You are on page 1of 6

JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

Pentingnya Perencanaan dalam Program Imunisasi di


Dinas Kesehatan Kota Surabaya
The Importance of Planning in Immunization Program at City Health Department of
Surabaya
Karlina Okta Viani
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Brebes
E-mail: karlinaokta93@gmail.com

ABSTRACT

Plannig of the health program in district level has been more dominated by top-down process. The targets
specified from top level are ususally based on national projections and incompatible with the real situation in this
area. The goal of this research is to analyse annual health planning in Immunization program Dinas Kesehatan
Kota Surabaya. The research is a descriptive study with qualitative data. Data collected with in-depth interview to
person in charge of program and document observation in City Health Department of Surabaya. The result of this
research are: (1) Technical planning such as amount of target person of immunization, amount of logistic and
vaccine needs, financial planning has been done, but the administrative implementation has not been fully done
showed by some documents which actually do not exist. (2) Non-technical planning that is based on the problems
of last year have not been implemented. (3) POA (Plan of Action) has never been made in immunization program,
so it is necessary to form POA raw format and guidelines for the preparation of planning. (4) Steps in planning
has not conform the rules justified. (5) Annual Training is required for the planning in immunization program for
each person in charge.

Keywords: district health department, immunization program, planning

ABSTRAK

Perencanaan program kesehatan di tingkat kabupaten telah lebih didominasi oleh proses top-down. Target yang
ditentukan dari tingkat atas bersifat ususally berdasarkan proyeksi nasional dan tidak sesuai dengan situasi
sebenarnya di bidang ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perencanaan kesehatan tahunan
pada program imunisasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
data kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam kepada orang yang bertanggung jawab atas
pengamatan program dan dokumen di Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Hasil dari penelitian ini adalah: (1)
Perencanaan teknis seperti jumlah target orang imunisasi, jumlah kebutuhan logistik dan vaksin, perencanaan
keuangan telah dilakukan, namun pelaksanaan administrasi belum sepenuhnya dilakukan ditunjukkan oleh
beberapa dokumen yang benar-benar dilakukan. tidak ada. (2) Perencanaan non teknis yang didasarkan pada
masalah tahun lalu belum dilaksanakan. (3) POA (Plan of Action) tidak pernah dilakukan dalam program
imunisasi, jadi perlu format dan pedoman baku POA untuk persiapan perencanaan. (4) Langkah dalam
perencanaan belum sesuai dengan peraturan yang dibenarkan. (5) Pelatihan Tahunan diperlukan untuk
perencanaan program imunisasi untuk setiap orang yang bertanggung jawab.

Kata Kunci: dinas kesehatan kota, perencanaan, program imunisasi

PENDAHULUAN Berdasarkan data surveilans Dinas


Kesehatan Kota Surabaya, pada tahun 2016 ada 1
Program imunisasi di Dinas Kesehatan Kota KLB campak dengan 13 kasus dimana semua
Surabaya tahun 2015 yang telah diupayakan penderitanya memiliki riwayat tidak diimunisasi.
selama ini menunjukkan hasil cakupan yang Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk
memuaskan yaitu Cakupan kelurahan Universal mengukur kinerja penyelenggaraan imunisasi wajib
Child Imunization (UCI) pada tahun 2015 sebesar sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan.
85,7 % dari 154 Kelurahan yang ada di Kota Perencanaan harus disusun secara berjenjang
Surabaya. mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan
Cakupan imunisasi harus dipertahankan pusat (bottom up). Perencanaan merupakan
tinggi dan merata di seluruh wilayah. Hal ini kegiatan yang sangat penting sehingga harus
bertujuan untuk menghindari terjadinya daerah dilakukan secara benar oleh petugas yang
kantong yang akan mempermudah terjadinya profesional. Kekurangan dalam perencanaan akan
kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan
terjadinya penignkatan kasus penyakit yang program, tidak tercapainya target kegiatan, serta
berpotensi menimbulkan KLB, imunisasi perlu hilangnya kepercayaan masyarakat. Sebaliknya
didukung oleh upaya surveilans epidemiologi. kelebihan dalam perencanaan akan mengakibatkan

Pentingnya Perencanaan dalam... 105 Viani


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

pemborosan keuangan negara. (Kementerian HASIL DAN PEMBAHASAN


Kesehatan Republik Indonesia, 2013)
Perencanaan adalah proses untuk Jumlah Tenaga Tenaga pengelola program
mengantisipasi peristiwa di masa datang dan imunisasi di Dinas Kesehatan Kota Surabaya yaitu
menentukan staretgi (cara, tindakan adaptif) untuk hanya 2 orang sebagai pengelola program
mencapai tujuan organisasi di masa mendatang. imunisasi. Pengelolaan cold chain, vaksin dan
(Supriyanto dan Nyoman, 2007). Perencanaan di logistik imunisasi sudah dilimpahkan ke bagian
bidang kesehatan merupakan suatu proses untuk gudang farmasi, sehingga koordinasi antara
merumuskan masalah kesehatan yang berkembang pengelola program dengan pengelola gudang
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber farmasi menjadi lebih susah. Misalnya dalam
daya yang harus disediakan, menetapkan tujuan penentuan jumlah vaksin yang dibutuhkan dilakukan
yang paling penting dan menyusun langkah-langkah oleh pengelola program imunisasi. Menghitung
yang praktis untuk mencapai tujuan yang telah jumlah vaksin yang dibutuhkan harus melihat jumlah
ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika sasaran, jumlah pemberian, IP vaksin, dan sisa
sebelumnya dilakukan perumusan masalah stok. Kesulitan yang dialami ketika laporan IP
berdasarkan fakta (Yuko, 2014) vaksin dan sisa stok tidak tepat waktu atau tidak
Desentralisasi perencanaan kesehatan tersedia karena yang menentukan perhitungan IP
sebagai salah satu faktor esensial dalam proses vaksin adalah pengelola Gudang farmasi yang
merupakan yang kompleks dan membutuhkan berada di tempat yang berbeda dengan pengelola
kerjasama yang baik antara penentu kebijkan, program imunisasi. Pendidikan terakhir pengelola
perencana, tenaga administrasi dan masyarakat. program imunisasi yaitu Sarjana. Adapun
Oleh karena itu, dibutuhkan tekad yang kuat dan berdasarkan wawancara dengan informan, bahwa
kesiapan yang matang untuk menata dan pengelola program imunisasi di Dinas Kesehatan
memperkuat sistem perencanaan kesehatan dpad tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang
amasing-masing kabupaten/ kota. (Munif, 2012). perencanaan program imunisasi. Dinas Kesehatan
Perencanaan program adalah penjabaran dari Kota Surabaya juga tidak memiliki wasor imunisasi
renstra yang akan dilaksanakan oleh organisasi Surabaya karena wasor imunisasi yang lama sudah
berdasarkan program. Perencanaan program sering pensiun. Menurut Permenkes RI no. 42 tahun 2014
dibedakan atas perencanaan sekali pakai (single dikatakan bahwa untuk meningkatkan efektifitas
use) dan berkesinambungan atau diulang pada program, maka pada tingkat Kabupaten/ Kota dan
tahun-tahun berikutnya (standing use). Dalam Provinsi dianjurkan agar memiliki staf lain selain
penyusunanan program standing use harus disusun pengelola program yaitu wasor (wakil supervisor)
dengan melibatkan banyak aspek, sehingga yang bertugas melaksanakan pembinaan (supervisi
nantinya bisa digunakan sebagai acuan atau suportif, DQS, dan EVSM) ke level dibawahnya.
panduan atau standar program tahun berikutnya. Permenkes RI no. 42 tahun 2014
Perencanaan program kesehatan mengatakan bahwa Untuk terselenggaranya
kabupaten/ kota selama ini dirasakan lebih pelayanan imunisasi dan surveilans KIPI, maka
didominasi oleh proses top down. Target-target setiap jenjang administrasi dan unit pelayanan dari
yang ditentukan dari pusat biasanya berdasarkan Tingkat Pusat sampai Tingkat Puskesmas, harus
proyeksi nasional dan tidak sesuai dengan situasi memiliki jumlah dan jenis ketenagaan yang sesuai
riil di daerah. Ketidaksesuaian ini bukan saja dalam dengan standar, yaitu memenuhi persyaratan
hal penetapan target program, namun kadangkala kewenangan profesi dan mendapatkan pelatihan
juga dalam hal penentuan prioritas masalah. kompetensi. Syarat kewenangan profesi dan
(Syafrawati, 2006). Menurut Muninjaya (2004), pelatihan kompetensi seperti dalam pemberian
proses perencanaan yaitu terdiri dari menganalisis imunisasi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
situasi, mengidentifikasi dan memprioritaskan berwenang misalnya dokter, adapun bidan juga
masalah, menentukan tujuan program, mengkaji dapat melaksanakan pemberian imunisasi sesuai
hambatan dan kelemahan program, menyusun dengan ketentuan peraturan undang-undang.
rencana kerja operasional. Menurut PMK RI no. 42 tahun 2014 jumlah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu tenaga minimal yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan
bagaimana perencanaan program imunisasi di adalah terdiri dari 1 orang pengelola program
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Tujuan penelitian imunisasi dan surveilans KIPI, 1 orang pengelola
ini adalah mempelajari gambaran umum cold chain, dan 1 orang petugas pengelola vaksin.
perencanaan program imunisasi di Dinas Sedangkan di Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Kesehatan Kota Surabaya. terdapat 2 orang petugas pengelola program
imunisasi, petugas pengelola cold chain dan vaksin
METODE dikelola oleh pengelola Gudang farmasi.
Batas akhir pengumpulan data dari
Studi deskriptif dengan data kualitatif ini puskesmas tanggal 5 pada setiap bulannya. Akan
dilakukan di Seksi Wabah dan Bencana Dinas tetapi, beberapa bulan belakangan kepatuhan
Kesehatan Kota Surabaya pada bulan Agustus Rumah Sakit dalam melaporkan data imunisasi
sampai dengan September tahun 2016. Metode telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan
yang digunakan adalah wawancara mendalam tahun-tahun sebelumnya. Ketepatan pelaporan
kepada pemegang program imunisasi dan telaah masih dirasa kurang tepat waktu karena masih ada
dokumen. beberapa puskesmas dan Rumah Sakit yang
terlampat melaporkan dan ada yang harus diminta
laporannya.

Pentingnya Perencanaan dalam... 106 Viani


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

Analisis Situasi membawa vaccine carrier untuk menjaga kualitas


Menurut Informan, analisis situasi tidak vaksin.
pernah dilakukan oleh pengelola program, akan Sejauh ini dlam perencanaan kebutuhan
tetapi setelah diwawancara lebih lanjut didapatkan vaksin dan logistik imunisasi tidak pernah
bahwa informan melakukan pengumpulan data kekurangan. Mulai bulan Juli 2014, laporan
yang diperlukan seperti data proyeksi dari BPS penggunaan vaksin dan logistik sudah dilimpahkan
untuk menetukan sasaran, menghitung kebutuhan kepada pemegang gudang farmasi.
vaksin dan logistik, menganalisis pihak yang tidak
pernah melaporkan dari laporan yang diterima, dan Kegiatan Validasi Laporan PWS Imunisasi untuk
jumlah cakupan yang tidak memenuhi target dari Mengetahui Jumlah Kelurahan UCI
laporan PWS imunisasi setiap bulan. Target
puskesmas UCI yaitu jika 80% kelurahannya Laporan PWS imunisasi di analisis
mencapai target cakupan imunisasi 91,5%. berdasarkan target pencapaiannya, sehingga
Menurut informan analisis situasi rutin dilakukan diketahui capaian kegiatan imunisasi dasar yaitu
oleh puskemas melalui mini lokakarya. BCG, DPT, HB uniject, polio, campak, dan capaian
Analisis Situasi dalam program imunisasi UCI.
antara lain: Berdasarkan laporan validasi PWS
imunisasi, Jumlah keluarahan UCI dari Januari
Penentuan Jumlah Sasaran sampai Juli 2016 Kelurahan mencapai UCI
Menentukan jumlah sasaran didasarkan mencapai 48,33 % di Kota Surabaya. Suatu
pada data proyeksi dari BPS. Tabel 2 menunjukkan kelurahaan dinyatakan UCI jika cakupan imunisasi
sebagian proyeksi jumlah penduduk Kota Surabaya dasar lengkap sudah mencapai 91,5%. Dari hasil
tahun 2016. capaian kelurahan UCI dapat dilihat bahwa jumlah
ini belum mencapai target Kelurahan UCI yaitu
Tabel 2. Gambaran Jumlah Penduduk Kota 90%.
Surabaya menurut Proyeksi BPS Tahun
2016 Laporan Surveilans KLB
Berdasarkan laporan surveilans Agustus
Umur Proyeksi 2016 telah terjadi KLB campak sebanyak 13 kasus
Batita (0-2 tahun) 128.444 dengan riwayat tidak diimunisasi. Meskipun telah
Anak Usia Kelas 2 SD (8 tahun) 42.887 dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai
imunisasi dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Anak Usia Kelas 3 SD (9 tahun) 41.681
Kota, akan tetapi masyarakat tersebut tetap tidak
Anak Usia SD (7-12 tahun) 244.203
mau untuk diimunisasi dengan alasan kepercayaan.
WUS 15-49 Tahun 861.155 Walaupun cakupan imunisasi campak sudah tinggi
yaitu 93,75% pada tahun 2015, akan tetapi masih
Membuat penentuan sasaran dalam terjadi KLB campak di tahun 2016 dengan riwayat
imunisasi dirasa sulit karena jumlah sasaran tidak diimunisasi.
seringkali tidak pasti, ini disebabkan karena jumlah
bayi yang tidak sama jumlahnya antara daerah satu Laporan PD3I
dengan yang lain, mobilitas masyarakat yang tinggi, Di kota Surabaya pada tahun 2015 terdapat
dan data bersifat proyeksi. Adapula data yang 27 kasus difteri yang dirawat di rumah sakit dan
menunjukkan menunjukkan nilai cakupan kegiatan tidak ada kasus yang meninggal. Dari 27 kasus
imunisasi lebih dari 100%, yang berarti jumlah bayi tersebut dilakukan pelacakan status imunisasi
di daerah tersebut kemungkinan lebih banyak mereka untuk mengetahui apakah mereka telah
jumlahnya daripada data proeksi. mendapat imunisasi terhadap Difteri. Status
imunisasi penderita Difteri sebagian besar sudah
Penentuan Jumlah Kebutuhan Vaksin dan diimunisasi (85%).
Logistik
Target Capaian Kegiatan Imunisasi
Perencanaan kebutuhan vaksin dihitung per
antigen dari kegiatan rutin bayi dan BIAS (Bulan Pembandingan target dengan pencapaian
Imunisasi Anak Sekolah). Penghitungan vaksin masing-masing kegiatan merupakan salah satu
didasarkan pada penghitungan kebutuhan dalam 1 analisis situasi dimana pengelola program dapat
tahun ditambahkan dengan buffer stock 25%. mengetahui hasil kegiatannya. Tabel 3
Dalam perencanaan kebutuhan vaksin dan logistik menunjukkan contoh target dan capaian kegiatan
didasarkan pada jumlah sasaran yang ada, dan Imunisasi.
petunjuk yang ada yaitu Peraturan Menteri Menurut informan dalam pelaksanaan
Kesehatan nomor 42 tahun 2013 tentang perencanaan program imunisasi Dinas Kesehatan
Penyelenggaraan Imunisasi. Kota tidak ada pedoman khusus. Dari hasil
Pengambilan vaksin ke Dinas Kesehatan wawancara tentang waktu dan jadwal perumusan
Provinsi Jawa Timur dilakukan oleh Gudang rencana tahunan ini peneliti tidak menemukan
Farmasi Kota Surabaya secara rutin setiap bulan waktu yang pasti kapan proses perencanaan
pada minggu pertama. Khusus untuk kegiatan BIAS dimulai. Salah seorang informan ada yang
Campak, DT, dan Td, pengambilan vaksin dilakukan mengatakan bahwa sebelum tahun baru dimuali,
2 kali dalam 1 bulan. Pengambilan vaksin dilakukan sudah membuat perencanaan, tetapi tidak dituliskan
oleh puskesmas ke Gudang Farmasi Kota Surabaya dalam dokumen yang lengkap.
pada minggu ke-2 dan ke-3 setiap bulannya dengan

Pentingnya Perencanaan dalam... 107 Viani


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

Analisis situasi hendaknya memanfaatkan Identfikasi masalah dilakukan berdasarkan


“evidence based” yang menghimpun data apa saja analisis situasi yaitu hasil-hasil penemuan dari data
yang dibutuhkan. Sebaiknya data meliputi keadaan yang ada dibandingkan dengan indicator atau target
umum dan lingkungan (geografis, pendidikan, yang harus dicapai. Masalah terjadi ketika tidak
pekerjaan, sosial, budaya), data derajat kesehatan tercapainya hasil kegiatan sesuai target
masyarakat (status kesehatan penduduk, kesehatan pencapaiannya. Penentuan masalah sudah
lingkungan, pemukiman) dan data upaya kesehatan dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Surabaya
(fasilitas dan pelayanan kesehatan). khususnya program Imunisasi. Penentuan Prioritas
Data yang diperoleh pengelola program masalah telah dilakukan, akan tetapi tidak sesuai
imunisasi didapatkan dari berbagai sumber, yaitu dengan teori. Prioritas masalag diambil langsung
rumah sakit, puskesmas, dan unit pelayanan dengan pertimbangan rendahnya cakupan,
kesehatan lainnya. Indikator yang digunakan tingginya kejadian PD3I, dan kasus yang
informan dalam menemukan masalah adalah target meresahkan masyarakat.
cakupan. Menetukan prioritas masalah dapat
digunakan metode-metode tertentu seperti metode
Tabel 2. Target dan Capaian Kinerja Program matematik dengan kriteria penilaian magnitude
Imunisasi Tahun 2015 (luasnya masalah), severity (beratnya kerugian
yang ditimbulkan), vulnerability (tersedianya
No Kegiatan Target Pencapaian teknologi atau obat untuk mengatasi maslah
1 Imunisasi BCG 90 % 91,3 % tersebut), community and political concern
2 Imunisasi Polio I 90 % 91,8 % (kepedulian masyarakat dan keberpihakan politik
3 Imunisasi DPT- 90 % 92,5 % serta affordability (keterjangkauan). Atau bisa juga
HB1 dengan menggunakan metode Delbeque dan Delphi
4 Imunisasi Polio 2 90 % 92,5 % dimana prioritas masalah ditentukan oleh panel
5 Imunisasi DPT- 90 % 91.1 % expert. Metode Estimasi beban kerugian digunakan
HB2 dengan cara menghitung waktu produktif yang
6 Imunisasi Polio 3 90 % 90.8 % hilang (DALY).
7 Imunisasi DPT 90 % 90.9 %
HB3 Menentukan Tujuan dan Alternatif Solusi
8 Imunisasi Polio 4 90 % 90.5 % Berdasarkan wawancara dengan informan
dan telaah dokumen, tujuan program yang ingin
9 Imunisasi 90 % 92.8 %
dicapai adalah: (1) Meningkatkan cakupan
Campak
imunisasi yaitu sesuai target 91,5%, (2)
10 Imunisasi HB 90 % 84,9 %
Meningkatkan jumlah kelurahan UCI yaitu 100%
Uniject
(Target nasional), (3) Menurunkan jumlah PD3I, dan
11 UCI Kelurahan 90 % 85.7 % KLB dengan imunisasi, (4) Penyelenggaraan
12 Imundaskap 91 % 93.8 % Imunisasi terlaporkan dengan baik.
13 Bias Campak 95 % 88 % Menentukan tujuan program harus sesuai
14 Bias DT 95 % 89 % dengan keadaan di lapangan, seperti pada
15 Bias Td Kelas 2 95 % 92 % penelitian Nock Alberto Yoku tahun 2014, bahwa
16 Bias Td Kelas 3 95 % 97 % rencana kerja yang baik dan ingin mendapatkan
17 Booster - 81,1 % hasil yang baik memerlukan tujuan yang ingin
Pentavalen dicapai, dimana tujuan dibagi menjadi dua, yaitu
18 Booster Campak - 53,7 % tujuan umum dan tujuan khusus. Penentuan tujuan
pada puskesmas di Kabupaten Keerom mengikuti
tujuan Dinas Kesehatan Kabupaten Keerom.
Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah Penentuan ini sebagian besar melibatkan kepala
Berdasarkan wawancara dengan informan puskesmas. Dari tujuan yang telah ditentukan, pada
bahwa masalah yang ada dalam mengelola kenyataannya diperoleh masih ada yang kurang
program imunisasi yaitu: (1) Masih adanya realistis dengan kondisi yang ada di lapangan. Hal
kelurahan yang belum UCI, yaitu 51,67%, (2) Masih ini mungkin disebabkan tujuan yang dibuat belum
adanya laporan surveilans KLB campak dengan secara detail menjelaskan masalah yang terjadi di
riwayat penderita tidak diimunisasi, (3) Masih wilayah Kabupaten Keerom
adanya masyarakat yang tidak diimunisasi Adapun Alternatif solusi yang dapat
walaupun cakupan imunisasi campak 93,77%, (4) dilakukan yaitu: (1) Melakukan pertemuan validasi
Jumlah sasaran dari proyeksi BPS kadang tidak laporan imunisasi by name by address, (2)
sesuai untuk daerah-daerah tertentu dengan Pertemuan pembinaan kontak person imunisasi
mobilitas yang cukup tinggi, (5) Sulitnya pengelola bagi Rumah Sakit, (3) Melakukan evaluasi laporan
program dalam koordinasi dengan pengelola logistik imunisasi, (4) Melakukan kerjasama lintas program
(gudang farmasi), (6) Beban kerja yang cukup tinggi dan lintas sektor dalam peningkatan cakupan
pada pengelola program imunisasi di Dinas Imunisasi, (5) Berkoordinasi dengan sektor lain
Kesehatan karena hanya memiliki 2 orang tenaga terkait kepercayaan terhadap imunisasi seperti
serta tidak memiliki koordinator imunisasi. dengan Kantor Urusan Agama, (6) Melakukan
Prioritas Masalah dari program Imunisasi advokasi kepada pemegang kebijakan untuk
yaitu belum tercapainya kelurahan UCI di Kota menetapkan kebijakan terkait imunisasi.
Surabaya. Tujuan dari program imunisasi adalah untuk
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian

Pentingnya Perencanaan dalam... 108 Viani


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan SIMPULAN


Imunisasi (PD3I). Untuk mencapai tujuan tersebut
maka ditetapkan target cakupan imunisasi dari Perencanaan Tahunan Program Imunisasi
propinsi adalah 91,5%. Dalam kenyataannya masih di Dinas Kesehatan sudah dilakukan, akan tetapi
ada yang melebihi 100% dan ada yang sangat dalam pelaksanaan administrative perencanaanya
rendah, pencapaian yang seperti itu kemungkinan belum dilakukan sepenuhnya, tidak sesuai dengan
dikarenakan jumlah sasaran yang tidak tepat. langkah perencanaan dan tidak ada bukti dokumen.
Menurut peneliti tujuan yang hendak dicapai Masalah yang ada dalam perencanaan yaitu jumlah
dari masing-masing program sebaiknya ditetapkan sasaran dari proyeksi BPS terkadang tidak tepat
dengan melihat pencapaian tahun sebelumnya. Jadi Karena tingkat mobilitas penduduk yang tinggi, dan
sebelum target ditetapkan dilakukan evaluasi data BPS yang terlambat keluarnya. Meskipun
pencapaian tahun lalu. Analisis ini disebut juga demikian perhitungan kebutuhan logistik dan vaksin
analisis kecenderungan (trend analisis). Hal lain selalu dilakukan setiap bulan berdasarkan data
yang perlu diperhatikan dalam penentuan target yang ada yaitu dari sisa stok, jumlah sasaran dan
program adalah fenomena diminishing return, cakupan.
maksudnya apabila cakupan program sudah tinggi Perencanaan teknis yang meliputi
maka akan lebih sulit mencapai tujuan yang besar. perencanaan jumlah sasaran, jumlah logistik, dan
Oleh karena itu perencana perlu menetapkan target pendanaan sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
yang konservatif. Tujuan program sebaiknya Kota Surabaya. Akan tetapi perencanaan non teknis
dirumuskan secara spesifik dan kuantitatif, jelas yang berupa perencanaan berdasarkan masalah
waktu dan lokasi yang dituju serta dapat diukur. tahun lalu belum dilaksakanan oleh Dinas
Alternatif solusi seharusnya ditentukan Kesehatan Kota Surabaya. Padahal Tujuan umum
berdasarkan akar penyebab masalah, kemudian dari Program Imunisasi yaitu menurunkan kejadian
disesuaikan dengan kemampuan organisasi dalam Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
pelaksanaan solusi tersebut. Namun dalam Masih adanya masalah kejadian KLB atau kejadian
perencanaan program imunisasi di Dinas penyakit PD3I yang melebihi target dapat
Kesehatan Kota Surabaya tidka pernah menggambarkan perlunya kegiatan perencanaan
melaksanakan penentuan akar penyebab masalah. non teknis di Dinas Kesehatan.
Solusi dilakukan berdasarkan kemampuan Berdasarkan kesimpulan diatas kami
organisasi. menyarankan agar Dinas Kesehatan memberikan
pelatihan kepada calon pemegang program dan
memberikan Form yang baku untuk kelengkapan
Menyusun program administrasi perencanaan. Untuk meningkatkan
Penyusunan Program dilakukan efektifitas program, pada tingkat kabupaten/kota
berdasarkan alternatif solusi yang telah dirumuskan. dan provinsi selain pengelola program dianjurkan
Akan tetapi Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam agar memiliki staf lain yang mempunyai
menyusun program hanya berdasarkan Standar kemampuan untuk melaksanakan pembinaan
Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan. Adapun (supervisi suportif, DQS dan EVSM) ke level di
beberapa program yang pernah disusun bawahnya serta melakukan pelatihan perencanaan
berdasarkan masalah yang ada yaitu seperti program bagi pemegang program. Sebaiknya Dinas
pembinaan kontak person Rumah Sakit, Koordinasi Kesehatan Kota Surabaya juga melaksanakan
dengan Pihak Kantor urusan Agama dalam perencanaan non teknis agar masalah tahun
membentuk peranan tokoh agama dalam program sebelumnya dapat diselesaikan.
imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pembuatan POA
Menurut informan pembuatan PoA tidak Handayani, D.T.W. (2001). Analisis perencanaan
pernah dilakukan di Dinas Kesehatan khususnya kesehatan tahunan Dinas Kesehatan
program imunisasi. Pembuatan PoA rutin dilakukan Kabupaten Pontianak, Propinsi Kalimantan
oleh puskesmas apabila dana sudah diketahui Barat, tahun 1999/2000. Tesis. Universitas
jumlahnya. Indonesia
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) berisi Munif A, (2012) Penguatan Sistem Perencanaan
kegiatan/ aktivitas, sarana, dana, tenaga yang Kesehatan Kabupaten/Kota. Enfironmental
dibutuhkan, jadwal waktu, pembagian tugas dan Sanitation’s Journal.
tanggung jawab para pelaksana. Muninjaya, A., A. G. (2004). Manajemen Kesehatan.
Penyusunan RPK atau biasa disebut POA Jakarta: EGC
(Plan of Action) dapat disusun dengan baik setelah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Puskesmas mengetahui alokasi sumber dana ada. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Disusunnya POA pembangunan kesehatan yaitu Indonesia nomor 42 tahun 2013 tentang
mini lokakarya intern. Adapun mini lokakarya Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta
ekstern dihadiri oleh camat dam Dinas Sektoral Supriyanto, Stefanus dan Nyoman Anita Damayanti.
terkait yang dipimpin oleh Camat. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya:
Penyusunan POA yang merupakan bentuk Airlangga University Press
nyata perencanaan perlu dilakukan di tiap-tiap Syafrawati. 2006. Analisis Perencanaan Tahunan
tingkat pelayanan. Penyusunan PoA tidak hanya Kesehatan Sub Dinas Pencegahan Dan
dilakukan oleh tingkat Puskesmas tetapi juga tingkat Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Provinsi.

Pentingnya Perencanaan dalam... 109 Viani


JAKI Volume 5 Nomor 2 Juli-Desember 2017

Kota Depok Tahun 2002. Jurnal Kesehatan Pada Puskesmas di Kabupaten Keerom
Masyarakat, September 2006, I (1) Propinsi Papua. e-journal Pascasarjana
Yoku, Nick Alberto dkk. 2014. Proses Perencanaan Universitas Hasanuddin Makasaar
Program Upaya Kesehatan Wajib (Basic Six)

Pentingnya Perencanaan dalam... 110 Viani

You might also like