Professional Documents
Culture Documents
70
ABSTRAC
Evidence of taking sides with gender mainstreaming gives women the right to have equality
and no longer be in situations of injustice, one of which is the role and participation in
empowerment programs as an effort to achieve equality, equality and justice in domestic life.
The purpose of this study was to determine the influence and characteristics of women, the
role of women in the family and in women's empowerment programs to contribute to meeting
household needs. Using quantitative data supported by qualitative data by conducting a survey
by distributing questionnaires to female heads of household from three sub-districts in Palopo
city involving 50 respondents. Quantitative data were processed using SPSS for windows.
The regression test is intended to see the impact of the role of women who are involved in
community empowerment programs in contributing to the economic contribution of the
family. The results of this study indicate that there is no significant effect seen from the
characteristics of the respondents involved in the empowerment program for female heads of
household. Qualitative data confirms, although not directly, the empowerment program for
women heads of household has succeeded in providing opportunities for women to earn
additional income for their families.
Bukti keberpihakan pada pengarusutamaan gender memberikan hak pada perempuan untuk
memiliki kesetaraan dan tidak lagi dalam situasi ketidakadilan, salah satunya peran dan
partisispasi dalam program pemberdayaan sebagai upaya mencapai kesetaraan, kesederajatan
dan keadilan dalam kehidupan rumah tangga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh dan karakteristik perempuan, peran perempuan dalam keluarga dan dalam program
pemberdayaan perempuan terhadap kontribusi pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Menggunakan data kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif dengan melakukan
survey dengan membagikan kuesioner terhadap perempuan kepala keluarga dari tiga
kecamatan di kota Palopo yang melibatkan 50 responden. Data kuantitatif diolah dengan SPSS
for windows. Uji regresi ditujukan untuk melihat dampak dari peran perempuan yang terlibat
pada program pemberdayaan masyarakat dalam berkontribusi pada sumbangan ekonomi
keluarga. Hasil penelitian ini, menunjukan tidak terdapat pengaruh nyata dilihat dari
karakteristik responden yang terlibat pada program pemberdayaan perempuan kepala
keluarga. Data kualitatif mengkonfirmasi meskipun tidak secara langsung, program
pemberdayaan perempuan kepala keluarga berhasil memberikan kesempatan pada perempuan
untuk memperoleh penghasilan tambahan bagi keluarga.
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan fenomena social yang masih terus berlangsung, kemiskinan
secara kasat mata ditandai dengan derita keterbelakangan, ketertinggalan, rendahnya
produktivitas, yang selanjutnya menjadi rendahnya pendapatan yang diperoleh.
Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan
perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya, yakni mulai
dari aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek
manajerial1. Beberapa program diantaranya diperuntukkan bagi sektor pertanian. Namun di
Indonesia, pertanian justru menjadi lambang kemiskinan akibat orientasi pembangunan yang
mengedepankan sektor manufaktur non pertanian dan properti. Pemberdayaan ekonomi
banyak masuk melalui program pemberdayaan perempuan yang secara khusus ditujukan
untuk meningkatkan independensi perempuan.
1
Rahayu. Tanpa tahun. Pembangunan Perekonomian Nasional Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa. [internet]. Diunduh pada
Rabu, 9 September 2015, 20.18. dapat diunduh di :
http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Mixed/Pemberdayaan-masyarakat-desa.pdf
Hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah program pemberdayaan dan pembangunan
adalah hadirnya kesetaraan gender. Perempuan terkadang dikesampingkan peran dan
keterlibatannya dalam sebuah program pemberdayaan dan pembangunan dengan anggapan
perempuan tidak memiliki kemampuan yang cukup dibandingkan dengan laki-laki. Adanya
stereotipe atau pelabelan yang mengakibatkan ketidakadilan pada perempuan, menurut
Handayani dan Sugiarti (2008) akibat pelabelan ini banyak tindakan-tindakan yang seolah-
olah merupakan kodrat. Perempuan identik dengan pekerjaan-pekerjaan di rumah, maka
peluang perempuan untuk bekerja di luar rumah sangat terbatas. Hubeis (2010) menyatakan
bahwa perempuan diminta berpartisipasi dalam pembangunan, tetapi pekerjaan yang
dianggap masyarakat sebagai kodrati perempuan tetap dituntut dilakukan sendirian oleh
perempuan. Peran ganda seolah-olah hanya milik perempuan. Hal ini mengakibatkan
perempuan ‘rumahan’ menjadi risau karena menganggap dirinya tidak dapat berpartisipasi
dalam konteks yang lebih luas.
Ihromi (1995) berbagai pandangan dari feminisme marxis yang memiliki perspektif
wanita sebagai ‘kelas sosial’ tersendiri karena pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam sistem
kapitalisme, pekerjaan wanita yang hanya memproduksi barang yang bernilai guna sederhana
(simple-use values), misalnya makanan yang dimasak sendiri dan berbagai hasil sederhana
lainnya yang tidak memperoleh penghargaan yang semestinya, dan bahkan diremehkan
sebagai bukan pekerjaan atau pekerjaan yang ‘non-produktif’. Hal yang dianggap ganjalan
oleh paham Feminisme Marxis ini membuat pendapat bahwa wanita juga diberi kesempatan
untuk memiliki peran dalam kegiatan ekonomi. Tidak menutup kemungkinan, Feminisme
Marxis pun membuka kesempatan pada kaum perempuan untuk memiliki peran dalam
sebuah program pemberdayaan.
Adanya isu pengarusutamaan gender (PUG) menempatkan perempuan pada posisi yang
tidak lagi dalam situasi ketidakadilan, salah satunya dalam peran dan partisipasinya dalam
pogram pemberdayaan. Hubeis (2010) berpendapat bahwa pemahaman gender dalam konteks
Gender and Development (GAD) adalah pencapaian kesetaraan dan kesederajatan atau
kesederajatan dan keadilan dalam tatanan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan
bernegara.
Sejalan dengan upaya pengarusutamaan gender, salah satu program pemberdayaan
yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Palopo salah satunya adalah Program Peningkatan
Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) yang digagas
menurutPeraturan Menteri Dalam Negeri nomor 26 tahun 2009 tentang pedoman pelaksanaan
peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera. Salah satu program yang
2
PEKKA. Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga. Tersedia pada :
http://www.pekka.or.id/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=101&It emid=468&lang=id
Muslikhati (2004) gender merupakan suatu sistem hubungan antara laki-laki dan
perempuan yang ditetapkan tidak secara biologik melainkan sebuah rekayasa sosial yang
didasarkan pada norma dan budaya yang dipengaruhi faktor iptek, ekonomi, sosial, budaya
dan hankam. Gender merupakan pencirian manusia merujuk pada karakteristik yang bersifat
budaya dan pendefinisian yang bersumber pada ciri-ciri biologis (Nugroho 2008);
Puspitawati, Dkk (2012) gender mengacu pada peran dan tanggunjawab perempuan dan laki-
laki yang dibangun oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk
menganalisis peran perempuan dalam program pemberdayaan masyarakat dan pengaruhnya
terhadap sumbangan ekonomi keluarga.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan
metode kualitatif. Metode kuantitatif dengan melakukan survey dengan menguji substansi
dan susunan pertanyaan dalam kuesioner yang dirancang khusus. Hal ini ditujukan untuk
memperoleh informasi yang akurat mengenai karakteristik keluarga responden, peran
perempuan, program pemberdayaan masyarakat dan kontribusi secara ekonomi perempuan di
dalam keluarga. Metode kualitatif ditujukan untuk memahami individu responden secara
personal, data diperoleh dengan mwlakukan wawancara mendalam didukung dengan
observasi dan studi dokumentasi untuk menguji substansi dan susunan pertanyaan dibantu
Skala
No Variabel Definisi Operasional Indikator
Pengukuran
X1.1 Umur Lama waktu hidup
responden (dalam Usia responden
tahun) semenjak hingga saat Interval
dilahirkan sampai ulang pengambilan data
tahun terakhir responden
X1.1 Tingkat Jenjang Sekolah Jumlah tahun Ordinal
Pendidikan Formal yang responden
ditempuh perempuan mengikuti
pendidikan formal
X1.2 Banyaknya anggota Interval
Jumlah anggota
Jumlah anggota keluarga keluarga yang tinggal
keluarga
dalam satu rumah
X1.3 Jenis Pekerjaan Usaha yang dilakukan 1. Petani Nominal
responden untuk 2. Buruh Tani
mendapatkan uang 3. Buruh Pabrik
dalam memenuhi 4. Pegawai Negeri
kebutuhan sehari-hari
5. Pegawai Swasta
keluarga
6. Pedagang
7. Ibu Rumah
Tangga
8. Lainnya
X1.4 Status Tanggung jawab 1. kepala rumah Nominal
Responden dalam Keluarga responden dalam tangga
keluarga 2. ibu rumah tangga
X1.5 Status Perkawinan responden 1. menikah Nominal
2. janda
Gender Framework Analysis (GFA) dalam teknik Harvard merupakan suatu analisis
yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran
gender dalam proyek pembangunan, yaitu mengutarakan perlunya tiga komponen dan
interelasi satu sama lain, yaitu: profil aktivitas, profil akses, dan profil kontol (Overholt et al.
1986)
Tabel 3 Definisi operasional peran perempuan
Skala
No Variabel Definisi Operasional Indikator
Pengukuran
X2.1.1 Peran Peran yang dilakukan oleh Jumlah pekerjaan Interval
Reproduktif seseorang untuk melakukan yang perempuan
kegiatan yang terkait dengan lakukan di dalam
pemeliharaan sumberdaya rumah tangga
insani (SDI) dan tugas
kerumahtanggaan. Pekerjaan
yang tidak dibayar (unpaid
work)
X2.1.2 Peran Produktif Pekerjaan Jumlah kegiatan Interval
yangmenghasilkan barang pekerjaan yang
dan jasa untuk dikonsumsi menghasilkan
dan diperjualbelikan. penghasilan dan
Merupakan jenis pekerjaan yang tergolong
yang dinilai sebagai pekerjaan produktif.
pekerjaan produktif.
X2.1.3 Peran Sosial Peran yang terkait dengan Banyaknya jenis Interval
Kemasyarakatan kegiatan jasa. Seperti pekerjaan sosial yang
kegiatan jasa yang bersifat dikerjakan responden.
relawan.
X2.2.1 Profil Akses Peluang yang dimiliki oleh Banyaksumber Interval.
perempuan untuk daya yang dapat
menikmati sesuatu, yang diakses secara
dianalisis berdasarkan langsung oleh
persepsi responden responden
terhadap perilaku dalam
mengakses sumberdaya dan
manfaat dari program
pemberdayaan masyarakat.
X2.3 Profil Kontrol Perempuan mengambil Jumlah manfaat yang Interval
keputusan atau mengontrol dapat dikontrol oleh
penggunaan sumberdaya responden.
tertentu. Sumberdaya dapat
berupa materi (bernilai
ekonomis, politis, sosial,
dan waktu)
Tabel 6. Nilai toleransi dan VIF pengaruh peran perempuan dan pengaruhnya
terhadap sumbagan ekonomi keluarga
Untuk mendapatkan hasil analisis regresi yang baik terlebih dahulu dilakukan uji
kolinearitas untuk memastikan apabila terjadi kolinearitas atau multikolinearitas diantara
variabel bebasnya. Jika nilai VIF (variance InflationFactor)≥10 atau memiliki nilai
toleransi≤0,1, maka dinyatakan terjadimultikolinearitas dalam model regresi. Data dalam
tabel 6 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi.
Nilai pengaruh karakteristik keluarga, peran perempuan dalam keluarga, dan peran
perempuan kepala keluarga dalam program pemberdayaan perempuan kepala keluarga senilai
12,485. Hal tersebut menjelaskan meskipun tidak berpengaruh signifikan karena nilai
signifikansi ≤ 0,05, nilai pengaruh paling besar adalah variabel X3 peran perempuan dalam
program pemberdayaan perempuan dan selanjutnya adalah variabel X2 peran perempuan
dalam keluarga.
Hasil uji pada variabel karakteristik keluarga menunjukan bahwa semakin kecil jumlah
anggota keluarga semakin memberikan pengaruh positif terhadap kontribusi pendapatan
perempuan dalam pemenuhan perekonomian dan kebutuhan keluarga. Pada variabel peran
perempuan dalam keluarga, pengaruh diperoleh pada sub variabel peran perempuan
dalam sektor produktif terhadap kontribusi pendapatan perempuan dalam pemenuhan
kebutuhan perekonomian keluarga. Simpulan pada variabel peran perempuan dalam program
pemberdayaan perempuan menunjukan bahwa terdapat pengaruh dari beberapa sub variabel
antara peran perempuan dalam program pemberdayaan perempuan kepala keluarga terhadap
kontribusi pendapatan ekonomi keluarga yang terdapat pada sub variabel aspek kesejahteraan
dan kesadaran kritis.
KESIMPULAN
Responden dalam penelitian ini merupakan perempuan kepala keluarga dalam kategori
usia produktif antara 35-64 tahun. Tingkat pendidikan responden didominasi lulusan sekolah
menengah tingkat atas (SLTA) sederajat. Pekerjaan responden sebagian hingga 42,0 persen
merupakan ibu rumah tangga yang cenderung tidak memiliki penghasilan tetap. Perempuan
yang menjadi kepala keluarga tetap memiliki tanggungjawab terhadap seluruh urusan rumah
tangga. Perempuan kepala keluarga juga dominan mengerjakan pekerjaan domestik rumah
tangganya termasuk akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat keluarga. Perbedaan
dengan perempuan ibu rumah tangga yang memiliki kecenderunga mengerjakan pekerjaan
domestik rumah tangga namun memiliki pembagian kerja merata dalam pekerjaan produktif,
sosial, maupun akses dan kontrol dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arifin, H. 2003. Perempuan, Kemiskinan Dan Pengambilan Keputusan. Jurnal Analisis
sosial, 8(2).
[2] Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan sosial Melalui
Pembelajaran Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
[3] Baroroh K. 2009. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap Pemberdayaan
Perempuan Melalui Pelatihan Life Skill(Studi Kasus di Lembaga Advokasi Pendidikan
Indonesia Yogyakarta). Jurnal Dimensia. 3 (1), 19-51.
[4] [BPS] 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Dapat diakses melalui www.bps.go.id
[5] Elizabeth R. 2007. Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming
dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Perdesaan. Jurnal Forum Penelitian Agro
Ekonomi. 25(2), 126-135.
[6] Handayani, Artini. 2009. Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pembuat Makanan
Olahan terhadap Pendapatan Keluarga. Jurnal Piramida. V(1).
[7] Handayani, Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press.
[8] Haryanto. 2008. Peran Aktif Wanita dalam Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga
Miskin : Studi Kasus pada Wanita Pemecah Batu di Pucanganak Kecamatan Tugu
Trenggalek. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 9(2), 216-227.
[9] Hubeis AVS . 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor: IPB Press.
[10] Ihromi TO. 1995. Kajian Wanita dalam Pembangunan. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia.
[11] Irfarinda M. 2015. Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Rumahtangga Pedesaaan.
[Skripsi]. IPB: Institut Pertanian Bogor.
[12] Isna A, Firdaus S. 2004. Prospek Pemberdayaan Perempuan di Desa Tumiyang
Kabupaten Banyuman (Studi Evaluasi Implementasi Program P2MD). Jurnal Ilmu
Administrasi Negara dan Ilmu Politik FISP Unsoed.
[13] Mosse J. 2002. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[14] Muslikhati S. 2004. Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam.
Jakarta[ID]: Gema Insani Press.
[15] Mustika, W. 2016. Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat dan
Pengaruhnya Terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga. Makalah Kolokium, 2(3).
[16] Pratama. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemberdayaan
Perempuan Desa Joho di Lereng gunung Wilis. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
1 (1)
[17] Prastiwi, Sumarti. 2012. Analisis Gender terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan
CSR di Bidang Pemberdayaan Ekonomi Lokal PT. Holcim Indonesia, Tbk. Sodality,
jurnal sosiologi pedesaan.
[18] Ratnawati S. 2011. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Perdesaan Melalui
Pengembangan Kewirausahaan. Jurnal Kewirausahaan 5 (2), 1-10.
[19] Sajogyo P. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta : CV
Rajawali
[20] Sihite R. 2007. Perempuan, Kesetaraan, dan Keadilan: Suatu Tinjauan Berwawasan
Gender. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
[21] Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
[22] Suman A. 2007. Pemberdayaan Perempuan, Kredit Mikro, dan Kemiskinan : Sebuah
Studi Empiris. Jurnal Ekonomi Manajemen Universitas Kristen Petra. (9)1, 62-72.
[23] Tjondronegoro. 2008. Ranah Kajian Sosiologi Pedesaan. Editor : Soeryo Adiwibowo,
Melanie A. Sunito, Lala M. Kolopaking. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia IPB.
[24] http://www.palopokota.go.id/blog/page/satuan-kerja-perangkat-daerah
[25]