You are on page 1of 18

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.

11
DOI:http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.369-386
Tulisan Diterima 29-07-2020; Direvisi 13-10-2020; Disetujui Diterbitkan 26-10-2020
Tulisan Diterima 29-07-2020, Direvisi 13-10-2020 Disetujui Diterbitkan 26-10

LITERASI HAK ASASI MANUSIA DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI
(Human Rights Literacy in the Curriculum of Citizenship Education in Indonesia
Higher Education)

Majda El Muhtaj; M. Fahmi Siregar; Reh Bungana Beru PA; Fazli Rachman
Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan, Medan
elmuhtaj.73@gmail.com

ABSTRACT
Law No. 12 of 2003 concerning National Education System and Law No. 12 of 2012 concerning Higher
Education stated that there are four compulsory national subjects of knowledge must be taught to all
Indonesian students, namely Agama, Pancasila, Bahasa Indonesia, and Pendidikan Kewarganegaraan.
The subject of Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship education/PKn) is believed could be able to
increase the high awareness of the Indonesian national character and patriotic to the homeland and of
the Unitary State of Republic of Indonesia. This article aims to systematically examine the curriculum
of PKn in related to reconstruct the remarkable efforts in building democratic citizenship with human
rights education. This research using a qualitative method and normative-analytical approach, this
article explains the relationship between human rights literacy and democratic citizenship through the
curriculum of PKn in Indonesian higher education. In conclusion, improvement and strengthening of
human rights literacy paradigm are indispensable solutions to build democratic citizenship. Finally,
the paradigm shift of curriculum of citizenship education must be evaluated and embedded with human
rights literacy efforts in the advancement of living of democratic citizenship, particularly in the students
as a young Indonesian citizen.
Keywords: human rights; human rights literacy; citizenship education.

ABSTRAK
Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No. 12
tentang Pendidikan Tinggi menetapkan empat mata kuliah wajib nasional, yakni mata kuliah Agama,
Bahasa Indonesia, Pancasila, dan PKn wajib diajarkan kepada mahasiswa di seluruh Indonesia. Mata
kuliah PKn diyakini mampu meningkatkan kesadaran yang tinggi terhadap identitas nasional dan
memiliki jiwa patriot terhadap tanah air. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan
analisis normatif tulisan ini bertujuan untuk mengkaji hubungan hak asasi manusia dan kewarganegaran
demokratis melalui kurikulum PKn. Kesimpulannya, perbaikan dan penguatan kurikulum PKn harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dengan berpijak pada paradigma membangun
kecerdasan hak asasi manusia. Pergeseran paradigma kurikulum PKn wajib dievaluasi dan dilekatkan
dengan upaya-upaya kecerdasan hak asasi manusia dalam peningkatan kehidupan kewaraganegaraan
demokratis khususnya bagi mahasiswa sebagai warga negara muda Indonesia.
Kata kunci: hak asasi manusia; literasi hak asasi manusia; pendidikan kewarganegaraan.

369
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

nasional di Indonesia. Dengan kata lain, HAM


PENDAHULUAN menjadi salah satu dasar penting bagi tegaknya
Pendidikan diakui sebagai investasi besar sistem pendidikan nasional.
untuk membangun dan mengembangkan karakter
Dalam kaitan dengan pendidikan tinggi
kehidupan bangsa. Begitu pentingnya keberadaan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,
dan peran pendidikan karena berkaitan erat
ketentuan Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2012 tentang
dengan kemartabatan manusia, maka hak atas
Pendidikan Tinggi (selanjutnya UU Dikti)
pendidikan merupakan hak asasi manusia
menegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan
(HAM).1 Pendidikan adalah hak dan pendidikan
tinggi didasarkan pada prinsip demokratis dan
juga sarana utama (indispensable means) untuk berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
mencapai HAM yang lain.2 menjunjung tinggi HAM, nilai agama, nilai
Instrumen HAM internasional di antaranya budaya, kemajemukan, persatuan, dan kesatuan
melalui ketentuan Pasal 13 ayat (1) ICESCR3 bangsa.
menyatakan bahwa hak atas pendidikan adalah Untuk menumbuh kembangkan
hak mendasar bagi setiap orang dan ditujukan pemahaman dan kesadaran HAM, maka upaya
untuk mengembangkan kemampuan manusia pendidikan HAM (human rights education)
seutuhnya. Selain itu, hak atas pendidikan telah mutlak diketahui dan selanjutnya
digariskan sebagai hak konstitusional, diimplementasikan dalam proses pembelajaran di
sebagaimana dimaktubkan dalam Pasal 31 ayat setiap satuan pendidikan.4 Atas dasar itu, maka
(1) UUDNRI Tahun 1945 yang berbunyi setiap
memberikan ruang pendidikan HAM bagi para
warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
mahasiswa sama pentingnya dengan menjadikan
Hal yang sama juga dikuatkan dengan ketentuan prinsip dan nilai-nilai HAM dalam upaya
Pasal 12 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
memperkuat fungsi dan tujuan pendidikan
Dalam kaitan itu, ketentuan Pasal 4 ayat (1) nasional dan pendidikan tinggi itu sendiri.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Dalam perspektif global, pendidikan HAM
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan
diakui dan dijadikan sebagai konsensus dalam
bahwa pendidikan diselenggarakan secara upaya pencapaian kesadaran HAM secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak
universal.5 Salah satu upaya tersebut adalah
diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM,
lahirnya Deklarasi dan Program Aksi Wina
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
(Vienna Declaration and Programme of Action)
bangsa. Sebagai prinsip, maka sesungguhnya
1993. Pendidikan HAM ditegaskan sebagai
nilai dan standar HAM menjadi bagian penting langkah efektif merawat harmoni sosial, toleransi
dalam penyelenggaraan proses pendidikan
dan perdamaian dunia.6

1
Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM: Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial
Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan Budaya).
Kedua (Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 2013), 4
Satuan pendidikan adalah kelompok layanan
hal. 162. pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
2
Social and Cultural Rights Committe on Economic, pada jalur formal, nonformal, dan informal pada
“Implementation of the International Covenant on setiap jenjang dan jenis pendidikan, dalam Pasal 1
Economic, Social and Cultural Rights: General Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Comment No 13: The Right to Education (Art. 13 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
of the Covenant ), para. 1,” United Nation Human (Republik Indonesia, 2003).
Rights Office of the High Commissioner, 1999 5
Majda El Muhtaj, “Dua Dekade Ranham
<https://www.refworld.org/pdfid/4538838c22.pdf Indonesia; Implementasi Komitmen HAM
> [diakses 20 Juli 2020]. Pemerintah di Era Reformasi,” in Hak Asasi
3
International Covenant on Economic, Social and Manusia; Politik, Hukum dan Agama di Indonesia,
Cultural Rights; telah diratifikasi melalui Undang- ed. oleh Al Khanif dan Manunggal K. Wardaya
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 (Yogyakarta: LKiS, 2018), hal. 71–100 (hal. 72).
Tentang Pengesahan International Covenant on 6
Lihat Bagian II, huruf D, para. 79 dalam Office of
Economic, Social and Cultural Rigths (Kovenan High Commissioner for Human Rigths, “Vienna

370
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

Dalam perkembangan berikutnya, pada 10 kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tinggi,
Desember 2004 PBB meluncurkan Program yakni: (1) Agama; (2) Pancasila; (3)
Dunia Pendidikan HAM (World Programme for Kewarganegaraan; dan (4) Bahasa Indonesia.
Human Rights Education).7 Rencana-rencana
Penjelasan Pasal 35 ayat (3) UU Dikti
aksi pendidikan HAM muncul untuk memperkuat
menjelaskan “mata kuliah kewarganegaraan”
implementasi program dunia ini.8 Pendidikan
adalah pendidikan yang mencakup Pancasila,
HAM mencakup tiga komponen penting, yaitu (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik
pengetahuan dan keterampilan (knowledge and
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
skills), yakni pembelajaran tentang HAM dan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
mekanismenya; (2) nilai, sikap dan perilaku
untuk membentuk mahasiswa menjadi warga
(values, attitudes and behaviour), yakni
negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
pengembangan nilai dan penegakan sikap dan
tanah air.
perilaku yang menjunjung tinggi HAM; dan (3)
tindakan (action), yakni bertindak untuk Pada semua jenjang pendidikan, termasuk
membela dan memajukan HAM.9 pelatihan kerja atau pengalaman kerja, capaian
pendidikan dibingkai dalam formulasi kerangka
Kebijakan pendidikan tinggi harus
kualifikasi nasional Indonesia (KKNI)
memastikan sistem pendidikan tinggi yang secara
berdasarkan Perpres No. 8 Tahun 2012.
eksplisit memajukan pendidikan HAM dengan
Tingkatan keseteraan capaian pendidikan tinggi
memerhatikan lima hal berikut ini, yakni: (1)
lulusan sarjana sesungguhnya setara dengan
kebijakan dan langkah-langkah terkait; (2) sarana
jenjang enam dari sembilan jenjang KKNI, yakni
dan proses pengajaran dan pembelajaran; (3)
sebagai berikut:
penelitian; (4) lingkungan pembelajaran; dan (5)
personil pengajaran pendidikan tinggi yang (1) Mampu mengaplikasikan bidang
profesional.10 keahliannya dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
Untuk meningkatkan standar nasional
pada bidangnya dalam penyelesaian
pendidikan tinggi, Pasal 35 UU Dikti
masalah serta mampu beradaptasi
menekankan bahwa pengembangan kebijakan
terhadap situasi yang dihadapi; (2)
pendidikan HAM di perguruan tinggi berisikan
menguasai konsep teoritis bidang
muatan materi HAM yang masuk dalam rumpun
pengetahuan tertentu secara umum dan
mata kuliah wajib pada kurikulum pendidikan
konsep teoritis bagian khusus dalam
tinggi di semua program studi. Ada empat mata
bidang pengetahuan tersebut secara

Declaration and Programme of Action,” United pemajuan HAM di kalangan profesional media dan
Nation Human Rigths, 1993 jurnalis.
<https://ap.ohchr.org/documents/dpage_e.aspx?si 9
United Nations, World Programme for Human
=A/CONF.157/23> [diakses 29 Juli 2020]. Rights Education: First Phase Plan of Action (New
7
United Nations General Assembly, “Res 59/113: York dan Geneva: UNESCO dan UNHCR, 2006),
World Programme for Human Rights Education,” hal. 12; United Nations, World Programme for
United Nations, 2004 Human Rights Education: Second Phase Plan of
<https://digitallibrary.un.org/record/537134> Action (New York dan Geneva, 2012), hal. 13;
[diakses 29 Juli 2020]. United Nations, World Programme for Human
8
Rencana aksi fase pertama (2004-2009) Rights Education: Third Phase Plan of Action
menekankan integrasi pendidikan HAM untuk (New York dan Geneva: United Nations (OHCHR)
sistem sekolah dasar dan lanjutan. Rencana aksi dan UNESCO, 2017), hal. 15.
fase kedua (2010-2014) menekankan ditujukan 10
United Nations, World Programme for Human
untuk perguruan tinggi dan pelatihan HAM untuk Rights Education: First Phase Plan of Action, hal.
para guru, pendidik, pegawai pemerintah, penegak 12; United Nations, World Programme for Human
hukum dan personil militer. Rencana aksi fase Rights Education: Second Phase Plan of Action,
ketiga (2015-2019) diarahkan untuk penguatan hal. 13; United Nations, World Programme for
implementasi dua fase sebelumnya sekaligus Human Rights Education: Third Phase Plan of
Action, hal. 15.

371
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

mendalam, serta mampu sesungguhnya memiliki korelasi yang sangat kuat


memformulasikan penyelesaian masalah untuk pemberdayaan peserta didik untuk
prosedural; (3) mampu mengambil memperomosikan dan perlindungan hak14 dalam
keputusan yang tepat berdasarkan upaya pembentukan karakter warga negara yang
analisis informasi dan data, dan mampu demokratis di Indonesia. Tentu saja, PKn
memberikan petunjuk dalam memilih merupakan modalitas penting untuk
berbagai alternatif solusi secara mandiri meningkatkan literasi HAM.
dan kelompok; dan (4) bertanggung
Kurikulum PKn sejatinya berkaitan dengan
jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat
transformasi masyarakat demokratis Indonesia.15
diberi tanggung jawab atas pencapaian
Hal ini dapat ditandai dengan kedalaman upaya
hasil kerja organisasi.11
internalisasi nilai untuk respek pada HAM.
Capaian pembelajaran dalam KKNI Literasi HAM mendorong pemahaman pada nilai-
sesungguhnya menekankan pada internalisasi nilai kemartabatan, kesetaraan dan kebebasan
karakter mandiri dan tanggung jawab, wawasan sebagai nilai dan hak yang diperjuangkan melalui
luas dan keterampilan.12 Tidak berlebihan jika internalisasi dan implementasi HAM di ruang-
dikatakan PKn sebagai bagian penting dari ruang pendidikan.16 Dengan kata lain, PKn dan
kebijakan Mata Kuliah Umum (MKU) atau Mata peningkatan literasi HAM menjadi bagian yang
Kuliah Wajib Umum (MKWU) di tingkat tak terpisahkan dalam kerangka membentuk dan
perguruan tinggi turut memberikan kontribusi memperkuat perkuat jati diri warga negara muda
signifikan untuk memperkuat capaian KKNI Indonesia, yakni para mahasiswa.
tersebut.13
Dalam kaitan inilah penelitian tentang
Bahkan lebih penting dari itu, signifikansi esensi dan perkembangan kurikulum17 PKn di
materi muatan HAM dalam mata kuliah PKn jenjang pendidikan tinggi dan korelasinya dengan

11
Deskripsi Jenjang Kualifikasi KKNI pada Identity,” in Human Rights Literacies: Future
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Directions, ed. oleh Cornelia Roux dan Anne
Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Becker (Switzerland: Springer, 2019), hal. 123–51
Nasional Indonesia (Republik Indonesia, 2012). (hal. 131) <https://doi.org/10.1007/978-3-319-
12
Fikri Aulia, Dinn Wahyudin, dan Rusman Rusman, 99567-0_6>.
“Lecturers Perceptions about E-Learning on the 15
Jia Ying Neoh dan Ahmad Saifulloh, “Democratic
Development of the Indonesian Qualifications Citizenship: The Case of Indonesia and
Framework Curriculum,” in Proceedings of the Singapore,” Kappa Delta Pi Record, 56.1 (2020),
International Conference of Science and 28–34 (hal. 29)
Technology for the Internet of Things (EAI, 2019) <https://doi.org/10.1080/00228958.2020.1696091
<https://doi.org/10.4108/eai.19-10- >; Endang Komara, “Curriculum and Civic
2018.2281283>; Paristiyanti Nurwardani et al., Education Teaching in Indonesia,” EDUCARE,
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan 10.1 (2017), 23–32 (hal. 24)
Tinggi (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran <https://doi.org/10.2121/EDU-IJES.V10I1.929>.
dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, 16
Anne Becker, Annamagriet de Wet, dan Willie van
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik, Vollenhoven, “Human Rights Literacy: Moving
2016); Peraturan Presiden Republik Indonesia Towards Rights-based Education and
Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Transformative Action Through Understandings of
Kualifikasi Nasional Indonesia. Fignity, Equality and Freedom,” South African
13
Lihat Nurwardani et al. Buku ini adalah Buku Ajar Journal of Education, 35.2 (2015), 1–12.
MKWU sebagaimana ditegaskan dan 17
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
didiseminasikan melalui Surat Edaran Dirjen pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
Belmawa No. S-435/B/SE/2016 tentang Bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
Ajar Mata Kuliah Wajib Umum. . pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
14
Janina Jasper dan Hermann J. Abs, “Student untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi, dalam
Teachers Coping with Changing Times: The Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Intersection of Student-Teachers’ Understanding Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang
of Human Rights Issues and Their Cultural

372
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

literasi HAM sangat menarik dilakukan. Dengan materi muatan HAM di dalam buku ajar PKn di
demikian, tentu saja yang tidak bisa diabaikan tingkat perguruan tinggi di Indonesia.
adalah menguji materi muatan HAM di dalam
Buku Ajar PKn di tingkat pendidikan tinggi di PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Indonesia.
A. Perkembangan PKn di Indonesia
METODE PENELITIAN Sesungguhnya, PKn di Indonesia bukanlah
hal baru. Beragam model dan nomenklatur PKn
Penelitian ini menggunakan metode
berkembang mengikuti irama kebijakan
penelitian deskriptif kualitatif.18 Penelitian
pendidikan nasional pada zamannya. Kelihatan
dilakukan dengan tujuan utama yaitu
bahwa sedapat mungkin manifestasi bentuk-
menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara bentuk kesadaran bernegara direfleksikan ke
dalam kebijakan pendidikan.
tepat. Penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang berusaha menggambarkan dan Nomenklatur PKn mengalami perubahan
menginterpretasi objek sesuai dengan secara sesuai dengan tuntutan zamannya. Bahkan, dalam
natural karakter dari suatu variabel, kelompok rentang waktu yang panjang, kehadiran PKn
atau gejala sosial yang terjadi dimasyarakat.19 dalam konteks pendidikan nasional Indonesia,
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan tidak saja semata-mata disadari dapat
penelitian membenarkan peneliti untuk memberikan kontribusi signifikan bagi penguatan
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian paradigma dan sikap berbangsa dan bernegara,
menggunakan data berupa kata-kata tertulis atau tetapi juga diyakini sangat efektif mendorong
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat indoktrinasi terhadap pemantapan ideologi-
dialami, gambar dan pengamatan untuk ideologi penguasa di masa tertentu.
menghasilkan data deskripsi dan interprestasi
Beberapa nomenklatur PKn yang pernah
makna yang lebih luas dan mendalam.20
berlaku dan digunakan adalah sebagai berikut:
Penelitian ini adalah penelitian HAM Pelajaran Civics (1957-1962), Pendidikan
dengan menetapkan kajian pada pemahaman Kemasyarakatan yang merupakan integrasi
terhadap nilai dan wacana HAM yang sejarah, ilmu bumi dan kewarganegaraan (1964),
berkembang.21 Dalam konteks ini, wacana literasi Pendidikan Kewargaan Negara (1968-1969),
HAM menjadi unit analisisnya. Penelitian ini Pendidikan Kewarganegaraan, Civics dan Hukum
menitikberatkan analisis terhadap perkembangan (1973), Pendidikan Moral Pancasila/PMP (1975-
PKn dalam kebijakan MKU atau MKWU di 1984), Pendidikan Pancasila dan
perguruan tinggi serta literasi HAM melalui Kewarganegaraan/PPKn (1994) dan Pendidikan
Kewarganegaraan/PKn (1998-sekarang).22

Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Republik 20


John W Creswell, Riset Pendidikan; Perencanaan,
Indonesia, 2020). Pelaksanaan dan Evaluasi Riset Kualitatif &
18
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang Kuantitatif, Ke-5 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak 2015).
dapat dicapai dengan menggunakan prosedur 21
Bård A. Andreassen, Hans-Otto Sano, dan Siobhán
statistik atau dengan cara kuantitatif. Penelitian McInerney-Lankford, “Human Rights Research
kualitatif dapat menunjukkan kehidupan Method,” in Research Methods in Human Rights,
masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisme ed. oleh Bård A. Andreassen, Hans-Otto Sano, dan
organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan Siobhán McInerney-Lankford (Northampton:
kekerabatan. Lebih lanjut baca dalam Umar Sidiq Edward Elgar Publishing, 2017), hal. 1–16 (hal. 1)
dan Moh. Miftachul Choir, Metode Penelitian <https://doi.org/10.4337/9781785367793.00016>.
Kualitatif di Bidang Pendidikan (Ponorogo: 22
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan
CV.Nata Karya, 2019). Kewargaan (Civic Education); Demokrasi, Hak
19
Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Asasi Manusia dan Demokrasi (Jakarta: ICCE
Konsep-konsep Kunci (Jakarta: Rajawali Pers, bekerjasama dengan Prenada Media Group, 2008).
2016), hal. 197.

373
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

Pada masa Orde Lama (1945-1965), hadir Pada Era Reformasi (1998-sekarang),
mata pelajaran Civics dan buku ajar yang berjudul nomenklatur yang digunakan adalah pendidikan
Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia (Civics) kewarganegaraan (PKn). Untuk jenjang
secara tegas menyatakan untuk mendukung perguruan tinggi, sebagiannya bahkan
Manifesto Politik Republik Indonesia untuk menggunakan nomenklatur tambahan Pendidikan
membangun masyarakat baru versi Soekarno, Kewarganegaraan dan HAM26 untuk
Masyarakat Sosialis Indonesia.23 Mandat merefleksikan reformasi kurikulum dan
Penetapan Presiden RI No. 145 Tahun 1964 mengadaptasi konteks ke-Indonesian baru di Era
menegaskan bahwa keberadaan pendidikan Reformasi.
nasional supaya melahirkan warga negara
Kemunculan reformasi 1998 berimplikasi
sosialis.24
pada kaji ulang pemantapan arah dan tujuan
Pada masa Orde Baru (1966-1998), pendidikan nasional. Pasca-Orde Baru, kehendak
nomenklatur yang digunakan untuk secara efektif nasional atas formulasi warga negara dan
melancarkan ideologinya adalah Pendidikan relasinya dengan negara mengalami perubahan
Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi fundamental. Hal itu sangat logis karena relasi
Pancasila, sebagaimana diuraikan dalam fungsional antara keduanya - dalam sejarah
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila panjang Orde Baru di Indonesia - acapkali
(P-4). Mata pelajaran ini berlaku untuk semua dibangun dalam kendali kekuasaan yang
jenjang sekolah pendidikan di Indonesia sebagai monolitik dan politik birokrasi otoritarianisme.27
mandat dari Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
Arah dan pijakan normatif negara hukum
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
demokratis di era Reformasi sangat mewarnai
Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan
pergeseran paradigma PKn. Pendekatan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila Sebagai
kewarganegaraan republikan (republican
Dasar Negara.25
citizenship)28 yang ditandai dengan konstruk

23
Soepardo et al., Manusia dan Masjarakat Baru koruptif.; Umasih Umasih dan Nadiroh Nadiroh,
Indonesia (Civics) (Djakarta: P.N. Balai Pustaka, “Pancasila Education: Jargon for its Improvement
1963); Udin S Winataputra, Pendidikan New Order Government” (Atlantis Press, 2018),
Kewarganegaraan: Refleksi Historis- hal. 410–13 <https://doi.org/10.2991/acec-
Epistimologis dan Rekonstruksi untuk Masa Depan 18.2018.94>; Yudi Hartono, Samsi Haryanto, dan
(Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015), Asrowi, “Character Education in the Perspective of
hal. 39. Humanistic Theory: A Case Study in Indonesia,”
24
Muhammad Numan Sumantri dan Udin S EDUCARE: International Journal for Educational
Winataputra, Disiplin Pendidikan Studies, 10.2 (2018), 95–108
Kewarganegaraan: Kultur Akademis dan <https://doi.org/10.2121/EDU-IJES.V10I2.948>.
Pedagodis (Bandung: Laboratorium PKn UPI, 26
Suparman Marzuki dan Sobirin Melian,
2017), hal. 9. Pendidikan Kewarganegaraan dan HAM
25
Ditetapkan pada 22 Maret 1978. Untuk (Yogyakarta: UII Press, 2002).
menindaklanjuti ketentuan ini, beragam penataran 27
Mary Fearnley-sander dan Yulaelawati Ella,
P-4 dilaksanakan sebagai agenda nasional. “Citizenship Discourse in the Context of
Presiden RI menerbitkan Inpres No. 10 Tahun 1978 Decentralisation: The Case of Indonesia,” in
yang kemudian dibentuk sebauh badan non Citizenship Curriculum in Asia and the Pacific, ed.
departemen, Badan Pembinaan Pendidikan oleh David L Grossman, Wing On Lee, dan Kerry
Pelaksanaan P-4 (BP-7) di tingkat pusat dan J Kennedy (Hong Kong: Comparative Education
daerah. Dari data BP-7 tahun 1990-an lebih dari Research Center, The University of Hong Kong &
90% warga masyarakat yang berumur 6 tahun ke Springer, 2008), hal. 112–116.
atas telah mengikuti pemasyarakatan P-4 dengan 28
Patrick Honohan, “Liberal and Republican
berbagai pola dan metode. Pada Era Reformasi Conceptions of Citizenship,” in The Oxford
yang dimulai sejak 1998, Ketetapan MPR ini Handbook of Citizenship, ed. oleh Ayelet Shachar
dihapus melalui Ketetapan MPR No. XVIII/1998. et al. (Oxford: Oxford University Press, 2017), hal.
Alasan utamanya adalah agenda P-4 sangat berbau 82–106
Orde Baru yang cenderung sentralistik dan

374
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

proteksi hukum relasi sosial dan politik dalam pendidikan, baik dasar dan menengah, maupun
negara menjadi pilihan rasional di era Reformasi. pendidikan tinggi. PKn di satuan pendidikan
Relasi negara-warga negara dan penetapan tinggi, muatan materi HAM sepenuhnya
standar kebajikan umum (public virtues) berisikan cara pandang holistik ke-Indonesia-an
dikuatkan melalui konstitusi. dalam upaya mengukuhkan kepribadian dan jati
diri warga negara Indonesia.29 Karakteristik ini
Perkembangan PKn di era Reformasi
menjadi pembedaan yang kuat untuk
menempatkan warga negara demokratis sebagai
menerjemahkan materi muatan ajar PKn ke dalam
pilar utama yang mampu menopang tegaknya
bingkai pembelajaran berpusat pada siswa atau
identitas dan karakter nasional. Transformasi
mahasiswa.30 Penekanan materi muatan HAM
idealitas konstitusionalisme baru Indonesia
dalam PKn yang berpusat pada mahasiswa
diharapkan mampu menguatkan upaya
sedapat mungkin diupayakan melalui
pencapaian tujuan nasional Indonesia. Iklim
pembelajaran yang partisipatif.31 Ragam materi
politik dengan desentralisasi pemerintahan,
muatan dikembangkan pada kajian-kajian
kebebasan pers, penghormatan HAM jelas
kewarganegaraan, seperti toleransi, HAM,
meniscayakan ruang partisipasi aktif warga
keadilan sosial, keragaman dan kesetaraan.
negara. Konstruksi PKn pun mengalami
perubahan fundamental. PKn menitikberatkan Namun demikian, kelihatan bahwa materi
materi muatannya pada sistem demokrasi, tertib muatan HAM dalam kurikulum PKn semata-mata
hukum dan masyarakat sipil. dijabarkan dalam konteks civil rights dan civil
liberties yang mengerucut ke dalam spektrum
B. Materi Muatan HAM dalam partisipasi politik dalam sistem demokrasi
Kurikulum PKn elektoral Indonesia. Hal ini diartikulasikan
Tuntutan kehendak hidup yang demokratis, sebagai pencapaian good citizen.32 Dalam kaitan
partisipatif dan akuntabilitas penyelenggaraan ini, hak menyampaikan pendapat dan
pemerintahan menjadi isu utama bergesernya menggunakan hak pilih politik sebagai
nomenklatur dan materi muatan PKn. Tekanan manifestasi partisipasi politik menjadi andalan
pada pengenalan lembaga-lembaga politik utama materi muatan HAM dalam PKn.
negara, HAM, konstitusionalisme dan Dari struktur mata kuliah wajib di
demokratisasi menjadi cakupan pembahasan perguruan tinggi, mata kuliah PKn dikenal
yang menonjol dalam mata pelajaran PKn. PKn sebagai mata kuliah yang berarsiran langsung
bergerak sebagai media pembelajaran terbaik dengan materi muatan HAM. Kurikulum PKn
yang diyakini mampu membekali materi muatan yang berisikan sejumlah pembahasan terkait
HAM yang berimplikasi positif terhadap sistem demokrasi, tertib hukum dan akses
peningkatan literasi HAM. keadilan sosial setidaknya mencakup tiga
Materi muatan HAM terangkum dalam komponen mendasar, yakni sistem pemerintahan
materi muatan pembelajaran PKn di setiap satuan dan penegakan hukum, sistem demokrasi dan

<https://doi.org/10.1093/oxfordhb/978019880585 32
Gregory Arief D. Liem dan Dennis M. Mcinerney,
4.013.4>. “Indonesian Students and Their Citizenship-
29
Dapat dilihat dalam Nurwardani et al. khususnya Relayed Attributes: Implications for Instructional
pada Bab V. Strategies and Pedagogical Practices in Civic
30
Kerry J Kennedy, Civic and Citizenship Education Education,” in Citizenship Pedagogies in Asia and
in Volatile Times: Preparing Students for The Pacific, ed. oleh Kerry J Kennedy, Wing On
Citizenship in the 21st Century (Singapore: Lee, dan David L. Grossman (Hong Kong:
Springer, 2019), hal. 41. Springer & Comparative Education Research
31
Eneng Martini, Meiwatizal Trihastuti, dan Alif Center, The University of Hong Kong, 2010), hal.
Adithya Candra, “Understanding of Human Rights 149–74 (hal. 170); Scott Pruysers, Julie Blais, dan
through Civic Education in The 21st Century,” in Phillip G. Chen, “Who Makes a Good Citizen? The
Annual Civic Education Conference (ACEC 2018) Role of Rersonality,” Personality and Individual
(Atlantis Press, 2018), hal. 501–4 (hal. 501) Differences, 146 (2019), 99–104
<https://doi.org/10.2991/acec-18.2018.114>. <https://doi.org/10.1016/j.paid.2019.04.007>.

375
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

desentralisasi serta partisipasi publik dan melalui kurikulum PKn. Bahkan lebih dari itu,
masyarakat sipil. menurut Jagdish Gundara kurikulum PKn juga
mampu mendorong kaum muda yang tidak puas
Ketiga komponen utama ini dihadirkan
dengan mekanisme politik dapat menggunakan
untuk menguatkan pemahaman, sikap dan
prinsip-prinsip konstitusi dan HAM.35
keterampilan warga negara Indonesia yang
toleran, demokratis, patuh kepada hukum serta Sebagai young citizen, pemahaman,
penata kelolaan organisasi pemerintahan yang kepedulian dan keikutsertaan mahasiswa dalam
baik. Sesungguhnya tarikan nafasnya berkaitan membangun kualitas demokrasi sangat
kuat dengan modalitas reformasi Indonesia sejak menentukan masa depan demokrasi itu sendiri.
1998 yang mengusung arah baru demokratisasi Pendidikan HAM menjadi sorotan utama dalam
Indonesia dalam mewujudkan kehadiran warga pengembangan kurikulum PKn. Upaya ini sangat
negara global yang respek pada HAM dan cinta beralasan karena pendidikan HAM mendorong
perdamaian dunia33. kesadaran pergaulan manusia yang beragam
seperti sikap toleran, non-diskriminatif dan
Keterkaitan antara subyek
tanggung jawab mengekalan kesetaraan
kewarganegaraan dan HAM sesungguhnya
kemanusiaan melalui education through rights;
sangat kuat. Pendidikan HAM acapkali
dan education about rights meningkatkan
dipandang sangat dekat dengan PKn karena
pengetahuan seperti prinsip dan mekanisme
berisikan materi muatan keadilan sosial yang
penegakan hak asasi manusia.36
turut berupaya memajukan budaya HAM melalui
ragam pengajaran (teaching) dan pembelajaran Kesalahpahaman sempurna terjadi ketika
(learning).34 relasi hak dan kewajiban warga negara berupaya
mereduksi HAM itu sendiri. Padahal, substansi
Sebagai kaum muda, mahasiswa adalah
hak dalam penggunaan bahasa dan kultur HAM
warga negara muda (young citizen). Pola
sejatinya dipahami sebagai implikasi lahirnya
kecenderunganya adalah berpikir kritis dan
kewajiban bagi pihak lain untuk menghormati dan
memiliki kekuatan komunitas yang kuat.
melindungi HAM. Tristan McCowan
Pemahaman atas hak-hak dasar konstitusional
menegaskan, tidak jarang kesalahpahaman yang
mereka patut ditumbuhkan termasuk mekanisme
berakar dari kekeliruan fatal ini terjadi sebagai
konstitusional yang berbasis HAM dalam
bentuk mengekuivalensi antara hak, tanggung
kerangka manifestasi warga negara demokratis.
jawab dan kewajiban.37
Di sinilah arti pentingnya proses membangun
kesadaran budaya inklusif dan demokratis

33
Pada konteks ini, menarik mengambil London Review of Education, 14.3 (2016), 1–12
perbandingan pada Zulkarnain dan Indra <https://doi.org/10.18546/LRE.14.3.01>; Audrey
Kusumawardhana, “Bersama untuk Kemanusiaan: Osler dan Irma Husić Pandur, “The Right to
Penanganan Lintas Sektor terhadap Masalah Intercultural Education: Students’ Perspectives on
Pengungsi Rohingya di Aceh 2015,” Jurnal HAM, Schooling and Spportunities for Reconciliation
11.1 (2020), 67 Through Multicultural engagement in Bosnia and
<https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.67-83>. Herzegovina,” Intercultural Education, 30.6
34
Liam Gearon, “Global Human Rights,” in The (2019), 1–22 (hal. 5)
Palgrave International Handbook of Education for <https://doi.org/10.1080/14675986.2019.1626576
Citizenship and Social Justice, ed. oleh Andrew >; Stefanie Rinaldi, “Children’s Human Rights
Peterson et al. (London: Palgrave Macmillan, Education in Swiss Curricula An Intercultural
2016), hal. 205–28 (hal. 205). Perspective into Educational Concepts,” Swiss
35
Jagdish Gundara, “Social Diversity, Inclusiveness Journal of Educational Research, 42.1 (2019), 64–
and Citizenship Education,” in Education for 83 (hal. 66) <https://doi.org/10.24452/sjer.42.1.5>.
Citizenship, ed. oleh Denis Lawton, Jo Cairns, dan 37
Tristan Mccowan, Rethinking Citizenship
Roy Gardner (London dan New York: Continuum, Education: A Curriculum for Participatory
2000), hal. 14–26 (hal. 19). Democracy (London dan New York: Continuum,
36
Priscilla Alderson, “International Human Rights, 2010), hal. 19.
Citizenship Education, and Critical Realism,”

376
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

Menyadari bahwa hal ini sangat penting, memungkinkan hadirnya cara pandang diversitas
kehadiran PKn sejatinya mesti mampu yang mampu mewujudkan kebaikan bersama.40
mendorong sikap respek pada HAM dan mampu
Before one asks what it means to be an
bersikap kritis terhadap segala tindakan represif
American, one must ask who is an American
negara. Rolf Gollop selengkapnya mengatakan
merupakan pernyataan penting tentang adanya
sebagai berikut:
realitas kosmopolitan yang patut direspons
Children are the citizens of tomorrow. A dengan bijaksana. Ini pertanda penting bahwa
democratic attitude towards children is kebijaksanan menyangkut identitas nasional
crucial if children are to grow up with dalam konstruk PKn akan berhadapan serius
respect for human rights and a critical dengan tuntutan kosmopolitan yang senanatiasa
attitude towards repression.38 (Kaum anak akan mencari formulasi baru terkait bahasa moral
adalah warga negara esok hari. Sikap universal iluminatif yang bisa dijadikan acuan
demokratis terhadap mereka sangat penting sebagai konsensus nasional.41
kalau mereka tumbuh kembang dengan
Selain bagian dari hak42, digitalisasi media
penghormatan HAM dan sikap yang kritis
dan perubahan-perubahan ikutannya berimplikasi
terhadap penindasan).
langsung pada upaya-upaya sistematis untuk
Dalam kaitan itu, penting kiranya membangun budaya kewarganegaraan43 modern
dipikirkan kehadiran kurikulum PKn yang Indonesia. Menyikapi hal ini, tentu saja materi
senafas dengan tantangan perubahan-perubahan muatan HAM sebagai a powerful moral language
fundamental demokratisasi yang terjadi di dalam PKn menjadi signifikan diperhatikan. Nick
Indonesia. Iklim dan budaya demokrasi Stevenson menyebutkan ada empat bentuk respek
sesungguhnya berkembang dan berkaitan erat budaya kewargangeraan masa depan, yakni: (1)
dengan realitas variabel kosmopolitan sebagai respek terhadap perjuangan dunia untuk HAM;
warga dunia (citizen of the world).39 Konstruksi (2) respek pada pengaruh media baru; (3) respek
identitas nasional harus dipahami sebagai pada perkembangan pengabaian dan koneksi
pertautan sistem nilai yang ajeg, baik global
maupun nasional dan lokal. Kurikulum PKn mesti
ditata dalam kaitan sistem nilai itu yang

38
Rolf Gollob et al., Educating for Democracy: University Press, Inc., 2008), hal. 4; Norway
Background Materials on Democratic Citizenship Nesodden et al., “Introduction,” in Future as
and Human Rights Education for Teachers, ed. Fairness: Ecological Justice and Global
oleh Rolf Gollob, Peter Krapf, dan Wiltrud Citizenship, ed. oleh Anne K. Haugestad dan J.D.
Weidinger (Belgium: Council of Europe Wulfhorst (Amsterdam: Rodopi, 2004), hal. xvii.
Publishing), hal. 19. 42
Silahkan baca Hwian Christianto, “Penggunaan
39
Richard Bellamy, Citizenship: A Very Short Media Internet dalam Pemenuhan Hak atas
Introduction (Oxford: Oxford University Press, Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19: Perspektif
2008), hal. 82; Heela Goren dan Miri Yemini, Hak Asasi Manusia dan Hukum Pidana,” Jurnal
“Citizenship Education Redefined – A Systematic HAM, 11.2 (2020), 239–53 (hal. 240–41)
Review of Empirical Studies on Global Citizenship <https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.239-253>.
Education,” International Journal of Educational Artikel ini baik sekali mengurai bagaimana
Research, 82 (2017), 170–83 pemenuhan hak warga mendapatkan pendidikan
<https://doi.org/10.1016/j.ijer.2017.02.004>. yang fleksibel dan sesuai dengan kondisi dan
40
Michiyo Kiwako Okuma-Nyström, “Globalization, perkembangan sosial-budaya dan teknologi
Identities, and Diversified School Education,” in masyarakat.
Globalization, Identities, and Diversified School 43
Moonsun Choi, “A Concept Analysis of Digital
Education; Cross-cultural Perspectives, ed. oleh Citizenship for Democratic Citizenship Education
Joseph Zajda, Holger Daun, dan Lawrence J. Saha in the Internet Age,” Theory and Research in
(Netherlands: Springer, 2009), hal. 25–42 (hal. 27). Social Education, 44.4 (2016), 1–43
41
Peter J. Spiro, Beyond Citizenship: American <https://doi.org/10.1080/00933104.2016.1210549
Identity after Globalization (Oxford: Oxford >.

377
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

kosmopolitan; dan (4) respek pada pengaruh Tahun 2015 dihimbau untuk digunakan sebagai
media komersial masyarakat.44 bahan pembelajaran PKn di perguruan tinggi.47
Buku yang diterbitkan pertama sekali pada 2016
Melalui dasar pikir ini, Roux dan Becker
oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
menyebutkan pentingnya pandangan dunia
Kemahasiswaan, Kemenristekdikti, ini terdiri
tentang HAM dan pendidikan HAM
atas sembilan bab pembahasan.48 Di masing-
ditransformasi ke arah literasi HAM sebagai
masing bab terdapat penugasan kewarganegaraan
nexus.45 Dalam konteks PKn, uji muatan materi
serta satu bab khusus (bab sepuluh)49 yang
HAM yang berkorelasi terhadap literasi HAM
berisikan formulasi project citizen ala John
penting dilakukan. Tidak saja memperkuat
Dewey dalam rangka menumbuhkan karakter
pemahaman mahasiswa terhadap dinamika
warga negara Indonesia yang cerdas dan baik
pertumbuhan dan perkembangan pemikiran
(smart and good citizen).
HAM, tetapi juga mampu membentuk pribadi
tangguh yang inklusif, demokratis dan respek Spirit pendidikan HAM buku ajar ini sama
terhadap HAM. Roux dan Becker menyebut sekali tidak tampak. Tidak berlebihan jika
literasi HAM sebagai keterampilan kognitif dan dikatakan buku ajar ini minus dari kendali
sosial HAM sekaligus. Selengkapnya sebagai pendidikan HAM. Semangat dan orientasi
berikut: in defining human rights literacies as pendidikan HAM di level perguruan tinggi yang
both cognitive skills (knowledge of human rights dibangun dalam kerangka Program Dunia
document, remedies and values) and social and Pendidikan HAM jauh dari ekspektasi ideal.
moral practices (the processes and consequences Bahkan, rentang pemahaman HAM yang
of human rights).46 dibangun dalam buku ajar ini sangat rusak. Sudut
pandang pemikiran (point of view) HAM lebih
C. Catatan Kritis didominasi pada interrelasi hak dan kewajiban
Buku ajar PKn pendidikan tinggi adalah individu dalam ranah warga negara. Hal ini
buku berjudul Pendidikan Kewarganegaraan terlihat jelas dari pernyataan sebagai berikut:
Untuk Perguruan Tinggi. Buku ini merujuk pada Apakah Anda memiliki hak? Apakah Anda
SNPT berdasarkan Permenristekdikti No. 44 memiliki kewajiban? Mana yang akan

44
Nick Stevenson, Cultural Citizenship: Konstitusional UUD NRI 1945 dan
Cosmopolitan Questions (Maidenhead: Open Konstitusionalitas Ketentuan Perundang-
University Press, 2003), hal. 104. Undangan di Bawah UUD? (5) Bagaimana
45
Cornelia Roux, “The ‘Literacy Turn’ in Human Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Rights and Human Rights Education,” in Human Negara dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada
Rights Literacies: Future Directions, ed. oleh Kedaulatan Rakyat dan Musyawarah Untuk
Cornelia Roux dan Anne Becker (Switzerland: Mufakat? (6) Bagaimana Hakikat, Instrumentasi,
Springer, 2019), hal. 3–30 (hal. 23). dan Praksis Demokrasi Indonesia Berlandaskan
46
C. Roux dan A. Becker, “On Critique, Dissensus Pancasila dan UUD NRI 1945? (7) Bagaimana
and Human Rights Literacies,” South African Dinamika Historis Konstitusional, Sosial-Politik,
Journal of Higher Education, 31.6 (2017), 1–8. Kultural, serta Konteks Kontemporer Penegakan
47
Telah diganti dengan Peraturan Menteri Hukum Yang Berkeadilan? (8) Bagaimana
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Dinamika Historis, dan Urgensi Wawasan
Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Nusantara Sebagai Konsepsi dan Pandangan
Pendidikan Tinggi. Kolektif Kebangsaan Indonesia dalam Konteks
48
Sembilan bab tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pergaulan Dunia? dan (9) Bagaimana Urgensi dan
Bagaimana Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Tantangan Ketahanan Nasional dan Bela Negara
dalam Mengembangkan Kemampuan Utuh Sarjana Bagi Indonesia dalam Membangun Komitmen
atau Profesional? (2) Bagaimana Esensi dan Kolektif Kebangsaan? Selengkapnya lihat
Urgensi Identitas Nasional Sebagai Salah Satu Nurwardani et al.
Determinan Pembangunan Bangsa dan Karakter? 49
Bab sepuluh berjudul “Menyelenggarakan Project
(3) Bagaimana Urgensi Integrasi Nasional Sebagai Citizen Untuk Mata Kuliah Pendidikan
Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Kewarganegaraan." lihat dalam Nurwardani et al.
Bangsa? (4) Bagaimana Nilai dan Norma

378
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

Anda dahulukan? Sebagai warga negara, seperti kewajiban pajak. Hal ini bisa diamati
bentuk keterikatan kita terhadap negara melalui pernyataan berikut ini:
adalah adanya hak dan kewajiban secara
timbal balik (resiprokalitas) … Bagaimana
Secara berkelompok, pilihlah sebuah
pengaturan selanjutnya agar dapat
ketentuan yang ada di pasal-pasal dalam
diwujudkan dalam hubungan yang
UUD NRI 1945, contoh, Pasal 23 A
harmonis antara hak dan kewajiban warga
tentang pajak. Selanjutnya carilah undang-
negara?50
undang sebagai pelaksanaan atas ketentuan
Resiprokalitas antara hak dan kewajiban tersebut. Analisis apakah isi undang-
yang diusung dalam buku ajar ini mendistorsi undang tersebut benar-benar menjabarkan
pemahaman HAM dunia. Akibatnya, cara maksud ketentuan yang ada di UUD NRI
pandang ini meruntuhkan pondasi literasi HAM 1945 tersebut?52
yang sejatinya mampu diakomodasi dalam PKn.
Akibatnya, bentuk penugasan dalam buku
Struktur dan sistematika berpikir HAM yang
ajar juga tidak mencerminkan pengetahuan,
menempatkan nilai-nilai, prinsip-prinsip dan
keterampilan dan sikap menegakkan HAM.
standar HAM tidak mendapat sentuhan akademis
Literasi HAM yang ideal adalah ketika
yang baik melalui buku ajar ini. Instrumen HAM
pemahaman HAM mampu mendorong hadirnya
internasional yang utama yang dikenal sebagai
daya pegas kepedulian dan/atau aksi
international Bill of Human Rights, yakni
penghormatan HAM di kalangan mahasiswa. Hal
DUHAM dan dua kovenan PBB, ICCPR dan
ini terlihat dari kesulitan memahami kehendak
ICESCR, tidak mendapat tempat dalam buku ajar
penugasan dalam buku ajar berikut ini:
ini. Ironisnya, titik tekan tekan vital pejuangan
kemanusiaan sejagad disinggung sekadar Materi muatan UUD NRI 1945 dijabarkan
penggambaran sikap penolakan terhadap lebih lanjut dalam suatu undang-undang …
penjajahan, sebagaimana dikatakan sebagai Misalnya aturan tentang HAM dalam Pasal
berikut: 28 ayat 5 berbunyi “Untuk menegakkan
dan melindungi hak asasi manusia sesuai
Coba arahkan ingatan Anda pada sejarah
dengan prinsip negara hukum yang
perjuangan dalam menegakkan hak asasi
demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia (HAM). Dalam rentetan sejarah
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan
penegakkan HAM Anda akan menemukan
dalam peraturan perundang-undangan.”53
beberapa peristiwa yang melahirkan
berbagai dokumen HAM. Apakah Anda Masih berkaitan dengan resiprokalitas,
masih ingat dengan Magna Charta di puncaknya adalah pemahaman yang semakin
Inggris, Bill of Rights dan Declaration of tidak utuh terhadap HAM.54 Buku ajar sangat kuat
Independence dalam sejarah Amerika berpijak pada dokumen prakarsa para mantan
Serikat, dan Declaration des Droits de kepala negara/pemerintahan yang tergabung
L’homme et du Citoyen di Perancis?51 dalam InterAction Council (IAC) yang berdiri
sejak 1983 atas inisiatif mantan Perdana Menteri
Selain itu, bobot konstitusionalitas HAM
Jepang, Takaeo Fukuda. Draf deklarasi berjudul
dalam pembahasan buku ajar juga selain tidak
A Universal Declaration of Human
utuh mendeskripsikan konstitusionalitas HAM
Responsibilities rampung pada 1 September
dalam sejarah keberlakuan konstitusi Indonesia,
1997. Harapannya, menjelang peringatan 50
deviasinya acapkali mengarah kepada
tahun DUHAM PBB, draf ini dapat diadopsi PBB
ornamentasi warga negara dalam arti sempit

50
Nurwardani et al., hal. 115. Asasi Manusia di dalam Pendidikan
51
Nurwardani et al., hal. 95. Kewarganegaraan bagi Perguruan Tinggi,”
52
Nurwardani et al., hal. 108 dan 114. makalah disampaikan pada Focused Group
53
Nurwardani et al., hal. 108 dan 114. Discussion Pusat Studi Hak Asasi Manusia
54
Harison Citrawan, “Kompleksitas Kewargaan dan Universitas Negeri Medan Brastagi, 20 November
Hak Asasi Manusia: Catatan Kritis atas Materi Hak 2019.

379
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

sebagai dokumen kembar bersama dengan pendapat Anda dengan terlebih dahulu
DUHAM PBB.55 mendiskusikan dengan teman.58
Draf ini berhasil secara luas dikaji Materi muatan HAM dalam materi kulikuler telah
masyarakat dan lembaga internasional.56 meningkat dan berbagai buku teks pembelajaran
Sekalipun pada akhirnya tidak berhasil disepakati kontemporer yang secara baik dijelaskan
sebagai instrumen internasional,57 IAC sangat Jimenez, Lerch dan Bromley.59
yakin bahwa draf dengan tema “It is time to talk
Terkait hal ini, mengkaji ulang materi
about human responsibilities” dan terdiri atas 19
muatan HAM dalam buku ajar menjadi sangat
pasal ini telah menjadi pembawa obor wacana
penting dilakukan. Buku ajar PKn mengandung
penting (important torchlight) sepanjang abad 21.
paradigma berpikir HAM yang belum sejalan
Dalam kaitan ini, buku ajar tidak mampu dengan nuktah pandangan dunia tentang HAM itu
menjelaskan perkembangan pemikiran IAC sendiri. Sementara Bahan ajar memiliki peran
sebagai upaya serius menjembatani kunci karena berisi muatan kurikulum yang
keseimbangan tatanan global yang diklaim dipersiapkan untuk mencapai standar kompetensi
sebagai global ethic. Buku ajar justru mengutip sebagai capaian hasil belajar.60 Terkait hal itu,
dan bahkan menyimpulkan draf IAC sebagai patut direnungkan pandangan Roux dan Becker
justifikasi adanya dan pentingnya resiprokalitas tentang pentingnya humanisasi perguruan tinggi.
hak dan kewajiban. Hal ini bisa dilihat dari Praksis pendidikan melalui ruang-ruang dialog
pernyataan sebagai berikut: sangat efektif membentuk komunitas masyarakat
baru. Tentu saja, literasi HAM menjadi elemen
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa
penting yang patut diperhatikan.61
ternyata munculnya sejarah pemikiran
tentang hak mendahului pemikiran tentang Paradigma kurikulum PKn menempatkan
kewajiban. Mengapa sampai terjadi seperti relasi resiprokalitas antara hak dan kewajiban.
itu? Apakah dengan demikian hak lebih Pergeseran juga terjadi dari paradigma citizenship
penting dari kewajiban? Apakah di pada ruang menjadi warga (being a citizen) secara
Indonesia pemikiran tentang hak juga individual, menuju citizenry yang menekankan
mendahului kewajiban? Kemukakan kesadaran kolektif menuju bentuk kewajiban
warga (group of citizens).62 Pandangan ini

55
Draf lengkap dapat dilihat pada Office of High <https://ap.ohchr.org/documents/alldocs.aspx?doc
Commissioner for Human Rigths, _id=9780> [diakses 29 Juli 2020].
“E/CN.4/2003/105: Human Rights and Human 58
Nurwardani et al., hal. 126–27.
Responsibilities Final Report of the Special 59
Jeremy David Jimenez, Julia Lerch, dan Patricia
Rapporteur,” United Nation Human Rigths Bromley, “Student Teachers Coping with
<https://ap.ohchr.org/documents/alldocs.aspx?doc Changing Times: The Intersection of Student-
_id=3240> [diakses 29 Juli 2020]; Inter Action Teachers’ Understanding of Human Rights Issues
Council, A Statement from Political and Religious and Their Cultural Identity,” European Journal of
Leaders “ Bridging the Divide ” (Jakarta: Habibie Education, 52.4 (2017), 460–76
Center, 2003) <www.interactioncouncil.org>. <https://doi.org/10.1007/978-3-319-99567-0_6>.
56
Draf ini dirumuskan di Wina, Austria pada 20-22 60
Kokom Komalasari dan J. Sapriya, “Living Values
April 1997 di bawah pimpinan Helmut Schmidt, Education in Teaching Materials to Develop
mantan Kanselir Jerman. Students’ Civic Disposition,” New Educational
57
Lihat Laporan Final Pelapor Khusus PBB, Office Review, 44.2 (2016), 107–21 (hal. 107)
of High Commissioner for Human Rigths, <https://doi.org/10.15804/tner.2016.44.2.09>.
“E/CN.4/2003/105: Human Rights and Human 61
Cornelia Roux dan Anne Becker, “Humanising
Responsibilities Final Report of the Special higher education in South Africa through dialogue
Rapporteur”; Lihat juga Resolusi Komisi HAM as praxis,” Educational Research for Social
PBB, Office of High Commissioner for Human Change, 5.1 (2016), 131–43.
Rigths, “Res 2004/117: Human Rights and Human 62
Marilynn B. Brewer dan Ya Ru Chen, “Where
Responsibilities,” United Nation Human Rigths, (Who) are Collectives in Collectivism? Toward
2014 Conceptual Clarification of Individualism and

380
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

merusak struktur berpikir sistem HAM bahwa SARAN


negara sesungguhnya adalah pemangku
kewajiban (duty bearer) dan individu adalah Kurikulum PKn sejatinya dievaluasi secara
pemilik hak (rights holder). Mengacu pada sitematis untuk memudahkan hadirnya pelibatan
paradigma berpikir ini sesungguhnya kurikulum aktif dan demokratis di kalangan mahasiswa.
PKn menempatkan supremasi dan sublimasi Kurikulum PKn wajib dihadirkan dalam nuansa
negara yang hegemonik, untuk tidak mengatakan perubahan sosial yang masif yang menuntut
hegemoni negara yang eksesif.63 responsivitas cerdas di kalangan warga negara
muda Indonesia, yakni para mahasiswa sebagai
insan cendekia muda Indonesia.
KESIMPULAN
Kurikulum PKn sulit bergerak dari nalar UCAPAN TERIMA KASIH
klasik-feodalistik yang cenderung memasung
Penulis sangat berterima kasih kepada
kebebasan berpikir mahasiswa. Sikap kritis dan
Rektor Unimed atas pendanaan riset kebijakan
elaboratif terhadap realitas sosial kebangsaan dan
tahun 2019 kepada Pusham Unimed. Penulis juga
nasional serta kosmopolitan-global sulit bisa
berterima kasih kepada pengelola MKU Unimed,
diharapkan tumbuh bahkan berkembang baik di
KDBP PKn MKU Unimed, dosen dan mahasiswa
kalangan mahasiswa karena superioritas negara
PKn yang terlibat dalam FGD penelitian Pusham
ditempatkan sebagai “pemberi” hak bagi
Unimed T.A. 2019. Terima kasih penulis kepada
individu, masyarakat dan warga negara.
seluruh staf dan peneliti Pusham Unimed.
Kurikulum PKn telah sistematis
mendegradasi proses pematangan demokratisasi
Indonesia bahkan sangat jauh dari idealitas DAFTAR PUSTAKA
literasi HAM. Dibutuhkan kajian komprehensif Alderson, Priscilla, “International Human Rights,
memperkuat nalar HAM yang tidak saja mampu Citizenship Education, and Critical
adaptif dengan perkembangan kajian HAM, tetapi Realism,” London Review of Education,
juga berkontribusi signifikan meningkatkan 14.3 (2016), 1–12
literasi HAM mengadvokasi tuntutan negara <https://doi.org/10.18546/LRE.14.3.01>
hukum demokratis Indonesia. Andreassen, Bård A., Hans-Otto Sano, dan
Siobhán McInerney-Lankford, “Human
Rights Research Method,” in Research
Methods in Human Rights, ed. oleh Bård A.
Andreassen, Hans-Otto Sano, dan Siobhán
McInerney-Lankford (Northampton:

Collectivism,” Psychological Review, 114.1 hak (rights holeder) menuntut pemenuhan hak
(2007), 133–51 <https://doi.org/10.1037/0033- dalam rangka mengambil bagian mengurus
295X.114.1.133>; Michael Hartney, “Some kepentingan (terkait hak) mereka sendiri sebagai
Confusions Concerning Collective Rights,” bentuk partisipasi warga. Silahkan ekplorasi lebih
Canadian Journal of Law & Jurisprudence, 4.2 lanjut dalam berbagai literatur di antaranya Morten
(1991), 293–314 Broberg dan Hans Otto Sano, “Strengths and
<https://doi.org/10.1017/s0841820900002940>; Weaknesses in a Human Rights-based Approach to
Michael X Delli Carpini dan Scott Keeter, “The International Development – An Analysis of a
Internet and an Informed Citizenry ,” Rights-Based Approach to Development
Departmental Papers (ASC), 2002 Assistance Based on Practical Experiences,”
<http://repository.upenn.edu/asc_papers/2> International Journal of Human Rights, 22.5
[diakses 13 Oktober 2020]. (2018), 664–80
63
Sangat berbanding terbalik dengan konsep dasar <https://doi.org/10.1080/13642987.2017.1408591
HAM dan perkembangan pemikiran HAM yang >.
justru menempatkan warga negara sebagai pemiliki

381
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

Edward Elgar Publishing, 2017), hal. 1–16 HAM, 11.2 (2020), 239–53
<https://doi.org/10.4337/9781785367793.0 <https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.239
0016> -253>
Aulia, Fikri, Dinn Wahyudin, dan Rusman Citrawan, Harison, “Kompleksitas Kewargaan
Rusman, “Lecturers Perceptions about E- dan Hak Asasi Manusia: Catatan Kritis atas
Learning on the Development of the Materi Hak Asasi Manusia di dalam
Indonesian Qualifications Framework Pendidikan Kewarganegaraan bagi
Curriculum,” in Proceedings of the Perguruan Tinggi,” in makalah disampaikan
International Conference of Science and pada Focused Group Discussion Pusat
Technology for the Internet of Things (EAI, Studi Hak Asasi Manusia Universitas
2019) <https://doi.org/10.4108/eai.19-10- Negeri Medan Brastagi, 20 November 2019
2018.2281283> Committe on Economic, Social and Cultural
Becker, Anne, Annamagriet de Wet, dan Willie Rights, “Implementation of the International
van Vollenhoven, “Human Rights Literacy: Covenant on Economic, Social and Cultural
Moving Towards Rights-based Education Rights: General Comment No 13: The Right
and Transformative Action Through to Education (Art. 13 of the Covenant ),
Understandings of Fignity, Equality and para. 1,” United Nation Human Rights
Freedom,” South African Journal of Office of the High Commissioner, 1999
Education, 35.2 (2015), 1–12 <https://www.refworld.org/pdfid/4538838c
<https://doi.org/10.15700/saje.v35n2a1044 22.pdf> [diakses 20 Juli 2020]
> Creswell, John W, Riset Pendidikan;
Bellamy, Richard, Citizenship: A Very Short Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Introduction (Oxford: Oxford University Riset Kualitatif & Kuantitatif, Ke-5
Press, 2008) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015)
Brewer, Marilynn B., dan Ya Ru Chen, “Where Delli Carpini, Michael X, dan Scott Keeter, “The
(Who) are Collectives in Collectivism? Internet and an Informed Citizenry ,”
Toward Conceptual Clarification of Departmental Papers (ASC), 2002
Individualism and Collectivism,” <http://repository.upenn.edu/asc_papers/2>
Psychological Review, 114.1 (2007), 133– [diakses 13 Oktober 2020]
51 <https://doi.org/10.1037/0033- Fearnley-sander, Mary, dan Yulaelawati Ella,
295X.114.1.133> “Citizenship Discourse in the Context of
Broberg, Morten, dan Hans Otto Sano, “Strengths Decentralisation: The Case of Indonesia,” in
and Weaknesses in a Human Rights-based Citizenship Curriculum in Asia and the
Approach to International Development – Pacific, ed. oleh David L Grossman, Wing
An Analysis of a Rights-Based Approach to On Lee, dan Kerry J Kennedy (Hong Kong:
Development Assistance Based on Practical Comparative Education Research Center,
Experiences,” International Journal of The University of Hong Kong & Springer,
Human Rights, 22.5 (2018), 664–80 2008), hal. 111–26
<https://doi.org/10.1080/13642987.2017.14 Gearon, Liam, “Global Human Rights,” in The
08591> Palgrave International Handbook of
Choi, Moonsun, “A Concept Analysis of Digital Education for Citizenship and Social
Citizenship for Democratic Citizenship Justice, ed. oleh Andrew Peterson, Robert
Education in the Internet Age,” Theory and Walter, Michalinos Zembylas, dan James
Research in Social Education, 44.4 (2016), Arthur (London: Palgrave Macmillan,
1–43 2016), hal. 205–28
<https://doi.org/10.1080/00933104.2016.12 Gollob, Rolf, Peter Krapf, Ólöf Ólafsdóttir, dan
10549> Wiltrud Weidinger, Educating for
Christianto, Hwian, “Penggunaan Media Internet Democracy: Background Materials on
dalam Pemenuhan Hak atas Pendidikan di Democratic Citizenship and Human Rights
Masa Pandemi Covid-19: Perspektif Hak Education for Teachers, ed. oleh Rolf
Asasi Manusia dan Hukum Pidana,” Jurnal Gollob, Peter Krapf, dan Wiltrud Weidinger

382
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

(Belgium: Council of Europe Publishing, Cornelia Roux dan Anne Becker


2010) (Switzerland: Springer, 2019), hal. 123–51
<https://doi.org/10.1177/019263654002409 <https://doi.org/10.1007/978-3-319-99567-
417> 0_6>
Goren, Heela, dan Miri Yemini, “Citizenship Jimenez, Jeremy David, Julia Lerch, dan Patricia
Education Redefined – A Systematic Bromley, “Student Teachers Coping with
Review of Empirical Studies on Global Changing Times: The Intersection of
Citizenship Education,” International Student-Teachers’ Understanding of
Journal of Educational Research, 82 Human Rights Issues and Their Cultural
(2017), 170–83 Identity,” European Journal of Education,
<https://doi.org/10.1016/j.ijer.2017.02.004 52.4 (2017), 460–76
> <https://doi.org/10.1007/978-3-319-99567-
Gundara, Jagdish, “Social Diversity, 0_6>
Inclusiveness and Citizenship Education,” Kennedy, Kerry J, Civic and Citizenship
in Education for Citizenship, ed. oleh Denis Education in Volatile Times: Preparing
Lawton, Jo Cairns, dan Roy Gardner Students for Citizenship in the 21st Century
(London dan New York: Continuum, 2000), (Singapore: Springer, 2019)
hal. 14–26 <https://doi.org/10.1080/00071005.2019.16
Hartney, Michael, “Some Confusions Concerning 76009>
Collective Rights,” Canadian Journal of Komalasari, Kokom, dan J. Sapriya, “Living
Law & Jurisprudence, 4.2 (1991), 293–314 Values Education in Teaching Materials to
<https://doi.org/10.1017/s08418209000029 Develop Students’ Civic Disposition,” New
40> Educational Review, 44.2 (2016), 107–21
Hartono, Yudi, Samsi Haryanto, dan Asrowi, <https://doi.org/10.15804/tner.2016.44.2.0
“Character Education in the Perspective of 9>
Humanistic Theory: A Case Study in Komara, Endang, “Curriculum and Civic
Indonesia,” EDUCARE: International Education Teaching in Indonesia,”
Journal for Educational Studies, 10.2 EDUCARE, 10.1 (2017), 23–32
(2018), 95–108 <https://doi.org/10.2121/EDU-
<https://doi.org/10.2121/EDU- IJES.V10I1.929>
IJES.V10I2.948> Liem, Gregory Arief D., dan Dennis M.
Honohan, Patrick, “Liberal and Republican Mcinerney, “Indonesian Students and Their
Conceptions of Citizenship,” in The Oxford Citizenship-Relayed Attributes:
Handbook of Citizenship, ed. oleh Ayelet Implications for Instructional Strategies and
Shachar, Rainer Bauböck, Irene Bloemraad, Pedagogical Practices in Civic Education,”
dan Maarten Peter Vink (Oxford: Oxford in Citizenship Pedagogies in Asia and The
University Press, 2017), hal. 82–106 Pacific, ed. oleh Kerry J Kennedy, Wing On
<https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780198 Lee, dan David L. Grossman (Hong Kong:
805854.013.4> Springer & Comparative Education
Inter Action Council, A Statement from Political Research Center, The University of Hong
and Religious Leaders “ Bridging the Kong, 2010), hal. 149–74
Divide ” (Jakarta: Habibie Center, 2003) Martini, Eneng, Meiwatizal Trihastuti, dan Alif
<www.interactioncouncil.org> Adithya Candra, “Understanding of Human
International Covenant on Economic, Social and Rights through Civic Education in The 21st
Cultural Rights Century,” in Annual Civic Education
Jasper, Janina, dan Hermann J. Abs, “Student Conference (ACEC 2018) (Atlantis Press,
Teachers Coping with Changing Times: The 2018), hal. 501–4
Intersection of Student-Teachers’ <https://doi.org/10.2991/acec-
Understanding of Human Rights Issues and 18.2018.114>
Their Cultural Identity,” in Human Rights
Literacies: Future Directions, ed. oleh

383
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 3, Desember 2020

Martono, Nanang, Metode Penelitian Sosial: px?doc_id=9780> [diakses 29 Juli 2020]


Konsep-konsep Kunci (Jakarta: Rajawali ———, “Vienna Declaration and Programme of
Pers, 2016) Action,” United Nation Human Rigths, 1993
Marzuki, Suparman, dan Sobirin Melian, <https://ap.ohchr.org/documents/dpage_e.a
Pendidikan Kewarganegaraan dan HAM spx?si=A/CONF.157/23> [diakses 29 Juli
(Yogyakarta: UII Press, 2002) 2020]
Mccowan, Tristan, Rethinking Citizenship Okuma-Nyström, Michiyo Kiwako,
Education: A Curriculum for Participatory “Globalization, Identities, and Diversified
Democracy (London dan New York: School Education,” in Globalization,
Continuum, 2010) Identities, and Diversified School
Muhtaj, Majda El, Dimensi-Dimensi HAM: Education; Cross-cultural Perspectives, ed.
Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan oleh Joseph Zajda, Holger Daun, dan
Budaya, Kedua (Jakarta: P.T. RajaGrafindo Lawrence J. Saha (Netherlands: Springer,
Persada, 2013) 2009), hal. 25–42
———, “Dua Dekade Ranham Indonesia; Osler, Audrey, dan Irma Husić Pandur, “The
Implementasi Komitmen HAM Pemerintah Right to Intercultural Education: Students’
di Era Reformasi,” in Hak Asasi Manusia; Perspectives on Schooling and
Politik, Hukum dan Agama di Indonesia, ed. Spportunities for Reconciliation Through
oleh Al Khanif dan Manunggal K. Wardaya Multicultural engagement in Bosnia and
(Yogyakarta: LKiS, 2018), hal. 71–100 Herzegovina,” Intercultural Education,
Neoh, Jia Ying, dan Ahmad Saifulloh, 30.6 (2019), 1–22
“Democratic Citizenship: The Case of <https://doi.org/10.1080/14675986.2019.16
Indonesia and Singapore,” Kappa Delta Pi 26576>
Record, 56.1 (2020), 28–34 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
<https://doi.org/10.1080/00228958.2020.16 Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020
96091> Tentang Standar Nasional Pendidikan
Nesodden, Norway, Idaho Moscow, Anne K. Tinggi (Republik Indonesia, 2020)
Haugestad, dan J.D. Wulfhorst, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8
“Introduction,” in Future as Fairness: Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi
Ecological Justice and Global Citizenship, Nasional Indonesia (Republik Indonesia,
ed. oleh Anne K. Haugestad dan J.D. 2012)
Wulfhorst (Amsterdam: Rodopi, 2004) Pruysers, Scott, Julie Blais, dan Phillip G. Chen,
Nurwardani, Paristiyanti, Hestu Yoga Saksama, “Who Makes a Good Citizen? The Role of
Udin S Winataputra, Dasim Budimansyah, Rersonality,” Personality and Individual
Sapriya, Winarno, et al., Pendidikan Differences, 146 (2019), 99–104
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi <https://doi.org/10.1016/j.paid.2019.04.007
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran >
dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Rinaldi, Stefanie, “Children’s Human Rights
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Education in Swiss Curricula An
Republik, 2016) Intercultural Perspective into Educational
Office of High Commissioner for Human Rigths, Concepts,” Swiss Journal of Educational
“E/CN.4/2003/105: Human Rights and Research, 42.1 (2019), 64–83
Human Responsibilities Final Report of the <https://doi.org/10.24452/sjer.42.1.5>
Special Rapporteur,” United Nation Human Roux, C., dan A. Becker, “On Critique, Dissensus
Rigths and Human Rights Literacies,” South
<https://ap.ohchr.org/documents/alldocs.as African Journal of Higher Education, 31.6
px?doc_id=3240> [diakses 29 Juli 2020] (2017), 1–8 <https://doi.org/10.20853/31-6-
———, “Res 2004/117: Human Rights and 1623>
Human Responsibilities,” United Nation Roux, Cornelia, “The ‘Literacy Turn’ in Human
Human Rigths, 2014 Rights and Human Rights Education,” in
<https://ap.ohchr.org/documents/alldocs.as Human Rights Literacies: Future

384
Literasi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di PT
Majda El Muhtaj, M. Fahmi Siregar, Reh Bungana Beru PA, Fazli Rachman

Directions, ed. oleh Cornelia Roux dan United Nations, World Programme for Human
Anne Becker (Switzerland: Springer, 2019), Rights Education: First Phase Plan of
hal. 3–30 Action (New York dan Geneva: UNESCO
Roux, Cornelia, dan Anne Becker, “Humanising dan UNHCR, 2006)
higher education in South Africa through ———, World Programme for Human Rights
dialogue as praxis,” Educational Research Education: Second Phase Plan of Action
for Social Change, 5.1 (2016), 131–43 (New York dan Geneva, 2012)
<https://doi.org/10.17159/2221- ———, World Programme for Human Rights
4070/2016/v5i1a8> Education: Third Phase Plan of Action
Sidiq, Umar, dan Moh. Miftachul Choir, Metode (New York dan Geneva: United Nations
Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan (OHCHR) dan UNESCO, 2017)
(Ponorogo: CV.Nata Karya, 2019) United Nations General Assembly, “Res 59/113:
Soepardo, M. Hoetaoeroek, Soeroyo Warsid, World Programme for Human Rights
Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, et al., Education,” United Nations, 2004
Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia <https://digitallibrary.un.org/record/537134
(Civics) (Djakarta: P.N. Balai Pustaka, > [diakses 29 Juli 2020]
1963) Winataputra, Udin S, Pendidikan
Spiro, Peter J., Beyond Citizenship: American Kewarganegaraan: Refleksi Historis-
Identity after Globalization (Oxford: Epistimologis dan Rekonstruksi untuk Masa
Oxford University Press, Inc., 2008) Depan (Tangerang Selatan: Universitas
<https://doi.org/10.5860/choice.46-3537> Terbuka, 2015)
Stevenson, Nick, Cultural Citizenship: Zulkarnain, dan Indra Kusumawardhana,
Cosmopolitan Questions (Maidenhead: “Bersama untuk Kemanusiaan: Penanganan
Open University Press, 2003) Lintas Sektor terhadap Masalah Pengungsi
<https://doi.org/10.1177/003803850606204 Rohingya di Aceh 2015,” Jurnal HAM, 11.1
1> (2020), 67
Sumantri, Muhammad Numan, dan Udin S <https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.67-
Winataputra, Disiplin Pendidikan 83>
Kewarganegaraan: Kultur Akademis dan
Pedagodis (Bandung: Laboratorium PKn
UPI, 2017)
Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak, Pendidikan
Kewargaan (Civic Education); Demokrasi,
Hak Asasi Manusia dan Demokrasi
(Jakarta: ICCE bekerjasama dengan
Prenada Media Group, 2008)
Umasih, Umasih, dan Nadiroh Nadiroh,
“Pancasila Education: Jargon for its
Improvement New Order Government”
(Atlantis Press, 2018), hal. 410–13
<https://doi.org/10.2991/acec-18.2018.94>
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2005 Tentang Pengesahan
International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rigths (Kovenan
Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Republik Indonesia, 2003)

385
KOSONG

viii

You might also like