You are on page 1of 108

RESPON KARAKTER FISIOLOGI TANAMAN KEDELAI

(Glycine max L.) TERHADAP GENANGAN DAN PEMBERIAN


PUPUK N

SKRIPSI

ALFIANURTASYA
4442160010

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : RESPON KARAKTER FISIOLOGI TANAMAN KEDELAI


(Glycine max L.) TERHADAP GENANGAN DAN PEMBERIAN
PUPUK N
Oleh : Alfianurtasya
NIM : 4442160010

Serang, November 2020

Menyetujui dan Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Rusmana, M.P. Sri Ritawati, S.TP., M.Sc.


NIP. 196402101990021001 NIP. 197807252005012006

Ketua Jurusan

Andi Apriany Fatmawati, Ir., M.P.


NIP. 196904072003122001

iii
ABSTRACT

This research was aimed to know effect of Physiological Character Response of


Soybean Plants (Glycine max L.) on Waterlogging and Nitrogen Fertilizer.This
research has been conducted from November 2019 until January 2020 at Green
House 4th floor Faculty of Agriculture, Sultan Ageng Tirtayasa University, Serang
– Banten. This research used a Randomized Block Design (RBD) with two
factors, the first factor was waterlogging of four levels g0 (100%) SWA (Soil
Water Avaiable), g1 (125%) SWA, g2 (150%) SWA, g3 (175%) SWA. The second
factor was nitrogen fertilizer of three levels n0 (0 kg/ha), n1 (25 kg/ha), n2 (50
kg/ha) and three replication, in order to get the result of thirty six unit of
experiment. The parameters observed were plant high, number of leaves, leaf
width, chlorophyll content of leaves, stomatal observation, wet weight and dry
weight of plant, root length, harvest age, number of empty pods, number of filled
pods, number of seeds, wet weight and dry weight of pods, weight of 100 seeds,
dry weight seeds of plant. The result showed that different levels of water
application and different dosages of nitrogen fertilizer gives significant results, on
the parameters of 5 WAP leaf area, 4 WAP stomatal length, 5 WAP plant wet
weight, plant root length, plant dry weight, and harvest age. There is an interaction
between the level of water application 150% SAW and different dosages of
nitrogen fertilizer 0 kg/ha at the 2 WAP plant high parameter resulting in a plant
hight of 34cm.

Keywords: Nitrogen, Soybean, Waterlogging

iv
RINGKASAN

Alfianurtasya. 2020. Respon Karakter Fisiologi Tanaman Kedelai


(Glycine max L.) terhadap Genangan dan Pemberian Pupuk N. Dibawah
bimbingan Rusmana dan Sri Ritawati.

Kedelai merupakan salah satu tanaman yang multiguna karena bisa digunakan
sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri pengolahan. Diperkirakan
neraca produksi dan konsumsi kedelai di Indonesia mengalami peningkatan defisit
pada tahun 2016 – 2020 rata – rata sebesar 36,95% per tahun. Kekurangan
pasokan kedelai tahun 2016 sampai tahun 2020 masing – masing sebesar 1,60 juta
ton, 1,78 juta ton, 1,84 juta ton, 1,92 juta ton, dan 1,91 juta ton.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon karakter fisiologi tanaman
kedelai (Glycine max L.) terhadap genangan dan pemberian pupuk nitrogen.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai dengan
Januari 2020 di Green House lantai 4, Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang – Banten. Rancangan penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
dua faktor, faktor pertama ialah genangan yang terdiri dari empat taraf dan faktor
kedua ialah pupuk nitrogen yang terdiri dari tiga taraf sehingga terdapat 12 satuan
percobaan dan 3 ulangan. Faktor pertama genangan yaitu g0 (100%) ATT (Air
Tanah Tersedia), g1 (125%) ATT, g2 (150%) ATT, g3 (175%) ATT. Sedangkan
faktor kedua adalah pupuk nitrogen yaitu n0 (0 kg/ha), n1 (25 kg/ha), n2 (50
kg/ha). Kombinasi tersebut menghasilkan 36 satuan percobaan. Parameter yang
diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil daun,
pengamatan stomata, bobot basah tanaman, panjang akar, berat kering tanaman,
umur panen, jumlah polong hampa, jumlah polong isi, jumlah biji, bobot basah
polong, bobot polong kering, bobot 100 biji, bobot biji kering per tanaman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemberian air yang berbeda dan
pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda memberikan hasil yang sangat
nyata pada parameter luas daun 5 MST, panjang stomata 4 MST, bobot basah
tanaman 5 MST, panjang akar tanaman, bobot kering tanaman, umur panen
tanaman. Terdapat interaksi antara tingkat pemberian air yang 150% ATT dan
pemberian dosis pupuk nitrogen 0 kg/ha pada parameter tinggi tanaman umur 2
MST G1N0 menghasilkan tinggi tanaman setinggi 34cm. abcdefghijklmnopqrstuv

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya
yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Respon Karakter Fisiologi Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) terhadap Genangan dan Pemberian Pupuk N”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Rusmana, M.P. selaku Dosen pembimbing I dan selaku dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi arahan
kepada penulis dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini.
2. Sri Ritawati, S.TP., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberi arahan kepada penulis dalam penyusunan
laporan hasil penelitian ini.
3. Eltis Panca Ningsih S.P., M.Si. selaku dosen penelaah.
4. Andi Apriany Fatmawaty, Ir., M.P. Sebagai Ketua Jurusan
Agroekoteknologi.
5. Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian.
6. Para dosen dan pegawai di Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
bantuannya kepada penulis.
7. Kedua orang tua yang telah mendidik, memdampingi, mendoakan dan
mendukung baik moril maupun materil.

Demikian skripsi ini dibuat semoga dapat bermanfaat.

Serang, November 2020

Alfianurtasya

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Alfianurtasya dilahirkan di Serang pada tanggal 08 April


1998 dari orang tua tercinta bernama Bapak Syazili dan Ibu Kurniati. Penulis
merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Penulis menempuh pendidikan
pertama di Taman Kanak – kanak Kusuma pada tahun 2003, pendidikan formal
dimulai tahun 2004 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Cilegon dan lulus pada
tahun 2010. Pada tahun 2013 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 7 Cilegon dan menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2 Krakatau Steel
Cilegon Jurusan Ilmu – ilmu Sosial (IIS) pada tahun 2016. Pada tahun yang sama,
penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(UNTIRTA) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswi program studi S1 Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten
Laboratorium untuk praktikum mata kuliah Pengelolaan Gulma semester ganjil
tahun ajaran 2019/2020. Pada jenjang perkuliahan penulis turut aktif dalam
organisasi, yaitu Serikat Eksekutif Muda UNTIRTA (SEMUT) sebagai anggota
bidang Eksternal periode 2016 – 2017. Pada tahun 2019 penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Desa Kalang Gunung Kecamatan Cipeucang
Kabupaten Pandeglang. Selanjutnya penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi
(KKP) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................ iv
RINGKASAN ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3. Tujuan .............................................................................. 3
1.4. Hipotesis .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoretis ........................................................... 5
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya ........................................... 5
2.2.1. Genangan ...................................................................... 5
2.2.2. Mekanisme Toleransi Tanaman terhadap Genangan ... 7
2.2.3. Pupuk Nitrogen .............................................................. 8
2.3. Tanaman Kedelai ............................................................. 9
2.3.1. Sistematika Tanaman Kedelai ...................................... 9
2.3.2. Morfologi Tanaman Kedelai ........................................ 10
2.3.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ................................ 12
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian ................................ 14
3.2. Alat dan Bahan ................................................................ 14

viii
ix

3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data .................... 14


3.3.1. Rancangan Lingkungan ................................................. 14
3.3.2. Rancangan Perlakuan .................................................... 14
3.3.3. Rancangan Respons ....................................................... 16
3.3.4. Rancangan Analisis ....................................................... 19
3.4. Pelaksanaan Penelitian .................................................... 19
3.4.1. Persiapan Green House ................................................ 19
3.4.2. Persiapan Media Tanam ............................................... 20
3.4.3. Persiapan Benih ............................................................ 20
3.4.4. Penanaman .................................................................... 20
3.4.5. Pemupukan ................................................................... 20
3.4.6. Perlakuan Pemupukan .................................................. 20
3.4.7. Perlakuan Genangan ..................................................... 20
3.4.8. Pemeliharaan ................................................................ 21
3.4.9. Panen ............................................................................ 21
3.4.10. Pengamatan ................................................................. 22
3.5. Pengolahan Data .............................................................. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum ............................................................... 23
4.2. Hasil dan Pembahasan ..................................................... 25
4.2.1. Tinggi Tanaman ............................................................ 27
4.2.2. Jumlah Daun ................................................................. 29
4.2.3. Luas Daun ..................................................................... 32
4.2.4. Kandungan Klorofil Daun ............................................ 33
4.2.5. Kerapatan Stomata ........................................................ 34
4.2.6. Panjang Stomata ........................................................... 36
4.2.7. Bobot Basah Tanaman .................................................. 37
4.2.8. Panjang Akar ................................................................ 39
4.2.9. Berat Kering Tanaman ................................................. 41
4.2.10. Umur Panen Tanaman ................................................ 40
4.2.11. Jumlah Polong Hampa per Tanaman .......................... 41
4.2.12. Jumlah Polong Isi per Tanaman ................................. 42
x

4.2.13. Jumlah Biji per Tanaman ............................................ 44


4.2.14. Bobot Basah Polong ................................................... 45
4.2.15. Bobot Polong Kering .................................................. 46
4.2.16. Bobot 100 Biji ............................................................ 47
4.2.17. Bobot Biji per Tanaman ............................................. 48
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan .......................................................................... 50
5.2. Saran ................................................................................ 50
LAMPIRAN ............................................................................................ 58
xi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Kombinasi Genangan dan Perlakuan Pupuk N ....................... 15
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Parameter Pertumbuhan dan
Hasil Kedelai (Glycine max L.) terhadap Genangan
dan Pemberian Pupuk N ......................................................... 26
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi Pupuk N pada Umur 2, 3, 4,
dan 5 MST .............................................................................. 28
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N pada
Umur 2, 3, 4, dan 5 MST ........................................................ 30
Tabel 5. Rata-rata Luas Daun Kacang Kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi Pupuk N pada Umur 5 MST ........ 31
Tabel 6. Rata-rata Kandungan Klorofil Daun Tanaman Kacang
Kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan diberi
Pupuk N pada Umur 5 MST .................................................. 33
Tabel 7. Rata-rata Kerapatan Stomata Daun Tanaman Kacang
Kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan diberi
Pupuk N pada Umur 5 MST .................................................. 34
Tabel 8. Rata-rata Panjang Stomata Daun Tanaman Kacang
Kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan diberi
Pupuk N pada Umur 5 MST .................................................. 35
Tabel 9. Rata-rata Bobot Basah Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N pada
Umur 5 MST .......................................................................... 36
Tabel 10. Rata-rata Panjang Akar Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N pada
Umur 5 MST .......................................................................... 38
xii

Tabel 11. Rata-rata Bobot Kering Tanaman Kacang Kedelai


(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N pada
Umur 5 MST .......................................................................... 39
Tabel 12. Rata-rata Umur Panen Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N .......... 40
Tabel 13. Rata-rata Jumlah Polong Hampa Tanaman Kacang
Kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan diberi
Pupuk N .................................................................................. 41
Tabel 14. Rata-rata Jumlah Polong Isi Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N ........... 43
Tabel 15. Rata-rata Jumlah Biji Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N ........... 44
Tabel 16. Rata-rata Bobot Basah Polong Tanaman Kacang Kedelai (Glycine
max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N .......................... 45
Tabel 17. Rata-rata Bobot Polong Kering Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N ....................... 46
Tabel 18. Rata-rata Bobot 100 Biji perTanaman Kacang Kedelai (Glycine
max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N ...................................... 47
Tabel 19. Rata-rata Bobot Biji Kering per Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N ....................... 49
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Skema yang dihadapi Tanaman pada Kondisi Hipoksia ....... 7
Gambar 2. Skema yang dihadapi Tanaman pada Kondisi Anoksia ........ 7
Gambar 3. Akar Tanaman Kedelai ......................................................... 10
Gambar 4. Batang Tanaman Kedelai ..................................................... 11
Gambar 5. Daun Tanaman Kedelai ........................................................ 11
Gambar 6. Bunga Tanaman Kedelai ...................................................... 12
Gambar 7. Rumput Grinting (Cynodon dactylon) pada Tanaman Kedelai 24
Gambar 8. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) pada Tanaman Kedelai ............ 25
Gambar 9. Hama Kutu Putih (Bemisia tabaci) pada Tanaman Kedelai . 25

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Denah Penelitian ............................................................ 56
Lampiran 2. Deskripsi Varietas Kedelai Deja 2...................................... 57
Lampiran 3. Alur Kegiatan Penelitian ................................................... 58
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Penelitian ........................................ 59
Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah Fisika ............................................... 60
Lampiran 6. Hasil Analisis Tanah Kimia ............................................... 61
Lampiran 7. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dasar ................................ 62
Lampiran 8. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Perlakuan ........................ 63
Lampiran 9. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman (% ATT) ................ 64
Lampiran 10. Kondisi Iklim Mikro Green House Saat Penelitian ......... 67
Lampiran 11. Kondisi Iklim Makro pada Saat Penelitian ...................... 68
Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman per Tanaman .................. 71
Lampiran 13. Sidik Ragam Jumlah Daun per Tanaman ........................ 72
Lampiran 14. Sidik Ragam Luas Daun per Tanaman ............................ 73
Lampiran 15. Sidik Ragam Kandungan Klorofil Daun ......................... 74
Lampiran 16. Sidik Ragam Kerapatan Stomata ..................................... 74
Lampiran 17. Sidik Ragam Panjang Stomata ........................................ 74
Lampiran 18. Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman ............................... 75
Lampiran 19. Sidik Ragam Panjang Akar per Tanaman ........................ 75
Lampiran 20. Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman .............................. 75
Lampiran 21. Sidik Ragam Umur Panen ............................................... 76
Lampiran 22. Sidik Ragam Jumlah Polong Hampa ............................... 76
Lampiran 23. Sidik Ragam Jumlah Polong ............................................ 76
Lampiran 24. Sidik Ragam Jumlah Biji ................................................. 77
Lampiran 25. Sidik Ragam Bobot Basah Polong .................................. 77
Lampiran 26. Sidik Ragam Bobot Polong Kering per Tanaman ........... 77
Lampiran 27. Sidik Ragam Bobot 100 Biji ............................................ 78
Lampiran 28. Sidik Ragam Bobot Biji Kering per Tanaman ................. 78

xiv
xv

Lampiran 29. Contoh Tauladan Sidik Ragam ........................................ 79


Lampiran 30. Dokumentasi .................................................................... 86
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kedelai merupakan salah satu tanaman yang multiguna karena bisa
digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri pengolahan.
Kebutuhan akan kedelai terus meningkat setiap tahunnya dengan peningkatan
jumlah penduduk, sementara produksi yang dicapai belum mampu mengimbangi
kebutuhan tersebut. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2015 yang dirilis BPS,
konsumsi tempe rata – rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,99 kg dan
tahu 7,51 kg. Produktivitas kedelai Indonesia tahun 2016 sebesar 15,60 kg/ha atau
turun 2,90% dibandingkan produksi tahun 2015. Diperkirakan neraca produksi
dan konsumsi kedelai di Indonesia mengalami peningkatan defisit pada tahun
2016 – 2020 rata – rata sebesar 36,95% per tahun. Kekurangan pasokan kedelai
tahun 2016 sampai tahun 2020 masing – masing sebesar 1,60 juta ton, 1,78 juta
ton, 1,84 juta ton, 1,92 juta ton, dan 1,91 juta ton. (BDSP, 2016).
Menurut Kristianingsih (2004) rendahnya produktivitas kedelai di
Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor alam, biotik, teknik budidaya serta
fisiologi tanaman kedelai. Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua
jenis tanah, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal,
kedelai harus ditanam pada jenis tanah bertekstur lempung berpasir atau liat
berpasir dalam keadaan air yang cukup tanpa kekurangan ataupun berlebihan..
Defisit produksi kedelai dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan. Salah satu
faktor utama penentu kondisi lingkungan yang tingginya curah hujan di Indonesia.
Periode musim hujan yang lama berpotensi adanya genangan.
Genangan adalah masalah utama pada daerah pertanian dunia dan
kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap genangan. Cekaman air yang
parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan
karbon dioksida dan produksi berat kering. Permasalahan yang terjadi akibat
genangan adalah kekurangan O2 pada tanaman yang tergenang. Hal ini merupakan
faktor utama yang menyebabkan tanaman kedelai mengalami kerusakan fisiologis
dan kerusakan fisik. Menurut VanToai et al (2007), penggenangan selama 2

1
2

minggu pada fase berbunga penuh kedelai menurunkan hasil biji minimal 37%
bahkan menyebabkan kematian tanaman. Adapun menurut Boru et al (2003),
tanaman kedelai yang tergenang selama 3 hari mengakibatkan daun klorosis,
gugur, pertumbuhan terhenti, dan akhirnya tanaman mati. Penurunan hasil kedelai
pada kondisi tanah tergenang berkisar antara 15-25% pada umur 15-30 hari (fase
vegetatif) (Adisarwanto dan Suhartina, 2001).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan
dan meningkatkan produksi tanaman kedelai adalah dengan pemupukan. Salah
satu pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk N. Kondisi tergenang dapat
menghalangi fiksasi N, dan juga distribusi N serta mineral lain sehingga
menghambat pertumbuhan akar. Apabila transportasi N dan mineral ke bagian
tajuk tidak mencukupi, daun akan mulai menguning lalu diikuti oleh pengguguran
daun, kedelai yang tergenang dalam waktu yang lama akan mengalami klorosis
dan tumbuh kerdil (Esther, 2017).
Pemberian pupuk N dapat memperbaiki kesuburan tanah sehingga
meningkatkan pertumbuhan yang lebih baik dan produksi yang lebih tinggi.
Nitrogen merupakan komponen utama penyusun protein, klorofil, enzim, hormon
dan vitamin, oleh karena hal tersebut maka keberadaannya penting bagi
pertumbuhan suatu tanaman. Untuk meningkatkan pertumbuhan kedelai
diperlukan pemupukan nitrogen baik sebagai pemicu sebelum bintil mencapai
perkembangan yang sanggup memenuhi kebutuhan N nya, maupun sebagai pupuk
susulan untuk memenuhi kebutuhan N yang tinggi pada saat pengisian polong.
Pupuk N praktis diperlukan 25 kg urea/ha sebagai pertumbuhan.
Menyediakan N cadangan dapat dilakukan dengan pemupukan susulan sebelum
stadium pembungaan dimana pertumbuhan akar secara fisiologis masih aktif.
Ketersediaan nitrogen yang terbatas dapat menghambat pembentukan klorofil
serta menurunkan laju fotosintesis, dan mengganggu aktivitas metabolisme
tanaman.
Berdasar latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian secara
lebih lanjut terhadap batas toleransi dan respon cekaman genangan pada tanaman
kedelai dengan menitikberatkan pada karakter fisiologisnya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan untuk memberikan informasi kondisi fisiologis dan
3

toleransi tanaman kedelai pada saat tercekam genangan. Dimana informasi ini
penting untuk pengembangan varietas kedelai tahan genangan.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian dosis pupuk N yang berbeda akan mempengaruhi
karakter fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
(Glycine max L.)?
2. Apakah tingkat pemberian air yang berbeda akan mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.)?
3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian dosis pupuk N dan
pemberian air (genangan) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai (Glycine max L.)?

1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons karakter
fisiologi dari tanaman kedelai yang tergenang pada fase vegetatif dan fase
generatif, serta pemberian dosis pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai.

1.4. Hipotesis
1. Pemberian dosis pupuk N yang berbeda akan menunjukkan perbedaan
karakter fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
(Glycine max L.).
2. Tingkat pemberian air yang berbeda akan menunjukkan perbedaan karakter
fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.).
3. Terdapat interaksi antara pemberian dosis pupuk N dan pemberian air
(genangan) terhadap karakter fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai (Glycine max L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoretis


Kedelai (Glicine max L.) merupakan tanaman semusim yang tidak
memerlukan air dalam jumlah besar. Indonesia mempunyai iklim tropis yang
cocok untuk pertumbuhan kedelai. Pada umumnya pertumbuhan kedelai sangat
ditentukan oleh ketinggian tempat dan akan tumbuh baik pada ketinggian tidak
lebih dari 500 mpdl..Untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai
membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Untuk dapat tumbuh
dengan baik kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan unsur
hara dan bahan organik.
Curah hujan yang tinggi pada musim hujan mengakibatkan tanah jenuh
air, drainase buruk atau banjir sehingga kurang sesuai bagi pertumbuhan kedelai.
Genangan dapat menurunkan pertukaran gas dalam tanah dan di udara. Tanaman
yang tergenang dalam waktu singkat akan mengalami kondisi hipoksia. Kondisi
hipoksia menghalangi fiksasi N, dan juga distribusi N serta mineral lain sehingga
menghambat pertumbuhan akar. Pemahaman tentang masalah genangan dan
mekanisme toleransi tanaman terhadap genangan penting pula untuk menentukan
strategi seleksi dalam program pembudidayaan kedelai toleran genangan.
Ketersediaan hara yang optimal memberikan kontribusi pada pertumbuhan
tanaman.

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya


2.2.1. Genangan
Kedelai merupakan tanaman C3 yang tidak tahan kekeringan dan
penggenangan air. Jumlah air yang berlebih juga tidak menguntungkan bagi
tanaman kedelai karena mengakibatkan akar membusuk. Genangan merupakan
masalah utama di banyak daerah pertanian di dunia dan kedelai merupakan
tanaman yang peka terhadap genangan (Shimamura et al., 2003).
Kekurangan oksigen dalam tanah akibat genangan merupakan faktor
pembatas pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kekurangan oksigen dapat

4
5

menggeser metabolisme energi dari aerob menjadi anaerob sehingga berpengaruh


kurang baik terhadap serapan nutrisi dan air sehingga tanaman menunjukkan
gejala kelayuan walaupun tersedia banyak air (Sairam et al., 2009).
Secara fisiologis cekaman genangan dapat menyebabkan penutupan
stomata yang dapat mengurangi pengambilan CO 2 pada bagian perakaran,
penuaan dini sehingga daun klorosis, nekrosis dan gugur serta pertumbuhan
tanaman terhambat yang pada akhirnya menurunkan hasil (produktivitas) (Sairam
et al., 2008).
Menurut Muis et al. (2006), upaya peningkatan produktivitas kedelai dapat
dilakukan dengan perbaikan teknik budi daya. Penerapan teknologi budi daya
jenuh air menjadikan kondisi lahan lebih reduktif sehingga dapat menekan
kelarutan pirit. Pada budidaya kedelai jenuh air, lahan digenangi terus-menerus
sejak tanam sampai panen dengan permukaan muka air tetap, sehingga lapisan
tanah di bawah perakaran jenuh air.
Menurut Jitsuyama (2017) Respon akar terhadap kondisi daerah
perakaran dapat menentukan pertumbuhan tanaman dan selanjutnya
mempengaruhi produktivitas tanaman. Akar adventif adalah salah satu indikator
bahwa tanaman mengalami kondisi cekaman genangan, menunjukkan bahwa
tanaman tersebut beradaptasi atau toleran terhadap genangan. Sembiring et al.
(2016) menyatakan, munculnya akar adventif berfungsi untuk menjaga
kelangsungan penyediaan air dan mineral serta menggantikan fungsi dari akar
utama yang tidak bisa menyerap oksigen dengan maksimal pada kondisi cekaman
genangan. Pembentukan akar adventif dipengaruhi oleh adanya kondisi genangan
pada lahan tanam, hal ini sesuai dengan pernyataan Suematsu et al. (2017),
apabila terjadi kondisi cekaman genangan, tanaman kedelai akan menumbuhkan
akar adventif dan parenkim yang berfungsi untuk mengalirkan oksigen dari batang
ke akar.

a. Fase Vegetatif

Penggenangan dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil


tanaman kedelai. Besarnya penghambatan tergantung pada fase pertumbuhan
tanaman saat penggenangan terjadi. Ditinjau dari segi hasil dan komponen hasil,
6

fase pertumbuhan tanaman kedelai yang paling peka terhadap penggenangan


adalah fase pembungaan - pengisian polong. Penurunan Hasil tanaman kedelai
disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah yang
tergenang (Tampubolon et al., 1989).

b. Fase Generatif

Genangan air selama fase generatif akan menyebabkan penurunan hasil


yang terbesar. Kehilangan hasil akibat genangan juga bergantung pada Kultivar
yang digunakan. Umumnya kehilangan hasil pada fase generatif 50−56% karena
pada fase generatif lebih menekan hasil dibandingkan dengan fase vegetatif
(Hapsari dan Adie, 2010).

2.2.2. Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Genangan


Ketidakmampuan tanaman untuk bertahan dalam kondisi oksigen yang
rendah di daerah perakaran telah menyebabkan banyak kerugian akibat
ketidakberhasilan tanaman untuk berproduksi. Cekaman genangan air
(waterlogging) dapat menyebabkan rendahnya pasokan oksigen. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya hipoksia atau anoksia di sekitar perakaran. Tanaman
yang tergenang dalam waktu singkat akan mengalami kondisi hipoksia
(kekurangan O2). Hipoksia biasanya terjadi jika hanya bagian akar tanaman yang
tergenang (bagian tajuk tidak tergenang) atau tanaman tergenang dalam periode
yang panjang tetapi akar berada dekat permukaan tanah (Gambar 1).
7

Gambar 1. Skema yang dihadapi oleh tanaman pada saat kondisi Hipoksia
(Redaksi, 2018).

Jika tanaman tergenang seluruhnya, akar tanaman berada jauh di dalam


permukaan tanah dan mengalami penggenangan lebih panjang sehingga tanaman
berada pada kondisi anoksia (keadaan lingkungan tanpa O2) (Gambar 2.). Kondisi
anoksia tercapai 6-8 jam setelah penggenangan, karena O2 terdesak oleh air dan
sisa O2 dimanfaatkan oleh mikroorganisme. Pada kondisi tergenang, kandungan
O2 yang tersisa dalam tanah lebih cepat habis bila terdapat tanaman karena laju
difusi O2 di tanah basah 10.000 kali lebih lambat dibandingkan dengan di udara
(Dennis et al,, 2000).

Gambar 2. Skema yang dihadapi oleh tanaman pada saat kondisi Anoksia
(Redaksi, 2018).
8

Pada tanaman yang tidak toleran genangan atau bila tanaman terendam
semua, kontak antara tanaman dengan oksigen menjadi terhambat sehingga proses
respirasi tersebut tidak dapat dilangsungkan. Dalam kondisi demikian, tanaman
melakukan proses metabolik fermentasi. Dennis et al. (2000) menyebutkan
bahwa proses ini di dalam tanaman dapat berlangsung dalam tiga cara yang
menghasilkan etanol, asam laktat, dan suatu proses spesifik yang menghasilkan
alanin. Dalam kondisi suplai oksigen yang normal, fermentasi ini tidak
berlangsung. Respon tanaman terhadap kondisi tergenang juga menyebabkan
adanya perubahan proses menuju terbentuknya protein dan enzim yang terlibat
dalam proses fermentasi. bila keseluruhan tanaman terendam maka tidak ada
bagian tanaman yang dapat menyuplai oksigen. Dalam kondisi seperti ini
ketahanan tanaman akan sangat tergantung pada kemampuan untuk tetap
melangsungkan metabolisme tanaman dengan oksigen yang sangat rendah.

2.2.3. Pupuk Nitrogen


Penggunaan lahan budidaya kedelai secara terus-menerus akan
mengakibatkan unsur hara di dalam tanah semakin berkurang. Salah satu upaya
menggantikan unsur hara yang hilang di dalam tanaman kedelai adalah dengan
memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan yang
berimbang. Nitrogen dapat diperoleh dari pupuk urea yang merupakan pupuk N
bersenyawa dasar amida. Sifat utama N yang memiliki mobilitas tinggi
menyebabkan perlunya penambahan kandungan N di dalam tanah (Astari et al.,
2016).
Perkembangan akar yang baik akan menunjang proses nitrogenase dan
penyerapan hara lainnya serta mekanisme adaptasi dan aklimatisasi tanaman lebih
cepat. Awal pertumbuhan tanaman kedelai didahului oleh mekanisme adaptasi
dalam memenuhi kebutuhan hara terutama N untuk pertumbuhan akar.
Mekanisme adaptasi tersebut dimulai dengan diikuti oleh meningkatnya
kandungan etilen akar. Etilen akar akan meningkatkan terbentuknya jaringan
aerenkima dan perakaran baru, sehingga meningkatkan pembentukan bintil akar
dan penyerapan hara, yang selanjutnya meningkatkan aktivitas nitrogenase dan
serapan hara oleh akar (Muis et al., 2006).
9

Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang diperlukan untuk
pertumbuhan akar, batang, dan daun. Namun bila N terlalu banyak dapat
menghambat pertumbuhan bunga dan pembentukan biji. Suplai hara N di awal
pertumbuhan dapat membantu tanaman untuk lepas dari cekaman lebih awal.
Kandungan N pada lahan pasang surut umumnya termasuk tinggi, namun N
tersedia rendah, karena N yang ada umumnya dalam bentuk organik. Kondisi
porositas lahan mempermudah hara N tercuci oleh gerakan air. Di sisi lain
kandungan protein kedelai termasuk tinggi, berkisar 35-45%, sehingga
membutuhkan hara N yang tinggi (Anwar, 2014).

2.3. Tanaman Kedelai


2.3.1. Sistematika Tanaman Kedelai
Menurut Adisarwanto (2014) klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Subklas : Archihlamydae
Ordo : Rosales
Subordo : Leguminosae
Famili : Leguminosae
Genus : Glycine
Species : Glycine max L.

2.3.2. Morfologi Tanaman Kedelai


Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu
akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
1. Akar
Akar merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan
zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman dan
sebagai penguat atau penunjang tanaman (Aak, 1989).
10

Menurut Farahudin dan Lisdiana (2000), sistem perakaran kedelai terdiri


dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh
dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga sering kali membentuk akar adventif
yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil (Gambar 3). Pada umumnya, akar
adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu
tinggi. Sementara itu menurut Aak (1989), perkembangan akar sangat
dipengaruhi oleh tersedianya N. Pertumbuhan akar hanya akan terjadi secara aktif
bila kadar N pada batang lebih dari 1%. Perkembangan akar berhubungan erat
dengan perkembangan daun. Apabila daun yang ke - n pada batang utama telah
memanjang, maka akan muncul akar sekunder. Berbeda dengan sistem perakaran
tanaman berkeping dua, maka akar tanaman padi tidak memiliki pertumbuhan
sekunder.

Gambar 3. Akar Tanaman Kedelai (Adisarwanto, 2005)

2. Batang
Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa -
senyawa kimia dan air dalam tanaman, dan sebagai cadangan makanan. Tanaman
yang tinggi harus didukung dengan batang yang kokoh. Apabila tidak, tanaman
akan rebah terutama di daerah yang sering dilanda angin kencang. Pertumbuhan
batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai
berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk
batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
11

berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe
batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi determinate atau
semi indeterminate. Bentuk batang tanaman kedelai ditunjukkan pada Gambar 4
(Farahudin dan Lisdiana, 2000).

Gambar 4. Batang Tanaman Kedelai (Adisarwanto, 2005)


3. Daun
Daun merupakan bagian dari tanaman yang berwarna hijau karena
mangandung klorofil (zat hijau daun). Adanya klorofil ini menyebabkan daun
tanaman dapat mengolah sinar matahari menjadi energi untuk tumbuh
kembangnya organ - organ tanaman lainnya. Tanaman kedelai mempunyai dua
bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman
masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai
tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan (Gambar 5).
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk
daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi
biji (Farahudin dan Lisdiana, 2000).

Gambar 5. Daun Tanaman Kedelai (Dokumentasi Pribadi)


12

4. Bunga
Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga,
sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan
biji. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama
rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25
bunga (Gambar 6), tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan. Pada suhu
tinggi dan kelembapan rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak
tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Periode
berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah
subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga
pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang
tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya
dua, yaitu putih dan ungu (Farahudin dan Lisdiana, 2000).

Gambar 6. Bunga Tanaman Kedelai (Dokumentasi Pribadi)

5. Polong dan Biji


Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah
munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong
yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah
dalam setiap kelompok. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji
akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan
bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Di
dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai
ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100
biji), dan besar (>13 g/100 biji). Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama,
13

yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut
pusar (hilum) yang berwarna cokelat, hitam, atau putih. Biji kedelai tidak
mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai
dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar
air berkisar 12-13% (Farahudin dan Lisdiana, 2000).

2.3.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai


Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5-300 m dpl. Varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan
dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada
ketinggian lebih dari 500 m dpl sehingga tanaman kedelai sebagian besar tumbuh
di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok
bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai
lebih baik dari jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang
memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil
optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan
(Najiyati, 1999).
Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang
optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30oC, bila tumbuh pada suhu yang
rendah (< 15oC), proses perkecambahan menjadi sangat lambat bisa mencapai 2
minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi
kelembapan tanah tinggi, banyaknya biji yang mati akibat respirasi air dari dalam
biji yang terlalu cepat. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34oC,
akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27oC. Pada
proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 oC
(Adisarwanto, 2005).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini
dilaksanakan di Green House Lantai 4, Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang - Banten selama 3 bulan. Dimulai
pada bulan November 2019 sampai dengan Januari 2020.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag, cangkul,
gunting, timbangan, meteran, gelas ukur, neraca analitik, oven, sekop, karung,
label, lem, klorofil meter (SPAD), mikroskop digital, microruler, kaca preparat,
kuteks, tali rafia, double tip, selotip, bambu, spidol, plastik, ATK, penggaris, dan
kamera.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih kedelai,
pupuk urea, KCl, dan TSP.

3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.3.1. Rancangan Lingkungan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor, dengan tiga ulangan.
Pengelompokan didasarkan pada kondisi lahan percobaan yang digunakan tidak
homogen dalam penyinaran matahari, karena masih terdapat celah – celah kecil
sehingga salah satu kelompok ada yang memiliki keberagaman sinar matahari.

3.3.2. Rancangan Perlakuan


Percobaan ini terdiri dari dua faktor yaitu, faktor pertama adalah
genangan (G) dan faktor kedua adalah dosis nitrogen (N). Faktor pertama
genangan (G) yang terdiri dari empat taraf, yaitu:

14
15

g0 : 100% ATT (Air Tanah Tersedia)


g1 : 125% ATT
g2 : 150% ATT
g3 : 175% ATT

Faktor kedua adalah pemberian dosis pupuk Nitrogen (N) yang terdiri
dari tiga taraf, yaitu:
n0 : 02 kg/ha
n1 : 25 kg/ha
n2 : 50 kg/ha

Dengan demikian diperoleh 4 x 3 = 12 kombinasi perlakuan sebagaimana


disajikan pada Tabel 1. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali
sehingga diperoleh 36 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri 2 polybag
yang masing-masing isi oleh 1 tanaman sehingga terdapat 72 tanaman pada awal
saat penanaman. Setiap kombinasi perlakuan ditempatkan pada satuan percobaan
dengan cara diacak. Tata letak percobaan disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 1. Kombinasi Genangan dan Dosis Pupuk N


Genangan/ G Dosisi Pupuk N (kg/ha)
(% ATT) 0 (n0) 25 (n1) 50 (n2)
100 (g0) g0n0 g0n1 g0n2
125 (g1) g1n0 g1n1 g1n2
150 (g2) g2n0 g2n1 g2n2
175 (g3) g3n0 g3n1 g3n2
16

3.3.3. Rancangan Respon


Variabel pengamatan meliputi pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil
tanaman kedelai.
1. Pertumbuhan
a. Tinggi Tanaman (cm)
Dilakukan pengukuran menggunakan meteran mulai dari pangkal batang
tanaman dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi setelah semua
daun disatukan. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali
mulai umur 2 MST sampai akhir fase vegetatif (muncul bunga) 5 MST.
b. Jumlah Daun (daun)
Jumlah daun merupakan salah satu pengamatan yang dilakukan
perhitungan jumlah daun yang sudah terbentuk. Kriteria daun sempurna pada
tanaman kedelai yaitu dalam satu tangkai terdapat 3 helai daun, dan dihitung
1 daun.
c. Luas Daun (cm2)
Pengukuran luas daun pada semua daun yang terdapat pada polybag
dilakukan setiap 1 minggu sekali pada pagi hari mulai umur 3 MST sampai
akhir fase vegetatif (muncul bunga). Luas daun diperoleh dengan
menggunakan metode gravimetri pada prinsipnya luas daun diperoleh dengan
menggunakan perbandingan berat (gravimetri). Hal ini dapat dilakukan
pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luas pada sehelai kertas
A4 seberat 70gram yang akan menghasilkan tiruan daun. Replika daun
kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat
total kertas.

Rumus Luas Daun:

d. Kandungan Klorofil Daun (mg/g)


Kandungan klorofil dalam daun diukur pada daun tanaman ketiga dari
pucuk menggunakan Klorofil Meter SPAD (Soil Plant Analisis Development)
502. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur tiga bagian daun yang
berwarna hijau yaitu ujung, tepi dan pangkal daun. Pengamatan dilakukan
pada 5 MST.
17

e. Pengamatan Stomata
Pengambilan sampel untuk pengamatan kerapatan dan panjang stomata
menggunakan teknik replika diamati pada saat tanaman berumur 5 MST.
Pengambilan sampel stomata sudah mulai membuka yaitu sekitar pukul 09.00
– 11.00. Daun yang dipilih sebagai sampel adalah daun ketiga dari pucuk dan
sampel stomata diambil pada bagian permukaan bawah daun. Teknik replika
dilakukan dengan menggunakan cat kuku bening dan selotip bening yang
ditempelkan pada permukaan daun dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu
replika stomata ditempelkan pada kaca preparat. Hasil replika stomata
diamati di bawah mikroskop digital dengan perbesaran 10 x 10 dan luas
bidang pandang 1,08 mm2. Stomata yang terlihat pada monitor diamati
dengan menggunakan aplikasi Image J. Dengan rumus:

Kerapatan Stomata =

f. Bobot Basah Tanaman (g)


Bobot basah tanaman meliputi daun, batang, dan akar tanaman yang
diperoleh pada akhir masa vegetatif, lalu ditimbang menggunakan neraca
analitik dengan satuan gram (g).
g. Panjang Akar (cm)
Panjang akar tanaman kedelai didapatkan dari tanaman yang sudah
dipanen lalu diukur panjang dengan satuan cm
h. Bobot Kering Tanaman (g)
Bobot kering tanaman meliputi daun, batang, dan akar diperoleh pada
akhir masa vegetatif, dioven 105⁰C selama 3x24 jam dalam satuan gram (g).
18

2. Komponen Hasil dan Hasil


a. Umur Panen (hari)
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,
tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah
warna dari hijau menjadi kuning kecokelatan dan retak-retak, atau polong sudah
kelihatan tua, batang berwarna kuning agak cokelat dan gundul.
b. Jumlah Polong Hampa per Tanaman (buah)
Jumlah polong hampa dihitung keseluruhan per tanaman pada saat panen
dan pada sampel dihitung dalam satuan per buah.
c. Jumlah Polong Isi per Tanaman (buah)
Jumlah polong isi ditimbang dalam satuan per buah dihitung berdasarkan
seluruh polong yang muncul dalam satu tanaman pada saat panen. Suatu polong
isi paling paling sedikit berisi satu biji.
d. Jumlah biji per Tanaman (buah)
Jumlah biji merupakan komponen hasil yang sangat berpengaruh
terhadap hasil biji kering kedelai. Jumlah biji per tanaman memberikan efek
langsung maupun tidak langsung yang lebih besar kepada hasil dibandingkan
jumlah cabang maupun polong.
e. Bobot Basah Polong per Tanaman
Bobot basah polong pertanaman didapatkan dari tanaman yang sudah
dipanen, kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik dengan satuan gram
(g).
f. Berat Polong Kering per Tanaman
Bobot polong kering per tanaman didapatkan dari tanaman yang sudah
dikeringkan, kemudian ditimbang menggunakan neraca analitik dengan satuan
gram (g).
g. Bobot 100 Biji (g)
Bobot 100 biji ditimbang dalam satuan per gram setelah diambil 100
butir per tanaman dari tanaman sampel. Jika jumlah biji berkurang dari 100 biji
maka dengan rumus:
19

h. Bobot Biji Kering per Tanaman (g)


Bobot kering biji per tanaman didapatkan dari biji yang sudah
dikeringkan lalu ditimbang dengan satuan gram (g).

Selain itu dilakukan juga pengamatan suhu, kelembapan dan intensitas


cahaya yang dilakukan pada setiap bulannya.

3.3.4. Rancangan Analisis


Model linier dari rancangan yang digunakan adalah:
Yijk = µ+αi+βj+(αβ)ij+σk+€ijk
Keterangan:
Yijk : Nilai pengamatan faktor genangan ke-i, dosis pupuk ke-j, dan ulangan
ke-k µ : Rata-rata umum
αi : Pengaruh utama faktor Genangan taraf ke-i (i : 1, 2, 3, 4, 5)
βj :Pengaruh utama faktor Dosis Pupuk N taraf ke-j (j : 1, 2)
αβ)ij : Pengaruh interaksi antara faktor Genangan pada taraf ke-i dan Dosis
Pupuk pada taraf ke-j (k : 1, 2, 3)
σk : Pengaruh kelompok ke-k
€ijk : Galat percobaan
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dilakukan sidik
ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila menunjukkan perbedaan yang nyata maka
dilakukan uji lanjut menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf 5%.

3.4. Pelaksanaan Penelitian


3.4.1. Persiapan Green House
Persiapan diawali dengan menetapkan lahan yang akan digunakan
sebagai tempat penelitian. Kemudian areal pertanaman yang digunakan diukur
menggunakan meteran. Sehingga didapati panjang dan lebar Green house
adalah 8,5 x 8,8 m2. Selanjutnya itu dilakukan pembersihan Green House dari
kotoran seperti sampah, bekas penelitian, gulma, dan tanaman yang sudah
kering.
20

3.4.2. Persiapan Media Tanam


Dilakukan dengan cara pengambilan tanah lahan percobaan di daerah
Karangkitri, tanah diambil dengan kedalaman sekitar 20cm, setelah itu
ditempatkan dalam polybag ukuran 35x40 cm yang nantinya akan digunakan
untuk penelitian.

3.4.3. Persiapan Benih


Benih yang digunakan adalah benih yang murni dari Varietas Deja 2.
Benih dalam keadaan utuh atau bernas, tidak cacat, memiliki ukuran yang
seragam dan bersih atau terbebas dari segala kotoran.

3.4.4. Penanaman
Penanaman benih kedelai dilakukan dengan membuat lubang tanam
sedalam 3cm. Kemudian benih kedelai ditanam sebanyak 2 benih per lubang
tanam/polybag dan ditutup tanah kembali.

3.4.5. Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan pada 2 MST dan 5 MST berupa pupuk N 25
kg/ha dan 50 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha. Pemupukan dilakukan 2x
sehingga didapatkan dosis pemupukan N 0,03 g/polybag dan 0,06 g/polybag, TSP
0,12 g/polybag dan KCL 0,09 g/polybag. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
dibenamkan kedalam tanah dengan menggali sedikit tanah dalam polybag
kemudian pupuk ditabur dan ditutup tanah kembali. Perhitungan kebutuhan pupuk
disajikan pada Lampiran 5.

3.4.7. Perlakuan Genangan


Perlakuan genangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 MST,
dilakukan pemberian genangan selama 10 hari. Setiap tanaman diberi genangan
dengan perlakuan yang berbeda-beda yaitu 100%, 125%, 150% dan 175%
genangan. Volume air genangan pada setiap konsentrasi dijaga dan dipertahankan
selama 10 hari perlakuan genangan. Proses pengecekan dilakukan setiap hari
dengan menimbang berat tanaman pada polybag dan diberi penanda agar tinggi
21

genangan air tetap bertahan selama 10 hari. Masing-masing perlakuan genangan


dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Perhitungan Air Tanah Tersedia (ATT)
disajikan pada Lampiran 7.

3.4.8. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan setiap hari yaitu pada
pagi hari sesuai dengan perlakuan genangan. Penjarangan dilakukan pada 1 MST
dengan menggunting tanaman kedelai yang tumbuh lebih dari 1 dan menyisakan
tanaman terbaik setiap polybag. Penyulaman dilakukan pagi hari pada polybag
umur tanaman 1 MST ditanam 1 tanaman per lubang tanam. Penyiangan
dilakukan untuk membersihkan areal di sekitar bibit dan di dalam polybag dari
gulma yang tumbuh yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh
dan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan apabila pada tanaman terlihat gejala serangan hama atau
penyakit yang mengganggu, pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan
prinsip pengelolaan hama terpadu.

3.4.9. Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman memiliki ciri - ciri saat tanaman
mencapai matang penuh dengan polong berwarna kecokelatan, lebih 90% batang
dan daun telah mengering dan sebagian daun telah rontok. Pemanenan dilakukan
dengan cara memotong batang kedelai kira-kira 5 cm di atas permukaan tanah.
Tanaman hasil panen dikeringkan kemudian dilakukan perontokan untuk
mendapatkan benih lalu dilakukan pembersihan benih dari kotoran yang terbawa
saat panen seperti tanah, batu, daun, potongan ataupun biji gulma dan pengeringan
benih kedelai dilakukan dengan cara dioven dengan suhu 70⁰C selama 3 x 24 jam.
22

3.4.10. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan berupa pengamatan terhadap pertumbuhan
setiap satu minggu sekali hingga panen dan pengamatan pada hasil tanaman
dilakukan setelah panen.

3.5. Pengolahan Data


Data hasil pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabulasi yang sesuai
dengan uraian dalam rancangan analisis, kemudian diinterpretasikan sesuai
dengan parameter yang diamati untuk melihat kecenderungan dari setiap
parameter.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai
Januari 2020 yang berlokasi di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten. Tanaman yang digunakan
adalah kedelai Deja 2 dengan menggunakan media tanam tanah kebun di dalam
polybag tidak berlubang ukuran 35 cm x 40 cm seberat 5 kg untuk setiap polybag.
Sebelum penelitian dilakukan analisis fisika tanah di Balai Penelitian Tanah,
Cimanggu-Bogor yang disajikan hasilnya pada Lampiran 5. Uji tanah ini
digunakan pada saat tanaman berumur 2 MST hingga Panen, untuk mengetahui
kadar Air Tanah Tersedia dalam setiap polybag yang disajikan pada Lampiran 9,
sehingga dapat diketahui perbedaan pemberian air sesuai perlakuan genangan.
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali sejak tanaman berumur 2
MST hingga panen. Pemupukan dilakukan saat fase vegetatif yaitu 2 MST
mengggunakan pupuk Urea, TSP dan KCl, pemupukan kembali pada saat
memasuki fase generatif yaitu 5 MST menggunakan pupuk Urea, TSP dan KCl
berdasarkan perhitungan massa tanah yang disajikan pada Lampiran 7 dan
Lampiran 8 dengan tujuan untuk mendukung pertumbuhan tanaman kedelai agar
lebih maksimal.
Analisis kimia tanah juga dilakukan untuk mengetahui kandungan hara
yang ada didalam tanah yang digunakan sebagai media tanam untuk tanaman
kedelai, analisis dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Cimanggu-Bogor. Hasil
analisis pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa pada awal sebelum penanaman pH
tanah sebesar 4,8 yang dikategorikan masam, kadar hara nitrogen 0,12
dikategorikan rendah, kadar hara fosfor 6,9 dikategorikan rendah, kadar hara
kalium 70 dikategorikan sangat tinggi, C/N rasio 11 dikategorikan sedang.
Sedangkan pada akhir penanaman mengalami perubahan, pada tanah yang tidak
diberi pupuk nitrogen menunjukkan pH tanah tetap yaitu 4,8, kadar hara N 0,12
dan

23
24

C/N rasio 11 tetap serta kadar hara P 13 sedang dan K 556 sangat tinggi. Pada
tanah yang diberi perlakuan nitrogen pH tanah naik menjadi5,5-6,5 yang
dikategorikan agak masam dengan kadar hara N 0,11 dan C/N rasio 10 yang
dikategorikan rendah serta kadar hara P 12 pada perlakuan dosis pupuk nitrogen
50kg/ha sedang, kadar hara P 10 pada perlakuan dosis pupuk nitrogen 25 kg/ha
dan 100 kg/ha masih rendah dan K 432-689 dikategorikan sangat tinggi.
Kondisi lingkungan turut menjadi faktor pembatas dalam keberhasilan atau
tidaknya budidaya tanaman kedelai, yaitu faktor iklim. Dari data BMKG Stasiun
Meteorologi Serang mulai bulan November 2019 sampai dengan Januari 2020
memiliki suhu rata-rata 28,4 ºC. Iklim mikro di Greeen House selama penelitian
memiliki suhu minimum 27,5ºC, suhu maksimum 36,3ºC dengan kelembaban
minimal 58% dan maksimum 96% serta rata-rata intensitas cahaya matahari
sebesar 11.437,5 lux. Kondisi Iklim Mikro Green House Saat Penelitian disajikan
pada Lampiran 10.
Pemeliharaan tanaman dilakukan setiap hari seperti pengendalian gulma
yang dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media
tanam sekitar tanaman kedelai, gulma yang sering tumbuh gulma rumput grinting
(Cynodon dactylon) (Gambar 7) yang sangat cepat tumbuh sehingga pada masa
vegetatif dan generatif tanaman bisa terganggu.

Gambar 7. Rumput Grinting (Cynodon dactylon) (Dokumentasi pribadi)


Hama yang menyerang tanaman pada fase vegetatif yaitu ulat tanah
(Agrotis ipsilon) (Gambar 8). Hama ini menyerang pada saat awal penanaman
25

tanaman kacang kedelai, namun dapat diatasi dengan penggunaan furadan pada
saat awal penanaman.

Gambar 8. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) (Dokumentasi pribadi)


Pada fase generatif yaitu kutu putih (Bemisia tabaci) (Gambar 9) yang
terdapat pada daun dan polong tanaman kedelai, namun dapat diatasi dengan cara
membersihkannya dari tanaman.

Gambar 9. Hama Kutu Putih (Bemisia tabaci) (Dokumentasi pribadi)


OPT tidak menyerang dengan jumlah yang besar sehingga pengendalian
dilakukan secara fisik yaitu dengan mengambil hama secara langsung dan
membuangnya jauh dari tanaman budidaya.

4.2 Hasil dan Pembahasan


Hasil rekapitulasi sidik ragam karakter fisiologi tanaman kedelai (Glycine
max L.) terhadap genangan dan pemberian pupuk N disajikan pada Tabel 2.
Perlakuan genangan memberikan hasil yang nyata terhadap luas daun, bobot
basah tanaman, panjang akar, bobot kering tanaman dan umur panen tanaman.
26

Sementara perlakuan nitrogen memberikan hasil yang sangat nyata pada panjang
stomata dan umur panen tanaman.

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Parameter Pertumbuhan dan Hasil


kedelai (Glycine max L.) terhadap Genangan dan Pemberian Pupuk N.

Parameter Umur Perlakuan KK (%)


NO.
Pengmatan (MST) Genangan Nitrogen Interaksi
(G) (N) G*N
a. Komponen Pertumbuhan
** tn *
2 4,58
tn tn tn
3 7,64
1. Tinggi Tanaman tn tn tn
4 12,74
tn tn tn
5 21,34
tn tn tn
2 8,61
tn tn tn
3 12,86
2. Jumlah Daun tn tn tn
4 15,5
* tn tn
5 14,09
** tn tn
3. Luas Daun 5 5,60 a
Kandungan Klorofil tn tn tn
4. 5 13,16
Daun
tn tn tn
5. Kerapatan Stomata 5 22,28
tn ** tn
6. Panjang Stomata 5 7,19
Bobot Basah ** tn tn
7. 5 25,19
Tanaman
* tn tn
8. Panjang Akar 5 28,23
Bobot Kering ** tn tn
9. 5 25,19
Tanaman
b. Komponen Hasil dan Hasil
** ** tn
1. Umur Panen 2,94
Jumlah Polong Hampa per tn tn tn
2. 6,16 a
Tanaman
tn tn tn
3. Jumlah Polong Isi per Tanaman 6,76 a
tn tn tn
4. Jumlah Biji per Tanaman 7,1 a
Bobot Basah Polong per tn tn tn
5. 7,77 a
Tanaman
Bobot Polong Kering Per tn tn tn
6. 7,09 a
Tanaman
tn tn tn
7. Bobot 100 Biji 27,65
tn tn tn
8. Bobot Biji Kering per Tanaman 7,13 a
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada α = 5%
** : Berpengaruh sangat nyata pada α = 5%
tn : Berpengaruh tidak nyata
KK : Koefisien Keragaman
MST : Minggu Setelah Tanam
a : Data hasil transformasi sebanyak 1 kali
27

Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa


perlakuan genangan dan pemberian pupuk N pada fase perkembangan
berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 2
MST, luas daun pada umur 3 MST, panjang stomata 4 MST, bobot basah, panjang
akar dan bobot kering tanaman pada 5 MST. Sedangkan perlakuan pada fase
generatif tidak mempengaruhi semua parameter pengamatan kecuali umur panen
tanaman serta tidak terdapat adanya interaksi di antara perlakuan genangan dan
pemberian pupuk nitrogen pada parameter pertumbuhan dan parameter komponen
hasil dan hasil.

4.2.1. Tinggi Tanaman


Tinggi tanaman merupakan salah satu komponen pertumbuhan yang sering
diamati sebagai parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil dari perlakuan
yang dilakukan pada suatu penelitian. Tinggi tanaman merupakan parameter yang
dilihat pertama kali karena terlihat pada fisik tanaman di fase vegetatif.
Berdasarkan hasil sidik ragam peubah tinggi tanaman yang disajikan pada
Lampiran 12 menunjukkan bahwa perlakuan genangan sangat berpengaruh pada
tinggi tanaman umur 2 MST, namun pada perlakuan pupuk nitrogen tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata tetapi terdapat interaksi. Hasil rata-rata tinggi
tanaman disajikan pada Tabel 3.
28

Tabel 3. Rata – rata tinggi tanaman kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan
diberi pupuk N pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST.

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2)
.....................cm.................
32,67a 32,83a 33,00a
100 (g0)
A AB A
34,00a 33,17a 31,83a
125 (g1)
A A A
2
32,50a 30,17a 32,17a
150 (g2)
A B A
27,67b 32,17a 32,33a
175 (g3)
B AB A
100 (g0) 60,50 63,50 58,50 60,83
125 (g1) 65,17 59,00 59,50 61,22
3
150 (g2) 60,23 57,83 57,83 58,63
175 (g3) 57,67 61,17 61,33 60,06
Rata- rata 60,89 60,38 59,29
100 (g0) 98,17 118,33 98,17 104,89
125 (g1) 110,17 97,00 94,00 100,39
4
150 (g2) 91,17 96,67 91,33 93,06
175 (g3) 87,33 98,67 97,67 94,56
Rata- rata 96,71 102,67 95,29
100 (g0) 127,50 128,33 118,83 124,89
125 (g1) 138,67 104,83 92,33 111,94
5
150 (g2) 116,17 124,00 124,83 121,67
175 (g3) 127,00 124,50 117,33 122,94
Rata- rata 127,33 120,42 113,33
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada setiap baris atau huruf
besar yang sama pada setiap kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda menurut
uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan data rata – rata tinggi tanaman yang disajikan pada Tabel 3
diketahui bahwa terdapat interaksi antara perlakuan pemberian air dengan
perlakuan pemberian pupuk urea. Interaksi antara pemberian air 175% ATT (Air
Tanah Tersedia) (g3) dengan pemberian pupuk urea 50 kg/ha (n2) menunjukkan
hasil terbaik diikuti dengan interaksi antara pemberian air 175% ATT (g3) dengan
pemberian pupuk urea 25 kg/ha (n1). Namun rata–rata perlakuan pemberian air
175% ATT dengan perlakuan pupuk urea lainnya tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Hal ini membuktikan bahwa
peningkatan pemberian air memberikan dampak penurunan tinggi pada tanaman
29

kedelai. Tanaman yang mengalami periode tergenang, serapan air menjadi


terhambat walaupun air tersedia dalam jumlah berlebih karena pada periode awal
genangan, konsentrasi air berada pada level tinggi yang menyebabkan serapan air
juga meningkat sampai batas maksimum. Hambatan pertumbuhan vegetatif dapat
berupa menurunnya laju pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
daun maupun luas daun. (Praba et.al.,2009).
Interaksi antara pemberian urea 0kg/ha (n 0) dengan genangan 100% ATT,
125% ATT, 150% ATT menunjukkan hasil yang terbaik. Interaksi antara
pemberian urea 25kg/ha (n1) dengan genangan 125% ATT (g1) menunjukkan hasil
yang terbaik diikuti dengan genangan pada taraf 100% ATT (g0) dan 175% ATT
(g3). Namun rata-rata perlakuan pemberian pupuk urea 50kg/ha (n2) dengan
perlakuan genangan tidak menjunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan
uji DMRT taraf 5%. Hal ini diduga karena pemberian pupuk nitrogen pada saat
tanam tidak mencukupi kebutuhan tanaman, karena tanaman masih banyak
memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan (Rita, 2018).

4.2.2. Jumlah Daun


Jumlah daun merupakan parameter pengamatan yang digunakan untuk
mengetahui hasil dari perlakuan yang dilakukan pada suatu penelitian. Jumlah
daun merupakan parameter yang paling mudah dilihat. Berdasarkan hasil sidik
ragam peubah jumlah daun yang disajikan pada Lampiran 13 menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian genangan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah daun umur 5 MST. Namun pada perlakuan pemberian pupuk nitrogen
tidak memberikan pengaruh. Adapun hasil rata – rata disajikan pada Tabel 4.
30

Tabel 4. Rata – rata jumlah daun tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST.

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata - rata
.....................helai.................
100 (g0) 4,33 4,33 4,00 4,22
125 (g1) 4,33 4,00 4,00 4,11
2
150 (g2) 4,33 4,00 4,33 4,22
175 (g3) 4,33 4,00 4,00 4,11
Rata- rata 4,33 4,08 4,08
100 (g0) 4,00 4,33 5,00 4,44
125 (g1) 4,67 4,33 4,33 4,44
3
150 (g2) 4,33 5,00 4,33 4,56
175 (g3) 4,33 4,33 4,67 4,44
Rata- rata 4,33 4,50 4,58
100 (g0) 5,67 6,00 5,00 5,56
125 (g1) 5,67 4,67 5,33 5,22
4
150 (g2) 4,67 6,00 4,67 5,11
175 (g3) 4,33 5,00 5,33 4,89
Rata- rata 5,08 5,42 5,08
100 (g0) 9,00 9,33 7,67 8,67 a
125 (g1) 8,33 7,00 8,33 7,89 ab
5
150 (g2) 7,67 9,00 7,00 7,89 ab
175 (g3) 7,33 6,33 6,67 6,78 b
Rata- rata 8,08 7,92 7,42
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan data rata – rata jumlah daun yang disajikan pada Tabel 4
menunjukkan bahwa perlakuan genangan memberikan pengaruh sangat nyata
pada perlakuan genangan dengan tingkat pemberian air 175% ATT pada saat
tanaman berumur 5 MST. Pengguguran daun merupakan salah satu mekanisme
adaptasi tanaman terhadap cekaman air. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan
bahwa tanaman pada saat cekaman air akan menjadi lebih kerdil, daun menjadi
lebih sedikit dan helainya kecil.
Sementara itu perlakuan dengan pemberian pupuk nitrogen tidak
memberikan hasil yang nyata dikarenakan pengguguran daun biasanya disebabkan
oleh penumpukan asam absisat. Hall (2007) menyatakan bahwa tanaman
membutuhkan dosis pupuk nitrogen yang tepat bagi kecepatan tanaman untuk
tumbuh, khususnya pada cuaca panas. Hasil analisis kimia tanah yang telah
31

dilakukan, kadar hara N yang terdapat didalam tanah tergolong rendah, selain itu
suhu yang kurang optimum dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan
unsur hara. Hasil kandungan N tanah setelah dipupuk menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan dosis pupuk.

4.2.3. Luas Daun


Luas daun merupakan salah satu komponen pertumbuhan tanaman yang
sering diamati sebagai parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil dari
perlakuan yang dilakukan pada suatu penelitian. Luas daun juga termasuk dalam
parameter umum untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tersebut. Berdasarkan hasil sidik ragam peubah luas daun pada Lampiran 14
menunjukkan bahwa perlakuan genangan berpengaruh sangat nyata terhadap luas
daun pada umur 5 MST. Namun, perlakuan pemberian pupuk nitrogen tidak
menunjukkan pengaruh nyata, serta tidak terdapat interaksi antara kedua
perlakuan. Hasil rata-rata luas daun disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata – rata luas daun tanaman kedelai (Glycine max L.) yang digenangi
dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata - rata
.....................cm2.................
100 (g0) 180,32 161,81 196,35 179,49a
125 (g1) 158,38 101,5 206,29 155,39a
5
150 (g2) 144,79 144,79 161,42 150,34a
175 (g3) 95,42 120,63 68,88 94,98 b
Rata- rata 144,73 132,18 158,23
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Luas daun yang semakin tinggi menyebabkan proses evapotranspirasi


daun meningkat sehingga pengambilan air dan unsur hara juga ikut meningkat
karena berhubungan dengan daya kohesi dan adhesi pengangkutan air di dalam
tubuh tumbuhan. Menurut Whigham dan Minor (1978), pengaruh cekaman air
pada pertumbuhan tanaman dicerminkan oleh daun - daun yang lebih kecil.
Berdasarkan data rata – rata luas daun yang disajikan pada Tabel 5 diketahui
32

bahwa tanaman kedelai yang dengan tingkat pemberian air 100% ATT selama 10
hari memberikan hasil rata – rata yang lebih tinggi dibadingkan dengan pemberian
genangan yang lainnya. Genangan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
luas daun tanaman kedelai yang digenangi sebanyak 175% ATT selama 10 hari,
pertumbuhannya menjadi menurun, yang diakibatkan karena tanaman telah
terganggu proses fisiologisnya sehingga untuk dapat bertahan hidup pada kondisi
tersebut tanaman harus menghemat energi dengan cara mengurangi pertumbuhan
luas daun. Konsentrasi genangan yang semakin tinggi pada tanaman kedelai akan
menurunkan rata-rata luas daun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi genangan, semakin menurun luas
daunnya (Safrizal et al, 2008).
Pada perlakuan pemberian nitrogen pada tanaman kedelai tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata pada luas daun. Hal ini dikarenakan pada saat
tercekam tanaman mengurangi luas daun untuk memperkecil bidang penguapan,
dan luas daun menurun dengan meningkatnya periode cekaman air. Menurut Rita
(2018) Pemberian pupuk nitrogen pada saat tanam tidak mencukupi kebutuhan
tanaman, karena tanaman masih banyak memerlukan unsur hara untuk
pertumbuhan.

4.2.4. Kandungan Klorofil Daun


Kandungan klorofil daun merupakan salah satu parameter pertumbuhan
yang diamati untuk mengetahui hasil dari perlakuan genangan dan pemberian
pupuk nitrogen. Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 15 menunjukkan
perlakuan pemberian genangan dan perlakuan pemberian pupuk nitrogen pada
tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Hasil rata – rata kandungan klorofil pada
tanaman kedelai disajikan pada Tabel 6.
33

Tabel 6. Rata – rata kandungan klorofil daun tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata - rata
.....................mg/g.................
100 (g0) 35,5 33 35,1 34,53
125 (g1) 30,97 32,27 33,6 32,28
5
150 (g2) 33,4 35,17 36,53 35,03
175 (g3) 31,9 34,67 33,43 33,33
Rata- rata 32,94 33,78 34,67
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Kandungan klorofil sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, khususnya


daun yang berada pada bagian bawah (daun tua). Pada kondisi di lapangan, daun
tanaman kedelai pada bagian bawah terlihat menguning karena pengaruh cekaman
air. Perlakuan cekaman air dapat mempercepat proses penuaan daun tanaman
kedelai. Berdasarkan rata – rata Tabel 6 hasil pengukuran dengan SPAD diketahui
bahwa perlakuan genangan kandungan klorofil daun tidak memberikan hasil yang
nyata. Hal ini dikarenakan konsentrasi genangan yang diberikan tidak terlalu besar
sehingga tidak berpengaruh nyata pada parameter kandungan klorofil daun
tanaman kedelai pada umur 5 MST. Menurut Syafi (2008) cekaman air akan
mempengaruhi kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas pada jaringan.
Pada perlakuan pemberian pupuk nitrogen tidak memberikan hasil yang
berbeda. Menurut Barchia, (2009) dalam suatu tanaman, nitrogen berfungsi
sebagai penyusun penting dari klorofil, protoplasma, protein, peningkat
pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan. Namun, dari hasil analisis kimia
tanah yang telah dilakukan, kadar hara N yang terdapat didalam tanah tergolong
rendah. Di samping itu penyerapan unsur hara dari tanah oleh akar terhambat,
sehingga mempengaruhi ketersediaan unsur N yang berperan penting dalam
sintesis klorofil.

4.2.5. Kerapatan Stomata


Kerapatan stomata merupakan salah satu karakter fisiologi dari tanaman
kedelai yang merupakan organ dalam tumbuhan yang terdapat didalam daun yang
34

berfungsi sebagai pertukaran CO2, H2O, dan O2. Berdasarkan hasil sidik ragam
Lampiran 16 menunjukkan perlakuan pemberian genangan dan perlakuan
pemberian pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Hasil rata –
rata kandungan klorofil pada tanaman kedelai disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata – rata kerapatan stomata daun tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................mm2.................
100 (g0) 292,33 292 261,33 281,89
125 (g1) 278 305,33 285,33 289,56
5
150 (g2) 235 306 327 289,33
175 (g3) 283 258 281,33 274,11
Rata- rata 272,08 290,33 288,75
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Pada tanaman kedelai, stomata paling banyak jumlahnya pada bagian


bawah permukaan daun (abaksial). Berdasarkan rata – rata pada Tabel 7 diketahui
bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada pemberian tingkat air yang
berbeda pada pengamatan kerapatan stomata dikarenakan pemberian genangan
pada fase vegetatif tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kerapatan
stomata tanaman kedelai namun pengaruh akan terlihat sebagai pengaruh dari
penyempitan daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinay (2015) bahwa pada
tanaman yang mengalami cekaman air, terjadi penghambatan panjang daun, juga
dimaksudkan untuk mengurangi luas permukaan daun dan reduksi jumlah stomata
untuk mencegah proses penguapan.
Pada perlakuan pemberian dosis pupuk N yang berbeda menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata, hal ini dikarenakan rendahnya unsur N yang terdapat
di dalam tanah. Menurut Shimsi (1970) tanaman yang kekurangan N akan
mengakibatkan stomata daun tidak membuka dan justru akan menutup secara
rapat, sehingga transpirasi tanaman akan terganggu sampai kebutuhan akan unsur
N tanaman terpenuhi sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman.
35

4.2.6. Panjang Stomata


Pengamatan panjang stomata pada tanaman kedelai dilakukan pada saat
tanaman berada pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 17
perlakuan genangan tidak memberikan pengaruh yang nyata, namun pada
perlakuan pemberian pupuk nitrogen memberikan pengaruh yang sangat nyata,
tetapi tidak terdapat interaksi antara perlakuan tersebut. Hasil rata – rata
kandungan klorofil pada tanaman kedelai disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata – rata panjang stomata daun tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................µm.................
100 (g0) 15,98 16,88 14,88 15,91
125 (g1) 15,65 16,3 15,04 15,66
5
150 (g2) 17,48 15,17 13,94 15,53
175 (g3) 15,21 15,27 14,77 15,08
Rata- rata 16,08a 15,90 a 14,66 b
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Kedelai memiliki tipe stomata dengan sel penutup berbentuk ginjal,


dinding punggung tipis, tetapi dinding perutnya lebih tebal. Pengamatan
dilakukan pada pagi hari saat stomata terbuka, panjang stomata diukur melalui sel
penjaga. Stomata pada umumnya diapit oleh sepasang sel penjaga. Menurut
Cambell (2003), sel penjaga tersebut mengontrol diameter stomata dengan cara
mengubah bentuk dan akan menyempitkan atau melebarkan celah diantara kedua
sel tersebut.
Berdasarkan data pada Tabel 8. menunjukkan bahwa nitrogen berpengaruh
nyata pada panjang stomata tanaman kedelai pada saat umur 4 MST sehingga
dalam penyerapan CO2 pori stomata akan menyerap CO2 hal ini sesuai menurut
Putri, et al (2017) bahwa panjang dan lebar stomata berkaitan erat dengan ukuran
porus stomata. Ukuran panjang stomata berpengaruh terhadap penyerapan CO 2
untuk fotosintesis. Ketersediaan nitrogen yang rendah akan ditransloasikan dari
daun tua ke daun yang lebih muda.
36

Perlakuan genangan pada panjang stomata tanaman kedelai tidak


menunjukkan pengaruh nyata pada parameter pengamatan stomata karena
pemberian genangan hanya akan berpengaruh terhadap kerapatan stomata namun
tidak mempengaruhi panjangnya karena stomata memiliki sel penutup serat halus
selulosa pada dinding selnya. Hal ini sesuai menurut Haryanti dan Meirina (2009)
bahwa sifat serat selulosa ini relatif tidak elastis, sehingga sel penutup tidak
memanjang melainkan melebar. Dengan demikian saat membuka panjang stomata
relatif tetap.
Pada perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda
memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter panjang stomata, hal ini
diduga kondisi lingkungan serta kandungan hara yang tidak menudukung dapat
mempengaruhi ukuran stomata. Kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya
gangguan terhadap revegetasi terutama pada proses fisiologi tanaman (Setiadi,
2002).

4.2.7. Bobot Basah Tanaman


Bobot basah tanaman didapat dengan cara menimbang tanaman kedelai
yang sudah dipanen kemudian tanaman ditimbang terlebih dahulu menggunakan
neraca analitik sebelum akhirnya dimasukkan kedalam oven. Hasil sidik ragam
pada Lampiran 18 menunjukkan bahwa pemberian genangan berpengaruh sangat
nyata terhadap bobot basah tanaman, sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk
nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata. Tidak terdapat interaksi antara
perlakuan genangan dan pemberian pupuk N. Hasil rata – rata bobot basah
tanaman kedelai disajikan pada Tabel 9.
37

Tabel 9. Rata – rata bobot basah tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................g.................
100 (g0) 7,92 8,05 7,47 7,81a
125 (g1) 7,54 5,43 6,6 6,53ab
5
150 (g2) 5,74 5,82 6,4 5,99bc
175 (g3) 4,79 5,27 3,98 4,68c
Rata- rata 6,50 6,14 6,11
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Penggenangan menyebabkan pori tanah terisi air dan jenuh air, sehingga
mengakibatkan oksigen (O2) yang tersedia menjadi terbatas. Keadaan dimana O 2
tersedia kurang dari kebutuhan tanaman (hypoxia) atau tidak ada sama sekali
(anoxia) akan menghambat terhadap respirasi perakaran tanaman, sehingga terjadi
respirasi secara anaerob. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross
(1995) yang menyatakan bahwa tanaman pada kondisi kekurangan oksigen akan
mengubah lintasan respirasi menjadi lintasan anaerob/fermentasi. Berdasarkan
data rata – rata bobot basah tanaman yang disajikan pada Tabel 9 menunjukkan
bahwa perlakuan genangan berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi konsentrasi genangan akan diikuti dengan penurunan nilai berat basah
tanaman Kedelai. Rendahnya energi yang dihasilkan pada proses periode
tergenang, menyebabkan terhambatnya serapan air walaupun air tersedia dalam
jumlah berlebihan. Ketersediaan air yang rendah ini menyebabkan laju
fotosintesis tanaman juga rendah sehingga alokasi fotosintat ke organ tanaman
juga rendah. Pertumbuhan vegetatif pada akar, batang, daun adalah bagian organ
yang kompetitif dalam mendapatkan fotosintat (Nurbaiti et al., 2012).
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara
bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Namun pada perlakuan nitrogen
tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan bila urea terlalu lama tergenang
maka akan menurunkan konsentrasinya. Menurut Firmansyah dan Sumarni,
(2013) Faktor pupuk juga diduga berpengaruh terhadap nilai serapan N pada
tanaman. Tersedianya N dari Urea hanya dalam jangka pendek, akibatnya hara
38

yang dapat dimanfaatkan tanaman hanya sebagian kecil saja dan sebagian lagi
kembali ke udara. Hal tersebut diduga karena sifat N yang mudah tercuci dan
menguap.

4.2.8. Panjang Akar


Panjang akar merupakan salah satu komponen yang sering diamati sebagai
parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh perlakuan yang diterapkan.
Panjang akar didapat pada saat tanaman telah panen, dengan dilakukan pencucian
akar tanaman kedelai terlebih dahulu untuk membersihkan tanah yang menempel,
lalu dilakukan pengukuran menggunakan mistar. Berdasarkan hasil sidik ragam
pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa pemberian genangan berpengaruh nyata
terhadap panjang akar tanaman, namun pada perlakuan pemberian pupuk nitrogen
tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil rata – rata panjang akar tanaman
kedelai disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata – rata panjang akar tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.

Umur Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................cm.................
100 (g0) 19,67 25,00 23,33 22,67a
125 (g1) 18,00 17,00 15,33 16,78b
5
150 (g2) 16,00 24,67 18,67 19,78ab
175 (g3) 12,33 17,33 13,33 14,33b
Rata- rata 16,50 21,00 17,67
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Menurut Haryanti et al (2009), akar merupakan organ tanaman yang


berfungsi sebagai alat penyerapan air dan mineral hara dari medium habitatnya.
Berdasarkan data panjang akar yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa
perlakuan genangan berpengaruh nyata terhadap panjang akar yang diberi
genangan sebanyak 100% sampai 175% ATT, semakin tinggi konsentrasi
genangan akan diikuti dengan penurunan rata-rata panjang akar tanaman
dikarenakan pada umumnya tanaman dengan irigasi yang baik memiliki akar yang
lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di tempat cekaman air.
39

Literatur yang mendukung menjelaskan bahwa panjang akar pada saat tergenang
cenderung menurun saat diberi perlakuan cekaman genangan. Panjang akar yang
mengalami penurunan pada saat keadaan tercekam genangan menunjukkan bahwa
pada tanaman yang tercekam genangan, pembelahan atau perpanjangan sel - sel
akar terhambat sehingga terjadi penurunan panjang akar (Hossain dan uddin,
2011).
Sementara untuk perlakuan nitrogen tidak berpengaruh nyata. Hal ini
disebabkan ketidaksediaan N dalam tanah akibat pencucian yang terjadi karena
penggenangan. Menurut Esther, (2017) kondisi tergenang dapat menghalangi
fiksasi N, dan juga distribusi N serta mineral lain sehingga menghambat
pertumbuhan akar.

4.2.9. Bobot Kering Tanaman


Bobot kering tanaman didapat pada saat tanaman kedelai sudah dipanen,
dan pengovenan serta penimbangan. Berdasarkan hasil sidik ragam pada
Lampiran 20 menunjukkan bahwa pemberian genangan berpengaruh sangat nyata
terhadap bobot kering tanaman, namun pada perlakuan pemberian pupuk nitrogen
tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil rata – rata bobot kering tanaman
kedelai disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata – rata berat kering tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.

Genangan Dosis Pupuk N (N)


Tanaman (G) (kg/ha)
(MST) % ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................g.................
100 (g0) 2,28 2,32 2,15 2,25a
125 (g1) 2,17 1,57 1,90 1,88ab
5
150 (g2) 1,65 1,68 1,85 1,73bc
175 (g3) 1,38 1,52 1,15 1,35c
Rata- rata 1,87 1,77 1,76
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan data berat kering tanaman yang disajikan pada Tabel 11


menunjukkan bahwa pemberian genangan pada umur 5 MST selama 10 hari
memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hal ini dikarenakan tingkat pemberian
40

air yang berbeda – beda pada setiap perlakuannya. Namun semua genangan yang
diberikan memiliki nilai yang tidak lebih besar dari perlakuan kontrol yaitu,
genangan 100% ATT. Penurunan berat kering tanaman pada saat cekaman
disebabkan karena adanya gangguan pertumbuhan akibat terhambatnya
pembelahan sel karena cekaman air. Cekaman air juga menyebabkan
terganggunya proses fotosintesis sehingga hasil fotosintat yang terbentuk sangat
sedikit yang disebar ke seluruh bagian tubuh tanaman (Sacita, 2016).
Hal ini diperkuat dengan adanya literatur Nurbaiti dkk., (2012) yang
mengatakan bahwa terhambatnya penyerapan hara oleh tanaman juga
menyebabkan proses fotosintesis dan proses metabolisme lainnya yang
melibatkan unsur - unsur hara juga menurun sehingga akan menurunkan
pertumbuhan tanaman yang berakibat pada penurunan berat basah dan berat
kering tanaman. Semakin tinggi genangan yang diberikan maka akan menurunkan
nilai berat kering tanaman kedelai.
Perlakuan pemberian pupuk nitrogen pada tanaman kedelai menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata. Hal ini disebabkan N tidak tersedia dalam tanah akibat
pencucian yang terjadi karena penggenangan. Menurut Himawan (2011) hal ini
disebabkan pemupukan nitrogen untuk tanaman dengan pupuk urea kurang
efisien, apalagi pada saat kondisi tanah yang tergenang.

4.2.10. Umur Panen Tanaman


Umur panen tanaman kedelai didapat pada saat tanaman kedelai telah
dipanen dengan mencatat kapan waktu yang tepat untuk dilakukan pemanenan
dengan melihat ciri – ciri tanaman yang sudah siap dipanen. Berdasarkan hasil
sidik ragam yang terdapat pada Lampiran 21 perlakuan pemberian genangan
memberikan pengaruh sangat nyata, namun pada pemberian pupuk nitrogen tidak
memberikan pengaruh yang nyata Tidak terdapat interaksi antara perlakuan
genangan dan pupuk N. Adapun hasil rata – rata disajikan pada Tabel 12.
41

Tabel 12. Rata – rata umur panen tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................hari.................
100 (g0) 76,00 76,00 78,67 76,89 b
125 (g1) 76,00 84,00 84,00 81,33 a
150 (g2) 78,67 84,00 84,00 82,22 a
175 (g3) 81,33 84,00 84,00 83,11 a
Rata- rata 78,00 82,00 82,67
Keterangan: Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Berdasarkan data umur panen tanaman yang disajikan pada Tabel 12


menunjukkan bahwa genangan memberikan pengaruh sangat nyata pada
parameter umur panen tanaman dengan perlakuan genangan selama 10 hari
pengairan. Genangan dapat memperpanjang umur tanaman kedelai, menurut
Larasmita et al (2019) lamanya umur berbunga dalam kondisi cekaman genangan
diakibatkan oleh kurangnya pasokan energi dalam proses metabolisme.
Perlakuan pupuk nitrogen pada tanaman kedelai menunjukkan pengaruh
yang sangat nyata pada parameter umur panen tanaman. Menurut Sauwibi, et al
(2011) takaran pupuk N pada kelembapan tanah yang rendah dapat menyebabkan
daun menebal, dan warna daun lebih gelap serta pemasakan yang lebih lama.

4.2.11. Jumlah Polong Hampa per Tanaman


Jumlah polong hampa merupakan salah satu parameter dari komponen
hasil dan hasil sebagai parameter yang diamati untuk mengukur antara perlakuan
genangan dan pupuk N. Jumlah polong hampa dapat diketahui pada saat tanaman
sudah dipanen. Berdasarkan hasil sidik ragam peubah jumlah polong hampa yang
disajikan pada Lampiran 22 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian genangan
dan pemberian pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Tidak
terdapat interaksi antara perlakuan genangan dan pemberian pupuk N. Adapun
hasil rata-rata jumlah polong hampa disajikan pada Tabel 13.
42

Tabel 13. Rata – rata jumlah polong hampa per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................buah.................
100 (g0) 0,88 1,00 1,22 1,03
125 (g1) 0,88 0,88 1,05 0,94
150 (g2) 1,17 1,00 1,00 1,06
175 (g3) 0,88 0,71 0,88 0,82
Rata- rata 0,95 0,90 1,04
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Tanaman kedelai membutuhkan sejumlah air setiap fase pertumbuhan dan


perkembangannya. Berdasarkan Tabel 13 didapati hasil rata – rata bahwa
pemberian tingkat air (genangan) yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata Hal ini disebabkan temperatur, kelembapan, dan intensitas cahaya yang
tinggi pada proses pembuahan akan mengakibatkan polong menjadi hampa.
Jumlah polong juga dapat dipengaruhi oleh jumlah daun yang akan menentukan
banyaknya polong, faktor suhu dan sedikitnya cahaya akan meningkatkan jumlah
polong hampa. Tingkat yang paling sensitif terhadap kekurangan air ialah tingkat
akhir perkembangan polong dan pertengahan pengisian biji (Nurhayati, 2009).
Mapegau (2006) menyatakan bahwa proses yang sensitif bisa terjadi
sebagai dampak dari kekurangan air ialah pembelahan sel. Hal ini dapat diartikan
bahwa pertumbuhan tanaman sengat peka terhadap defisit (cekaman) air karena
dapat menghentikan pembelahan sel dan mengakibatkan tanaman lebih kecil.
Pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda tidak memberikan pengaruh
yang nyata menurut Padmini, dkk (1998) stadia pengisian polong tidak terjadi
mengingat pertumbuhan tanaman yang tidak normal, diperkirakan translokasi
fotosintat dan N dari bagian vegetatif ke organ reproduktif tidak terjadi. Hal ini
disebabkan temperatur, kelembapan, dan intensitas cahaya yang tinggi pada
proses pembuahan akan mengakibatkan polong menjadi hampa. Jumlah polong
juga dapat dipengaruhi oleh jumlah daun yang akan menentukan banyaknya
polong, faktor suhu dan sedikitnya cahaya akan meningkatkan jumlah polong
hampa. Adanya gangguan akibat hama juga mempengaruhi jumlah polong, selain
43

itu suhu yang baik untuk tanaman kedelai adalah 23⁰C hingga 27⁰C. suhu yang
terlalu tinggi akan menyebabkan polong hampa karena proses fotosintesis akan
terganggu.

4.2.12. Jumlah Polong Isi per Tanaman


Jumlah polong isi dapat diketahui pada saat tanaman sudah dipanen.
Berdasarkan hasil sidik ragam peubah jumlah polong isi yang disajikan pada
Lampiran 23 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian genangan dan pemberian
pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Tidak terdapat interaksi
antara perlakuan genangan dan pemberian pupuk N. Adapun hasil rata-rata jumlah
polong isi disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rata – rata jumlah polong isi per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
..........................buah.....................
100 (g0) 8,33 6,33 7,00 7,22
125 (g1) 11,67 5,67 8,67 8,67
150 (g2) 10,67 11,67 8,33 10,22
175 (g3) 11,00 8,00 7,67 8,89
Rata- rata 10,42 7,92 7,92
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Menurut Sumarno dan Hartono (1983) kedelai merupakan tanaman C3


yang tidak tahan kekeringan dan penggenangan air. Kondisi air tanah yang baik
untuk tanaman kedelai adalah air tanah dalam kapasitas lapang sejak tanaman
tumbuh hingga polong berisi penuh kemudian kering menjelang panen.
Berdasarkan Tabel 14 hasil rata – rata perlakuan pemberian tingkat air (genangan)
yang berbeda tidak berpengaruh nyata pada jumlah polong isi tanaman kedelai.
Hal ini dikarenakan cekaman air mengakibatkan produksi bahan kering komponen
vegetatif tanaman berkurang, terutama pembentukan daun dan perpanjangan
batang melalui pengurangan turgiditas, penundaan umur berbunga, penurunan
jumlah polong dan ukuran biji (Kari dan Nuralin, 1993., Boote et. al., 1982).
44

Pemberian dosisi pupuk nitrogen yang berbeda tidak memberikan


pengaruh nyata. Pada umumnya periode pembentukan dan pengisian polong
sangat dipengaruhi oleh unsur hara, air dan cahaya matahari, hal ini sesuai dengan
pernyataan Lakitan., (2007) dalam Pangli (2014)., bahwa pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Menurut
Dhimas et al (2018) nitrogen yang diserap ketika ditambahkan pupuk urea diduga
tidak terakumulasi dengan baik. Nitrogen dibutuhkan tanaman guna sintesis
protein namun secara struktural merupakan bagian dari klorofil (Amir et al.,
2015).

4.2.13. Jumlah Biji per Tanaman


Jumlah biji per tanaman merupakan salah satu komponen hasil yang sering
diamati sebagai parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil akhir dari
bobot tanaman kedelai. Jumlah biji didapat pada saat tanaman telah dipanen,
dilakukan penghitungan jumlah biji dari seluruh polong. Berdasarkan hasil sidik
ragam peubah jumlah biji per tanaman yang disajikan pada Lampiran 24
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian genangan dan pemberian pupuk
nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Adapun hasil rata-rata jumlah
biji per tanaman disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Rata – rata jumlah biji per tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N.

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
..........................buah......................
100 (g0) 14,33 10,00 12,33 12,22
125 (g1) 20,67 10,33 13,33 14,78
150 (g2) 15,00 19,33 11,33 15,22
175 (g3) 20,33 14,00 13,00 15,78
Rata- rata 17,58 13,42 12,50
Keterangan: Semua angka tidak berbeda
45

Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif, tempat terjadinya


peristiwa penyerbukan dan pembuahan yang nantinya akan menghasilkan buah
yang di dalamnya terdapat biji. Biji inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan
baru (Machin dan Scopes, 2005)
Berdasarkan hasil rata – rata perlakuan jumlah biji per tanaman yang
terdapat pada Tabel 15 didapati bahwa pengaruh pemberian tingkat air yang
berbeda memberikan hasil yang tidak nyata. Hal ini disebabkan karena fase
pembungaan dan fase pembentukan polong merupakan fase kritis tanaman
terhadap kekurangan air. sebab cekaman air pada fase pembungaan kedelai akan
menyebabkan gagalnya pembentukan polong (Zen et al., 1993).
Pada perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda tidak
memberikan hasil yang nyata. Menurut Padmini, et al (1998) stadia pengisian
polong tidak terjadi mengingat pertumbuhan tanaman yang tidak normal,
diperkirakan translokasi fotosintat dan N dari bagian vegetatif ke organ
reproduktif tidak terjadi. Hal ini disebabkan temperatur, kelembapan, dan
intensitas cahaya yang tinggi pada proses pembuahan akan mengakibatkan polong
menjadi hampa sehingga dapat mempengaruhi jumlah biji yang ada di dalamnya.
Jumlah polong juga dapat dipengaruhi oleh jumlah daun yang akan menentukan
banyaknya polong, dan faktor suhu akan meningkatkan jumlah polong yang
berpengaruh terhadap jumlah biji. Adanya gangguan akibat hama juga
mempengaruhi jumlah polong isi.

4.2.14. Bobot Basah Polong per Tanaman


Bobot basah polong merupakan salah satu komponen hasil yang sering
diamati digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan. Berdasarkan hasil sidik ragam peubah bobot basah polong per
tanaman yang disajikan pada Lampiran 25 menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian genangan dan pemberian pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak
berbeda nyata. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan pemberian genangan dan
perlakuan pupuk N. Adapun hasil rata-rata bobot basah polong per tanaman
disajikan pada Tabel 16.
46

Tabel 16. Rata – rata bobot basah polong per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................g.................
100 (g0) 4,61 2,92 4,27 3,93
125 (g1) 7,40 4,41 6,04 5,95
150 (g2) 4,48 6,51 4,05 5,02
175 (g3) 6,14 3,87 2,70 4,24
Rata- rata 5,66 4,43 4,27
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Berdasarkan hasil rata – rata pada Tabel 16 menunjukkan bahwa


pemberian tingkat air (genangan) yang berbeda tidak memberikan hasil yang
nyata. Menurut Syafi (2008) cekaman air akan mempengaruhi penyerapan unsur
hara dari tanah oleh akar terhambat sehingga akan mempengaruhi ketersediaan
unsur N.
Nitrogen dimanfaatkan oleh tanaman untuk mendukung siklus
pertumbuhan dan perkembangan kedelai. Pada perlakuan pemberian dosis pupuk
nitrogen yang berbeda juga tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah polong
walaupun pemberian air tidak melewati batas kritis namun nitrogen dapat tercuci
akibat pemberian air yang berlebih. Hal ini sesuai dengan Dhimas et al (2018)
kandungan N yang sama pada media tumbuh tanaman diduga berdampak pada
kadar N total jaringan daun. Nitrogen yang diserap ketika ditambahkan pupuk
urea diduga tidak terakumulasi dengan baik.

4.2.15. Bobot Polong Kering


Bobot polong kering merupakan salah satu komponen hasil yang sering
diamati digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan. Berdasarkan hasil sidik ragam peubah jumlah biji per tanaman yang
disajikan pada Lampiran 26 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian genangan
dan pemberian pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata.Tidak
terdapat interaksi antara perlakuan pemberian genangan dan perlakuan pupuk N.
Adapun hasil rata-rata jumlah biji per tanaman disajikan pada Tabel 15.
47

Tabel 17. Rata – rata bobot polong kering per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................g.................
100 (g0) 1,94 1,35 1,69 1,66
125 (g1) 3,01 1,67 2,53 2,40
150 (g2) 2,03 2,82 1,79 2,22
175 (g3) 2,63 1,92 1,77 2,11
Rata- rata 2,40 1,94 1,95
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Berdasarkan Tabel 17 didapati hasil rata – rata bobot polong kering


tanaman kedelai bahwa perlakuan pemberian tingkat air (genangan) yang berbeda
terhadap berat kering polong memberikan hasil yang tidak nyata. Menurut
Pezeshki (1994), kondisi tanah yang anaerob mengakibatkan dampak negatif bagi
tanaman diantaranya gangguan pada membran sel, terhambatnya serapan hara,
gangguan pada pertumbuhan, mengurangi laju fotosintesis dan dapat
mengakibatkan kematian bagi tanaman. Pada penelitian ini pemberian kadar air
yang berlebih tidak melewati batas kritis sehingga tidak adanya pengaruh terhadap
berat polong kering.
Pada perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda tidak
berpengaruh nyata terhadap berat polong kering walaupun pemberian air tidak
melewati batas kritis namun nitrogen dapat tercuci akibat pemberian air yang
berlebih selain itu menurut Himawan (2011) hal ini disebabkan pemupukan
nitrogen untuk tanaman dengan pupuk urea kurang efisien, apalagi pada saat
kondisi tanah yang tergenang.

4.2.16. Bobot 100 Biji


Bobot 100 biji merupakan salah satu komponen hasil tanaman yang sering
diamati sebagai parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil dari perlakuan
yang dilakukan pada suatu penelitian. Bobot 100 biji juga termasuk dalam
parameter umum untuk mengetahui perkembangan tanaman tersebut. Berdasarkan
48

hasil sidik ragam peubah bobot 100 biji per tanaman yang disajikan pada
Lampiran 27 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian genangan dan pemberian
pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Adapun hasil rata-rata
jumlah biji per tanaman disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. . Rata – rata bobot 100 biji per tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................g.................
100 (g0) 8,97 7,75 8,31 8,34
125 (g1) 9,75 9,15 10,83 9,91
150 (g2) 8,56 9,18 10,12 9,29
175 (g3) 8,58 9,47 9,54 9,20
Rata- rata 8,97 8,89 9,70
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Menurut Zahara et al (1994), bobot 100 biji menggambarkan ukuran biji


kedelai. Berdasarkan Tabel 18 hasil rata – rata tanaman kedelai pada pengamatan
bobot 100 biji tidak memberikan pengaruh yang nyata pada perlakuan pemberian
tingkat air (genangan) yang berbeda, padahal menurut VanToai et al (2007),
penggenangan selama 2 minggu pada fase berbunga penuh kedelai menurunkan
hasil biji minimal 37% bahkan menyebabkan kematian tanaman. Namun pada
kondisi lapangan yang diamati tidak terjadi pengaruh yang nyata, hal ini
disebabkan suhu yang terlalu tinggi mengakibatkan kadar air yang berlebih tidak
berpengaruh.
Perlakuan dengan pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji, hal ini dikarenakan suhu yang terlalu
tinggi menyebabkan konversi urea menjadi amoniak berlangsung relatif lebih
cepat, sehingga urea banyak menguap ke udara. Menurut Dhimas et al (2018)
dimungkinkan rendahnya hasil biji ketika ditambahkan pupuk urea disebabkan
adanya persaingan antara sintesis karbohidrat dan protein pada tanaman kedelai.
49

4.2.17. Bobot Biji Kering per Tanaman


Bobot biji kering merupakan salah satu komponen hasil tanaman yang
sering diamati sebagai parameter yang digunakan untuk mengetahui hasil dari
perlakuan yang dilakukan pada suatu penelitian. Berdasarkan hasil sidik ragam
peubah bobot biji kering per tanaman yang disajikan pada Lampiran 28
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian genangan dan pemberian pupuk
nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Adapun hasil rata-rata bobot
biji kering per tanaman disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Rata – rata bobot biji kering per tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N

Genangan Dosis Pupuk N (N)


(G) (kg/ha)
% ATT
0 (n0) 25 (n1) 50 (n2) Rata- rata
.....................g.................
100 (g0) 1,21 0,85 1,02 1,02
125 (g1) 1,98 1,07 1,62 1,56
150 (g2) 1,25 1,81 1,14 1,40
175 (g3) 1,67 1,26 1,11 1,35
Rata- rata 1,53 1,25 1,22
Keterangan: Semua angka tidak berbeda

Berdasarkan hasil rata – rata pada Tabel 19 menunjukkan bahwa


perlakuan pemberian tingkat air (genangan) yang berbeda tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap komponen hasil bobot biji kering per tanaman hal
ini dikarenakan apabila berat tajuk dan akar tanaman rendah maka akan
mengakibatkan berat kering menjadi rendah. Hal ini dikarenakan kondisi
tergenang dengan kurang tersedianya ATP menyebabkan serapan hara secara aktif
juga terhambat sehingga akan menurunkan pertumbuhan tanaman yang berakibat
pada penurunan berat basah dan berat kering tanaman (Nurbaiti et al., 2012).
Pada perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang nyata. Menurut Syafi (2008) cekaman air akan
mempengaruhi penyerapan unsur hara dari tanah oleh akar terhambat sehingga
akan mempengaruhi ketersediaan unsur N. Nitrogen dapat tercuci akibat
pemberian air yang berlebih selain itu menurut Himawan (2011) hal ini
disebabkan pemupukan nitrogen untuk tanaman dengan pupuk urea kurang
efisien, apalagi pada saat kondisi tanah yang tergenang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pemberian air (genangan) selama 10 hari pada fase vegetatif dan fase
generatif dengan tingkat air yang berbeda menunjukkan pengaruh pada
tinggi tanaman 2 MST dengan tingkat pemberian air 125% ATT, luas daun
dengan tingkat pemberian air 125% ATT, bobot basah tanaman dengan
tingkat pemberian air 100% ATT, panjang akar dengan tingkat pemberian
air 100% ATT, bobot kering tanaman dengan tingkat pemberian air 100%
ATT, dan umur panen dengan tingkat pemberian air 100% ATT.
2. Perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen menunjukkan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.) pada
parameter panjang stomata dengan pemberian dosis pupuk nitrogen 0
kg/ha dan umur panen dengan pemberian dosis pupuk nitrogen 0 kg/ha.
3. Terdapat interaksi antara perlakuan pemberian air (genangan) 125% ATT
dan pemberian pupuk nitrogen 0 kg/ha pada parameter tinggi tanaman
umur 2 MST menghasilkan tinggi tanaman 34cm.

5.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disarankan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai:
1. Pemberian tingkat air (genangan) menggunakan taraf yang lebih
bervariatif seperti pemberian tingkat air normal, 7 hari pengairan, dan 14
hari pengairan.
2. Pemberian dosis pupuk nitrogen menggunakan taraf yang lebih bervariatif
seperti pemberian dosis pupuk nitrogen 0 kg/ha, 50 kg/ha, dan 100 kg/ha.

50
DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta. 83 halaman.

Adisarwanto, T. 2005. Budidaya Kedelai dengan Pemupukan yang Efektif dan


Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 107
halaman.

Adisarwanto, T. dan Suhartina. 2001. Tanggap Beberapa Varietas Kedelai


terhadap Kondisi Tanah Jenuh Air. Penelitian Pertanian 1(1): 24-32.

Amir, B., D. Indradewa, dan E. T. S. Putra. 2015. Hubungan bintil akar dan
aktivitas nitrat reduktase dengan serapan N pada beberapa kultivar
kedelai (Glycine max). Semnas Masy Biodiv Indonesia 1(5): 1132-
1135.

Anwar, K. 2014. Ameliorasi dan Pemupukan untuk Meningkatkan Produktivitas


Kedelai di Lahan Gambut. Dalam: Prosiding Seminar Nasional
“Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi.

Astari. K, Anni Yuniarti, Emma Trinuraini Sofyan, Mieke Rochimi Setiawati.


2016. Pengaruh Kombinasi Pupuk N, P, K dan Vermikompos Terhadap
Kandungan C-Organik, N Total, C/N dan Hasil Kedelai (Glycine max
(L.) Merill) Kultivar Edamame pada Inceptisols Jatinangor. Jurnal
Agroekotek. 8(2):93-103.

Boru, G., T.T. Van Toai, J. Alves, D. Hua, and M. Knee. 2003. Response of
Soybean to Oxygen Deficiency and Elevated Root-zone Carbon Dioxide
Concentration. Annals Bot. 91(4): 447-453.

Basis Data Statistik Kementrian Pertanian. 2016. Outlook Komoditas Pertanian


Tanaman Pangan. aplikasi2.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 07
Juli 2020 pukul 20.33 WIB.

Dennis, ES, R. Dolferus, M. Ellis, M. Rahman, Y. Wu, F.U. Hoeren, A. Grover,


K.P. Ismond, A.G. Good, and W.J. Peacock. 2000. Molecular
Strategies for Improving Waterlogging Tolerance in Plants. J. Exp.
Bot. 51(342):89-97.

Dhimas Ikhsan Prakoso, Didik Indradewa, dan Endang Sulistyaningsih. 2018.


Pengaruh Dosis Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
(Glycine max L. Merr.) Kultivar Anjasmoro. Jurnal Vegetalika. 7(3):
16-29

51
52

Esther Mega Stefia. 2017. Analisis Morfologi dan Struktur Anatomi Tanaman
Kedelai (Glycine max L.) Pada Kondisi Tergenang. Tesis. Institut
Sepuluh November.

Farahudin, Iis Diana, Ir. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius.


Yogyakarta. 65 halaman.

Firmansyah, I dan Sumarni . 2013. Pengaruh Dosis Pupuk N dan Varietas


Terhadap pH Tanah, N-Total Tanah, Serapan N, dan Hasil Umbi
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Tanah Entisols-Brebes
Jawa Tengah. Jurnal Hortikultura. 23(4): 358-364.

Ghulamahdi, M., S.A. Aziz, M. Melati, N. Dewi, dan S.A. Rais. 2011. Aktivitas
Nitrogenase, Serapan Hara dan Pertumbuhan Dua Varietas Kedelai
pada Kondisi Jenuh Air dan Kering Nitrogenase Activity, Nutrient
Uptake, and Growth of Two Soybean Varieties Under Saturated and
Dry Soil Conditions. Bul. Agron. 34(1):32-38.

Hamim, Sopandie D, Jusuf M. 1996. Beberapa Karakteristik Morfologi dan


Fisiologi Kedelai Toleran dan Peka terhadap Cekaman Kekeringan.
Jurnal Hayati, Juni 1996, halaman. 30-34.

Hall, R.E. 2007. Soil Essential. Managing Your Farms Primary Asset.
Collingwood (AU). Landlinks Press.

Hapsari R.T, dan M.M. Adie. 2010. Peluang Perakitan dan Pengembangan
Kedelai Toleran Genangan. Jurnal litbang pertanian. 29(2): 76-77.

Jitsuyama. Y. 2017 Hypoxia-Responsive Root Hydraulic Conductivity Influences


Soybean Cultivar-Specific Waterlogging Tolerance. Am. J. Plant Sci.
8(1):70–790.

Kristianingsih. 2004. Pengaruh Frekwensi Penyiangan dan Pemberian Ethrel


terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Kedelai Varietas Slamet dalam
Sistem tanpa Olah Tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian Unsoed,
Purwokerto.

Larasmita. Karina Ayu, Nur Wulan Agustiani, Damanhuri, dan Budi Waluyo.
2019. Interaksi Genotip X Lingkungan Tanaman Padi Pada Cekaman
Genangan. Jurnal Produksi Tanaman. 7(7): 1221-1228.

M. J. Sembiring, R. I. M. Damanik, dan L. A. M. Siregar. 2016. Respon


Pertumbuhan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merrill) pada
Keadaan Tergenang terhadap Pemberian GA3. J. Agroteknologi,
4(4):2331–2340.
53

Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil


Tanaman Kedelai. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Vol. 41 (1): 43-48

Muis, R., M. Ghulamahdi, M. Melati, Purwono, dan I. Mansur. 2006


Kompatibilitas Fungi Mikoriza Arbuskular dengan Tanaman Kedelai
pada Budi Daya Jenuh Air. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan. 35(3):87-90.

Najiyati, Sri dan Danarti, 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penebar Swadaya, Jakarta. 109 halaman.

Nurbaiti, yulia, A. E.,dan Jujung, S. 2012. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa


Sawit (Eloeis guineensis Jacq.) Pada Medium Gambut Dengan
Berbagai Periode Penggenangan. Jurnal Agroteknologi Tropika 1 (1):
14-17.

Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Jurnal
Floratek. 4: 55-64.

Pangli, M. 2014. Pengaruh Jarak Tanaman Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil


Kedelai (Glycine Max L Merril). Jurnal Agropet. 1(1).

Pezeshki S.R. 1994. Responses of Baldcypress Seedlings to Hypoxia: Leaf protein


content, ribulose-1,5-bisphosphate carboxylase/oxygenase activity and
photosynthesis. Photosynthetica. 30:59-68.

Rita Sari, Prof. Dr. Ir. Mapegau, M.S, Ir. Mukhsin, M.P. 2018. Pengaruh
Frekuensi Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)Merill). Artikel Ilmiah. Universitas
Jambi.

Sacita, A.S. 2016. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Cekaman
Kekeringan Pada Fase Vegetatif dan Generatif. Bogor: Tesis IPB.

Sairam. R.K, D. Kumutha, K. Ezhilmathi, P. S. Deshmukh, and G. C. Srivastava.


2008. Phisiology and Biochemistry of Waterlogging Tolerance in
Plants. Biol. Plant. 52(3): 401− 412.

Salisbury, F.B .dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Dian
Rukmana dan Sumaryono.Institut Teknologi Bandung. Bandung. 343
halaman.

Setiadi. 2002. Mychorhizal inoculum production technique for land rehabilitation.


Jurnal Managemen Hutan Tropika 8 (1): 51-64.
54

Sinay H. 2015. Pengaruh Perlakuan Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan


dan Kadungan Prolin pada Fase Vegetatif Beberapa Kultivar Jagung
Lokal dari Pulau Kisar Maluku di Rumah Kaca. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang (ID).

Shimamura, S., T. Mochizuki, Y. Nada, and M. Fukuyama. 2003. Formation and


function of secondary aerenchyma in hypocotyl, roots and nodules of
soybean (Glycine max L) under flooded condition. Plant Soil. 251(2)
351− 359.

Suematsu. K. T. Abiko, V. L. Nguyen, and T. Mochizuki. 2017. Phenotypic


Variation in Root Development of 162 Soybean Accessions Under
Hypoxia Condition at The Seedling Stage. Plant Prod. Sci. 20(3): 323–
335.

Syafi S. 2008. Respons Morfologis dan Fisiologis Bibit Berbagai Genotipe Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Cekaman Kekeringan. Tesis. Bogor
(ID). Sekolah Pascasarjana IPB.

Tampubolon. B.,Wiroatmodjo. J., Justika. S. Baharsjah, dan Soedarsono. 1989.


Pengaruh Penggenangan pada Berbagai Fase Pertumbuhan dan Kedelai
(Glycine max (l.) Merr) terhadap Pertumbuhan dan Produksi. Forum
Pascasarjana. 12(1) 17-25

Troedson, R.J., A.L. Garside, R.J. Lawn, D.E. Byth, and G.L. Wilson. 1984.
Saturated Soil Culture-an Innovative Water Management Option for
Soybean in The Tropics and Subtropics. Dalam: Shanmugasundaram S
and Sulzberger EW (Eds.). Soybean in Tropical and Subtropical
Cropping Systems. Proc. of a Symp. Tsukuba. Japan. 171-180 Kedelai
Pada Kondisi Jenuh Air dan Kering Nitrogenase Activity, Nutrient
Uptake, and Growth of Two Soybean Varieties Under Saturated and
Dry Soil Conditions. Bul. Agron. 34(1):32-38.

VanToai, T.T., T.T.C Hoa, N.T.N. Hue, H. Nguyen, J.G. Shannon, and B. Bishop.
2007. Diversity in Tolerance of Soybean (Glicyne max L. Merr.)
Germplasm To Soil Water-logging. Paper presented at International
Annual Meetings, New Orleans, Louisiana. 4-8 November. 2007.

Zahara, H. D.M. Arsyad, dan Sutjihno. 1994. Analisis korelasi dan Sidik Lintas
Sifat-sifat Kuantitatif pada Kedelai. Prosiding Seminar Risalah
Penelitian Pangan, Bogor. 1(1): 65-69. ...................................................
LAMPIRAN

55
56

Lampiran 1. Denah Penelitian

U1 U2 U3
g2n1 g2n0 g2n1
g3n2 g3n0 g0n0
g1n1 g0n1 g1n1
g1n2 g2n1 g3n0
g1n0 g2n2 g2n0
g2n0 g3n1 g0n1
g0n0 g3n2 g2n1
g0n2 g1n2 g0n2
g3n1 g1n0 g1n0
g0n1 g1n1 g3n1
g3n0 g0n2 g1n2
g2n2 g0n0 g2n2

Keterangan:

= Jarak ke samping 30cm U


= Jarak antar polybag 30cm

g0: 100% ATT


g1: 125% ATT
g2: 150% ATT
g3: 175% ATT
n0: 000 kg/ha
n1: 500 kg/ha
n2: 100 kg/ha
u1, u2, u3 menunjukkan ulangan
57

Lampiran 2. Deskripsi Varietas Kedelai Deja 2

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2019)


58

Lampiran 3. Alur Kegiatan Penelitian

Persiapan Bibit Tanaman Kedelai (Glycine max. L)

Persiapan Media Tanam

Penanaman Bibit pada Polybag

Pemupukan

Perlakuan

Pemeliharaan

Pengamatan

Pemanenan

Analisa Hasil
59

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Penelitian

Bulan/Minggu
Oktober November Desember Januari
No. Jenis Kegiatan
2019 2019 2019 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan alat dan
1.
bahan
Persiapan media
2.
tanam
3. Persiapan benih
4. Penanaman
Penjarangan dan
5.
penyulaman
Pemberian Pupuk
6.
N
Pemberian
7.
Genangan
Pemberian pupuk
8.
tambahan
9. Pemeliharaan
10. Panen
11. Analisis hasil
60

Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah Fisika


61

Lampiran 6. Hasil Analisis Tanah Kimia


62

Lampiran 7. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dasar

Diketahui:
 Polybag ukuran 40 cm x 35 cm diisi tanah seberat 5 kg
 Kebutuhan TSP per hektar 100 kg diberikan 2 tahap (50kg)
 Kebutuhan KCL per hektar 75 kg diberikan 2 tahap kali (37,5kg)
 Massa tanah per hektar 2.000.000 kg

Ditanyakan:
a. Kebutuhan TSP per polybag ?
b. Kebutuhan KCL per polybag ?

Jawab:
a. Kebutuhan TSP per polybag ?

Kebutuhan pupuk TSP/polybag =

Kebutuhan pupuk TSP/polybag = 0,0004 kg/ polybag atau 0,4 g/polybag


b. Kebutuhan KCL per polybag ?

Kebutuhan pupuk KCL/polybag =

Kebutuhan pupuk KCL/polybag = 0,0003 kg/ polybag atau 0,3 g/polybag


63

Lampiran 8. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Perlakuan

Diketahui:
 Polybag ukuran 40 cm x 35 cm diisi tanah seberat 5 kg
 Kebutuhan urea per hektar 25 kg diberikan 2 tahap (12,5kg)
 Kebutuhan urea per hektar 50 kg diberikan 2 tahap (25kg)
 Massa tanah per hektar 2.000.000 kg

Ditanyakan:
Kebutuhan urea per polybag ?
Jawab:
Kebutuhan urea per polybag:

Kebutuhan pupuk urea/polybag =

Kebutuhan pupuk urea/polybag = 0,0001 kg/ polybag atau 0,1 g/polybag

Kebutuhan pupuk urea/polybag =

Kebutuhan pupuk urea/polybag = 0,0002 kg/ polybag atau 0,2 g/polybag


64

Lampiran 9. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman (% ATT)

1. Penentuan Bobot Kering Mutlak per Polybag (6.200 g)


Diketahui:
 Bobot Tanah Kering Udara (BKU): 6.200 g
 Kadar Air Tanah (KA): 48,4%
Ditanyakan :
 Bobot Kering Mutlak (BK) ?
Jawab:
KA = x 100%

48,4% = x 100%

48,4 BK = 620.000 g – 100 BK


BK = 4.117,89 g
2. Penentuan Bobot Basah Tanah
Diketahui:
 Kapasitas Lapang (KP) (pF = 2,54): 37,7%
 Titik Layu Permanen (TLP) (pF = 4,20): 23,3%
 Air Tanah Tersedia (ATT): 14,4%
 Bobot Kering Mutlak Tanah per Polybag (BK): 4.187,61 g

Ditanyakan:
a. Bobot Basah Tanah (BB) pada 100% ATT ?
b. Bobot Basah Tanah (BB) pada 125% ATT ?
c. Bobot Basah Tanah (BB) pada 150% ATT ?
d. Bobot Basah Tanah (BB) pada 175% ATT ?

Jawab:
a. Bobot Basah (BB) = Bobot Tanah + Air (100% ATT):

BB = x BK

BB = x 4.117,89

BB = 5.670,34 g
65

b. Bobot Basah (BB) = Bobot Tanah + Air (125% ATT):

BB = x 4.117,89

BB = 5.818,59 g

c. Bobot Basah (BB) = Bobot Tanah + Air (150% ATT):

BB = x 4.117,89

BB = 5.966,82 g
d. Bobot Basah (BB) = Bobot Tanah + Air (175% ATT):

BB = x 4.117,89

BB = 6.115,06 g
Sebelumnya, tanah dari lahan ditimbang sebanyak 5kg kedalam polybag
untuk penanaman kedelai, kemudian salah satu sampel dijenuhkan air dan
didiamkan selama satu malam. Kemudian, ditimbang kembali untuk memperoleh
data berat kering udara dan diperoleh hasil sebesar 6,2kg yang selanjutnya
dianalisis bobot basah tanah yang harus dipertahankan dalam % ATT.
Dengan demikian air yang harus ditambahkan dalam setiap polybag pada
awal penanaman yaitu sebagai berikut:
Air yang harus ditambahkan = BB – Tanah Awal
100% ATT = 5.670,43 g - 5.000 g
= 670,43 g
= 670,43 ml

125% ATT = 5.818,59 g - 5.000 g


= 818,59 g
= 818,59 ml

150% ATT = 5.966,82 g - 5.000 g


= 966,82 g
66

= 966,82 ml

175% ATT = 6.115,06 g - 5.000 g


= 1.115,06 g
= 1.115,06 ml
Kemudian diperhitungkan penambahan bobot tanaman sebagai koreksi.
Bobot tersebut kemudian dikonversikan ke volume air (BD = 1), sehingga volume
air yang harus ditambahkan (= yang hilang karena evapotranspirasi) dapat diukur
menggunakan gelas ukur.

Sumber : Badan Penelitian Tanah, Bogor (2019).


67

Lampiran 10. Kondisi Iklim Mikro Green House Saat Penelitian

Data Temperatur dan Kelembapan


Temperatur Kelembapan
Bulan Minimum Maksimum Minimum (%) Maksimum
(ºC) (ºC) (%)
November 2019 30,4 36,3 58 79
Desember 2019 27,5 35,9 58 96
Januari 2020 34,4 34,4 63 63
Rata-rata 33,15 °C

Data Intensitas Cahaya


13.930 14.220 10.340
6.590 6.440 7.600
7.490 6.680 9.840
16.930 17.670 19.520
Rata-rata 11.437,5 lux

Sumber : Pengamatan Pribadi (2020).


68

Lampiran 11. Kondisi Iklim Makro Saat Penelitian

ID WMO : 96737
Nama Stasiun : Stasiun Meteorologi Maritim Serang
Lintang : -6.11185
Bujur : 106.11000
Elevasi : 100

Tanggal Tn Tx Tavg RH_avg ss


01-11-2019 23.0 36.0 29.6 61 7.2
02-11-2019 23.0 33.6 28.3 68 7.9
03-11-2019 23.0 34.6 28.5 70 5.5
04-11-2019 25.0 33.6 27.8 78 4.6
05-11-2019 24.0 35.2 28.6 75 7.2
06-11-2019 24.0 35.6 29.0 69 8.3
07-11-2019 22.0 36.2 30.4 56 10.2
08-11-2019 21.0 36.0 28.5 64 11.0
09-11-2019 22.0 37.2 28.8 60 10.2
10-11-2019 23.0 36.2 28.9 63 10.5
11-11-2019 24.0 36.4 30.6 64 10.2
12-11-2019 25.0 35.2 29.9 71 9.5
13-11-2019 26.0 33.8 28.4 77 5.1
14-11-2019 22.0 30.8 25.2 94 1.5
15-11-2019 23.0 34.4 29.3 75 0.0
16-11-2019 23.0 35.4 29.1 68 10.4
17-11-2019 24 35,2 29,2 72 10
18-11-2019 25 36,4 30 70 10,5
19-11-2019 24 34,9 29,8 70 7,6
20-11-2019 25 34,4 29,5 73 11,3
21-11-2019 25 35 27,6 84 7,2
22-11-2019 24 33,2 27,1 85 3,6
23-11-2019 24 34,4 28,3 76 1,3
24-11-2019 23 33,8 28,6 74 0,8
25-11-2019 24 34,4 28,3 80 3,7
26-11-2019 24 34,4 28,9 78 4,8
27-11-2019 25 33,8 29,1 76 7,2
28-11-2019 25 35 29,9 74 5,5
29-11-2019 25 34,6 29,6 76 8,1
30-11-2019 25 34,8 28,9 80 8,5
01-12-2019 25 34,6 29,6 77 2,4
69

02-12-2019 26 35 29,4 76 8,6


03-12-2019 24 35,4 29,2 74 3,8
04-12-2019 25 34,6 29 78 5,9
05-12-2019 25 34,6 28,9 76 7,8
06-12-2019 26 32,4 28,9 77 3,7
07-12-2019 24 30,2 27 83 0,5
08-12-2019 24 33,2 27,7 83 0,7
09-12-2019 25 33,4 29,3 72 4,5
10-12-2019 24 31,6 27,3 81 4,2
11-12-2019 24 34,2 27,1 80 3,6
12-12-2019 24 30,2 25,7 86 9
13-12-2019 24 33,6 29,1 73 2,6
14-12-2019 24 33,4 28,5 76 7
15-12-2019 24 33,2 28,2 80 2,8
16-12-2019 25 32,6 27,8 80 3,1
17-12-2019 25 33,4 26,7 88 3
18-12-2019 24 33,8 27,6 82 1
19-12-2019 23 33,2 27,8 82 6,5
20-12-2019 24 34,2 28,5 78 2,3
21-12-2019 24 34,6 29 79 9
22-12-2019 24 32,8 27,9 84 2,4
23-12-2019 25 33,8 28,4 81 2,8
24-12-2019 25 33,8 28,6 76 7,5
25-12-2019 25 32,4 28,1 82 6,5
26-12-2019 25 32,6 27,5 84 0
27-12-2019 25 32,2 25,9 91 1
28-12-2019 24 31 26,4 89 3
29-12-2019 24 29,2 26,1 92 2
30-12-2019 24 32,2 28,1 84 0
31-12-2019 25 31,8 28,3 80 4
01-01-2020 25,8 30,6 27,8 79 2,1
02-01-2020 24 33,4 28 82 0
Rata-rata 28,4°C

Keterangan :
8888 = data tidak terukur
9999 = Tidak Ada Data (tidak dilakukan pengukuran)
Tn = Temperatur minimum (°C)
Tx = Temperatur maksimum (°C)
70

Tavg = Temperatur rata-rata (°C)


RH_avg = Kelembapan rata-rata (%)
ss = Lamanya penyinaran matahari (jam)
71

Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman per Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman 2 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 85,04 42,52 19,71** 3,05 4,82
G 3 31,24 10,41 4,83** 3,05 4,83
N 2 2,38 1,19 0,55 tn 3,44 5,72
G*N 6 56,57 9,43 2,94 * 2,55 3,76
Galat 22 47,46 2,16
Total 35 222,69
Koefisien keragaman 4,58%

Tinggi Tanaman 3 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 444,28 222,14 10,48** 3,05 4,82
G 3 35,29 11,76 0,56 tn 3,05 4,83
N 2 16,00 8,00 0,38 tn 3,44 5,72
G*N 6 129,63 21,60 1,02 tn 2,55 3,76
Galat 22 466,15 21,19
Total 35 1091,34
Koefisien keragaman 7,64%

Tinggi Tanaman 4 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 3225,06 1612,53 10,29** 3,05 4,82
G 3 803,50 267,83 1,71 tn 3,05 4,83
N 2 367,60 183,80 1,17 tn 3,44 5,72
G*N 6 1184,46 197,41 1,26 tn 2,55 3,76
Galat 22 3448,61 156,76
Total 35 9029,22
Koefisien keragaman 12,74%
72

Tinggi Tanaman 5 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 1904,60 952,30 1,44 tn 3,05 4,82
G 3 897,47 299,16 0,45 tn 3,05 4,83
N 2 1176,06 588,03 0,89 tn 3,44 5,72
G*N 6 2725,94 454,32 0,69 tn 2,55 3,76
Galat 22 14520,24 660,01
Total 35 21224,31
Koefisien keragaman 21,34%

Lampiran 13. Sidik Ragam Jumlah Daun per Tanaman (helai)

Jumlah Daun 2 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 1,17 0,58 4,53* 3,05 4,82
G 3 0,11 0,04 0,29 tn 3,05 4,83
N 2 0,50 0,25 1,94 tn 3,44 5,72
G*N 6 0,39 0,06 0,50 tn 2,55 3,76
Galat 22 2,83 0,13
Total 35 5,00
Koefisien keragaman 8,61%

Jumlah Daun 3 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 0,72 0,36 1,098tn 3,05 4,82
G 3 0,08 0,03 0,08 tn 3,05 4,83
N 2 0,39 0,19 0,59 tn 3,44 5,72
G*N 6 2,50 0,42 1,26 tn 2,55 3,76
Galat 22 7,28 0,33
Total 35 10,97
Koefisien keragaman 12,86%
73

Jumlah Daun 4 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 5,06 2,53 3,89* 3,05 4,82
G 3 2,08 0,69 1,07 tn 3,05 4,83
N 2 0,89 0,44 0,68 tn 3,44 5,72
G*N 6 7,33 1,22 1,88 tn 2,55 3,76
Galat 22 14,28 0,65
Total 35 29,64
Koefisien keragaman 15,5%

Jumlah Daun 5 MST


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 2,72 1,36 1,13 tn 3,05 4,82
G 3 16,31 5,44 4,49 * 3,05 4,83
N 2 2,89 1,44 1,19 tn 3,44 5,72
G*N 6 13,11 2,19 1,81 tn 2,55 3,76
Galat 22 26,61 1,21
Total 35 61,64
Koefisien keragaman 14,09%

Lampiran 14. Sidik Ragam Luas Daun per Tanaman

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 60506,53 30253,26 15,11** 3,05 4,82
G 3 34456,98 11485,66 5,74** 3,05 4,83
N 2 4073,56 2036,78 1,02tn 3,44 5,72
G*N 6 18803,00 3133,83 1,56 tn 2,55 3,76
Galat 22 44057,43 2002,61
Total 35 161897,50
Koefisien keragaman 5,6%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
74

Lampiran 15. Sidik Ragam Kandungan Klorofil Daun

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 207,18 103,59 5,24* 3,05 4,82
G 2 41,34 13,78 0,70tn 3,05 4,83
N 3 17,86 8,93 0,45tn 3,44 5,72
G*N 6 29,70 4,95 0,25tn 2,55 3,76
Galat 22 435,24 19,78
Total 35 731,32
Koefisien keragaman 13,16%

Lampiran 16. Sidik Ragam Kerapatan Stomata


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 74174,9 37087,44 9,28** 3,05 4,82
G 2 1451,2 483,74 0,12tn 3,05 4,83
N 3 2453,4 1226,69 0,31tn 3,44 5,72
G*N 6 15767,3 2627,88 0,66tn 2,55 3,76
Galat 22 87920,4 3996,38
Total 35 181767,2
Koefisien keragaman 22,28%

Lampiran 17. Sidik Ragam Panjang Stomata


Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 20,65 10,32 8,26** 3,05 4,82
G 2 3,24 1,08 0,86 tn 3,05 4,83
N 3 14,40 7,20 5,76** 3,44 5,72
G*N 6 13,86 2,31 1,85 tn 2,55 3,76
Galat 22 27,49 1,25
Total 35 79,65
Koefisien keragaman 7,19%
75

Lampiran 18. Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 50,46 25,23 10,17** 3,05 4,82
G 2 45,43 15,14 6,10** 3,05 4,83
N 3 1,10 0,55 0,22tn 3,44 5,72
G*N 6 9,54 1,59 0,64tn 2,55 3,76
Galat 22 54,58 2,48
Total 35 1234,56
Koefisien keragaman 25,19%

Lampiran 19. Sidik Ragam Panjang Akar per Tanaman

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 72,39 36,19 1,34 tn 3,05 4,82
G 2 353,44 117,81 4,37* 3,05 4,83
N 3 130,89 65,44 2,43 tn 3,44 5,72
G*N 6 84,89 14,15 0,52 tn 2,55 3,76
Galat 22 592,94 26,95
Total 35 1234,56
Koefisien keragaman 28,23%

Lampiran 20. Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 4,19 2,10 10,17** 3,05 4,82
G 2 3,77 1,26 6,10** 3,05 4,83
N 3 0,09 0,05 0,22tn 3,44 5,72
G*N 6 0,79 0,13 0,64tn 2,55 3,76
Galat 22 4,53 0,21
Total 35 13,38
Koefisien keragaman 25,19%
76

Lampiran 21. Sidik Ragam Umur Panen

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 3,56 1,78 0,31 tn 3,05 4,82
G 2 206,22 68,74 12,15** 3,05 4,83
N 3 152,89 76,44 13,51** 3,44 5,72
G*N 6 60,44 10,07 1,78 tn 2,55 3,76
Galat 22 124,44 5,66
Total 35 547,56
Koefisien keragaman 2,94%

Lampiran 22. Sidik Ragam Jumlah Polong Hampa

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 0,12 0,06 0,48 tn 3,05 4,82
G 2 0,31 0,10 0,79 tn 3,05 4,83
N 3 0,12 0,06 0,48 tn 3,44 5,72
G*N 6 0,24 0,04 0,31 tn 2,55 3,76
Galat 22 2,86 0,13
Total 35 3,66
Koefisien keragaman 6,16%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x

Lampiran 23. Sidik Ragam Jumlah Polong

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 139,50 69,75 4,45* 3,05 4,82
G 2 40,75 13,58 0,87 tn 3,05 4,83
N 3 50,00 25,00 1,60 tn 3,44 5,72
G*N 6 48,00 8,00 0,51 tn 2,55 3,76
Galat 22 344,50 15,66
Total 35 622,75
Koefisien keragaman 6,76%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1
77

Lampiran 24. Sidik Ragam Jumlah Biji

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 585,17 292,58 5,56* 3,05 4,82
G 2 66,78 22,26 0,42 tn 3,05 4,83
N 3 176,17 88,08 1,67 tn 3,44 5,72
G*N 6 212,72 35,45 0,67 tn 2,55 3,76
Galat 22 1158,17 52,64
Total 35 2199,00
Koefisien keragaman 7,1%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x

Lampiran 25. Sidik Ragam Bobot Basah Polong

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 72,07 36,03 4,38* 3,05 4,82
G 2 21,98 7,33 0,89tn 3,05 4,83
N 3 13,87 6,93 0,84 tn 3,44 5,72
G*N 6 32,97 5,50 0,67 tn 2,55 3,76
Galat 22 180,81 8,22
Total 35 321,70
Koefisien keragaman 7,77%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x

Lampiran 26. Sidik Ragam Bobot Polong Kering per Tanaman

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 14,03 7,02 6,42** 3,05 4,82
G 2 2,69 0,90 0,82 tn 3,05 4,83
N 3 1,68 0,84 0,77 tn 3,44 5,72
G*N 6 4,60 0,77 0,70 tn 2,55 3,76
Galat 22 24,06 1,09
Total 35 47,07
Koefisien keragaman 7,09%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
78

Lampiran 27. Sidik Ragam Bobot 100 Biji

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 5,96 2,98 0,46 tn 3,05 4,82
G 2 11,21 3,74 0,58 tn 3,05 4,83
N 3 4,78 2,39 0,37 tn 3,44 5,72
G*N 6 7,14 1,19 0,18 tn 2,55 3,76
Galat 22 141,95 6,45
Total 35 171,03
Koefisien keragaman 27,65%

Lampiran 28. Sidik Ragam Bobot Biji Kering per Tanaman

Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 5,94 2,97 6,60** 3,05 4,82
G 2 1,34 0,45 1,00 tn 3,05 4,83
N 3 0,68 0,34 0,76 tn 3,44 5,72
G*N 6 2,03 0,34 0,75 tn 2,55 3,76
Galat 22 9,90 0,45
Total 35 19,90
Koefisien keragaman 7,13%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
79

Lampiran 29. Contoh Tauladan Sidik Ragam


Data Panjang Stomata Daun
Ulangan Rata-
Perlakuan Total
1 2 3 rata
G0N0 16,17 15,94 15,82 47,93 15,9767
G0N1 16,51 18,01 16,11 50,63 16,8767
G0N2 14,91 15,91 13,82 44,64 14,88
G1N0 16,06 17,09 13,79 46,94 15,6467
G1N1 15,18 17,41 16,32 48,91 16,3033
G1N2 15,13 16,72 13,27 45,12 15,04
G2N0 18,83 18,31 15,3 52,44 17,48
G2N1 15,09 16,79 13,62 45,5 15,1667
G2N2 14,19 15,77 11,84 41,8 13,9333
G3N0 13,84 16,21 15,57 45,62 15,2067
G3N1 13,61 16,21 16 45,82 15,2733
G3N2 15,98 13,82 14,53 44,33 14,7767
Total 185,5 198,19 175,99 559,68 15,5467

Total untuk tiap perlakuan


FAKTOR N
FAKTOR G TOTAL
N0 N1 N2
G0 47,93 50,63 44,64 143,2
G1 46,94 48,91 45,12 140,97
G2 52,44 45,5 41,8 139,74
G3 45,62 45,82 44,33 135,77
TOTAL 192,93 190,86 175,89 559,68

Menghitung db:
a. db Total : (r x t) – 1
: (3 x 12) – 1 = 35
b. db Perlakuan :t–1
: 12 – 1 = 11
80

c. db Genangan : tG - 1
:4–1=3
d. db Nitrogen : tN - 1
:3–1=2
e. db Interaksi (G*N) : (tG – 1) x (tN – 1)
: (4 – 1) x (3 – 1) = 6
f. db Kelompok :r–1
:3–1=2
g. db Galat : db P x db K
: 11 x 2 = 22

Menghitung FK :

Faktor Koreksi (FK) = =

= 8701,16

Menghitung JK :
a. JK Total = – FK
=
– 8701,16
= 8780,803– 8701,16
= 79,65

b. JK Perlakuan = – FK

= – 8701,16

= – 8701,16

= 31,52

c. JK Genangan = – FK

= –8701,16

= – 8701,16

= 3,24
81

d. JK Nitrogen = – FK

= – 8701,16

= – 8701,16

= 14,41
e. JK Interaksi (G*N) = JK Perlakuan – JK Genangan – JK Nitrogen
= 31,52 – 3,24 – 14,41
= 13,87

f. JK Kelompok = – 8701,16

= – 8701,16

= 20,68
g. JK Galat = JK Total – JK Perlakuan – JK Kelompok
= 79,65 – 31,52 – 20,68
= 27,45

Menghitung KT
a. KT Perlakuan =

= 2,87
b. KT Genangan (G) =

= 1,08

c. KT Nitrogen (N) =

= 7,21

d. KT Interaksi (G*N) =

= 2,31
82

e. KT Kelompok =

= 10,34

f. KT Galat =

= 1,25
g. KT Total =

= 2,28

Menghitung F Hitung
a. F Hitung Perlakuan =

= 2,30

b. F Hitung Genangan =

= 0,86

c. F Hitung Nitrogen =

= 5,77

d. F Hitung Interaksi (G*N) =

= 1,85

e. F Hitung Kelompok =

= 8,27
83

Mencari Rataan Umum dan Nilai Koefisien Keragaman

Koefisien Keragaman (KK) = x 100%

= x 100% = 0,071915

= 7,19%

Sehingga di dapat Tabel Panjang Stomata sebagai berikut:


F F
F Tabel Tabel
SK DB JK KT
Hitung 5% 1%
G 3 3,24 2,87 0,86tn 3,44 5,72
N 2 14,41 7,21 5,77** 3,05 4,82
G*N 6 13,87 2,31 1,85tn 2,55 3,76
**
Kelompok 2 20,68 10,34 8,27 3,44 5,72
Galat 22 27,45 1,25
Total 35 79,65
Koefisien 7,19%
Keragaman
84

Uji DMRT Panjang Stomata

Rp = untuk p = 2, 3, .... t

Keterangan:
Rp = nilai wilayah nyata terpendek;
rp = nilai tabel wilayah nyata duncan;
= galat baku perbedaan rataan
2
s = kuadrat tengah galat (KT galat);
p = jarak dalam peringkat antara pasangan rataan perlakuan yang
diperbandingkan;
t = banyaknya perlakuan; dan
r = replika atau banyaknya ulangan

Menghitung Nilai Rp

rp = α 0,05; p 2,3, dan v 22 (db galat)

Nilai rp = r0,05 (g, n) : r(2; 22) = 2,93


r(3; 22) = 3,08
85

Menghitung nilai Sd

= = =

= 0,46

Menghitung (t – 1) nilai wilayah beda nyata terpendek:

P Rp =

2 Rp = = 0,95
3 Rp = = 1,00

a. Pengaruh Perlakuan Nitrogen terhadap Panjang Stomata pada


Tanaman Kedelai

Nitrogen (N) Rata - rata Perlakuan


N0 : 00 kg/ha 16,08
N1 : 25 kg/ha 15,90
N2 : 50 kg/ha 14,66

Menghitung perbedaan rataan terbesar dengan nilai Rp terbesar


Kekeringan (K) Rataan Perlakuan Rp Beda Huruf
N0 16,08 - 1,00 = 15,08 a
N1 15,90 - 0,95 = 14,95 ab
N2 14,66 b

Keterangan: angka – angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%

Interpretasi data dari table tersebut ialah sebagai berikut:


1. Pengaruh pupuk Nitrogen dengan perlakuan genangan memberikan hasil
panjang stomata yang lebih panjang pada perlakuan nitrogen 0 kg/ha fase
vegetatif.
86

Lampiran 30. Dokumentasi

Persiapan Media Tanam

Pengujian Kadar Air Tanah Benih Deja 2

Penanaman Benih Penyiraman Penimbangan


87

Pemasangan Ajir Penyiangan Pemupukan

Perlakuan Genangan Pengukuran Tinggi Tanaman

Pengujian Kadar Klorofil Pengujian Stomata


88

Hama Tanaman Kedelai

Pembentukan Bunga Pembentukan Polong Pemanenan

Pengamatan suhu dan intensitas cahaya

Suhu Intensitas Cahaya


89

Tinggi Tanaman 2 MST

Tinggi Tanaman 4 MST

Tinggi Tanaman 6 MST


90

Tinggi Tanaman 8 MST

Tinggi Tanaman 12 MST


91

Panjang Akar

U1 U2 U3

Genangan Vegetatif

G0 G1 G2 G3

Genangan Generatif

G0 G1 G2 G3
92

Pengamatan Stomata

U1 U2 U3

Bobot Basah Tanaman

U1 U2 U3

Bobot Kering Tanaman Tanaman

U1 U2 U3
93

Bobot Basah Polong

U1 U2 U3

Bobot Kering Polong

U1 U2 U3

Bobot Kering Biji

U1 U2 U3
94

Biji Kering Pertanaman

U1

U2

U3

You might also like