You are on page 1of 16

1

ANALISIS PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN


BAHASA INGGRIS KELAS V DI SDN BUBULAK 1

Asih Rosnaningsih1, Aldiansyah2,Cintana Shafa3 , DeaYoranda 4 , Elizabeth5 , Siti Nurhaliza 6.


Universitas Muhammadiyah Tangerang

asihrosna@gmail.com, aaldi6882@gmail.com, cintanashafasalsabila@gmail.com,


deaaoktaviani10@gmail.com, lizaja023@gmail.com, wattyyfernandes@gmail.com.

Abstrak

Objective of the research are to (1) determine the planning of English language learning
with audio visual media in SDN Bubulak 1. (2) determine the implementation of English
language learning with audio visual media in SDN Bubulak. (3) determine the evaluation
of English language learning with audio visual media in SDN Bubulak 1. (4) constraints
that faced and How to handle it in English language learning with audio visual media in
SDN Bubulak 1. This is qualitative research deskriptif qualitative research strategy.
Method of data collection used depth interview, participatory, observation and
documentation. Analysis of the data used the Interactive model. The results show that: (1)
planning of English learning with audio visual media Begins with preparing the syllabus
includes learning tools, lesson plans, LCD, laptop and material, which is conducted at The
Beginning of the semester. English teacher is sharing with other teacher, senior teacher
and fellow teacher in MGMPs of English language. (2) the implementation of English
learning with audio visual media di begins with reference to the syllabus lesson plan
prepare teaching material and learning software. Teacher directing student to determine
learning objective Set The lesson activity so that the material can be delivered. (3)
evaluation of learning outcomes held after completing 1SK/KD., bad performed by
individuals and groups the evaluation is in written and an oral test. The criteria of
successful student with KKM value of 7.2 point. (4) constraints that faced are learning
room is less dark so that the display on the screen is difficult to be observed. Teachers
difficulties in the manufacturing process so that the media helped more expert teachers.
The limitation ability of English teachers in preparing instructional materials, so it should
look in the internet media that is not necessarily in accordance with the wishes and have
spent long time.

1
2

Keyword: learning, audio visual media, English language

Pendahuluan

Secara umum pengertian pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan


manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak
paham menjadi paham dan sebagainya. Definisi pendidikan yang tercantum dalam
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I Pasal I
Ayat I mengemukakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah,
masyarakat dan keluarga, dan yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana
memberikan atau mendapat pendidikan dengan baik dan benar, agar manusia tidak
terjerumus dalam kehidupan yang negatif. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menjamin kelangsungan hidup negara, karena pendidikan merupakan sarana
untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Dengan
pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

Pendidikan yang berkualitas harus mampu mencapai tujuan pendidikan. Secara


normatif tujuan pendidikan di Indonesia diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas. Di dalam UU ini disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan dasar yaitu pendidikan yang kita emban selama sembilan tahun, enam
tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di sekolah menengah pertama. pendidikan di
Indonesia saat ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu
formal nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu
anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.

2
3

Pada abad ke-21, peserta didik dituntut untuk memiliki nilai-nilai karakter meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindak lanjut dalam melaksanakan nilai-
nilai tersebut, tetapi pada kenyataannya nilai-nilai karakter yang dituntut tidak
terealisasikan dengan baik karena peserta didik belum dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jenis karakter yang hendak ditanamkan pada peserta didik,
sebagaimana anjuran kementrian diknas, adalah: pertama, karakter cinta Tuhan dan
segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan bertanggungjawab; ketiga,
kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka
tolongmenolong dan gotong-royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras;
ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan,
karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. (Jalil, 2012).

Karakter mempunyai pengertian yaitu nilai-nilai perilaku manusia yang


berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel dalam mendesain pembelajaran yang
biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik,
termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum,
ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-ciri jasmani serta emosi peserta didik yang
memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.

Bahasa Inggris memiliki kedudukan sebagai Bahasa Internasional bagi masyarakat


Indonesia. Kemampuan Bahasa Inggris menjadi modal dasar seseorang dalam persaingan
di era global. Kebutuhan akan Bahasa Inggris telah difasilitasi sejak sekolah dasar (SD)
hingga perguruan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar Pada tingkat sekolah dasar
pembelajaran bahasa Inggris masih batas pengenalan kosakata (vocabulary).

Menurut Aedi, N & Amaliyah, N (2016:195) mengatakan bahwa “Di era


globalisasi dan instant sekarang ini, anak didik mulai dari usia SD bahkan TK sudah
dituntut bersaing dalam mata pelajaran bahasa Inggris.” Dengan kata lain, kalau anak –
anak SD ketinggalan dalam mata pelajaran bahasa Inggris, hal ini akan membuat masalah
bagi anak tersebut yang mana anak menjadi kurang percaya diri, dikucilkan dari
lingkungannya, dll. Peserta didik mudah menerima bahasa Inggris ketika melanjutkan ke
jenjang menengah. Ini berarti bahwa bahasa Inggris memang sangat perlu diajarkan pada

3
4

para peserta didik sekolah dasar, asalkan materi yang diajarkan hanyalah dasar pengenalan
bahasa Inggris, karena para peserta didik butuh bahasa Inggris sesuai dengan karakter
mereka yang cenderung senang bermain, jadi alangkah lebih baik bahasa Inggris
diajarakan sambil diselingi dengan permainan atau lagu.

Dalam pembelajaran bahasa Inggris salah satu media yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materinya yaitu, mengguakan media audio visual agar anak dapat
memaham dalam pembelajaran bahasa inggris media audio visual adalah media kombinasi
anatar audio dan visual yang di kombinasikan dengan kaset audio yang mempunyai unsur
suara dan gambar yang biasa dilihat, misalnya rekaman video, slide suara dan sebagainya.
Tujuan pelajaran Bahasa Inggris di sekolah adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar memiliki kompetensi komunikatif dalam wacana interpersonal, transaksional,
dan fungsional, dengan menggunakan berbagai teks berbahasa Inggris dengan media audio
Visual. Hal ini agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)
Mengembangkan kompentesi berkomukasi dalam bentuk audio visual secara terbatas
untuk mengiringi tindakan dalam konteks sekolah, 2) memiliki kesadaran tentang hakikat
dan pentingnya bahasa inggris untuk meningkatkan daya saing bahasa dalam masyrakat
global.

Pengertian pembelajaran bahasa Inggris adalah mengembangkan


kemampuan berbahasa Inggris secara media audio visual dan berterima sesuai dengan
konteks serta kondisi dan situasi keseharian peserta didik. Hal ini untuk menghasilkan
bentuk pembelajaran bahasa Inggris yang lebih menyentuh kebutuhan berbahasa peserta
didik.dan bisa untuk memudahkan anak didik terbiasa dalam mengucapkan bahasa inggris.

Melihat hasil observasi tersebut, pembelajaran audio visual merupakan salah satu
media pembelajaran yang memfungsikan dua indera peserta didik, yakni indera
penglihatan dan indera pendengar. Sehingga presentasi hasil belajar peserta didik bisa
meningkat mencapai 50% lebih baik daripada pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dengan metode konvensional (ceramah) atau bahkan pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik dengan cara membaca referensi sendiri (otodidak) di SDN BUBULAK 1
juga. Dengan asumsi, karena pembelajaran konvensional guru yang lebih aktif dan
dominan, sementara peserta didik pasif sehingga rendah tingkat motivasi dan pemahaman
serta hasil belajar juga rendah baik aspek kognitif maupun psikomotorik. Untuk itu dengan
adanya media pembelajaran audio visual dapat juga berperan dalam meningkatkan

4
5

motivasi dan prestasi belajar peserta didik dengan memperhatikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Tetapi apakah dalam realita penggunaan media pembelajaran audio
visual dapat memperjelas pesan, membangkitkan motivasi dan minat belajar sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik khususnya pada pembelajaran Bahasa
Inggris di SDN Bubulak 1. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
mengadakan sebuah penelitian dengan judul “Analisis Penggunaan Media Audio Visual
Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di SDN Bubulak 1”.

LANDASAN TEORI

1. Pengertian
Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Selain itu media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan si pelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup
pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan

5
6

pembelajaran/pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan
sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton (1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk
cetak maupun pandangdengar, termasuk teknologi perangkat keras dan posisi media
pembelajaran. Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan
berlangsung dalam satu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang
cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,
komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga
tidak akan bisa berlangsung secara optimal.
Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Dari
pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Sebagaimana dikemukakan oleh Amir Hamzah (2000:11), media atau alat-alat
audio-visual adalah alat-alat ”audible” artinya dapat didengar dan alat- alat ”visible”
artinya dapat dilihat. Alat-alat audio-visual gunanya untuk membuat cara
berkomunikasi menjadi efektif. Media audio-visual merupakan bentuk media
pengajaran yang terjangkau. Teknologi audio-visual merupakan cara untuk
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis
dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Pengajaran melalui media
audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti:
televisi, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar (Azhar Arsyad, 2007:30).
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media yang pertama dan kedua. Sebagaimana dikemukakan oleh
Syaiful Bahri Djamarah (2002:141), Media ini dibagi lagi ke dalam dua kategori,
yaitu:
1) Audio-visual diam yaitu: media yang menampilkan suara dan gambar diam
seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara.
2) Audio-visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak seperti: film suara dan video-cassette, televisi, OHP, dan

6
7

komputer.

2. Indikator Media Audio Visual


Ada beberapa indikator media audio visual, diantaranya :
a. Terampil dalam menggunakan media yang dapat dilihat dan terdengar.
Menggunakan media pembelajaran audio visual untuk berkomunikasi dan
berinteraksi.
b. Mempermudah proses pembelajaransehingga meningkatkan minat peserta
didik. Proses pembelajaran tidak cepat membosankan karena besifat
variatif dan inovatif.
c. Mempermudah dalam penyampaian informasi atau pengetahuan yang
diterima peserta didik dalam proses pembelajaran. Mendorong
keingintahuan lebih banyak peserta didik.

3. Ciri-ciri Audio Visual


Dalam pengelompokan audio-visual dapat dibagi menjadi dua kategori yang
dapat membedakannya, antara lain:
1) Media opsional atau media pengayaan. Bahannya dapat dipilih guru sesuai
kehendaknya sendiri, dengan syarat cukup waktu dan biaya.
2) Media yang diperlukan atau yang harus digunakan. Media macam ini harus
digunakan guru untuk membantu peserta didik melaksanakan atau mencapai
tujuan-tujuan belajar dari tugas yang diberikan. Untuk itu diperlukan biaya
dan waktu.
Adapun ciri-ciri utama media audio-visual (Azhar Arsyad, 2002:31) adalah sebagai
berikut:
1) Mereka biasanya bersifat linear.
2) Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.
3) Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang atau pembuatnya.
4) Mereka merupakan repsentasi fisik dari gagasan real dan abstrak.
5) Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologi behaviorisme dan kognitif.
6) Umumnya mereka berorentasi kepada guru dengan tingkat pelibatan
interaktif peserta didik yang rendah.

7
8

Untuk menggunakan media audio-visual seperti yang ada sekarang masih banyak
hambatannya bagi kita di Indonesia ini. Sebabnya diantara alat-alat audio-visual
yang modern, ada yang memerlukan alat khusus seperti proyektor yang pada
gilirannya memerlukan aliran listrik. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan
pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada
ditulis. Oleh karena itu alat-alat audio-visual membuat suatu pengertian atau
informasi menjadi lebih berarti. Kita lebih mudah dan lebih cepat belajar dengan
melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Dengan
melihat dan sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau
penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud
oleh yang memberi pelajaran, penerangan atau penyuluhan (Amir Hamzah,
1985:17).

4. Jenis Jenis Media Audio Visual


1) Proyektor Transparasi (OHP)
Overhead projektor adalah alat audio-visual yang sangat sering
digunakan dalam berbagai progam pendidikan orang dewasa (Suprijanto,
2007:181). Beberapa pendidik merencanakan seluruh progam pengajaran
mereka dengan menggunakan transparansi atau overhead projector. Overhead
projector sebaiknya tidak dianggap sebagai pengganti papan tulis atau media
yang lain, tetapi sebagai pelengkap saja.
2) Video
Video adalah gambar yang dapat dilihat atau alat komunikasi yang dapat
didengar dan dilihat. Perangkat yang digunakan sebagai audio video meliputi radio,
televisi, telekomunikasi. Audio video sebagai bentuk komunikasi massa yang
dikelola sebagai komunikasi agar tersebar luas sesuai dengar sasaran yang dituju, di
kemas dalam bentuk berbagai komunikasi (Meria Ramadhani, 2010:25).
3) Komputer
Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi
informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan
yang diperhitungkan sederhana dan rumit. Komputer memiliki kemampuan untuk
menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti CD player,
video tape, dan audio tape. Disamping itu, komputer dapat merekan, menganalisis

8
9

dan memberi reaksi kepada respon yang di input oleh pemakai atau peserta didik.
(Azhar Arsyad, 2002:52).

5. Tahapan Penggunaan Media Audio-visual


Alat-alat audio-visual baru ada faedahnya kalau yang menggunakannya telah
mempunyai keahlian dan keterampilan yang lebih memedai dalam penggunaanya.
Hal itu menimbulkan kepercayaan dirinya, oleh karena itu membuatnya sanggup
menyampaikan pelajaran, penyuluhan atau penerangan dengan baik. Dia harus tahu
bagaimana menyajikan pelajaran atau menyampaikan informasi dengan alat yang
digunakannya. Adapun langkah- langkahnya adalah:
a. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media audio- visual
sebagai media pembelajaran.
b. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan media yang akan
dipakai guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar
pertimbangannya patut diperhatikan.
c. Persiapan kelas. Pada fase ini peserta didik atau kelas harus mempunyai
persiapan sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media
ini.
d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Penyajian bahan
pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran maka keahlian guru
dituntut di sini.
e. Langkah kegiatan belajar peserta didik. Pada fase ini peserta didik belajar
dengan memanfaatkan media pengajaran yang ada. Pemanfaatan media di sini
peserta didik sendiri mempraktekkannya ataupun guru langsung
memanfaatkannya, baik di kelas atau di luar kelas.
f. Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi,
sampai sejauh mana tujuan pengajaran yang dicapai, sekaligus dapat dinilai
sejauh mana pengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan
proses belajarpeserta didik.
Media audio dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
media audio adalah:
a) Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan memungkinkan menjangkau
sasaran yang luas.

9
10

b) Mampu mengembangkan daya imajinasi pendengar.


c) Mampu memusatkan perhatian siswa pada penggunaan kata, bunyi dan arti
dari kata/bunyi itu.
d) Sangat tepat untuk mengajarkan musik dan bahasa, laboratorium bahasa
tidak lepas dari media ini terutama untuk melatih listening.
e) Mampu mempengaruhi suasana dan perilaku siswa melalui musik latar dan
efek suara.
f) Dapat menyajikan program pendalaman materi yang dibawakan oleh guru
atau orang yang memiliki keahlian dibidang tertentu sehingga tema yang
dibahas memiliki mutu yang baik dilihat dari segi ilmiah, karenaselalu
dilengkapi hasil-hasil obervsi dan penelitian.
g) Dapat mengerjakan hal-hal tertentu yang sulit dikerjakan oleh guru, yakni
menyajikan pengalamanpengalaman dunia luar, kedalam kelas sehingga
media audio memungkinkan untuk menghadirkan hal-hal yang aktual dan
dengan demikian dapat memberikan suasana kesegaran pada sebagian topik
yang dibahas.
Adapun kekurangan dari media audio ini adalah sifat komunikasinya yang satu
arah. Dan penyajiannya hanya mengandalkan satu indera (Munadi:2013). Media
audio yang lebih banyak menggunakan suara dan bahasa verbal, hanya mungkin
dapat dipahami oleh pendengar yang mempunyai tingkat penguasaan kata dan
bahasa yang baik. Penyajian materi melalui media audio dapat menimbulkan
verbalisme bagi pendengar. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang
disajikan secara sempurna.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

10
11

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Bubulak 1 Kota Tangerang yang terletak


di Jl. Inpres No. 47, Kecamatan Batuceper Kota Tangerang. Sekolah ini terletak di
pinggir jalan dan berada dalam suatu komplek dengan SD Negeri Bubulak 2 Kota
Tangerang. Guru di SD Negeri Bubulak 1 Kota Tangerang berjumlah 8 orang. Alasan
peneliti memilih SD Negeri Bubulak 1 Kota Tangerang sebagai lokasi penelitian
dikarenakan SD Negeri Bubulak 1 Kota Tangerang memiliki lingkungan sekolah yang
cukup memadai untuk sistem pendukung penerapan kurikulum 2013 dan diharapkan.
Di SD Negeri Bubulak 1 Kota Tangerang peneliti dapat menemukan hal-hal baru yang
dapat digali oleh peneliti. SD Negeri Bubulak satu memiliki akreditasi berdasarkan
sertifikat 1330 /BAN/SM/SK/2019.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis


metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah triangulasi teknik yaitu pemeriksaan dengan memanfaatkan, penggunaan
sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek balik keterpercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis berdasarkan
model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994). Ada
empat komponen analisis yang dilakukan dengan model ini, yaitu pengumpulan data,
reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/klarifikasi. Masing-masing
komponen berinteraksi dan membentuk suatu siklus.

C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi informan, tempat dan kegiatan serta
dokumen. Informan dalam penelitian ini yaitu guru Bahasa Inggris dan siswa kelas V
SDN Bubulak 1. Untuk mengumpulkan data yang dapat mendukung fokus permasalah
dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara
wawancara, observasi dan dokumentasi.

D. Teknik Analisis Data

11
12

Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses mencari dan


menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan menurut Moleong (2017:280-281)
analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Data penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan


menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi) dan
dilakukan secara terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali.
Teknik analisis data yang digunakan oleh penelitian menggunakan model Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2017: 132) dengan tahapan pengumpulan data, yaitu:

1) Data Collecting (Pengumpulan Data) merupakan tahap mengumpulkan data


dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dimana peneliti sebagai
instrumen kunci dalam pengumpulan data. Makin lama dilapangan makin banyak
jumlah data yang didapatkan dan semakin bervariasi. Terdapat dat yang dapat
diamati dan data yang tidak dapat diamati misalnya mengenai perasaan dan hati.
2) Data Reductions (Reduksi Data) yaitu memilih dan memfokuskan yang penting
dan merangkum data yang pokok. Didalam reduksi data, laporanlaporan lapangan
dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan baku mentah
disingkatkan, direduksi, disusun lebih sitematis, sehingga lebih mudah
dikendalikan. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperoleh
bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode pada
aspek-aspek tertentu.
3) Data Display (Penyajian Data) menurut Miles Huberman dalam sugiyono
(2017:137) menyebutkan bahwa yang sering digunakan dalam menyajikan data
pada penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Agar peneliti
tidak tenggelam oleh kumpulan data ole karena itu agar dapat melihat gambaran

12
13

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian itu, harus diusahakan


membuat alat ukur yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman
dokumentasi.
4) Klasifikasi Data (Penarikan Kesimpulan dan Klarifikasi) sejak awalnya peneliti
berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya. Untuk itu peneliti
mencari tema, pola hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, dan
sebagainya. Jadi data yang diperoleh dari sejak awal mencoba mengambil
kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula mash sangat kabur, diragukan akan tetapi
dengan bertambahnya data maka kesimpulan itu akan lebih lengkap jadi
kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung hingga
akhirnya tercapai kesimpulan akhir.

E. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep


kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) yang disesuaikan dengan tuntutan
pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari pada nara sumber masih segar, belum
banyak masalah, akan member data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

13
14

Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi


teknik, yaitu menggunakan lebih dari satu informan dan teknik pengumpulan data
untuk mendapatkan data yang sama. Peneliti memperoleh data mengenai tokus
penelitian dengan mewawancarai guru dan 15 siswa SDN Karang Tengah 8 Kota
Tangerang. Di samping itu peneliti juga menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu teknik wawancara dan observasi untuk menggali data
tentang penerapan media audio visual dalam pada anak kelas V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Salsabila, U. H., Seviarica, H. P., & Hikmah, M. N. (2020). Urgensi Penggunaan Media
Audiovisual Dalam Meningkatkan Motivasi Pembelajaran Daring Di Sekolah
Dasar. INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 25(2), 284-304.

Kholifah, W. T. (2020). Upaya Guru Mengembangkan Karakter Peserta Didik Sekolah


Dasar Melalui Pendidikan Ramah Anak. Jurnal Pendidikan dan Konseling
(JPDK), 2(1), 115-120.

Irwansyah, R., Darmayani, S., Mastikawati, M., Saputro, A. N. C., Wihartanti, L. V.,
Fauzi, A., ... & Hartono, R. (2021). Perkembangan Peserta Didik.

Sutarsyah, C. (2017). Pembelajaran bahasa Inggris sebagai muatan lokal pada sekolah
dasar di propinsi Lampung. AKSARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, 18(1).

Maili, S. N., & Hestiningsih, W. (2017). Masalah-masalah pembelajaran Bahasa Inggris


pada Sekolah dasar. Media Penelitian Pendidikan: Jurnal Penelitian dalam Bidang
Pendidikan dan Pengajaran, 11(1).

Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Persada


(GP) Press Jakarta.

Darmawan, D. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Offse

TAGGET With Tujuan pembelajaran bahasa inggris di akses 30 januari 2011.


https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/

15
16

Ekayani, P. (2017). Pentingnya penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan


prestasi belajar siswa. Jurnal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja, 2(1), 1-11.

Al Yusra, R. (2019). Media Audio Visual dalam Pembelajaran PAI.

Rosyid, M. Z., Sa’diyah, H., & Septiana, N. (2021). Ragam media pembelajaran. CV
Literasi Nusantara Abadi.

16

You might also like