi.
ketinggian tempat yang beragam mulai SPL 5 berada pada ketinggian 100 – 120
dari 40 mdpl hingga 120 mdpl. SPL 1 mdpl memiliki sebaran K dengan status
berada pada ketinggian 40 – 60 mdpl sangat tinggi. Pada beberapa titik seperti
memiliki sebaran P dengan status sedang. T4, T6, T7, T12 dan T17 ditemukan
SPL 2 dan SPL 3 berada pada ketinggian status hara K yang berbeda. T4 memiliki
60 – 80 mdpl sedangkan SPL 4 berada status K rendah, T6 memiliki status K
pada ketingian 80 – 100 mdpl, SPL tinggi, T7 memiliki status K sangat tinggi,
tersebut memiliki sebaran P dengan T12 memiliki status K sangat rendah,
status tinggi. SPL 5 berada pada dan T17 memiliki status K rendah.
ketinggian 100 – 120 mdpl memiliki Bentuk sebaran K tidak seluruhnya sesuai
sebaran P dengan status sangat tinggi. dengan hasil overlay peta yang digunakan.
Pada beberapa titik seperti T4 dan T11 Sebaran tersebut hanya sesuai pada SPL
123

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

4 dan SPL 5, sedangkan SPL 1, SPL 2, akan menyebabkan tanah bersifat


dan SPL 3 bergabung menjadi satu. Oleh masam.
karena itu, peta sebaran K hanya Analisis normalitas data
memenuhi 19 % bagian Peta Ketinggian digunakan untuk mengetahui data
Tempat. tersebut berdistribusi normal atau tidak
University of Nebraska berdistribusi normal. Data yang tidak
Cooperative Extension (1999) berdistrubusi normal perlu dilakukan
menyatakan bahwa mekanisme yang transformasi sebelum dianalisis lebih
tepat mengenai beberapa faktor yang lanjut. Uji normalitas yang digunakan
mempengaruhi reaksi kalium dalam tanah ialah Uji Normalitas Kolmogorov-
belum dapat dipahami secara jelas. Smirnov. Berdasarkan hasil uji normalitas
Namun, beberapa faktor yang diketahui Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil
dapat mempengaruhi kalium dalam tanah bahwa nilai signifikansi untuk skor model
ialah: (1) jenis tanah, (2) suhu, (3) siklus peta ketersediaan unsur N P K tanah dan
lahan basah dan kering, (4) pH tanah, validasi ialah 0,491. Nilai signifikansi skor
dan (5) aerasi dan kelembaban tanah. peta ketersediaanunsur N P K tanah
Pada tanah-tanah berpasir dengan KTK lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan
rendah, Kalium dapat digerakkan melalui bahwa data tersebut berdistribusi normal.
proses aliran massa, dan kehilangan dari Validasi dilakukan dengan
tanah permukaan akan terjadi, terutama membandingkan data skor model peta
setelah hujan lebat. ketersediaan N P K tanah dan data skor
Berdasarkan uji matriks, sebaran titik validasi yang telah di uji normalitas
pH tanah didapatkan dengan melakukan terlebih dahulu. Berdasarkan hasil Uji-t
overlayPeta yaitu Peta Geologi, Peta Berpasangan diperoleh hasil bahwa nilai t
Bentuk Lahan dan Peta Penggunaan sebesar 1,00 dan signifikansi Sig.(2-tailed)
Lahan. Sebaran status pH tanah pada sebesar 0,347. Nilai signifikansi data
Desa Gugut merata pada semua SPL tersebut lebih kecil dari nilai t, maka
yaitu masam. Oleh karena itu, bentuk sesuai dengan dasar pengambilan
dari sebaran pH tanah akan didapatkan keputusan dalam Uji-t Berpasangan
dengan melakukan overlaypeta tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
dikarenakan bentuk sebaran dari Peta dan H1 ditolak. Hal tersebut dapat
Geologi dan Peta Bentuk Lahan yang diartikan tidak terdapat perbedaan antara
seragam pada wilayah Desa Gugut yaitu rata-rata pada data model peta
formasi breksi Argopuro dan dataran ketersediaan N P K tanah dan rata-rata
vulkanik tua. Lahan yang dipetakan pada data titik validasi.
merupakan penggunaan lahan sawah Hasil uji-t berpasangan
irigasi, sehingga batas-batas yang terdapat menunjukkan bahwa data model peta
pada sebaran status pH tersebut ketersediaan N P K tanah dengan data
dikarenakan pada Desa Gugut terdapat titik validasi tidak berbeda nyata. Oleh
beberapa penggunaan lahan yang bukan kerena itu, model peta ketersediaan N P
daerah pengamatan yaitu pemukiman, K tanah dapat digunakan sebagai
perkebunan dan semak. Bentuk sebaran referensi status hara N P K di Desa
status pH tanah diasumsikan dapat Gugut.
disamakan dengan sebaran status unsur
N. Hal tersebut selaras dengan
penggunaan pupuk N dengan dosis tinggi
124

B. Siswanto/ Buana Sains Vol 18 No 2 : 109-124

Kesimpulan Raja Kabupaten Simalungun.


Berdasarkan penelitian yang telah Jurnal Online Agroekoteknologi,
dilakukan, maka dapat disimpulkan 1 (4): 987-995
bahwaPeta Ketersediaan Unsur N P K Nurwati, Andri dan Sudjudi. 2002.
dan pH dapat dihasilkan dari kombinasi Hasil Penelitian Status Hara P
beberapa peta dasar yang digunakan yaitu dan K di Lahan Sawah Irigasi
peta jenis tanah, peta geologi, peta Kabupaten Bima. Balai
bentuk lahan, peta ketinggian tempat, Pengkajian Teknologi Pertanian
dan peta penggunaan lahan. Namun, Nusa Tenggara Barat.
pada sebaran unsur P dan unsur K
kombinasi tersebut tidak sepenuhnya Ritchie, Sinuraya. 2007. Pemetaan
sesuai dikarenakan hanya memenuhi Status Hara P-Tersedia, P-Total,
sebagian pola dari peta ketinggian dan K-Tukar di Kebun Tanjung
tempat. Garbus-Pagar Marbau PTPN II.
Skripsi. Universitas Sumatera
Daftar Pustaka Utara, Medan.
Bhattacharyya, Ranjan., S. Kundu., Ved Sukarman., D. Setyorini., dan S.
Prakash., dan H. S. Gupta. 2008. Ritung. 2012. Metode Percepatan
Sustainability Under Combined Pemetaan Status Hara Lahan
Application of Mineral and Sawah. pp 141-150. Dalam
Organic Fertilizers in a Rainfed Prosiding Seminar Nasional
Soybean-Wheat Systems of the Teknologi Pemupukan dan
Indian Himalayas. Europe. J. Pemulihan Lahan Terdegradasi,
Agronomy, 28: 33-46 Bogor 29-30 Juni 2012. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Dhage, Shubhangi J., V.D Patil dan Pertanian. Kementrian Pertanian;
A.L. Dhamak. 2014. Influence of Indonesia.
Phosporus and Sulphur Levels on
Nodulation, Growth Parameters Triharto, Sukma., L. Musa dan Gantar
and Yield of Soybean (Glycine Sitanggang. 2014. Survei dan
max L.) Grown on Vertisol. Asian Pemetaan Unsur Hara N, P, K
Journal of Soil Science, 9 (2): dan pH Tanah Pada Lahan Sawah
244-249 Tadah Hujan di Desa Durian
Kecamatan Pantai Labu. Jurnal
Ispandi, Anwar. 2002. Pemupukan Online Agroekoteknologi, 2
NPKS dan Dinamika Hara dalam (3):1195-1204
Tanah dan Tanaman Kacang
Tanah di Lahan Kering Tanah Wilding, L.P. dan L.R. Drees. 1983.
Alfisol. Penelitian Pertanian Spatial Variability and Pedology.
Tanaman Pangan, 21 (1): 48-56 Dalam Wilding, L.P., N.E.
Semeck dan G.F. Hall (ed.).
Marudur, Star Pangaribuan., Supriadi 1983. Pedogenesis and Soil
dan Sarifuddin. 2013. Pemetaan Taxonomy I. Concept and
Status Hara K, Ca, Mg Tanah Interaction. Elsevier Science
Pada Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Publisher B.V. Amsterdam,
guineensis Jacq) di Perkebunan Netherlands.
Rakyat Kecamatan Hutabayu

You might also like