You are on page 1of 15

Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai di Pesantren

Sulasman, Fadlil Yani Ainusyamsi


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung
Jl. A.H. Nasution No. 105 Bandung 40614

ABSTRACT

The purpose of this study is to give a description about how the Islam views about art, especially
music art. To explain about this purpose, the documentation study is applied in this research. The de-
scription is done ontologically, epistemologically, and axiological. For that reasons, we can comprehend
what the music is, how characteristic features and ways of working of the music, also we can know how
and what for we play music. Furthermore, there will be a new paradigm about music art in the Moslem
especially in Pesantren. This research use qualitative method and the result shows that Pesantren as the
educational organization of Islam has its own contribution in instilling the values of theological, juri-
dical, Islamic socio-cultural, and sophistical. Sphistical value in Pesantren has been put by purpose for
cleansing up the soul. To provide the passion and meaning in the context of deepening enlightenment
to students performed the internalization of sophistical values in Pesantren through the music. There
are differences about art especially music art in Pesantren between Ulama of Ahlussunah and Ulama of
Sufi. Regardless of the controversy between the music is halal or haram, the up growing phenomenon
that is there are a many Pesantren which developing the music art. Music in Pesantren is not only just
an art but also as a tool of increasing and helping the private and social of Santri.

Keywords: Islam, Art, Music, Ulama, Pesantren

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran bagaimana pandangan Islam tentang
seni, khususnya Seni Musik. Untuk menjelaskan tujuan ini, maka digunakan studi pustaka.
Penjelasan dilakukan secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Oleh karena itu, kita akan
paham tentang musik, bagaimana ciri-ciri dan cara kerja musik, serta tahu alasan dan tujuan
kita bermusik. Dengan demikian maka akan lahir paradigma baru tentang seni musik di ka-
langan umat Islam khususnya di kalangan pesantren. Metode yang digunakan adalah kualita-
tif dan hasil penelitian menunjukan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam telah
berjasa dalam menanamkan nilai-nilai teologia, yuridis, sosio kultural Islam, dan nilai sufistik.
Nilai sufistik di pesantren ditanamkan dengan tujuan untuk membersihkan kalbu dari segala
kotoran jiwa. Untuk memberikan gairah pendalaman serta pemaknaan dalam rangka pence-
rahan jiwa bagi santri dilakukan internalisasi nilai-nilai sufistik di pesantren melalui musik.
Terdapat perbedaan pandangan mengenai seni khususnya seni musik dikalangan pesantren
yaitu antara ulama ahlusunnah dan ulama sufi. Terlepas dari kontroversi antara halal dan
haram nya musik, banyak pesantren yang mengembangkan seni musik. Musik di pesantren
selain untuk seni juga dijadikan alat untuk meningkatkan dan membantu pribadi dan sosial
santri.

Kata kunci: Islam, Seni, Musik, Ulama, Pesantren


Panggung Vol. 24 No. 3, September 2014 225

PENDAHULUAN Elly T. Bouwsma ( 1988) Staat Islam en Lokale


in West Madura.
Salah satu “great tradition“ di Indonesia Selain masalah Pesantren dan Kyai, para
adalah pengajaran agama Islam yang mun- penelitipun banyak yang tertarik menulis
cul di pesantren, yaitu lembaga tradisional tentang seni khususnya seni musik dalam
pendidikan Islam untuk mempelajari, me- konteks keislaman seperti al-Qardawi (2001)
mahami, mendalami, menghayati dan meng- menulis Fiqh al-Ghina wa al-Musiqy fi Dhau-
amalkan ajaran Islam dengan menekankan I al-Quran wa al-Sunnah; Al-Jauziyah (1991)
pentingnya moral agama sebagai pedoman Kasyf al-Ghina ‘an Hukm Sama’ al-Ghina; Bunt
perilaku sehari hari (Mastuhu, 1994: 55). (1969) Musik Therapy; An Art Beyond Words;
Suatu lembaga dikatakan sebuah pesantren Djohan (2006) Terapi Musik: Teori dan Aplikasi;
jika memenuhi unsur-unsur yang menjadi Gazalba (1998) Islam dan Kesenian: Relevansi
karakteristiknya yaitu pondok, kyai, masjid, Islam dan Seni Budaya. Muhaya (2003) Bersufi
santri dan pengajaran kitab-kitab klasik. Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi
Kehadiran pesantren di tengah masyara- oleh Ahmad Gazali.
kat tidak hanya sebagai lembaga pendidik- Kesenian yang banyak berkembang di
an, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran pesantren adalah seni lukis berupa ka-
agama dan sosial keagamaan. Pesantren ligrafi, seni bela diri berupa pencak silat,
berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat dan seni musik berupa seni qosidah, rebana,
gerakan pengembangan Islam secara univer- marawis, gambus, dan lain-lain. Berkenaan
sal, termasuk didalamnya pelestarian nilai dengan seni musik, tidak sedikit pesantren
nilai budaya keislaman. Bahkan pesantren yang membentuk grup-grup kesenian un-
mampu mengembangkan seni-seni tradisi tuk mengembangkan minat dan bakat para
kontemporer, sebagai sarana atau media santri. Mereka juga melakukan kolaborasi
penanaman nilai di tengah “masyarakat seni dengan melengkapi peralatan seni
pesantren“ tersebut. modern seperti guitar, organ, dan lain-lain.
Sampai saat ini, seni baik itu seni musik Selain untuk mengembangkan bakat seni
maupun seni rupa masih diperdebatkan di ka- para santri, kesenian di pesantren juga di-
langan ulama, baik itu kyai pemimpin pesantren gunakan sebagai media dakwah. Di antara
maupun kyai diluar pondok pesantren. Perde- pesantren yang mengembangkan kesenian
batan tentang seni terjadi diantara ulama ahlus- adalah Pesantren Darusalam di Ciamis de-
sunnah yang mengharamkan seni dan ulama ngan mengembangkan Seni Qosidah Burdah
sufi yang menghalalkannya. Begitu juga di dipimpin langsung oleh kyai nya yaitu Dr.
kalangan pesantren, ada yang mengharamkan K. H. Fadilyani Ainusyamsi, M.Ag., MBA.
dan ada juga yang membolehkan seni. Seni digunakan oleh komunitas pesan-
Topik mengenai Pesantren dan kyai telah tren sebagai media pengajaran sejarah, hu-
banyak menarik perhatian dari para peneliti kum, etika, moral, kesederhanaan, dan ke-
diantaranya Martin van Bruinessen (1995) salehan hidup. Banyak kyai dari pesantren
yang menulis Kitab Kuning, Pesantren, dan dikenal sebagai seniman baik tingkat nasi-
Tarekat. Karel A. Steenbrink (1986) Pesantren, onal maupun internasional. Di antaranya
Madrasah, dan Sekolah; Zamakhsyari Dhofier adalah K. H. Mustofa Bisri, K. H. D. Zawawi
(1982) Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pan- Imron, dan K. H. Maman Imanul Haq. Selain
dangan Hidup Kyai; Dawam Rahadjo (1973) itu ada juga lulusan pesantren yang menjadi
Kyai, Pesantren dan Desa; Mastuhu (1994) seniman terkenal diantaranya Emha Ainun
Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren; Hiroko Nadjib, Ahmad Subhanudin Alwi, Jamal D.
Horikoshi (1987) Kyai dan Perubahan Sosial; Rahman dan Acep Zamzam Nur.
Sulasman dan Ainusyamsi: Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai 226

Pandangan Islam tentang kesenian khu- HASIL DAN PEMBAHASAN


susnya seni musik, dan peranan seni musik
dalam penanaman nilai-nilai di pesantren Musik Dalam Pandangan Ulama
adalah suatu hal yang cukup menarik untuk Ulama Ahlussunnah mengharamkan seni
menjadi bahan kajian dalam bidang ilmu musik. Mereka lebih mengedepankan nash-
budaya. nash secara langsung dari Al-Quran dan Su-
nah Rasul SAW. Untuk memperkuat argu-
METODE mennya dalam mengharamkan seni musik,
Ulama Ahlussunnah merujuk pada Q.S.
Metode yang digunakan adalah kualita- Lukman ayat 6: “Dan di antara manusia
ada orang yang mempergunakan perkataan
tif. Pendekatan ini dipilih karena dianggap
yang tidak berguna (Lahw al-hadits) untuk
relevan dengan karakteristik masalah yang
menyesatkan manusia dari jalan Allah tan-
menjadi fokus kajian. Selain itu, metode
pa pengetahuan, dan menjadikan jalan Al-
kualitatif mudah diadaptasikan dengan re-
lah itu olok-olokan. Mereka itu akan mem-
alitas yang beragam dan saling berinteraksi. peroleh azab yang menghinakan”. Selain itu
Keberagaman dalam penelitian ini, dimak- Ulama Ahlussunnah juga merujuk pada be-
sudkan bahwa dasar musik sufistik tiada berapa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
lain adalah musik itu sendiri, yang dike- Mas’ud, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, bahwa
mas dalam nuansa religi. Yang dimaksud Lahw al-hadits dalam ayat ini adalah lagu (al-
dengan berinteraksi di sini yaitu adanya Qardhawy, 2001: 28).
kesinambungan dan keterhubungan antara Ulama Tasawuf cenderung mengang-
peneliti dengan responden baik secara lang- gap bahwa musik adalah halal. Landasan
sung maupun tidak langsung. hukum yang digunakan adalah QS al-Mai-
Pemilihan sampel dilakukan oleh penu- dah ayat 87: “Hai orang-orang yang beri-
lis secara purposif, hal ini disebabkan kare- man, janganlah kamu mengharamkan apa
apa yang baik yang telah Allah halalkan
na penulis ingin meningkatkan cakupan
bagimu, dan janganlah kamu melampaui
dan jarak data yang dicari demi mendapat-
batas”. Asumsi dasar yang digunakan oleh
kan realitas yang berbagai-bagai, sehingga
Ulama Tasawuf adalah 1) musik tidak di-
segala temuan akan terlandaskan secara
haramkan baik oleh Allah SWT maupun
lebih mantap karena prosesnya melibatkan Nabi SAW secara tekstual; 2) ada beberapa
kondisi dan nilai lokal yang semuanya sa- Hadits yang mengisahkan bahwa Nabi SAW
ling mempengaruhi. memperkenalkan permainan musik; 3) jika
Dalam menganalisis data, penulis mela- musik digolongkan sebagai Lahw (senda
kukan analisis data secara induktif. Seba- gurau) yang di haramkan, maka semua hal
gaimana para peneliti naturalistis, penulis yang bersifat duniawi juga haram hukum-
tidak berangkat dari teori a priori, karena nya. Untuk memperkuat argumennya, ula-
teori ini tidak mampu menjelaskan berba- ma sufi merujuk pada QS. Muhammad ayat
gai temuan (realitas dan nilai) yang diha- 36: “Sesungguhnya kehidupan dunia ini
dapi di lapangan yaitu beberapa pondok hanyalah permainan (la’b) dan senda gurau
pesantren di Jawa Barat yang dipilih sebagai (Lahw) (al-Qardhawy, 2001: 72).
Terlepas dari perbedaan sudut pandang
objek dalam penelitian penulis adalah Pon-
dan kontroversi antara ulama ahlussunnah
dok Pesantren Darusalam Ciamis.
dan ulama sufi, al-Qardhawy (2001: 153-157)
Panggung Vol. 24 No. 3, September 2014 227

mengambil jalan tengah yakni bahwa musik tersebut tidak hanya berkesan pada ima-
hukumnya boleh (halal) dengan syarat 1) jinasi saja, tetapi menambah juga pada in-
syair lagu tidak boleh bertentangan dengan dera bersama sehingga sufi tersebut dapat
syariat; 2) gaya menyanyikan lagu tidak ber-musyahadah melalui indera lahir. De-
mengundang maksiat; 3) nyanyian tidak di- ngan demikian, maksud dari “bawariq al-
barengi dengan sesuatu yang diharamkan; ma” adalah imunisasi cahaya Allah SWT.
dan 4) tidak berlebihan dalam mendengar- Yang sangat terang dan diterima dan kare-
kannya. nanya ia dapat ber-musyahadah melalui ke-
san yang diperoleh oleh indera bersama
(common sense) dan akhirnya diteruskan ke
Beberapa Studi Tentang Musik Dalam Islam
relung hati. Adapun kata ijma dalam akhir
Dalam bahasa Yunani, musik tidak seke- nama kitab ini menunjukan bahwa ulama
dar seni, tetapi memiliki cakupan yang sa- yang mengharamkan musik memiliki lan-
ngat luas, seperti pendidikan, ilmu, tingkah dasan hukum yang kuat yaitu ijma. Untuk
laku yang baik, bahkan dipercaya sebagai menangkis pendapat tersebut Ahmad al-
seuatu yang memiliki dimensi ritual, magis Ghazali melalui risalah-nya menyangkal
dan etis. Hal inilah barangkali yang menjadi dengan cara mengajukan dalil-dalil keha-
alasan al-Mubarrak dalam Muhaya (2003: lalan musik yang berasal dari al-Quran.
17) menulis at-Tashawwuf al-Islam fi al-Adab Al-Hadits, perbuatan para sahabat, tabi’in,
wa al-Akhlaq menggunakan istilah al-Musiq dan para ulama sufi sera dalil-dalil rasional
wa al-Ghina ketika membahas al-Sama dalam yang menunjukan manfaat musik dalam pe-
Tasawuf. Buku lain adalah Bawariq al-Ilma fi ningkatan kualitas spiritual (Ainusyamsi,
al-Rad ‘ala Man Yucharrim bi al-Ijma’ (kilauan 2008: 13). Kitab Bawariq al-Ilma yang ditulis
cahaya yang sangat terang dalam menolak oleh Ahmad al-Ghazali membahas bebera-
orang-orang yang mengharamkan al-Sama pa persoalan, yakni 1) pengertian al-Sama
melalui ijma) yang ditulis oleh Ahmad al- dan alasan mengapa para sufi melakukan
Ghazali adik Imam Muhammad al-Ghazali. kegiatan tersebut; 2) syarat-syarat yang ha-
Dalam bukunya Ahmad al-Ghazali rus dipenuhi sebelum melakukan kegiatan
membantah pendapat yang mengharam- al-Sama; 3) tata cara dalam melakukan al-
kan musik. Buku tersebut ditujukan kepada Sama; 4) alat musik yang digunakan dalam
orang-orang yang mengharamkan musik, melakukan al-Sama; 5) faidah melakukan
supaya mereka dapat mengubah sikap dan al-Sama; 6) Dalil-dalil yang mendukung ke-
pandangannya yang tadinya mengharam- halalan al-Sama; dan ke 7) kritik dan saran
kan musik menjadi simpati dan menga- terhadap praktik al-Sama.
malkannya karena cahaya ilahi. Hal terse- Dalam buku The Translation of Islamic
but disebabkan karena kata bawariq adalah Spirituality: Manifestation yang disunting
bentuk jamak dari barqun yang berarti “se- Seyyed Hossein Nasr, seorang penulis ber-
suatu yang mula-mula muncul bagi seorang nama Jean-Louis Michon menulis tentang
hamba dari berbagai kilauan cahaya ilahi”. “Musik dan Tarian Suci Dalam Islam” dan
Dengan serta merta seorang hamba tersebut telah memberi gambaran rinci tentang
tertarik untuk masuk kedalam kedekatan permasalahan yang berhubungan dengan
Tuhan untuk mengadakan perjalanan ke musik ruhiyah (sufistik) dimulai dengan
hadhirat Allah SWT. beberapa tokoh filsuf maupun sufi yang
Menurut Muhaya (2003:18) bahwa kata menggandrungi musik perenungan dan pe-
“al-ma” berarti cahaya yang sangat terang nyucian jiwa. Selain itu dijelaskan kekuatan
yang menyinari para sufi pemula dan sinar musik bagi kehidupan manusia. Kemudian
Sulasman dan Ainusyamsi: Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai 228

buku The Haritage of Sufism: The Legacy of Me- nah musik Islam terus berkembang setelah
dieval Persian Sufism tulisan Leonard Lewi- seorang ahli musik dari Andalusia Ibn al-Sid
sohn dalam Ainusyamsi (2008:14) menjelas- tahun 1066 menulis beberapa pasal tentang
kan tentang pandangan umum Islam Iran seni musik dan alat alat musik dalam kitab-
dan Sufisme Persia. nya al-Mukhashshash, kemudian Abu al Salt
Laeman (2004) telah melakukan peneli- Umayyah al-Andalusi tahun 1134 seorang
tian tentang Islamic Aesthetics. Dalam salah ahli dalam teori dan praktek musik menu-
satu analisanya, dia mengutarakan tentang lis Risalah fi al-Musiqi. Kemudian Ibnu Bajah
musik dalam estetika Islam. Menurutnya, seorang filsuf mengarang kitab al-Musiqa se-
musik telah menjadi isu penting dalam pe- buah kitab musik yang terkenal di Barat se-
mikiran Islam sejak awal kelahiran Islam bagaimana terkenalnya kita al-Musiqa karya
itu sendiri. Dalam bukunya, Laeman juga Al-Farabi di Timur.
mengkaji teori-teori dasar musik yang mun- Dalam sejarah perkembangan seni musik
cul dalam Filsafat Islam, di antaranya teori di dunia Islam dapat dijumpai nama-nama
musik al-Farabi, Ibnu Sina, Ikhwan al-Shafa besar ulama yang ahli dalam bidang musik
dan al-Kindi. Teori tentang musik juga dike- seperti Abu al-Chakam al-Bachili (lahir ta-
mukakan oleh Djohan (2006) dalam buku- hun 1155), Ibn al-Naqqash al-Baghdadi (la-
nya yang berjudul Terapi Musik: Teori dan hir 1178), Muhammad Ibnu Abi al Chakam
Aflikasi. Dalam buku tersebut diuraikan 1) (lahir 1180), Kamal al-Din Ibn Man’ah (lahir
mengenal terapi musik; 2) proses dan lang- 1156) dan ‘Alam al-Din Qaisar (lahir 1251).
kah-langkah dalam terapi musi; 3) aplikasi Selain itu terdapat juga beberapa ulama sufi
terapi musik. yang membahas seni musik (al-Sama’) dan
Tulisan lain tentang musik adalah karya pemanfaatannya yaitu Abu Thalib al-Maliki
Gazalba (1987) yang menuangkan pemikir- (lahir 998), Abu Nashr al Sarraj (lahir 988),
annya dengan analisa yang tajam dalam bu- Abu al-Karim Ibn Hawazin al Qusyairi (lahir
kunya Islam dan Kesenian. Dalam bukunya 1072), al-Hujwiri (lahir 456), Abu Chamid al-
itu secara gamblang dan luas dia mengupas Ghazali (lahir 1111), Ahmad al-Gazali (lahir
secara rinci tentang relevansi seni dengan 1121) Jalal al Din Rumi (lahir 672), dan Mu-
Islam. Gazalba tidak hanya semata-mata hammad al-Syadzili al-Thunisi (lahir 882)
mengetengahkan pemikiran dan pendapat- (Muhaya, 2003: 10-11).
nya saja, tetapi juga mengutip nash kan- Bagi kaum sufi, musik memiliki fungsi
dungan al-Quran dan al-Hadits demi untuk yang beragam, yaitu membawa jiwa ke alam
menjelaskan bagaimana hubungan antara realitas, menyejukan hati, mengeluarkan
Islam dan Kesenian. permata ilahiyah yang tersimpan dalam re-
lung hati, membersihkan hati dan mening-
Perkembangan Pemikiran Seni Musik katkan kerinduan serta kecintaan kepada
Allah SWT. Bahkan musik juga dijadikan
Ibnu Sina dalam bukunya al-Syifa dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri ke-
al-Najat menulis tentang musik. Sementara pada Allah SWT dan untuk mencapai dera-
muridnya yaitu Abu Manshur ibn Zailah ta- jat wushul (Ainusyamsi, 2008: 33)
hun 1048 menulis kitab al-Kafi fi al-Musiqa Dalam perkembangan sejarah, Ikhwan
yang menulis tentang praktik seni musik. al-Shafa dalam Muhayat (2003:22) menge-
Pada abad yang sama Ibn al-Chaitam tahun lompokan sejarah musik dalam dua mad-
1039, menulis buku Risalah fi Ta’tsirat al-Lu- zhab pemikiran yaitu: Pertama, madzhab
chun al-Musiqiyah fi al Nufus al Chayawaniyyah revelationism. Madzhab ini memercayai
sebuah risalah dalam bidang musik. Khaza- bahwa musik berasal dari alam metafisika
Panggung Vol. 24 No. 3, September 2014 229

melalui tersibaknya tabir (draw back the veil) Phythagoras mengatakan bahwa musik
atau pewahyuan. Menurut madzhab ini, dapat menghantarkan pendengaran ke ting-
musik merupakan bunyi yang dihasilkan kat spiritualitas yang paling tinggi (maqam
oleh gerakan jagat raya yang menimbulkan ma’rifah). Musik juga dapat berfungsi seba-
suara yang indah (nyanyian), yang harmo- gai washilah atau jalan pengatur kehidupan
nis, terpadu, silih berganti dan enak dide- manusia di dunia ini maupun di kehidupan
ngar. Musik yang dihasilkan oleh gerakan yang ada di alam mitsal. Pemikiran Phytha-
jagat raya berfungsi untuk membahagia- goras ini diikuti oleh al-Rumi, menurutnya
kan jiwa ahli langit, malaikat, dan jiwa-jiwa musik adalah makanan bagi pecinta Tu-
yang bercahaya (al-nafs al-basithah), yaitu han, karena di dalamnya terdapat fantasi
jiwa-jiwa yang substansinya lebih mulia ketenangan jiwa. Melalui aktivitas mende-
dari pada substansi alam jagat raya. Lebih ngarkan musik, dalam diri pendengarnya
jauh menurut Ikhwan al-Shafa, pada alam akan terhimpun suatu kekuatan yang besar.
inilah roh-roh itu hidup dan memperoleh Kekuatan ini tidak dalam bentuk imajinasi
kebahagiaan serta kenikmatan. Sekiranya tetapi sudah dalam wujud aksi (perbuatan).
suara yang dihasilkan oleh gerakan planet- Di samping itu gelora cinta pun dapat me-
planet dan bintang-bintang itu bukan suara ningkat melalui iringan musik, nyanyian
yang indah (nyanyian), niscaya penghuni yang romantik (Ainusyamsi, 2008: 35)
planet-planet dan bintang itu tidak tahan Madzhab revalationism memiliki bebera-
untuk mendengarkannya. Hal itu karena pa argumen tentang musik. Pertama, dalam
penghuni planet tadi memiliki kemampuan suatu hadits diriwayatkan oleh al-Thirmi-
mendengar dan membaca tashbih baik siang dzi dari Qatadah disabdakan: “Allah tidak
maupun malam. mengutus seorang nabi kecuali (ia) memiliki
Pendapat Ikhwan al-Shafa di atas seiring suara indah“. Dari keterangan tersebut dike-
dengan pendapat Phythagoras seorang filsuf tahui bahwa para nabi memiliki suara yang
Yunani (572-497 SM). Menurut Phythago- indah dan suara yang indah adalah musik.
ras, filsafat adalah kebahagiaan yang sejati, Berdasarkan beberapa keterangan bahwa
sedangkan jalan keselamatan dan pemur- Nabi Daud AS tenggorokannya ibarat seru-
nian adalah musik yang paling tinggi. Ini ling yang merdu sehingga binatang binatang
berarti bahwa alat yang paling penting uta- liar, burung-burung, jin, dan manusia ber-
ma untuk membersihkan jiwa (ruch) agar bondong-bondong dan berkumpul untuk
mencapai kebahagiaan adalah musik. Lebih mendengarkan bacaan Kitab Zabur yang
jauh Phythagoras mengatakan bahwa su- dilantunkannya.
ara-suara itu adalah aksiden (‘aradh) yang Teks suci seperti Kitab Zabur dan al-
bertempat pada substansi melalui gerakan. Quran keduanya mengandung musik. Se-
Putaran ruang angkasa yang menggerakan bab keindahan suara yang disebabkan oleh
planet-planet dan bintang-bintang itu me- bacaan keduanya bergantung pada kein-
miliki “ritme”, serta menghasilkan musik dahan yang inheren dalam teks kitab terse-
yang mengagungkan dan memuliakan Tu- but, sebab sebuah bacaan akan memesona
han. Menurut Muhaya (2003: 24) pendapat jika terdapat harmoni antara keindahan su-
Phythagoras dan Ikhwan al-Shafa sejalan ara dan teks. Karena itulah keindahan suara
dengan al-Quran (QS, 24: 41), dalam ayat nabi Daud AS ketika membaca Kitab Zabur
ini Allah SWT menyatakan bahwa segala tidak dapat dipisahkan dari keindahan teks
apa yang di langit dan di bumi serta burung Zabur itu sendiri. Keindahan teks samawi
bertasbih dengan cara memuji Allah SWT juga dapat kita temukan dalam kitab suci
melalui bahasa yang tidak kita fahami. al-Quran. Dalam al-Quran aturan panjang
Sulasman dan Ainusyamsi: Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai 230

pendek dalam membacanya dan juga har- talian yang erat dengan agama. Sementara
moni bunyi fashilah dalam ayat - ayatnya. madzhab yang kedua, berpendapat bahwa
Dalam membaca al-Quran seseorang diwa- musik adalah bagian dari budaya manusia
jibkan membaca sesuai dengan kaidah Ilmu kerena tumbuh dan berkembang bersamaan
Tajwid. Bila al-Quran dibaca dengan tajwid dengan pertumbuhan dan perkembangan
yang benar, maka akan menghasilkan musik manusia. Bagi kelompok pertama musik di-
yang indah, sebab dari bacaan tersebut akan anggap sakral sedangkan kelompok kedua
terdengar suara yang harmonis dan indah musik dianggap sesagai sesuatu yang profan.
yang muncul dari keindahan teks yang ter-
dapat dalam al-Quran (Muhaya, 2003: 26).
Nilai Seni Musik
Madzhab ke dua dalam seni musik
adalah naturalism. Menurut madzhab ini, Menurut Ainusyamsi (2008: 17) musik
manusia melalui fitrahnya dapat mencip- dapat dinilai karena termasuk seni yang
takan musik. Aliran ini beranggapan bahwa mampu membangun keselarasan, keseim-
kemampuan manusia untuk menciptakan bangan dan keindahan peradaban manusia.
musik merupakan fitrah, sebagaimana ke- Seni musik juga dinilai sebagai seni sur-
mampuan untuk melihat, mencium, men- gawi, sementara seni yang lain tidak disebut
dengar dan berjalan. Menurut Muhaya seperti itu. Menurutnya, yang jelas Tuhan
(2003: 26) aliran naturalism ini dapat dilihat ada dalam semua jenis kesenian dan ilmu
dari pemikiran al-Faraby yang mengatakan pengetahuan. Namun hanya seorang musisi
bahwa musik itu muncul dari tabi’at ma- sufistik saja yang mampu “melihat” Tuhan
nusia dalam menangkap suara yang indah bebas dari segala bentuk dan pemikiran.
yang ada di sekelilingnya (musik). Hal Dalam setiap kesenian yang lain terdapat
tersebut serupa dengan teori ding-dong dari nilai pengidolaan. Setiap pemikiran, se-
Max Muller (1883-1900) yang mengatakan tiap kata, memiliki bentuk nilai. Setiap kata
bahwa getaran udara yang ditangkap oleh dalam bentuk puisi membentuk sebuah
pendengaran itu bagaikan pukulan pada gambar dalam pikiran, dan gambaran itu
sebuah lonceng yang menghasilkan bunyi adalah nilai itu sendiri.
(ding-dong). Musik muncul spontan ketika Musik tak lebih kecil nilai nya dari
manusia mendengarkan suara-suara yang gambaran Sang Kekasih, karena musik
ada di alam raya seperti suara guntur, hu- adalah gambaran Sang Kekasih. Maka jika
jan, air terjun, ombak lautan, ranting pohon seseorang menyukai musik karena ia me-
dan dedaunan. Melalui tabiatnya manusia nyukai Sang Kekasih itu, lalu apakah Keka-
membuang suara yang tidak disukainya sih itu? Atau dimana Kekasih itu? Kekasih
(suara yang tidak mengandung musik) dan adalah yang menjadi “sumber nilai“ dan
menerima suara indah (musik). Manusia tujuan kita. Apa yang kita lihat dari Kekasih
pun selalu meniru apa yang disukainya. didepan mata ragawi kita adalah keindahan
Menurut al-Rahmuni melalui daya kreativ- yang ada di depan kita. Bagian dari Keka-
itasnya manusia kemudian memadukan sih kita yang tidak berujud dalam mata kita
suara yang satu dengan yang lainnya dalam adalah bathiniah dari keindahan nilai yang
susunan yang harmonis, yang akhirnya diwahyukan Sang Kekasih kepada kita me-
melahirkan musik. lalui Nabi SAW (Ainusyamsi, 2008: 18)
Kedua madzhab memiliki implikasi yak- Oleh karenanya, karena keterbatasan
ni bahwa yang pertama menganggap musik manusia, ia tidak akan mampu melihat “wu-
sebagai seni suara dan sekaligus sebagai se- jud” Tuhan secara ragawi di dunia fana ini,
suatu yang magis, ritual, dan memiliki per- dan jika ingin “melihat” Tuhan di dunia ini
Panggung Vol. 24 No. 3, September 2014 231

lihatlah Dia dalam bentuk kreasi-Nya dan Secara ontologis, musik merupakan
seluruh citaan-Nya, sebab segala yang dicin- perpaduan antara unsur material dengan
tai di dalam warna, baris dan bentuk, atau immaterial, ia tersusun dari elemen-elemen
“kepribadian”—segala yang dicintai dan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah. Oleh
bernilai adalah milik dari “keindahan sejati” karena itu, musik mempunyai kekuatan un-
yang merupakan Kekasih seluruh makhluk tuk menspiritualkan hal yang materi dan
(Khan, 1996: 3-4). Ketika menelusuri sesuatu sebaliknya mematerialkan yang spiritual.
yang menarik dari keindahan ini yang dili- Adapun esensi musik itu berupa substansi
hat dalam semua bentuk, maka akan dike- rohaniah, yaitu jiwa pendengar.
tahui, bahwa ini adalah gerak keindahan Dalam tradisi keagamaan sering dibe-
yang menggambarkan betapa agungnya dakan antara musik vokal (suara manusia)
nilai musik itu. Segala bentuk sifat, bunga- dan musik yang dihasilkan oleh instrumen.
bunga yang dibentuk dan diwarnai begitu Biasanya musik jenis pertama lebih tinggi
sempurna, planet, bintang, bumi, semuanya nilainya dari pada yang kedua. Keutamaan
memberikan gagasan tentang keselarasan, musik vokal disebabkan oleh kemampuan
tentang nilai musik. kapasitasnya dalam berkomunikasi dengan
Bila nilai musik diikuti dan dijiwai oleh makna (pesan). Menurut al-Farabi, dilihat
para seniman musik, maka tidak diperlu- dari fungsinya, musik yang digunakan oleh
kan lagi nilai eksternal. Suatu hari musik pendengarnya, pertama, sebagai alat untuk
akan menjadi sarana untuk mengekspresi- menghibur diri. Ini adalah fenomena yang
kan agama universal, dan suatu ketika akan sering kita jumpai. Ke dua, musik yang
muncul bahwa musik dan falsafahnya men- bertujuan untuk terjadinya suatu aksi dan
jadi “agama” manusia, sebagai konstelasi reaksi. (perbuatan tertentu). Ketiga, musik
nilai “efikasi musikal” terhadap pembinaan yang membangunkan atau membangkitkan
kepribadian sufistik. Pengertian tentang ni- imajinasi. Ketiga jenis musik itu terangkum
lai musik, menunjukan bahwa musik berada dan termuat dalam suara manusia. Di sam-
pada kedalaman eksistensi manusia. Musik ping alasan di atas, keutamaan musik vokal
ada di balik karya seluruh alam semesta. Ni- juga disebabkan sumber musik. Pengikut
lai musik bukan hanya sekadar objek terbe- pendapat ini berkeyakinan bahwa musik vo-
sar kehidupan, namun juga kehidupan itu kal lebih mulia dari pada musik instrumen-
sendiri (Khan, 1996: 15). tal karena keutamaan sumbernya. Musik
vokal bersumber dari manusia, sedang
musik instrumental bersumber dari benda.
Unsur Unsur Seni Musik
Karena manusia lebih mulia dari pada ben-
Dalam menjelaskan unsur-unsur pokok da, musik vokal pun lebih mulia. Disamping
yang terdapat dalam musik, para ahli ber- itu sumber musik vokal diciptakan oleh Tu-
beda dalam memberikan penjelasan. Ikhwan han, sedangkan instrumen diciptakan oleh
al-Safa misalnya menyatakan bahwa musik manusia.
adalah suara yang mengandung lagu (lahn), Apresiasi terhadap musik vokal, secara
nada (naghm) dan cengkok (iqa’at). Lain historis, sudah ada sejak pra-Islam baik di
halnya dengan Ikhwan al-Safa, al-Farabi kalangan bangsa Arab maupun bangsa-
menjelaskan bahwa musik adalah lagu (al- bangsa lain. Posisi tersebut tidak bergeser
alhan), yaitu kumpulan ritme yang disusun pada masa Islam. Hal itu dapat kita lihat
dengan urutan dan ketentuan tertentu. Oleh pada sikap Nabi Muhammad SAW penyam-
karena itu, lagu dan ritme merupakan sum- pai risalah keislaman. Nabi Muhammad
ber utama bagi musik (Muhaya, 2003: 28). SAW membiarkan kehadiran penyanyi di
Sulasman dan Ainusyamsi: Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai 232

hadapan isterinya. Nabi pun pernah me- mata menampilkan sesuatu hanya sekedar
minta salah seorang sahabat untuk melan- kegembiraan secara lahiriah semata, akan
tunkan khuda dikala beliau sedang naik unta tetapi hiburan yang mendidik, membina
(Muhaya, 2003: 31) karakter prilaku maupun kepribadian. Se-
Machlis dalam Muhaya (2003:28) lebih seorang jika mendengarkan musik mera-
detail menjelaskan unsur-unsur penting sa terhibur hatinya, secara psikis ia akan
yang ada dalam seni musik. Menurutnya, terasa adanya perubahan jiwa, disebabkan
musik mempunyai lima materi pokok yai- karena adanya refleksi emosi. Menurut Djo-
tu: pertama, Musical line, yakni lagu, atau han (2005: 39), emosi adalah salah satu as-
pergantian nada-nada yang dirasakan oleh pek yang paling meresap dalam eksistensi
akal sebagai sesuatu yang ada “entity”, la- manusia, dalam arti yang berhubungan
gu yang ada dalam musik disebut seagai dengan setiap aspek perilakunya yang me-
roh nya musik. Kedua, musical space, adalah liputi aksi, persepsi, memori, belajar, dan
harmoni. Menurut Phytagoras, harmoni ini dalam membuat keputusan.
terletak pada nada-nada yang serasi dan Musik diakui atau tidak, dapat mening-
sebanding dengan panjang dawai dalam katkan perasaan, khususnya secara langsung
bentuk bilangan yang sederhana, seperti dan cepat menimbulkan rasa senang. Meyer
“oktav” adalah 2:1, fifth adalah 3:2, atau dalam Djohan (2005: 41) mengatakan bahwa
fourth adalah 4:3. Hubungan ini disebut ar- semakin besar ketegangan yang ditimbul-
monia yang kemudian menjadi istilah har- kan, semakin besar pula pelepasan emosi
moni. Ketiga, musical times, yaitu ritme yang terhadap resolusi. Peran emosi dalam pro-
terdiri dari ketentuan perpindahan musik ses ini sangat kompleks. Dimensi pokoknya
dalam waktu. Ritme merupakan suatu a- terletak pada ketegangan yang dibangun
turan dalam pengorganisasian dan pemben- serta resolusi atau pelepasannya baik dalam
tukan lagu, serta berfungsi mengontrol jarak musik itu sendiri maupun pendengarnya.
antara nada satu dengan nada berikutnya. Biasanya, bila terjadi resolusi, maka akan dii-
Ritme ini diulang-ulang dapat memenga- kuti oleh relaksasi.
ruhi pendengarnya. Keempat, musical face, Manfaat musik yang ke dua adalah seba-
yaitu tempo. Tempo adalah ketentuan dari gai terapi. Proses terapi musik berawal dari
kecepatan sebuah musik. Tempo mempu- adanya permintaan untuk memeroleh tera-
nyai implikasi emosional. Kelima, musical pi, baik dari dokter, psikolo, ahli psikologi,
color, yaitu timbre. Nada yang sama akan ahli gangguan wicara, guru, orang tua, pe-
menghasilkan suara yang berbeda ketika kerja sosial, atau dari klien yang bersangkut-
nada tersebut disuarakan melalui terompet an. Seorang terapis musik dituntut untuk
atau biola. Perbedaan ini terletak pada sifat memahami benar mengapa dan oleh siapa
warna nada yang dimiliki oleh setiap instru- seorang klien dirujuk untuk memperoleh
men. Timbre ini berfungsi untuk memfokus- terapi. Terapi musik dapat dilakukan de-
kan impresi musik yang kita alami. Warna ngan menggunakan aneka macam alat
nada ini mengarahkan imajinasi gaya suara musik, genre musik, pendekatan, metode,
kepada karakter khusus yang dimiliki. sistem aliran, maupun falsafah. Seorang te-
rapis musik harus dapat mengombinasikan
beberapa kemungkinan untuk mendapatkan
Manfaat Seni Musik
strategi yang paling sesuai. Setiap terapis
Minimal ada tiga manfaat dari musik. musik memiliki kebebasan untuk meran-
Pertama, musik bermafaat antara lain untuk cang dan melakukan modifikasi dalam te-
hiburan (tasliyah). Hiburan bukan semata- rapi musik. Dalam strategi musik, musik di-
Panggung Vol. 24 No. 3, September 2014 233

gunakan untuk mencapai dua tujuan yaitu linan temali pohon. Di sini tertangkap kesan
menguatkan prilaku yang diinginkan, atau Congreve tentang peran musik yang seakan
mengadakan prilaku yang tidak diinginkan. mampu meperhalus dunia.
Oleh karena itu, sesuai Teori Belajar sejum-
lah literatur menggunakan istilah reward Seni Musik Dan Pendidikan Nilai di Pesantren
atau reinforcement untuk musik sebagai
penguat, atau punishment untuk musik atau Banyak pesantren memandang positif
perlakuan khusus melalui aktivitas musik terhadap pengembangan seni musik, teruta-
yang dimaksudkan untuk meniadakan atau ma musik sufistik. Hal itu disebabkan kare-
mengurangi perilaku (Djohan, 2006: 106). na musik sufistik secara syar’i tidak berten-
Aktivitas musik merupakan latihan me- tangan dengan substansi nilai nilai agama
nyeluruh otak dan pikiran yang dapat me- Islam, juga dapat dijadikan sebagai media
nguatkan sistem jaringan otak. Di samping dalam pembinaan mental reliji. Pada prak-
meningkatkan kapasitas kinerja otak de- teknya musik sufistik di pesantren diterap-
ngan memperkuat hubungan antar neuron, kan sebagai proses internalisasi (riyadhah) ni-
pengaruh musik terhadap kerja otak juga lai-nilai pendidikan bagi santri, seperti yang
merupakan bagian dari pengaruh musik dilakukan di Pondok Pesantren Darusalam
terhadap kognisi dan perilaku kepribadi- Ciamis dengan mengambil materi dari Qosi-
an seseorang. Banyak publikasi mengenai dah Burdah (Ainusyamsi, 2008: 6-7).
pengaruh musik terhadap seseorang baik Penanaman nilai-nilai di pesantren me-
melui membaca, bermusik, dan bernyanyi rupakan bagian dari esensi pendidikan
dalam kelompok paduan suara, karena juga umum. Nilai-nilai di pesantren dapat dibi-
berhubungan langsung dengan kesehatan. nakan dalam berbagai bentuk, seperti nilai
Belin dari Service Hospitalier Frederic Joliot doktrin/ajaran, nilai budaya, nilai sastra
di Osray, mengatakan bahwa saat ini telah dan nilai musik. Pesantren adalah sebuah
ditemukan jenis musik tertentu yang memi- tempat penggemblengan santri yang meru-
liki manfaat untuk mengubah fungsi otak. pakan aset pendidikan dan pencerdasan
Yayasan Melodic International Theray dalam umat. Pesantren merupakan institusi pen-
publikasinya mengenai keberhasilan terapi didikan yang memprioritaskan pendidikan
musik pada pasien gangguan bicara akibat nilai-nilai agama di samping mengembang-
stroke mengatakan bahwa gaya musik yang kan nilai-nilai non agamis lain yang bersifat
digunakan sebagai treatment (perlakuan) positif. Prioritas pendidikan nilai agama di-
berkarakter melodi yang kuat. anggap penting, karena nilai-nilai ini yang
Carlyle dalam Rachmawati (2005: xxxii) menjadi pondasi dalam konstruksi kepriba-
menempatkan musik sebagai medium yang dian santri, sehingga dengan sendirinya ia
membangkitkan perasaan religious yang mampu secara mandiri mengorientasikan
menghubungkan manusia dengan ilahi. Se- diri menjadi manusia yang paripurna (insan
dangkan Burton memandang bahwa musik kamil) di kemudian hari.
memiliki daya penyembuh bagi gangguan Pesantren berusaha mengoptimal pena-
emosional. Kemudian Congreve (1967: 1) naman nilai-nilai agama dalam diri santri.
menilai musik bukan hanya pada manusia Adapun nilai-nilai yang ditanamkan di anta-
sebagai salah satu penghuni alam, musik ranya nilai teologia (ushul al-din), nilai yuri-
juga memberi pengaruh pada alam. Dalam dis (fiqh), nilai sosio kultural Islam, nilai su-
pandangan metafora, musik mampu meng- fistik dan lainnya. Pada tataran aplikasinya,
haluskan benda sekeras karang, memberi semua nilai tersebut ditanamkan secara pro-
lukisan indah yang mengurai kusutnya ja- porsional dan berkesinambungan. Secara
Sulasman dan Ainusyamsi: Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai 234

seimbang dimaksudkan bahwa nilai-nilai lalui musik. Salah satu contor nya adalah
yang ada diinternalisasikan sesuai dengan musikalisasi Qosidah Burdah seperti yang
kompetensi kognisi, afeksi, dan psikomotor dilakukan di Pondok Pesantren Darusalam
santri, sehingga potensi akal, kalbu, dan amal Ciamis.
santri dapat berkembang selaras secara Menurut Dr. Fadlil Yani Ainusyamsi
psikologis dan fisiologis. pemimpin Pondok Pesantren Darusalam
Nilai teologis (ushul al-din) ditanamkan Ciamis, Qosidah Burdah di pesantrennya
dengan tujuan untuk mengonstruksi para- di-riyadhah-kan melalui cara musikalisasi
digma keimanan santri, sehingga ia mampu bait-bait di dalamnya. Penanaman nilai bah-
konsisten terhadap ajaran al-Quran dan kan sampai pada pengobatan/terapi melalui
Sunnah secara murni, beriman kepada Allah media seni musik (al-Sama’) sebenarnya su-
Yang Maha Esa, tanpa ditulari perilaku bid’ah, dah cukup lama dilaksanakan di kalangan
khurafat, dan takhayul. Nilai yuridis (fiqh) di- ulama masa lalu seperti al-Farabi, al-Kindi,
tanamkan dengan tujuan untuk memben- Ibnu Sina, Ibnu Bajah, Ibnu Khaldun, al-Gazali,
tuk pribadi santri yang faham dan taat hu- Jalaluddin Rumi, Ibnu Arabi, Ikhwan al-Shafa,
kum baik dalam ibadah maupun mua’malah, Shafyu al-Din, dll. Selanjutnya sebagai upa-
serta mampu mengontrol diri untuk tidak ya untuk melaksanakan pendidikan nilai
melakukan hal-hal yang dilarang agama. di Pondok Pesantren Darusalam Ciamis,
Nilai sosio kultural Islam ditanamkan de- dilakukan pembinaan mental reliji melalui
ngan tujuan untuk membentuk pribadi musik. Hal ini dilakukan sebagai upaya un-
santri yang mampu mengembangkan diri tuk penanaman pendidikan mental dalam
sebagai makhluk sosial, yang dengan eksis- rangka memberikan pemahaman sikap
tensi dirinya ia dapat bermanfaat bagi keberagamaan dan perkembangan serta
lingkungan dan masyarakat, serta mampu pertumbuhan seseorang. Selain pencegah-
mengemukakan solusi terhadap problem- an dari sifat-sifat buruk, materi pengajian
atika sosio-budaya di masyarakat. Nilai diharapkan dapat pula bersifat menyem-
sufistik ditanamkan dengan tujuan untuk buhkan. Teknik menyembuhkan jiwa bagi
membentuk pribadi santri yang mampu santri yang sedang galau, resah dan depresi
mengorganisir qalbunya agar bersih dari dengan cara mendeskripsikan nilai-nilai
segala kotoran hati dan penyakit jiwa, baik sufistik yang terpadu dalam musikalisasi
yang muncul dari syahwat, godaan syetan, Qosidah Burdah. Dalam beberapa pagelaran
dan nilai-nilai buruk dari kehidupan ma- Musik Qosidah Burdah di Pondok Pesantren
syarakat serta dampak negatif modernisasi Darusalam Ciamis terdapat upaya penanam-
dan globalisasi. an nilai-ilai sufistik, seni musik tidak bebas
Proses penanaman nilai sufistik di pe- nilai seperti yang sering terjadi di dalam
santren salah satunya melalui pengajian pagelaran musik-musik pada umumnya.
mingguan dan kajian Kitab Islam Klasik Melihat fenomena yang ada, pada
beserta praktiknya (Ainusyamsi, 2008: 2-3). umumnya pagelaran musik sering dilak-
Nilai-nilai sufistik yang semula ditanamkan sanakan secara bebas nilai (values free) yaitu
melalui penerapan pengajian tradisional, pagelaran musik yang cenderung hanya
yaitu hanya dengan membacakan (logat), menampilkan yang bersifat hiburan sema-
kemudian dijelaskan pemahamannya. Na- ta-mata (entertainment) atau lebih tepat lagi
mun untuk memberikan gairah pendalaman cenderung pada pagelaran musik hura-hura
serta pemaknaan terutama untuk pencerah- (pell-mell musik). Oleh karena itu menurut
an jiwa bagi para santri, di pesantren dilak- pimpinan Pondok Pesantren Darusalam
sanakan internalisasi nilai nilai sufistik me- Ciamis Dr. K.H. Fadlil Yani Ainusyamsi,
Panggung Vol. 24 No. 3, September 2014 235

M.Ag., MBA, sebagai langkah penyeimbang puluh empat; 2) Pribadi yang taqwa, yaitu
(balance) bahwa internalisasi (riyadhah) nilai- upaya untuk mematuhi segala perintah Al-
nilai sufistik melalui musikalisasi penga- lah SWT dan menjauhi segala larangannya.
jian tradisional di pesantren perlu untuk Nilai sufistik tentang taqwa terdapat dalam
dikenalkan sebagaimana yang dilakukan di bait ke tiga puluh lima; 3) pribadi yang se-
Pondok Pesantren Darusalam Ciamis dalam lalu dicintai. Pribadi ini tergambar dalam
pembinaan santrinya. bait ke tiga puluh enam; 4) pribadi yang
Berdasarkan penelitian di lapangan, I’tisham bi chablillah, yaitu berpegang teguh
dalam syair musik qosidah burdah yang kepada ajaran Allah SWT. Pribadi sufistik
diajarkan di Pondok Pesantren Darusalam ini terdapat dalam bait ke tiga puluh tujuh;
Ciamis terdapat nilai-nilai sufistik yang 5) pribadi yang tawakal, yaitu menyerahkan
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu segenap urusan pribadi kepada Allah SWT
nilai-nilai sufistik dan nilai-nilai keteladan- setelah melakukan usaha yang optimal.
an. Pertama, nilai-nilai sufistik yang terkan- Pribadi ini terdapat dalam qosidah burdah
dung dalam musik qosidah burdah adalah bait ke tujuh puluh tujuh (Ainusyamsi, 2008:
1) Syauq (kerinduan) yaitu rasa rindu yang 100-101).
bersumber dari hati. Ajaran Syauq terang- Contoh tema dan nilai yang terkandung
kum dalam bait satu sampai dengan tiga; pada bait-bait qosidah burdah diantaranya:
2) mahabbah (kecintaan) yaitu rasa cinta yang
Bait ke-1
lahir dari lubuk hati yang paling dalam.
Tentang Syauq ( kerinduan )
Ajaran mahabbah terdapat dalam bait ke A min tadzakkuri jiranin bi Dzi Salam
empat sampai dengan dua belas; 3) tarku Mazajta dam’an jara bi muqlatin bi dami
al-syahwat (menahan hawa napsu) terdapat Apakah sebab dikau ingat tetangga yang
berada di Dzi Salam
dalam bait ke tiga belas sampai dengan dua Hingga dikau mencampurkan air mata de-
puluh lima; 4) muhasabah al-nafs (introspeksi ngan darah yang menetes dari matamu
diri) yaitu upaya untuk memperhitungkan,
Syauq pada bait ke-1 digambarkan de-
menilai, mempertimbangkan atau mene-
laah diri sendiri. Di sini taubah merupakan ngan kata tadzakkuri (ingat terus menerus),
upaya untuk meminta ampun kepada Allah dam’an (air mata) dan dami (darah). Kata-
SWT berdasarkan kesadaran bahwa diri- kata tersebut mengindikasikan klimaks ke-
nya bergelimang dengan dosa. Nilai-nilai rinduan, diilustrasikan dengan seorang yang
sufistik tentang muhasabah al-nafs terdapat terus menerus ingat kepada seseorang, yang
dalam bait ke dua puluh enam, dua puluh ingatannya tak dapat hilang dari memorinya.
tujuh dan seratus empat puluh dua; 5) zuhud Kata tadzakkur berasal dari kata dzakara yang
yaitu meninggalkan hal-hal yang sifatnya berarti mengingat, kemudian diformulasi-
duniawi untuk menuju pada hal-hal yang kan dengan wajan isim masdar “tafa’ala” se-
sifatnya ukhrowi. Nilai sufistik tentang zuhud hingga memiliki arti ingat “terus menerus”.
terdapat dalam bait ke dua puluh delapan Klimak kerinduan ini disimbolkan dengan
dan seratus empat puluh tiga. air mata yang bercampur dengan darah.
Nilai kedua dari nilai-nilai sufistik qo- Bentuk tangisan ini memiliki arti bahwa
sidah burdah adalah nilai keteladanan kerinduan yang sangat tidaklah diiringi de-
yang bersumber pada diri Nabi Muham- ngan tangisan biasa. Tangisan air mata da-
mad SAW. Adapun nilai-nilainya adalah 1) rah adalah tangisan yang berlarut-larut, di
pribadi yang zuhud, yaitu pribadi nabi yang mana kerinduan hati tidak terpenuhi. Suatu
tercermin dari nilai qurani pada al-Quran. khayalan indah dari seseorang yang me-
Pribadi sufi ini terdapat dalam qosidah bur- mantulkan nostalgia terhadap sang kekasih
dah bait ke dua puluh sembilan sampai tiga yang tak berada di sisinya.
Sulasman dan Ainusyamsi: Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai 236
Bait ke-12 jiwa seseorang, maka segala kebaikan tidak
Tentang machabbah ( kecintaan ) akan diterima, karena nafsu identik dengan
Innit-tahamtu nashichasy-syabi fi ‘adzali kebodohan. Kebodohan bukan berarti tidak
Wasy-syaibu ab’adu fi nushchin ‘anit tuhami
Sesungguhnya aku mencurigai nasehat-na- pandai atau tidak berilmu, tetapi adalah si-
sehat itu, walau nasehat itu dari ubanku kap “tidak mau tahu” akan kebenaran, kare-
Sedang uban itu dalam menasehati tidak bo- na nafsu akan mematikan logika yang sehat.
leh dicurigai
Uban adalah tanda usia manusia, yang men-
Machabbah pada bait ke-12 di tampilkan jadi peringatan bagi manusia untuk tidak
dalam kalimat Innit-tahamtu nashichasy-sya- menghabiskan usia dengan hawa nafsu.
bi fi ‘adzali (Sesungguhnya aku mencurigai Karena hawa nafsu selalu berakhir dengan
nasehat-nasehat itu, walau nasehat itu dari kejelekan, maka Allah SWT memberikan tan-
ubanku). Uban merupakan tanda di kepala da uban agar manusia sadar agar hidupnya
manusia yang menunjukan bahwa usia se- tidak berakhir dengan su-ul khatimah.
seorang sudah tua. Uban menunjukan bah- Bait ke-26
wa sejauh apapun upaya manusia meraih Tentang muchasabah al Nafs (introspeksi diri)
sesuatu akan keterbatasan yang mengha- dan Taubah ( taubat )
langinya, karena manusia bukanlah Tuhan Astaghfirullaha min qaulin bi la amalin
La qad nasabtu bihi naslan li dzi uqumi
yang tidak memiliki keterbatasan. Tuhan Aku memohon ampunan kepada Allah dari
memberikan uban di kepala manusia seba- perkataan tanpa amal
Benar-benar ucapan itu kuibaratkan anak
gai peringatan akan adanya keterbatasan
yang keluar dari orang yang mandul.
usia, dan manusia tidak dapat muda dan
hidup abadi. Tetapi bagi orang yang dilanda Pada bait ke-26, muchasabah al-nafs di-
cinta tidak akan mempedulikan tanda itu. nyatakan pada kalimat Astaghfirullaha min
Karena cinta dapat dibawa sampai mati, cin- qaulin bi la amalin dan naslan li dzi uqumi.
ta membuat seseorang itu seolah-olah hidup Bahwa manusia harus me-muchasabah diri-
walaupun dia telah mati. Cinta adalah tanda nya sendiri, yang sadar atau tidak sadar
kekuasaan Tuhan bagi manusia yang dapat telah berbuat dosa, zalim, dan alpa, dan
melewati batas usia. Begitu banyak monu- bahwa setiap manusia memiliki kekurang-
men, bangunan, atau simbol di dunia yang an masing-masing. Sikap muchasabah al-nafs
menjadi lambang cinta sejati yang terus hi- mengalihkan perhatian kita untuk menza-
dup, walaupun sang pemilik cinta telah tia- limi orang lain dengan segala perbuatan bu-
da. Salah satu contohnya Taj Mahal. ruk kita. Istighfar (memohon ampun) kepada
Allah SWT merupakan proses lanjutan dari
Bait ke-13
muchasabah al-nafs untuk membersihkan diri
Tentang tarku al-syahwat
(menahan hawa nafsu ) dari segala dosa, zalim dan alpa termasuk
Fa inna ammarati bis-su’i mat-ta’azhat di dalamnya membersihkan diri dari sikap
Min jahliha bi nadzirisy-syaybi wal-harami ketidaksesuaian perkataan dan perbuatan
Sesungguhnya nafsu amarahku
Tidak mau menerima nasehat dari ubanku
Bait ke-30
dan sifat tuaku, sebab nafsu itu tolol
Tentang pribadi yang zuhud
Pada bait ke-13 Qosidah Burdah, nafsu (orientasi ukhrowi)
digambarkan dengan kalimat Fa inna amma- Wa syadda min saghabin achsya-ahu wat thawa
rati bis-su’i mat-ta’azhat, Min jahliha bi nadziri- Tachtal hijarati kasychan muthrafal adami
Orang itu ( Nabi SAW ) mengikat perutnya
sy-syaybi wal-harami (sesungguhnya nafsu sebab lapar
amarahku itu tidak mau menerima nasehat- Hingga ia mengikatkan batu di perutnya
yang berkulit halus itu sekedar menahan
nasehat dari ubanku dan sifat tuaku, sebab
lapar
nafsu itu tolol ). Jika hawa nafsu menguasai
Panggung Vol. 24 No. 3, September 2014 237

Salah satu prilaku zuhud yang dilaku- Fash-shidqu fil ghari wash-shidqu lam yari
kan oleh Nabi Muhammad SAW yang ter- Wa hum yaquluna ma bil ghari min arami
Adapun orang yang benar (Nabi Muham-
kandung dalam qosidah burdah bait ke-30 mad SAW) dan yang membenarkan
tertera dalam kalimat Tahtal hijarati kasyhan (Abu Bakar AS) di dalam gua tiada pergi
Tetapi orang-orang kafir berkata bahwa di
muthrafal adami (ia mengikatkan batu di pe- dalam gua itu tiada seorangpun tinggal
rutnya yang berkulit halus itu sekedar mena-
han laparnya). Menahan lapar merupakan Bait ke-77 menggambarkan sekelumit
salah satu metode zuhud. Lapar lawan dari kronologi hijrah Nabi Muhammad SAW
kenyang. Jika manusia kekenyangan maka yang ditemani Abu Bakar AS ke Yatsrib
otak dan hati akan tidur, sedangkan syah- (Madinah). Pada saat hijrah, status Nabi
wat akan bangkit. Pusat syahwat berada di Muhammad SAW adalah “buronan” kaum
perut. Menahan lapar berarti usaha untuk kafir Quraisy yang musti ditangkap hidup
mengendalikan syahwat, tetapi memperluas atau mati. Status ini diterapkan oleh orang
kesempatan bagi otak untuk berfikir dan kafir sebagai presedence dari konspirasi
hati untuk merasa. Nabi Muhammad SAW mereka untuk menghapus ajaran Islam
rela menahan lapar hingga melilitkan batu dan pimpinannya. Semua kabilah di Me-
di perutnya untuk menahan perihnya lapar, kah terlibat dalam konspirasi ini, sehingga
sehingga kelaparan itu tidak mengganggu memungkinkan untuk selamat sangat tipis
ibadahnya kepada Allah SWT. sekali. Nabi Muhammad SAW tetap ikhtiar
untuk keluar dari rumahnya, kemudian
Bait ke-35
menempuh jalur yang tidak biasa ditempuh
Tentang pribadi yang taqwa oleh suku Quraisy ke Madinah, sehingga
Nabiyyunal amirun nahi fa la ahadun
Abarra fi qawli la minhu wa la na ‘ami Nabi Muhammad memutuskan untuk ting-
Nabi kita yang selalu memerintahkan gal sebentar di Gua Tsur. Di dalam gua Nabi
kebaikan dan selalu mencegah kemunkaran
Muhammad SAW dan sahabatnya Abu
Maka tiada seorang pun yang lebih baik
dalam perkataan dan perbuatan dibanding Bakar AS berserah diri kepada Allah SWT
dengan beliau akan nasib hidup mereka berdua dengan
Pada bait ini, taqwa terkandung dalam mengatakan:….”innallaha ma’ana” (sesung-
kalimat Nabiyyunal amirun nahi fa la ahadun, guhnya Allah SWT bersama kita). Kemudian
Abarra fi qawli la minhu wa la na ‘ami Nabi kita Allah SWT pun mematahkan logika orang
(Muhammad SAW) yang selalu memerin- kafir dengan menghadirkan laba-laba (‘an-
tahkan (kebaikan) dan selalu mencegah kabut) dan burung merpati (hamam) di mulut
(dari kemunkaran). Maka tiada seorang gua sehingga mereka yakin bahwa nabi dan
pun yang lebih baik dalam perkataan dan sahabatnya tidak ada di gua.
perbuatan disbanding dengan beliau. Meru- Melihat bait-bait dari qosidah burdah
pakan perintah Nabi Muhammad SAW ke- diatas, terlihat sarat akan pesan moral dan
pada umatnya untuk selalu bersikap taqwa. nilai-nilai pendidikan. Nilai-nilai Syauq (ke-
Sebagian umatnya ada yang berlebihan atau rinduan), machabbah (kecintaan), tarku al-
di luar standar dalam melakukan ketaatan syahwat (menahan hawa nafsu), muchasabah
kepada Allah SWT, sehingga perbuatannya al-nafs (instopeksi diri), taubah (taubat), zuhud
itu melanggar batas-batas fitrah manusia. (orientasi ukhrowi), pribadi yang zuhud, pri-
Maka dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW badi yang takwa, pribadi yang tawakal
adalah contoh pribadi yang taqwa. dapat diinternalisasikan dalam kehidupan
keseharian para santri di pondok pesantren,
Bait ke-77 sebagaimana yang telah dilakukan di Pon-
Tentang tawakkal (berserah diri) dok Pesantren Darusalam Ciamis.
Sulasman dan Ainusyamsi: Islam, Seni Musik, dan Pendidikan Nilai 238

PENUTUP Daftar Pustaka

Bagi santri dan warga pesantren lainnya, Al-Qardhawy


musik bukan hanya sekedar media hiburan 2001 Fiqh al-Ghina wa al-Musiqy fi Dhau-I
semata, tetapi lebih luas dari itu dapat men- al-Quran wa al-Sunah. Cairo: Makta-
jadi pembentuk prilaku positif. Hal tersebut bah Wahbah
disebabkan karena musik selain mampu
Djohan
melahirkan entertainment musik juga dapat
2005 Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku
melahirkan terapi musik. Selain bermanfaat Baik
dalam mengungkapkan perasaan, musik
juga bisa menjad kreator untuk mewujud- ---------------,
kan diri secara keseluruhan (self actualiza- 2006 Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yog-
tion) sebagai salah satu kebutuhan pokok yakarta: Galang Pres
hidup manusia.
Musik sendiri memiliki dimensi kreatif Fadlil Yani Ainusyamsi
(al-janib al-ibtikary) dan memiliki bagian 2008 Studi Tentang Internalisasi Nilai-Nilai
Sufistik Melalui Musikalisasi Qosidah
yang identik dengan proses belajar secara
Burdah. Bandung: UPI
umum. Sebagai contoh, dalam musik ter-
dapat analogi melalui persepsi, visual, au-
Gazalba
ditori, antisipasi, pemikiran induktif-deduk- 1998 Islam dan Kesenian: Relevansi Islam dan
tif, memori, konsentrasi dan logika. Dalam Seni Budaya. Jakarta: Penerbit Pusta-
musik juga dapat dibedakan serta dipelajari ka Al-Husna
secara cepat-lambat, rendah-tinggi, keras-
lembut, yang berguna untuk melatih ke- Khan
pekaan santri terhadap stimuli lingkungan 1996 The Mysticism of Sound and Music.
baik itu di pondok pesantren maupun di London: Boston Press
luar pondok pesantren.
Muhaya
Bagi santri atau masyarakat pesantren,
2003 Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembe-
seni musik dapat dijadikan sebagai alat un-
laan Musik Sufi oleh Ahmad al-Gazali.
tuk meningkatkan dan membantu perkem- Yogyakarta: Gama Media
bangan pribadi dan sosial santri. Perkem-
bangan pribadi meliputi aspek kemampuan Nakagawa
kognitif, penalaran, intelegensia, kreativitas, 2000 Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar
membaca, bahasa, sosial, perilaku, dan in- Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan O-
teraksi sosial. bor Indonesia

You might also like