You are on page 1of 10

Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No.

2: 16 - 25

Aplikasi teknologi bioflok (BFT) pada kultur ikan nila, Orechromis niloticus)

(Application of biofloc technology (BFT) in the culture of


Nile tilapia, Oreochromis niloticus)

Frandy Ombong1, Indra R.N. Salindeho2


1
) Mahasiswa pada Program Studi Budidaya Perairan, FPIK, UNSRAT.
Email: frandy_ombong@yahoo.com
2
) Staf Pengajar pada FPIK, UNSRAT Manado
Email: salindeho.raymond@gmail.com

Abstract

This study was aimed to find out the growth rate of Nile Tilapia (Oreochromis
niloticus) cultured with biofloc technology, and to understand the dynamic of several water
quality parameters during culture period. This experiment was conducted in the Laboratory of
Aquaculture Technology, FPIK, UNSRAT. Several substances were added to stimulate the
development of biofloc, which were: 0,3 mL of EM-4 containing probiotic-bacteria
Lactobacillus casei dan Saccharomyces cerevisiae.; 15 mL of mollases; 0,5 g of yeast
commonly used to ferment soybean ; 12 g of dolomite. 60 seeds of nile tilapia, with an
individual weight of 6 g, were stocked in each container. Fish were fed at a dose of 3% of
the total biomass/day at the first week, and the dose was decreased down to 1% of the total
biomass per day afterwards. Fish were weighed at day-1, day-15 and day-30. The change of
water color and the density of the floc was consistently evaluated using imhoff-cone. The
initial weight of the tested individual fish were 6,00 g. After 15 days, the weight was
increased to 7,37g, and at the end of the experiment the individual fish weighed 11,47 g.
Hence, the absolut growth of the tested fish was 5,47g, the specific growth rate was 91% and
the daily growth rate was 2,11%. The density of flok reached 9,5 mL/L at the beginning of
the second week, which was categorized as very high density. The density of floc then was
decreased to 4 mL/L. The density of the floc was maintained around 5 mL/L during the
experiment. The temperature of the medium was at the range of 26-300C. The level of
ammonia was 0,03mg/L and the level of nitrite fluctuated between 0,15-3mg/L, which is
normal and safe for biofloc system. The level of nitrate was 4-55 mg/L, which was quite
high for biofloc system but not harmful for fish.

Keywords: Biofloc, Nile-Tilapia, growth, floc-density.

PENDAHULUAN dengan kepadatan organisme kultur yang


tinggi, sehingga nilai produksi per satu
Dalam konteks akuakultur, sistem satuan luas area kultur menjadi berlipat
intensif pada umumnya mengindikasikan ganda (Midlen and Redding, 1998).
praktek akuakultur dengan memanfaatkan Penerapan sistim intensif secara signifikan
lahan atau area kultur sekecil mungkin, meningkatkan produksi akuakultur,

16
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

sehingga margin keuntungan pembudidaya pada level yang tidak layak, khususnya,
juga meningkat (Pillay, 1993). Input DO, NH3, NO2, NO3 (Midlen and
teknologi dilakukan pada semua aspek Redding, 1998; Ekasari, 2009). Kondisi
dalam operasional akuakultur seperti, ini pada awalnya menyebabkan organisme
infrastruktur, kualitas benih, nutrisi dan kultur berada dalam keadaan cekaman
pakan, kualitas air, kesehatan dan (stress) yang dapat mengakibatkan
lingkungan akuakultur (Pillay, 1992; ketahanan dan kekebalan tubuh akan
Midlen and Redding, 1998). Di lain menurun. Ikan dalam kondisi seperti itu
pihak, intensifikasi membutuhkan biaya sangat mudah diserang oleh
investasi dan operasional yang sangat mikroorganisme patogenik, yang pada
besar, dan juga memiliki dampak negatif umumnya sudah berkembang pesat dalam
yang tak terhindarkan (Avnimelech, 2009; wadah kultur dengan kondisi seperti itu
Ekasari,2009). (Yuasa dkk., 2003). Jika kondisi ini
Pada sistem intensif, untuk memicu dibiarkan berlarut dan tidak ditangani
pertumbuhan ikan yang dikultur dengan segera, maka kematian ikan kultur akan
kepadatan tinggi, maka pakan dengan nilai mulai terjadi. Penanganan yang paling
nutrisi tinggi harus disuplai dalam jumlah penting adalah dengan mengontrol
yang besar sesuai dengan total biomassa medium air kultur agar tidak terakumulasi
ikan kultur (Ekasari, 2009). Akan tetapi, dengan semua material-material buangan
berdasarkan data penelitian serta observasi serta produk dekomposisinya (Midlen and
pada usaha-usaha kultur ikan dan Redding, 1998).
krustasea, dari total jumlah pakan yang Pada daerah dengan sumber air
disuplai ke wadah kultur, hanya sekitar 30- bersih yang berlimpah, sistim air mengalir
40% yang dapat dimanfaatkan oleh (running water system) biasanya
organisme kultur untuk pertumbuhan dan diterapkan untuk kultur intensif dengan
sumber energi untuk pergerakan kepadatan tinggi, contohnya kolam air
(Beveridge, 1991; Avnimelech, 2009) . deras (Forteath, 1993). Akan tetapi lokasi-
Sebagian pakan tidak ditangkap oleh ikan lokasi tersebut sangat terbatas jumlahnya
dan jatuh ke dasar wadah, sementara dari dan pada umumnya banyak kepentingan
yang sudah dimakan oleh ikan, yang mengakses sumber air tersebut,
sebagiannya lagi akan terbuang dalam sehingga rentan terjadi konflik
bentuk faeces. Pakan yang tidak kepentingan. Akuakultur dengan sistem
termakan, faeces dan produk sisa resirkulasi (recirculation system) menjadi
metabolisme ikan, merupakan material- alternatif karena dapat diterapkan di mana
material buangan yang akan terakumulasi saja, meskipun sumber air sangat terbatas
dalam wadah kultur dengan konsentrasi (Forteath, 1993).
yang sangat tinggi, sesuai dengan jumlah Akan tetapi, operasional sistem
pakan yang disuplai (Pillay, 1992; Midlen resirkulasi sangat kompleks dan
and Redding, 1998). membutuhkan biaya besar karena, ruangan
Material-material buangan ini akan harus cukup besar untuk menempatkan
terurai dan membentuk gas-gas serta bagian-bagian dari sistem, pompa harus
substansi yang bersifat racun dan dioperasikan secara terus-menerus untuk
mengakibatkan beberapa parameter memutar air melewati sistem filtrasi,
kualitas air akan berfluktuasi dan berada pencucian filter mekanis setiap periode

17
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

waktu tertentu dan kondisi biofilter harus bioflok merupakan teknologi yang tepat
dikontrol efektifitasnya (Boham, 2004). untuk kultur ikan nila secara intensif
Oleh karena itu penelitian terus dilakukan dengan mempertimbangkan sifat ikan nila
untuk mendapatkan suatu bentuk yang mampu hidup pada kepadatan tinggi
pengelolaan air media kultur secara efisien dan memiliki toleransi yang luas pada
dan efektif, dan salah satu alternatif yang kondisi kualitas air.
terbaik adalah teknologi bioflok yang terus
disempurnakan sampai saat ini METODE PENELITIAN
(Avnimelech, 2009; Taw, 2014).
Pada sistem akuakultur dengan Percobaan ini dilaksanakan mulai
teknologi bioflok, air media kultur hanya dari Mei sampai Juni 2016, di
sekali dimasukkan dalam wadah, dan Laboratorium Teknologi Akuakultur,
digunakkan sampai panen. Penambahan Program Studi Budidaya Perairan,
air hanya untuk mengganti penguapan dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
pengontrolan kepadatan bioflok Universitas Sam Ratulangi.
(Avnimelech, 2009; Ekasari, 2009).
Dibanding sistem resirkulasi yang sangat Persiapan wadah kultur
kompleks, sistem kultur dengan teknologi Wadah kultur bioflok ikan nila
bioflok hanya menggunakan satu wadah, adalah dua unit loyang plastik masing-
yakni wadah kultur. Penguraian bahan masing berkapasitas 80 liter, dan diisi
organik oleh bakteri dan mikroorganisme dengan air tawar sebanyak 60 liter per
pengurai, sampai pada pemanfaatan hasil- wadah. Air tawar untuk medium kultur
hasil penguraian oleh mikroalga dan diperoleh dari sumur yang ada di halaman
mikroorganisme yang tumbuh, terjadi Fakultus Perikanan dan Ilmu Kelautan,
dalam wadah secara seimbang dengan Universitas Sam Ratulangi. Setiap wadah
kepadatan organisme kultur yang sangat dilengkapi dengan 2 tipe aerator, yaitu
tinggi. Pengontrolan kualitas air terjadi airlift pump-aerator yang ditempatkan 4
dalam wadah kultur itu sendiri, oleh sistem unit pada tiap wadah, dan diffuser aerator
bioflok yang sudah berjalan dalam wadah (menggunakan batu aerasi) yang
kultur. Sistem ini sangat murah, ditempatkan 1 unit pada tiap wadah. 4 unit
sederhana, ramah lingkungan dan airlift-pump aerator pada setiap wadah
memiliki produktifitas yang sangat tinggi diatur searah sehingga air dalam wadah
(Taw, 2014). Oleh karena itu, sistem berputar secara terus menerus agar tidak
kultur dengan teknologi bioflok sangat terakumulasi endapan solid material di
penting untuk dipahami, didiskusikan, dasar wadah. Pada bagian tengah wadah
didiseminasikan untuk semua pemangku diletakkan diffuser aerator untuk
kepentingan dalam bidang akuakultur. memungkinkan supaya air yang berputar
Ikan nila merupakan salah satu tidak mengumpulkan solid organik
komoditas unggulan perikanan dengan material di tengah wadah, dan mencegah
tingkat permintaan pasar yang terus terciptanya daerah mati pada dasar wadah
meningkat, sehingga produktivitasnya (dead area). Sebagai pompa udara untuk
harus dipacu terus menerus dengan airlift pump dan diffuser aerator digunakan
berbagai teknologi akuakultur sistem 1 unit air-blower dengan kapasitas 45L
intensif (Maryam 2010). Teknologi udara per menit dan 4 unit portable

18
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

aerator, masing-masing dengan kapasitas berikut yang ditambahkan ke media kultur


3,5L udara per menit. Pada bagian atas adalah 0,50 gram ragi tempe yang
setiap wadah ditempatkan lampu TL- dilarutkan dalam 200 mL air tawar
20watt sebagai sumber cahaya tambahan kemudian disebarkan ke media kultur.
untuk medium bioflok. Bahan terakhir yang ditambahkan adalah
Ikan uji adalah benih ikan nila 12 gram dolomite yang dilarutkan dalam
yang diperoleh dari Balai Benih Ikan, 200 mL air tawar, dan dimasukkan ke
Dinas Kelautan dan Perikanan SULUT, di dalam medium kultur.
desaTateli, Minahasa. Ikan uji
diaklimatisasi selama 1 minggu sebelum Manajemen kultur bioflok
dikultur dengan teknologi bioflok. Ikan Setelah medium kultur bioflok
uji ditimbang secara individu terbentuk, ikan uji dimasukkan ke dalam
menggunakan timbangan digital yang wadah kultur. Pemberian pakan dilakukan
memiliki ketelitian 0,1gram. pada pagi dan sore hari. Minggu pertama
Penimbangan dilakukan pada malam hari, pemberian makanan sebanyak 3% dari
pukul 18:00-20:00, dengan menggunakan bobot tubuh ikan, setelah 1 minggu
timbangan digital O’hauss dengan pembarian makanan diturunkan menjadi
ketelitian 0,1gram. Berat rata-rata ikan 1% dari bobot tubuh ikan. Setelah minggu
pada awal percobaan adalah 6,0 pertama salinitas dinaikan sampai 7 ppt,
gram/ekor. minggu ke-2 salinitas dinaikan sampai 10
ppt. Selama periode kultur, kondisi fisika,
Persiapan media kultur bioflok kimia dan biologi air berfluktuasi secara
Pada setiap wadah kultur yang dinamis akibat adanya manipulasi medium
sudah berisi air tawar sebanyak 60 liter, kultur dengan probiotik, prebiotik serta
ditambahkan beberapa substansi yang akan substansi pengontrol lainnya. Oleh karena
membentuk bioflok dalam media kutur. itu dilakukan observasi dan analisis
Sebelum bahan-bahan tersebut kondisi air selama periode kultur.
ditambahkan, sistim aerasi pada kedua Warna air pada suatu sistim bioflok
wadah kultur sudah harus dalam keadaan dapat berubah tergantung tahapan
aktif. Pertama-tama diinokulasikan perkembangan awal bioflok, komposisi
bakteri probiotik ke dalam medium kultur. utama flok dan tingkat kepadatan flok.
Bakteri probiotik yang dipakai adalah EM- Oleh karena itu warna air diobservasi
4 (Effective microorganisms-4) yang selama kultur. Perkembangan kepadatan
mengandung bakteri Lactobacillus casei flok dalam medium kultur juga diobservasi
dan Saccharomyces cerevisiae. secara konsisten. Satish (2010)
Sebanyak 0,3 mL EM-4 digunakan untuk mengklasifikasikan perkembangan flok
60L media kultur. EM-4 dilarutkan dulu menjadi 5 tahapan: Tahap-1: Floc mulai
dalam 200 mL air, kemudian disebarkan muncul tetapi belum dapat diukur; Tahap-
secara merata ke medium kultur. 2 : Floc tidak padat, < 1.0 mL/liter; Tahap-
Selanjutnya mollase sebanyak 15 mL 3: Floc mulai padat, 1.0 – 5.0 mL/liter;
dilarutkan dalam 200 mL air tawar, Tahap-4 : Floc kepadatan tinggi, 5.1 – 10.0
kemudian diaduk sampai merata. Hasil ml/liter; Tahap-5: Floc kepadatan tinggi,
adukan tersebut kemudian secara bertahap > 10.1 mL/liter. Kepadatan flok diukur
disebarkan ke media kultur. Bahan menggunakan alat khusus yang disebut

19
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

imhoff-cone, berupa tabung kerucut harian menggunakan rumus seperti yang


berskala dengan ketelitian 1 mL, dan dikemukakan oleh Huisman dalam Aini
kapasitas 1000 mL. Pengukuran (2008).
kepadatan flok dilakukan dengan
mengambil air medium kultur sebanyak Parameter kualitas air
1000ml dan dimasukkan dalam imhoff- Pengukuran suhu dilakukan pada
cone. Banyaknya endapan flok di dasar pagi, siang dan sore hari dengan
imhoff-cone diukur setelah air dalam cone menggunakan termometer Celcius batang.
didiamkan selama 20 menit. Amoniak diukur menggunakan test-kit
Hasil pengamatan terhadap tingkat Ammonia Alert, Seachem Laboratories
kepadatan flok menentukan tindakan apa Inc. Pengukuran nitrit dengan
yang harus dilakukan. Jika kepadatan menggunakan Sera Nitrite (NO2) Test,
terlalu tinggi, maka harus dilakukan produksi Sera GmbH. Pengukuran nitrat
pengenceran medium kultur. Jika dengan menggunakan Sera Nitrat (NO3)
kepadatan flok terlalu rendah, maka dapat Test, produksi Sera GmbH.
ditambahkan probiotik dan mollases.
Material padatan organik yang ada dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
wadah kultur secara rutin dikeluarkan.
Setiap dua hari sekali, air media kultur Pertumbuhan Ikan Nila
didiamkan selama 1 menit, kemudian Berat rata-rata ikan nila uji pada
dasar wadah disipon dengan selang awal pemeliharaan adalah 6,005gram, dan
diameter 10mm untuk mengeluarkan setelah 14 hari, berat ikan meningkat
padatan yang terkumpul di dasar wadah. menjadi 7,370 gram, dan pada akhir
Beberapa parameter kualitas air pemeliharaan, yakni hari ke 30, berat rata-
seperti suhu, amoniak, nitrit dan nitrat, rata ikan menjadi 11,475 gram (Gambar-
dikontrol selama periode kultur. 1). Dengan mengkonversi nilai-nilai
Avnimelech (2009) merekomendasikan pertambahan berat tersebut maka diperoleh
bahwa jika amoniak terlalu tinggi maka nilai pertumbuhan mutlak ikan nila uji
sumber karbon harus ditambah, dan adalah 5,47gram, pertumbuhan nisbi 91%
protein pakan dikurangi. Jika nitrit terlalu dan pertumbuhan harian sebesar 2,11%.
tinggi, maka sistim aerasi harus dievaluasi Ikan nila yang dikultur dengan
dan enapan bahan organik disedot keluar. teknologi bioflok pada percobaan ini
Dapat juga ditambahkan substansi sumber memiliki pertumbuhan yang lebih cepat
karbon. dibandingkan pertumbuhan ikan nila yang
dilaporkan pada hasil-hasil penelitian
Pengumpulan data sebelumnya. Pawartining dkk. (2003)
Pertumbuhan melaporkan bahwa ikan nila dengan berat
Data hasil penimbangan kemudian awal 5,2 gram yang dikultur dengan
dikonversi menjadi nilai pertumbuhan kepadatan 200 ekor/m2, memiliki
mutlak, pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan mutlak 3,83 gram setelah
pertumbuhan harian. Pertumbuhan bobot satu bulan pemeliharaan. Sedangkan ikan
mutlak dan pertumbuhan relative yang dikultur dengan berat awal 5,51 gram
mengikuti petunjuk yang dikemukakan memiliki pertumbuhan mutlak 4,28 gram.
oleh Ricker (1994). Laju pertumbuhan Sementara Prakoso dkk. (2010)

20
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

melaporkan bahwa benih ikan nila unggul Warna air medium dan kepadatan
hasil persilangan dengan ukuran awal 2-3 bioflok
cm memiliki pertumbuhan mutlak pada Warna air pada suatu sistim bioflok
kisaran antara 1,625 g – 2,815 gram untuk dapat berubah tergantung tahapan
masa kultur 50 hari. Sedangkan Maulana perkembangan awal bioflok, komposisi
(2011) melaporkan bahwa ikan nila yang utama flok dan tingkat kepadatan flok. Air
dikultur pada peningkatan salinitas sampai medium bioflok dapat berwarna hijau jika
15 ppt, memiliki pertumbuhan mutlak flok didominasi oleh algae, sementara jika
terbaik sebesar 2 gr setelah masa kultur 1 flok mulai didominasi oleh bakteri maka
bulan. Pada percobaan ini, pertumbuhan warna akan berubah menjadi kecoklatan.
mutlak yang dicapai oleh ikan nila uji Kepadatan flok yang tinggi serta
dengan berat awal 6,005 gram dan suspended-solids yang padat menyebabkan
dikultur selama 30 hari adalah 5,47 gram. medium air menjadi coklat gelap (Rostro
Laju pertumbuhan harian ikan nila et al. 2012; Taw, 2014).
uji pada praktek kerja lapang ini sebesar Hasil observasi pada percobaan ini,
2,11%, berada pada kisaran normal dari di awal periode kultur, air yang telah
nilai pertumbuhan harian yang dicapai dimanipulasi dengan probiotik, prebiotik,
oleh ikan nila pada penelitian-penelitian serta substansi pengontrol lainnya
yang sudah dilakukan sebelumya. berwarna coklat. Setelah 4 hari, mulai
Setiawati dan Suprayudi (2003) terbentuk busa pada permukaan air dan
melaporkan bahwa ikan Nila dengan berat warna air menjadi cokelat kemerahan.
awal 4,15 - 4,42 g yang dikultur pada Kondisi ini mengindikasikan
peningkatan salinitas dari 0 sampai 10 ppt perkembangan awal bioflok berada pada
memiliki laju pertumbuhan harian pada masa transisi (Avnimelech, 2009).
kisaran antara 1,85 -2,57%. Sementara Perkembangan awal serta masa transisi
Diansari dkk. (2013) menyatakan bahwa untuk pembentukan bioflok pada kultur
ikan nila dengan ukuran awal 4cm dan ikan nila memerlukan waktu yang lebih
dikultur dengan kepadatan berbeda pada cepat dibanding pada kultur organisme lain
sistim resirkulasi memiliki laju (Avnimelech, 2009). Oleh karena itu,
pertumbuhan harian pada kisaran 1,7 – pada percobaan ini, hanya dalam waktu 5
2,5%. hari, warna air menjadi coklat gelap dan
flok mulai meningkat kepadatannya.
Air Medium Bioflok Perkembangan kepadatan flok kemudian
Selama periode kultur ikan Nila terjadi sangat cepat sampai hari
dengan teknologi bioflok, kondisi fisika, kesembilan. Warna air setelah dilakukan
kimia dan biologi air berfluktuasi secara pengenceran menjadi cokelat cerah.
dinamis akibat adanya manipulasi medium Pengenceran kedua dilakukan pada hari
kultur dengan probiotik, prebiotik serta ke-20, warna air setelah dilakukan
substansi pengontrol lainnya. Oleh karena pengenceran masih berwarna cokelat
itu dilakukan observasi dan analisis cerah.
kondisi air selama periode kultur.

21
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

14,000

12,000
11,475
10,000

Bobot ikan (gram) 8,000


7,370
6,000 6,005

4,000

2,000

0
1 14 31
hari

Gambar 1. Grafik pertambahan berat rata-rata ikan nila yang dikultur


dengan teknologi bioflok.

10
9.5 9.5
8

6 6
5 5 5
4 4 4

2 1.75

0 0.4
hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke- hari ke-
3 5 7 9 11 14 15 19 22 28

Gambar-2. Perubahan kepadatan flok (mL/L) pada media kultur ikan nila dengan
teknologi bioflok.

Hasil observasi kepadatan bioflok memasuki minggu ketiga peningkatan


selama periode kultur ditunjukkan pada kembali mencapai 9,5mL/L, sehingga
Gambar-2. Pada minggu pertama, flok dilakukan pengenceran lagi pada minggu
mulai terbentuk dan kepadatannya ketiga. Setelah pengenceran, kepadatan
meningkat sampai pada 5 ml/L. Pada awal flok turun menjadi 6 mL/L. ini terjadi
minggu kedua kepadatan flok sudah sangat sampai minggu keempat hingga 0,4 mL/L.
tinggi, yakni 9,5mL/L, sehingga dilakukan Pengendapan yang terjadi didasar wadah
pengenceran medium kultur sampai 50%. dikeluarkan setiap 2 hari. Pengeluaran
Setelah pengenceran, kepadatan bioflok endapan dari dasar wadah mempengaruhi
turun menjadi 4mL/L pada minggu kedua. kepadatan bioflok dan warna air.
Kepadatan bioflok meningkat terus dan

22
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

Parameter kualitas air Pengukuran pertama dilakukan pada


Suhu minggu pertama dan diperoleh kandungan
Selama percobaan suhu medium Nitrit sebesar 0,15 mg/L. Kandungan
kultur berada pada kisaran 26-300C. Nilai nitrit meningkat signifikan menjadi 3mg/L
ini masih dalam kisaran yang optimal pada pengukuran kedua di minggu kedua.
untuk pemeliharaan ikan nila. Shokita et Setelah dilakukan pengenceran medium
al., (1991) menyatakan bahwa, kisaran kultur, pada minggu ketiga kandungan
suhu yang optimal untuk pemeliharaan Nitrit turun menjadi 0,75 mg/L. Dan
ikan nila adalah 27-320C, sedangkan pengukuran yang keempat dilakukan pada
menurut Suryaningrum (2012), kisaran hari minggu keempat dengan hasil 2,25
suhu yang layak untuk pemeliharaan ikan mg/L. Rostro et al. (2014) menyatakan
nila adalah 26-28,50C. Suhu akan bahwa konsentrasi NO2-N yang
mempengaruhi aktifitas kehidupan dari direkomendasikan untuk kultur dengan
organisme kultur seperti nafsu makan dan teknologi bioflok sebaiknya dibawah 2
laju metabolisme. Peningkatan suhu akan mg/L. Sementara Suryaningrum (2012)
meningkatkan laju makan ikan, dan menyatakan bahwa kandungan nitrit yang
apabila suhu menurun maka akan layak untuk budidaya ikan nila berkisar
menyebabkan nafsu makan menurun dan 0,009-0,020 mg/L.
metabolisme ikan berjalan lambat
(Effendi, 2003 dalam Mulyani dkk, 2014). Nitrat
Pengukuran nitrat dilakukan empat
Amoniak kali selama percobaan, dimana pengukuran
Hasil pengukuran konsentrasi pertama dilakukan pada minggu pertama
amoniak pada wadah kultur ikan nila menunjukkan kandungan nitrat sebesar
dengan bioflok adalah 0,03 mg/L. 5mg/L. Pada minggu kedua level nitrat
Menurut Crab (2010), Ammonia-N meningkat sangat cepat menjadi 70 mg/L,
bersifat toksik pada ikan kultur jika dan turun menjadi 45mg/L dan 55mg/L
konsentrasinya sudah berada di atas 1,5 pada minggu ketiga dan keempat. Ada
mg N/L, meskipun sering perbedaan pendapat tentang level nitrat
direkomendasikan bahwa level yang dapat (NO3) yang aman dan dapat diterima
diterima untuk unionized ammonia pada untuk kultur ikan dalam referensi.
suatu sistim akuakultur hanya setinggi Rostro et al. (2014) menyatakan bahwa
0.025 mg N/L. Selanjutnya Rostro et al. konsentrasi NO3-N pada bioflok sebaiknya
(2012) menyatakan bahwa, pada suatu tidak melebihi 10.0 mg/L. Menurut
sistim bioflok, sebaiknya konsenrasi NO3- Oktavia dkk (2012) batas maksimal yang
N lebih kecil dari 1.5 mg / L. Dengan dianjurkan yaitu 30 mg/L. Namun
demikian, konsentrasi amoniak pada menurut Taw (2014) peningkatan
medium kultur bioflok sebesar 0,03 mg/L kandungan nitrat sampai 40 mg/L tidak
berada pada level yang aman untuk ikan membahayakan bagi organisme kultur.
kultur dan sistim bioflok. Sementara Forteath et al., (1993)
menyatakan bahwa sebaiknya konsentrasi
Nitrit Nitrat dalam medium kultur ikan bersirip
Pengukuran nitrit dilakukan empat berada dibawah 100mg/L.
kali selama percobaan berlangsung.

23
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

KESIMPULAN Crab R. 2010. Bioflocs technology: an


integrated system for the removal
Benih ikan nila yang dikultur of nutrients and
dengan teknologi bioflok memiliki simultaneous production of feed in
pertumbuhan mutlak, pertumbuhan nisbi aquaculture. Ph.D Thesis. Faculty
dan pertumbuhan harian yang lebih cepat of Bioscience Engineering, Gein
dibanding data nilai pertumbuhan ikan Universiteit.
Nila pada umumya. Ekasari. 2009. Teknologi Bioflok: Teori
Kondisi medium air kultur bioflok dan aplikasi dalam perikanan
menunjukkan perkembangan bioflok yang budidaya sistem intensif. Jurnal
cepat dengan mencapai kepadatan flok Akuakultur Indonesia. 8(2): 117-
yang tinggi selama masa kultur, sehingga 126.
perlu dilakukan beberapa kali Forteath N, Wee L, Frith M. 1993. Water
pengenceran. quality. In: Recirculation Sistem:
Parameter kondisi kualitas air yang Design, Construction And
diamati berada pada kisaran yang layak, management. Hart P anf Sullivan,
kecuali kandungan nitrat yang relatif D Departement Of Aquacuture.
tinggi dan di atas nilai normal untuk sistim University of Tasmania. 1-21 p.
bioflok. Amoniak berada pada nilai yang Forteath N. 1993. Types of recirculating
sangat aman, nitrit berada pada kisaran systems. In: Recirculation Sistem:
yang normal untuk sistim bioflok. Design, Construction And
management. Hart P anf Sullivan,
D Departement Of Aquacuture.
DAFTAR PUSTAKA University of Tasmania. 33-39 p.
Landau M. 1992. Introduction To
Anonimous. 2011. Panduan Budidaya Ikan
Aquaculture. John Wiley & Sons,
Nila Sistem Keramba Jaring
Inc. Canada. 440 p.
Apung. WWF-Indonesia. 32 hal.
Maryam S. 2010. Budidaya Super Intensif
Arie U. 1998. Pembenihan dan
Ikan Nila Merah (Oreochomis sp.)
Pembesaran Nila Gift. Penebar
Dengan Teknologi Bioflok : Profil
Swadaya. 126 hal.
Kualitas Air, Kelangsungan Hidup
Avnimelech YT. 2009. Biofloc
dan Pertumbuhan. Fakultas
Technology. Technion, Israel
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institute of Technology and
Institut Pertanian Bogor. 66 hal.
World Aquaculture Society.
Midlen A, Redding TA. 1998.
https://www.was.org/documents/m
Environmental Management of
eeting Presentations/ WA2009/
Aquaculture. Chapman and Hall.
WA2009_ 0581.pd.
London. 224pgs.
Beveridge M. 1991. Cage Aquaculture,
Mulyani YS, Yulisman, Mirna F. 2014.
Fishing News Books.
Pertumbuhan dan efisiensi pakan
USA.Elsevier. Amsterdam. Pgs
ikan nila (Oreochromis niloticus)
264.
yang dipuasakan secara periodik.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia,
2(1):1-12.

24
Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 16 - 25

Oktavia DA. 2012. Pengolahan limbah cair Shokita S, Kakazu K, Tomori A, Toma T.
perikanan menggunakan 1991. Aquaculture in Tropical
konsorsium mikroba indigenous Areas. Midori Shobo. Japan. pgs.
proteolitik dan lipolitik. 360.
Agrointek, 6(2): 65-71. Suryaningrum FM. 2012. Aplikasi
Pillay TVR. 1993. Aquaculture: Principles teknologi boiflok pada
and Practices. Fishing News pemeliharaan benih ikan nila.
Books. London. Pgs 575. Thesis. Program Pascasarjana
Pillay TVR. 1992 . Aquaculture and the Universitas Terbuka. 123 hal.
Environment. Fishing News Book. Taw N. 2014. Shrimp Farming in Biofloc
189 pgs. System: Review and recent
Ricker WE. 1994. Bioenergetics and developments. FAO project, Blue
Growth. In Fish Physiology, Vol Archipelago. Presented in World
VIII. Hoar, W.S., DJ. Randal and Aquuaculture 2014, Adelaide.
Brett, J.R. (Eds.). Academic Press Yuasa K, Panigoro N, Bahnan M, Kholidin
Inc. 678-744 pgs. E. 2003. Panduan Diagnosa
Rostro PC, Fuentes JA, Vergara MPH. Penyakit Ikan ( Teknik diagnosa
2012. Biofloc, A technical penyakit ikan air tawar, di
alternative for culturing Indonesia). BBAT-Jambi dan
Macrobrachium rosenbergii. Lab. JICA. 75 hal.
of Native Crustacean Aquaculture,
Tech. Institute of Boca del Rio.

25

You might also like