You are on page 1of 5

eISSN 2337-5949 e-CliniC.

2020;8(1):172-176
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.8.1.2020.28604
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Penentuan Derajat Luka pada Kekerasan Mekanik di RSUP Prof. Dr. R.


D. Kandou Manado Periode Januari - Juli 2019

Jessica E. Kelwulan,1 James F. Siwu,2 Johannis F. Mallo

1
Progam Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi/RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Email: jessica.kelwulan@yahoo.com

Abstract: Determination of the degree of injury is highly important to identify the type and
severity of abuse, in order to decide the level of punishment against the perpetrators. In case of
living victim, a doctor may provide information regarding the injury. Type of injury, type of
violence that caused the injury, and determination of injury's qualification or degree of injury, will
be translated in the form of Visum et Repertum . Visum et Repertum is necessary to uncover
clarity, truth and complete proof of material about a crime. It is important for a doctor to be able
to determine the qualification of an injury in order to decide the severity of the sentence against
the suspect. This study was aimed to determine the degree of injury in mechanical violence at Prof.
Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January to July 2019. This was a retrospective and
descriptive study using Visum et Repertum data. The results obtained 39 cases of mechanical
violence. Majority of cases had sharp violence (24 cases; 61.5%), second degree injuries (29 cases;
74.4%), males (34 cases; 87%), and the age range was 15-24 years old (17 cases; 43.5%). In
conclusion, most cases were males, age range of 15-24 years, had sharp violence with second
degree injury.
Keywords: mechanical violence, degree of injury

Abstrak: Penentuan derajat luka sangat penting dilakukan untuk mengetahui jenis penganiayaan
yang dilakukan dan berat ringannya ancaman hukuman terhadap pelaku. Visum et Repertum
(VeR) sangat diperlukan untuk mencari kejelasan, kebenaran, dan pembuktian materil yang
selengkap-lengkapnya tentang suatu tindak pidana. Kemampuan seorang dokter dalam menen-
tukan kualifikasi luka sangat penting bagi pihak berwajib untuk menentukan berat ringannya
hukuman terhadap tersangka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat luka pada
kekerasan mekanik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari sampai Juli 2019.
Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data hasil VeR. Hasil penelitian
mendapatkan sebanyak 39 kasus kekerasan mekanik. Mayoritas kasus ialah akibat kekerasan
tajam pada 24 kasus (61,5%), luka derajat dua pada 29 kasus (74,4%), jenis kelamin laki-laki pada
34 kasus (87%), dan rentang usia 15-24 tahun pada 17 kasus (43,5%). Simpulan penelitian ini
ialah sebagian besar kasus berjenis kelamin laki-laki, rentang usia 15-24 tahun, dengan kekerasan
tajam dan luka derajat dua.
Kata kunci: kekerasan mekanik, derajat luka

PENDAHULUAN tidak hanya ditugaskan melakukan peme-


Penentuan derajat luka sangat penting riksaan untuk kepentingan diagnostik dan
dilakukan untuk mengetahui jenis penga- pengobatan suatu penyakit saja, tetapi juga
niayaan yang dilakukan dan berat ringannya untuk membuat suatu keterangan medis. Hal
ancaman hukuman terhadap pelaku.1 ini terkait pada pasien yang dicurigai meru-
Seorang dokter dalam praktik sehari-hari, pakan korban suatu tindak pidana, atas dasar

172
Kelwulan, Siwu, Mallo: Penentuan derajat luka pada kekerasan … 173

surat permintaan keterangan medis dari kukan pekerjaan, jabatan atau pencaha-
pihak yang penyidik.2 Sesuai dengan pro- riannya”, sedangkan derajat luka sedang
fesinya, seorang dokter mempunyai kewa- biasanya dituliskan “yang menimbulkan
jiban membantu penegak hukum untuk penyakit yang mengakibatkan halangan
membuktikan korban merupakan kasus dalam melakukan pekerjaan, jabatan atau
tindak pidana atau bukan, dengan cara mela- pencahariannya untuk sementara waktu ...”,
kukan pemeriksaan pada korban dan mela- dan derajat luka berat “yang menimbulkan
porkannya dalam bentuk surat yang disebut penyakit yang mengakibatkan halangan
Visum et Repertum (VeR).3 dalam melakukan pekerjaan, jabatan atau
Visum et Repertum adalah suatu surat pencahariannya, dan menimbulkan luka
keterangan tertulis yang dibuat oleh seorang berat sebagaimana yang sudah diatur dalam
dokter sesuai dengan permintaan resmi dari pasal 90 KUHP”.5
penyidik yang memuat hasil suatu pemerik- Pada umumnya penentuan derajat luka
saan medis terhadap tubuh seorang manusia tidaklah sulit bagi seorang dokter akan tetapi
baik hidup atau mati, yang berlandaskan sampai saat ini belum ada standarisasi dari
sumpah pada saat menerima jabatan dan penen-tuan derajat luka. Meskipun di dalam
demi kepentingan peradilan.2 Visum et praktik di Indonesia telah digunakan patok-
Repertum merupakan salah satu alat bukti an dalam menentukan derajat luka, namun
yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal pada penentuan derajat luka pada kasus-
184 KUHAP. Maka dari itu pada waktu kasus tertentu dapat terjadi perbedaan
memberi laporan pemberitaan dari VeR itu pendapat di antara para dokter. Hal ini tidak
harus yang sesungguh-sungguhnya dan menjadi masalah sepanjang apa yang dibuat
seobyektif mungkin tentang apa yang dilihat oleh dokter bisa dipertanggung-jawabkan
dan ditemukan pada waktu pemeriksaan.2 secara ilmiah.1,5 Kesalahan dalam penentuan
Pada kasus perlukaan korban hidup, derajat luka dapat menimbulkan ketidak-
seorang dokter diharapkan dapat memberi- adilan bagi korban maupun pelaku tindak
kan informasi mengenai identitas korban, pidana. Ketidak tepatan penentuan derajat
jenis luka, jenis kekerasan yang menyebab- luka akan berdampak pada ketentuan pidana
kan luka, dan menentukan derajat luka atau yang akan diterapkan pada kasus, yang
kualifikasi luka yang nantinya akan ditulis kemudian akan memengaruhi besarnya
dalam bentuk VeR, sehingga dapat diguna- ancaman pidana yang akan dikenakan
kan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan terhadap pelaku.
hakim untuk memutuskan suatu tindak Hukum Pidana Indonesia mengenal
pidana.1,4,5 delik penganiayaan yang terdiri dari tiga
Penentuan derajat luka atau kualifikasi tingkatan dengan hukuman yang berbeda,
luka dapat dilihat pada bagian kesimpulan yaitu penganiayaan ringan (pidana maksi-
VeR yang ditulis dokter menurut rumusan mum 3 bulan penjara) yang diatur dalam
pasal 351, 352, dan 90 Kitab Undang- pasal 352 (1) KUHP; penganiayaan (pidana
Undang Hukum Pidana (KUHP) . Rumusan maksimum 2 tahun 8 bulan) yang diatur
ketiga pasal tersebut secara implisit membe- dalam pasal 351 (1) KUHP; dan pengania-
dakan derajat perlukaan yang dialami yaan yang menimbulkan luka berat (pidana
korban menjadi luka ringan, luka sedang, maksimum 5 tahun) diatur dalam pasal 352
dan luka berat. Secara hukum, ketiga keada- (2) KUHP. Yang dimaksud luka berat dalam
an luka tersebut menimbulkan konsekuensi pasal 352 (2) KUHP yaitu jika pada saat
pemidanaan yang berbeda bagi pelakunya.4 dilakukan pemeriksaan dan didapati salah
Meskipun pada simpulan VeR tidak menye- satu luka sebagaimana dicantumkan dalam
butkan derajat luka secara eksplisit, namun pasal 90 KUHP maka korban tersebut
rumusan simpulan tetap menunjukkan dera- dimasukkan dalam penganiayaan berat.
jat lukanya. Derajat luka ringan biasanya Setiap kecederaan harus dikaitkan dengan
dituliskan sebagai “luka yang tidak menim- ketiga pasal tersebut.4,5
bulkan penyakit atau halangan dalam mela- Untuk itulah kemampuan seorang
174 e-CliniC, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 172-176

dokter dalam menentukan kualifikasi luka mekanik. Dari keseluruhan kasus kekerasan
sangat penting bagi pihak berwajib untuk yang paling banyak ditemukan ialah derajat
menentukan berat ringannya hukuman luka dua dengan jumlah 29 kasus.
terhadap tersangka. Karena berat ringannya
hukuman terhadap tersangka dilihat dari Tabel 1. Jumlah kasus berdasarkan usia
berat ringannya luka pada korban kekerasan
Usia Jumlah Persentase
yang tertuang dalam derajat atau kualifikasi
(tahun) (%)
luka yang dibuat oleh dokter. <5 0 0
Berdasarkan uraian di atas penulis ter- 5-14 0 0
tarik untuk meneliti tentang derajat luka, 15-24 17 43,5
karena derajat luka yang dibuat dokter akan 25-44 14 35,8
menentukan tuntutan hukuman seseorang. 45-64 8 20,5
>65 0 0
METODE PENELITIAN Total 39 100
Jenis penelitian ini ialah deskriptif
retrospektif dengan menggunakan data Tabel 2. Jumlah kasus kekerasan mekanik
sekunder yang diambil di RSUP Prof. Dr. R. berdasarkan derajat luka
D. Kandou Manado. Subjek penelitian ialah Derajat luka Jumlah Persentase
seluruh data kasus kekerasan mekanik (%)
dalam surat keterangan VeR yang ada di I 6 15,4
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan II 29 74,4
diambil data mengenai derajat luka pada III 4 10,3
kekerasan mekanik selama periode Januari – Total 39 100
Juli 2019. Variabel penelitian ini ialah
jumlah kasus kekerasan mekanik, derajat BAHASAN
luka, usia, dan jenis kelamin. Hasil penelitian ini mendapatkan seba-
Penelitian ini telah mendapat persetu- nyak 39 kasus kekerasan mekanik yang
juan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan dimintakan VeR di RSUP Prof. Dr. R. D.
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Kandou Manado selama periode Januari –
dengan nomor keterangan layak etik yaitu Juli 2019. Kekerasan mekanik terdiri dari
No. 074/EC/KEPK-KANDOU/XI/2019 kekerasan tajam, kekerasan tumpul, dan
senjata api. Dari keseluruhan kasus yang
HASIL PENELITIAN paling banyak terjadi ialah kekerasan tajam
Berdasarkan data dari hasil VeR yang dengan jumlah 24 kasus (61,5%) , kekerasan
diambil di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tumpul 15 kasus (38,5%); tidak ada kasus
Manado selama periode Januari - Juli 2019, kekerasan senjata api (0%). Hasil ini sesuai
didapatkan sebanyak 39 kasus kekerasan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD
mekanik yang terdiri dari kekerasan tajam Dr. R. M. Pratomo Bagansiapiapi yang
sebanyak 24 kasus dan kekerasan tumpul 15 mendapatkan paling banyak kekerasan
kasus. Tidak ditemukan kasus kekerasan tajam dengan jumlah kasus sebanyak 28
akibat senjata api selama periode tersebut. kasus (58,3%).6
Berdasarkan data jenis kelamin didapatkan Luka akibat benda tajam dapat berupa
sebanyak 34 kasus kekerasan yang terjadi luka iris atau luka sayat, luka tusuk, dan luka
pada laki-laki dan hanya 5 kasus kekerasan bacok. Luka tersebut didapatkan dari benda
yang terjadi pada perempuan. bersifat tajam seperti pisau, golok, dan
Tabel 1 memperlihatkan distribusi usia sebagainya.2 Alat-alat tersebut sering dijum-
dari kasus kekerasan mekanik. Usia terb- pai di kehidupan sehari-hari; hal inilah yang
anyak berada pada rentang usia 15-24 tahun memungkinkan kekerasan tajam lebih
dengan jumlah 17 kasus. sering terjadi dibandingkan dengan keke-
Tabel 2 memperlihatkan distribusi rasan tumpul atau senjata api. Penulisan
derajat luka berdasarkan kasus kekerasan jenis kekerasan dalam VeR dapat memper-
Kelwulan, Siwu, Mallo: Penentuan derajat luka pada kekerasan … 175

kuat bukti dalam persidangan yang menan- sarkan derajat luka yang diperoleh dari VeR
dakan bahwa korban telah mengalami peris- pada bagian simpulan akan tertulis bahwa
tiwa kekerasan sehingga dapat dijadikan korban tersebut tergolong dalam luka dera-
pertimbangan bagi hakim dalam menja- jat berapa. Hasil penelitian ini mendapatkan
tuhkan pidana.7 bahwa dari 39 kasus kekerasan yang terjadi,
Kasus kekerasan mekanik berdasarkan luka derajat dua (74,4%) paling banyak
jenis kelamin yaitu sebanyak 34 orang laki- didapatkan. Hal ini mungkin dikarenakan
laki dan 5 orang perempuan. Dari keselu- kekerasan yang terjadi pada pada korban
ruhan kasus yang didapatkan kebanyakan tidak terkena pada bagian tubuh yang
kasus terjadi pada laki-laki. Hal ini mungkin mematikan seperti daerah leher, dada, dan
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara perut yang merupakan tempat organ vital.
teori laki-laki memiliki sex determining Dari keseluruhan data yang diperoleh
region Y (SRY), yang dapat memengaruhi selama periode Januari sampai Juli 2019
tingkat agresivitasnya dalam merespon tidak terdapat kasus yang masuk dengan
terhadap suatu hal. Laki-laki memiliki luka tembak akibat senjata api. Hal ini
tingkat agresivitas yang jauh lebih tinggi mungkin disebabkan karena perdagangan
dibandingkan perempuan.8 Sifat agresif senjata api di Indonesia tidak seluas dan
yang dimiliki laki-laki selalu lebih berkom- semudah masyarakat di negara lain. Oleh
petitif dibandingkan perempuan; hal ini karena itu, hanya orang-orang tertentu
menyebabkan laki-laki lebih sering melaku- memiliki ijin dari pihak kepolisian untuk
kan kejahatan dan kemungkinan besar juga menggunakan senjata api. Selain itu,
menjadi korban dari kejahatan tersebut.9 kekerasan akibat senjata api sangat mudah
Berdasarkan usia didapatkan bahwa dikenali dan meninggalkan jejak peluru.
kasus kekerasan mekanik yang terjadi lebih Walaupun demikian, mungkin selama perio-
banyak pada usia remaja sampai dewasa de Januari sampai Juli 2019 terdapat kasus
awal (15-24 tahun) yaitu sebanyak 17 kasus. kekerasan akibat senjata api namun tidak
Hasil penelitian Astuti10 menjelaskan bahwa dimintakan VeR ke RSUP Prof. Dr. R. D.
usia produktif memiliki pengaruh terhadap Kandou Manado.
tindakan kriminalitas yang dilakukan sese-
orang dan sebagian besar kejahatan tersebut SIMPULAN
dilakukan oleh orang-orang dengan usia Selama periode Januari-Juli 2019 di
relatif muda. Selain itu menurut Harlock,11 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dida-
dewasa muda merupakan masa peralihan patkan 39 kasus akibat kekerasan mekanik.
dari remaja menuju individu yang lebih Jumlah kasus terbanyak ialah akibat keke-
dewasa yang mencari jati diri dan telah rasan tajam, jenis kelamin laki-laki, masa
menyelesaikan masa pertumbuhannya serta remaja awal sampai dewasa akhir. dengan
siap menerima kedudukan dalam masyar- luka derajat dua.
akat bersama dengan individu dewasa Penelitian demikian perlu dilanjutkan
lainnya. Dalam kondisi seperti ini, pengaruh tiap tahunnya untuk menilai angka kejadian
lingkungan luar serta teman sebaya mem- serta trend kekerasan mekanik yang terjadi.
iliki pengaruh besar terhadap emosional Penelitian ini sebaiknya dilakukan dengan
seseorang, sehingga tidak jarang terjadi kerjasama pihak kepolisian dan keluarga
kekerasan atau penganiayaan yang dilaku- untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
kan oleh orang-orang pada masa dewasa
awal.12 Konflik Kepentingan
Penentuan derajat luka dibuat untuk Penulis menyatakan tidak terdapat
membantu pihak penegak hukum untuk konflik kepentingan dalam studi ini.
memberikan dakwaan terhadap tersangka.
Lewat VeR ini dapat diketahui pasal-pasal DAFTAR PUSTAKA
dan hukuman yang harus diberikan kepada 1. Susanti R. Paradigma baru peran dokter dalam
tersangka. Data kekerasan mekanik berda- pelayanan kedokteran forensik. Majalah
176 e-CliniC, Volume 8, Nomor 1, Januari-Juni 2020, hlm. 172-176

Kedokteran Andalas. 2012; 36(2):145- 1-13.


54. 7. Satyo AC. Aspek medikolegal luka pada
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, forensik klinik. Majalah Kedokteran
Mun’im TWA, Sidhi, Hartian S, et al. Indonesia. 2006;39(4):430-2.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: 8. Mirani E. Pengaruh konseling genetik pada
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas tingkat kecemasan dan depresi terhadap
Kedokteran Universitas Indonesia; penentuan gender ambigus genitalia
1997. [Tesis]. Semarang: Universitas Dipone-
3. Syahrizal D, Senja N. Undang-undang Prak-tik goro; 2009.
Kedokteran & Aplikasinya. Jakarta: 9. Barash DP. Evolution, males, and violence.
Dunia Cerdas, 2013. 2002. [cited 2019 Oct 28]. Available
4. Afandi D. Visum et repertum perlukaan aspek form: www.physics.ohio-state.edu/
medikolegal dan penentuan derajat luka. ~wilkins/writing/Assign/so/male-
Majalah Kedokteran Indonesia. 2010; violence.html
60(4):188-95. 10. Astuti NW. Analisis tingkat kriminalitas di
5. Fatriah SH, Sampurna B, Firmansyah A. Kota Semarang dengan pendekatan
Analisis medikolegal terhadap kriteria ekonomi tahun 2010-2012 [Skripsi].
derajat luka menurut Kitab Undang- Semarang: Fakultas Ekonomi dan
Undang Hukum Pidana. J Indon Med Bisnis Universitas Diponegoro; 2014.
Assoc. 2017;67(11):514-21. 11. Hurlock E. Psiologi Perkembangan. Jakarta:
6. Ramadhan FT, Afandi D, Mursali LB. PT Gramedia Pustaka, 2004.
Kualitas visum et repertum perlukaan 12. Hardiyani T. Perbedaan pengendalian emosi
di RSUD DR. R M. Pratomo Bagan marah antara laki-laki dan perempuan
Siapi-api periode 1 Januari 2009 - 31 pada masa dewasa awal [Skripsi].
Desember 2013. JOM FK 2015;2(1): Malang: Universitas Brawijaya; 2014.

You might also like