You are on page 1of 16

PENGARUH DEFFERED TAX EXPENSE DAN TAX AVOIDANCE TERHADAP

EARNING MANAGEMENT Pada Perusahaan sub sektor Kontruksi Bangunan


Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020

(THE EFFECT OF DEFFERED TAX EXPENSE AND TAX AVOIDANCE ON EARNING


MANAGEMENT Building Construction Sub-sector Companies Listed on the Indonesia Stock
Exchange for the in 2016-2020)
Hendrik Suhendri1), Risnaningsih2), Wardi Yahya Santoso3)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi
E-mail: wardisantoso157@gmail.com
Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of Deferred Tax
Expense and Tax Avoidance on Earning Management. This study uses a quantitative
approach and the data used in this study is secondary data in the form of financial
statements of the building construction sub-sector companies listed on the Indonesia
Stock Exchange in 2016-2020. The observations in this study amounted to 45
companies consisting of 8 companies multiplied by 5 years of observation. The sample
selection using purposive sampling method. Based on the results of testing and
analysis, there is a result of a significant positive effect of deferred tax expense on
earnings management, tax avoidance has a significant effect on earnings management
and simultaneously the effect of deferred tax expense and tax avoidance on earnings
management in building construction sub-sector companies listed on the Stock
Exchange. Indonesia during 2016-2020.
Keywords: Differed Tax Expense, Tax Avoidance, and Earnings Management.
PENGARUH DEFFERED TAX EXPENSE DAN TAX AVOIDANCE TERHADAP
EARNING MANAGEMENT Pada Perusahaan sub sektor Kontruksi Bangunan Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020
(THE EFFECT OF DEFFERED TAX EXPENSE AND TAX AVOIDANCE ON EARNING
MANAGEMENT In Building Construction Sub-sector Companies Listed on the Indonesia
Stock Exchange for the in 2016-2020)
Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of Deferred Tax Expense and
Tax Avoidance on Earning Management. This study uses a quantitative approach and the data
used in this study is secondary data in the form of financial statements of the building
construction sub-sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2020. The
observations in this study amounted to 45 companies consisting of 8 companies multiplied by
5 years of observation. The sample selection using purposive sampling method. Based on the
results of testing and analysis, there is a result of a significant positive effect of deferred tax
expense on earnings management, tax avoidance has a significant effect on earnings
management and simultaneously the effect of deferred tax expense and tax avoidance on
earnings management in building construction sub-sector companies listed on the Stock
Exchange Indonesia during 2016-2020.
Keywords: Differed Tax Expense, Tax Avoidance, and Earnings Management.
1. PENDAHULUAN
Laporan keuangan (financial statement) memiliki peranan yang sangat
penting bagi masyarakat umum untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya
mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Salah satu
informasi penting yang terdapat dalam financial statement suatu perusahaan adalah
informasi yang berkaitan dengan profit perusahaan. Pihak internal dan eksternal
perusahaan menggunakan profit sebagai komponen dasar dalam pengambilan keputusan
seperti pemberian kompensasi dan pembagian bonus kepada manajer, ukuran kinerja atau
kinerja manajemen, dasar penentuan besaran pajak, serta pengambilan keputusan investasi
dan pemberian pinjaman dana kepada perusahaan.
Bagi negara tax merupakan pendapatan yang harus dimaksimalkan. Akan
tetapi, bagi wajib tax merupakan beban yang dapat mengurangi laba, sehingga perusahaan
mencoba bermain-main dengan laba yang dilaporkan dalam financial statement tindakan
ini disebut earning management. Menurut Rahman, dkk. (2013) undang-undang
perpajakan merupakan salah satu cara untuk menghindari earning management. Bagi
perusahaan pajak yang harus disetorkan ke kas negara adalah beban (expenses). Atas dasar
itu, manajemen perusahaan mencoba melakukan earning management dengan motivasi
untuk meminimalkan atau menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan.
Earning management merupakan hal yang menarik untuk dipelajari karena
terdapat beberapa kasus manajemen laba di dalam dan luar negeri. Fenomena di Indonesia
tentang praktik earning management terjadi pada salah satu dari perusahaan BUMN.
Parahnya ini juga terjadi bukan pada BUMN kecil melainkan pada salah dari perusahaan
BUMN besar yaitu pada PT Garuda Indonesia, Tbk (GIAA) di tahun 2018. Pada saat itu
perseroan melaporkan pada laporan keuangannya laba sebesar US$ 5 juta atau setara
dengan Rp 70,02 miliar. Setelah dilakukan penyesuaian pencatatan maka ditemukan
bahwa perseroan ini mengalami kerugian (loss) sebesar US$ 175 juta atau setara dengan
Rp 2,45 triliun (kurs Rp 14.000/US$). Kejadian serupa juga terjadi pada PT Asuransi
Jiwasraya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan bahwa laporan keuangan PT
Asuransi Jiwasraya (Persero) sejak tahun 2006 tidak melaporkan keadaan keuangan yang
seutuhnya pada laporan keuangannya. Sebab perusahaan berusaha mempercatik laporan
keuangan yang dipublikasikan kepada publik. Misalnya, pada tahun 2017 perusahaan
mencatat profit sebesar Rp 2,4 triliun tetapi nilai itu tidak wajar karena ada kecurangan
pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun. Fenomena luar negeri Liputan 6 (2015) melalui
situsnya mengumumkan pengunduran diri Chief Executive Officer (CEO) Tanaka dan
pejabat senior Toshiba Corp karena terlibat dalam skandal akuntansi terbesar di Jepang
dalam beberapa tahun terakhir. Hasil investigasi menunjukkan bahwa Tanaka terbukti
mengetahui profit yang bisa diperoleh perusahaannya selama beberapa tahun terakhir
dengan nilai US $ 1,2 miliar.
Tax avoidance juga hal yang menarik untuk diteliti karena sering terjadi di
Indonesia. Dalam laporan Tax Justice Network yang berjudul The State of Tax Justice
2020: Tax Justice in the time of covid-19, menyebutkan bahwa akibat dari penghindaran
pajak (tax avoidance), Indonesia diperkirakan mengalami kerugian hingga US$ 4,78
miliar setara dengan Rp 67,6 triliun diantaranya merupakan hasil dari tax avoidance
korporasi di Indonesia. Sementara sisanya US$ 78,83 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun
berasal dari Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Dalam laporan itu menyebutkan bahwa
dalam praktiknya perusahaan multinasional mengalihkan profit-nya ke negara yang
dianggap sebagai surga pajak. Tujuannya untuk tidak melaporkan berapa besarnya profit
yang sesungguhnya diperoleh di negara tempat berbisnis. Pada akhirnya korporasi
membayar pajak lebih kecil dari yang sesungguhnya. Sementara itu, bagi WPOP yang
tergolong menengah keatas mengamankan aset dan penghasilan yang dideklarasikan di
luar negeri dan hal ini diluar jangkauan hukum (Yoga Sukmana, Kompas.com, 2020).
Salah satu yang mempengaruhi earning management adalah deferred tax
expense. Phillips et al., (2003) mendefinisikan deferred tax expense sebagai beban yang
timbul karena adanya perbedaan temporer antara profit akuntansi (profit yang ditujukan
untuk pihak luar) dan laba fiskal (profit yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak).
Deferred tax expense dapat digunakan dalam memprediksi earning management untuk
memenuhi 2 (dua) tujuan yaitu menghindari kerugian dan penurunan profit. Hal ini juga
dijelaskan dalam penelitian Phillips et al., (2003), bahwa deferred tax expense memiliki
hubungan dengan perusahaan yang memiliki profitabilitas dalam mengelola profit untuk
menghindari kerugian. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu, Kasipillai &
Mahenthiran (2013), dan Negara & Suputra (2017) yang menemukan bukti bahwa
deferred tax expense memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap earning
management. Artinya adalah setiap terjadi kenaikan deferred tax expense, maka
kemungkinan bagi pihak perusahaan dalam melakukan earning management akan
mengalami peningkatan dan sebaliknya.
Faktor lain yang mempengaruhi earning management adalah penghindaran
pajak (tax avoidance). Menurut Prakosa (2014), menjelaskan bahwa tax avoidance adalah
suatu jenis tindakan diklasifikasikan sebagai legal, karena tidak melanggar undang-undang
atau ketentuan perpajakan berlaku. Bagi perusahaan, pajak (tax) adalah beban (expense).
Oleh karena itu, perusahaan beusaha melakukan berbagai cara untuk beban pajak (tax
expense) yang harus dibayarkan kepada kas negara. Oleh karena hal inilah yang
menyebabkan perusahaan melakukan tindakan yang aman dalam rangka pengurangan
pajak yaitu dengan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Penelitian sebelumnya
Shiwei Wang dan Siyu Chen, (2012) menemukan menemukan korelasi positif yang
signifikan antara earning management dan tax avoidance. Khususnya untuk perusahaan
yang didukung negara, kinerja bisnis mereka memiliki pengaruh yang kecil terhadap
motivasi tindakan earning management. Artinya semakin tinggi penghindaran pajak maka
semakin tinggi pula manajemen perusahaan melakukan tindakan manajemen laba.
Wang S., dan Chen S. (2012), judul penelitian The Motivation for Tax
Avoidance in Earnings Management. Hasil dari penelitian ini earnings management dan
perilaku tax avoidance adalah hal biasa di antara perusahaan yang terdaftar di China, tetapi
mereka tidak dapat mengindari sebuah konsistensi. Dalam analisis yang berkaitan dengan
earnings management dan tax avoidance, ada yang signifikan korelasi positif di antara
mereka, yang menunjukkan motivasi tax avoidance yang signifikan dalam earnings
management. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk memberikan saran kepada kelompok
kepentingan seperti otoritas regulasi, investor dan eksekutif. Perbedaan di dalam penelitian
ini terletak pada ada variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tax
avoidance sedangkan pada penelitian yang perlu dilakukan yang menjadi variabel
independen adalah earnings management. Pada penelitian ini menggunakan variabel
kontrol yaitu firm size sedangkan pada penelitian yang dilakukan tidak menggunakan
variabel kontrol.
Antonius Riky dan Tampubolon Lambok (2019), judul penelitian Analisis
Penghindaran Pajak, Beban Pajak Tangguhan, dan Koneksi Politik Terhadap Manajemen
Laba (The Analysis of Tax Avoidance, Deferred Tax Expense, and Political Relation on
Earnings Management). Hasil dari penelitian ini adalah tax avoidance pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Ini menyiratkan bahwa tinggi atau tinggi rendahnya tingkat tax
avoidance yang dilakukan oleh suatu perusahaan tidak mempengaruhi praktik earning
management. Tax avoidance tidak signifikan untuk earning management karena dalam
sebuah perusahaan manufaktur terdapat beberapa divisi atau departemen dengan masing-
masing divisi pengelolaan. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, bahwa
deferred tax expense tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap earning management.
Dapat disimpulkan bahwa besar atau kecilnya deferred tax expense tidak mempengaruhi
manajemen untuk melakukan praktik earning management. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh tax avoidance, deferred tax expense dan political connections terhadap
earnings management. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah terletak pada variabel yang digunakan pada penelitian ini variabel
independent yang digunakan adalah Penghindaran Pajak (X1), Koneksi Politik (X2), dan
Beban Pajak Tangguhan (X3), sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan saat ini
variabel independent yang digunakan adalah Beban Pajak Tangguhan (X1) dan Resiko
Perusahaan (X2).
2. Tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis
2.1. Manajeman Laba (Earning Management)
Scott (2015) menjelaskan bahwa earning management sebagai suatu
kebijakan akuntansi yang dilakukan manajemen dengan tujuan khusus terhadap proses
penyusunan laporan keuangan eksternal dengan terencana, guna mendapatkan
keuntungan pribadi. Healy & Wahlen (1999) berpendapat bahwa earning management
dapat terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan, dan
menyesatkan stakeholders dengan cara mengubah susunan transaksi laporan keuangan
dan mempengaruhi informasi tentang kinerja ekonomi perusahaan.
Scott (2015) menjelaskan bahwa terdapat dua perspektif mengenai earning
management. Pertama, earning management dipandang sebagai efficiency earning
management, yaitu dapat meningkatkan nilai perusahaan dan persistensi laba (profit).
Kedua, earning management dipandang sebagai Opportunistic earnings management,
yaitu dapat dipergunakan dalam memaksimalkan kesejahteraan pihak manajemen dan
pemilik saham. Menurut Scott (2015) terdapat beberapa jenis motivasi manajamen dalam
melakukan praktik earning management, yaitu: (1) Motivasi program bonus, manajemen
yang bersifat opportunistic, yaitu manajemen yang melakukan praktik earning
management dengan tujuan meningkatkan laba (profit), sehingga dapat dengan mudah
memperoleh insentif atau bonus. (2) Motivasi politik, manajemen yang melakukan
earning management agar dapat mengurangi profit yang akan dilaporkan, hal ini
dilakukan karena adanya tekanan dari publik serta mencegah pemerintah untuk
mengukuhkan peraturan yang lebih ketat. (3) Motivasi perpajakan, manajemen yang
melakukan penghematan tax dengan meminimalkan perolehan profit perusahan,
sehingga tax yang dikeluarkan lebih kecil dari yang seharusnya kepada pemerintah.
Dalam meminimalkan perolehan profit terdapat dua jenis cara, yaitu tax avoidance yang
bersifat legal dan penggelapan pajak yang bersifal illegal. (4) Motivasi peralihan CEO,
CEO yang mendekati masa peralihan melakukan manajemen laba untuk meningkatkan
laba perusahaan agar menerima bonus. Hal ini pada dasarnya sama dengan motivasi
program bonus. (5) Initital Public Offering (IPO) Perusahaan yang baru melakukan go
public atau baru mulai menjual sahamnya kepada masyarakat, melakukan tindakan
earning management karena belum memiliki nilai pasar. Sehingga dengan tindakan
earning management di harapkan dapat meningkatkan harga saham dimasa mendatang.
(6) Motivasi perjanjian utang, perjanjian utang merupakan kontrak jangka panjang.
Perusahaan yang melakukan pelanggaran pada perjanjian utang, dapat menimbulkan
biaya yang besar. Sehingga, manajer melakukan earning management untuk
menghindari atau mencegah terjadinya pelanggaran tersebut.
Motivasi utama manajemen dalam melakukan tindakan manajemen laba
adalah untuk mendorong para investor agar dapat membeli saham perusahaan, sehingga
dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan (Mayangsari, 2001). Sedangkan menurut Sari
(2017), tujuan manajer melakukan manajemen adalah untuk mendapatkan bonus dan
meningkatkan nilai pasar perusahaan. Scott (2015) menyebutkan bahwa pola manajemen
laba dibagi menjadi empat pola, yakni: (1) Taking a bath, pola ini terjadi pada periode
disaat perusahaan mengalami masalah organisasi atau saat sedang melakukan
restrukturisasi. Pola ini dilakukan dengan menghapus ases-aset yang dapat menimbulkan
biaya pada masa depan. (2) Income minimization, pola ini dilakukan saat laba perusahaan
tinggi, sehingga apabila laba untuk periode selanjutnya diperkirakan mengalami
penurunan yang cukup signifikan, maka dapat diantisipasi dengan mengambil laba dari
periode tahun ini. (3) Income maximization, pada pola ini manajer perusahaan
melaporkan net income yang tinggi dengan harapan akan menerima bonus yang lebih
besar. Pola ini dilakukan dengan menunda biaya dan mempercepat pengakuan
pendapatan. (4) Income smoothing, pola ini dilakukan dengan meratakan laba yang
dilaporkan agar laba yang diperoleh relatif stabil dan tidak beresiko tinggi.

2.2. Beban Pajak Penghasilan (Deferred Tax Expense)


Menurut Waluyo (2017), beban (penghasilan) pajak tangguhan adalah
jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang muncul akibat adanya pengakuan atas
deferred tax assets (liabilities). Beban PPh terdiri atas beban pajak kini (dalam tahun
berjalan) dan beban pajak tangguhan atau pendapatan pajak tangguhan. Pajak kini
(current tax) merupakan jumlah PPh terutang atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) pada
satu periode atau tahun pajak berjalan. Deferred tax expense dikelompokkan menjadi
dua, yaitu berdasarkan perbedaan temporer dan perbedaan tetap. Perbedaan temporer
diartikan dasar pengenaan pajak (tax base) dari suatu aktiva atau utang dengan nilai
tercatat pada aktiva atau utang yang berakibat pada perubahan laba fiskal periode
mendatang. Terjadinya perbedaan tersebut dapat bertambah (furute taxable amount) atau
berkurang (future deductible amount) pada aset dipulihkan atau liabilitas dilunasi atau
dibayar. Perbedaan temporer ini berakibat harus diakuinya aset dan/atau liabilitas pajak
tangguhan (deferred tax). Perbedaan tetap (permanent difference) dapat diartikan sebagai
perbedaan pengakuan antara expenses dan revenues pada saat pelaporan komersial dan
fiskal. Akibat dari perbedaan tetap ini laba komersial dan laba fiskal sebagai dasar
menghitung pajak yang terutang. Berdasarkan dari hasil penelitian-penelitian terdahulu
menyatakan bahwa deferred tax expense mempunyai korelasi signifikan yang
memungkinkan perusahaan melakukan praktik earning management agar terhindar dari
kerugian (loss) (Fitriany, 2016). Oleh karena itu, apabila nilai deferred tax expense
mengalami kenaikan, maka dapat diidentifikasi bahwa tingkat praktik earning
management perusahaan mengalami kenaikan. Pernyataan tersebut didukung hasil
penelitian Junery (2016), Eldiani (2019), dan Sari, dkk (2019) yang menyatakan bahwa
deferred tax expense berpengaruh signifikan terhadap earning management.
H1: Deferred tax expense berpengaruh positif terhadap earning management.
2.3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi earning management
adalah penghindaran pajak (tax avoidance). Swingly & I made (2015) mendefinisikan
bahwa tax avoidance adalah salah satu cara yang dilakukan oleh wajib pajak, untuk
menghindari pembayaran pajak yang sifatnya legal dengan mengurangi jumlah pajak
terutangnya dengan tidak melakukan pelanggaran ketentuan peraturan perpajakan.
Perusahaan di satu sisi melakukan manipulasi laba melalui earning management, di sisi
lain mencegah manfaat dari arus keluar dengan mengurangi beban pajak (tax expense).
Tetapi untuk perusahaan yang memiliki kinerja bisnis jangka panjang yang baik, masalah
utama yang dihadapi adalah kelanjutan pengembangan bisnis ketika tax expense bukan
merupakan faktor batasan kritis. Saat ini, pengaruh pasar modal motivasi, motivasi
kontrak dan motivasi politik melebihi motivasi tax avoidance dalam bisnis pengambilan
keputusan. Kemudian melemahkan tax avoidance motivasi dalam earning management.
Manajemen sengaja melakukan melakukan tax avoidance dengan cara meningkatkan
beban melalui penggunaan metode dan kebijakan akuntansi tertentu sehingga laba lebih
kecil (Larastomo, at.al. 2016). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yuliana (2011) yang menyatakan bahwa terdapat motivasi pajak dalam praktik
earning management. Rahman, Moniruzzaman dan Sharif (2013) juga menyatakan
bahwa motivasi earning management salah satunya adalah meminimalkan pajak.
H2: Tax avoidance berpengaruh positif terhadap earning management.
3. METODE
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor
Kontruksi Bangunan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan laporan
keuangan secara lengkap setelah diaudit mulai dari tahun 2016-2020 dan jumlah
keseluruhan populasi ada 15 perusahaan. Untuk menentukan ukuran sampel yang dapat
populasi maka dilakukan pemilihan sampel dengan metode purposive sampling.
Berdasarkan populasi penelitian diatas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan sub sektor kontruksi bangunan yang memiliki kriteria yaitu sebanyak 9
perusahaan dikalikan dengan lama tahun pengamatan yaitu 5 tahun, sehingga jumlah
pengamatan pada penelitian ini sebanyak 45 pengamatan.
Peneliti pada penelitian menggunakan jenis data sekunder berupa laporan
keuangan tahunan yang sudah diaudit. Untuk mendukung penelitian, dilakukan
pengumpulan sumber data seperti mencari dan mempelajari jurnal dan buku yang
mendukung penelitian serta mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai
acuan serta referensi lainnya yang relevan.
3.1. Operasionalisasi variabel
Konsep dasar dari definisi operasional mencakup pengertian untuk
mendapatkan data yang akan dianalisis dengan tujuan untuk mengoperasikan konsep-
konsep penelitian menjadi variabel penelitian serta cara pengukurannya. Adapun definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian ini yakni :
Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expenses), Beban Pajak Tangguhan
adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba
fiskal (PSAK 46). Variabel beban pajak tangguhan diukur dengan membagi jumlah
Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expenses) dibagi dengan Total Aset tahun
sebelumnya. Beban pajak tangguhan dihitung dengan rumus (Naufal Anis Hilmy,
Sudradjat, 2020; Lutfi M. Baradja, 2017; Zulfa, 2019):
DT E it
BBP T it = .………..…………………………………………...…...(1)
T A t−1
Keterangan:
BBPTit = Besaran Beban Pajak Tangguhan perusahaan i pada tahun t
DTEit = Beban Pajak Tangguhan perusahaan i pada tahun t
TAt-1 = Total Aset perusahaan I pada tahun t-1
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Penghindaran Pajak dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan proksi GAAP ETR yaitu total beban pajak penghasilan
dibagi laba sebelum pajak. Untuk memudahkan dalam membaca hasil, GAAP ETR dikali
dengan -1, sehingga semakin besar nilai GAAP ETR, maka penghindaran pajak
perusahaan akan semakin besar dan sebaliknya. Formula untuk menghitung GAAP ETR
adalah sebagai berikut (Dyreng et al., 2010):
Tax Expense
GAAP ETR= .……..……………………………….…..(2)
Pretax Income
GAAP ETR adalah proksi tax avoidance yang bertujuan untuk melihat beban pajak yang
dibayarkan perusahaan pada tahun berjalan. Jika dibandingkan dengan pengukuran
penghindaran pajak yang lainnya, GAAP ETR lebih sesuai untuk mengukur penghindaran
pajak dalam kaitannya dengan risiko perusahaan dan manajemen laba. GAAP ETR
mampu menunjukkan pengaruh terhadap laba akuntansi dan merefleksikan
penghindaran yang tidak sesuai (Hanlon & Heitzmen, 2010).
Variabel dependen (Y) adalah Earning Management (Y). Dalam Penelitian ini
menggunakan variabel earning management sebagai variabel dependen yang diproksikan
dengan discretionary accruals. Sulistyanto (2008) menjelaskan bahwa discretionary
accruals menggunakan komponen akrual dalam mengelola laba karena komponen akrual
tidak membutuhkan bukti kas fisik, sehingga tidak perlu disertai kas
diterima/dikeluarkan.
Dalam penelitian ini, discretionary accruals diukur dengan menggunakan Modified
Jones Model. Model Jones dimodifikasi (modified jones model) merupakan modifikasi
dari model Jones yang didesain untuk mengeliminasi kecendrungan untuk menggunakan
perkiraan yang bisa salah dari model Jones untuk menentukan discretionary accruals
ketika discretion melebihi pendapatan. Model ini banyak digunakan dalam penelitian-
penelitian akuntansi karena dinilai merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi
manajemen laba dan memberikan hasil paling robust. Sama halnya model manajemen
laba berbasis aggregate accruals yang lain model ini menggunakan discretionary
accruals sebagai proksi manajemen laba. Kelebihannya, model ini memecah total akrual
menjadi empat komponen utama akrual, yaitu discretionary current accuals,
discretionary long-term accuals, nondiscretionary current accuals dan nondiscretionary
long-term accuals. Discretionary current accuals dan discretionary long-term accuals
merupakan akrual yang berasal dari aktiva lancar (current assets), sedangkan
nondiscretionary current accuals dan nondiscretionary long-term accuals merupakan
akrual yang berasal dari aktiva tetap (fixed assets).
TAC = Net Income – Cash Flows from Operations……………………(3)
Akrual periode berjalan (current accruals) didefinisikan sebagai perubahan aktiva lancar
non-kas (noncash current assets) dikurangi perubahan kewajiban lancar (operating
current liabilities). Perubahan aktiva lancar non-kas akan dihitung sebagai perubahan
aktiva lancar dikurangi dengan kas, sedangkan perubahan kewajiban lancar akan
dihitung sebagai perubahan total utang dikurangi dengan utang jangka panjang yang
akan jatuh tempo (current maturity of long-term debt).
Cur.Accrl = D(Cur.Assets-Cash)-D(Cur.Liabilities-Cur.maturity of long-term debt)
……………………………………(4)
Nondiscretionary current accuals merupakan accruals yang di ekspetasi dengan
menggunakan Modified Jones Model. Expected current accruals sebuah perusahaan
ditahun tertentu diestimasi dengan menggunakan cross-sectional ordinary least squere
(OLS) regression terhadap Current Accruals (CurAcc) dan perubahan penjualan.
CurAcci ,t 1 ∆ Sale i ,t
TA i ,t −1
= a1 [ ] [
TAi ,t −1
+ a2
]
TA i , t−1
+ Σ ………………………………..(5)

CurAcci ,t
Semua nilai diatas diregresikan dengan menggunakan sebagai variabel
TA i ,t −1
1 ∆ Sale i ,t
dependen, sedangkan [ ] [
TA i ,t−1
dan ]
TA i , t−1
sebagai variabel independen. Regresi

terhadap tiga komponen ini menghasilkan nilai a 1 dan a 2 yang digunakan untuk
menghitung nilai nondiscretionaty accruals dengan menggunakan rumus dibawah ini.
1 ∆ Sale i ,t −Δ TRi , t
[
NDCA i , t= a 1
] [
TA i ,t −1
+ a2
]
TA i ,t −1
……………………………..(6)
Keterangan:
NDCA i , t = Nondiscretionaty accruals perusahaan i periode t.
a1 = Estimated intercept perusahaan i periode t.
a2 = Slope perusahaan i periode t.
TA i , t−1 = Total Assets untuk perusahaan i periode t-1
DSalesit = Perubahan penjualan perusahaan i periode t.
DTRit = Perubahan piutang usaha perusahaan i periode t.
Discretionary current accruals untuk sebuah perusahaan pada tahun tertentu dihitung
sebagai berikut:
CurAcci ,t
NCA i ,t = −NDCA i ,t ………………………………………...(7)
TA i ,t −1
Keterangan:
NCA i ,t = Discretionary current accruals perusahaan i periode t.
CurAcci , t = Current accruals perusahaan i periode t.
TA i , t−1 = Total Assets perusahaan i periode t-1
NDCA i , t = Nondiscretionary current accruals perusahaan i periode t.
3.2. Model Penelitian
Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud beramal
bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih
variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya).
Jadi, analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal
2 (Sugiyono, 2018:205). Dalam penelitian ini variabel independen terdiri atas dua yaitu
beban pajak tangguhan dan penghindaran pajak jadi persamaan regresi untuk dua
prediktor. Berikut rumus untuk melihat analisis linier berganda :
Y= a + bı Xı +b2 X2 + e
Keterangan:
Y = Manajemen Laba (Earning Management)
a = Konstanta
β1 dan β2 = Besaran koefisien regresi dan masing-masing variabel
X1 = Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense)
X2 = Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

4. Hasil dan Pembahasan


4.1. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan
gambaran terkait variabel-variabel yang digunakan, baik variabel dependen earning
management (DA), variabel independen tax avoidance (GAAP ETR) dan deferred tax
expenses (DTE). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui nilai
minimum, maksimum, mean, maupun standar deviasi dari masing-masing variabel
sebagai berikut:
Tabel 1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DEFERRED TAX EXPENSE 45 0,000000 0,038113 0,00201873 0,007229539
TAX AVOIDANCE 45 -0,944168 0,000000 -0,15282822 0,233303958
EARNING MANAGEMENT 45 -0,350667 0,277043 -0,03729191 0,129929188
Valid N (listwise) 45 X
Sumber: Output SPSS, data diolah peneliti, 2021
Variabel deferred tax expense selama 5 (lima) tahun dari 2016-2020
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,00201873 dan untuk nilai standar deviasi
0,007229539. Untuk nilai minimum dari variabel deferred tax expense sebesar 0,000000
adalah WEGE, NRCA, PTPP, TOPS dan untuk nilai maximum sebesar 0,038113 adalah
TOPS pada tahun 2016. Artinya, secara rata-rata perusahaan kontruksi bangunan yang
terdaftar di BEI selama lima tahun mengindetifikasi adanya manfaat terhadap pajak yang
ditangguhkan dengan melaporkan laba akuntansi yang lebih rendah daripada laba fiskal.
Variabel tax advoidance yang diproksikan dengan GAAP ETR memiliki nilai
rata-rata sebesar -0,152828 dengan standar deviasi sebesar 0,233303958. Nilai terendah
(minimum) dari variabel tax advoidance sebesar -0,944168 adalah ADHI pada tahun
2016 dan untuk nilai tertinggi (maxsimum) sebesar 0,000000. Berdasarkan olahan data di
atas maka dapat dilihat bahwa perusahaan kontruksi bangunan berusaha untuk
meminimumkan beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak secara legal (tax
avoidance). Perencanaan pajak yang dilakukan secara legal (tax avoidance) ini dilakukan
perusahaan dengan memanfaatkan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, tidak
melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan atau perusahaan akan
memanfaatkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang masih bersifat samar
atau ambigu. Oleh karena itu, suatu negara memiliki peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan berbagai ketentuan yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
upaya penghindaran pajak (tax avoidance). Ketentuan-ketentuan perpajakan ini biasanya
beserta dengan pemberian wewenang kepada otoritas pajak kepada wajib pajak untuk
melakukan rekonstruksi transaksi dan menghitung besarnya pajak terutang yang harus
dibayar ke kas negara.
Tabel diatas menunjukkan bahwa variabel Earning Management periode
2016-2020 mempunyai nilai rata-rata sebesar -0,03729191. Nilai minumum sebesar
-0,350667 yaitu ACST pada tahun 2020 dan nilai maximum sebesar 0,277043 yaitu
WSKT pada tahun 2017. Sedangkan untuk nilai standar deviasi sebesar 0,129929188.
Berdasarkan data ini, dapat diketahui bahwa perusahaan kontruksi bangunan di Indonesia
melakukan praktik manajemen laba dengan maksud untuk menghindari pelaporan
kerugian pada laporan keuangan eksternal perusahaan, yang akan berdampak kepada
motivasi utama manajemen perusahaan untuk dapat mendorong para investor agar
membeli saham perusahaan dan akan menambah citra pasar perusahaan.
4.2. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Untuk menganalisis dan menguji pengaruh deferred tax expense dan tax
avoidance terhadap earning management digunakan analisis regresi linier berganda.
Dalam model analisis regresi linier berganda akan diuji secara simultan uji F maupun
secara parsial uji T. Ketentuan uji signifikansi uji F dan uji T sebagai berikut: (1) Ho:
Jika probabilitas (p) ≥ 0,05 artinya deferred tax expense dan tax avoidance secara
simultan maupun parsial tidak berpengaruh terhadap earning management. (2) Ha: Jika
probabilitas (p) ≤ 0,05 artinya deferred tax expense dan tax avoidance secara simultan
maupun parsial berpengaruh terhadap earning management.
Tabel 2.
Uji Regresi Linier Berganda
Variabel B t hitung Sig t Keterangan
(Constant) 40,714 5,226 0,000
Deferred Tax Expense -0,073 1,423 0,016 Diterima
Tax Avoidance 0,281 2,239 0,034 Diterima
F hitung 2,571
Sig F 0,003
Adj. R spuare 0,198
Sumber: Output SPSS, data diolah peneliti, 2021
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel diatas perhitungan regresi linier berganda
menggunakan program SPSS v 26 didapat hasil sebagai berikut:
Y = 40,714-0,073 DT + 0,281 TA +e
Nilai persamaan diatas jika diinterpretasikan sebagai berikut:
α = 40,714 : menunjukkan arah positif yang berarti semua variabel independen bernilai
konstan maka veriabel earning management mengalami peningkatan sebesar 40,714.
β1= -0,073 : menunjukkan arah negatif, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap
kenaikan pada variabel deferred tax expense satu satuan, maka earning management
mengalami penurunan sebesar -0,073 satuan dan sebaliknya.
β2= 0,281 : menunjukkan arah positif, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap
kenaikan pada tax avoidance satu satuan, maka earning management mengalami
kenaikan sebesar 0,281 satuan sebaliknya.
4.2.1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Tujuan dari uji koefisien determinasi adalah untuk melihat bagaimana
jumlah besaran persentase yang dari variabel independen dalam mempengaruhi
variabel dependen nilai dari koefisien determinasi ini dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3.
Koefisien Determinasi
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,400 ,160 ,098 ,062134079
Sumber: Output SPSS, data diolah peneliti, 2021
Cara melihat pengujian determinasi adalah dengan melihat nilai R2 (R
Square), yang bernilai 0,160 atau sebesar 16% hal ini berarti bahwa deferred tax
expense dan tax avoidance mampu menjelaskan variasi earning management
sebesar 0,160 atau sebesar 16%, sedangkan sisanya 84% dipengaruhi dijelaskan
oleh variabel lain diluar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini.
4.2.2. Uji Uji Stimultan (Uji F)

Tabel 4.
Hasil Uji F
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1Regression 1,020 2 4,010 2,571 0,002
Residual 2,104 27 2,004
Total 4,124 29
Sumber: Output SPSS, data diolah peneliti, 2021
Dari kabel 4 diatas dapat terlihat nilai F hitung dalam penelitian ini adalah
2,571, dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,002. Berdasarkan ketentuan uji F
dimana nilai probabilitas (p ≤ 0,05) dan nilai F hitung lebih besar dari F tabel
(5,012 > 2,034) artinya penelitian ini menerima hipotesis bahwa secara bersama-
sama (simultan) bahwa deferred tax expense dan tax avoidance berpengaruh
terhadap manajemen laba (earning management) pada perusahaan kontruksi
bangunan selama periode 2016-2020.
4.2.3. Uji Regresi Parsial (Uji T)
Tabel 5.
Hasil Uji T

Sumber: Output SPSS, data diolah peneliti, 2021


Hipotesis 1. Berdasarkan tabel uji t diatas menunjukkan bahwa nilai t-hitung 1,423
dan probabilitas 0,016 (p ≤ 0,05) dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya
deferred tax expense berpengaruh positif signifikan terhadap earning management.
Hipotesis 2. Berdasarkan tabel uji t diatas menunjukkan bahwa nilai t-hitung 2,239
dan probabilitas 0,034 (p ≤ 0,05) dapat disimpulkan bahwa H2 diterima, artinya
tax avoidance berpengaruh positif signifikan terhadap earning management.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Deferred Tax Expense Terhadap Earning Management
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terlihat bahwa variabel
beban pajak tangguhan (deferred tax expense) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba (earning management). Hal ini terlihat bahwa nilai t-
hitung 1,423 dan probabilitas 0,016 (p ≤ 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa besar
atau kecilnya beban pajak tangguhan (deferred tax expense) mempengaruhi
manajemen untuk melakukan praktik earning management.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Junery (2016), Eldiani
(2019) dan Sari, dkk (2019). Hipotesis pertama diterima karena deferred tax
expense timbul karena perbedaan temporer yang timbul pada saat terjadinya
koreksi fiskal. Munculnya perbedaan temporer atau perbedaan waktu dapat terjadi
karena adanya manajemen perusahaan memiliki kebebasan untuk menerapkan
prinsip akuntansi untuk menyusun laporan keuangan komersial. Sedangkan dalam
penyusunan laporan fiskal terdapat aturan-aturan perpajakan yang harus dipatuhi.
Sehingga jika selisihnya besar menandakan tingkat keleluasaan yang tinggi
manajemen dalam menerapkan kebijakan akrual. Beban (manfaat) pajak tangguhan
akan terjadi sebagai konsekuensi dari kebijaksanaan manajemen yang besar ini.
Dengan demikian semakin besar nilainya beban pajak tangguhan akan
meningkatkan kemungkinan perusahaan melakukan praktik earning management.
Hasil berbeda dikemukakan oleh Fitriany (2016), Yolina (2018), dan Antonius
Riky (2019) yang menyatakan tidak adanya pengaruh signifikan diantara deferred
tax expense dan praktik earning management.
4.3.2. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Earning Management
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terlihat bahwa variabel
tax avoidance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap earning management.
Hal ini terlihat dari uji t menunjukkan bahwa nilai t-hitung 2,239 dan probabilitas
0,034 (p ≤ 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa besar atau kecilnya tax avoidance
mempengaruhi manajemen untuk melakukan praktik earning management.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana
(2011) yang menyatakan bahwa terdapat motivasi pajak dalam praktik earning
management. Shiwei Wang dan Siyu Chen (2012) menyatakan analisis yang
berkaitan dengan earning management dan tax avoidance, ada yang signifikan
korelasi positif di antara kedua variabel ini, yang menunjukkan motivasi tax
avoidance yang berpengaruh signifikan terhadap praktik earning management.
Sedangkan bila perusahaan sudah memiliki kinerja bisnis yang baik, tax expense
akan relatif menurunkan, melemahkan motivasi tax avoidance di manajemen laba.
Namun, untuk didukung negara perusahaan yang bebas dari batasan seperti risiko
tax avoidance, mereka menerima profit dari tax menghindari terus-menerus dan
dengan demikian bisnis mereka kinerja memiliki pengaruh yang kecil terhadap
motivasi earning management.
Manajemen dengan sengaja melakukan tax avoidance dengan cara
meningkatkan beban melalui penggunaan metode dan kebijakan akuntansi tertentu
sehingga laba lebih kecil. Hasil penelitian ini justru betolak belakang dengan
beberapa penelitian sebelumnya, Husain (2017) dan Antonius Riky (2019) yang
menunjukkan bahwa tax avoidance tidak berpengaruh terhadap earning
management.
4.3.3. Pengaruh Deferred Tax Expenses dan Tax Avoidance terhadap Earning
Management
Dari hasil penelitian ini sudah diolah dan didapati nilai F hitung dalam
penelitian ini adalah 2,571, dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,002.
Berdasarkan ketentuan uji F dimana nilai probabilitas (p ≤ 0,05) dan nilai F hitung
lebih besar dari F tabel (5,012 > 2,034) artinya penelitian ini menerima hipotesis
bahwa secara bersama-sama (simultan) bahwa deferred tax expense dan tax
avoidance berpengaruh terhadap manajemen laba (earning management) pada
perusahaan kontruksi bangunan selama periode 2016-2020.
Beban (manfaat) pajak tangguhan akan terjadi sebagai konsekuensi dari
kebijaksanaan manajemen yang besar ini. Dengan demikian semakin besar nilainya
deferred tax expense akan meningkatkan kemungkinan perusahaan melakukan
praktik earning management. Manajer yang melakukannya tax avoidance dengan
tujuan untuk mengurangi beban pajak terhutang yang harus dibayar dengan tepat
meningkatkan implementasi manajemen keuntungan. Manajer yang meningkatkan
akuntansi pendapatan dengan manajemen keuntungan juga memiliki beban hutang
pajak akan meningkat.
5. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Deferred tax expense berpengaruh positif terhadap earning management. Hal ini
menunjukan bahwa besar atau kecilnya beban pajak tangguhan (deferred tax expense)
mempengaruhi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba.
2. Tax avoidance berpengaruh terhadap earning management. Hal ini menujukkan bahwa
tinggi atau rendahnya tingkat tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan berpengaruh dalam praktik earning management.
3. Deferred tax expense dan tax avoidance berpengaruh signifikan terhadap earning
management. Dalam analisis yang berkaitan dengan deferred tax expense dan tax
avoidance, ada yang signifikan korelasi positif di antara kedua variabel tersebut, yang
menunjukkan motivasi yang signifikan dalam laba pengelolaan (earning management).
Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian, para investor disarankan untuk lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan.
2. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan dapat mengetahui tentang deferred tax
expense dan tax avoidance terhadap earning management.
3. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti selanjutnya disarankan dapat memastikan tentang
kelengkapan data yang akan digunakan dalam penelitian sehingga tidak mengalami
kendala saat melakukan penelitian
Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah penggunaan data yang sangat sedikit karena
banyaknya kriteria yang dibuat

Referensi
Antonius, Riky, dan Lambok DR Tampubolon. 2019. “Analisis Penghindaran Pajak Beban
Pajak Tangguhan dan Koneksi Politik Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi
Keuangan dan Manajemen. Vol. 1. No. 1. pp. 39-52.
Dyreng, Scott D. Hanlon Michelle dan Maydew Edward L. 2010. “The Effect of Executives
on Corporate Tax Avoidance”. The Accounting Review. Vol. 85. No.4. pp. 1163-1189.
Lutfi M. Baradja, et.al. 2017. “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak Dan
Aktiva Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi Trisakti. Vol.
4. No. 2. pp. 191-206.
Eldiani, Chitra. (2019). Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak Terhadap
Manajemen Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2017). Skripsi. Program Studi Akuntansi Universitas
Widyatama. Bandung.
Fitriany, Lucy Citra. 2016. “Pengaruh Asset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan Dan
Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba”. JOM Vekon. Vol. 3. No. 1. pp. 1150-
1163.
Hanlon & Heitzmen. 2010. “A review of tax research Citation Accessed Citable Link
Detailed Terms A Review of Tax Research”. Journal of Publik Economics, Vol. 50.
No. (2-3). pp. 127–178
Healy, P. M., & Wahlen, J. M. 1999. “A review of the earnings management literature and its
implications for standard setting”. Accounting Horizons. Vol. 13. No. 4. pp. 365-383.
Husain. 2017. “Pengaruh Tax Avoidance dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba”.
Jurnal Online Insan Akuntan. Vol. 2. No.1, pp. 137-156.
Junery, Vincent. 2016. “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan, Beban Pajak Kini, dan
Kompensasi Manajemen terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Bank dan
Lembaga Keuangan yang Terdaftar di BEI 2010-2013)”. JOM Fekon. Vol. 3. No.1. pp.
353-364.
Kasipillai, Jeyapalan & Mahenthiran, Sakthi. 2013. "Deferred taxes, earnings management,
and corporate governance: Malaysian evidence”. Journal of Contemporary Accounting
and Economics. Vol. 9. No. 1. Pp. 1-18.
Larastomo, J., Perdana, H. D., Triatmoko, H., & Arief, E. 2016. “Pengaruh tata kelola
perusahaan dan penghindaran pajak terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 6 No. 1. pp. 63-74.
Mayangsari, Sekar. 2001. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan
perusahaan: Pengujian pecking order hypothesis”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan
Informasi. Vol. 1. No. 3. pp. 1-26.
Negara, A.A. Gede Raka Plasa; Suputra, I.D.G. Dharma. 2017. “Pengaruh Perencanaan Pajak
dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba”. E-Jurnal Akuntansi. Vol. 20.
No. 3. pp. 2045-2072.
Naufal, dan Sudradjat. 2020. “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Dan Perencanaan Pajak
Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018”. Indonesian Accounting Literacy Journal.
Vol. 1. No. 1, pp. 76-85.
Rahman, M. Md. et.al. 2013. “Techniques, Motives and Controls of Earnings
Management”. International Journal of Information Technology and Business
Management. Vol. 11 No. 1. pp. 22-34.
Prakosa, K.B. 2014. “Pengaruh Profitabilitas Kepemilikan Keluarga dan
Corporategovernance Terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia”. Simposium
Nasional Akuntansi XVII Mataram. September 24-27.
Phillips, John, Pincus, Morton and Rego, Sonja Olhof. 2003. “Earnings management: new
evidence based on defferred tax expense”. The Accounting Review. Vol. 27. pp. 491-
521.
Sandi, Ferry. 2020. “Tak Hanya Surat Utang, Erick Soroti Modus BUMN Permak Lapkeu.
CNBC Indonesia”. Available Online:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200113083854-17-129456/tak-hanya-surat-
utang-erick-soroti-modus-bumn-permak-lapkeu. (Diakses pada 03 Juni 2021).
Sari, K. 2017. “Skandal Keuangan Perusahaan Toshiba”. Available Online:
https://www.integrity-indonesia.com/id/blog/2017/09/14/skandal-keuangan-perusahaan
toshiba. (Diakses pada 15 Mei 2021).
Sari, Riska Nirwanan, Arief T, & Patar Simamora. 2019. “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan,
Perencanaan Pajak Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2017”. Jurnal.
Bogor. Universitas Pakuan.
Scott, W. R. 2015. Financial accounting theory (7th ed.). USA. Prentice-Hall.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Alfabeta, Bandung.
Sukmana, Yoga. 2020. “RI Diperkirakan Rugi Rp 68,7 Triliun Akibat Penghindaran Pajak”.
Available Online: https://money.kompas.com/read/2020/11/23/183000126/ri-
diperkirakan-rugi-rp-68-triliun- akibat-penghindaran-pajak. (Diakses pada 03 Juni
2021).
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. Grasindo. Jakarta.
Swingly, C., & Sukartha, I. M. 2015. “Pengaruh karakter eksekutif, komite audit, dan ukuran
perusahaan, leverage dan sales growth pada tax avoidance”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol. 10. No. 1. pp. 47-62. Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/9863. Date accessed: 06 june
2021.
Waluyo. 2017. Akuntansi Pajak. Edisi Keenam. Cetakan Kedua. Selemba Empat. Jakarta.
Wang, S.W. & Chen, S.Y. 2012. “The Motivation for Tax Avoidance in Earnings
Management”. International Conference on Engineering and Business Management.
pp. 447-450. Melalui file.scirp.org/pdf/EBM2012_2013042216154683. (Diakses 06
Juni 2021).
www.idx.co.id
www.idnfinancials.com
Yolina, Merlin. 2018. Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap
Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Food And Beverage
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016). Skirpsi. Program Studi
Akuntansi Univesitas Pasundan. Bandung.
Yuliana, Chandra. 2011. Pengaruh Leverage, Pergantian CEO dan Motivasi Pajak terhadap
Manajemen Laba. JRAK. Vo. 7. No. 1. pp. 19-29.
Zulfa. 2019. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Medan.

You might also like