Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Pustaka 1
Tinjauan Pustaka 1
2 (2017) 167-176
Artikel Penelitian
INFORMASI ARTIKEL A B S T R A C T
Sejarah Artikel: PT. Coca-Cola Amatil Indonesia is a company that produces carbonated beverages. Most of the
Diterima Redaksi: 16 Juli 2017 production activity uses automatic machines. The problem faced is the damage that often occurs
Revisi Akhir: 4 Oktober 2017 suddenly on the blowmould machine so that corrective maintenance must be done. The purpose
Diterbitkan Online: 7 Oktober 2017 of this research is to know the cause of the damage and to propose the action plan to minimize
downtime. The method used is Reliability Centered Maintenance to determine the selection of
action and time interval of replacement for critical components on the blowmould machine.
KATA KUNCI From the FMEA analysis, it is known that the critical components of each blowmould machine
subsystem are bearing roller feed, mandrel, seal gasket, and fitting. The results of LTA analysis
RCM are the category of failure (outage problem and economic problem) and the selection of action
Downtime for the critical component (time directed). From the calculation of Total Minimum Downtime,
Availability known that the replacement schedule for critical component are 23 days for bearing roller feed,
9 days for mandrel, 8 days for seal gasket, and 8 days for fitting, that is resulting in decreased
Total Minimum Downtime
downtime of 1.56% with a value of 99.63% availability.
Replacement Critical Parts
KORESPONDENSI
dengan hasil produk yang berkualitas. Sistem perawatan dapat 1. Sistem yang mendapat perhatian yang tinggi karena
dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi, dimana berkaitan dengan masalah keselamatan (safety) dan
apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat lingkungan
tinggi maka perawatan akan lebih intensif [1]. 2. Sistem yang memiliki preventive maintenance dan/atau
biaya preventive maintenance yang tinggi.
3. Sistem yang memiliki tindakan corrective maintenance
2.2. Reliability Centered Maintenance dan/atau biaya corrective maintenance yang banyak.
Reliability Centered Maintenance (RCM) didefinisikan sebagai 4. Sistem yang memiliki kontribusi yang besar atas
suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus terjadinya full atau partial outage (atau shutdown)
dilakukan agar setiap asset fisik dapat terus melakukan apa yang Pengumpulan informasi berfungsi untuk mendapatkan gambaran
diinginkan oleh penggunanya dalam konteks operasionalnya [4]. dan pengertian yang lebih mendalam mengenai sistem dan
Secara mendasar, metodologi RCM menyadari bahwa semua bagaimana sistem bekerja.
peralatan pada sebuah fasilitas tidak memiliki tingkat prioritas 2.3.2. Definisi Batasan Sistem
yang sama. RCM menyadari bahwa desain dan operasi dari
peralatan berbeda-beda sehingga memiliki peluang kegagalan Definisi batas sistem (system boundary definition)
yang berbeda-beda juga. Pendekatan RCM terhadap program digunakan untuk mendefinisikan batasan-batasan suatu sistem
maintenance memandang bahwa suatu fasilitas tidak memiliki yang akan dianalisis dengan RCM, berisi tentang apa yang
keterbatasan finansial dan sumber daya, sehingga perlu harus dimasukkan dan yang tidak dimasukkan ke dalam
diprioritaskan dan dioptimalkan. Secara ringkas, RCM adalah sistem sehingga semua fungsi dapat diketahui dengan jelas
sebuah pendekatan sistematis untuk mengevaluasi sebuah dan perumusan system boundary definition yang baik dan benar
fasilitas dan sumber daya untuk menghasilkan reliability yang akan menjamin keakuratan proses analisis system [6].
tinggi dan biaya yang efektif.
2.3.3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsional
Tujuan utama dari RCM menurut Smith [5] adalah Deskripsi sistem dan diagram blok merupakan representasi dari
mengoptimalkan preventive maintenance untuk: fungsi-fungsi utama sistem yang berupa blok-blok yang berisi
1. Mempertahankan fungsi sistem fungsi-fungsi dari setiap subsistem yang menyusun sistem
2. Mengidentifikasi modus kerusakan (failure mode) tersebut, maka dibuat tahapan identifikasi detail dari sistem
3. Memprioritaskan kepentingan dari modus kerusakan yang meliputi [7]:
4. Memilih tindakan perawatan pencegahan yang efektif dan 1. Deskripsi sistem. Langkah ini diperlukan untuk mengetahui
dapat diterapkan. komponen yang terdapat didalam sistem tersebut dan
bagaimana komponen tersebut beroperasi.
Sejalan dengan Smith, menurut Moubray [4] tujuan utama RCM 2. Blok diagram fungsi. Pembuatan diagram fungsi dengan
adalah: menggunakan Functional Flow Block Diagram (FFBD).
1. Untuk mengembangkan desain yang sifat mampu FFBD merupakan diagram alir dari aliran fungsional suatu
dipeliharanya (maintainability) baik sistem yang dibuat berdasarkan urutan waktu dan langkah
2. Untuk memperoleh informasi yang penting dalam melakukan demi langkah.
improvement pada desain awal yang kurang baik 3. Hubungan input/output sistem. Pada tahap ini akan
3. Untuk mengembangkan sistem maintenance yang dapat digambarkan input output pada sistem dan hubungan diantara
mengembalikan kepada reliability dan safety seperti awal input dari subsistem satu dengan yang lainnya.
mula peralatan dari deteriorasi yang terjadi setelah sekian penggambaran input output sistem menggunakan model
lama dioperasikan diagram Integration Definition For Function Modelling
4. Untuk mewujudkan semua tujuan di atas dengan biaya (IDEF0).
minimum. 4. System Work Breakdown Structure (SWBS). Pada tahap ini
akan digambarkan himpunan daftar peralatan utuk setiap
Penerapan metode RCM akan memberikan keuntungan yaitu: bagian–bagian fungsi subsistem.
keselamatan dan integritas lingkungan menjadi lebih diutamakan,
prestasi operasional yang meningkat, efektifitas biaya operasi dan
2.3.4. Fungsi Sistem Dan Kegagalan Fungsional
perawatan yang lebih rendah, meningkatkan ketersediaan dan Fungsi sistem adalah kinerja yang diharapkan oleh sistem untuk
reliabilitas peralatan, umur komponen yang lebih lama, basis data dapat beroperasi. Kegagalan fungsional didefinisikan sebagai
yang lebih komprehensif, motivasi individu yang lebih besar, ketidakmampuan suatu komponen/sistem untuk memenuhi
dan kerja sama yang baik diantara bagian-bagian dalam suatu standar prestasi (performance standard) yang diharapkan [7].
instalasi [4].
2.3.5. Failure Mode Effect Analysis
2.3. Tahapan-tahapan Dalam Penyusunan RCM Failure Mode Effect Analysis (FMEA) merupakan sebuah
metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi kegagalan
2.3.1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi terjadi dalam sebuah sistem, desain, proses, atau pelayanan
(service). Identifikasi kegagalan potensial dilakukan dengan cara
Pemilihan sistem dapat didasarkan pada beberapa aspek kriteria
pemberian nilai atau skor masing-masing moda kegagalan
yaitu [6]:
berdasarkan atas tingkat kejadian (occurrence), tingkat
keparahan (severity), dan tingkat deteksi (detection) [8]. FMEA
salah satu teknik yang banyak digunakan secara luas untuk 2. Condition Directed (CD).
melakukan penilaian kualitatif terhadap keandalan sistem. Suatu tindakan yang bertujuan untuk mendeteksi kerusakan
FMEA meliputi pengidentifikasian yaitu [7]: dengan cara memeriksa alat. Apabila dalam pemeriksaaan
1. Failure Cause : penyebab terjadinya failure mode ditemukan gejala kerusakan peralatan maka dilanjutkan
2. Failure Effect: dampak yang ditimbulkan failure mode. dengan perbaikan atau penggantian komponen.
Failure effect ini dapat ditinjau dari 3 sisi level yaitu: 3. Failure Finding (FF).
komponen/lokal, sistem, dan plant. Suatu tindakan yang bertujuan untuk menemukan kerusakan
peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan berkala.
Dalam FMEA, dapat dilakukan perhitungan Risk Priority
Number (RPN) untuk menentukan tingkat prioritas dari suatu
2.4. Interval Penggantian Komponen Dengan Total
kegagalan [9]. RPN merupakan hubungan antara tiga buah Minimum Downtime
variabel yaitu Severity (Keparahan), Occurrence (Frekuensi Pada dasarnya downtime didefinisikan sebagai waktu suatu
Kejadian), dan Detection (Deteksi Kegagalan) yang komponen sistem tidak dapat digunakan (tidak berada dalam
menunjukkan tingkat resiko yang mengarah pada tindakan kondisi yang baik), sehingga membuat fungsi sistem tidak dapat
perbaikan. Risk Priority Number ditentukan dengan persamaan berjalan. Berdasarkan kenyataan bahwa pada dasarnya prinsip
sebagai berikut : utama dalam manajemen perawatan adalah untuk menekan
periode kerusakan sampai batas minimum, maka keputusan
RPN = S x O x D (1) penggantian komponen sistem berdasarkan downtime minimum
menjadi sangat penting. Melakukan tindakan penggantian
2.3.6. Logic Tree Analysis pencegahan adalah untuk menghindari terhentinya mesin akibat
kerusakan komponen. Tindakan penggantian pencegahan dapat
Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) merupakan proses yang
dilakukan dengan menentukan interval waktu antara tindakan
kualitatif yang digunakan untuk mengetahu konsekuensi yang
penggantian (tp) yang optimal dari suatu komponen sehingga
ditimbulkan oleh masing-masing failure mode. Tujuan LTA
dicapai minimasi downtime yang maksimal [10]. Model Age
adalah mengklasifikasikan failure mode ke dalam beberapa
Raplacement adalah model perawatan dengan menetapkan nilai
kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritas
interval waktu perawatan pencegahan berdasarkan selang waktu
dalam penangan masing-masing failure mode berdasarkan
terpakai yang digunakan untuk tindakan pengantian dengan
kategorinya [7]. Pada tabel LTA mengandung informasi
kriteria Total Minimum Downtime (TMD) [11]. Dengan TMD,
mengenai nomor dan nama kegagalan fungsi, nomor dan mode
akan diperoleh tindakan penggantian komponen berdasarkan
kerusakan, analisis kekritisan, dan keterangan tambahan yang
interval waktu yang optimum. Total downtime per unit waktu
dibutuhkan. Analisis kekritisan menempatkan setiap mode
untuk tindakan penggantian preventif pada waktu tp, dinotasikan
kerusakan ke dalam satu dari empat kategori, yaitu Evident,
dengan D(tp) adalah :
Safety, Outage, Category. Pada bagian Category terdiri dari 4
kategori:
𝐻(𝑡𝑝) 𝑇𝑓+𝑇𝑝
1. Kategori A (safety problem), yaitu komponen yang dapat D(tp) = (2)
𝑡𝑝+𝑇𝑝
mengakibatkan gangguan keselamatan pada operator dan
lingkungan 𝑖+1
𝑡𝑝−1
2. Kategori B (outage problem), yaitu komponen yang dapat H(tp) = ∑𝑖=0 [1 + 𝐻(𝑡𝑝 − 1 − 𝑖)] ∫𝑖 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 (3)
mengakibatkan kegagalan pada seluruh atau sebagian sistem.
3. Kategori C (economic problem), yaitu komponen yang dapat 2.5. Availability (Ketersediaan)
menyebabkan kegagalan pada seluruh atau sebagian sistem
Availability adalah probabilitas komponen atau sistem dapat
tetapi menyebabkan kerugian pada perusahaan karena fungsi
beroperasi sesuai dengan fungsinya setelah dilakukan tindakan
komponen berkurang.
penggantian dan pemeliharaan pencegahan [10].
4. Kategori D (hidden failure), yaitu komponen yang kegagalan
fungsinya tidak disadari dan sulit terdeteksi oleh operator
A(t) = 1 - D(t) (4)
karena tersembunyi dari penglihatan operator.
c. Waktu antar kerusakan komponen dan lamanya downtime. 4.2. Deskripsi Sistem dan Functional Flow Block
d. Penyebab kerusakan pada mesin Blowmould. Diagram (FFBD)
Tahapan pengolahan data dan analisis meliputi: Suatu sistem dapat dideskripsikan berdasarkan fungsi dari
a. Menentukan subsistem dan komponen kritis pada mesin subsistem yang terdapat di dalamnya. Fungsi dari sistem
Blowmould. Blowmould adalah untuk meniupkan preform menjadi botol
b. Menjelaskan fungsi tiap-tiap subsistem pada mesin sebagai wadah pengisian produk. Blok diagram fungsi
Blowmould. merupakan suatu diagram yang mengilustrasikan proses dari
c. Menjelaskan kegagalan fungsi komponen dari tiap-tiap suatu sistem yang komplit. Diagram ini membantu
subsistem mesin Blowmould. memvisualisasikan struktur fungsi yang jelas. Functional Flow
d. Membuat alur fungsi subsistem mesin Blowmould dengan Block Diagram (FFBD) untuk mesin Blowmould dapat dilihat
FFBD. pada Gambar 1.
e. Menentukan modus kerusakan, penyebab kerusakan, dan
dampak kerusakan yang ditimbulkan dengan menggunakan 1.0 2.0 3.0 4.0
Masukan Panaskan Meniup Menge
FMEA. preform preform preform luarkan
f. Menentukan prioritas jenis kerusakan berdasarkan nilai RPN. ke jalur di dalam menjadi botol
g. Analisis kategori komponen yang ditentukan dengan LTA Feeding Heating botol melalui
unit Module Starweel
untuk melihat kategori kegagalan pada komponen mesin.
h. Rekomendasi tindakan perawatan (action plan).
i. Penentuan TMD dan penentuan interval perawatan yang Gambar 1. FFBD Top Level Sistem Blowmould
optimum.
j. Analisis penurunan downtime dan peningkatan availability. FFBD sistem blowmould ini menunjukkan aliran fungsi-fungsi
dari sebuah mesin dalam membuat botol produk minuman.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.3. System Work Breakdown Structure (SWBS)
SWBS merupakan struktur yang menggambarkan sejumlah
4.1. Komponen dan History Maintenance Mesin
komponen, mesin, unit proses, dan sub sistem yang dapat
Blowmould
mengakibatkan kegagalan dalam sebuah sistem kerja. Pada
Data komponen pada mesin Blowmould didasarkan pada manual tahapan ini akan digambarkan himpunan daftar komponen untuk
book yang telah disusun per subsistem. Data history maintenance setiap bagian fungsi subsistem. Sistem ini terdiri dari dua
mesin dan waktu perbaikan korektif komponen pada mesin komponen utama yaitu diagram dan kode dari subsistem yang
blowmould selama periode Januari–September 2015 ditampilkan mengalami breakdown.
pada Tabel 1. Pada Tabel 1, diketahui komponen yang paling
sering mengalami kerusakan dari tiap-tiap subsistem mesin Tabel 2. SWBS Sistem Mesin Blowmould
Blowmould yaitu Bearing Roller Feed, Mandrel (gripper head), Mesin Kode Sub Mesin Kode Spare part
Seal Gasket, dan Fitting.
Feeding Unit Bearing
A A.1
Preform Roller Feed
Tabel 1. Data Kerusakan Komponen Mesin Blowmould Periode
Januari - September 2015 Mandrel
Heating Module
B B.1 (Gripper
Frek. Blowmould
Sub. Sistem Komponen Blow Head)
Rusak mould
Feeding Unit Bearing Roller Feed 6 Blowmould
C C.1 Seal Gasket
Preform Carrousel Drive
Roller Feeding Unit 2
Cooling Shield 8 Blowmould
Heating D Bottle D.1 Fitting
Mandrel (Gripper Head) 12
Module Discharge
Halogen Infrared Lamp 5
Blowmould
Connector Piece 6
Insulator 15
Compensator 8 4.4. Pendeskripsian Fungsi Sistem dan Kegagalan
Blowmould O-Ring Blow Nozzle 37x3,5 12 Fungsi
Carrousel Seal Gasket 24
Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi dari mesin
Drive Blowing Nozzle 5
Bolt L 6x20mm 10 Blowmould dapat dilihat pada Tabel 3.
Stretching rod MMPO 2
Fitting 10
4.5. Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
Starwheel Gripper Jaw (Right) 8
Blowmould
Starwheel Gripper Jaw (Left) 8 Analisa FMEA digunakan untuk menentukan jenis kegagalan,
Bottle
Clamp Gripper 5 penyebab, dan akibat kerusakan yang ditimbulkan pada mesin
Discharge
Belt Gear Starwheel 1 Blowmould. FMEA juga menggambarkan tingkat kejadian
Plate/Disk Gripper 3 kerusakan, keparahan, dan tingkat deteksi kerusakan yang
dinyatakan dengan nilai RPN. Hasil dari RPN menunjukan
tingkatan prioritas peralatan yang diangap beresiko tinggi dan
sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Tabel FMEA yang FMEA diketahui bahwa terdapat 4 komponen kritis yang menjadi
digunakan mengacu pada Harpco System. Dalam pembuatan penyebab kerusakan pada subsistem mesin Blowmould yaitu Seal
tabel FMEA (Lampiran: Tabel L.1) didiskusikan dengan operator Gasket, Mandrel (Gripper Head), Bearing Roller Feed, dan
Blowmould, mekanik produksi, dan team leader line 4 untuk Fitting. Nilai RPN dari masing-masing komponen mesin
menentukan nilai severity dan detection. Hasil dari analisis Blowmould dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai RPN Komponen Mesin Blowmould fungsi dan kegagalan fungsi dengan cara menjawab pertanyaan
No. Spare part RPN yang telah disediakan dalam LTA ini. Analisa kekritisan
menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam empat kategori.
1 Seal Gasket 280
2 Mandrel (Gripper Head) 210 Empat hal penting dalam analisis kekritisan yaitu menyatakan
3 Bearing Roller Feed 180 tentang evident, safety, outages. Pengisian Tabel LTA (Lampiran:
4 Connector Piece 180 Tabel L.2) dilakukan diskusi dengan operator produksi dan
5 Fitting 180 mekanik line (Flowchart penyusunan LTA terdapat pada
6 Cooling Shield 96 Lampiran: Gambar L.1, L.2, dan L.3). Hasil analisis LTA
7 Starwheel Gripper Jaw (Right) 96 menunjukkan bahwa kerusakan di mesin Blowmould bersifat
8 Starwheel Gripper Jaw (Left) 96
outage problem yang dapat mengakibatkan kegagalan total di
9 Compensator 90
10 Clamp Gripper 90 sistem dan bersifat economic problem yaitu menyebabkan
11 Bolt L 6x20mm 84 kerugian bagi perusahaan.
12 O-Ring Blow Nozzle 37x3,5 84
13 Belt Gear Starwheel 81
14 Halogen Infrared Lamp 80 4.7. Prosedur Perawatan Berdasarkan Pemilihan
15 Blowing Nozzle 75 Tindakan RCM
16 Stretching rod MMPO 72
17 Insulator 70 Berdasarkan hasil pemilihan tindakan untuk komponen-
18 Roller Feeding Unit 60 komponen yang mengalami kegagalan pada mesin Blowmould,
19 Plate/Disk Gripper 60 maka dapat diperoleh beberapa tindakan perawatan. Tabel 5
menunjukkan hasil rekapitulasi pemilihan tindakan yang diambil
dari Failure Cause pada FMEA dan LTA. Tindakan perawatan
4.6. Logic Tree Analysis (LTA)
TD (Time Directed) bertujuan untuk menghindari kegagalan
Logic Tree Analysis (LTA) bertujuan untuk memberikan prioritas komponen dengan lebih fokus pada aktivitas penggantian yang
pada setiap mode kerusakan dan melakukan peninjauan terhadap dilakukan secara berkala.
a. Dari hasil FMEA terdapat 4 komponen kritis yang menjadi [1] V. Gasperz. Total Quality Management. Jakarta: PT.
penyebab kerusakan pada subsistem mesin Blowmould yaitu Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Seal Gasket, Mandrel (Gripper Head), Bearing Roller Feed, [2] J. Heizer dan B. Render. Operation Management, 6th
dan Fitting. Edition. Prentice Hall, 2001.
b. Interval penggantian Bearing Roller Feed selama 23 hari, [3] S. Assauri. Manajemen Produksi dan Operasi. Depok:
Mandrel (Gripper head) selama 9 hari, Seal Gasket selama 8 FEUI, 2004.
hari, dan Fitting selama 8 hari. [4] J. Moubray. Reliability Centered Maintenance II, Second
c. Dengan menggunakan interval penggantian komponen yang Edition. New York: Industria Press Inc., 2000.
optimum akan terjadi penurunan downtime komponen [5] A.M. Smith dan G.R. Hinchcliffe. RCM Gateway to World
sebesar 1,56% dan peningkatan availability komponen Class Maintenance. USA: Elsevier. Inc., 2004.
sebesar 1,56 %. [6] V.S. Dephande dan J.P. Modak. Application of RCM to
Medium Scale Industry. India: Department of Mechanical
Engineering, P.C.E & A, Nagpur University, Maharashanta, banyaknya kegagalan yang terjadi dalam interval waktu
2001. (0,tp)
[7] M.T. Azis, M.S. Suprawhardana, dan T.P. Purwanto. Tf Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen
“Penerapan Metode Reliability Centered Maintenance karena kerusakan.
(RCM) Berbasis Web Pada Sistem Pendingin Primer Di Tp Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen
Reaktor Serba Guna Ga. Siwabessy”. Jurnal Forum Nuklir, karena tindakan preventif (komponen belum rusak).
Vol. 4(1), pp. 81-98, Mei 2010. tp+Tp Panjang satu siklus.
[8] N.B. Puspitasari dan A. Murtanto. “Penggunaan FMEA
Dalam Mengidentifikasi resiko Kegagalan Proses Produksi
Sarung ATM (Alat tenun Mesin) Studi Kasus PT. Asaputex BIODATA PENULIS
jaya Tegal”. Jurnal J@TI Undip, Vol. 9(2), pp. 93-98, Mei
2014, https://doi.org/10.12777/jati.9.2.93-98. Noor Ahmadi
[9] D.H. Stamatis. Failure Mode and Effect Analysis: FMEA Lahir pada tahun 1990 dan merupakan
from Theory to Execution. Milwaukee: ASQC Quality Press, alumni Jurusan Teknik Industri Universitas
1995. Pancasila lulus tahun 2016. Sebelumnya
[10] Taufik dan S. Septyani. “Penentuan Interval Waktu mengambil program D3 Teknik Mesin di
Perawatan Komponen Kritis Pada Mesin Turbin Di PT. PLN Universitas Negeri Jakarta. Bekerja di PT.
(Persero) Sektor Pembangkit Ombilin”. Jurnal Optimasi Coca-Cola Amatil Indonesia sejak tahun
Sistem Industri, Vol. 14(2), pp. 238-258, Oktober 2015, 2012 hingga sekarang.
https://doi.org/10.25077/josi.v14.n2.p238-258.2015.
[11] N. Ansori dan I. Mustajib. Sistem Perawatan Terpadu.
Yogyakarta: Graha ilmu, 2013. Nur Yulianti Hidayah
Lahir pada tahun 1975, menempuh program
NOMENKLATUR Sarjana (S1) di Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta lulus tahun 1998
RPN Risk Priority Number dan program Magister (S2) di Fakultas
S Severity Teknik Universitas Indonesia lulus tahun
O Occurance 2000. Sejak tahun 2000 menjadi dosen di
D Detection Jurusan Teknik Industri Universitas
H(tp) Banyaknya kerusakan (kegagalan) dalam interval Pancasila dan saat ini menjabat sebagai
waktu (0,tp) atau nilai harapan (expected value) Kepala Laboratorium Sistem Produksi.
Selain itu mengajar juga di UPN Jakarta dan
pernah mengajar di Jurusan Teknik Industri
Universitas Sahid.
LAMPIRAN
Mandrel tertabrak saat akan menerima Seal gasket pecah atau putus akibat
preform dan mengakibatkan bengkok preform reject masuk blowmould carrousel
pada mandrel atau umur pakai yang terlampaui
Ya Tidak Ya Tidak
Apakah kerusakan menyebabkan (D) Hidden failure Apakah kerusakan menyebabkan (D) Hidden failure
masalah keselamatan masalah keselamatan
Ya Tidak Ya Tidak
(A) Safety problem Apakah kerusakan menyebabkan (A) Safety problem Apakah kerusakan menyebabkan
proses produksi berhenti? proses produksi berhenti?
Ya Ya
Tidak Tidak
Termasuk (B) Outage problem (C) Economic problem Termasuk (B) Outage problem (C) Economic problem
Gambar L1. Logic Tree Analysis Mandrel (Gripper Head) Gambar L2. Logic Tree Analysis Seal Gasket
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya
Tidak
Tabel L1. Fungsi dan Kegagalan Fungsi dari Sistem Produksi Blowmould
Major Sub O D
Functional Failure Failure
Sub sistem No Komponen C E Failure Effect SEV RPN
Failure Mode Causes
sistem Function C T
Aus,bearing
Bearing Preform tidak
Bearing pecah,umur
Roller 1 roller 6 6 masuk dengan 5 180
Jalur Preform Roller Feed pakai
feeding rusak lancar
Feeding masuk terlampaui
tidak
Unit menuju Bearing aus,
berputar Tidak dapat
Preform Blow- Roller Roller preform reject
dengan menyalurkan
mould 2 Feeding Feeding 4 masuk, 3 5 60
lancar preform dengan
Unit bengkok kurang
lancar
pelumasan
Preform
Halogen Lampu Konsleting
tidak panas Preform bagus
1 Infrared Halogen 5 control atau 2 8 80
secara ter-reject
Lamp putus putus kabel
merata
Tertabrak
preform
Mandrel rusak,
Mandrel Blowmould
2 (Gripper 7 bengkok pada 6 5 210
Jalur bengkok berhenti total
Heating Head) shaft, umur
Pemanasan
Module Preform pakai
Preform yang
Blow- tidak lurus terlampaui
menuju
mould atau rata Aus atau shaft
Blowmould Cooling
saat masuk Cooling bengkok, Preform bagus
3 shield 6 4 4 96
heating Shield tertabrak ter-reject
bengkok
module preform rusak
Dudukan
Connec-
mandrel
Connector tor piece Blowmould
4 6 bengkok, aus, 6 5 180
Piece rusak/ berhenti total
tertabrak
bengkok
preform rusak
Insulator aus, retak Preform bagus
1 Insulator 7 5 2 70
rusak akibat panas ter-reject
Hasil botol Compen- retak atau
tidak Compen- sator aus, umur Blowmould
2 5 3 6 90
maksimal sator retak/ pakai berhenti total
karena pecah terlampaui
cavity tidak Gasket tidak
Seal
terkunci tahan panas,
Gasket Blowmould
3 Seal Gasket 8 preform reject 5 7 280
pecah/ berhenti total
masuk cavity,
putus
umur pakai
Mould
Bolt L kepala baut
goyang saat Bolt L Blowmould
Proses 4 drat 6 rusak, gasket 2 7 84
mengunci 6x20mm berhenti total
Meniupkan aus/rusak pecah
Blow- preform
Preform Seal rusak
mould
menjadi botol dan kotor,
Carrousel Blowing
sesuai Blowing preform reject
Drive 5 nozzle 5 3 Botol reject 5 75
cetakan Terdapat Nozzle masuk,
mould rusak
angin yang kurang
bocor saat pelumasan
mencoba Seal lokal
O-Ring
pre-blow O-ring tidak tahan
Blow
6 rusak/ 7 panas, 4 Botol reject 3 84
Nozzle
putus preform reject
37x3,5
masuk
Stretching
rod Streching
menabrak Stret- bengkok,
Stretching Blowmould
saat masuk 7 ching 4 blow nozzle 2 9 72
rod MMPO berhenti total
mendo- bengkok aus, kurang
rong pelumasan
preform
Shaft
Blow- Gripper
Mengeluar- Dudukan
mould yang Clamp
kan botol Clamp Gripper Botol bagus
Bottle miring 1 gripper 6 3 5 90
menuju Gripper rusak, umur ter-reject
Dis- mengambil bengkok
Mesin Filler pakai
charge paksa botol
terlampaui