Professional Documents
Culture Documents
net/publication/344774285
CITATIONS READS
0 238
7 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analisis Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) View project
All content following this page was uploaded by Mirna Ayu Setyaningrum on 20 October 2020.
Abstract
Human development is a concept that makes the population as objects and subjects of
development without discrimination against a certain gender. But in reality, women are
lagging in reaching the quality of life compared to men. Nusa Tenggara Timur (NTT) is
one of the provinces that have problems related to gender equality. The estimation of the
Gender Development Index (GDI) is important because women are a large number of
resources with high potential in development as objects and subjects. The purpose of this
analyst is to measure the level of human development based on gender indicators or GDI
in NTT Province. There are 4 indicators used, namely the Contraceptive Prevalence Rate
(CPR), percentage (%) of the APBD for population and family planning programs,
percentage (%) of women's budget allocation to the APBD, and Participation Women
Rate of the Labour Force (TPAK). The analysis shows that the GDI in NTT Province is
still poor. The value of GDI between districts in NTT is not the same, which shows that
the role of women in human development is not distributed evenly and needs to improves
through some programs and policies. Especially the allocation of APBD for women.
Abstrak
Pembangunan manusia merupakan sebuah konsep yang menjadikan penduduk sebagai
objek pembangunan tanpa diskriminasi pada jenis kelamin tertentu, akan tetapi pada
kenyataannya, perempuan mengalami ketertinggalan dalam suatu pencapaian kualitas
hidup. Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang memiliki
masalah terkait kesetaraan gender. Perhitungan Indeks Pembangunan Gender (IPG) ini
menjadi penting mengingat perempuan merupakan sumber daya dengan jumlah yang
besar serta berpotensi tinggi dalam pembangunan baik sebagai objek maupun subjek.
Tujuan analisis ini adalah mengukur tingkat pembangunan manusia berdasarkan pada
indikator gender atau IPG di Provinsi NTT. Terdapat 4 indikator yang digunakan yaitu
Contraceptive Prevalence Rate (CPR), persentase (%) APBD untuk program
kependudukan dan KB, persentase (%) alokasi anggaran perempuan terhadap APBD,
serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan. Hasil analisis menunjukkan
IPG provinsi NTT masih rendah. Nilai IPG antar kabupaten/kota di NTT tidak merata, hal
ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap peran perempuan dalam pembangunan
manusia belum merata dan perlu ditingkatkan melalui berbagai program dan kebijakan.
Terutama pengalokasian APBD untuk perempuan.
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang memiliki
masalah terkait kesetaraan gender. Banyak perempuan yang tidak mendapat hak
yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan maupun sosial, Nusa Tenggara
Timur (NTT) termasuk menjadi salah satu provinsi yang memiliki masalah tersebut
(Henry, 2019). Flores merupakan salah satu wilayah di NTT dengan isu kesetaraan
gender masih menjadi ancaman bagi anak perempuan. Salah satu yang menjadi
akar masalah timbulnya isu kesetaraan gender di sana adalah karena minimnya
akses air bersih (Sutriyatno, 2019). Kesetaraan gender dan pembangunan
berkelanjutan, suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Terlebih kesetaraan gender
termasuk syarat utama dalam kehidupan yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Sehingga sangat jelas bahwa kesetaraan gender merupakan isu utama dalam hal
pembangunan yang berkelanjutan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, 2016).
Analisis pengukuran pembangunan manusia berdasarkan pada indikator gender
di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini menggunakan empat parameter. Keempat
parameter tersebut yaitu Contraceptive Prevalence Rate (CPR), persentase (%)
APBD untuk program kependudukan dan KB, persentase (%) alokasi anggaran
perempuan terhadap APBD, serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
perempuan. Parameter Contraceptive Prevalence Rate (CPR) dapat
menggambarkan persentase perempuan usia reproduktif yang menggunakan alat
kontrasepsi. Indikator ini berguna untuk mengukur perbaikan kesehatan ibu melalui
pengaturan dari kelahiran. Persentase (%) APBD untuk program kependudukan dan
KB maupun perempuan digunakan untuk mengetahui alokasi peng-anggaran terkait
program kependudukan dan KB, serta program-program berkaitan dengan
perempuan. Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan
digunakan untuk menganalisa partisipasi angkatan kerja perempuan pada suatu
daerah. Parameter-parameter tersebut disajikan dalam bentuk indeks yang
digunakan dalam pengukuran besarnya Indeks Pembangunan Gender (IPG) di
Provinsi NTT.
Semakin tinggi nilai Indeks Pembagunan Gender (IPG) atau IPG mendekati 1,
maka semakin baik suatu wilayah terhadap kesetaraan gender, atau tidak
mengalami kesenjangan gender. Menurut Fitarisca (2014) Kesenjangan gender
dapat dilihat dari selisih antara IPM dan IPG. Apabila angka IPG lebih rendah dari
IPM maka terjadi kesenjangan gender. Semakin kecil selisih antara IPM dan IPG
maka kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan juga semakin
kecil.
METODE
Metode yang digunakan pada analisis ini yaitu analisis kuantitatif terhadap indikator
gender terkait pembangunan manusia. Empat indikator Indeks Pembangunan
Gender (IPG) yang digunakan yaitu Contraceptive Prevalence Rate (CPR),
persentase (%) APBD untuk program kependudukan dan KB, persentase (%)
alokasi anggaran perempuan terhadap APBD, serta Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) perempuan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Indikator tersebut
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Tahun 2019.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks komposit melalui
perhitungan indeks pada 4 indikator yang telah disebutkan. Berikut merupakan
persamaan dalam perhitungan Indeks Pembangunan Gender (IPG) :
dimana :
Kemajuan suatu daerah dapat ditinjau dari tingginya pembangunan di segala aspek
kehidupan pada daerah tersebut. Pembangunan yang dimaksud baik pembangunan
infrastruktur maupun pembangunan manusia yaitu penduduknya. Selain Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), capaian pembangunan penduduk di suatu daerah
juga dapat dianalisis melalui Indeks Pembangunan Gender (IPG). Akan tetapi IPM
belum dapat untuk mengetahui disparitas gender yang saat ini sedang menjadi isu
global (Safitri,dkk 2020). Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap IPG sebagai
indikator pembangunan manusia yang lebih menekankan persoalan status gender.
IPG menggambarkan pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia
dengan memperhatikan jenis kelamin, sehingga diketahui ketimpangan pencapaian
laki-laki dan perempuan dalam pembangunan manusia (Sitorus, 2016). Analisis
Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
dilakukan pada beberapa parameter yang berpengaruh, antara lain angka prevalensi
pemakaian alat kontrasepsi pada wanita 15-49 tahun, persentase APBD untuk
program kependudukan dan KB, persentase alokasi anggaran perempuan terhadap
APBD dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan.
Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
Menurut Mudayata (2003) dalam Khaerah dan Mutiarin (2016), secara umum
anggarann pemerintah daerah di Indonesia belum memiliki perspektif gender.
Dampak yang muncul dari permasalahan tersebut adalah seringkali tidak
mendatangkan manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Tujuan dari
anggaran yang berperspektif keadlian selain agar anggaran berpihak bukan saja
kepada laki-laki tetapi juga kepada perempuan, yaitu untuk memastikan apakah
perempuan memperoleh akses terhadap, berpartisipasi dalam, mempunyai kontrol
atas, dan memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan (Yusnaini dan
Saftiana. 2012)
Gambar 4. Grafik Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di Provinsi NTT
Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)
Menurut Ananta (1990) dalam Setyowati (2009), tingginya TPAK permpuan
dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1) Adanya perubahan pandangan dan
sikap dalam masyarakat serta semakin disadari perlunya perempuan berpartisipasi
dalam pembangunan, 2) Adanya kemauan permpuan untuk mandiri dalam bidang
ekonomi, 3) Adanya kebutuhan untuk menambah penghasilan keluarga, dan 4)
Semakin banyaknya kesempatan kerja yang bisa menyerap tenaga wanita.
Berdasarkan faktor demografi, meningkatnya keterlibatan wanita dalam kegiatan
ekonomi dipangaruhi oleh tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur, dan status
perkawinan. TPAK perempuan pada umumnya memang lebih rendah dibandingkan
dengan laki-laki. Tetapi keberadaan perempuan secara absolut lebih besar daripada
penduduk laki-laki sehingga dapat menjadi potensi untuk menunjang proses
pembangunan (Rahma. 2017).
Tabel 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun
2019
Indeks
Indeks % Tingkat
Indeks Indeks %
alokasi partisipasi
Contraceptive APBD untuk Indeks
anggaran angkatan
Kabupaten/Kota prevalence rate program Pembanguna
perempua kerja
(WPK 15-49 kependuduka n Gender
n terhadap (TPAK)
tahun) n dan KB
APBD perempua
n
Sumba Barat 0.35 0.15 0.10 0.31 0.23
Sumba Timur 0.43 0.16 0.13 0.53 0.31
Kupang 0.63 0.15 0.13 0.33 0.31
Timor Tengah
Selatan 0.61 0.41 0.06 0.52 0.40
Timor Tengah
Utara 0.63 0.39 0.05 0.47 0.39
Belu 0.57 0.57 0.08 0.31 0.38
Alor 0.50 0.44 0.09 0.41 0.36
Lembata 0.46 0.12 0.03 0.36 0.24
Flores Timur 0.33 0.44 0.01 0.39 0.29
Sikka 0.54 0.44 0.02 0.42 0.35
Ende 0.30 0.47 0.01 0.52 0.33
Ngada 0.65 0.16 0.02 0.51 0.33
Manggarai 0.76 0.55 0.00 0.52 0.46
Rote Ndao 0.57 0.21 0.12 0.43 0.33
Manggarai Barat 0.81 0.75 0.02 0.30 0.47
Sumba Tengah 0.32 0.15 0.13 0.28 0.22
Sumba Barat
Daya 0.37 0.12 0.10 0.63 0.31
Nagekeo 0.42 0.44 0.02 0.32 0.30
Manggarai Timur 0.70 0.75 0.01 0.30 0.44
Sabu Raijua 0.33 0.03 0.02 0.57 0.24
Malaka 0.53 0.03 0.05 0.42 0.26
Kota Kupang 0.61 0.43 0.02 0.24 0.32
NTT 0.52 0.34 0.05 0.41 0.33
Upaya yang dapat dilakukan seperti, peningkatan pengalokasian dana APBD
untuk peremuan di NTT, karena parameter ini menunjukkan rerata yang sangat
rendah dari keempat parameter berpengaruh lainnya. APBD untuk program
kependudukan dan KB dapat ditingkatkan sehingga program – program keluarga
berencana dapat tersampaikan kepada penduduk di semua daerah.
Terlaksanakanya program diharapan keluarga dapat mengatur jumlah dan jarak
kelahiran yang berpengaruh terhadap tingat produktivitas ibu atau perempuan. Hal
tersebut didukung dengan penyediaan alat kontrasepsi yang merata di setiap
daerah, sehingga penduduk dapat dengan mudah mengaksesnya. Selain itu,
lapangan kerja diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada perempuan
sehingga dapat meningkatkan TPAK perempuan dan berdampak pada
peningkatakan IPG. Beberapa kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan IPG seperti yang disampaikan dalam RPJMN 2015 -2019, yaitu
meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan,
meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai tindakan kekerasan,
meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG, dan kelembagaan perlindungan
perempuan dari tindakan kekerasan (Bappenas, 2015). Dengan demikian
pembangunan perempuan mampu berperan dalam pembangunan manusia.
Indeks Pembangunan Gender di Provinsi NTT tahun 2019 dapat diketahui melalui
parameter Contraceptive Prevalence Rate (CPR), persentase APBD untuk program
kependudukan dan KB, persentase APBD untuk perempuan dan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) perempuan. Rata – rata indeks CPR di Provinsi NTT
sebesar 0.44, dengan indeks tertinggi pada Kabupaten Manggarai Barat yaitu 0.81.
Rendahnya CPR menunjukkan masih banyak pasangan usia subur (PUS) yang
belum menggunakan alat kontrasepsi karena edukasi dan pemahaman terhadap
penggunaannya yang masih belum merata. Peran pemerintah dalam pembangunan
gender salah satunya terkait pengeluaran APBD. Rerata persentase APBD untuk
program kependudukan dan KB sebesar 0.47%, Kabupaten Manggarai Timur
adalah yang terbesar yaitu 1.21% dengan indeks 0.75. Sedangkan rerata
persentase alokasi APBD untuk perempuan sebesar 0.22%, Kabupaten Sumba
Tengah mengalokasikan APBD tertinggi yaitu 0.54% dengan indeks 0.13. TPAK
perempuan secara keseluruhan sebesar 59.67 dengan indeks 0.41, TPAK
perempuan tertinggi pada Kabupaten Sumba Barat Daya. Rerata IPG di Provinsi
NTT sebesar 0.33, nilai IPG tertinggi pada Kabupaten Manggarai Barat yaitu 0.47.
IPG yang rendah serta perbedaan nilai setiap kabupaten/kota di NTT menunjukkan
bahwa perhatian terhadap peran perempuan dalam pembangunan manusia belum
merata dan perlu ditingkatkan melalui berbagai program dan kebijakan. Terutama
pengalokasian APBD untuk perempuan yang masih menunjukkan rerata sangat
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Puji. 2016. Analisis Anggaran Responsif Gender Pada APBD Kota Semarang
Tahun 2010-2013. Politika. 7(1): 1-9
Firmansyah, D.C., Nadillah, F., Pratama, F.R.A., dan Ningsih, N.L.P.Y.S. 2020.
Analisis Komparasi dan Determinan Sosial Demografi Terhadap Penggunaan
Kontrasepsi Wanita Usia Subur (WUS) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan
Jawa Timur. Jurnal Statistika dan Aplikasinya 4(1)
Henry. 2019. Run for Equality, Ajang Maraton Pembawa Pesan Kesetaraan Gender
di NTT. https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4075152/run-for-equality-ajang-
maraton-pembawa-pesan-kesetaraan-gender-di-ntt diakses pada 16 Oktober
2020 pukul 13.11 WIB
Khaerah, Nur dan Dyah Mutiarin. 2016. Integrasi Anggaran Responsif Gender
Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (Studi Pada Anggaran Dinas
Kesehatan Kota Makassar Tahun Anggaran 2014). Jurnal Ilmu Pemerintahan
& Kebijakan Publik. 3(3): 414-445
Kusnandar, V.B. 2019. Indeks Pembangunan dan Pemberdayaan Gender Indonesia
(2010-2018) : Indeks Pembangunan Gender Indonesia Menunjukkan Tren
Perbaikan. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/04/30/indeks-
pembangunan-gender-indonesia-menunjukkan-tren-perbaikan diakses pada
16 Oktober 2020 pukul 15.38
Rahma, Hanif Yontar. 2017. Analisis Tingkat Partisipasi Perempuan dalam Angkatan
Kerja di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Regresi Probit Biner dengan Efek
Interaksi. Tugas Akhir. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November
Setyowati, Eni. 2009. Analisis Tingkat Partisipasi Wanita dalam Angkatan Kerja di
Jawa Tengah Periode Tahun 1982-2000. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
10(2): 215-233
Sutriyatno, Eko. 2019. Timbulnya Isu Kesetaraan Gender di NTT karena Minimnya
Akses Air Bersih. https://www.tribunnews.com/regional/2019/10/02/timbulnya-
isu-kesetaraan-gender-di-ntt-karena-minimnya-akses-air-bersih?page=3
diakses pada 16 Oktober 2020 pukul 13.35 WIB