Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
ALFIANURTASYA
4442160010
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Jurusan
iii
ABSTRACT
iv
RINGKASAN
Kedelai merupakan salah satu tanaman yang multiguna karena bisa digunakan
sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri pengolahan. Diperkirakan
neraca produksi dan konsumsi kedelai di Indonesia mengalami peningkatan defisit
pada tahun 2016 – 2020 rata – rata sebesar 36,95% per tahun. Kekurangan
pasokan kedelai tahun 2016 sampai tahun 2020 masing – masing sebesar 1,60 juta
ton, 1,78 juta ton, 1,84 juta ton, 1,92 juta ton, dan 1,91 juta ton.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon karakter fisiologi tanaman
kedelai (Glycine max L.) terhadap genangan dan pemberian pupuk nitrogen.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai dengan
Januari 2020 di Green House lantai 4, Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang – Banten. Rancangan penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
dua faktor, faktor pertama ialah genangan yang terdiri dari empat taraf dan faktor
kedua ialah pupuk nitrogen yang terdiri dari tiga taraf sehingga terdapat 12 satuan
percobaan dan 3 ulangan. Faktor pertama genangan yaitu g0 (100%) ATT (Air
Tanah Tersedia), g1 (125%) ATT, g2 (150%) ATT, g3 (175%) ATT. Sedangkan
faktor kedua adalah pupuk nitrogen yaitu n0 (0 kg/ha), n1 (25 kg/ha), n2 (50
kg/ha). Kombinasi tersebut menghasilkan 36 satuan percobaan. Parameter yang
diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, kandungan klorofil daun,
pengamatan stomata, bobot basah tanaman, panjang akar, berat kering tanaman,
umur panen, jumlah polong hampa, jumlah polong isi, jumlah biji, bobot basah
polong, bobot polong kering, bobot 100 biji, bobot biji kering per tanaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemberian air yang berbeda dan
pemberian dosis pupuk nitrogen yang berbeda memberikan hasil yang sangat
nyata pada parameter luas daun 5 MST, panjang stomata 4 MST, bobot basah
tanaman 5 MST, panjang akar tanaman, bobot kering tanaman, umur panen
tanaman. Terdapat interaksi antara tingkat pemberian air yang 150% ATT dan
pemberian dosis pupuk nitrogen 0 kg/ha pada parameter tinggi tanaman umur 2
MST G1N0 menghasilkan tinggi tanaman setinggi 34cm. abcdefghijklmnopqrstuv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya
yang selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Respon Karakter Fisiologi Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) terhadap Genangan dan Pemberian Pupuk N”. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Rusmana, M.P. selaku Dosen pembimbing I dan selaku dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi arahan
kepada penulis dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini.
2. Sri Ritawati, S.TP., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberi arahan kepada penulis dalam penyusunan
laporan hasil penelitian ini.
3. Eltis Panca Ningsih S.P., M.Si. selaku dosen penelaah.
4. Andi Apriany Fatmawaty, Ir., M.P. Sebagai Ketua Jurusan
Agroekoteknologi.
5. Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian.
6. Para dosen dan pegawai di Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
bantuannya kepada penulis.
7. Kedua orang tua yang telah mendidik, memdampingi, mendoakan dan
mendukung baik moril maupun materil.
Alfianurtasya
vi
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
ABSTRACT ............................................................................................ iv
RINGKASAN ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................... 3
1.3. Tujuan .............................................................................. 3
1.4. Hipotesis .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoretis ........................................................... 5
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya ........................................... 5
2.2.1. Genangan ...................................................................... 5
2.2.2. Mekanisme Toleransi Tanaman terhadap Genangan ... 7
2.2.3. Pupuk Nitrogen .............................................................. 8
2.3. Tanaman Kedelai ............................................................. 9
2.3.1. Sistematika Tanaman Kedelai ...................................... 9
2.3.2. Morfologi Tanaman Kedelai ........................................ 10
2.3.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ................................ 12
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian ................................ 14
3.2. Alat dan Bahan ................................................................ 14
viii
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kombinasi Genangan dan Perlakuan Pupuk N ....................... 15
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam pada Parameter Pertumbuhan dan
Hasil Kedelai (Glycine max L.) terhadap Genangan
dan Pemberian Pupuk N ......................................................... 26
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi Pupuk N pada Umur 2, 3, 4,
dan 5 MST .............................................................................. 28
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N pada
Umur 2, 3, 4, dan 5 MST ........................................................ 30
Tabel 5. Rata-rata Luas Daun Kacang Kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi Pupuk N pada Umur 5 MST ........ 31
Tabel 6. Rata-rata Kandungan Klorofil Daun Tanaman Kacang
Kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan diberi
Pupuk N pada Umur 5 MST .................................................. 33
Tabel 7. Rata-rata Kerapatan Stomata Daun Tanaman Kacang
Kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan diberi
Pupuk N pada Umur 5 MST .................................................. 34
Tabel 8. Rata-rata Panjang Stomata Daun Tanaman Kacang
Kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan diberi
Pupuk N pada Umur 5 MST .................................................. 35
Tabel 9. Rata-rata Bobot Basah Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N pada
Umur 5 MST .......................................................................... 36
Tabel 10. Rata-rata Panjang Akar Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) yang digenangi dan diberi Pupuk N pada
Umur 5 MST .......................................................................... 38
xii
Halaman
Gambar 1. Skema yang dihadapi Tanaman pada Kondisi Hipoksia ....... 7
Gambar 2. Skema yang dihadapi Tanaman pada Kondisi Anoksia ........ 7
Gambar 3. Akar Tanaman Kedelai ......................................................... 10
Gambar 4. Batang Tanaman Kedelai ..................................................... 11
Gambar 5. Daun Tanaman Kedelai ........................................................ 11
Gambar 6. Bunga Tanaman Kedelai ...................................................... 12
Gambar 7. Rumput Grinting (Cynodon dactylon) pada Tanaman Kedelai 24
Gambar 8. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) pada Tanaman Kedelai ............ 25
Gambar 9. Hama Kutu Putih (Bemisia tabaci) pada Tanaman Kedelai . 25
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Denah Penelitian ............................................................ 56
Lampiran 2. Deskripsi Varietas Kedelai Deja 2...................................... 57
Lampiran 3. Alur Kegiatan Penelitian ................................................... 58
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Penelitian ........................................ 59
Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah Fisika ............................................... 60
Lampiran 6. Hasil Analisis Tanah Kimia ............................................... 61
Lampiran 7. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dasar ................................ 62
Lampiran 8. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Perlakuan ........................ 63
Lampiran 9. Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman (% ATT) ................ 64
Lampiran 10. Kondisi Iklim Mikro Green House Saat Penelitian ......... 67
Lampiran 11. Kondisi Iklim Makro pada Saat Penelitian ...................... 68
Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman per Tanaman .................. 71
Lampiran 13. Sidik Ragam Jumlah Daun per Tanaman ........................ 72
Lampiran 14. Sidik Ragam Luas Daun per Tanaman ............................ 73
Lampiran 15. Sidik Ragam Kandungan Klorofil Daun ......................... 74
Lampiran 16. Sidik Ragam Kerapatan Stomata ..................................... 74
Lampiran 17. Sidik Ragam Panjang Stomata ........................................ 74
Lampiran 18. Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman ............................... 75
Lampiran 19. Sidik Ragam Panjang Akar per Tanaman ........................ 75
Lampiran 20. Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman .............................. 75
Lampiran 21. Sidik Ragam Umur Panen ............................................... 76
Lampiran 22. Sidik Ragam Jumlah Polong Hampa ............................... 76
Lampiran 23. Sidik Ragam Jumlah Polong ............................................ 76
Lampiran 24. Sidik Ragam Jumlah Biji ................................................. 77
Lampiran 25. Sidik Ragam Bobot Basah Polong .................................. 77
Lampiran 26. Sidik Ragam Bobot Polong Kering per Tanaman ........... 77
Lampiran 27. Sidik Ragam Bobot 100 Biji ............................................ 78
Lampiran 28. Sidik Ragam Bobot Biji Kering per Tanaman ................. 78
xiv
xv
1
2
minggu pada fase berbunga penuh kedelai menurunkan hasil biji minimal 37%
bahkan menyebabkan kematian tanaman. Adapun menurut Boru et al (2003),
tanaman kedelai yang tergenang selama 3 hari mengakibatkan daun klorosis,
gugur, pertumbuhan terhenti, dan akhirnya tanaman mati. Penurunan hasil kedelai
pada kondisi tanah tergenang berkisar antara 15-25% pada umur 15-30 hari (fase
vegetatif) (Adisarwanto dan Suhartina, 2001).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesuburan
dan meningkatkan produksi tanaman kedelai adalah dengan pemupukan. Salah
satu pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk N. Kondisi tergenang dapat
menghalangi fiksasi N, dan juga distribusi N serta mineral lain sehingga
menghambat pertumbuhan akar. Apabila transportasi N dan mineral ke bagian
tajuk tidak mencukupi, daun akan mulai menguning lalu diikuti oleh pengguguran
daun, kedelai yang tergenang dalam waktu yang lama akan mengalami klorosis
dan tumbuh kerdil (Esther, 2017).
Pemberian pupuk N dapat memperbaiki kesuburan tanah sehingga
meningkatkan pertumbuhan yang lebih baik dan produksi yang lebih tinggi.
Nitrogen merupakan komponen utama penyusun protein, klorofil, enzim, hormon
dan vitamin, oleh karena hal tersebut maka keberadaannya penting bagi
pertumbuhan suatu tanaman. Untuk meningkatkan pertumbuhan kedelai
diperlukan pemupukan nitrogen baik sebagai pemicu sebelum bintil mencapai
perkembangan yang sanggup memenuhi kebutuhan N nya, maupun sebagai pupuk
susulan untuk memenuhi kebutuhan N yang tinggi pada saat pengisian polong.
Pupuk N praktis diperlukan 25 kg urea/ha sebagai pertumbuhan.
Menyediakan N cadangan dapat dilakukan dengan pemupukan susulan sebelum
stadium pembungaan dimana pertumbuhan akar secara fisiologis masih aktif.
Ketersediaan nitrogen yang terbatas dapat menghambat pembentukan klorofil
serta menurunkan laju fotosintesis, dan mengganggu aktivitas metabolisme
tanaman.
Berdasar latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian secara
lebih lanjut terhadap batas toleransi dan respon cekaman genangan pada tanaman
kedelai dengan menitikberatkan pada karakter fisiologisnya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan untuk memberikan informasi kondisi fisiologis dan
3
toleransi tanaman kedelai pada saat tercekam genangan. Dimana informasi ini
penting untuk pengembangan varietas kedelai tahan genangan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian dosis pupuk N yang berbeda akan mempengaruhi
karakter fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
(Glycine max L.)?
2. Apakah tingkat pemberian air yang berbeda akan mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.)?
3. Apakah terdapat interaksi antara pemberian dosis pupuk N dan
pemberian air (genangan) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai (Glycine max L.)?
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons karakter
fisiologi dari tanaman kedelai yang tergenang pada fase vegetatif dan fase
generatif, serta pemberian dosis pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai.
1.4. Hipotesis
1. Pemberian dosis pupuk N yang berbeda akan menunjukkan perbedaan
karakter fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
(Glycine max L.).
2. Tingkat pemberian air yang berbeda akan menunjukkan perbedaan karakter
fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.).
3. Terdapat interaksi antara pemberian dosis pupuk N dan pemberian air
(genangan) terhadap karakter fisiologis pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai (Glycine max L.).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
a. Fase Vegetatif
b. Fase Generatif
Gambar 1. Skema yang dihadapi oleh tanaman pada saat kondisi Hipoksia
(Redaksi, 2018).
Gambar 2. Skema yang dihadapi oleh tanaman pada saat kondisi Anoksia
(Redaksi, 2018).
8
Pada tanaman yang tidak toleran genangan atau bila tanaman terendam
semua, kontak antara tanaman dengan oksigen menjadi terhambat sehingga proses
respirasi tersebut tidak dapat dilangsungkan. Dalam kondisi demikian, tanaman
melakukan proses metabolik fermentasi. Dennis et al. (2000) menyebutkan
bahwa proses ini di dalam tanaman dapat berlangsung dalam tiga cara yang
menghasilkan etanol, asam laktat, dan suatu proses spesifik yang menghasilkan
alanin. Dalam kondisi suplai oksigen yang normal, fermentasi ini tidak
berlangsung. Respon tanaman terhadap kondisi tergenang juga menyebabkan
adanya perubahan proses menuju terbentuknya protein dan enzim yang terlibat
dalam proses fermentasi. bila keseluruhan tanaman terendam maka tidak ada
bagian tanaman yang dapat menyuplai oksigen. Dalam kondisi seperti ini
ketahanan tanaman akan sangat tergantung pada kemampuan untuk tetap
melangsungkan metabolisme tanaman dengan oksigen yang sangat rendah.
Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang diperlukan untuk
pertumbuhan akar, batang, dan daun. Namun bila N terlalu banyak dapat
menghambat pertumbuhan bunga dan pembentukan biji. Suplai hara N di awal
pertumbuhan dapat membantu tanaman untuk lepas dari cekaman lebih awal.
Kandungan N pada lahan pasang surut umumnya termasuk tinggi, namun N
tersedia rendah, karena N yang ada umumnya dalam bentuk organik. Kondisi
porositas lahan mempermudah hara N tercuci oleh gerakan air. Di sisi lain
kandungan protein kedelai termasuk tinggi, berkisar 35-45%, sehingga
membutuhkan hara N yang tinggi (Anwar, 2014).
2. Batang
Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, penyalur senyawa -
senyawa kimia dan air dalam tanaman, dan sebagai cadangan makanan. Tanaman
yang tinggi harus didukung dengan batang yang kokoh. Apabila tidak, tanaman
akan rebah terutama di daerah yang sering dilanda angin kencang. Pertumbuhan
batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai
berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk
batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
11
berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe
batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi determinate atau
semi indeterminate. Bentuk batang tanaman kedelai ditunjukkan pada Gambar 4
(Farahudin dan Lisdiana, 2000).
4. Bunga
Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga,
sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan
biji. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama
rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25
bunga (Gambar 6), tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan. Pada suhu
tinggi dan kelembapan rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak
tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Periode
berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah
subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga
pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang
tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya
dua, yaitu putih dan ungu (Farahudin dan Lisdiana, 2000).
yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut
pusar (hilum) yang berwarna cokelat, hitam, atau putih. Biji kedelai tidak
mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai
dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar
air berkisar 12-13% (Farahudin dan Lisdiana, 2000).
14
15
Faktor kedua adalah pemberian dosis pupuk Nitrogen (N) yang terdiri
dari tiga taraf, yaitu:
n0 : 02 kg/ha
n1 : 25 kg/ha
n2 : 50 kg/ha
e. Pengamatan Stomata
Pengambilan sampel untuk pengamatan kerapatan dan panjang stomata
menggunakan teknik replika diamati pada saat tanaman berumur 5 MST.
Pengambilan sampel stomata sudah mulai membuka yaitu sekitar pukul 09.00
– 11.00. Daun yang dipilih sebagai sampel adalah daun ketiga dari pucuk dan
sampel stomata diambil pada bagian permukaan bawah daun. Teknik replika
dilakukan dengan menggunakan cat kuku bening dan selotip bening yang
ditempelkan pada permukaan daun dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu
replika stomata ditempelkan pada kaca preparat. Hasil replika stomata
diamati di bawah mikroskop digital dengan perbesaran 10 x 10 dan luas
bidang pandang 1,08 mm2. Stomata yang terlihat pada monitor diamati
dengan menggunakan aplikasi Image J. Dengan rumus:
Kerapatan Stomata =
3.4.4. Penanaman
Penanaman benih kedelai dilakukan dengan membuat lubang tanam
sedalam 3cm. Kemudian benih kedelai ditanam sebanyak 2 benih per lubang
tanam/polybag dan ditutup tanah kembali.
3.4.5. Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan pada 2 MST dan 5 MST berupa pupuk N 25
kg/ha dan 50 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCl 75 kg/ha. Pemupukan dilakukan 2x
sehingga didapatkan dosis pemupukan N 0,03 g/polybag dan 0,06 g/polybag, TSP
0,12 g/polybag dan KCL 0,09 g/polybag. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
dibenamkan kedalam tanah dengan menggali sedikit tanah dalam polybag
kemudian pupuk ditabur dan ditutup tanah kembali. Perhitungan kebutuhan pupuk
disajikan pada Lampiran 5.
3.4.8. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan setiap hari yaitu pada
pagi hari sesuai dengan perlakuan genangan. Penjarangan dilakukan pada 1 MST
dengan menggunting tanaman kedelai yang tumbuh lebih dari 1 dan menyisakan
tanaman terbaik setiap polybag. Penyulaman dilakukan pagi hari pada polybag
umur tanaman 1 MST ditanam 1 tanaman per lubang tanam. Penyiangan
dilakukan untuk membersihkan areal di sekitar bibit dan di dalam polybag dari
gulma yang tumbuh yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh
dan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan apabila pada tanaman terlihat gejala serangan hama atau
penyakit yang mengganggu, pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan
prinsip pengelolaan hama terpadu.
3.4.9. Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman memiliki ciri - ciri saat tanaman
mencapai matang penuh dengan polong berwarna kecokelatan, lebih 90% batang
dan daun telah mengering dan sebagian daun telah rontok. Pemanenan dilakukan
dengan cara memotong batang kedelai kira-kira 5 cm di atas permukaan tanah.
Tanaman hasil panen dikeringkan kemudian dilakukan perontokan untuk
mendapatkan benih lalu dilakukan pembersihan benih dari kotoran yang terbawa
saat panen seperti tanah, batu, daun, potongan ataupun biji gulma dan pengeringan
benih kedelai dilakukan dengan cara dioven dengan suhu 70⁰C selama 3 x 24 jam.
22
3.4.10. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan berupa pengamatan terhadap pertumbuhan
setiap satu minggu sekali hingga panen dan pengamatan pada hasil tanaman
dilakukan setelah panen.
23
24
C/N rasio 11 tetap serta kadar hara P 13 sedang dan K 556 sangat tinggi. Pada
tanah yang diberi perlakuan nitrogen pH tanah naik menjadi5,5-6,5 yang
dikategorikan agak masam dengan kadar hara N 0,11 dan C/N rasio 10 yang
dikategorikan rendah serta kadar hara P 12 pada perlakuan dosis pupuk nitrogen
50kg/ha sedang, kadar hara P 10 pada perlakuan dosis pupuk nitrogen 25 kg/ha
dan 100 kg/ha masih rendah dan K 432-689 dikategorikan sangat tinggi.
Kondisi lingkungan turut menjadi faktor pembatas dalam keberhasilan atau
tidaknya budidaya tanaman kedelai, yaitu faktor iklim. Dari data BMKG Stasiun
Meteorologi Serang mulai bulan November 2019 sampai dengan Januari 2020
memiliki suhu rata-rata 28,4 ºC. Iklim mikro di Greeen House selama penelitian
memiliki suhu minimum 27,5ºC, suhu maksimum 36,3ºC dengan kelembaban
minimal 58% dan maksimum 96% serta rata-rata intensitas cahaya matahari
sebesar 11.437,5 lux. Kondisi Iklim Mikro Green House Saat Penelitian disajikan
pada Lampiran 10.
Pemeliharaan tanaman dilakukan setiap hari seperti pengendalian gulma
yang dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media
tanam sekitar tanaman kedelai, gulma yang sering tumbuh gulma rumput grinting
(Cynodon dactylon) (Gambar 7) yang sangat cepat tumbuh sehingga pada masa
vegetatif dan generatif tanaman bisa terganggu.
tanaman kacang kedelai, namun dapat diatasi dengan penggunaan furadan pada
saat awal penanaman.
Sementara perlakuan nitrogen memberikan hasil yang sangat nyata pada panjang
stomata dan umur panen tanaman.
Tabel 3. Rata – rata tinggi tanaman kedelai (Glycine max L.) yang digenangi dan
diberi pupuk N pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST.
Berdasarkan data rata – rata tinggi tanaman yang disajikan pada Tabel 3
diketahui bahwa terdapat interaksi antara perlakuan pemberian air dengan
perlakuan pemberian pupuk urea. Interaksi antara pemberian air 175% ATT (Air
Tanah Tersedia) (g3) dengan pemberian pupuk urea 50 kg/ha (n2) menunjukkan
hasil terbaik diikuti dengan interaksi antara pemberian air 175% ATT (g3) dengan
pemberian pupuk urea 25 kg/ha (n1). Namun rata–rata perlakuan pemberian air
175% ATT dengan perlakuan pupuk urea lainnya tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Hal ini membuktikan bahwa
peningkatan pemberian air memberikan dampak penurunan tinggi pada tanaman
29
Tabel 4. Rata – rata jumlah daun tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 2, 3, 4, dan 5 MST.
Berdasarkan data rata – rata jumlah daun yang disajikan pada Tabel 4
menunjukkan bahwa perlakuan genangan memberikan pengaruh sangat nyata
pada perlakuan genangan dengan tingkat pemberian air 175% ATT pada saat
tanaman berumur 5 MST. Pengguguran daun merupakan salah satu mekanisme
adaptasi tanaman terhadap cekaman air. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan
bahwa tanaman pada saat cekaman air akan menjadi lebih kerdil, daun menjadi
lebih sedikit dan helainya kecil.
Sementara itu perlakuan dengan pemberian pupuk nitrogen tidak
memberikan hasil yang nyata dikarenakan pengguguran daun biasanya disebabkan
oleh penumpukan asam absisat. Hall (2007) menyatakan bahwa tanaman
membutuhkan dosis pupuk nitrogen yang tepat bagi kecepatan tanaman untuk
tumbuh, khususnya pada cuaca panas. Hasil analisis kimia tanah yang telah
31
dilakukan, kadar hara N yang terdapat didalam tanah tergolong rendah, selain itu
suhu yang kurang optimum dapat menyebabkan tanaman mengalami kekurangan
unsur hara. Hasil kandungan N tanah setelah dipupuk menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan dosis pupuk.
Tabel 5. Rata – rata luas daun tanaman kedelai (Glycine max L.) yang digenangi
dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.
bahwa tanaman kedelai yang dengan tingkat pemberian air 100% ATT selama 10
hari memberikan hasil rata – rata yang lebih tinggi dibadingkan dengan pemberian
genangan yang lainnya. Genangan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
luas daun tanaman kedelai yang digenangi sebanyak 175% ATT selama 10 hari,
pertumbuhannya menjadi menurun, yang diakibatkan karena tanaman telah
terganggu proses fisiologisnya sehingga untuk dapat bertahan hidup pada kondisi
tersebut tanaman harus menghemat energi dengan cara mengurangi pertumbuhan
luas daun. Konsentrasi genangan yang semakin tinggi pada tanaman kedelai akan
menurunkan rata-rata luas daun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi genangan, semakin menurun luas
daunnya (Safrizal et al, 2008).
Pada perlakuan pemberian nitrogen pada tanaman kedelai tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata pada luas daun. Hal ini dikarenakan pada saat
tercekam tanaman mengurangi luas daun untuk memperkecil bidang penguapan,
dan luas daun menurun dengan meningkatnya periode cekaman air. Menurut Rita
(2018) Pemberian pupuk nitrogen pada saat tanam tidak mencukupi kebutuhan
tanaman, karena tanaman masih banyak memerlukan unsur hara untuk
pertumbuhan.
Tabel 6. Rata – rata kandungan klorofil daun tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.
berfungsi sebagai pertukaran CO2, H2O, dan O2. Berdasarkan hasil sidik ragam
Lampiran 16 menunjukkan perlakuan pemberian genangan dan perlakuan
pemberian pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Hasil rata –
rata kandungan klorofil pada tanaman kedelai disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata – rata kerapatan stomata daun tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST
Tabel 9. Rata – rata bobot basah tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.
Penggenangan menyebabkan pori tanah terisi air dan jenuh air, sehingga
mengakibatkan oksigen (O2) yang tersedia menjadi terbatas. Keadaan dimana O 2
tersedia kurang dari kebutuhan tanaman (hypoxia) atau tidak ada sama sekali
(anoxia) akan menghambat terhadap respirasi perakaran tanaman, sehingga terjadi
respirasi secara anaerob. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross
(1995) yang menyatakan bahwa tanaman pada kondisi kekurangan oksigen akan
mengubah lintasan respirasi menjadi lintasan anaerob/fermentasi. Berdasarkan
data rata – rata bobot basah tanaman yang disajikan pada Tabel 9 menunjukkan
bahwa perlakuan genangan berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi konsentrasi genangan akan diikuti dengan penurunan nilai berat basah
tanaman Kedelai. Rendahnya energi yang dihasilkan pada proses periode
tergenang, menyebabkan terhambatnya serapan air walaupun air tersedia dalam
jumlah berlebihan. Ketersediaan air yang rendah ini menyebabkan laju
fotosintesis tanaman juga rendah sehingga alokasi fotosintat ke organ tanaman
juga rendah. Pertumbuhan vegetatif pada akar, batang, daun adalah bagian organ
yang kompetitif dalam mendapatkan fotosintat (Nurbaiti et al., 2012).
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara
bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Namun pada perlakuan nitrogen
tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan bila urea terlalu lama tergenang
maka akan menurunkan konsentrasinya. Menurut Firmansyah dan Sumarni,
(2013) Faktor pupuk juga diduga berpengaruh terhadap nilai serapan N pada
tanaman. Tersedianya N dari Urea hanya dalam jangka pendek, akibatnya hara
38
yang dapat dimanfaatkan tanaman hanya sebagian kecil saja dan sebagian lagi
kembali ke udara. Hal tersebut diduga karena sifat N yang mudah tercuci dan
menguap.
Literatur yang mendukung menjelaskan bahwa panjang akar pada saat tergenang
cenderung menurun saat diberi perlakuan cekaman genangan. Panjang akar yang
mengalami penurunan pada saat keadaan tercekam genangan menunjukkan bahwa
pada tanaman yang tercekam genangan, pembelahan atau perpanjangan sel - sel
akar terhambat sehingga terjadi penurunan panjang akar (Hossain dan uddin,
2011).
Sementara untuk perlakuan nitrogen tidak berpengaruh nyata. Hal ini
disebabkan ketidaksediaan N dalam tanah akibat pencucian yang terjadi karena
penggenangan. Menurut Esther, (2017) kondisi tergenang dapat menghalangi
fiksasi N, dan juga distribusi N serta mineral lain sehingga menghambat
pertumbuhan akar.
air yang berbeda – beda pada setiap perlakuannya. Namun semua genangan yang
diberikan memiliki nilai yang tidak lebih besar dari perlakuan kontrol yaitu,
genangan 100% ATT. Penurunan berat kering tanaman pada saat cekaman
disebabkan karena adanya gangguan pertumbuhan akibat terhambatnya
pembelahan sel karena cekaman air. Cekaman air juga menyebabkan
terganggunya proses fotosintesis sehingga hasil fotosintat yang terbentuk sangat
sedikit yang disebar ke seluruh bagian tubuh tanaman (Sacita, 2016).
Hal ini diperkuat dengan adanya literatur Nurbaiti dkk., (2012) yang
mengatakan bahwa terhambatnya penyerapan hara oleh tanaman juga
menyebabkan proses fotosintesis dan proses metabolisme lainnya yang
melibatkan unsur - unsur hara juga menurun sehingga akan menurunkan
pertumbuhan tanaman yang berakibat pada penurunan berat basah dan berat
kering tanaman. Semakin tinggi genangan yang diberikan maka akan menurunkan
nilai berat kering tanaman kedelai.
Perlakuan pemberian pupuk nitrogen pada tanaman kedelai menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata. Hal ini disebabkan N tidak tersedia dalam tanah akibat
pencucian yang terjadi karena penggenangan. Menurut Himawan (2011) hal ini
disebabkan pemupukan nitrogen untuk tanaman dengan pupuk urea kurang
efisien, apalagi pada saat kondisi tanah yang tergenang.
Tabel 12. Rata – rata umur panen tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N pada umur 5 MST.
Tabel 13. Rata – rata jumlah polong hampa per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N
itu suhu yang baik untuk tanaman kedelai adalah 23⁰C hingga 27⁰C. suhu yang
terlalu tinggi akan menyebabkan polong hampa karena proses fotosintesis akan
terganggu.
Tabel 14. Rata – rata jumlah polong isi per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N
Tabel 16. Rata – rata bobot basah polong per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N
Tabel 17. Rata – rata bobot polong kering per tanaman kedelai (Glycine max L.)
yang digenangi dan diberi pupuk N
hasil sidik ragam peubah bobot 100 biji per tanaman yang disajikan pada
Lampiran 27 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian genangan dan pemberian
pupuk nitrogen pada tanaman kedelai tidak berbeda nyata. Adapun hasil rata-rata
jumlah biji per tanaman disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. . Rata – rata bobot 100 biji per tanaman kedelai (Glycine max L.) yang
digenangi dan diberi pupuk N
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pemberian air (genangan) selama 10 hari pada fase vegetatif dan fase
generatif dengan tingkat air yang berbeda menunjukkan pengaruh pada
tinggi tanaman 2 MST dengan tingkat pemberian air 125% ATT, luas daun
dengan tingkat pemberian air 125% ATT, bobot basah tanaman dengan
tingkat pemberian air 100% ATT, panjang akar dengan tingkat pemberian
air 100% ATT, bobot kering tanaman dengan tingkat pemberian air 100%
ATT, dan umur panen dengan tingkat pemberian air 100% ATT.
2. Perlakuan pemberian dosis pupuk nitrogen menunjukkan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.) pada
parameter panjang stomata dengan pemberian dosis pupuk nitrogen 0
kg/ha dan umur panen dengan pemberian dosis pupuk nitrogen 0 kg/ha.
3. Terdapat interaksi antara perlakuan pemberian air (genangan) 125% ATT
dan pemberian pupuk nitrogen 0 kg/ha pada parameter tinggi tanaman
umur 2 MST menghasilkan tinggi tanaman 34cm.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disarankan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai:
1. Pemberian tingkat air (genangan) menggunakan taraf yang lebih
bervariatif seperti pemberian tingkat air normal, 7 hari pengairan, dan 14
hari pengairan.
2. Pemberian dosis pupuk nitrogen menggunakan taraf yang lebih bervariatif
seperti pemberian dosis pupuk nitrogen 0 kg/ha, 50 kg/ha, dan 100 kg/ha.
50
DAFTAR PUSTAKA
Amir, B., D. Indradewa, dan E. T. S. Putra. 2015. Hubungan bintil akar dan
aktivitas nitrat reduktase dengan serapan N pada beberapa kultivar
kedelai (Glycine max). Semnas Masy Biodiv Indonesia 1(5): 1132-
1135.
Boru, G., T.T. Van Toai, J. Alves, D. Hua, and M. Knee. 2003. Response of
Soybean to Oxygen Deficiency and Elevated Root-zone Carbon Dioxide
Concentration. Annals Bot. 91(4): 447-453.
51
52
Esther Mega Stefia. 2017. Analisis Morfologi dan Struktur Anatomi Tanaman
Kedelai (Glycine max L.) Pada Kondisi Tergenang. Tesis. Institut
Sepuluh November.
Ghulamahdi, M., S.A. Aziz, M. Melati, N. Dewi, dan S.A. Rais. 2011. Aktivitas
Nitrogenase, Serapan Hara dan Pertumbuhan Dua Varietas Kedelai
pada Kondisi Jenuh Air dan Kering Nitrogenase Activity, Nutrient
Uptake, and Growth of Two Soybean Varieties Under Saturated and
Dry Soil Conditions. Bul. Agron. 34(1):32-38.
Hall, R.E. 2007. Soil Essential. Managing Your Farms Primary Asset.
Collingwood (AU). Landlinks Press.
Hapsari R.T, dan M.M. Adie. 2010. Peluang Perakitan dan Pengembangan
Kedelai Toleran Genangan. Jurnal litbang pertanian. 29(2): 76-77.
Larasmita. Karina Ayu, Nur Wulan Agustiani, Damanhuri, dan Budi Waluyo.
2019. Interaksi Genotip X Lingkungan Tanaman Padi Pada Cekaman
Genangan. Jurnal Produksi Tanaman. 7(7): 1221-1228.
Najiyati, Sri dan Danarti, 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Penebar Swadaya, Jakarta. 109 halaman.
Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air Pada Dua Jenis Tanah Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Jurnal
Floratek. 4: 55-64.
Rita Sari, Prof. Dr. Ir. Mapegau, M.S, Ir. Mukhsin, M.P. 2018. Pengaruh
Frekuensi Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)Merill). Artikel Ilmiah. Universitas
Jambi.
Sacita, A.S. 2016. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Cekaman
Kekeringan Pada Fase Vegetatif dan Generatif. Bogor: Tesis IPB.
Salisbury, F.B .dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Dian
Rukmana dan Sumaryono.Institut Teknologi Bandung. Bandung. 343
halaman.
Syafi S. 2008. Respons Morfologis dan Fisiologis Bibit Berbagai Genotipe Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Cekaman Kekeringan. Tesis. Bogor
(ID). Sekolah Pascasarjana IPB.
Troedson, R.J., A.L. Garside, R.J. Lawn, D.E. Byth, and G.L. Wilson. 1984.
Saturated Soil Culture-an Innovative Water Management Option for
Soybean in The Tropics and Subtropics. Dalam: Shanmugasundaram S
and Sulzberger EW (Eds.). Soybean in Tropical and Subtropical
Cropping Systems. Proc. of a Symp. Tsukuba. Japan. 171-180 Kedelai
Pada Kondisi Jenuh Air dan Kering Nitrogenase Activity, Nutrient
Uptake, and Growth of Two Soybean Varieties Under Saturated and
Dry Soil Conditions. Bul. Agron. 34(1):32-38.
VanToai, T.T., T.T.C Hoa, N.T.N. Hue, H. Nguyen, J.G. Shannon, and B. Bishop.
2007. Diversity in Tolerance of Soybean (Glicyne max L. Merr.)
Germplasm To Soil Water-logging. Paper presented at International
Annual Meetings, New Orleans, Louisiana. 4-8 November. 2007.
Zahara, H. D.M. Arsyad, dan Sutjihno. 1994. Analisis korelasi dan Sidik Lintas
Sifat-sifat Kuantitatif pada Kedelai. Prosiding Seminar Risalah
Penelitian Pangan, Bogor. 1(1): 65-69. ...................................................
LAMPIRAN
55
56
U1 U2 U3
g2n1 g2n0 g2n1
g3n2 g3n0 g0n0
g1n1 g0n1 g1n1
g1n2 g2n1 g3n0
g1n0 g2n2 g2n0
g2n0 g3n1 g0n1
g0n0 g3n2 g2n1
g0n2 g1n2 g0n2
g3n1 g1n0 g1n0
g0n1 g1n1 g3n1
g3n0 g0n2 g1n2
g2n2 g0n0 g2n2
Keterangan:
Pemupukan
Perlakuan
Pemeliharaan
Pengamatan
Pemanenan
Analisa Hasil
59
Bulan/Minggu
Oktober November Desember Januari
No. Jenis Kegiatan
2019 2019 2019 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan alat dan
1.
bahan
Persiapan media
2.
tanam
3. Persiapan benih
4. Penanaman
Penjarangan dan
5.
penyulaman
Pemberian Pupuk
6.
N
Pemberian
7.
Genangan
Pemberian pupuk
8.
tambahan
9. Pemeliharaan
10. Panen
11. Analisis hasil
60
Diketahui:
Polybag ukuran 40 cm x 35 cm diisi tanah seberat 5 kg
Kebutuhan TSP per hektar 100 kg diberikan 2 tahap (50kg)
Kebutuhan KCL per hektar 75 kg diberikan 2 tahap kali (37,5kg)
Massa tanah per hektar 2.000.000 kg
Ditanyakan:
a. Kebutuhan TSP per polybag ?
b. Kebutuhan KCL per polybag ?
Jawab:
a. Kebutuhan TSP per polybag ?
Diketahui:
Polybag ukuran 40 cm x 35 cm diisi tanah seberat 5 kg
Kebutuhan urea per hektar 25 kg diberikan 2 tahap (12,5kg)
Kebutuhan urea per hektar 50 kg diberikan 2 tahap (25kg)
Massa tanah per hektar 2.000.000 kg
Ditanyakan:
Kebutuhan urea per polybag ?
Jawab:
Kebutuhan urea per polybag:
48,4% = x 100%
Ditanyakan:
a. Bobot Basah Tanah (BB) pada 100% ATT ?
b. Bobot Basah Tanah (BB) pada 125% ATT ?
c. Bobot Basah Tanah (BB) pada 150% ATT ?
d. Bobot Basah Tanah (BB) pada 175% ATT ?
Jawab:
a. Bobot Basah (BB) = Bobot Tanah + Air (100% ATT):
BB = x BK
BB = x 4.117,89
BB = 5.670,34 g
65
BB = x 4.117,89
BB = 5.818,59 g
BB = x 4.117,89
BB = 5.966,82 g
d. Bobot Basah (BB) = Bobot Tanah + Air (175% ATT):
BB = x 4.117,89
BB = 6.115,06 g
Sebelumnya, tanah dari lahan ditimbang sebanyak 5kg kedalam polybag
untuk penanaman kedelai, kemudian salah satu sampel dijenuhkan air dan
didiamkan selama satu malam. Kemudian, ditimbang kembali untuk memperoleh
data berat kering udara dan diperoleh hasil sebesar 6,2kg yang selanjutnya
dianalisis bobot basah tanah yang harus dipertahankan dalam % ATT.
Dengan demikian air yang harus ditambahkan dalam setiap polybag pada
awal penanaman yaitu sebagai berikut:
Air yang harus ditambahkan = BB – Tanah Awal
100% ATT = 5.670,43 g - 5.000 g
= 670,43 g
= 670,43 ml
= 966,82 ml
ID WMO : 96737
Nama Stasiun : Stasiun Meteorologi Maritim Serang
Lintang : -6.11185
Bujur : 106.11000
Elevasi : 100
Keterangan :
8888 = data tidak terukur
9999 = Tidak Ada Data (tidak dilakukan pengukuran)
Tn = Temperatur minimum (°C)
Tx = Temperatur maksimum (°C)
70
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 60506,53 30253,26 15,11** 3,05 4,82
G 3 34456,98 11485,66 5,74** 3,05 4,83
N 2 4073,56 2036,78 1,02tn 3,44 5,72
G*N 6 18803,00 3133,83 1,56 tn 2,55 3,76
Galat 22 44057,43 2002,61
Total 35 161897,50
Koefisien keragaman 5,6%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
74
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 207,18 103,59 5,24* 3,05 4,82
G 2 41,34 13,78 0,70tn 3,05 4,83
N 3 17,86 8,93 0,45tn 3,44 5,72
G*N 6 29,70 4,95 0,25tn 2,55 3,76
Galat 22 435,24 19,78
Total 35 731,32
Koefisien keragaman 13,16%
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 50,46 25,23 10,17** 3,05 4,82
G 2 45,43 15,14 6,10** 3,05 4,83
N 3 1,10 0,55 0,22tn 3,44 5,72
G*N 6 9,54 1,59 0,64tn 2,55 3,76
Galat 22 54,58 2,48
Total 35 1234,56
Koefisien keragaman 25,19%
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 72,39 36,19 1,34 tn 3,05 4,82
G 2 353,44 117,81 4,37* 3,05 4,83
N 3 130,89 65,44 2,43 tn 3,44 5,72
G*N 6 84,89 14,15 0,52 tn 2,55 3,76
Galat 22 592,94 26,95
Total 35 1234,56
Koefisien keragaman 28,23%
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 4,19 2,10 10,17** 3,05 4,82
G 2 3,77 1,26 6,10** 3,05 4,83
N 3 0,09 0,05 0,22tn 3,44 5,72
G*N 6 0,79 0,13 0,64tn 2,55 3,76
Galat 22 4,53 0,21
Total 35 13,38
Koefisien keragaman 25,19%
76
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 3,56 1,78 0,31 tn 3,05 4,82
G 2 206,22 68,74 12,15** 3,05 4,83
N 3 152,89 76,44 13,51** 3,44 5,72
G*N 6 60,44 10,07 1,78 tn 2,55 3,76
Galat 22 124,44 5,66
Total 35 547,56
Koefisien keragaman 2,94%
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 0,12 0,06 0,48 tn 3,05 4,82
G 2 0,31 0,10 0,79 tn 3,05 4,83
N 3 0,12 0,06 0,48 tn 3,44 5,72
G*N 6 0,24 0,04 0,31 tn 2,55 3,76
Galat 22 2,86 0,13
Total 35 3,66
Koefisien keragaman 6,16%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 139,50 69,75 4,45* 3,05 4,82
G 2 40,75 13,58 0,87 tn 3,05 4,83
N 3 50,00 25,00 1,60 tn 3,44 5,72
G*N 6 48,00 8,00 0,51 tn 2,55 3,76
Galat 22 344,50 15,66
Total 35 622,75
Koefisien keragaman 6,76%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1
77
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 585,17 292,58 5,56* 3,05 4,82
G 2 66,78 22,26 0,42 tn 3,05 4,83
N 3 176,17 88,08 1,67 tn 3,44 5,72
G*N 6 212,72 35,45 0,67 tn 2,55 3,76
Galat 22 1158,17 52,64
Total 35 2199,00
Koefisien keragaman 7,1%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 72,07 36,03 4,38* 3,05 4,82
G 2 21,98 7,33 0,89tn 3,05 4,83
N 3 13,87 6,93 0,84 tn 3,44 5,72
G*N 6 32,97 5,50 0,67 tn 2,55 3,76
Galat 22 180,81 8,22
Total 35 321,70
Koefisien keragaman 7,77%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 14,03 7,02 6,42** 3,05 4,82
G 2 2,69 0,90 0,82 tn 3,05 4,83
N 3 1,68 0,84 0,77 tn 3,44 5,72
G*N 6 4,60 0,77 0,70 tn 2,55 3,76
Galat 22 24,06 1,09
Total 35 47,07
Koefisien keragaman 7,09%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
78
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 5,96 2,98 0,46 tn 3,05 4,82
G 2 11,21 3,74 0,58 tn 3,05 4,83
N 3 4,78 2,39 0,37 tn 3,44 5,72
G*N 6 7,14 1,19 0,18 tn 2,55 3,76
Galat 22 141,95 6,45
Total 35 171,03
Koefisien keragaman 27,65%
Ftabel Ftabel
SK db JK KT Fhitung
5% 1%
Kelompok 2 5,94 2,97 6,60** 3,05 4,82
G 2 1,34 0,45 1,00 tn 3,05 4,83
N 3 0,68 0,34 0,76 tn 3,44 5,72
G*N 6 2,03 0,34 0,75 tn 2,55 3,76
Galat 22 9,90 0,45
Total 35 19,90
Koefisien keragaman 7,13%
Keterangan: Data telah ditransformasikan dengan rumus sebanyak 1x
79
Menghitung db:
a. db Total : (r x t) – 1
: (3 x 12) – 1 = 35
b. db Perlakuan :t–1
: 12 – 1 = 11
80
c. db Genangan : tG - 1
:4–1=3
d. db Nitrogen : tN - 1
:3–1=2
e. db Interaksi (G*N) : (tG – 1) x (tN – 1)
: (4 – 1) x (3 – 1) = 6
f. db Kelompok :r–1
:3–1=2
g. db Galat : db P x db K
: 11 x 2 = 22
Menghitung FK :
= 8701,16
Menghitung JK :
a. JK Total = – FK
=
– 8701,16
= 8780,803– 8701,16
= 79,65
b. JK Perlakuan = – FK
= – 8701,16
= – 8701,16
= 31,52
c. JK Genangan = – FK
= –8701,16
= – 8701,16
= 3,24
81
d. JK Nitrogen = – FK
= – 8701,16
= – 8701,16
= 14,41
e. JK Interaksi (G*N) = JK Perlakuan – JK Genangan – JK Nitrogen
= 31,52 – 3,24 – 14,41
= 13,87
f. JK Kelompok = – 8701,16
= – 8701,16
= 20,68
g. JK Galat = JK Total – JK Perlakuan – JK Kelompok
= 79,65 – 31,52 – 20,68
= 27,45
Menghitung KT
a. KT Perlakuan =
= 2,87
b. KT Genangan (G) =
= 1,08
c. KT Nitrogen (N) =
= 7,21
d. KT Interaksi (G*N) =
= 2,31
82
e. KT Kelompok =
= 10,34
f. KT Galat =
= 1,25
g. KT Total =
= 2,28
Menghitung F Hitung
a. F Hitung Perlakuan =
= 2,30
b. F Hitung Genangan =
= 0,86
c. F Hitung Nitrogen =
= 5,77
= 1,85
e. F Hitung Kelompok =
= 8,27
83
= x 100% = 0,071915
= 7,19%
Rp = untuk p = 2, 3, .... t
Keterangan:
Rp = nilai wilayah nyata terpendek;
rp = nilai tabel wilayah nyata duncan;
= galat baku perbedaan rataan
2
s = kuadrat tengah galat (KT galat);
p = jarak dalam peringkat antara pasangan rataan perlakuan yang
diperbandingkan;
t = banyaknya perlakuan; dan
r = replika atau banyaknya ulangan
Menghitung Nilai Rp
Menghitung nilai Sd
= = =
= 0,46
P Rp =
2 Rp = = 0,95
3 Rp = = 1,00
Keterangan: angka – angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda menurut uji DMRT taraf 5%
Panjang Akar
U1 U2 U3
Genangan Vegetatif
G0 G1 G2 G3
Genangan Generatif
G0 G1 G2 G3
92
Pengamatan Stomata
U1 U2 U3
U1 U2 U3
U1 U2 U3
93
U1 U2 U3
U1 U2 U3
U1 U2 U3
94
U1
U2
U3