You are on page 1of 10

Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No.

1: 85-94

PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI TERHADAP PENYERAPAN


LARUTAN GULA PADA BENGKUANG (Pachyrrhizus erosus)
[EFFECT OF TEMPERATURE AND CONCENTRATION ON THE ABSORPTION
OF SUGAR SOLUTION IN BENGKUANG (Pachyrrhizus erosus)]
Oleh :
Malyan Afri Arlita1, Sri Waluyo2, Warji3
1) Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2,3) Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
komunikasi penulis, email : Malyanafriarlita@ymail.com
Naskah ini diterima pada 12 Agustus 2013; revisi pada 14 Agustus 2013;
disetujui untuk dipublikasikan pada 15 Agustus 2013

ABSTRACT

Processing of foodstuffs mostly involves temperature and water. Interaction among the product, temperature
and water changes the physical and chemical properties. The aim of this research was applying the Peleg’s
equation to evaluate the effect of temperature and concentration of sugar solution on the absorption of sugar
into bengkuang (Pachyrrhizus erosus). This research was designed at two different variables, which were
temperature and concentration of sugar solution. The temperature was seted up at three levels : 30 oC, 40 oC
and 50 oC, meanwhile the concentration was made at three levels : 20,6 oBrix, 30,7 oBrix and 40,7 oBrix. Three
replications were conducted in each combination of the treatments along 450 minutes immersion duration.
The results showed that the soaking temperatures affected to the absorption rate of sugar solution into
bengkuang. The higher the soaking temperature the higher is the absorption rate. It was occurred the
physical changes of bengkuang during soaking. The dimensions of the speciments decreased during immerse
in the warm sugar solution. It may caused by water in the product comes out from the body. Furthermore, it
proved that coefficient k1 of Peleg’s equation relates to temperature. The increasing of temperature was
followed by decreasing of k1. At 30 oC and the concentration of 20,6 oBrix, the k1 is 0,254. It decreased become
0,124 at temperature of 50 oC. The decreasing of k1 was less with increasing of the concentration. Meanwhile,
the coeffients k2 decreased with increasing of the concentration. At temperature of 30 oC and concentration of
40,7 oBrix, k2 is 19,76. It decreased become 14,11 at concentration of 40,7 oBrix. The decreasing of k2 was less
with increasing temperature.
Keywords: Bengkuang, immersion, temperature, sugar concentration, physical properties

ABSTRAK

Pengolahan bahan pangan seringkali melibatkan suhu dan air. Interaksi bahan dengan suhu dan air akan
merubah sifat fisik dan kimia bahan. Penelitian ini bertujuan menerapkan persamaan Peleg untuk
mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi larutan gula pada proses difusi gula dalam bengkuang.
Penelitian dirancang dengan menggunakan dua perlakuan yaitu suhu dan konsentrasi larutan
perendaman. Suhu larutan gula perendam diset dalam tiga level yaitu 30 oC, 40 oC, dan 50 oC, sedangkan
konsentrasi larutan gula dibuat pada 20,6, 30,7 dan 40,7 oBrix. Untuk masing–masing perlakuan terdiri
dari tiga ulangan dengan lama waktu perendaman 450 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu
perendaman berpengaruh terhadap laju penyerapan konsentrasi larutan gula ke dalam bengkuang.
Semakin tinggi suhu perendaman, maka semakin cepat penyerapan larutan gula ke dalam bengkuang.
Selama perendaman dalam air hangat berkonsentrasi gula, dimensi bengkuang berubah mengecil di
semua arah yaitu panjang, tebal dan tinggi. Perubahan ini diduga karena adanya air yang keluar dari
dalam bengkuang sehingga terjadi tarikan jaringan di dalam bahan. Dari analisis difusi menggunakan
persamaan Peleg diperoleh bahwa koefisien k1 berhubungan dengan suhu. Kenaikan suhu diikuti dengan
penurunan k1 yaitu pada suhu 30 oC dan konsentrasi 20,6 oBrix koefisisen k1 adalah 0,254 turun menjadi
0,124 atau sebesar 0,130 pada suhu 50 oC. Besarnya penurunan semakin kecil dengan naiknya
konsentrasi. Untuk koefisien k2, kenaikan konsentrasi cenderung menurunkan koefisien k2 yaitu pada
suhu 30 oC dan konsentrasi 20,6 oBrix, k2 adalah 19,76 turun menjadi 14,11 pada konsentrasi 40,7 oBrix.
Besarnya penurunan k2 semakin kecil dengan naiknya suhu.
Kata Kunci: Bengkuang, perendaman, suhu, konsentrasi gula, sifat fisik

85
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi.... (Malyan Afri Arlita, Sri Waluyo, Warji)

I. PENDAHULUAN terhadap besarnya serapan air ke dalam


bahan adalah luas permukaan, kandungan
amilosa dan protein, dan suhu yang
Tanaman bengkuang termasuk dalam famili digunakan di dalam perendaman (Bett-
Leguminosae, tanaman ini berasal dari Garber et al 2007).
Meksiko dan Amerika Tengah bagian Utara,
kemudian menyebar ke berbagai negara di Penelitian ini bertujuan mengetahui
Asia Tenggara termasuk Indonesia dibawa pengaruh suhu dan konsentrasi larutan gula
oleh bangsa Spanyol (Warisno, 2007). Umbi terhadap kinetika reaksi penyerapan larutan
bengkuang, selain banyak dikonsumsi dalam gula dan perubahan fisik pada bengkuang.
bentuk segar, seringkali diolah menjadi
makanan awetan misalnya manisan (Hariati II. BAHAN DAN METODE
dkk., 2012). Secara sederhana, cara
pembuatan manisan adalah dengan Alat yang digunakan dalam penelitian ini
merendam bahan di dalam larutan gula. adalah water bath (Digiterm 200, P selecta),
Pembuatan manisan, selain untuk tujuan timbangan analitik OHAUS Triple beam,
pengawetan juga untuk memperbaiki timbangan digital OHAUS (Adventurer cap.
citarasa produk aslinya. Konsentrasi gula 2010 g), refractometer (Atago model PR
yang tinggi (sampai 70%) sudah dapat 201), stopwatch, oven listrik (Venticell),
menghambat pertumbuhan mikroba perusak cawan, digital caliper, gelas ukur, dan kertas
makanan. Kadar gula yang tinggi (minimum tisu. Bahan yang digunakan dalam pengujian
40%) bila ditambahkan ke dalam bahan adalah bengkuang varietas lokal yang dibeli
pangan menyebabkan air dalam bahan di pasar tradisional di Bandar Lampung.
pangan menjadi terikat sehingga
menurunkan aktivitas air dan tidak dapat Bengkuang segar dikupas kulitnya dan
digunakan oleh mikroba (Estiasih dan dipotong-potong dengan ukuran 1 cm tebal,
Ahmadi, 2009). 2 cm lebar, dan 3 cm panjang. Untuk
mempelajari fenomena penyerapan larutan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan gula ke dalam bengkuang, spesimen
mengenai perubahan fisik dan kimia selama bengkuang direndam di dalam larutan gula
perendaman bahan biologi. Menurut Koide et dengan dua variabel uji, yakni konsentrasi
al. (2001), kondisi perendaman akan dan suhu larutan gula perendam.
berpengaruh terhadap karakteristik dan Konsentrasi larutan gula dibuat dengan
bentuk dari bahan. Untuk memperpendek menambahkan gula ke dalam air dengan
waktu perendaman, biasanya digunakan air perbandingan tertentu, konsentrasi larutan
atau larutan lebih hangat (Hizaji et al., 2010). gula diukur menggunakan refractometer
Penelitian pengaruh perendaman terhadap (Atago model PR 201) dan diperoleh tiga
karakteristik fisik biji-bijian telah banyak taraf konsentrasi yaitu 20,6 oBrix, 30,7 oBrix,
dilakukan. Sebagai contoh, perendaman air dan 40,7 oBrix. Larutan gula kemudian
hangat telah menyebabkan pengembangan dimasukkan ke dalam water batch, suhu
biji kedelai (Santiana dkk., 2004) dan kacang perendaman dikontrol pada tiga suhu yang
merah (Agustina dkk., 2013). Thakur dan berbeda, yaitu 30 oC, 40 oC dan 50 oC. Volume
Gupta (2006) telah membuktikan bahwa larutan gula perendam dibuat satu setengah
waktu dan suhu perendaman berpengaruh kali lebih besar dibandingkan dengan total
terhadap larutnya beberapa materi di dalam volume sampel bahan sehingga seluruh
beras. Ali dan Bhattacharya (1980) sampel dapat terendam di dalam larutan
menyatakan bahwa perendaman dapat gula. Untuk setiap variasi suhu dan
menyebabkan perubahan-perubahan konsentrasi, digunakan sejumlah 96
enzimatis dalam gula dan komposisi asam spesimen sebagai sampel. Selama periode
amino beras sehingga kandungan nutrisinya perendaman (total 450 menit) sampel
berubah. Beberapa faktor yang berpengaruh diamati perubahan: dimensi, total padatan

86
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 1: 85-94

terlarut, dan bobotnya. Interval waktu t : waktu (menit)


pengamatan adalah 30 menit. Dalam setiap k1 : konstanta laju persamaan Peleg sebagai
periode pengamatan, sebanyak tiga buah fungsi suhu (oC)
spesimen diambil sebagai ulangan untuk k2 : parameter adsorpsi bahan pangan
pengujian total padatan terlarut dan tiga (obrix)
buah spesimen diambil untuk pengukuran
dimensi spesimen dilanjutkan dengan Persamaan (3) dapat dilinierkan menjadi:
pengukuran kadar air. Selama perendaman,
tebal, lebar, dan panjang spesimen = (k + k t) (4)
kemungkinan berubah karena pengaruh
suhu dan reaksi kimia. Untuk mengetahui
perubahan tersebut, dimensi setiap sampel Persamaan (4) telah sukses diterapkan
diukur menggunakan kaliper digital, 3 lokasi untuk berbagai produk seperti chestnut
yang berbeda untuk setiap orientasi sebagai (Moreira et al., 2008), apel (Bilbao- Sáinz et
ulangan. Setiap spesimen tersebut al., 2005) dan kentang (Cunningham dan
selanjutnya ditimbang dan kemudian McMinn, 2007).
dikeringkan menggunakan oven pada suhu
105 oC selama 24 jam untuk dihitung kadar III. HASIL DAN PEMBAHASAN
airnya. Kadar air sampel dihitung dengan
3.1 Pengaruh Suhu dan Konsentrasi
persamaan:
Larutan Gula Terhadap Perubahan
Dimensi Bengkuang
KA( ) = x 100 % (1)
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi
dan perubahan dimensi bengkuang selama
perendaman. Perubahan bengkuang,
KA( ) = x 100 % (2) dinyatakan dengan perbandingan panjang
setelah waktu perendaman t terhadap
panjang awalnya (satuan persen), terjadi
dengan :
pada tiga orientasi, yaitu panjang, lebar, dan
tebal sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
KA (bk) : kadar air basis kering (%)
1, 2, 3. Gambar tidak menampilkan seluruh
KA (bb) : kadar air basis basah (%)
hasil pengamatan pada variasi suhu dan
Wt : massa bengkuang saat ke-t
konsentrasi larutan gula perendam, namun
perendaman (g)
pola serupa contoh diperoleh pada semua
We : massa bengkuang setelah
perlakuan.
dikeringkan (g)
Dari Gambar 1, 2, 3 dapat dilihat bahwa
Nilai penyerapan larutan gula ke dalam
suhu berpengaruh pada perubahan dimensi
bengkuang didekati dengan menggunakan
pada keseluruhan konsentrasi larutan gula
persamaan Peleg. Persamaan ini umum
yang digunakan. Semakin tinggi suhu
digunakan untuk mengetahui mekanisme
perendaman maka penurunan dimensi
serapan air dalam bahan pangan. Bentuk
bengkuang tampak semakin nyata. Namun
umum persamaan Peleg (1988) adalah :
demikian, perbedaan perubahan dimensi
sampel selama perendaman menurun
M − M = ( )
(3) dengan kenaikan konsentrasi gula
perendam.
pada t → ∞, ME = Mo + 1/k2

Keterangan :
M0 : kadar gula bengkuang awal (obrix)
Mt : kadar gula bengkuang pada waktu t
(obrix)

87
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi.... (Malyan Afri Arlita, Sri Waluyo, Warji)

120 105
T=30°C T=30°C
Dimensi Panjang (%)

Dimensi Tebal (%)


T=40°C T=40°C
100 T=50°C 85 T=50°C

80 65

60 45
0 100 200 300 400 500 0 200 400 600
Waktu Perendaman (menit) Waktu Perendaman (menit)

Gambar 1. Grafik rasio dimensi panjang


selama perendaman pada suhu Gambar 2. Grafik rasio dimensi tebal selama
yang berbeda dengan perendaman pada suhu yang
konsentrasi 20,6 oBrix. berbeda dengan konsentrasi 40,7
oBrix.

120

T=30°C
Dimensi Tinggi (%)

T=40°C
100
T=50°C

80

60
0 100 200 300 400 500
Waktu Perendaman (menit)
Gambar 3. Grafik rasio dimensi tinggi selama perendaman pada suhu yang
berbeda dengan konsentrasi 30,7 oBrix

Pengerutan dimensi bengkuang diduga


Perubahan dimensi ke arah panjang, tampak
karena adanya air yang keluar dari dalam
lebih kecil dibandingkan dengan perubahan bahan yang menyebabkan dimensi
dimensi ke arah tebal dan lebar. Tidak
bengkuang menjadi lebih kecil seiring
sebagaimana biji-bijian dimana perendaman dengan pertambahan waktu perendaman.
umumnya membuat biji menjadi mekar,
Keluarnya air dari bengkuang dibuktikan
perendaman bengkuang justru dengan adanya penurunan kadar air.
menyebabkan pengerutan bahan.
Semakin lama perendaman, kadar air
bengkuang semakin menurun. Hal tersebut
dikarenakan konsentrasi di lingkunganya
lebih pekat, sehingga air dalam bengkuang

88
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 1: 85-94

bergerak ke larutan gula yang memiliki dipengaruhi adanya air yang keluar dari
konsentrasi yang lebih tinggi yang dalam bengkuang tetapi sebaliknya ada
menyebabkan perubahan dimensi cenderung sedikit larutan gula yang masuk ke dalam
mengecil. bahan sehingga terjadi kenaikan total
padatan terlarut. Hal tersebut dibuktikan
Bentuk, ukuran dan ketebalan potongan dengan penelitian pendahuluan perendaman
buah berpengaruh terhadap kehilangan air, bengkuang pada larutan garam untuk
kehilangan air meningkat dengan membuktikan bahwa larutan perendaman
peningkatan luas permukaan potongan buah. masuk ke dalam bahan (data tidak
Panagiotou et al., 1998 menyatakan bahwa ditampilkan).
ukuran sampel buah memiliki pengaruh
negatif pada kehilangan air selama Perubahan total padatan terlarut bengkuang
perlakuan osmosis. Rahman, 1992 dalam pada awal perendaman dengan konsentrasi
Chavan dan Amarowicz, 2012 mengamati 20,6 oBrix dengan suhu 30 °C menunjukkan
bahwa koefisien distribusi air menurun bahwa peningkatan total padatan terlarut
dengan meningkatnya suhu dan luas tidak signifikan. Pada suhu 40 °C dan 50 °C
permukaan dan meningkat dengan peningkatan total padatan terlarut
bertambahnya konsentrasi larutan dan cenderung meningkat. Semakin tinggi suhu
ketebalan dimensi geometris minimum. perendaman dan konsentrasi larutan gula
maka perubahan total padatan terlarut
3.2 Pengaruh Suhu dan Konsentrasi bengkuang terlihat signifikan. Dari gambar
Larutan Gula Terhadap Perubahan tersebut terlihat bahwa konsentrasi
Total Padatan Terlarut dan Kadar Air mempengaruhi perubahan total padatan
terlarut bengkuang. Semakin tinggi suhu dan
Berdasarkan hasil pengamatan selama konsentrasi larutan gula mengakibatkan
proses perendaman menunjukkan bahwa perubahan total padatan terlarut bengkuang
total padatan terlarut mengalami perubahan terjadi peningkatan yang signifikan.
pada semua tingkatan suhu dan konsentrasi
larutan gula. (Gambar 4-6) Perubahan total
padatan terlarut pada bengkuang

120

100

80
TPT (%)

60

40 T=30°C

20 T=40°C

T=50°C
0
0 100 200 300 400 500
Waktu Perendaman (menit)
Gambar 4. Grafik perubahan total padatan terlarut bengkuang selama
perendaman pada suhu yang berbeda dengan konsentrasi 20,6 oBrix.

89
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi.... (Malyan Afri Arlita, Sri Waluyo, Warji)

160

140

TPT (%) 120

100

80

60 T=30°C

40 T=40°C
20
T=50°C
0
0 100 200 300 400 500
Waktu Perendaman (menit)

Gambar 5. Grafik perubahan total padatan terlarut bengkuang selama perendaman pada
suhu suhu yang berbeda dengan konsentrasi 30,7 oBrix.

200

150
TPT (%)

100
Gambar 6. Grafik perubahan total padatan
terlarut bengkuang selama T=30°C
perendaman pada suhu yang
berbeda 50
dengan konsentrasi 40,7 T=40°C
oBrix.
T=50°C

0
0 100 200 300 400 500
Waktu Perendaman (menit)

Gambar 6. Grafik perubahan total padatan terlarut bengkuang selama perendaman pada
suhu yang berbeda dengan konsentrasi 40,7 oBrix.

90
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 1: 85-94

Rahman dan Lamb, 1991 dalam Chavan dan Adapun yang dimaksud air dalam proses
Amarowicz, 2012 menunjukkan bahwa osmosis tersebut adalah air dalam keadaan
kehilangan air dan penambahan gula bebas yang tidak terikat dengan jenis
meningkat secara linear dengan peningkatan molekul–molekul seperti gula, protein, atau
konsentrasi gula dan suhu. Laju difusi gula larutan yang lain. Oleh karena itu,
adalah fungsi dari konsentrasi gula dan suhu. konsentrasi terlarut dalam suatu larutan
Kehilangan air dari sayuran dan buah- merupakan faktor utama yang menentukan
buahan terjadi di dua jam pertama dan kelangsungan osmosis.
memperoleh gula yang maksimum dalam
waktu 30 menit (Conway et al., 1983 dalam 120
Khan, 2012).
100
Kehilangan air selama perendaman
80

KAbb (%)
ditunjukkan pada Gambar 7, 8, dan 9.
Perubahan kadar air bengkuang pada
60
penelitian ini cenderung menurun dengan
T=30°C
lama waktu perendaman. Semakin tinggi 40
suhu maka kadar air pada bengkuang T=40°C
semakin menurun baik pada konsentrasi 20 T=50°C
larutan gula rendah maupun konsentrasi
larutan gula tinggi. Perendaman bengkuang 0
di dalam larutan gula menyebabkan 0 200 400 600
Waktu Perendaman (menit)
terjadinya peristiwa osmosis dikarenakan
tekanan osmotik dalam bengkuang kurang Gambar 7. Grafik pengaruh suhu
dari tekanan osmotik di lingkungan. perendaman terhadap rasio
Perpindahan air ini terjadi karena sel-sel kadar air dengan konsentrasi
bengkuang hipotonis terhadap larutan gula 20,6 oBrix.
yang hipertonis. Sel-sel bengkuang
kekurangan air (isi sel), akibatnya terjadi 120
plasmolisis yang mengakibatkan
100
penurununan tekanan turgor. Jika tekanan
turgor menurun akibatnya bengkuang 80
KAbb (%)

menjadi empuk dan lembek sehingga terjadi


penurunan bobot bengkuang akibat 60
perpindahan air dari sel-sel bengkuang ke T=30°C
larutan. Kelunakan bengkuang dan 40 T=40°C
pengurangan bobot bergantung pada 20 T=50°C
konsentrasi larutan. Semakin hipertonis
larutannya, maka semakin lembek 0
bengkuangnya, juga semakin banyak 0 100 200 300 400 500
pengurangan bobotnya. Waktu Perendaman (menit)
Menurut (Sudjadi, 2007), osmosis Gambar 8. Grafik pengaruh suhu
merupakan proses perpindahan molekul- perendaman terhadap rasio
molekul pelarut (air) dari konsentrasi kadar air dengan konsentrasi
pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang 30,7 oBrix.
lebih rendah melalui membran diferensial
parmeabel. Osmosis dikenal juga sebagai
difusi dengan kategori khusus.

91
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi.... (Malyan Afri Arlita, Sri Waluyo, Warji)

120
3.3 Analisis Serapan Gula dengan
100 Persamaan Peleg
80
KAbb (%)

Data pada Tabel 1 diperoleh dari


60 analisis regresi perubahan kadar gula
T=30°C dengan persamaan Peleg. Nilai k1 dan k2
40 T=40°C dicari dengan menggunakan Persamaan yang
20 menyatakan bahwa k1 merupakan fungsi
T=50°C
suhu dan k2 merupakan suatu tetapan untuk
0 beberapa jenis bahan pangan yang
0 100 200 300 400 500 digunakan untuk parameter adsorpsi bahan
Waktu Perendaman (menit) pangan. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
konsentrasi gula rendah (20,6-30,7 oBrix)
kenaikan suhu diikuti dengan menurunnya
nilai k1. Demikian juga kenaikan konsentrasi
Gambar 9. Grafik pengaruh suhu diikuti dengan menurunnya nilai k1. Hal ini
perendaman terhadap rasio tidak terjadi pada konsentrasi gula yang
kadar air dengan konsentrasi tinggi (40 oBrix) dimana nilai k1 cenderung
40,7 oBrix. konstan.

Tabel 1. Nilai k1 dan k2 persamaan Peleg


Konsentrasi (% brix)

Suhu (°C) 20,6 30,7 40,7 20,6 30,7 40,7

Nilai k1 Nilai k2
0,254 0,154 0,061 19,76 13,06 14,11
30
(0,948) (0,912) (0,742) (0,948) (0,912) (0,742)
0,149 0,092 0,061 18,52 11,49 11,47
40
(0,849) (0,912) (0,844) (0,849) (0,912) (0,844)
0,124 0,089 0,064 10,77 13,17 7,557
50
(0,960) (0,886) (0,931) (0,960) (0,886) (0,931)
2
Keterangan: angka di dalam tanda kurung menyatakan nilai R persamaan Peleg

92
Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2, No. 1: 85-94

0,3
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
0,25 y = -0,0065x + 0,4357
4.1. Kesimpulan
0,2
1. Suhu berpengaruh terhadap laju
k1

0,15 penyerapan konsentrasi larutan gula


kedalam bengkuang. Semakin tinggi
0,1 suhu perendaman, maka semakin cepat
penyerapan larutan gula ke dalam
0,05 bengkuang.
20 30 40 50 60 2. Terjadi perubahan fisik pada bengkuang
Suhu (oC)
selama perendaman, yaitu bengkuang
Gambar 10. Hubungan antara k1 dan suhu terlihat mengerut dan dari waktu ke
waktu kerutan semakin mengecil.
Gambar di atas menjelaskan dengan
konsentrasi 20,6 oBrix koefisien k1 akan Kerutan yang terjadi pada bengkuang
turun sebesar 0,006/1oC kenaikan suhu. Pola diduga terjadi karena adanya air yang
kecenderungan serupa terjadi pada keluar dari dalam bengkuang sehingga
konsentrasi yang lain. Namun demikian terjadi penurunan bobot bahan dan
tampak bahwa dengan naiknya konsentrasi, terjadi perubahan dimensi ke seluruh
pengaruh suhu terhadap k1 semakin kecil.
arah yaitu panjang, tebal dan tinggi.
Pada konsentrasi 40,7 oBrix, k1 pada suhu
30oC adalah 0,061 (sama dengan nilai k1 3. Koefisien k1 persamaan Peleg
pada suhu 40 oC), berubah sedikit menjadi berhubungan dengan suhu. Kenaikan
0,064 pada konsentrasi 40,7 oBrix. suhu diikuti dengan penurunan k1 pada
konsentrasi gula rendah (20,6-30,7
Sebagaimana dinyatakan oleh peleg, k2 oBrix), tetapi tidak signifikan pada
berhubungan dengan karakteristik serapan konsentrasi gula tinggi (40,7 oBrix).
air dalam bahan pangan. Data Tabel 1
menyatakan bahwa kenaikan konsentrasi 4. Koefisien k2 kenaikan konsentrasi
diikuti dengan turunnya koefisien k2. Artinya cenderung menurunkan koefisien k2
hasil ini sejalan dengan pemikiran Peleg. yaitu pada suhu 30 oC dan konsentrasi
Pada suhu 30 oC dan konsentrasi 20,6 oBrix, 20,6 oBrix, k2 adalah 19,76 turun
k2 adalah 19,76 turun menjadi 14,11 pada menjadi 14,11 pada konsentrasi 40,7
konsentrasi 40,7 oBrix. Pola serupa untuk oBrix. Besarnya penurunan k2 semakin
suhu yang lain. Turunnya k2 dengan
kecil dengan naiknya suhu.
kenaikan konsentrasi dapat dijelaskan
sebagai berikut. Semakin tinggi konsentrasi
4.2. Saran
maka jumlah molekul gula di dalam larutan
Saran dari penelitian ini adalah perlu
semakin banyak (pekat), sehingga
diadakannya penelitian lanjutan untuk
diperlukan energi yang lebih tinggi untuk
mengetahui sifat mekanik yang terjadi pada
terjadinya adsorpsi ke dalam bahan. Yang
bengkuang selama perendaman dengan suhu
perlu dicatat bahwa kenaikan suhu
yang berbeda dan konsentrasi larutan gula
cenderung menurunkan k2. Hasil ini belum
yang digunakan.
dapat dijelaskan sumber penyebabnya dan
perlu verifikasi lebih lanjut namun dugaan
awal adalah kenaikan suhu akan membuat
ketegaran spesimen buah menjadi lebih
tinggi sehingga proses adsorpsi terhambat.

93
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi.... (Malyan Afri Arlita, Sri Waluyo, Warji)

DAFTAR PUSTAKA American Applied Research, 40,131-


136.
Agustina, N., Waluyo, S., Warji, dan Tamrin.
Khan, R.M. 2012. Osmotic dehydration
2013. Pengaruh Suhu Perendaman
technique for fruits preservation-A
Terhadap Koefisten Difusi Dan Sifat
review. Pakistan Journal of Food
Fisik Kacang Merah (Phaseolus
Sciences, 22(2), 71-85.
Vulgaris L.). Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2(1), 37-44.
Koide, S., Tako, T., and Nishiyama, Y. 2001.
Open crack formation in rice with
Ali, S. Z., and Bhattacharya, K. R. 1980.
cracked endosperm and cracked
Pasting behaviour of parboiled rice. J.
surface during soaking. (In Japa- nese
Texture Stud. 11:239.
with English abstract) J. Jpn. Soc. Food
Bett-Garber, K. L., Champagne, E. T., Ingram, Sci. Technol. 48:69-72.
D. A., and McClung, A. M. 2007.
Influence of water-to-rice ratio on Moreira, R., F. Chenlo., L. Chaguri and C.
cooked rice flavor and texture. Cereal Fernandes, 2008. Water absorption,
Chem. 84, 614-619. texture and color kinetics of airdried
chestnuts during rehydration. J. food
Bilbao-Sáinz, C., A. Andres and P. Fito, 2005. Eng., 86, 584-594.
Hydration kinetics of dried apples as
Panagiotou, N.M., Karathanos, V.T. dan
affected by drying conditions. J. Food
Maroulis, Z.B. 1998. Mass transfer
Eng., 68, 369–376.
modelling of the osmotic dehydra- tion
of some fruits. International Journal of
Chavan. U. D dan Amarowicz, R. 2012.
Food Science and Technology, 33, 267–
Osmotic dehydration process for
284.
preservation of fruits and vegetables.
Journal of Food Research, 1(2), 202 –
Peleg, M. 1988. An empirical model for the
209.
description of moisture sorption
curves. Journal of Food Science, 53,
Cunningham, S.E. and W.A. McMinn. 2007.
1216–1217.
Effect of processing conditions on the
water absorption and texture kinetics
Santiana, R.O., Waluyo, S., dan Suhandy, D.
of potato. J. Food Eng., 84, 214-223.
2004. Pengaruh Lama Perebusan dan
Estiasih, Teti dan Kgs Ahmadi. 2009. Perendaman Terhadap Tingkat
Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Pengupasan Biji Kedelai. Jurnal
Aksara. Jakarta. 273 hlm. Teknologi & Industri Hasil Pertanian,
8(1), Jurusan Teknologi Pertanian,
Hariati, Isni., B. T, Chairun. N dan Barus,Asil. Universitas Lampung, Lampung.
2012. Tanggap pertumbuhan dan
produksi bengkuang terhadap Sudjadi, B dan Laila, S. 2007. Biologi Sains
dalam Kehidupan 2A Semester
beberapa dosis pupuk kalium dan
jarak tanam. Jurnal Online Pertama. Surabaya : Yudhistira.
Agroekoteknologi, 1(1), 99 – 108.
Thakur, A. K., and Gupta, A. K. 2006. Water
Hizaji, A.S., Y. Maghsoudlou and S.M. Jafari. absorption characteristics of paddy,
2010. Application of Peleg Model to brown rice and husk during soaking. J.
Study Effect of Water Temperature and Food Eng. 75, 252-257.
Storage Time on Rehydration Kinetics
of Air Dried Potato Cubes. Latin Warisno dan Dahana, K. 2007. Budidaya
Bengkuang. Penerbit CV Sinar
Cemerlang Abadi. Jakarta.

94

You might also like