Professional Documents
Culture Documents
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh
Nuzla Abidin
10.12.5104
kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2013
NASKAH PUBLIKASI
ii
DIAGNOSIS EXPERT SYSTEM DESIGN OF SEXUALLY TRANSMITTED
INFECTION (STIS) WITH WEB-BASED FORWARD AND BACKWARD
CHAINING IN RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
Nuzla Abidin
Kusrini
Jurusan Sistem Informasi
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
iii
1. Pendahuluan
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan
seksual, baik dengan pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering
berganti-ganti pasangan. Menurut WHO Information Fact Sheet No 110 August
2011, 499 juta infeksi baru dapat disembuhkan menular seksual (sifilis, gonore,
klamidia dan trikomoniasis) terjadi setiap tahun di seluruh dunia pada orang dewasa
berusia 15-49 tahun .Angka-angka ini tidak termasuk beban kesehatan tambahan
yang disebabkan oleh HIV dan IMS virus lainnya seperti HSV.Beberapa infeksi
menular seksual terjadi tanpa gejala.Pada wanita hamil dengan sifilis awal yang
tidak diobati, 21% dari kehamilan menghasilkan kelahiran mati dan 9% dalam
kematian neonatal.Infeksi menular seksual merupakan penyebab utama infertilitas
pada pria dan wanita.Resistensi obat, terutama untuk gonore, adalah ancaman
utama bagi pengendalian IMS global.IMS dapat meningkatkan risiko HIV akuisisi
tiga kali lipat atau lebih.
Untuk itu pentingnya dibangun suatu sistem yang disebut sistem pakar.
Sistem pakar yang dibangun ini bukanlah untuk menggantikan fungsi dokter, akan
tetapi hanya digunakan sebagai pelengkap dan alat bantu yang masih terbatas,
karena program diagnosis IMS ini hanya bertindak sebagai penasehat atau
konsultatif dan tidak seperti halnya seorang dokter yang dapat mendiagnosis
penyakit dengan suatu aksi atau gerakan. Penelitian ini diharapkan dapat
membantu masyarakat khususnya penderita IMS dan bagi mahasiswa kedokteran
atau dokter muda dalam melakukan tindak diagnosis terhadap penyakit IMS.
2. Landasan Teori
2.1 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang menggunakan sistem pakar untuk mendiagnosa
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau yang sekarang lebih dikenal Infeksi Menular
Seksual (IMS) telah dilakukan, antara lain:
Novrido Charilbaldi, Nur Indra Septyorini dan Hafsah dari Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (2005) dalam jurnalnya yang berjudul
Sistem Pakar Untuk Membantu Diagnosa Penyakit Menular Seksual (PMS)
menggunakan metode frame yang dalam proses pencocokan akan dibentuk dua
bagian, yaitu pada bagian pertama berisi pola aturan, bagian kedua berisi nilai-nilai
dari setiap slot frame objek yang akan dibandingkan, kemudian akan dilakukan
proses pencocokan pada semua frame bagian kedua yang dibandingkan dengan
bagian yang pertama. Bahasa pemrograman pada aplikasi ini yakni Visual Basic.
Rizky Noraningtyas dari Universitas Diponegoro (2010) dalam skripsinya
Aplikasi Sistem Pakar Mendiagnosis Penyakit Menular Seksual menjelaskan sistem
1
pakar yang dibuat bertindak sebagai penasehat atau konsultan.Aplikasi sistem pakar
ini dibangun dengan menggunakan mesin inferensi forward chaining dan backward
chainingserta dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual
Basic 6.0 serta menggunakan basisdata Microsoft Access 2003.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan sistem pakar
diagnosa Infeksi Menular Seksual (IMS) yang dibangun masih berbasis desktop dan
bahasa pemrograman yang sama yakni Microsoft Visual Basic.
Sedangkan sistem pakar yang dibangun oleh penulis berbasis web dengan
bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai databasenya. Sistempakar ini
menggunakan metode inferensi forward dan backward chaining.
]
1
Kusrini.2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Andi Yogyakarta.Yogyakarta, Hal 3.
2
Ibid, hal. 11.
3
Muhammad Arhami, Konsep Dasar Sistem Pakar (Yogykarta: ANDI Yogyakarta, 2005), hal. 13.
2
Gambar 2.1 Komponen-komponen penting dalam sebuah sistem pakar
4
Adhi Djuanda, et al, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Jakarta: Badan Penerbit FK. UI, 2011),
hal. 363.
3
2.2.3.2 Definisi Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang menginfeksi bagian
tubuh manusia melalui kontak seksual.
5
Ibid, hal. 2.
6
Ibid, hal. 3.
7
dr. Satiti Retno Pudjiati, SpKK, Jenis-jenis Penyakit IMS, Yogyakarta, 12 Juni 2013.
4
Jenis infeksi menular seksual ini baik laki-laki dan perempuan sama,
antara lain:
1. Sifilis
2. Chancroid
3. Herpes Genitalis
2. Lendir atau cairan pada kemaluan (Duh Tubuh)
a. Laki-laki
1. Uretritis Gonore
2. Klamidiosis
b. Perempuan
1. Servitis Gonore
2. Klamidiosis
3. Kandidosis
4. Vaginosis bakterial
5. Trikomoniosis
3. Bintil-bintil pada kemaluan (Bubo Ingunalis)
Jenis infeksi menular seksual ini pada laki-laki dan perempuan jenis
penyakitnya sama, antara lain:
1. Kondiloma Akuminata
2. Moluskum Kontagiosum
3. Analisis
3.1 Tinjauan Umum
Gagasan mendirikan Rumah Sakit Umum dan Pendidikan pada satu lokasi
guna pendidikan calon dokter dan dokter ahli serta untuk pengembangan penelitian,
pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr. Sardjito pada tahun 1954, dan karena
dirasakan pula adanya kebutuhan mendesak perlunya Rumah Sakit Umum
Pemerintah (RSUP) guna mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jawa Tengah Bagian
Selatan.
3.2 Analisis Sistem
Analisis sistem (system analysis) dapat didefinisikan sebagai penguraian
dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennyadengan
maksud untukmengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan,
kesempatan,hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya8.
8
Jogiyanto HM, Analisis dan Desain Sistem Informasi (Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2005),
hal. 129
5
3.3 Perancangan Sistem
3.3.1 Representasi Pengetahuan
3.3.1.1 Pengetahuan
Sumber pengetahuan sistem pakar ini terdiri dari data penyakit Infeksi
Menular Seksual beserta definisi, gejala atau penyebab dan sarannya diperoleh
dari hasil wawancara dengan dokter RSUP dr. Sardjito dan buku yang
direferensikan oleh dokter.
3.3.2 Mekanisme Inferensi
3.3.2.1 Inferensi Diagnosis
Sistem pakar ini menggunakan dua mekanisme inferensi runut maju
(forward chaining) dan runut balik (backward chaining) sekaligus. Runut maju
(forward chaining) digunakan untuk menentukan calon-calon jenis penyakit yang
mungkin diderita oleh pasien berdasarkan keluhan yang dimasukkan oleh pasien.
Setelah diketahui daftar jenis penyakit IMS yang menjadi calon konklusi,
dilakukan runut balik (backward chaining) guna mengetahui gejala yang dialami
oleh pasien dan dihitung menggunakan metode perhitungan probabilitas
berbobot untuk menentukan tingkat kemungkinan jenis penyakit yang dialami
pasien.Penentuan penyakit dilakukan dengan memilih diantara konklusi yang
memiliki probabilitas tertinggi.
1. Algoritma Diagnosa Penyakit IMS
6
2. Rumus Diagnosa Jenis Penyakit IMS
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ
𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 = 𝑥𝑥 100%
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
3. Contoh Kasus Diagnosa Penyakit IMS
Diberikan sebuah contoh kasus diagnosis dengan data dan aturan
dari hasil penelitian. Diandaikan sistem memiliki 2 aturan sebagaimana yang
ditunjukkan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.1 Daftar Aturan Diagnosis
ID
ID ID
Daftar Penyakit Gajala dan Bobot
Penyakit Keluhan
Aturan
1 IMS011 KA K003
a. Bintil keluar 1 minggu
atau beberapa bulan
setelah berhubungan
seks: 40
b. Bintil keluar dari kecil
menjadi besar atau
bintil keluar dari satu
menjadi banyak: 40
c. Bintil sewarna kulit atau
kehitaman: 60
d. Tidak terasa sakit atau
gatal: 40
e. Lokasi bintil di kulit
sekitar kemaluan dan
anus, dapat juga di
lubang kencing: 40
f. Bintil menyerupai
jenggar ayam atau
bunga kol: 80
2 IMS012 MK K003 a. Lokasi bintil biasanya
disekitar kemaluan : 40
b. Puncak bintil melekuk
ke dalam : 40
c. Bintil berwarna seperti
kulit atau agak bening :
40
d. Bintil tersebar : 40
e. Bintil satu atau banyak :
80
f. Bintil keluar beberapa
hari setelah
berhubungan seks : 80
g. Tidak terasa sakit atau
gatal : 40
Jika pasien memiliki keluhan “Terdapat bintil-bintil pada kemaluan”,
pada sistem ditangkap dengan Id Keluhan “K003”, dengan kemungkinan
penyakit yang terdeteksi ialah Kandiloma Akuminiata (KA) dan Moluskum
Kontagiosum (MK). Tahap tersebut menunjukan runut maju (forward
chaining).
7
Selanjutnya pasien memilih gejala sebagai berikut:
1. Bintil keluar 1 minggu atau beberapa bulan setelah berhubungan
seks.
2. Bintil keluar dari kecil menjadi besar atau bintil keluar dari satu
menjadi banyak.
3. Bintil menyerupai jengger ayam atau bunga kol.
4. Lokasi bintil biasanya disekitar kemaluan.
5. Puncak bintil melekuk ke dalam.
6. Bintil keluar beberapa hari atau minggu setelah berhubungan
seks.
7. Tidak terasa sakit atau gatal.
Tahap ini menggunakan runut balik (backward chaining) untuk
melihat lagi penyakit mana yang terdeteksi dengan nilai kemungkinannya,
ternyata kedua penyakit KA dan MK terdeteksi. Kemudian pada tahap ini
dihitung probabilitas sebagai berikut:
Diketahui : ΣPT (Premis Terpilih) dengan bobotnya sebagai berikut:
1. Bintil keluar 1 minggu atau beberapa bulan setelah
berhubungan seks = 13
2. Bintil keluar dari kecil menjadi besar atau bintil keluar dari
satu menjadi banyak = 13
3. Tidak terasa sakit atau gatal = 13
4. Bintil menyerupai jengger ayam atau bunga kol = 27
5. Lokasi bintil biasanya disekitar kemaluan = 11
6. Puncak bintil melekuk ke dalam 22
7. Bintil keluar beberapa hari atau minggu setelah
berhubungan seks = 11
8. Tidak terasa sakit atau gatal = 11
Jadi untuk jumlah premis terpilih masing-masing adalah: ΣPT
KA : 1, 2, 3 dan 4 = 66
ΣPT MK : 5, 6, 7 dan 8 = 55
Dimana ΣP (jumlah bobot premis tiap aturan) yaitu:
ΣP KA = 100 dan ΣP MK = 100
Ditanya : Kemungkinan dari penyakit yang terdeteksi?
Jawab :
66
Kemungkinan KA = x 100% = 66 %
100
8
55
Kemungkinan MK = x 100% = 55 %
100
Jadi, hasil diagnosa menunjukkan kemungkinan penyakit yang
diderita KA sebesar 66 % dan MK sebesar 55 %. Gejala yang dialami yakni:
1. Bintil keluar 1 minggu atau beberapa bulan setelah berhubungan seks.
2. Bintil keluar dari kecil menjadi besar atau bintil keluar dari satu menjadi
banyak.
3. Bintil menyerupai jengger ayam atau bunga kol.
4. Lokasi bintil biasanya disekitar kemaluan.
5. Puncak bintil melekuk ke dalam.
6. Bintil keluar beberapa hari atau minggu setelah berhubungan seks.
7. Tidak terasa sakit atau gatal.
9
3.3.3.3 Data Flow Diagram
3.3.3.3.1 Data Flow Diagram Level 1
10
Gambar 4.2 Halaman Faktor Resiko
2. Interface Halaman Peringatan Tidak Ada Faktor Resiko IMS
Halaman peringatan untuk pasien tidak memiliki faktor resiko. Halaman
ini akan tampil apabila pasien menjawab minimal 1 dan yang lain kosong atau
keseluruhan pertanyaan faktor resiko dijawab tidak.
Gambar 4.3 Halaman Peringatan untuk Pasien Tidak Memiliki Faktor Resiko
3. Interface Halaman Konsultasi Ada Faktor Resiko IMS
a. Interface Halaman Pilih Keluhan
Halaman ini untuk konsultasi keluhan yang dimiliki pasien.Keluhan
yang terdapat ialah keluhan pada penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).
11
b. Interface Halaman Pilih Gejala
Pada halaman ini akan tampil daftar penyakit yang diderita
berdasarkan inputan pada halaman keluhan sebelumnya. Kemudian
pasien diminta untuk menginputkan gejala yang dirasakan dengan
memberi tanda cheklist (√).
.
Gambar 4.6 Halaman Hasil Diagnosa
12
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan pengujian program, maka dapat
disimpulkan bahwa Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Menular Seksual (IMS) Berbasis
Web dengan Metode Forward dan Backward Chaining secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini:
1. Website sistem pakar sudah bisa diakses melalui internet karena sudah
dilakukan instalasi melalui web server online dengan url:
www.infeksimenularseksual.com.
2. Telah mampu memberikan informasi kepada pemakai mengenai jenis penyakit
infeksi menular seksual yang dideritanya berdasarkan keluhan dan gejala-gejala
yang diberikan.
3. Aplikasi yang dibuat telah dapat membuat diagnosa penyakit dengan baik, yaitu
sudah mendekati hasil diagnosis yang dibuat seorang dokter penyakit infeksi
menular seksual dengan persentasi 75 %.
4. Data yang terdapat pada web sistem pakar ini dapat di ditambah, diubah dan
dihapus.
5. Web sistem pakar ini hanya membahas 4 faktor resiko, 3 keluhan, 65 gejala dan
12 jenis penyakit infeksi menular seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Arhami, M. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogykarta: Andi Offset
Bagian/SMF Kulit dan Kelamin. 2010. Program Penanggulangan Infeksi Menular Seksual
(IMS). Brosur. Yogyakarta: Kementrian Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik
RSUP. Dr. Sardjito
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Jogiyanto. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset
Offset
13
Kusumadewi, S. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha
Ilmu
Nugroho, B. 2008. Membuat Aplikasi Sistem Pakar dengan PHP dan Editor
Dreamweaver. Yogyakarta: Gava Media
Wibowo, D.R. 2013. Analisis Dan Perancangan Sistem Pakar Penyakit Tidak Menular
Berbasis Web (Studi Kasus: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul). Jurusan
Sistem Informasi STMIK AMIKOM. Yogyakarta
14