You are on page 1of 10

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Talenta Publisher (E-Journals, Universitas Sumatera Utara)

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 6597


Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

Respon Produksi Lateks Dalam Berbagai Waktu Aplikasi Pada Klon Karet Metabolisme
Tinggi Terhadap Pemberian Stimulan Etilen Kulit Pisang Di Bawah Bidang Sadap

Response of Latex Production At Various Times Application In Quick starter Clone Rubber Plant
of Giving Stimulant Ethylene Peel of Banana Below the Tapping

Tomi Sandi Gultom, Charloq*, Jonis Ginting, Radite


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
*Corresponding author: charloq@yahoo.com

ABSTRACT

The experiment was conducted for six months, began in September 2015 to Februari 2016 in Sungei
Putih Rubber Research Institute, Deli Serdang. Three-Stage Nested Design was applied with three
replications. The first step was time application, i.e., a first application, a second application, the
second step of clones treatment, i.e., IRR 118 clones, PB 260 clones and the third step was stimulants,
i.e., without stimulants, stimulant extract 50 grams the peel of banana, stimulant extract 100 grams
the peel of banana, stimulant extract 150 grams the peel of banana, stimulant extract 200 grams the
peel of banana. Observed parameters was total solid contents. The results showed that first application
was more bigger than the second application to produced the latex. PB 260 clones were clones that
experienced the highest increase in producing due to the provision treatment of stimulants. Stimulant
extract 100 gram the peel of banana is stimulant that tends to increase production latex higher than
others.

Keywords: Clones, Latex Production, Stimulants, Time Applications.

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan September 2015 hingga Februari 2016 di
Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Deli Serdang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Rancangan Petak Tersarang Tiga Step dengan tiga ulangan. Step pertama yaitu waktu aplikasi terdiri
dari waktu aplikasi pertama dan waktu aplikasi kedua, step kedua yaitu perlakuan klon terdiri dari
klon IRR 118 dan klon PB 260 dan step ketiga yaitu stimulan terdiri dari tanpa stimulan, stimulan
ekstrak 50 g kulit buah pisang, stimulan ekstrak 100 g kulit buah pisang, stimulan ekstrak 150 g kulit
buah pisang, stimulan ekstrak 200 g kulit buah pisang. Pengamatan parameter adalah kadar padatan
lateks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu aplikasi pertama lebih tinggi dalam menghasilkan
lateks dibandingkan waktu aplikasi kedua. Klon PB 260 adalah klon yang mengalami peningkatan
produksi tertinggi akibat pemberian stimulan. Stimulan ekstrak 150 g kulit buah pisang adalah
stimulan yang cenderung meningkatkan produksi lateks lebih tinggi dibandingkan perlakuan stimulan
lainnya.

Kata kunci: Klon,Produksi Lateks, Stimulan, Waktu Aplikasi.

216
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

PENDAHULUAN dipakai dengan berbagai merek


dagang diantaranya Ethrel, ELS dan
Karet (Hevea brasiliensis) Cepha (Damanik et al, 2010). Bahan
berasal dari benua Amerika dan saat aktif ini mengeluarkan gas etilen yang
ini menyebar luas ke seluruh dunia. jika diaplikasikan akan meresap ke
Saat ini harga karet dunia mulai dalam pembuluh lateks. Di dalam
merangkak naik dari USD 1 menjadi pembuluh lateks gas tersebut
USD 1,25 (Palembang Tribun News, menyerap air dari sel-sel yang ada di
2016) dan Balai Penelitian Sembawa sekitarnya. Penyerapan air ini
(2016) merilis harga karet jenis Sicom menyebabkan tekanan turgor naik
TSR 20 ialah sebesar 1,27 US$/kg per yang diiringi dengan derasnya aliran
tanggal 25 Mei 2016. Moment yang lateks (Setiawan dan Andoko, 2008;
sangat baik ini tentunya harus Bayer CropScience, 2012).
dimanfaatkan oleh petani maupun Namun penggunaan stimulan
perkebunan untuk meningkatkan etefon dalam waktu jangka panjang
produksi tanaman karet agar dapat juga dengan interval waktu pendek
meningkatkan keuntungan yang lebih untuk merangsang keluarnya lateks
baik. diduga menjadi salah satu penyebab
Dari total area perkebunan di penurunan produksi lateks di
Indonesia tersebut ada lebih 3,4 juta perkebunan karet secara nyata. Hal ini
hektar perkebunan karet di Indonesia, sesui dengan literatur Pakianathan, et
85% di antaranya (2,9 juta hektar) al. (1982) dalam Rouf, et al. (2015)
merupakan perkebunan karet yang menyatakan bahwa meskipun
dikelola oleh rakyat atau petani skala penggunaan etilen memiliki dampak
kecil dan sisanya dikelola oleh positif terhadap peningkatan
perkebunan besar milik negara atau produksi, etilen yang berlebih dapat
swasta (Rohmah, 2015). Namun menyebabkan penurunan produksi .
produksi karet rakyat masih rendah Penurunan tersebut disebabkan oleh
600-650 kg kk/ha/thn. Meskipun proses ekstraksi lateks secara
demikian, peranan Indonesia sebagai berlebihan. Bila kecepatan ekstraksi
produsen karet alam dunia masih melebihi kecepatan biosintesis dan
dapat diraih kembali dengan pengisian kembali (regenerasi) lateks
memperbaiki teknik budidaya dan pada daerah aliran lateks, maka akan
tehnik penyadapan serta pascapanen, terjadi penurunan volume lateks pada
sehingga produktivitas dan setiap penyadapan.
kualitasnya dapat ditingkatkan lebih Disisi lain petani karet pada
optimal (Damanik et al, 2010). umumnya tidak menggunakan
Teknologi stimulan dengan stimulan etilen kimiawi dikarenakan
bahan kimia etilen telah dikenal lama harga yang mahal dipasaran sebesar
oleh pelaku agribisnis karet untuk Rp. 355.000,- per 1 galon (3,785 liter)
meningkatkan produktivitas lateks sehingga cukup berat bagi petani
tanaman karet. Stimulan yang paling untuk membelinya. Namun Sinamo et
dikenal adalah jenis cair berbahan al, (2015) telah melaporkan bahwa
aktif etefon (2-chloroethyl phosponic terdapat kandungan etilen organik
acid) digunakan hampir di seluruh pada kulit pisang, mampu menjadi
negara-negara di dunia yang menjadi alternatif dari etilen kimiawi sehingga
produsen karet alam (Njukeng et al., diharapkan kulit pisang dapat menjadi
2011). Bahan stimulan yang umum

217
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

alternatif stimulan yang efisien bagi dilaksanakan selama 6 bulan dimulai


petani rakyat. dari bulan September 2015 sampai
Limbah pisang masih belum dengan Februari 2016.
banyak difungsikan atau digunakan, Bahan yang digunakan dalam
terutama pada bagian kulit yang penelitian ini adalah tanaman karet
selalu terbuang. Sehingga sebagian klon PB 260 pada ancak B, klon IRR
besar kulit pisang menjadi limbah 118 pada ancak B tahun tanam 2008
utama tanaman pisang yang belum sebagai objek penelitian klon
mampu dimanfaatkan secara metabolisme tinggi (quick starter),
maksimal. Dalam laporan Sinamo et cat sebagai penanda perlakuan yang
al (2015) ekstrak kulit pisang adalah diberikan , kulit buah pisang kepok
stimulan yang dapat meningkatkan (Musa paradisiaca) kriteria menuju
produksi lateks lebih tinggi daripada matang berwarna kuning sebagai
perlakuan ektrak nenas dan tanpa perlakuan (hasil studi pendahuluan
stimulan pada penyadapan pertama, (Charloq, et al. 2015) kriteria pisang
dengan volume lateks yang diperoleh bewarna kuning memiliki kandungan
stimulan ekstrak kulit pisang adalah etilen sebesar 0,25 %).
sebesar 63.93 ml dan kulit nenas Alat yang digunakan dalam
sebesar 52.24 ml, sedangkan tanpa penelitian ini adalah blender untuk
stimulan hanya sebesar 50.82 ml. mengekstrak kulit buah, gelas ukur
Pemberian stimulan ekstrak kulit untuk mengukur pelarut, kain kasa
buah pisang nyata dalam untuk memisahkan ekstrak dan ampas
meningkatkan produksi lateks dari kulit buah, ember sebagai wadah
pada tanpa stimulan. Namun perlu perlakuan, oven untuk mengukur
dilakukan penelitian lanjutan dengan kadar padatan total (TSC), timbangan
aplikasi stimulan ekstrak kulit buah analitik (Mettler PC 180) untuk
menggunakan sistem kerok bagian mengukur berat lateks , kamera untuk
bawah bidang sadap agar stimulan mengamati keadaan bagian sadapan,
yang diberikan lebih meresap dan kuas kriteria lembut (soft) merk
aliran lateks lebih lancar. dagang Bagus untuk mengoleskan
Berdasarkan uraian di atas perlakuan pada bidang sadap.
penulis tertarik untuk melakukan Metode ini menggunakan
penelitian tentang respons produksi Rancangan Petak Tersarang Tiga Step
lateks pada beberapa klon tanaman (Three-Stage Nested Design) dengan
karet metabolisme tinggi terhadap tiga ulangan, yaitu: Step I : waktu
pemberian hormon etilen organik aplikasi, yaitu waktu aplikasi pertama
ekstrak kulit pisang di bawah bidang (A1) dan kedua (A2), Step II : klon
sadap. tanaman karet, yaitu PB 260 (K1) dan
IRR 118 (K2), Step III : stimulan
BAHAN DAN METODE hormon etilen organik, yaitu tanpa
stimulan (S0), stimulan ekstrak 50 g
Penelitian dilaksanakan di kulit buah pisang (S1), stimulan
Kebun Percobaan Balai Penelitian ekstrak 100 g kulit buah pisang (S2),
Karet Sungei Putih Kecamatan stimulan ekstrak 150 g kulit buah
Galang Kabupaten Deli Serdang, pisang (S3) stimulan ekstrak 200 g
Sumatera Utara. Lokasi penelitian kulit buah pisang (S4). Diperoleh 20
berada pada ketinggian tempat ± 54 m kombinasi perlakuan, 4 tanaman/
di atas permukaan laut. Penelitian ini

218
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

perlakuan, dan jumlah tanaman menggunakan oven dengan suhu 700


seluruhnya sebanyak 120 tanaman. C selama 12 jam, Kemudian akan
Dilakukan penandaan dengan diperoleh berat karet kering dari
pada tanaman yang digunakan sesuai lateks tersebut dan dilakukan
kombinasi perlakuan, kemudian perhitungan antara perbandingan
diukur lilit batang agar diperoleh berat basah lateks dengan berat karet
tanaman yang homogen. Kemudian di kering.
keruk bawah bidang sadap sebagai Parameter yang diamati
tempat aplikasi stimulan. adalah kadar padatan total lateks (%)
Dipilih buah pisang yang pada setiap perlakuan dari
mengalami puncak klimakterik penyadapan pertama sampai
(bewarna kuning). Kemudian penyadapan ketiga menggunakan
dipotong – potong sebelum diblender, timbangan.
dengan ditambahi aquades 300 ml
sebagai pelarut, kemudian disaring HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dipisah sesuai konsentrasi
perlakuan. Penyadapan I
Aplikasi stimulan dilakukan Hasil pengamatan dan analisis
dibawah bidang sadap yang telah sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
dikeruk. Aplikasi dilakukan sehari waktu aplikasi stimulan berpengaruh
sebelum sadap dengan interval 2 nyata dan klon tanaman karet
minggu. Aplikasi dilakukan pada pagi berpengaruh tidak nyata terhadap
hari untuk menghindari suhu dan kadar padatan total lateks penyadapan
penguapan air yang berlebiha dan pertama. Rataan perlakuan stimulan
menggunakan sistem bark ekstrak kulit pisang dan klon tanaman
application (bawah bidang sadap) karet terhadap kadar padatan total
dengan menggunakan kuas kecil lateks penyadapan pertama dengan
dengan dosis 5 gram per pohon. frekuensi penyadapan d/3 disajikan
Penyadapan dilakukan pada Tabel 1.
sebanyak tiga kali. Penyadapan Berdasarkan Tabel 1
pertama dilakukan sehari setelah menunjukkan bahwa perlakuan waktu
pengaplikasian stimulan etilen dan aplikasi stimulan pertama (A1)
penyadapan berikutnya dilakukan per menghasilkan kadar padatan total
3 hari. Sistem sadap yang digunakan lateks tertinggi pada penyadapan
sadapan s/2 d/3 yaitu sistem sadap 1/2 pertama sebesar 31,67 %, diikuti oleh
spiral dan disadap tiga hari sekali. waktu aplikasi stimulan kedua (A2)
Kemudian sampel lateks diambil sebesar 23,55 %. Perlakuan klon IRR
dalam botol kocok yang telah 118 (K2) menghasilkan kadar padatan
disiapkan, dipanen siang hari pukul total lateks tertinggi penyadapan
11.00 sebelum pemanenan. pertama sebesar 27,73 %, diikuti oleh
Kemudian dibawa ke lab dan klon PB 260 (K1) sebesar 27,49 %.
ditimbang berat basah lateks lalu
sampel lateks dikeringkan

219
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

Tabel 1. Rataan perlakuan waktu aplikasi stimulan dan klon tanaman karet terhadap
kadar padatan total lateks (%) penyadapan pertama
Kadar Padatan Total Penyadapan I
Waktu Aplikasi Stimulan
Klon Rataan
A1 A2
K1 31,86 23,12 27,49
K2 31,48 23,98 27,73
Rataan 31,67a 23,55b 27,61
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom/baris berbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Tabel 2. Rataan perlakuan stimulan etilen ekstrak kulit pisang dan klon tanaman
karet terhadap kadar padatan total lateks (%) penyadapan pertama
Kadar Padatan Total Penyadapan I
Stimulan Etilen Ekstrak Kulit Pisang
Klon Rataan
S0 S1 S2 S3 S4
K1 28,01 27,06 24,21 30,91 27,27 27,49
K2 25,22 26,68 26,48 33,58 26,70 27,73
Rataan 26,61 26,87 25,35 32,24 26,98 27,61

Hasil pengamatan dan analisis perlakuan stimulan ekstrak 100 g kulit


sidik ragam terlihat bahwa perlakuan buah pisang (S2) menghasilkan kadar
stimulan etilen ekstrak kulit pisang padatan total lateks terendah
berpengaruh tidak nyata terhadap penyadapan pertama sebesar 25,35 %.
kadar padatan total lateks penyadapan Perlakuan waktu aplikasi
pertama. Rataan perlakuan stimulan pemberian stimulan terhadap
ekstrak kulit pisang dan klon tanaman beberapa klon tanaman karet di
karet terhadap kadar padatan total bawah bidang sadap berpengaruh
lateks penyadapan pertama dengan nyata terhadap kadar padatan total
frekuensi penyadapan d/3 disajikan lateks pada tanaman karet. Jarak antar
pada Tabel 2. waktu aplikasi metode ½S d/3 pada
Berdasarkan Tabel 2 percobaan ini menghasilkan
menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan yang nyata antara waktu
stimulan ekstrak 150 g kulit buah aplikasi pertama dan kedua dan dosis
pisang (S3) menghasilkan kadar yang diberikan pada kedua waktu
padatan total lateks tertinggi aplikasi adalah sama oleh karenanya
penyadapan pertama sebesar 32,24 %, setiap pemberian stimulan terhadap
diikuti oleh stimulan ekstrak 200 g batang karet memiliki efek yang
kulit buah pisang (S4) sebesar 26,98 berbeda jika diberikan pada kurun
% dan stimulan ekstrak 50 g kulit waktu tertentu. Waktu aplikasi yang
buah pisang (S1) sebesar 26,87 %, tepat pada bidang sadap memberikan
diikuti oleh tanpa stimulan (S0) peningkatan produksi lateks yang
sebesar 26,61 %, sedangkan optimal. Hal ini didukung oleh

220
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

Tistama (2013) yang menyatakan kedua. Rataan perlakuan waktu


bahwa dengan pemberian waktu aplikasi stimulan dan klon tanaman
stimulan yang tepat, produksi karet terhadap kadar padatan total
tanaman karet dapat ditingkatkan, lateks penyadapan kedua dengan
dimana etilen berperan di dalam frekuensi penyadapan d/3 disajikan
jaringan kulit Hevea mengatur dua pada
jalur utama peningkatanproduksi Tabel 3.
lateks yaitu peningkatan sintesis karet Berdasarkan Tabel 3
dan memperpanjang lama aliran menunjukkan bahwa perlakuan waktu
lateks. aplikasi stimulan pertama (A1)
menghasilkan kadar padatan total
Penyadapan II lateks tertinggi pada penyadapan
Hasil pengamatan dan analisis pertama sebesar 33,54 %, diikuti oleh
sidik ragam terlihat bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan pertama (A2)
waktu aplikasi stimulan berpengaruh sebesar 27,51 %. Perlakuan klon PB
nyata terhadap kadar padatan total 260 (K1) menghasilkan kadar padatan
lateks penyadapan kedua, sedangkan total lateks tertinggi penyadapan
perlakuan klon tanaman karet kedua sebesar 31,06 %, diikuti oleh
berpengaruh tidak nyata terhadap klon IRR 118 (K2) sebesar 29,18 %.
kadar padatan total lateks penyadapan

Tabel 3. Rataan perlakuan waktu aplikasi stimulan dan klon tanaman karet terhadap
kadar padatan total lateks (%) penyadapan kedua
Kadar Padatan Total Penyadapan II
Waktu Aplikasi Stimulan
Klon Rataan
A1 A2
K1 34,16 29,56 31,86
K2 32,92 25,45 29,18
Rataan 33,54a 27,51b 30,52
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom/baris berbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Tabel 4. Rataan perlakuan stimulan etilen ekstrak kulit pisang dan klon tanaman
karet terhadap kadar padatan total lateks (%) penyadapan kedua
Kadar Padatan Total Penyadapan II
Stimulan Etilen Ekstrak Kulit Pisang
Klon Rataan
S0 S1 S2 S3 S4
K1 33,42 30,74 34,83 28,55 31,76 31,86
K2 28,69 28,59 28,27 29,71 30,67 29,18
Rataan 31,06 29,67 31,55 29,13 31,21 30,52

221
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

sudah mengalami pematangan. Etilen


Hasil pengamatan dan analisis sangat banyak terdapat pada kulit
sidik ragam terlihat bahwa perlakuan buah yang dapat memacu
stimulan etilen ekstrak kulit pisang metabolisme lateks (Winarno dan
berpengaruh tidak nyata terhadap Aman, 1979). Maka ekstrak kulit
kadar padatan total lateks penyadapan buah pisang tidak hanya sebagai
kedua. Rataan perlakuan stimulan limbah organik tetapi dapat
ekstrak kulit pisang dan klon tanaman dimanfaatkan dalam peningkatan
karet terhadap kadar padatan total produksi lateks pada tanaman karet.
lateks penyadapan kedua dengan
frekuensi penyadapan d/3 disajikan Penyadapan III
pada Tabel 4. Hasil pengamatan dan analisis
Berdasarkan Tabel 4 sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
menunjukkan bahwa perlakuan waktu aplikasi stimulan berpengaruh
perlakuan stimulan ekstrak 100 g kulit nyata, sedangkan klon tanaman karet
buah pisang (S2) menghasilkan kadar berpengaruh tidak nyata terhadap
padatan total lateks tertinggi kadar padatan total lateks penyadapan
penyadapan kedua sebesar 31,55 %, ketiga. Rataan perlakuan stimulan
diikuti oleh stimulan ekstrak 200 g ekstrak kulit pisang dan klon tanaman
kulit buah pisang (S4) sebesar 31,21 karet terhadap kadar padatan total
% dan tanpa stimulan (S0) sebesar lateks penyadapan ketiga dengan
31,06 %, diikuti oleh stimulan ekstrak frekuensi penyadapan d/3 disajikan
50 g kulit buah pisang (S1) sebesar pada Tabel 5.
29,67 %, sedangkan perlakuan Berdasarkan Tabel 5
stimulan ekstrak 150 g kulit buah menunjukkan bahwa perlakuan waktu
pisang (S3) menghasilkan kadar aplikasi stimulan kedua (A2)
padatan total lateks terendah menghasilkan kadar padatan total
penyadapan kedua sebesar 29,15 %. lateks tertinggi pada penyadapan
Perlakuan stimulan ekstrak pertama sebesar 36,31 %, diikuti oleh
kulit pisang di bawah bidang sadap waktu aplikasi stimulan pertama (A1)
berpengaruh tidak nyata terhadap sebesar 31,94 %. Perlakuan klon PB
parameter berat lateks. Namun 260 (K1) menghasilkan kadar padatan
perlakuan stimulan ekstrak 150 gram total lateks tertinggi penyadapan
kulit pisang (S2) memberikan ketiga sebesar 35,02 %, diikuti oleh
harapan meningkatkan produksi dan klon IRR 118 (K2) sebesar 33,23 %.
merupakan perlakuan yang Hasil pengamatan dan analisis
menghasilkan kadar padatan total sidik ragam terlihat bahwa perlakuan
lateks tertinggi dibandingkan dengan stimulan etilen ekstrak kulit pisang
tanpa stimulan (S0), stimulan ekstrak berpengaruh tidak nyata terhadap
50 gram kulit pisang (S1), stimulan kadar padatan total lateks penyadapan
ekstrak 150 gram kulit pisang (S3) ketiga. Rataan perlakuan stimulan
dan stimulan ekstrak 200 gram kulit ekstrak kulit pisang dan waktu
pisang (S4).. Hal ini menunjukkan aplikasi terhadap kadar padatan total
bahwa pemberian stimulan ekstrak lateks penyadapan ketiga dengan
kulit buah pisang dapat meningkatkan frekuensi penyadapan d/3 disajikan
pruduksi lateks pada tanaman karet. pada Tabel 6.
Etilen terbentuk dalam buah yang

222
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

Tabel 5. Rataan perlakuan waktu aplikasi stimulan dan klon tanaman karet terhadap
kadar padatan total lateks (%) penyadapan ketiga
Kadar Padatan Total Penyadapan III
Waktu Aplikasi Stimulan
Klon Rataan
A1 A2
K1 32,97 37,07 35,02
K2 30,91 35,55 33,23
Rataan 31,94a 36,31b 34,12
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom/baris berbeda tidak nyata
menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Tabel 6. . Rataan perlakuan stimulan etilen ekstrak kulit pisang dan klon tanaman
karet terhadap kadar padatan total lateks (%) penyadapan ketiga
Kadar Padatan Total Penyadapan III
Stimulan Etilen Ekstrak Kulit Pisang
Klon Rataan
S0 S1 S2 S3 S4
K1 37,78 36,07 35,02 32,88 33,34 35,02
K2 31,68 31,05 32,33 37,71 33,38 33,23
Rataan 34,73 33,56 33,68 35,30 33,36 34,12

Berdasarkan Tabel 6 semua perlakuan. Hal ini


menunjukkan bahwa perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan
stimulan ekstrak 150 g kulit buah stimulan 150 gram ekstrak kulit
pisang (S3) menghasilkan kadar pisang (S3) memberikan harapan
padatan total lateks tertinggi dalam meningkatkan produksi lateks
penyadapan ketiga sebesar 35,30 %, walaupun belum memperlihatkan
diikuti oleh tanpa stimulan (S0) perbedaan yang signifikan. Hal ini
sebesar 34,73 % dan stimulan ekstrak diduga karena stimulan tidak terserap
100 g kulit buah pisang (S2) sebesar sempurna oleh batang tanaman karet
33,68 % , diikuti oleh stimulan sehingga belum mampu
ekstrak 50 g kulit buah pisang (S1) meningkatkan produksi lateks secara
sebesar 33,56 %, sedangkan nyata, hal ini didukung oleh literatur
perlakuan stimulan ekstrak 200 g kulit Wulandari et al, (2015) yang
buah pisang (S4) menghasilkan kadar menyatakan bahwateknik bark
padatan total lateks terendah application pada tanaman karet tidak
penyadapan ketiga sebesar 33,36 %. terserap sempurna ke dalam jaringan
Perlakuan stimulan 150 gram batang sehingga mekanisme kerja
ekstrak kulit pisang (S3) pada klon stimulan ethephon dalam sistem
PB 260 (K1) di dalam waktu aplikasi fisioligis belum berlangsung optimal.
pertama (A1) dengan sistem bark Namun secara keseluruhan perlakuan
application merupakan perlakuan stimulan kulit pisang mampu
yang menunjukkan kadar padatan meningkatkan produksi lateks,
total lateks tertinggi dibandingkan kandungan etilen pada ekstrak kulit

223
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

buah pisang menunjukkan bahwa sehingga alokasi cadangan makanan


pemberian stimulan tersebut dapat yang digunakan untuk pembentukan
meningkatkan produksi lateks pada lateks menjadi berkurang dan
tanaman karet yang memicu pada berdampak pada turunnya produksi
kenaikan (Thomas dan Boerhendhy, 1988
produksi dari tanaman karet. dalam Ardika, et al 2011).
Hal ini didukung oleh hasil penelitian
pendahuluan yang diketahui bahwa SIMPULAN
ekstrak kulit buah pisang
mengandung 0,2% etilen (Charloq Waktu aplikasi yang berbeda,
et.al, 2015), yang memiliki potensi nyata dalam meningkatkan kadar
untuk digunakan sebagai stimulan padatan total lateks. Klon tanaman
substitusi ethrel. karet yang berbeda dalam waktu
Dari hasil percobaan aplikasi yang berbeda, tidak nyata
perlakuan stimulan ekstrak kulit dalam menghasilkan berat lateks.
pisang dalam berbagai konsentrasi Pemberian stimulan pada berbagai
yang diaplikasikan pada dua klon klon tanaman karet dalam waktu
quick starter didapati bahwa aplikasi yang berbeda, tidak berbeda
parameter berat mengalami nyata dalam meningkatkan berat
penurunan pada panen 2 dan panen 3. lateks. Kadar padatan total lateks
Hal ini disebabkan oleh usia dari tertinggi adalah dengan pemberian
kedua klon yaitu PB 260 dan IRR 118 stimulan ekstrak 150 g kulit pisang.
yang masih tergolong muda (8 tahun)
sehingga respon pemberian belum DAFTAR PUSTAKA
stimulan belum optimal, selain itu
iklim pada saat musim kemarau Ardika, R., A. N. Cahyo dan T.
(Januari – April 2016) turut Wijaya. 2011. Dinamika
mempengaruhi kondisi tanaman Gugur Daun dan Produksi
karet. Iklim kemarau mengakibatkan Berbagai Klon Karet
tanaman karet memasuki masa gugur Kaitannya dengan Kandungan
daun, sehingga produksi menjadi Air Tanah. Balai Penelitian
menurun. Hal ini sesuai dengan Sembawa, Palembang
Ardika, et al (2011) yang menyatakan Bayer Cropscience. 2012. Ethepon
bahwa air menjadi faktor pembatas SL 480 B G version 1 / EU.
bagi pertumbuhan tanaman karet. Safety Data Sheet according
Dengan adanya keterbatasan air pada to Regulation (EC) No.
waktu musim kemarau tersebut 1907/2006. Bayer, Germany.
tanaman karet melakukan adaptasi Charloq, A. Yazid, T. S. Gultom, A.
untuk mengurangi transpirasi dengan R. P. Galingging, A. Mualim.
cara menggugurkan daunnya. pada 2015. Titrasi Kandungan
waktu musim kemarau. Pada saat Etilen Dari Kulit Buah Pisang
terjadi gugur daun, kecenderungan Kepok (Musa Paradisiaca).
penurunan produksi mulai terjadi Untuk Kalangan Sendiri.
untuk klon PB 260, RRIC 100 dan Universitas Sumatera Utara,
BPM 24. dimana cadangan makanan Medan.
pada tanaman karet dipergunakan Damanik, S., M. Syakir, M. Tasma
untuk mempertahankan diri dan Siswanto. 2010. Budidaya
menghadapi musim kemarau dan Pasca Panen Karet. Pusat

224
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-
ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.1, Januari 2017 (28): 216-225

Penelitian dan Pengembangan Teknik Bark Application pada


Perkebunan. Bogor. Produksi Lateks Tanaman
Palembang Tribun News. 2016. Karet. Departemen
Produsen Kurangi Ekspor, Agroteknologi, Universitas
Dongkrak Harga Karet Dunia. Riau.
Sriwijaya Post, Palembang.
Rohmah, A. 2015. Panduan Budidaya
Karet untuk Petani Skala
Kecil. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Pusat
Teknologi Material,
Indonesia.
Rouf, A., M. O. Nugrahani, A. S.
Pamungkas, Setiono dan H.
Hadi. 2015. Strategi
Peningkatan Produksi Lateks
secara Kontiniu dengan
Teknologi Stimulas Gas
Etilen RIGG-9. Balai
Penelitian Getas, Salatiga.
Setiawan D. H dan A. Andoko. 2008.
Petunjuk Lengkap Budidaya
Karet. AgroMedia Pustaka,
Jakarta.
Sinamo, H., Charloq, Rosmayati,
Radite. 2015. Respon
Produksi Lateks Dalam
Berbagai Waktu Aplikasi
Pada Beberapa Klon Tanaman
Karet Terhadap Pemberian
Berbagai Sumber Hormon
Etilen. Jurnal Online
Agroekoteknologi ISSN No.
2337-6597 Vol. 3 No. 2 : 542-
551. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Tistama, R. 2013. Peran Seluler
Etilen Eksogenus Terhadap
Peningkatan Produksi Lateks
pada Tanaman Karet ( Hevea
Brasiliensis L). Warta
Perkaretan 2013, 32(1): 25-37
Winarno, F.G., Aman M. 1979.
Fisiologi Lepas Panen. Bogor
: Sastra Hudaya.
Wulandari, T., Sampoerna, M. A.
Khoiri. 2015. Pemberian
Stimulan Ethepon Dengan

225

You might also like