You are on page 1of 8

Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)

http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016


ISSN online: 2443-3446
MODIFIKASI TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita Flour)
DENGAN HIDROLISIS SECARA ENZIMATIS

[Modified Yellow Pumpkin Flour (Cucurbita Flour) with Enzymatic Hydrolysis]

Yeni Sulastri1)*, Syirril Ihromi2) dan Nurhayati2)


1)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram
2)
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Mataram
*Email: yeniess@yahoo.com

Diterima 15 Desember 2015/ Disetujui 20 April 2016

ABSTRACT

Yellow pumpkin (Cucurbita moschata) could potentially be used as a source of modified flour material to to reduce
the consumption of wheat. One method of modified flour that can be done is the enzymatic hydrolysis process using α-
amylase enzyme. This research used α-amylase enzyme of small green pea sprout. Objective of this research is to obtained
the best condition incubation periode and addition small green pea sprout. The experimental design of the research
employed completely randomized design with two factors, incubation periode with 3 levels of treatment (24, 48, and 72
hours) and addition small green pea sprout (10%, 20%, and 30% (b/b dry flour)). The incubation periode was significantly
take affect at level significance 95% to solubility and swelling power but not significantly take affect to water absorbing
capacity (WAC), oil absorbing capacity (OAC), and β-caroten content. Addition small green pea sprout was significantly
take affect at level significance 95% to solubility and swelling power but not significantly take affect to water absorbing
capacity (WAC) and oil absorbing capacity (OAC). In addition, the study confirmed that the incubation periode of 48 hours
and small green pea sprout of 30% b/b dry flour were the best condition possible. The results at this condition solubility of
61.45%, swelling power of 31.86%, WAC of 3.04 (g), OAC of 2.62 (g/g), and β-caroten content of 3.08 mg/100 g.

Keywords: incubation periode, modified yellow pumpkin flour, small green pea sprout

ABSTRAK

Labu kuning merupakan salah satu sumber pangan dan sumber pati potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku tepung termodifikasi untuk mengurangi konsumsi terigu. Salah satu metode modifikasi tepung yang dapat
dilakukan adalah proses hidrolisis secara enzimatis dengan menggunakan enzim α-amilase. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan kondisi terbaik lama inkubasi dan penambahan kecambah kacang hijau melalui proses hidrolisis secara
enzimatis. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu lama inkubasi
dengan 3 taraf perlakuan yaitu 24, 48, dan 72 jam dan penambahan kecambah kacang hijau 10, 20, dan 30% dari bobot
tepung labu kuning yang akan dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan lama inkubasi berpengaruh nyata pada tingkat
kepercayaan 95% terhadap kelarutan, swelling power, dan daya serap minyak namun tidak berpengaruh nyata terhadap
daya serap air tepung labu kuning termodifikasi. Penambahan kecambah kacang hijau berpengaruh nyata terhadap
kelarutan dan swelling power namun tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap air dan daya serap minyak. Kondisi
terbaik proses modifikasi pati labu kuning secara enzimatis adalah pada lama inkubasi 48 jam dan penambahan kecambah
kacang hijau 30%. Pada kondisi ini dihasilkan kelarutan 61,45%, swelling power 31,86%, daya serap air 3,04 (g/g), daya
serap minyak 2,62 (g/g), dan β-karoten 3,08 mg/100 g.

Kata kunci: lama inkubasi, modifikasi tepung labu kuning, kecambah kacang hijau

PENDAHULUAN terus meningkat dengan laju 2,6%/tahun.


Pada tahun 2020 impor gandum diperkirakan
Labu kuning merupakan sumber pangan akan mencapai 8,5 juta ton/tahun tentu saja
potensial Indonesia yang dapat menjadi salah memerlukan devisa yang tidak sedikit
satu alternatif bahan baku tepung (Adnyana et al., 2006).
termodifikasi untuk mengurangi konsumsi Dalam bidang pangan, labu kuning
terigu. Ketergantungan Indonesia pada produk selama ini dikembangkan sebagai bahan
terigu sangat besar, padahal hampir seluruh alternatif pangan yang lebih dulu diolah
produksi terigu berasal dari gandum yang menjadi bentuk tepung. Substitusi tepung labu
diimpor. Indonesia kini menjadi negara kuning menyebabkan berkurangnya
pengimpor gandum terbesar kelima dengan kekenyalan mie basah yang dihasilkan karena
total impor 4,5 juta ton/tahun dan angka ini berkurangnya jumlah gluten dari tepung

112
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
terigu. Hasil penelitian sebelumnya amilase dari kecambah (tidak dilakukan
menunjukkan semakin banyak tepung labu ekstraksi enzim α-amilase). Potensi kecambah
kuning yang digunakan maka kekenyalan akan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase
semakin berkurang (Rahmi et al., 2011). juga dilaporkan oleh Suarni dan Patong
Meskipun telah dapat dikembangkan (2007). Hal yang sama juga dilakukan oleh
menjadi tepung, beberapa kelemahan dari Jamilatun et al. (2004) yang menggunakan
sifat fungsional tepung labu kuning masih kecambah jagung dalam hidrolisis pati biji
ditemukan yang mengakibatkan masih nangka untuk produksi glukosa.
rendahnya mutu dari tepung yang dihasilkan. Pada penelitian ini tepung labu kuning
Karena itu, upaya perbaikan kualitas tepung dimodifikasi dengan pertimbangan proses
labu kuning penting untuk dilakukan, salah pembuatan tepung labu kuning lebih mudah
satunya adalah dengan memodifikasi sifat-sifat dibandingkan pati. Selain itu, kandungan
fungsional dengan cara hidrolisis. Perbaikan nutrisi labu kuning dalam bentuk tepung masih
kualitas tepung labu kuning penting untuk tinggi terutama masih kaya akan pro vitamin A
dilakukan agar penggunaannya sebagai bahan atau β-karoten. Modifikasi tepung labu kuning
baku dalam pengolahan pangan menjadi lebih memanfaatkan α-amilase kecambah kacang
luas. hijau sehingga dihasilkan tepung labu kuning
Modifikasi tepung secara hidrolisis dapat termodifikasi.
dilakukan dengan penambahan asam atau Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
enzim. Metode hidrolisis menggunakan asam mengetahui sifat fisikokimia tepung labu labu
memiliki kelemahan diantaranya tidak ramah kuning sebelum dan sesudah modifikasi
lingkungan, karena residu yang dihasilkan dari meliputi swelling power, kelarutan, daya serap
proses hidrolisis asam akan mencemari air, daya serap minyak, dan kadar β-karoten;
lingkungan. Hidrolisis asam juga bersifat toksik (2) mengetahui kondisi terbaik lama inkubasi
apabila terhirup dalam waktu yang lama dan konsentrasi enzim α-amilase kecambah
sehingga terakumulasi dalam tubuh dan kacang hijau pada proses modifikasi tepung
menyebabkan berbagai penyakit. labu kuning dengan hidrolisis secara enzimatis.
Pada penelitian ini, dipilih metode
modifikasi pati secara hidrolisis menggunakan METODE PENELITIAN
enzim, karena memiliki keunggulan
dibandingkan dengan hidrolisis menggunakan Proses Pembuatan Tepung Labu Kuning
asam. Proses hidrolisis pati secara enzimatik Tepung ialah bentuk hasil pengolahan
lebih ekonomis, dapat dilakukan pada suhu bahan dengan cara penggilingan atau
rendah dan mudah dalam pengontrolan proses penepungan. Proses pembuatan tepung labu
hidrolisisnya (Sadeghi, et al., 2008). Enzim kuning dilakukan dengan cara kering (Gambar
yang dapat digunakan adalah α-amilase 1).
dimana enzim ini terdapat pada tanaman,
mamalia dan mikroba. Kacang hijau dalam Labu kuning segar
bentuk kecambah mengandung enzim α-
amilase. Pada umumnya perkecambahan toge Pengupasan Kulit
berlangsung selama lima hari, aktivitas enzim
α-amilase dapat ditentukan dengan mengukur
Pembuangan Biji Biji
hasil degradasi pati yang biasanya diukur
dengan penurunan kadar pati yang larut atau
Pengirisan
dari kadar maltosa yang dihasilkan. Enzim α- (tebal 1-2 mm)
amilase dapat memecah pati secara acak dari
tengah atau dari bagian dalam molekul, oleh Pengeringan
(oven 50°C, 24 jam)
karena itu disebut endoamilase (Winarno,
1983).
Penggilingan
Penggunaan kecambah kacang hijau
telah banyak dilakukan untuk memodifikasi Pengayakan
pati dari berbagai sumber pangan namun (80 mesh)
belum memanfaatkan labu kuning sebagai
sumber pati. Suarni et al. (2006) berhasil Tepung labu kuning
melakukan modifikasi pati jagung
menggunakan enzim α-amilase dari kecambah Gambar 1. Proses Pembuatan Tepung Labu
kacang hijau, tanpa memisahkan enzim Kuning (Modifikasi Richana dan
Sunarti, 2004).

113
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
Proses Pembuatan Kecambah Kacang Analisa tersebut dilakukan terhadap tepung
Hijau labu kuning sebelum dan setelah dimodifikasi.
Proses pembuatan kecambah kacang
hijau mengacu pada penelitian Suarni et al.,
HASIL DAN PEMBAHASAN
(2007) untuk modifikasi tepung jagung yaitu
biji kacang hijau disortasi hingga diperoleh biji
Pembuatan Tepung Labu Kuning
bersih dan utuh, dicuci, direndam dengan
Labu kuning yang digunakan sebagai
aquades selama 30 menit, ditiriskan, kemudian
bahan baku adalah labu yang setengah tua
diperam dalam wadah berpori sampai terjadi
dan siap dikonsumsi. Labu kuning setengah
perkecambahan. Waktu perkecambahan 3
tua ditandai oleh warna kulit labu kuning yang
hari. Kecambah dibersihkan dengan melepas
didominasi warna hijau dengan bercak-bercak
kulit luarnya, bagian ditimbang kemudian
kuning. Pemilihan labu kuning setengah tua
dihancurkan dengan blender.
dimaksudkan untuk menghasilkan tepung yang
lebih banyak karena apabila menggunakan
Proses Modifikasi Pati Labu Kuning
labu kuning yang terlalu tua maka tepung
dengan Hidrolisis Enzimatis
yang dihasilkan sedikit. Labu kuning setengah
Tepung labu kuning sebanyak 30 g
tua ini baik untuk dijadikan tepung karena
ditambah kecambah kacang hijau.
memiliki kandungan pati yang lebih banyak.
Penambahan kecambah yaitu 10, 20, dan 30%
Menurut Yuliani, et.al (2005) bahwa
terhadap bobot kering tepung labu kuning
kadar pati labu kuning cenderung mengalami
yang akan dimodifikasi. Campuran kemudian
penurunan selama pematangan, dengan nilai
diinkubasi selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam
berkisar antara 1,08 – 2,18%. Winarno (1997)
pada suhu 30ºC. Setelah diinkubasi, dilakukan
menyatakan penurunan kadar pati selama
pengeringan dengan oven selanjutnya
pematangan disebabkan oleh aktivitas enzim
ditepungkan, dan diayak dengan saringan 80
yaitu α-amilase, β-amilase dan fosforilase yang
mesh (Gambar 2).
bekerja menghidrolisis pati menjadi senyawa
Tepung labu kuning yang lebih sederhana seperti glukosa dan
(30 g) maltosa.
Kecambah kacang hijau: air
(3 g/3 ml (10%);
6 g/6 ml (20%);
Pencampuran Pengaruh Faktor Penambahan Kecambah
9 g/9 ml (30%)) Kacang Hijau dan Lama Inkubasi
Hidrolisis Enzimatis
(Inkubasi 24, 48, 72 jam; 30°C) Swelling Power
Swelling power merupakan kenaikan
Pengeringan (50°C, 24 jam) volume dan berat maksimum pati selama
mengalami pengembangan di dalam air.
Swelling power menunjukkan kemampuan pati
Penggilingan untuk mengembang dalam air. Swelling power
yang tinggi berarti semakin tinggi pula
Pengayakan (80 mesh) kemampuan pati mengembang dalam air. Nilai
swelling power perlu diketahui untuk
memperkirakan ukuran atau volume wadah
Tepung labu kuning
yang digunakan dalam proses produksi
termodifikasi enzim α-amilase)
sehingga jika pati mengalami swelling, wadah
yang digunakan masih bisa menampung pati
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan tersebut (Suriani, 2008).
tepung labu kuning termodifikasi Hasil pengukuran swelling power tepung
α-amilase kecambah kacang hijau labu kuning termodifikasi menunjukkan kisaran
(modifikasi Suarni et al., 2007) antara 24,00% sampai dengan 35,85%.
Pengukuran swelling power juga dilakukan
Peubah yang diamati terhadap tepung labu kuning sebelum
Peubah yang diamati meliputi swelling dimodifikasi sebagai kontrol sekaligus
power dan kelarutan (Metode Perez et al., pembanding. Nilai swelling power tepung labu
1999), daya serap minyak dan daya serap air kuning sebelum modifikasi adalah 21,61%.
(Sathe and Salunkhe, 1981) dan kadar β- Hasil análisis ragam (α=0,05) swelling
karoten (AOAC, 1999 yang dimodifikasi). power tepung labu kuning termodifikasi akibat
pengaruh lama inkubasi (24, 48, dan 72 jam)

114
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
dan penambahan kecambah kacang hijau termodifikasi juga semakin tinggi. Swelling
yaitu 10, 20, dan 30% dari berat tepung power sangat dipengaruhi oleh keberadaan
kering menunjukkan adanya pengaruh lama gugus amilosa sebagai salah satu komponen
inkubasi maupun penambahan kecambah penyusun pati. Semakin lama waktu proses
kacang hijau terhadap swelling power tepung mengakibatkan semakin banyak amilosa yang
labu kuning termodifikasi. Namun, interaksi tereduksi, sehingga penurunan jumlah amilosa
antar lama inkubasi dan penambahan tersebut menyebabkan kenaikan swelling
kecambah kacang hijau tidak memberikan power (Sasaki dan Matsuki, 1998).
pengaruh yang nyata pada tingkat
kepercayaan 95%. Hasil uji lanjut Duncan Kelarutan
terhadap lama inkubasi menunjukkan bahwa Keterkaitan antara swelling power dan
lama inkubasi 24 jam memberikan pengaruh kelarutan berhubungan dengan kemudahan
yang berbeda dengan lama inkubasi 48 jam molekul air untuk berinteraksi dengan molekul
dan 72 jam dan lama inkubasi 48 jam juga dalam granula pati dan menggantikan interaksi
memberikan pengaruh yang berbeda dengan hidrogen antar molekul, sehingga granula
lama inkubasi 24 jam dan 72 jam. akan lebih mudah menyerap air dan memiliki
Hasil uji lanjut Duncan terhadap pengembangan tinggi. Muhamed et al. (2008)
penambahan kecambah kacang hijau menyatakan bahwa pengembangan granula
menunjukkan bahwa penambahan kecambah terjadi ketika granula dipanaskan bersama air
kacang hijau 10% tidak berbeda dengan dan ikatan hidrogen yang menstabilkan
penambahan kecambah kacang hijau 20% struktur heliks ganda dalam kristal terputus
namun berbeda dengan penambahan dan digantikan oleh ikatan hidrogen dengan
kecambah kacang hijau 30%. Penambahan air. Adanya pengembangan tersebut akan
kecambah kacang hijau 20% tidak berbeda menekan granula dari dalam, sehingga granula
dengan penambahan kecambah kacang hijau akan pecah dan molekul pati terutama amilosa
10% maupun penambahan kecambah kacang akan keluar. Kelarutan tepung labu kuning
hijau 30%. Hubungan antara lama inkubasi termodifikasi diukur pada suhu pemanasan
dan penambahan kecambah terhadap swelling 70°C.
power tepung labu kuning termodifikasi dapat Hasil pengukuran kelarutan tepung labu
dilihat pada Gambar 3. kuning termodifikasi menunjukkan kisaran
antara 44,12% sampai dengan 64,40%.
Pengukuran kelarutan juga dilakukan
Swelling power (%)

60.00 Penambahan terhadap tepung labu kuning sebelum


kecambah (%) modifikasi sebagai kontrol sekaligus
40.00 10 pembanding. Nilai kelarutan tepung labu
20 kuning alami adalah 42,83%.
20.00 30
Hasil análisis ragam (α=0,05) kelarutan
0.00
tepung labu kuning termodifikasi akibat akibat
pengaruh lama inkubasi (24, 48, dan 72 jam)
0 24 48 72
dan penambahan kecambah kacang hijau
Lama Inkubasi (jam)
yaitu 10, 20, dan 30% dari berat tepung
kering menunjukkan adanya pengaruh lama
Gambar 3. Hubungan antara lama inkubasi
inkubasi maupun penambahan kecambah
dan penambahan kecambah
kacang hijau terhadap kelarutan tepung labu
terhadap swelling power tepung
kuning termodifikasi. Interaksi antar lama
labu kuning termodifikasi
inkubasi dengan penambahan kecambah
kacang hijau juga memberikan pengaruh yang
Nilai swelling power tepung labu kuning
nyata pada tingkat kepercayaan 95%.
termodifikasi tertinggi diperoleh pada interaksi
Hasil uji lanjut Duncan terhadap lama
variabel lama inkubasi 72 jam dan
inkubasi menunjukkan bahwa lama inkubasi
penambahan kecambah kacang hijau 30%.
24 jam memberikan pengaruh yang berbeda
Hubungan antara lama inkubasi dan
dengan lama inkubasi 48 dan 72 jam, lama
penambahan kecambah kacang hijau dengan
inkubasi 48 jam memberikan pengaruh yang
swelling power tepung labu kuning
berbeda dengan lama inkubasi 24 jam namun
termodifikasi berbanding lurus, semakin lama
tidak berbeda dengan lama inkubasi 72 jam.
waktu inkubasi dan semakin banyak
Hubungan antara lama inkubasi dan
penambahan kecambah kacang hijau maka
penambahan kecambah kacang hijau terhadap
swelling power tepung labu kuning

115
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
kelarutan tepung labu kuning termodifikasi Oleh karena itu absorbsi air sangat
dapat dilihat pada Gambar 4. berpengaruh terhadap viskositas.
Hasil pengukuran daya serap air tepung
labu kuning termodifikasi menunjukkan kisaran
antara 2,90 g/g sampai dengan 3,39 g/g. Hasil
60.00
análisis ragam (α=0,05) kelarutan tepung labu
Kelarutan (%)

Penambahan
kecambah (%) kuning termodifikasi akibat pengaruh lama
40.00 10
inkubasi (24, 48, dan 72 jam) dan
20
20.00 penambahan kecambah kacang hijau yaitu 10,
30
20, dan 30% dari berat tepung kering
0.00 menunjukkan tidak adanya pengaruh lama
0 24 48 72 inkubasi maupun penambahan kecambah
Lama inkubasi (jam) kacang hijau terhadap daya serap air tepung
labu kuning termodifikasi. Hubungan antara
Gambar 4. Hubungan antara lama inkubasi lama inkubasi dan penambahan kecambah
dan penambahan kecambah kacang hijau terhadap daya serap air tepung
kacang hijau terhadap kelarutan labu kuning termodifikasi dapat dilihat pada
tepung labu kuning termodifikasi Gambar 5.

Kelarutan pati menunjukkan banyaknya 4.00


Penambahan
Daya serap air (g/g)
jumlah molekul pati yang terlarut pada suhu
3.00 kecambah
tertentu. Lama inkubasi dan penambahan
kecambah kacang hijau berpengaruh terhadap 2.00 10%
kenaikan kelarutan. Kelarutan pati labu kuning 20%
termodifikasi yang tinggi juga menunjukkan 1.00
30%
kemudahannya untuk dicerna dalam sistem 0.00
pencernaan tubuh manusia, dan keragaman
0 24 48 72
pemanfaatannya sebagai bahan pangan. Lama inkubasi (jam)
Richana, et al. (2005) menyebutkan bahwa
hidrolisis pati menggunakan enzim
Gambar 5. Hubungan antara lama inkubasi
menyebabkan ukuran molekul pati menurun
dan penambahan kecambah
drastis karena rantai pati terpotong-potong
kacang hijau terhadap daya serap
oleh enzim. Hal ini sejalan dengan pendapat
air tepung labu kuning
Jane dan Chen (1992) bahwa hidrolisis pati
termodifikasi
dengan enzim menyebabkan ukuran molekul
menurun sehingga kelarutan meningkat.
Pengukuran daya serap air juga
dilakukan terhadap tepung labu kuning
Daya Serap Air
sebelum modifikasi sebagai kontrol sekaligus
Daya serap air tepung labu kuning
pembanding. Nilai kelarutan tepung labu
termodifikasi perlu diketahui karena jumlah air
kuning alami adalah 1,99 g/g. Kemampuan
yang ditambahkan pada pati mempengaruhi
penyerapan air dari tepung labu kuning
sifat dari sistem pati. Granula pati dapat
termodifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan
menyerap air dan membengkak tetapi tidak
tepung labu kuning alami (belum dimodifikasi).
dapat kembali seperti semula (Fennema,
Tingginya daya serap air ini dihubungkan
1985).
dengan kemampuan produk untuk
Kulp (1973) menyatakan bahwa air
mempertahankan tingkat kadar air terhadap
yang terserap dalam molekul menyebabkan
kelembaban lingkungan dan peranan gugus
granula mengembang. Pada proses gelatinisasi
hidrofilik pada susunan molekulnya (Afrianti,
terjadi pengrusakan ikatan hidrogen
2004).
intramolekuler. Ikatan hidrogen mempunyai
peranan untuk mempertahankan struktur
Daya Serap Minyak
integritas granula. Terdapatnya gugus
Daya serap minyak menunjukkan
hidroksil yang bebas akan menyerap air,
jumlah minyak yang dapat diserap oleh tepung
sehingga terjadi pembengkakan granula pati.
baik sebelum maupun setelah dikenai
Dengan demikian semakin banyak jumlah
perlakuan modifikasi secara enzimatis.
gugus hidroksil dari molekul pati maka
Fennema (1985) menyebutkan bahwa
kemampuan menyerap air semakin tinggi.
campuran minyak dan pati akan

116
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
mempengaruhi sifat fisik pati karena minyak Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin
dan lemak dapat membentuk kompleks lama inkubasi cenderung meningkatkan daya
dengan amilosa yang menghambat serap minyak tepung labu kuning
pembengkakan granula sehingga pati sulit termodifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa
tergelatinisasi. semakin lama inkubasi maka tepung
Hasil pengukuran daya serap minyak termodifikasi yang terbentuk semakin
tepung labu kuning termodifikasi menunjukkan meningkat. Adanya kemampuan menyerap
kisaran antara 1,64 g/g sampai dengan 2,71 minyak pada tepung menunjukkan tepung
g/g. Pengukuran daya serap minyak juga mempunyai bagian yang bersifat lipofilik. Daya
dilakukan terhadap tepung labu kuning serap minyak dipengaruhi oleh adanya protein
sebelum modifikasi sebagai kontrol sekaligus pada permukaan granula pati. Protein ini
pembanding. Nilai daya serap minyak tepung dapat membentuk kompleks dengan pati, di
labu kuning alami adalah 1,64 g/g. mana kompleks pati-protein ini dapat
Hasil análisis ragam (α=0,05) daya memberikan tempat bagi terikatnya minyak.
serap minyak tepung labu kuning termodifikasi Kandungan amilosa pati turut mempengaruhi
akibat akibat pengaruh lama inkubasi (24, 48, daya serap minyak. Amilosa mempunyai
dan 72 jam) dan penambahan kecambah kemampuan membentuk kompleks dengan
kacang hijau yaitu 10, 20, dan 30% dari berat minyak (lipid) dalam bentuk amilosa-lipid
tepung kering menunjukkan adanya pengaruh (Swinkels 1985).
lama inkubasi namun penambahan
kecambah kacang hijau tidak memberikan Kadar β-karoten
pengauh nyata terhadap daya serap minyak Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
tepung labu kuning termodifikasi. kadar β-karoten tepung labu kuning
Hasil uji lanjut Duncan terhadap lama termodifikasi enzim 2,43 sampai dengan 4,71
inkubasi menunjukkan bahwa lama inkubasi mg/100 gr. Semakin lama proses inkubasi
24 jam tidak memberikan pengaruh yang menunjukkan kadar β-karoten yang semakin
berbeda dengan lama inkubasi 48 namun rendah (Gambar 7).
memberikan pengaruh yang berbeda dengan
lama inkubasi 72 jam. Lama inkubasi 48 jam 5
tidak memberikan pengaruh yang berbeda
Kadar β-karoten (mg/100 gr)

4.5
dengan lama inkubasi 24 maupun 72 jam. 4 Penambahan
3.5 kecambah (%)
Lama inkubasi 72 jam tidak memberikan 3
pengaruh yang berbeda dengan lama inkubasi 2.5 10
48 namun memberikan pengaruh yang 2
berbeda dengan lama inkubasi 24 jam. 1.5 20
1
Hubungan antara lama inkubasi dan 0.5 30
penambahan kecambah kacang hijau terhadap 0
daya serap minyak tepung labu kuning 0 24 48 72
termodifikasi dapat dilihat pada Gambar 6. Lama inkubasi (jam)

4.00
Daya serap minyak (g/g)

3.50
3.00 Penambahan Gambar 7. Hubungan antara lama inkubasi
2.50 kecambah dan penambahan kecambah
2.00 10% kacang hijau terhadap kadar β-
1.50
1.00 20% karoten tepung labu kuning
0.50 termodifikasi
30%
0.00
0 24 48 72 Kadar β-karoten tertinggi diperoleh
Lama inkubasi (jam) pada perlakuan lama inkubasi 24 jam dan
penambahan kecambah kacang hijau 10%
yaitu sebesar 4,71 mg/100 g dan kadar β-
Gambar 6. Hubungan antara lama inkubasi karoten terendah diperoleh pada lama
dan penambahan kecambah inkubasi 72 jam dan penambahan kecambah
kacang hijau terhadap daya serap kacang hijau 20% yaitu sebesar 2,43
minyak tepung labu kuning mg/100g. Menurut Pongjanta, et al. (2006)
termodifikasi. kandungan β-karoten dalam tepung labu
kuning 7,29 mg/100 g, dan menurut

117
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
Anggrahini, et al. (2006) sebesar 10,75 Fennema OR. 1985. Food Chemistry. Marcel
mg/100g. Dekker Inc, New York.
Winarno (1997) menyatakan bahwa
Jamilatun S, Sumiyati Y, Handayani RN. 2004.
Provitamin A atau β-karoten pada umumnya
Pengambilan Glukosa dari Tepung Biji
cukup stabil selama pengolahan pangan,
Nangka dengan Cara Hidrolisis
tetapi mempunyai sifat yang sangat mudah
Enzimatik Kecambah Jagung.
teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila
Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional
dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara,
Rekayasa Kimia dan Proses.
sinar dan lemak yang sudah tengik.
Jane J, YY Chen, LF Lee, AE McPherson, KS
KESIMPULAN Wong, M Radosavljevics, and T
Kasemsuwan. 1999. Effect of
Lama inkubasi berpengaruh nyata pada amylopectin brain chain length and
tingkat kepercayaan 95% terhadap kelarutan, amylose content on the gelatinization
swelling power, dan daya serap minyak namun and pasting properties of starch. Cereal
tidak berpengaruh nyata terhadap daya serap Chem. 76(5): 629 – 637.
air tepung labu kuning termodifikasi.
Kulp K. 1975. Carbohydrase. Di dalam : Gerald
Penambahan kecambah kacang hijau
R. (ed). Enzyme in Food Processing.
berpengaruh nyata terhadap kelarutan dan
Academic Press, New York.
swelling power namun tidak berpengaruh
nyata terhadap daya serap air dan daya serap Perez LAB, Acevedo EA, Hernandez LS dan
minyak. Lopez OP. 1999. Isolation and partial
Kondisi terbaik proses modifikasi pati characterization of banana starches. J
labu kuning secara enzimatis adalah pada Agric Food Chem. 47: 854 –857.
lama inkubasi 48 jam dan penambahan
Pongjanta J, A Naulbunrang, S Kawngdang, T
kecambah kacang hijau 30%. Pada kondisi ini
Manon, and T Thepjaikat. 2006.
dihasilkan kelarutan 61,45%, swelling power
Utilization of pumpkin powder in bakery
31,86%, daya serap air 3,04 (g/g), daya serap
products. Songklanakarin J Sci.Technol,
minyak 2,62 (g/g), dan β-karoten 3,08 mg/100
28(1): 71-79.
g.
Rahmi SL, Indriyani, Surhaini. 2011.
UCAPAN TERIMA KASIH Penggunaan buah labu kuning sebagai
sumber antioksidan dan pewarna alami
Terima kasih kepada Direktorat Penelitian dan pada produk mie basah. J Penelitian
Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat USU, 13: 29-36.
Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah
Richana N, TC Sunarti. 2004. Karakterisasi
membantu dana penelitian melalui Hibah
sifat fisikokimia tepung umbi dan
Penelitian Dosen Pemula tahun 2014.
tepung pati dari umbi ganyong, suweg,
ubi kelapa dan gembili. J Pascapanen,
DAFTAR PUSTAKA
1(1):29-37.
Adnyana MO, Subiksa M, Argosubekti N, Sadeghi A, Shahidi F, Mortazavi SA and
Hakim L dan, Pabbage MS. 2006. Mahalati N. 2008. Evaluation of different
Prospek dan Arah Pengembangan parameters effect on maltodextrin
Agribisnis Gandum. Badan Penelitian production by α-amilase termamyl 2-x.
dan Pengembangan Pertanian World Applied Sciences Journal, 3(1):
Departemen Pertanian. 34-39.
Anggrahini S, I Ratnawati, dan A Murdijati. Sasaki T. dan Matsuki J. 1998. Effect of Wheat
2006. Pengkayaan β-karoten mi ubi Starch on Structure on Swelling Power.
kayu dengan tepung labu kuning Cereal Chemistry. Vol. 75: 525 – 529.
(Cucurbita maxima dutchenes). Majalah
Sathe S.K. and Salunkhe DK. 1981. Isolat ion.
Ilmu dan Teknologi Pertanian, 26(2):
Partial characterization and modification
81-82.
of the great northen bean (Phaseolus
AOAC. 1999. Official Methods of Analysis of vulgaris) starch. J Food Science, 46(2):
the Association of Official Analytical 617-621.
Chemist. Virginia USA : AOAC Int.

118
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
Suarni dan Patong R. 2007. Potensi Kecambah Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Kacang Hijau Sebagai Sumber Enzim α- Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Amilase. Indo J Chem, 7: 332-336.
Yuliani S, Purwani EY, Setiyanto H, Usmiati S,
Suarni, Ubbe U, Upe A, dan Harlim T. 2006. dan Raharto P. 2005. Pengembangan
Modikfikasi Tepung Jagung dengan Agroindustri Aneka Tepung dari Bahan
Enzim α-Amilase dari Kecambah Kacang Pangan Sumber Karbohidrat Lokal:
Hijau. Makassar: Prosiding Seminar Kegiatan Penelitian Labu Kuning
Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen, (Laporan Akhir). Balai Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian,
Winamo FG. 1983. Enzim Pangan. Ed. III. PT.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Gramedia, Jakarta.
Pertanian. Departemen Pertanian.

119

You might also like