Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The study aims to enhance the understanding of organizational political behavior through sources of power.
The research subjects were 138 sub-district office staff and village offices. Organizational political behavior
and sources of power are measured by questionnaires scaled. The data of research variables were analyzed
by multiple regression analysis. The results of the analysis show: (1) F = 9,841, R = 0,478, R2 = 0,228, and p
= 0,000 (p <0,01), legitimate power, reward power, expert power and referent power simultaneously have
positive and highly significant effect on organizational political behavior with 22.8% contribution; (2)
Regression coefficient of legitimate power = - 0,036 and p = 0,994 (p> 0,05), indicating legitimate power
has no effect on organizational political behavior; (3) The regression coefficient of reward power = 0,983
and p = 0,000 (p <0,01) show the reward power very significantly have positive effect on the political
behavior of the organization; (4) Regression coefficient of expert power = 1,331 and p = 0.016 (p <0.05)
indicates that expert power significantly affects positively on organizational political behavior, and (5)
Regression coefficient of referent power = - 0.128 and p = 0.697 (p> 0.05) indicates that referent power has
no effect on the organization's political behavior. Research is discussed in the context of organizational
behavior.
1
2
power sebagai representasi kekuasaan posisional, serta expert power dan referent
power sebagai representasi kekuasaan personal menjadi perebutan antara aktor
sekaligus menentukan pilihan taktik dan strategi politik mempengaruhi. Dinamika
hubungan kerja tersebut terobservasi pada isi butir-butir dalam skala persepsi
politik (Ferris & Kacmar, 1992). Butir-butir dalam dimensi perilaku atasan dan
dimensi praktik dan kebijakan organisasi secara implisit maupun eksplisit
memperlihatkan bagaimana atasan menggunakan mekanisme kekuasaan
posisional dan kekuasaan personal dalam mempengaruhi bawahan, serta pada
butir-butir dalam dimensi perilaku rekan dan klik memperlihatkan bagaimana
mekanisme politik mikro perebutan kekuasaan antar rekan dan klik untuk
memperoleh akses pada dimensi praktik dan kebijakan organisasi. Konsisten
dengan itu adalah pada isi butir-butir dalam skala perilaku politik (Wayne &
Ferris, 1990). Taktik yang berfokus pada jabatan, atasan, dan taktik yang berfokus
pada diri sendiri menunjukkan bagaimana individu mempengaruhi atasan untuk
memperoleh akses pada sumber-sumber kekuasaan.
Berdasarkan latar urian di atas, permasalahan yang akan dijawab melalui
penelitian adalah bagaimana Legitimate power, reward power, expert power, dan
referent power secara simultan berpengaruh pada politik organisasi?., tujuan
penelitian adalah untuk mengkaji pengaruh simultan legitimate power, reward
power, expert power, dan referent power pada politik organisasi.
Kajian Teori
Politik Organisasi
Politik organisasi adalah cara individu dalam berfikir, bersikap, berperilaku,
dan pilihan bahasa yang berliku-liku dan penuh intrik kepentingan diri sendiri.
Kepentingan pribadi yang secara tersamar berhubungan dengan kekuasaan dan
pengaruh dalam latar organisasional, baik untuk tujuan jangka pendek, jangka
menengah, maupun kepentingan jangka panjang, tujuan yang bersifat konkrit
maupun tujuan yang bersifat abstrak yang tidak disetujui tetapi secara
organisasional juga tidak dilarang.
Taktik politik yang digunakan dalam penelitian ini adalah taktik yang
berdimensi internal–lateral–vertikal–disfungsional. Politik organisasi di tingkat
persepsi relevansinya ada pada dimensi persepsi politik organisasi yang
dikemukakan oleh Ferris dan Kacmar (1992) yaitu dimensi perilaku atasan
(vertikal) dimensi perilaku rekan dan klik (lateral) dan dimensi praktik dan
kebijakan organisasi (disfungsional). Politik organisasi di tingkat perilaku
relevansinya ada pada taktik politik mempengaruhi dengan menggunakan
manajemen kesan (Wayne & Ferris, 1990) terdiri dari dimensi taktik yang
berfokus pada atasan (vertikal) taktik yang berfokus pada jabatan (vertikal-lateral)
dan taktik yang berfokus pada diri sendiri (disfungsional). Dimensi-dimensi
persepsi politik perilaku politik organisasi semuanya berada dalam dimensi
internal dalam terma self-interest.
Sumber-sumber Kekuasaan
Pengertian kekuasaan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai tinggi-
rendahnya kemampuan dan usaha mempengaruhi, besar-kecil dan luas-sempitnya
pengaruh seorang aktor atau kelompok agar aktor atau kelompok lain menentukan
pilihan dan berperilaku sesuai dengan pola-pola yang dinginkan, serta mencegah
4
pola-pola pengubahan sikap, dan perilaku yang dapat dilakukan oleh kelompok
lain tersebut.
Dalam penelitian yang dimaksud sumber-sumber kekuasaan adalah atribut
pengaruh dan kekuasaan sosial, organisasional, dan individual yang melekat
dalam kewenangan dan muncul sebagai konsekwensi atas legitimasi (legitimate
power) referensi (referent power) hak memaksa (coercive power) dan keahlian
(expert power) yang dimiliki seseorang. Clegg (dalam Fincam, 1992),Rourke
(dalam Wilson, 1999), Gleen (1975), Kudisch (1995), Bass (dalam Yukl & Falbe,
1991) dan (Atwater & Yammarino, 1996).
Metode Penelitian
Tujuan penelitian adalah menguji bagaimanakah dinamika naik turunnya
politik organisasi (variabel dependen) dalam latar organisasi birokrasi yang dinilai
politis (variabel independen). Penelitian merupakan penelitian penjelasan
(Explanatory Research), menggunakan rancangan survey penelitian korelasional.
Kerangka konseptual mendasari pengajuan hipotesis. Instrumen pengukuran
diberikan kepada sampel untuk memperoleh data variabel penelitian. Data
penelitian dianalisis dengan Analisis Regresi Ganda untuk menguji hipotesis.
Penelitian dilaksanakan di Kantor Kecamatan Sumobito dan Kantor Desa di
Kecamatan Sumobito Kabuaten Jombang dengan. Populasi penelitian adalah
seluruh staf pegawai di lingkungan Kantor Kecamatan Sumobito dan seluruh
perangkat desa di Kecamatan Sumobito tahun 2020., dengan menggunakan
teknik Total Sampling berjumlah 138 orang. Dengan variabel peneltian Variabel
Tergantug (Variabel Endogen) yaitu Perilaku politik organisasi (Y) dan Variabel
Bebas (Variabel Eksogen) yaitu Legitimate power (X1), Reward power (X2),
Expert power (X3) dan Referent power (X4).
Data-data yang terkumpul dalam penelitian diperoleh dari kuesioner
sumber-sumber kekuasaan dan kuesioner perilaku politik. Kuesioner
menggunakan skala tipe Likert dan penentuan isi respon disesuaikan dengan isi
butir. Data variabel penelitian dikumpulkan dengan teknik survey. Peneliti
mengumpulkan melalui kuesioner. data penelitian dilakukan pengujian validitas
butir. Metode analisis data yang digunakan dalam uji hipotesis adalah Multiple
Regression Analyses.
Hasil Penelitian
hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian diterima dan hasil uji
validitas dan reliabilitas diterima.
Uji Hipotesis
Pengaruh simultan Legitimate Power, Reward Power, Expert Power, dan
Referent Power pada Perilaku Politik Organisasi. Koefisien determinasi (R2) =
0,228, menunjukkan 22,8% proporsi variasi dalam perilaku politik organisasi
dapat dijelaskan melalui Legitimate Power, Reward Power, Expert Power, dan
Referent Power. Sisanya (100% – 22,8%) = 77,2% dijelaskan faktor lain. Nilai R
= 0,478 dan F = 9,841 dan p = 0,000 (p < 0,01) menunjukkan Legitimate Power,
Reward Power, Expert Power, dan Referent Power secara simultan berpengaruh
positif pada perilaku politik organisasi. Hipoteisis Legitimate power, reward
power, expert power, dan referent power secara simultan berpengaruh pada politik
organisasi, diterima. Akan tetapi pada uji Parsial Pengaruh Legitimate Power pada
Perilaku Politik Organisasi βX1Y = – 0,036 dan p = 0,994 (p > 0,05) menunjukkan
tidak ada pengaruh Legitimate Power pada Perilaku Politik Organisasi. Hasil
analisis menjelaskan tinggi rendahnya perilaku politik organisasi tidak dapat
diprediksi dari tinggi rendahnya Legitimate Power. Hal ini berarti Legitimate
Power tidak menimbulkan perilaku politik organisasi. Pengaruh Reward Power
pada Perilaku Politik Organisasi βX2Y = 0,983 dan p = 0,000 (p < 0,01)
menunjukkan Reward Power secara sangat signifikan berpengaruh positif pada
Perilaku Politik Organisasi. Reward power secara parsial berpengaruh positif pada
politik organisasi, diterima. Hasil analisis menjelaskan tinggi rendahnya perilaku
politik organisasi dapat diprediksi dari tinggi rendahnya Reward Power. Semakin
tinggi Reward Power, semakin tinggi perilaku politik organisasi. Sebaliknya,
semakin rendah Reward Power, maka semakin rendah perilaku politik organisasi.
Pengaruh Expert Power pada Perilaku Politik Organisasi βX3Y = 1,331 dan p =
0,016 (p < 0,05) menunjukkan Expert Power secara signifikan berpengaruh positif
pada perilaku politik organisasi. Expert power secara parsial berpengaruh negatif
pada politik organisasi, ditolak. Hasil analisis menjelaskan tinggi rendahnya
perilaku politik organisasi dapat diprediksi dari tinggi rendahnya Expert Power.
Semakin tinggi Expert Power, maka akan semakin tinggi perilaku politik
organisasi. Hubungan Referent Power dengan Perilaku Politik Organisasi βX4Y =
– 0,128 dan p = 0,687 (p > 0,05) menunjukkan Referent Power tidak berpengaruh
pada perilaku politik organisasi. Referent power secara parsial berpengaruh
6
Pembahasan
Temuan penelitian menunjukkan sumber-sumber kekuasaan di
lingkungan kerja yang terdiri dari legitimate power, reward power, expert power,
dan referent power secara simultan berpengaruh positif pada perilaku politik
organisasi. Dinamika pengaruh positif tersebut dapat diteropong dari dimensi
sumber-sumber kekuasaan yang juga berfungsi sebagai taktik dan strategi politik
organisasi. Hal ini karena kekuasaan itu sendiri dapat memfasilitasi taktik dan
strategi mempengaruhi (Kotter, 1999). McClelland (dalam Wilson, 1995)
menyatakan secara fundamental satu cara pimpinan menggunakan kekuasaan
adalah melalui dominasi, penaklukan atau penundukan, dan memperlemah
bawahan. Pimpinan membunuh semangat, inisiatip, dan kreativitas bawahan. Yukl
(1981) menyatakan sepanjang organisasi menggunakan cara-cara kepemimpinan
seperti itu, akan mengurangi inisiatip dan kreativitas dalam menghadapi masalah-
masalah baru. Jika bawahan mulai merasa bosan dengan kertergantungan dan
mulai marah dan benci karena kurangnya otonomi, bawahan akan memberontak
pada atasan.
Yukl dan Falbe (1990) lebih lanjut menemukan individu menggunakan
taktik yang berbeda dalam usaha mempengaruhi ke atas, ke bawah, dan
menyamping sesuai dengan tujuan perilakunya. Pilihan taktik mempengaruhi ke
atas, utamanya ditentukan oleh karakteristik kepemimpinan, taktik mempengaruhi
kesamping dan kebawah utamanya dipengaruhi konteks. Temuan penelitian Yukl
dan Falbe (1991) menunjukkan manajer yang lebih berkuasa dibanding bawahan
dan rekan menggunakan reward power dalam hubungan kebawah. Legitimate
power dan expert power adalah pilihan utama rekan dan atasan dalam hubungan
kebawah dan menyamping. Temuan penelitian Yukl, dkk., (1996) juga
menunjukkan taktik mempengaruhi dan kekuasaan agen masing-masing
berpengaruh terhadap hasil-hasil yang didapatkan dari perilaku mempengaruhi.
Agen yang memiliki referent power yang kuat akan menggunakan taktik politik
seperti konsultasi, taktik inspirasional, dan membentuk persuasi rasional, serta
tidak menggunakan taktik tekanan.
Temuan penelitian Stahelski dan Paynton (1995) menunjukkan agen
yang berada pada posisi rendah menggunakan taktik mempengaruhi, dan agen
yang berada pada posisi atas dalam struktur organisasi akan menggunakan
sumber-sumber kekuasaan karena pengaruh sosial dan kekuasaan sosial adalah
strategi yang berbeda. Pilihan strategi mempengaruhi agen utamanya didasarkan
atas evaluasinya terhadap parameter hubungan agen-target. Termasuk didalamnya
adalah status kekuasaan relatip setiap individu. Status mempengaruhi perilaku
agen dan target dapat berbeda pada posisi status tinggi-rendah. Pilihan strategi
mempengaruhi secara parsial ditentukan oleh karakteristik status hubungan agen-
target. Walaupun interaksi agen-target dapat terjadi pada status yang sama, peran
yang menonjol dapat dilihat ketika status agen-target tidak sama.
Temuan penelitian memperlihatkan legitimate power tidak berpengaruh
pada perilaku politik organisasi. Temuan penelitian tidak konsisten dengan
7
Johnson (1998) menyatakan kekuasaan atasan akan menjadi tinggi ketika terdapat
dukungan dari atasan yang lebih tinggi dan kekuasaan atasan akan menjadi tinggi
ketika kewenangannya tinggi.
Analisis tersebut konsisten dengan pernyataan Pfeffer (dalam Wilson,
1995) kekuasaan organisasional merupakan fungsi struktur. Kekuasaan melekat
pada posisi struktural yang memberikan akses pada orang-orang, informasi, dan
sumber-sumber finansial (budget). Kekuasaan berada dalam area kekuasaan
dengan cara memperkuat eksistensi struktur organisasi.
Birokrasi pemerintah (publik) memiliki latar yang unik pada studi
kekuasaan dan politik organisasi. Para pekerja di sektor publik memberikan
kesempatan kepada manajer atau ekskutip untuk terlibat dalam implementasi
kebijakan publik. Kebijakan dan program-program publik didorong oleh
perjuangan kekuasaan dan politik. Manajer sebagai seorang pelaksana suatu
kebijakan mau tidak mau harus melibatkan diri dalam aktivitas politik karena
implementasi dan proses-proses manajerial itu sendiri melibatkan aktivitas politik
dan perjuangan kekuasaan. Manajemen yang melibatkan implementasi kebijakan
itu sendiri juga merupakan aktivitas politik (Wilson, 1995).
Green dan Liden (1980) menyatakan penyelia berkeyakinan sebab-sebab
buruknya kinerja bawahan dipengaruhi oleh fokus dan intensifnya tindakan yang
diambil penyelia dan digunakan untuk mengontrol impelementasi kebijakan.
Kontrol kebijakan sangat berpengaruh dan cenderung berhubungan dengan
atribusi dalam membentuk tindakan penyelia. Penyelia dan bawahan lebih
terpuaskan dengan tindakan yang diambil dalam kondisi, dimana terdapat alasan
bahwa masalah kinerja yang sedang dialami bersumber dari faktor-faktor yang
ada luar kekuasaan bawahan. Temuan penelitian tersebut dapat diinterpretasi
bahwa kualitas hubungan pengawasan implementasi kebijakan dengan dasar
reward power berpengaruh buruk pada penilaian bawahan terhadap penyelia.
Oleh karenanya, bawahan merasa tidak puas dengan kualitas hubungan
pengawasan, dan perilaku penyelia dipersepsi politis.
Bawahan merespon situasi tersebut dengan cara berperilaku politik
mempengaruhi yang berfokus pada penyelia, berfokus pada jabatan, dan berfokus
pada diri sendiri (Wayne & Ferris, 1990). Proses tersebut terus berlanjut karena
menurut Harrell-Cook, dkk., (1999) perilaku politik dapat digunakan sebagai
bentuk kontrol atau sebagai mekanisme dalam menghadapi tingginya politik di
lingkungan organisasi yang dirasa individu tidak menyenangkan.
Konsisten dengan analisis di atas, pada atmosfer organisasi yang lebih
tinggi, Stone (dalam Wilson, 1995) menyatakan proses implementasi adalah
sebuah proses politik. Implementasi adalah aktivitas konkrit sebagai kelanjutan
dari sebuah latar tujuan implementasi tujuan sebelumnya. Implementasi sebagai
proses yang berkelanjutan dari spesifikasi dan penilaian kembali, proses
implementasi tersebut tidak dapat dielakkan akan menghasilkan modifikasi tujuan
dan menjadi sebuah proses politik. Proses implementasi adalah bagian yang
signifikan dari proses pengambilan keputusan, dalam perannya sebagai
implementator, maka karier ekskutip menjadi "instrument" proses politik. Sebagai
instrumen, anggota ekskutip terjerat atau terperangkap dalam sebuah jaringan
(sebuah politik memperebutkan "kursi panas") yang meliputi banyak konflik dan
persaingan tujuan, nilai, dan tuntutan. Antara tujuan-tujuan tersebut dan proses
implementasi yang sebenarnya terpusat pada kekuasaan, misalnya pemilihan
9
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah sumber-
sumber kekuasaan yang terdiri dari legitimate power, reward power, expert
power, dan referent power secara simultan berpengaruh positif pada perilaku
politik organisasi, karena tidak mendorong aktivitas politik di lingkungan kerja.
Reward power berpengaruh positif pada perilaku politik organisasi,
karena semakin tinggi Reward power merupakan kekuasaan
posisional/organisasional. Aktivitas politik pegawai dalam organisasi dapat
diprediksi untuk mempertahankan dan meningkatkan akses terhadap kekuasaan
posisional.
Expert power bepengaruh positif pada perilaku politik organisasi, karena
kekuasaan yang menginspirasi bawahan untuk berinisiasi, berinisiatif,
bereksplorasi dan bereksperimentasi dalam mengembangkan taktik politik
mempengaruhi.
Referent power tidak berpengaruh pada persepsi politik. Pegawai yang
memiliki kekuatan kepribadian sebagai sumber kekuasaannya dan mampu
berperan serta menampilkan diri sebagai sumber acuan dalam organisasi, tidak
mengembangkan perilaku dan taktik politik mempengaruhi dalam karir kerjanya.
Saran
Pengambilan sampel penelitian dari berbagai organisasi diperlukan agar
diperoleh generalisasi hasil penelitian yang tinggi. Penelitian lanjutan akan sangat
baik bila dilakukan pada tipe struktur organisasi yang berbeda-beda ditinjau dari
struktur organisasi dan ukuran organisasi, jenis organisasi pemerintah, bisnis, dan
pelayanan.
Penelitian lanjutan disarankan untuk menaruh perhatian pada isu-isu dan
implikasi politik dan peran manajemen personalia/sumber daya manusia, serta
pada bidang pengambilan keputusan penting yang lain. Misalnya, diantara sistem
nilai manusia yang menguasasi cara hidup individu, sistem nilai yang mana
diperlukan dan cocok bagi karakteristik tipe-tipe struktur organisasi yang berbeda-
beda ditinjau dari elemen-elemen struktural dan elemen-elemen situasional.
Misalnya; konfigurasi struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi profesional,
bentuk divisional, atau tipe adhokrasi.
11
DAFTAR PUSTAKA