You are on page 1of 10

Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN : 2503-488X

Vol. 8, No. 1, 150-159 Maret 2020

Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Maserasi terhadap Ekstrak Kulit Biji Kakao
(Theobroma cacao L.) sebagai Sumber Antioksidan
The Effect of Type Solvent and Maceration Time of Cocoa Bean Husk Extract
(Theobroma cacao L.) as A Source of Antioxidants

I Wayan Gde Angga Prasetya, G.P. Ganda Putra*, Luh Putu Wrasiati
PS Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Bukit
Jimbaran, Badung, Kode pos : 80361; Telp/Fax : (0361) 701801.

Diterima 23 Oktober 2019 / Disetujui 11 November 2019

ABSTRACT

Cocoa bean husk is a waste of cocoa processing that is large enough and has not been used optimally.
Cocoa bean husk waste can be used more optimally by extracting polyphenol compound and used as
natural antioxidant. This research aims to determine the effect of the type of solvent and maceration
time of cocoa bean husk extract as a source of antioxidants and to determine the best type of solvent
and maceration time to produce cocoa bean husk extract as a source of antioxidants. This experiment
uses a randomized block design with two factors. The first factor is the type of solvent consisting of
methanol 95 percent, ethanol 96 percent and acetone 90 percent. The second factor is the maceration
time consisting of 24, 36 and 48 hours. The data is analyzed by variant analysis and continued with the
Tukey test. The results showed that the type of solvent and maceration time is a very significant effect
on yield, total phenolic and antioxidant capacity. The interaction between treatment is a very significant
effect on total phenolic and antioxidant capacity but did not significantly affect the yield of cocoa bean
husk extract. The best treatment to produce cocoa bean husk extract as a source of antioxidants is using
ethanol solvent and maceration time for 48 hours with a yield characteristic 11.72±0.45 percent, a total
phenolic at 80.76±1.12 mg of GAE/g and Antioxidant capacity 49.55±1.13 mg GAEAC/g.
Keywords : cocoa bean husk, extraction, solvent, antioxidants.

*Korespondensi Penulis:
Email : gandaputra@unud.ac.id

150
Prasetya, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

PENDAHULUAN cara yang digunakan sederhana, selain itu


metode maserasi tidak menggunakan suhu
Indonesia menduduki peringkat tinggi yang berisiko merusak komponen
ketiga sebagai pembudidaya tanaman kakao kimia bahan yang tidak tahan terhadap suhu
terbanyak di dunia setelah Ivory Coast dan tinggi. Menurut Ramadhan dan Phasa (2010)
Ghana. Berdasarkan data dari Direktorat faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses
Jenderal Perkebunan (2019) bahwa luas area ekstraksi yaitu penyiapan bahan sebelum
penanaman kakao telah mencapai 1.683.868 ekstraksi, ukuran partikel, pelarut, metode
ha dan tersebar di seluruh provinsi kecuali yang digunakan dalam ekstraksi, waktu, suhu
DKI Jakarta. Kakao merupakan salah satu serta proses pemisahan pelarut dari hasil
komoditas perkebunan yang memiliki peran ekstraksi.
cukup penting dalam perekonomian nasional. Menurut Harborne (1987) suatu
Pengolahan biji kakao menjadi senyawa akan larut dalam pelarut yang
produk cokelat menghasilkan limbah kulit memiliki polaritas yang sama. Pelarut polar
biji kakao yang cukup banyak. Kulit biji mampu melarutkan fenol dengan lebih baik
kakao merupakan salah satu limbah industri sehingga kadar dalam ekstrak menjadi tinggi
yang dihasilkan dari pengolahan cokelat yaitu (Moein dan Mahmood, 2010).
sekitar 15 persen dari total berat biji kakao Wahyuningtyas et al. (2017) menyatakan
(Utami et al., 2017). Keberadaan limbah bahwa flavonoid adalah senyawa polifenol
tersebut sering kali tidak dimanfaatkan secara yang bersifat polar dan larut dalam pelarut
baik dan kadang dibiarkan begitu saja polar seperti etanol, metanol, air, aseton,
menjadi sampah industri pengolahan cokelat butanol, dimetil formamida, dimetil
(Yumas, 2017). sulfoksida. Dalam penelitian Hartati et al.
Kulit biji kakao mengandung (2013) mengenai aktivitas antioksidan dan
senyawa aktif yang tidak berbeda jauh antibakteri pada biji mahoni dengan
dengan kandungan senyawa aktif yang menggunakan pelarut metanol, etanol, dan
terdapat pada kulit buah kakao dan biji kakao aseton menunjukkan bahwa ekstrak biji
itu sendiri. Menurut Kusuma et al. (2013) mahoni menghasilkan aktivitas antioksidan
bahwa biji kakao mengandung senyawa tertinggi didapatkan dengan menggunakan
polifenol 5-18 persen, katekin 33-42 persen, pelarut metanol. Menurut Savitri et al. (2017)
leukosianidin 23-25 persen, dan antosianin 5 jenis pelarut sangat berpengaruh terhadap
persen. Kulit biji kakao mengandung rendemen, total fenolik, dan total karotenoid.
senyawa aktif antara lain polifenol, Sehingga dipilih beberapa jenis pelarut yang
flavonoid, terpenoid/steroid, tanin memiliki tingkat kepolaran yang hampir
terkondensasi atau terpolimerisasi seperti sama untuk mengekstraksi kulit biji kakao
katekin dan antosianin yang berpotensi untuk diantaranya metanol, etanol, dan aseton.
dikembangkan sebagai antioksidan Selain jenis pelarut, faktor yang
(Matsumoto et al., 2004). Senyawa berpengaruh terhadap proses ekstraksi antara
antioksidan dalam ekstrak kakao diketahui lain adalah waktu ekstraksi. Dalam penelitian
dapat menghambat pertumbuhan sel kanker Amelinda et al. (2018) mengenai pengaruh
hingga 70 persen dengan menghalangi aliran waktu maserasi terhadap aktivitas
sel pada fase pertumbuhan kedua (Diantika et antioksidan ekstrak rimpang temulawak,
al., 2014). didapatkan hasil optimal dengan waktu
Senyawa polifenol dapat diekstrak maserasi selama 24 jam yang memperoleh
dari kulit biji kakao dengan cara maserasi. total fenolik sebesar 205,86 mg GAE/g dan
Metode maserasi digunakan karena alat dan aktivitas antioksidan sebesar 84,45 persen.

151
Vol. 8, No. 1, Maret 2020 Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Maserasi terhadap…

Selain itu dalam penelitian Suryani (2012) UV-Vis (Thermo scientific), sentrifugasi
mengenai optimasi metode ekstraksi fenol (Damon IEC Centrifuge), vortex mixer (Maxi
dari rimpang jahe emprit didapatkan hasil mix II), pipet volume (Iwaki), pipet tetes,
optimal waktu ekstraksi selama 36 jam yang gelas beker (Iwaki), gelas ukur (Iwaki),
memperoleh ekstrak jahe dengan kadar fenol erlenmeyer (Herma), labu ukur (Behrotest),
371,12 mg/g. Kemudian dalam penelitian tabung reaksi (Iwaki), mikropipet (Socorex),
Yulianingtyas dan Kusmantoro (2016) pisau, aluminium foil, kertas saring kasar,
mengenai waktu maserasi daun belimbing kertas saring Whatman no. 1.
wuluh didapatkan hasil optimal dengan Bahan yang digunakan dalam
waktu maserasi selama 48 jam yang penelitian ini adalah kulit biji kakao jenis
memperoleh berat flavonoid terekstrak lindak yang telah melalui proses fermentasi
sebanyak 72,31 mg. Waktu maserasi yang berlangsung selama 4-5 hari dan proses
menyebabkan terjadinya kontak antara penyangraian pada suhu 115±5°C, dengan
sampel dan pelarut lebih intensif sehingga waktu penyangraian selama 120 menit untuk
hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh satu kali proses penyangraian. Kulit biji
larutan. Kontak antara sampel dan pelarut kakao yang digunakan berasal dari PT. Cau
dapat ditingkatkan apabila didukung dengan Coklat Internasional (Cau Chocolate), Dusun
adanya pengadukan agar kontak antara Cau, Desa Tua, Kecamatan Marga,
sampel dan pelarut semakin sering terjadi, Kabupaten Tabanan, Bali. Bahan kimia yang
sehingga proses ekstraksi lebih sempurna digunakan antara lain: metanol pa (Merck),
(Koirewoa, 2008). metanol teknis 95 persen (Bratachem), etanol
Tujuan dari penelitian ini adalah teknis 96 persen (Bratachem), aseton teknis
untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan 90 persen (Bratachem), reagen Folin–
waktu maserasi terhadap karakteristik ekstrak Ciocalteu (Merck), Na2CO3 (Merck),
kulit biji kakao, serta untuk menentukan jenis aquades (One Med), asam galat (Sigma-
pelarut dan waktu maserasi terbaik untuk aldrich), dan kristal DPPH (Himedia).
menghasilkan ekstrak kulit biji kakao sebagai
sumber antioksidan. Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan
METODE PENELITIAN Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
dua faktor. Faktor pertama adalah jenis
Tempat dan Waktu Pelaksanaan pelarut (R) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu R1
Penelitian ini dilakukan di (metanol 95 persen), R2 (etanol 96 persen),
Laboratorium Rekayasa Proses dan R3 (aseton 90 persen). Faktor kedua yaitu
Pengendalian Mutu dan Laboratorium waktu maserasi (H) yang terdiri atas 3 taraf,
Analisis Pangan, Fakultas Teknologi yaitu H1 (24 jam), H2 (36 jam), H3 (48 jam).
Pertanian, Universitas Udayana. Waktu Berdasarkan faktor tersebut diperoleh 9
pelaksanaan dilakukan pada bulan April kombinasi perlakuan, dengan masing-masing
hingga Juni 2019. perlakukan dikelompokkan berdasarkan
waktu pelaksanaannya sebanyak 2 kelompok
Alat dan Bahan Penelitian sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Data
Peralatan yang digunakan untuk yang diperoleh dianalisis dengan analisis
penelitian ini adalah rotary evaporator variansi (ANOVA) dan dilanjutkan dengan
(Janke & Kunkel RV 06 – ML), timbangan uji Tukey dengan menggunakan perangkat
analitik (Shimadzu), blender (Philips), lunak Minitab 19. Penentuan perlakuan
ayakan 60 mesh (Retsch), spektrofotometer terbaik dari semua parameter yang diukur

152
Prasetya, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

dilakukan dengan uji efektivitas (DeGarmo et dan 48 jam). Selama proses maserasi
al.,1984). dilakukan proses pengadukan setiap 6 jam
sekali selama 5 menit. Proses maserasi
Pelaksanaan Penelitian dilakukan dalam kondisi botol gelap tertutup
Tahap Persiapan Bahan Baku rapat pada suhu ruang (28-29ºC). Setelah
Bahan baku yang digunakan yaitu maserasi larutan di disaring kemudian filtrat
kulit dari biji kakao yang telah melalui proses yang diperoleh diuapkan dengan vacuum
fermentasi yang berlangsung selama 4-5 hari rotary evaporator suhu 40°C, kecepatan 100
dan proses penyangraian pada suhu 115±5°C, rpm, dan tekanan 100 mBar sampai tidak ada
dengan waktu penyangraian selama 120 pelarut yang menetes. Ekstrak kental yang
menit untuk satu kali proses penyangraian. diperoleh ditimbang untuk dihitung
Kulit biji kakao kemudian dihaluskan dengan rendemen ekstraknya kemudian ditempatkan
cara diblender, setelah itu diayak dengan di dalam botol gelap, untuk selanjutnya
menggunakan ayakan 60 mesh (Antari et al., dilakukan analisis.
2015). Kadar air dari bubuk kulit biji kakao
adalah ±8 persen. Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati adalah
Tahap Ekstraksi rendemen ekstrak, total fenolik, dan kapasitas
Bubuk kulit biji kakao ditimbang antioksidan.
masing-masing 30 g dan ditambahkan pelarut Rendemen Ekstrak (Hambali et al., 2014)
sesuai dengan perlakuan jenis pelarut Rendemen dihitung dengan cara,
(metanol 95 persen, etanol 96 persen dan berat ekstrak kulit biji kakao dibagi dengan
aseton 90 persen) dengan perbandingan berat bubuk kulit biji kakao yang digunakan
bahan dan pelarut 1:10 (Handayani et al., untuk ekstraksi, kemudian dikalikan 100
2016) selanjutnya dimaserasi sesuai dengan persen. Rumus menghitung nilai rendemen
perlakuan waktu maserasi (24 jam, 36 jam adalah sebagai berikut :
berat ekstrak g
Rendemen % = x 100 %
berat bubuk kulit biji kakao g
Total Fenolik (Sakanaka et al., 2003) Sebanyak ± 0,1 g sampel, dilarutkan
Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dengan metanol 85 persen menggunakan labu
Kurva standar dibuat dengan ukur 5 mL, dihomogenkan dan disentrifus
menimbang 0,01 g asam galat kemudian 3000 rpm selama 15 menit, hingga diperoleh
diencerkan menjadi 100 mL dengan aquades, supernatan. Supernatan disaring hingga
dibuat seri pengenceran yang masing-masing diperoleh filtrat. Filtrat dipipet 10 µL
sebanyak 5 mL dengan konsentrasi 0, 10, 20, kemudian ditambahkan 390 µL metanol 85
40, 60, 80, 100 mg/L, dari masing-masing persen, 400 µL reagen Folin– Ciocalteu,
standar dipipet sebanyak 0,4 mL ditempatkan divortek sehingga homogen dan diinkubasi
pada tabung reaksi, ditambahkan 0,4 reagen selama 6 menit sebelum ditambahkan 4,2 mL
Folin– Ciocalteu, divortek dan diinkubasi larutan Na2CO3 5 persen. Sampel diinkubasi
selama 6 menit sebelum ditambahkan 4,2 mL 30 menit pada suhu ruang sebelum dibaca
larutan Na2CO3 5 persen. Sampel divortek nilai absorbansinya pada panjang gelombang
dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu λ 760 nm.
ruang kemudian baca nilai absorbansi pada Perhitungan total fenol menggunakan
panjang gelombang λ 760 nm. rumus persamaan regresi y = ax + b. dimana
Analisis Sampel y menunjukkan absorbansi, x menunjukkan

153
Vol. 8, No. 1, Maret 2020 Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Maserasi terhadap…

konsentrasi asam galat, a menunjukkan sebagai mg ekuivalen asam galat/g sampel.


intersep dan b adalah konstanta. Total Total fenol dapat dihitung dengan
kandungan fenol pada ekstrak ditunjukkan menggunakan rumus :
mg GAE X× Volume Larutan (mL)
Total Fenol = × FP
g sampel (g)
mg
gan : X = Konsentrasi yang diperoleh dari persamaan regresi linier kurva standar asam galat
mL
FP = Faktor pengencer
Kapasitas Antioksidan dengan Metode metanol 99,9 persen sampai volume 5 mL
DPPH (Blois, 1958) dalam labu ukur, divortek dan disentrifugasi
Pembuatan Kurva Standar Asam Galat 3000 rpm selama 15 menit, hingga diperoleh
Kurva standar asam galat dibuat supernatan. Supernatan disaring hingga
dengan menimbang 0,01 g asam galat diperoleh filtrat. Filtrat dipipet 15 µL
kemudian diencerkan dengan aquades kemudian ditambahkan 485 µL metanol 99,9
menjadi 100 mL dibuat seri pengenceran persen ditempatkan pada tabung reaksi,
yang masing-masing sebanyak 5 mL dengan ditambahkan 3,5 mL DPPH (0.0039 g dalam
konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20, 25 ppm dari pelarut metanol 99,9 persen 100 mL)
masing-masing standar dipipet 0,5 mL kemudian divortek. Selanjutnya diinkubasi
ditempatkan pada tabung reaksi dan selama 30 menit dan diukur absorbansinya
ditambahkan 3,5 mL DPPH (0.0039 g dalam pada λ 517 nm.
pelarut metanol 99,9 persen 100 mL) Kapasitas antioksidan dihitung
kemudian divortek. Selanjutnya diinkubasi dengan menggunakan rumus persamaan
selama 30 menit dan dibaca nilai absorbansi regresi linier y = ax + b dimana y
pada panjang gelombang λ 517 nm. menunjukkan absorbansi, x menunjukkan
konsentrasi asam galat, a menunjukkan
Analisis Sampel intersep dan b adalah konstanta. Kapasitas
Analisis sampel dilakukan dengan antioksidan dapat dihitung dengan
menimbang 0,1 g sampel, diencerkan dengan menggunakan rumus :
mg GAEAC X× Volume Larutan (mL)
Kapasitas Antioksidan = × FP
g sampel (g)
Keterangan : X = Konsentrasi yang diperoleh dari persamaan regresi linier kurva standar asam galat
FP = Faktor pengencer
rata-rata rendemen ekstrak kulit biji kakao
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan menggunakan pelarut metanol
menghasilkan rendemen tertinggi yaitu
Rendemen 12,37±0,57 persen sedangkan dengan
Hasil analisis ragam menunjukkan menggunakan pelarut aseton memiliki
bahwa perlakuan jenis pelarut dan waktu rendemen terendah yaitu 10,37±0,33 persen.
maserasi berpengaruh sangat nyata (P≤0,01), Dapat dilihat bahwa nilai rata-rata rendemen
sedangkan interaksinya berpengaruh tidak memiliki peningkatan sesuai dengan tingkat
nyata (P≥0,05) terhadap rendemen ekstrak kepolaran pelarut, yaitu metanol dengan hasil
kulit biji kakao. Nilai rata-rata rendemen tertinggi kemudian etanol dan aseton. Pelarut
ekstrak kulit biji kakao dapat dilihat pada metanol memiliki kepolaran yang lebih tinggi
Tabel 1. dari etanol dan aseton, hal ini dapat dilihat
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai dari nilai konstanta dielektriknya yaitu

154
Prasetya, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

sebesar 32,6, kemudian etanol 24,3 dan Sargassum polycystum dengan menggunakan
aseton 20,7 (Sudarmadji et al., 2007). Hal ini pelarut metanol memiliki rendemen tertinggi,
dikarenakan metanol tidak hanya kemudian diikuti dengan pelarut etanol,
mengekstrak senyawa antioksidan yang aseton, isopropil alkohol dan etil asetat.
bersifat polar tetapi juga mengekstrak Perbedaan nilai konstanta dielektrik
senyawa lain yang juga dapat terlarut dalam menunjukkan sifat kepolaran dari pelarut.
pelarut polar misalnya protein, dan Semakin tinggi nilai konstanta dielektriknya,
karbohidrat. Hal ini sesuai dengan penelitian maka pelarut akan semakin polar.
Savitri et al. (2017) bahwa ekstrak
Tabel 1. Nilai rendemen (%) ekstrak kulit biji kakao pada perlakuan jenis pelarut dan waktu maserasi.
Waktu maserasi (jam)
Jenis Pelarut Rata-rata
24 36 48
Metanol 11,83 12,22 13,07 12,37±0,57a
Etanol 11,17 11,43 11,72 11,44±0,36b
Aseton 10,04 10,30 10,77 10,37±0,33c
Rata-rata 11,01±0,82c 11,32±0,88b 11,85±1,05a
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata pada taraf kesalahan 5% (P≤0,05)
Rendemen ekstrak kulit biji kakao bahwa perlakuan jenis pelarut dan waktu
mengalami peningkatan disetiap kenaikan maserasi serta interaksinya berpengaruh
waktu maserasi. Nilai rata-rata rendemen sangat nyata (P≤0,01) terhadap total fenolik
ekstrak kulit biji kakao tertinggi diperoleh ekstrak kulit biji kakao. Nilai rata-rata total
pada perlakuan waktu maserasi 48 jam yaitu fenolik ekstrak kulit biji kakao yang
11,85±1,05 persen, kemudian waktu maserasi diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.
36 jam yaitu 11,32±0,88 persen dan yang Tabel 2 menunjukkan hasil total
terendah diperoleh perlakuan waktu 24 jam fenolik ekstrak kulit biji kakao tertinggi
yaitu 11,01±0,82 persen. Kenaikan waktu diperoleh dari pelarut etanol dengan waktu
maserasi yang digunakan akan menghasilkan maserasi selama 48 jam yaitu sebanyak
kenaikan nilai rendemen karena waktu 80,76±1,12 mg GAE/g dan total fenolik
maserasi yang semakin lama akan terendah diperoleh dari pelarut aseton dengan
mengakibatkan kontak antara bahan dan waktu maserasi 24 jam yaitu sebanyak
pelarut menjadi semakin besar sehingga 33,62±1,36 mg GAE/g. Jenis pelarut dan
ekstrak yang dihasilkan akan terus meningkat waktu maserasi yang berbeda pada saat
sampai pada titik jenuh dari pelarut. Hal ini proses ekstraksi mempengaruhi nilai total
sesuai dengan penelitian Kurniawati et al. fenolik yang dihasilkan. Pelarut dengan
(2016), mengenai penentuan pelarut dan lama kepolaran yang hampir serupa dengan
ekstraksi terbaik pada teknik maserasi senyawa yang diekstrak dan waktu maserasi
Gracilaria sp. serta pengaruhnya terhadap yang lebih lama akan menghasilkan total
kadar air dan rendemen menghasilkan fenolik yang tertinggi. Hal ini menunjukkan
perlakuan lama maserasi terbaik untuk bahwa senyawa polifenol yang terdapat pada
ekstraksi adalah 48 jam dari perlakuan lama ekstrak kulit biji kakao memiliki tingkat
maserasi 24, 48 dan 72 jam. kepolaran mendekati kepolaran pelarut
etanol, sehingga senyawa polifenol dapat
Total Fenolik larut lebih banyak pada pelarut etanol
Hasil analisis ragam menunjukkan daripada pelarut metanol dan aseton. Kulit

155
Vol. 8, No. 1, Maret 2020 Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Maserasi terhadap…

biji kakao mengandung senyawa aktif antara ekstrak kunyit bahwa pelarut etanol
lain polifenol, flavonoid, terpenoid/steroid, menghasilkan total fenol tertinggi daripada
katekin dan antosianin (Matsumoto et al., menggunakan pelarut metanol, aseton dan
2004). Sesuai dengan penelitian isopropanol.
Wahyuningtyas et al. (2017) mengenai
Tabel 2. Nilai rata-rata total fenolik (mg GAE/g) ekstrak kulit biji kakao pada perlakuan jenis pelarut
dan waktu maserasi.
Waktu maserasi (jam)
Jenis pelarut
24 36 48
Metanol 44,43±0,82f 48,95±1,17e 53,32±2,97d
Etanol 68,69±0,28c 74,02±0,57b 80,76±1,12a
h gh
Aseton 33,62±1,36 35,39±1,13 37,60±1,00g
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf kesalahan 5%
(P≤0,05)
Kenaikan waktu maserasi terbaik untuk menghasilkan total fenol
menunjukkan peningkatan total fenol yang dibanding perlakuan lama maserasi 24 dan 72
dihasilkan. Waktu maserasi yang semakin jam.
lama menyebabkan kontak bahan dengan
pelarut semakin lama, hal ini mengakibatkan Kapasitas Antioksidan
dinding sel pada bahan pecah dan Hasil analisis ragam menunjukkan
mengeluarkan zat terlarut ke dalam pelarut bahwa perlakuan jenis pelarut dan waktu
semakin banyak sehingga hasilnya akan maserasi serta interaksinya berpengaruh
bertambah sampai titik optimum dari sangat nyata (P≤0,01) terhadap kapasitas
perlarut. Hal ini sesuai dengan penelitian antioksidan ekstrak kulit biji kakao. Nilai
Firdausni et al. (2011), mengenai potensi rata-rata kapasitas antiksidan (mg GAEAC/g)
pigmen kulit kayu manis pada minuman jahe ekstrak kulit biji kakao yang diperoleh dapat
instan sebagai minuman fungsional bahwa dilihat pada Tabel 3.
lama maserasi 48 jam merupakan perlakuan
Tabel 3. Nilai rata-rata kapasitas antioksidan (mg GAEAC/g) ekstrak kulit biji kakao pada perlakuan
jenis pelarut dan waktu maserasi.
Waktu maserasi (jam)
Jenis pelarut
24 36 48
Metanol 31,30±0,93f 34,23±0,27e 38,19±0,40d
Etanol 41,53±0,73c 44,13±0,80b 49,55±1,13a
i h
Aseton 22,68±0,47 25,22±0,60 28,90±0,73g
Keterangan: huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf kesalahan 5%
(P≤0,05)
Tabel 3 menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa pelarut yang memiliki
kapasitas antioksidan tertinggi diperoleh tingkat kepolaran mendekati senyawa yang
pada pelarut etanol dengan waktu maserasi berfungsi sebagai antioksidan dan semakin
selama 48 jam yaitu 49,55±1,13 mg lama waktu maserasi, maka semakin tinggi
GAEAC/g dan kapasitas antioksidan pula kapasitas antioksidannya. Hal ini terjadi
terendah diperoleh pada pelarut aseton dikarenakan kapasitas antioksidan yang
dengan waktu maserasi 24 jam yaitu dihasilkan dipengaruhi oleh senyawa
22,68±0,47 mg GAEAC/g. Hal ini polifenol yang ada pada ekstrak kulit biji

156
Prasetya, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

kakao. Semakin banyak senyawa tinggi kandungan polifenol maka akan


polifenolnya maka kapasitas antioksidannya semakin tinggi pula nilai kapasitas
semakin tinggi. Dalam penelitian ini antioksidannya.
didapatkan hasil total fenolik terbaik dengan
menggunakan pelarut etanol dan waktu Uji Indeks Efektivitas
maserasi selama 48 jam yaitu 80,76±1,12 mg Uji indeks efektivitas dilakukan untuk
GAE/g dan pada kapasitas antioksidan juga menentukan perlakuan terbaik dalam
didapatkan hasil terbaik menggunakan menghasilkan ekstrak kulit biji kakao.
pelarut etanol dengan waktu maserasi 48 jam. Variabel yang diamati pada pengujian ini
Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati adalah rendemen ekstrak, total fenolik dan
et al. (2017), mengenai ekstraksi dan analisis kapasitas antioksidan. Hasil uji indeks
stabilitas aktivitas antioksidan dari efektivitas ekstrak kulit biji kakao dapat
Stenochlaena palustris bahwa lama maserasi dilihat pada Tabel 4.
48 jam merupakan perlakuan terbaik untuk Perlakuan terbaik ditunjukkan dengan
menghasilkan aktivitas antioksidan jumlah nilai hasil tertinggi. Pada Tabel 4
dibanding perlakuan lama maserasi 12 dan 24 menunjukkan bahwa perlakuan dengan
jam. Seperti yang dilaporkan oleh Towaha menggunakan pelarut etanol dan waktu
(2014) bahwa, kapasitas antioksidan biji maserasi 48 jam memiliki nilai tertinggi yaitu
kakao dan produk turunannya dengan jumlah 0,91 sehingga merupakan perlakuan terbaik
total polifenol yang dimiliki mempunyai untuk menghasilkan ekstrak kulit biji kakao
korelasi yang positif. Sehingga semakin sebagai sumber antioksidan.
Tabel 4. Hasil uji indeks efektivitas untuk menentukan perlakuan terbaik dari ekstrak kulit biji kakao.
Variabel
Perlakuan Jumlah
Rendemen Total Fenolik Kapasitas Antioksidan
(BV) 1,40 2,20 3,00 6,60
(BN) 0,21 0,33 0,45 1,00
R1H1 (Metanol & 24 jam) Ne 0,59 0,23 0,32
Nh 0,13 0,08 0,15 0,35
R1H2 (Metanol & 36 jam) Ne 0,72 0,33 0,43
Nh 0,15 0,11 0,20 0,46
R1H3 (Metanol & 48 jam) Ne 1,00 0,42 0,58
Nh 0,21 0,14 0,26 0,61
R2H1 (Etanol & 24 jam) Ne 0,37 0,74 0,70
Nh 0,08 0,25 0,32 0,65
R2H2 (Etanol & 36 jam) Ne 0,46 0,86 0,80
Nh 0,10 0,29 0,36 0,75
R2H3 (Etanol & 48 jam) Ne 0,55 1,00 1,00
Nh 0,12 0,33 0,45 0,91
R3H1 (Aseton & 24 jam) Ne 0,00 0,00 0,00
Nh 0,00 0,00 0,00 0,00
R3H2 (Aseton & 36 jam) Ne 0,09 0,04 0,09
Nh 0,02 0,01 0,04 0,07
R3H3 (Aseton & 48 jam) Ne 0,24 0,08 0,23
Nh 0,05 0,03 0,11 0,18
Keterangan : Ne =Nilai efektivitas BV = Bobot variabel
Nh = Nilai hasil (Ne x BN) BN = Bobot normal

157
Vol. 8, No. 1, Maret 2020 Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Maserasi terhadap…

KESIMPULAN DAN SARAN


Blois, M.S. 1958. Antioxidant determinations
Kesimpulan by the use of a stable free radical.
Berdasarkan penelitian yang telah Nature. 181: 1199-1200.
dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut: DeGarmo, E.P., W.G. Sullivan, and C.R.
1. Jenis pelarut dan waktu maserasi sangat Canada. 1984. Engineering Economy.
berpengaruh terhadap rendemen, total Macmillan, New York.
fenolik dan kapasitas antioksidan ekstrak Diantika, F., M.S. Sandra., dan Y. Rini. 2014.
kulit biji kakao. Interaksi antar perlakuan Pengaruh lama ekstraksi dan
sangat berpengaruh terhadap total konsentrasi larutan etanol terhadap
fenolik dan kapasitas antioksidan namun ekstraksi antioksidan biji kakao
tidak berpengaruh terhadap rendemen (Theobroma cacao L.). Jurnal
ekstrak kulit biji kakao. Teknologi Pertanian. 15(3):159-164.
2. Perlakuan terbaik untuk menghasilkan
ekstrak kulit biji kakao sebagai sumber Firdausni, Failisnur dan H. Diza. 2011.
antioksidan adalah menggunakan pelarut Potensi pigmen Cassiavera pada
etanol dan waktu maserasi selama 48 minuman jahe instan sebagai minuman
jam, dengan karakteristik rendemen fungsional. Jurnal Litbang Industri.
11,72±0,45 persen, total fenolik sebesar 1(1):15-21.
80,76±1,12 mg GAE/g dan kapasitas Hambali, M., F. Mayasari, dan F.
antioksidan 49,55±1,13 mg GAEAC/g. Noermansyah. 2014. Ekstraksi
antosianin dari ubi jalar dengan variasi
Saran konsentrasi solven dan lama waktu
Berdasarkan penelitian yang telah ekstraksi. Jurnal Teknik Kimia. 20(2):
dilakukan, maka perlu dilakukan penelitian 25-35.
lebih lanjut mengenai waktu maserasi yang
lebih lama dari 48 jam serta pengaplikasian Handayani, H., F.H. Sriherfyna, dan
ekstrak kulit biji kakao pada suatu produk. Yunianta. 2016. Ekstraksi antioksidan
daun sirsak metode ultrasonic bath.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Pangan dan Agroindustri.
4(1):262-272.

Amelinda, E., I.W.R. Widarta, dan L.P.T. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi
Darmayanti. 2018. Pengaruh waktu ke-2. Padmawinata K, Soediro I.
maserasi terhadap aktivitas antioksidan Institut Teknologi Bandung, Bandung.
ekstrak rimpang temulawak (Curcuma Hartati., L. Salleh., A. Azis, dan M.A. Yunos.
xanthorriza Roxb.). Jurnal Ilmu dan 2013. Pengaruh jenis pelarut ekstraksi
Teknologi Pangan. 7(4):165-174. biji mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq)
Antari, N.M.R.O., N.M. Wartini, dan S. terhadap aktivitas antioksidan dan
Mulyani. 2015. Pengaruh ukuran antibakteri. Jurnal Bionature. 14(1):11-
partikel dan lama ekstraksi terhadap 15.
karakteristik ekstrak warna alami buah Koirewoa, Y.A., Fatimawali, dan W.I.
pandan (Pandanus tectorius). Jurnal Wiyono. 2008. Isolasi dan identifikasi
Rekayasa dan Manajemen senyawa flavonoid dalam daun
Agroindustri. 3(4):30-40. beluntas (Pluchea indica L.). Jurnal

158
Prasetya, dkk. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri

FMIPA. 1(1):47-52. Agroindustri. 5(3):93-101.


Kurniawati, I., Maftuch dan A.M. Hariati. Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.
2016. Penentuan pelarut dan lama 2007. Prosedur Analisa Untuk Bahan
ekstraksi terbaik pada teknik maserasi Makanan dan Pertanian. Liberty,
Gracilaria sp. serta pengaruhnya Yogyakarta.
terhadap kadar air dan rendemen. Suryani, L. 2012. Optimasi metode ekstraksi
Jurnal Ilmu dan Perikanan. 7(2):72-77. fenol dari rimpang jahe emprit
Kusuma, Y.T.C., S. Suwasono, dan S. (Zingiber Officinalle Var. Rubrum).
Yuwanti. 2013. Pemanfaatan biji kakao Jurnal AgriSains. 3(4):63-70.
inferior campuran sebagai sumber Towaha, J. 2014. Kandungan senyawa
antioksidan dan antibakteri. Berkala polifenol pada biji kakao dan
Ilmiah Pertanian. 1(2): 33-37.
kontribusinya terhadap kesehatan.
Matsumoto, M., M. Tsuji., J. Okuda., H. Balai Penelitian Tanaman Industri dan
Sasaki., K. Nakano., K. Osawa., S. Penyegar, Sukabumi.
Shimura, and T. Ooshima. 2004. Utami, R.R., S. Supriyato., S. Rahardji, dan
Inhibitory effects of cacao bean husk R. Armunanto. 2017. Aktivitas
extract on plaque formation in vitro and antioksidan kulit biji kakao dari hasil
in vivo. Eur. J. Oral Sci. 112(3):249-52. penyangraian biji kakao kering pada
Rahmawati, D., N.A. Rifky., and A.M. derajat ringan, sedang dan berat. Jurnal
Marpaung. 2017. Extraction and Agritech. 37(1): 88-94.
stability analysis of antioxidant activity Wahyuningtyas, S.E.P., I.D.G.M. Permana,
from Stenochlaena palustris. dan A.A.I.S. Wiadnyani. 2017.
International Postgraduate Symposium Pengaruh jenis pelarut terhadap
on Food, Agriculture and kandungan senyawa kurkumin dan
Biotechnology. Swiss German aktivitas antioksidan ekstrak kunyit
University, Tangerang. (Curcuma domestica Val.). Jurnal
Ramadhan, A.E, dan H.A. Phasa. 2010. ITEPA. 6(2):61-70.
Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan Yulianingtyas, A., dan B. Kusmantoro. 2016.
Jumlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin Optimasi volume pelarut dan waktu
Jahe (Zingiber Officinale Rosc) secara maserasi pengambilan flavonoid daun
Batch. Skripsi. Tidak dipublikasikan. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Jurusan Teknik Kimia. Universitas Jurnal Teknik Kimia. 10(2):58-64.
Diponegoro, Semarang.
Yumas, M. 2017. Pemanfaatan limbah kulit
Sakanaka S., Y. Tachibana., Okada, and ari biji kakao (Theobroma cacao L.)
Yuki. 2003. Preparation and antioxiant sebagai sumber antibakteri
properties of extracts of Japanese Streptococcus mutans. Jurnal Industri
persimo leaf tea (Kakinocha-Cha). Hasil Perkebunan. 12(2): 7-20.
Food Chemistry. 89:569-575.
Savitri, I., L. Suhendra., dan N.M. Wartini.
2017. Pengaruh jenis pelarut pada
metode maserasi terhadap karakteristik
ekstrak Sargassum polycystum. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen

159

You might also like