You are on page 1of 17

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSA INFEKSI MENULAR

SEKSUAL (IMS) BERBASIS WEB DENGAN METODE FORWARD


DAN BACKWARD CHAINING PADA RSUP DR. SARDJITO
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Nuzla Abidin
10.12.5104

kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
NASKAH PUBLIKASI

ii
DIAGNOSIS EXPERT SYSTEM DESIGN OF SEXUALLY TRANSMITTED
INFECTION (STIS) WITH WEB-BASED FORWARD AND BACKWARD
CHAINING IN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSA INFEKSI MENULAR


SEKSUAL(IMS) BERBASIS WEB DENGAN METODE FORWARDDAN
BACKWARD CHAINING PADA RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Nuzla Abidin
Kusrini
Jurusan Sistem Informasi
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABSTRACT

Sexually transmitted infections (STIs) are infections transmitted by sexual


contact, either with a partner who has been infected, and those who often have multiple
sexual partners. According to the WHO Information Fact Sheet No. 110 August 2011,
estimates that 448 million new cases of curable STIs (syphilis, gonorrhea, chlamydia and
trichomoniasis) occur annually throughout the world in adults aged 15-49 years. This
does not include HIV and other STIs which continue to adversely affect the lives of
individuals and communities worldwide.
Therefore necessary to develop a system called expert systems. This expert
system is built by using forward chaining and backward chaining based websites. This
expert system is not to replace the function of the doctor, but only used as a supplement
and tools are still limited, due to STI diagnosis program is only acting in an advisory or
consultative and not just as a doctor who can diagnose the disease with an action or
movement.
The research is expected to help the community, especially people with STIs and
for medical students or junior doctors in making diagnoses of STIs act and provide
treatment solutions.

Keywords: Expert System, Sexually Transmitted Infections, Forward Chaining, Backward


Chaining.

iii
1. Pendahuluan
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan
seksual, baik dengan pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering
berganti-ganti pasangan. Menurut WHO Information Fact Sheet No 110 August
2011, 499 juta infeksi baru dapat disembuhkan menular seksual (sifilis, gonore,
klamidia dan trikomoniasis) terjadi setiap tahun di seluruh dunia pada orang dewasa
berusia 15-49 tahun .Angka-angka ini tidak termasuk beban kesehatan tambahan
yang disebabkan oleh HIV dan IMS virus lainnya seperti HSV.Beberapa infeksi
menular seksual terjadi tanpa gejala.Pada wanita hamil dengan sifilis awal yang
tidak diobati, 21% dari kehamilan menghasilkan kelahiran mati dan 9% dalam
kematian neonatal.Infeksi menular seksual merupakan penyebab utama infertilitas
pada pria dan wanita.Resistensi obat, terutama untuk gonore, adalah ancaman
utama bagi pengendalian IMS global.IMS dapat meningkatkan risiko HIV akuisisi
tiga kali lipat atau lebih.
Untuk itu pentingnya dibangun suatu sistem yang disebut sistem pakar.
Sistem pakar yang dibangun ini bukanlah untuk menggantikan fungsi dokter, akan
tetapi hanya digunakan sebagai pelengkap dan alat bantu yang masih terbatas,
karena program diagnosis IMS ini hanya bertindak sebagai penasehat atau
konsultatif dan tidak seperti halnya seorang dokter yang dapat mendiagnosis
penyakit dengan suatu aksi atau gerakan. Penelitian ini diharapkan dapat
membantu masyarakat khususnya penderita IMS dan bagi mahasiswa kedokteran
atau dokter muda dalam melakukan tindak diagnosis terhadap penyakit IMS.

2. Landasan Teori
2.1 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang menggunakan sistem pakar untuk mendiagnosa
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau yang sekarang lebih dikenal Infeksi Menular
Seksual (IMS) telah dilakukan, antara lain:
Novrido Charilbaldi, Nur Indra Septyorini dan Hafsah dari Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (2005) dalam jurnalnya yang berjudul
Sistem Pakar Untuk Membantu Diagnosa Penyakit Menular Seksual (PMS)
menggunakan metode frame yang dalam proses pencocokan akan dibentuk dua
bagian, yaitu pada bagian pertama berisi pola aturan, bagian kedua berisi nilai-nilai
dari setiap slot frame objek yang akan dibandingkan, kemudian akan dilakukan
proses pencocokan pada semua frame bagian kedua yang dibandingkan dengan
bagian yang pertama. Bahasa pemrograman pada aplikasi ini yakni Visual Basic.
Rizky Noraningtyas dari Universitas Diponegoro (2010) dalam skripsinya
Aplikasi Sistem Pakar Mendiagnosis Penyakit Menular Seksual menjelaskan sistem

1
pakar yang dibuat bertindak sebagai penasehat atau konsultan.Aplikasi sistem pakar
ini dibangun dengan menggunakan mesin inferensi forward chaining dan backward
chainingserta dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual
Basic 6.0 serta menggunakan basisdata Microsoft Access 2003.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan sistem pakar
diagnosa Infeksi Menular Seksual (IMS) yang dibangun masih berbasis desktop dan
bahasa pemrograman yang sama yakni Microsoft Visual Basic.
Sedangkan sistem pakar yang dibangun oleh penulis berbasis web dengan
bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai databasenya. Sistempakar ini
menggunakan metode inferensi forward dan backward chaining.
]

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Inteligence)
2.2.1.1 Definisi Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat
komputer melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia (Minsky,
1
1989) .
2.2.2 Sistem Pakar (Expert System)
2.2.2.1 Definisi Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan
pengetahuan, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang
biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut.

2.2.2.2 Konsep Umum Sistem Pakar


Turban (1995) menyatakan bahwa konsep dasar dari suatu sistem pakar
mengandung beberapa unsur/elemen,yaitu keahlian, ahli, pengalihan keahlian,
inferensi, aturan dan kemampuan menjelaskan.2

2.2.2.3 Konsep Arsitektur Sistem Pakar


Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan
pengembangan(developmentenviroment) dan lingkungan konsultasi (consultation
enviroment) (Turban,1995)3. Komponen-komponen sistem pakar dalam kedua
bagian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini:

1
Kusrini.2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Andi Yogyakarta.Yogyakarta, Hal 3.
2
Ibid, hal. 11.
3
Muhammad Arhami, Konsep Dasar Sistem Pakar (Yogykarta: ANDI Yogyakarta, 2005), hal. 13.

2
Gambar 2.1 Komponen-komponen penting dalam sebuah sistem pakar

2.2.3 Konsep Dasar Infeksi Menular Seksual


2.2.3.1 Sejarah Infeksi Menular Seksual
Pada waktu dahulu penyakit kelamin dikenal sebagai Veneral
Diseases(V.D.) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta), yang termasuk dalam
veneral diseases ini.Yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma
venereum dan granuloma inguinale.
Ternyata pada akhir-akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga
dapat timbul akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebabkan
oleh4:
1. Perbaikan sarana dan teknik laboraturium
2. Penemuan beberapa jenis penyakit secara epidemic seperti herpes genitalis
dan hepatitis B
3. Penemuan penyakit yang ada akibatnya pada anak dan ibu, juga bahkan
dapat menimbulkan kemandulan.
Oleh karena itu istilah V.D. makin lama ditinggalkan dan diperkenalkan
istilah Sexsually Transmitted Diseases(S.T.D.) yang berarti penyakit-penyakit
yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin dan yang termasuk penyakit ini
adalah kelima penyakit V.D. tersebut ditambah penyakit lain yang tidak termasuk
V.D. Istilah S.T.D. ini telah diindonesiakan menjadi I.M.S. (Infeksi Menular
Seksual), ada pula yang menyebutnya P.H.S. (Penyakit Hubungan Seksual).
Sehubungan IMS ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi, maka kemudian
istilah S.T.D telah diganti menjadi S.T.I. (Sexually Transmitted Infection) atau
IMS (Infeksi Menular Seksual).

4
Adhi Djuanda, et al, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Jakarta: Badan Penerbit FK. UI, 2011),
hal. 363.

3
2.2.3.2 Definisi Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang menginfeksi bagian
tubuh manusia melalui kontak seksual.

2.2.3.3 Faktor Resiko Infeksi Menular Seksual


1. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
4. Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi.
2.2.3.4 Gejala Umum Infeksi Menular Seksual
Pada laki-laki gejala IMS antara lain5:
1. Bintik-bintik berisi cairan, lecet atau borok pada penis/alat kelamin.
2. Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada kelamin
3. Ada kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam.
4. Rasa sakit pada saat kencing
5. Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
6. Kencing nanah atau darah
7. Bengkak, panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah
menjadi borok atau luka.
8. Kehilangan berat badan secara drastis, diare berkepanjangan dan
berkeringat saat malam.
Pada wanita gejala IMS antara lain6:
1. Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual.
2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah.
3. Keluar lendir pada vagina
4. Keputihan tidak seperti biasanya, baik dari humlah atau warna yang
kekuningan, kehijauan, putih susu dan terasa gatal dan berbau.
5. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks.
9. Bintik-bintik berisi cairan, lecet atau borok/luka pada alat kelamin.
10. Ada kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam.
2.2.3.5 Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual yang akan dijelaskan berdasarkan jenis keluhan
7
pasien yang terjadi di daerah kemaluan, antara lain :
1. Luka pada kemaluan (Ulkus Genitalis)

5
Ibid, hal. 2.
6
Ibid, hal. 3.
7
dr. Satiti Retno Pudjiati, SpKK, Jenis-jenis Penyakit IMS, Yogyakarta, 12 Juni 2013.

4
Jenis infeksi menular seksual ini baik laki-laki dan perempuan sama,
antara lain:
1. Sifilis
2. Chancroid
3. Herpes Genitalis
2. Lendir atau cairan pada kemaluan (Duh Tubuh)
a. Laki-laki
1. Uretritis Gonore
2. Klamidiosis
b. Perempuan
1. Servitis Gonore
2. Klamidiosis
3. Kandidosis
4. Vaginosis bakterial
5. Trikomoniosis
3. Bintil-bintil pada kemaluan (Bubo Ingunalis)
Jenis infeksi menular seksual ini pada laki-laki dan perempuan jenis
penyakitnya sama, antara lain:
1. Kondiloma Akuminata
2. Moluskum Kontagiosum
3. Analisis
3.1 Tinjauan Umum
Gagasan mendirikan Rumah Sakit Umum dan Pendidikan pada satu lokasi
guna pendidikan calon dokter dan dokter ahli serta untuk pengembangan penelitian,
pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr. Sardjito pada tahun 1954, dan karena
dirasakan pula adanya kebutuhan mendesak perlunya Rumah Sakit Umum
Pemerintah (RSUP) guna mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jawa Tengah Bagian
Selatan.
3.2 Analisis Sistem
Analisis sistem (system analysis) dapat didefinisikan sebagai penguraian
dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennyadengan
maksud untukmengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan,
kesempatan,hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya8.

8
Jogiyanto HM, Analisis dan Desain Sistem Informasi (Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2005),
hal. 129

5
3.3 Perancangan Sistem
3.3.1 Representasi Pengetahuan
3.3.1.1 Pengetahuan
Sumber pengetahuan sistem pakar ini terdiri dari data penyakit Infeksi
Menular Seksual beserta definisi, gejala atau penyebab dan sarannya diperoleh
dari hasil wawancara dengan dokter RSUP dr. Sardjito dan buku yang
direferensikan oleh dokter.
3.3.2 Mekanisme Inferensi
3.3.2.1 Inferensi Diagnosis
Sistem pakar ini menggunakan dua mekanisme inferensi runut maju
(forward chaining) dan runut balik (backward chaining) sekaligus. Runut maju
(forward chaining) digunakan untuk menentukan calon-calon jenis penyakit yang
mungkin diderita oleh pasien berdasarkan keluhan yang dimasukkan oleh pasien.
Setelah diketahui daftar jenis penyakit IMS yang menjadi calon konklusi,
dilakukan runut balik (backward chaining) guna mengetahui gejala yang dialami
oleh pasien dan dihitung menggunakan metode perhitungan probabilitas
berbobot untuk menentukan tingkat kemungkinan jenis penyakit yang dialami
pasien.Penentuan penyakit dilakukan dengan memilih diantara konklusi yang
memiliki probabilitas tertinggi.
1. Algoritma Diagnosa Penyakit IMS

Gambar 3.1 Algoritma Sistem Diagnosa

6
2. Rumus Diagnosa Jenis Penyakit IMS
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ
𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 = 𝑥𝑥 100%
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
3. Contoh Kasus Diagnosa Penyakit IMS
Diberikan sebuah contoh kasus diagnosis dengan data dan aturan
dari hasil penelitian. Diandaikan sistem memiliki 2 aturan sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.1 Daftar Aturan Diagnosis
ID
ID ID
Daftar Penyakit Gajala dan Bobot
Penyakit Keluhan
Aturan
1 IMS011 KA K003
a. Bintil keluar 1 minggu
atau beberapa bulan
setelah berhubungan
seks: 40
b. Bintil keluar dari kecil
menjadi besar atau
bintil keluar dari satu
menjadi banyak: 40
c. Bintil sewarna kulit atau
kehitaman: 60
d. Tidak terasa sakit atau
gatal: 40
e. Lokasi bintil di kulit
sekitar kemaluan dan
anus, dapat juga di
lubang kencing: 40
f. Bintil menyerupai
jenggar ayam atau
bunga kol: 80
2 IMS012 MK K003 a. Lokasi bintil biasanya
disekitar kemaluan : 40
b. Puncak bintil melekuk
ke dalam : 40
c. Bintil berwarna seperti
kulit atau agak bening :
40
d. Bintil tersebar : 40
e. Bintil satu atau banyak :
80
f. Bintil keluar beberapa
hari setelah
berhubungan seks : 80
g. Tidak terasa sakit atau
gatal : 40
Jika pasien memiliki keluhan “Terdapat bintil-bintil pada kemaluan”,
pada sistem ditangkap dengan Id Keluhan “K003”, dengan kemungkinan
penyakit yang terdeteksi ialah Kandiloma Akuminiata (KA) dan Moluskum
Kontagiosum (MK). Tahap tersebut menunjukan runut maju (forward
chaining).

7
Selanjutnya pasien memilih gejala sebagai berikut:
1. Bintil keluar 1 minggu atau beberapa bulan setelah berhubungan
seks.
2. Bintil keluar dari kecil menjadi besar atau bintil keluar dari satu
menjadi banyak.
3. Bintil menyerupai jengger ayam atau bunga kol.
4. Lokasi bintil biasanya disekitar kemaluan.
5. Puncak bintil melekuk ke dalam.
6. Bintil keluar beberapa hari atau minggu setelah berhubungan
seks.
7. Tidak terasa sakit atau gatal.
Tahap ini menggunakan runut balik (backward chaining) untuk
melihat lagi penyakit mana yang terdeteksi dengan nilai kemungkinannya,
ternyata kedua penyakit KA dan MK terdeteksi. Kemudian pada tahap ini
dihitung probabilitas sebagai berikut:
Diketahui : ΣPT (Premis Terpilih) dengan bobotnya sebagai berikut:
1. Bintil keluar 1 minggu atau beberapa bulan setelah
berhubungan seks = 13
2. Bintil keluar dari kecil menjadi besar atau bintil keluar dari
satu menjadi banyak = 13
3. Tidak terasa sakit atau gatal = 13
4. Bintil menyerupai jengger ayam atau bunga kol = 27
5. Lokasi bintil biasanya disekitar kemaluan = 11
6. Puncak bintil melekuk ke dalam 22
7. Bintil keluar beberapa hari atau minggu setelah
berhubungan seks = 11
8. Tidak terasa sakit atau gatal = 11
Jadi untuk jumlah premis terpilih masing-masing adalah: ΣPT
KA : 1, 2, 3 dan 4 = 66
ΣPT MK : 5, 6, 7 dan 8 = 55
Dimana ΣP (jumlah bobot premis tiap aturan) yaitu:
ΣP KA = 100 dan ΣP MK = 100
Ditanya : Kemungkinan dari penyakit yang terdeteksi?
Jawab :
66
Kemungkinan KA = x 100% = 66 %
100

8
55
Kemungkinan MK = x 100% = 55 %
100
Jadi, hasil diagnosa menunjukkan kemungkinan penyakit yang
diderita KA sebesar 66 % dan MK sebesar 55 %. Gejala yang dialami yakni:
1. Bintil keluar 1 minggu atau beberapa bulan setelah berhubungan seks.
2. Bintil keluar dari kecil menjadi besar atau bintil keluar dari satu menjadi
banyak.
3. Bintil menyerupai jengger ayam atau bunga kol.
4. Lokasi bintil biasanya disekitar kemaluan.
5. Puncak bintil melekuk ke dalam.
6. Bintil keluar beberapa hari atau minggu setelah berhubungan seks.
7. Tidak terasa sakit atau gatal.

3.3.3 Perancangan Proses


3.3.3.1 Flowchart Sistem

Gambar 3.2Flowchart Sistem


3.3.3.2 Diagram Konteks

Gambar 3.3 Diagram Konteks

9
3.3.3.3 Data Flow Diagram
3.3.3.3.1 Data Flow Diagram Level 1

Gambar 3.4 Data Flow Diagram Level 1

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Proses pembuatan website ini terdapat proses link antara satu halaman
dengan halaman yang lainnya, dimana terdapat satu halaman sebagai pembuka
sekaligus halaman yang berisi tentang sub informasi yang akan di sampaikan secara
garis besar. Adapun tampilan halaman utama tersebut adalah sebagai berikut :
4.1 Interface Halaman Konsultasi
4.1.1 Interface Halaman Konsultasi Tanpa Login
Halaman konsultasi login ini adalah tampilan peringatan ketika mengklik
konsultasi tanpa melakukan log-in terlebih dahulu.

Gambar 4.1 Halaman Konsultasi Tanpa Login


4.1.2 Interface Halaman Konsultasi Setelah Login
1. Interface Halaman Faktor Resiko IMS
Halaman faktor resiko IMS ini adalah tampilan awal ketika melakukan
konsultasi.Faktor resiko berupa pertanyaan kepemilikan faktor resiko IMS
terhadap seseorang.

10
Gambar 4.2 Halaman Faktor Resiko
2. Interface Halaman Peringatan Tidak Ada Faktor Resiko IMS
Halaman peringatan untuk pasien tidak memiliki faktor resiko. Halaman
ini akan tampil apabila pasien menjawab minimal 1 dan yang lain kosong atau
keseluruhan pertanyaan faktor resiko dijawab tidak.

Gambar 4.3 Halaman Peringatan untuk Pasien Tidak Memiliki Faktor Resiko
3. Interface Halaman Konsultasi Ada Faktor Resiko IMS
a. Interface Halaman Pilih Keluhan
Halaman ini untuk konsultasi keluhan yang dimiliki pasien.Keluhan
yang terdapat ialah keluhan pada penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).

Gambar 4.4 Halaman Keluhan yang diderita Pasien

11
b. Interface Halaman Pilih Gejala
Pada halaman ini akan tampil daftar penyakit yang diderita
berdasarkan inputan pada halaman keluhan sebelumnya. Kemudian
pasien diminta untuk menginputkan gejala yang dirasakan dengan
memberi tanda cheklist (√).

Gambar 4.5 Halaman Konsultasi Pasien


c. Interface Halaman Hasil Diagnosa
Halaman hasil diagnosa menampilkan data pasien dan hasil
konsultasinya.Hasil konsultasi berisi kemungkinan penyakit yang di derita
pasien dan gejala yang terpilih.
Hasil diagnosa diperoleh dari inputan keluhan dan gejala pada
halaman sebelumnya, dimana hasil kemungkinan prosentasi penyakit yang
terdeteksi menggunakan perhitungan probabilitas berbobot seperti yang
telah dijelaskan pada hal.7-9

.
Gambar 4.6 Halaman Hasil Diagnosa

12
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan pengujian program, maka dapat
disimpulkan bahwa Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Menular Seksual (IMS) Berbasis
Web dengan Metode Forward dan Backward Chaining secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini:
1. Website sistem pakar sudah bisa diakses melalui internet karena sudah
dilakukan instalasi melalui web server online dengan url:
www.infeksimenularseksual.com.
2. Telah mampu memberikan informasi kepada pemakai mengenai jenis penyakit
infeksi menular seksual yang dideritanya berdasarkan keluhan dan gejala-gejala
yang diberikan.
3. Aplikasi yang dibuat telah dapat membuat diagnosa penyakit dengan baik, yaitu
sudah mendekati hasil diagnosis yang dibuat seorang dokter penyakit infeksi
menular seksual dengan persentasi 75 %.
4. Data yang terdapat pada web sistem pakar ini dapat di ditambah, diubah dan
dihapus.
5. Web sistem pakar ini hanya membahas 4 faktor resiko, 3 keluhan, 65 gejala dan
12 jenis penyakit infeksi menular seksual.

DAFTAR PUSTAKA
Arhami, M. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogykarta: Andi Offset

Bagian/SMF Kulit dan Kelamin. 2010. Program Penanggulangan Infeksi Menular Seksual
(IMS). Brosur. Yogyakarta: Kementrian Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik
RSUP. Dr. Sardjito

Charilbaldi, N, Septyorini, N. I, Hafsah. 2005. Sistem Pakar Untuk Membantu Diagnosa


Penyakit Menular Seksual (PMS). Fakultas Teknologi Industri, Unversitas
Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset
Offset

Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal PP dan PL. 2011. Pedoman Nasionanl


Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal PP dan PL

Kusrini.2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Kusrini. 2008. Aplikasi Sistem Pakar. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset

13
Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha
Ilmu

Nugroho, B. 2008. Membuat Aplikasi Sistem Pakar dengan PHP dan Editor
Dreamweaver. Yogyakarta: Gava Media

Noraningtyas, R. 2010. Aplikasi Sistem Pakar Mendiagnosis Penyakit Menular Seksual.


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro.
Semarang

Pudjiati, S. R. Interview. 02 Agustus 2013

Sutojo. T, Mulyanto.E,dan Suhartono. V. 2011. Kecerdasan Buatan. Semarang: Andi


Offset Yogyakarta.

Wibowo, D.R. 2013. Analisis Dan Perancangan Sistem Pakar Penyakit Tidak Menular
Berbasis Web (Studi Kasus: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul). Jurusan
Sistem Informasi STMIK AMIKOM. Yogyakarta

Wicaksono, P. 2012. Rancang Bangun Expert System Diagnosa Penyakit Anak


Menggunakan Metode Forward Chaining Dan Backward Chaining (Studi Kasus :
Puskesmas Tawang). Fakultas Teknik Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

Adam, A. A. 2012. Infeksi Menular Seksual di Kalangan Remaja.


http://calhova.blogspot.com/2012/02/infeksi-menular-seksual-di-kalangan.html.
diakses 14 Maret 2013.

Kusrini. 2013. Ketidakpastian.http://elearning.amikom.ac.id/index.php/materi/190302106-


SI080-31/Kusrini,%20Dr.,%20M.Kom/ketidakpastian.diakses 21 April 2013.

WHO.Fact sheet N°110 August 2011.Sexually transmitted infections.diakses 14 Maret


2013. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs110/en/.

14

You might also like